Anda di halaman 1dari 84

B A B

12
Stabi l itas Tal u d

Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak dilindungi,
kita namakan sebagai talud tak tertahan (unrestrained slope). Talud ini dapat teijadi secara alarniah atau
buatan. Bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kerniringan
talud akan menyebabkan tanah bergerak ke arah bawah seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 2- 1 . Bila

b c d e a dapat menggelincir ke bawah. Dengan kata lain, gaya dorong (driving farce) melampaui gaya
komponen berat tanah tersebut cukup besar, kelongsoran talud dapat teijadi, yaitu tanah dalam zona a

berlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.
Dalam banyak kasus, para insinyur sipil diharapkan mampu membuat perhitungan stabilitas talud
guna memeriksa keamanan talud alamiah, talud galian, dan talud timbunan yang didapatkan. Faktor yang
perlu dilakukan dalam pemeriksaan tersebut adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser
yang terbentuk sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang
bersangkutan. Proses ini dinamakan analisis stabilitas talud (slope stability analysis).
Analisis stabilitas suatu talud bukanlah merupakan suatu pekeijaan yang ringan. Bahkan untuk
mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan parameter-parameter kekuatan geser
tanah mungkin merupakan pekeijaan yang membosankan. Rembesan dalam talud dan pernilikan
kemungkinan bidang longsor/gelincir menambah rumitnya masalah yang akan ditangani.
Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang bertalian dengan analisis stabilitas talud. Kini,
marilah kita bahas satu per satu.

1 2- 1 ANGKA KEAMANAN
Tugas para insinyur yang menganalisis stabilitas talud adalah menentukan angka keamanan. Umumnya,
angka keamanan didefinisikan sebagai

(12-1)
Mekanika Tanah Jilid 2
1 66

c d

,
I _.;�.,-'- - � -
' ' ..:..·.. .· .\
" .;• \ \ \\
\
\ \ \\
\

J.. ; . . \ . \
(N _;. \ .- ·.. .. \ \ \ \ \
I
. . :\-: " \ \
;.< \
.- :
. ·

\ \ \

A
Tanah setelah I

,- . .
kelonggaran I .-. :\: · ·
.

. . \ \\ \ \
,.:··. · -\ \
1 \ \ \ _.,,:.- . ,: - \ \
talud \
\

_) .,-. . . , \

- """\- -
\ -�
· : .

\ \ \ b . :\ ·. · .. \ \ \ \ \ \
.

\
< \ .·,.' ·' .. . · . \ \ \ \ \ \ X \ \

\ \\ \
.
" · ' · -· · : · ": . . : '· ·: · '.\ .
\ . ' \ \ \\ \ \ \
a
- '\ . .
- \·
.
.
.
e
\

Gambar 12-1 Kelongsoran talud

F, = angka keamanan terhadap kekuatan tanah


dengan

= kekuatan geser rata-rata dari tanah


'td = tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor
-r1

Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen, yaitu kohesi dan geseran, dan dapat kita tuliskan
sebagai berikut:
-r1 = c + cr tan t/J

dengan
c = kohesi

cr = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor


t/J = sudut geser tanah

Dengan cara yang sama, kita juga dapat menuliskan

( 12-3)

dengan cd adalah kohesi dan t/Jd sudut geser yang bekerja sepanjang bidang longsor.
Dengan memasukkan Persamaan ( 12-2) dan (12-3) ke dalam Persamaan (12- 1 ) kita dapatkan:

F =
c + cr tan t/J ( 12-4)

cd + cr tan t/Jd
Sekarang kita dapat memperkenalkan aspek-aspek lain dari angka keamanan tadi, yaitu angka
keamanan terhadap kohesi Fe, dan angka keamanan terhadap sudut geser, F,- Dengan demikian, Fe dan
F; dapat kita definisikan sebagai
( 1 2-5)
dan
tan t/J ( 12-6)
F; =
tan t/Jd
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 67

Bilamana Persamaan ( 12-4), ( 12-5), dan ( 12-6) dibandingkan, adalah wajar bila Fe menjadi sama
dengan F,, harga tersebut memberikan angka keamanan terhadap kekuatan tanah. Atau, bila
c tan 4>
=
cd tan lfld
kita dapat menuliskan:
F• = Fc = F
'
( 1 2-7)

F, = 1, maka talud adalah dalam keadaan akan longsor. Umumnya, harga 1 ,5 untuk angka keamanan
terhadap kekuatan geser dapat diterima untuk merencanakan stabilitas talud.

1 2-2 STABILITAS TALUD MENERUS TANPA REMBESAN -------

Dalam mempelajari masalah-masalah stabilitas talud, pertama-tama kita akan mempelajari keadaan suatu
talud yang menerus seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-2. Kekuatan geser tanah ini dapat kita ketahui
melalui [Persamaan (12-2)]
t1 = c + cr tan 4>
Dengan menganggap bahwa tekanan air pori adalah nol, kita akan mengevaluasi angka keamanan terhadap
kemungkinan kelonggaran talud sepanjang bidang AB yang terletak pada kedalaman H di bawah permukaan

Marilah kita perhatikan suatu elemen talud, abed, yang mempunyai satu satuan tebal tegak lurus
tanah, keruntuhan talud dapat terjadi karena pergerakan tanah di atas bidang AB dari kanan ke kiri.

terhadap bidang gambar. Gaya F yang bekerja pada bidang ab dan cd adalah sama besar dan berlawanan
arah; oleh karena itu gaya tadi dapat diabaikan. Berat elemen tanah yang ditinjau adalah:

W = (volume elemen tanah) x (berat volume tanah) = yLH ( 12-8)

Berat W dapat diuraikan dalam dua komponen sebagai berikut:


1 . Gaya yang tegak lurus pada bidang AB = Na = W cos � = yLH cos �. dan
2. Gaya yang paralel terhadap bidang AB = Ta = W sin � = yLH sin �· Perhatikan bahwa gaya Ta ini
cenderung untuk menyebabkan kelongsoran sepanjang bidang.

l L
·I

I . . -

. . .

w
...---F
. ..
B

Gambar 1 2-2 Analisis talud menerus (tanpa rembesan).


Mekanika Tanah Jilid 2
1 68

Jadi, tegangan normal cr dan tegangan geser t pada dasar elemen talud dapat diberikan sebagai
berikut:
Na yLH cos l3
cr yH cos 2 13 (12-9)

dan
Luasan dasar elemen talud
(CO; )13

= I;, =
yLH sin 13
yH cos l3 sin 13 (12-10)

(CO; )
t
Luasan dasar elemen talud
13
Reaksi dari berat W adalah gaya R yang sama besamya dengan W, tetapi berlawanan arah. Komponen­
komponen tegak dan paralel dari gaya R terhadap bidang AB adalah N, dan T,.

N, = R cos l3 = W cos l3 (12-1 1 )

T = R sin 13 = W sin 13 (12-12)


,

Untuk keseimbangan, tegangan geser perlawanan yang terbentuk pada dasar elemen talud adalah sama
dengan (T)l(luasan dasar elemen talud) = yH cos 13 sin 13. Hal ini dapat juga dituliskan dalam bentuk
[Persamaan (12-3)]
td = cd + cr tan 1/Jd
Besar tegangan normal diberikan dengan Persamaan (12-9). Dengan memasukkan Persamaan (12-9) ke
dalam Persamaan (12-3), kita dapatkan
td = cd + yH cos2 13 tan 1/Jd (12- 1 3)

Jadi,

.5L
atau:
sin 13 · cos l3 - cos 2 l3 · tan 1/Jd (12-14)
yH

'

Angka keamanan terhadap kekuatan tanah telah kita definisikan dalam Persamaan ( 12-7), dengan
demikian:

Dengan memasukkan hubungan tersebut di atas ke dalam Persamaan (12-14), kita dapatkan:

c tan i/J
F• = + (12- 15)
yH cos 2 l3 · tan 13 tan 13
Untuk tanah berbutir c = 0, angka keamanan F,, menjadi (tan 1/J)/(tan l3). Ini menunjukkan bahwa
suatu talud menerus yang terdiri dari tanah pasir, harga F,-nya tidak tergantung pada tinggi H, dan talud
akan tetap stabil selama l3 < 1/J.
Bila tanah mempunyai kohesi (c) dan sudut geser (1/J), ketebalan lapisan tanah pada talud kritis dapat
ditentukan dengan memasukkan harga F, = I dan H = He, ke dalam Persamaan (12-15) dengan demikian
kita hasilkan:

'Y cos l3 (tan 13 - tan 1/J)


H = .f.
1
er
2 (12- 16)
Bob 12 • Stobilitas Tolud 1 69

1 2-3 STABILITAS TALUD MENERUS DENGAN REMBESAN


Gambar 1 2-3a menunjukkan suatu taluct yang menerus ctan ctianggap acta rembesan cti ctalam tanah yang
permukaan air tanahnya sama ctengan permukaan tanah. Di sini kekuatan geser tanah ctapat ctituliskan
sebagai berikut:
t1 = c+ a' tan If> (12- 17)
Perhatikan bahwa persamaan cti atas tictak seperti Persamaan (12-2); pacta Persamaan (12-17), a' ctipakai
untuk membectakan tegangan total ctengan tegangan efektif.
Untuk menentukan angka keamanan terhactap kelongsoran sepanjang bictang AB, perhatikan taluct
abed. Gaya-gaya yang bekeija pacta permukaan bictang vertikal ab ctan cd actalah sama besar ctan berlawanan
arah. Berat total ctari elemen taluct untuk satu satuan tebal actalah:
W = Ysat LH (12- 18)

Komponen W ctalam arah tegak lurus ctan sejajar terhactap bictang AB actalah:
Na = W cos � = Y 1 LH cos �
.. (12-19)

Ta = W sin � = Ysat LH sin �


ctan:
(12-20)

Reaksi ctari berat W actalah sama ctengan R. Jacti,


N, = R cos � = W cos � = Y,.1 LH cos � (12-21)
ctan
T, = R sin � = W sin � = Ysat LH sin � ( 12-22)

Tegangan normal total ctan tegangan geser pacta ctasar elemen taluct actalah sebagai berikut:
Tegangan normal total:

= =
N,
a Y sat H cos2 � (12-23)

Tegangan geser:

't =
T, Y sat H cos � sin � ( 12-24)

Tegangan geser perlawanan yang terbentuk pacta ctasar elemen taluct ctapat juga ctituliskan sebagai
berikut:
(12-25)

ctengan:
u = tekanan air pori Yw H cos2 � (lihat Gambar 12-3b)
=

Dengan memasukkan harga: [Persamaan (12-23)] ctan u ke ctalam Persamaan (12-25), kita ctapatkan:
'td = cd + (Ysat H cos2 � Yw H cos2 �) tan tf>d = cd + 1 H cos2 � tan tf>d
a

- ( 12-26)

Sekarang, usahakan agar persamaan-persamaan sebelah kanan ctan Persamaan 12-24 ctan 1 2-26
bersemaian:
Y,.1 H cos � sin � · = cd + y ' H cos2 � tan tf>d
1 70
Mekanika Tanah Jilid 2

�·I ..
.
----L

·
. . ...� · . · :
·=/:: :�
� Arab rembesan
w �
N. � B
\

\
T.
..-
..-
-*
H - c

(a)

� -T
Garis aliran

Garis ekspotensial

H cos2 f3

Rembesan 1
(b)
Gambar 1 2-3 Analisis talud menerus (dengan rembesan).

( - )
atau:
= cos2 � tan � i tan t/Jd (12-27)
Y,.,

Angka keamanan terhadap kekuatan tanah dapat ditentukan dengan menggantikan

tan tfJ.d =
tan t/J e
F. dan cd ke dalam Persamaan (12-27), atau

- .. l tan t/J
Fs
=

,
Fs - c
, H cos 2 �
+
(12-28)
Y · tan � Ysat tan �
Bob 12 • Stabilitas Talud 171

CONTOH 1 2- 1 :

antara tanah dan batu adalah sebagai berikut: 18 kN/m2, q, 25°:


Suatu talud menerus seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-4. Parameter-parameter kekuatan geser pada Iapisan
c = =

a) Bila H 8 m, dan � 20°, tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran pada permukaan lapisan tanah
= =

keras.
b) Bila � 30°, tentukan tinggi H, untuk F, I. (anggap tekanan air pori adalah sama dengan no!).
= =

Penyelesaian:
Bagian a
Diketahui p 1900 kg/m\ jadi, berat volume tanah
=

y =
1900 9,81 18,64 kN/m2
x

p · g =
_
_
1000
Dari Persamaan (12-15)
+
tan q,
F =
s
2
----�c
�----
yH cos � tan � tan �
----

--------�18�-.2 ----- + tan 25


(18,64)(8)(cos 20) (tan 20) tan 20
0,376 + 1,28 = 1,656
Bagian b
Dari Persamaan (12-16)
� - �an q,)
£ .
2 1
cos � (tan
__!L .
y

2 1
18,64 cos 30(tan 30 - tan 25)
11,16 m
CONTOH 1 2-2:
Perhatikan Gambar 12-4. Bila terjadi rembesan melalui tanah, dan permukaan air tanah sama dengan permukaan
tanah, berapakah besamya F) Gunakan H 8 m, 1900 kg/m3, dan � 20°.
= P,., = =

Gambar 1 2-4
1 72 Mekanika Tanah Jilid 2

Penyelesaian:

1
Y,., = 1 8,64 kN/m3, dan Yw = 9,8 1 kN/m3• Jadi,
= Y,,, - Y, = 1 8,64 - 9,8 1 = 8,83 kN/m3

y ' tan 1/J


Dari Persamaan ( 1 2-28)

F:
y ,., H cos2 � Y sat tan �
c
= +
· tan �
18 +
8, 83 tan 25
( 1 8, 64)(8)(cos 20)2 tan 20 1 8, 64 tan 20
0, 376 + 0, 606 = 0, 98

Karena harga F, ini kurang dari satu, maka talud adalah tidak stabil.

Her
12-4 TALUD DENGAN TINGGI TERBATAS-UMUM
Bila harga mendekati tinggi talud, talud tersebut umumnya dinamakan sebagai talud dengan tinggi
terbatas (finite slope). Bila kita ingin menganalisis stabilitas suatu talud dengan tinggi terbatas yang
berada dalam tanah yang homogen, untuk memudahkan, kita perlu suatu asumsi tentang bentuk umum
dari potensi bidang longsor yang akan terjadi. Walaupun ada bukti bahwa kelonggaran talud biasanya
terjadi dengan permukaan bidang yang lengkung, Culmann ( 1 875) memperkirakan bidang longsor sebagai
bidang yang rata. Angka keamanan F, yang dihitung dengan menggunakan cara perkiraan yang
diperkenalkan Culmann memberikan hasil yang cukup bagus untuk talud dengan kemiringan yang hampir
tegak. Setelah diadakan penyelidikan yang intensif dari kelongsoran talud di tahun 1920, komisi geoteknik
dari Swedia menyarankan bahwa permukaan kelongsoran yang sesungguhnya tetjadi diperkirakan berbentuk
silindris lingkaran (circularly cylindrical).
Sejak saat itu, hampir semua analisis stabilitas talud yang dilakukan dengan cara konvensional
dibuat dengan anggapan bahwa kurva potensi kelongsoran merupakan busur dari suatu lingkaran. Akan
tetapi, ada beberapa keadaan (misalnya, zona bendungan dan pondasi di atas lapisan lunak) menunjukkan
bahwa analisis stabilitas beranggapan kelongsoran merupakan bidang rata adalah lebih sesuai dan
memberikan hasil yang sangat bagus.

Analisis Talud dengan Tinggi Terbatas dengan


Bidang Longsor Rata (Mefode Culmann)
Analisis ini didasarkan pada anggapan bahwa kelongsoran suatu talud teijadi sepanjang bidang, bila
tegangan geser rata-rata yang dapat menyebabkan kelongsoran lebih besar dari kekuatan geser tanah. Di
samping itu, bidang yang paling kritis adalah bidang di mana rasio antara tegangan geser rata-rata yang

H.
menyebabkan kelongsoran dengan kekuatan geser tanah adalah minimum.

�- AC
Gambar 12-5 menunjukkan suatu talud dengan tinggi Kemiringan talud terhadap bidang horisontal
adalah
ABC
= W.
adalah suatu bidang longsor yang dicoba. Dengan memperhatikan satu kesatuan tebal dari

t(H)(BC)(l)(y)
talud, berat bagian

W ( 12-29)

1 H(H H
cot e �)y
()) ]
cot

[
2 sin (�
2
-

1 1-1
2 'Y �
-

AC
sin sin () ·

Komponen-komponen W yang tegak lurus dan sejajar terhadap bidang adalah sebagai berikut:

(� ())() ] ()
Na komponen yang tetak lurus bidang cos ().

[.
= = W

- -1 1-1 2
2 'Y
sin
(12-30)
-

COS
_

A · Sill
Sill p
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 73

B c

Gambar 12-5 Analisis talud dengan tinggi terbatas metoda Culmann .

Ta sin e.
- e) ]
komponen yang sejajar bidang
[
= = W

e
sm � . sin e
1 sin (�
- yH 2
.
=
. sm (12-3 1)
2
Tegangan normal (tegangan yang tegak lurus bidang) rata-rata dan tegangan geser pada bidang AC
diberikan sebagai berikut:
er = tegangan normal rata - rata

(-!!- )
- Na - Na

sm e
- -
(ACX1)

-2 [
- 1
yH
sin (� - e )
sin � . sin e
] e e
cos sin (12-32)

dan
er tegangan normal rata - rata

(AC)(1)
ci: e)
= 1y
2
H[ sin (� - e)
sin � sin e .
] (12-33)
Tegangan geser perlawanan rata-rata yang terbentuk sepanjang bidang AC juga dapat dinyatakan
sebagai berikut:
tan !Pd
sin (� - e)
e] e
er

2 H[
1y
sin � sin .
cos · sin e . tan !Pd (12-34)

Dari Persamaan (12-33) dan (12-34) didapatkan:

1y
- H[ sin (� - e)
sin � . sm e] sm z e
.

- e) ]
2 .

(12-35)
= cd + -
1
y.
2
H[ sin � . sin e
sin (�
cos e · sin e · tan !Pd
1 74 Mekanika Tanah Jilid 2

atau
1
cd = - yH
2
[ sin (� - 0) . (sin 0
.
sm A
p
- cos 0 . tan <Pd ] ( 12-36)

Persamaan (12-36) ini diturunkan dari bidang 1ongsor percobaan AC. Selanjutnya, agar dapat me­

tertentu) untuk mendapatkan sudut 0 di mana kohesi yang bekerja (c) akan maksimum. Jadi, penurunan
nentukan bidang longsor yang kritis, kita menerapkan prinsip maksimal dan minimal (untuk harga <Pd

pertama dari cd terhadap 0 dibuat sama dengan nol; atau

acd
= 0 ( 12-37)
ao

Mengingat y, H, dan � dalam Persamaan (12-36) adalah tetap, maka:


a [sin (� - 0) . (sin 0 - cos 0 . tan fPd )] = 0 ( 12-38)
ao
Penyelesaian Persamaan 1 2-38 memberikan harga kritis dari 0 atau

( 12-39)

Dengan memasukkan harga 0 = Oe, ke dalam Persamaan ( 12-36), didapatkan:

cd =
yH [ 1
4
cos (�
- fPd )
sin � · cos <Pd
- ] ( 12-40)

cd = c, dan 1/Jd= X ke dalam Persamaan ( 12-40). Jadi,


Tinggi maksimum dari talud di mana keseimbangan kritis terjadi dapat ditentukan dengan memasukkan

H er
=
Y 1
4c [ sin . � cos <P
COS (�
- fP )
·

-
] (12-41)

CONTOH 1 2-3:
Suatu galian dibuat dalam tanah yang mempunyai y = I 05 lb/ft3, c = 600lb/ft2, dan 1/J = 15°. Kemiringan tepi galian
terhadap bidang datar adalah 45°. Berapakah kedalaman galian harus dibuat supaya mempunyai angka keamanan (F)
sama dengan 3?

Penyelesaian:
Diketahui: 1/J = 15°, c = 600 lb/ft2• Bila F, = 3, maka Fe dan F, seharusnya sama dengan 3 .
_f_

cd
atau
_f_ _f_ 600
cd 200 lb I ft2
� F. 3
Juga:
F,
tan 1/J
tan 1/Jd
tan 1/J tan 1/J tan 15°
tan 1/Jd
F, F. 3

[ ]
atau
1/Jd tan-1 tan 15 5, 1°
3
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 75

[ ]
Dengan memasukkan harga-harga cd dan iPd ke dalam Persamaan ( 12-40), kita memperoleh:

y I - cos (� -
4cd sin � cos fPd ·
H =

[
lPd )

J
4 x 200 sin 45 cos 5, 1 ·
23, 03 ft
105 1 - cos (45 - 5, 1)

CONTOH 1 2-4:
Suatu talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-6. AC merupakan bidang longsor percobaan. Untuk blok ABC,
tentukan angka keamanan yang melawan kelongsoran.

Penyelesaian:
Perhatikan satu satuan tebal dari bagian ABC yang tegak lurus terhadap bagian yang terlihat.
Berat dari bagian ABC = W.
1. (100)(10) 2 (cot 30 - cot 50) = 4465 lb
2

Ta
Jadi,

Tr AC (cd + er tan lPd )


4465 · (sin 30) = 2232, 5 lb

AC
(..£.. +
Na tan lP )
_!_ (AC c + Na tan tP)
F. AC F.
·

F.
W (cos 30) = 4465 (cos 30) 3866, 8 lb
AC lO ft = 20 ft
sin 30

_!_ [(20(600) + (3866,8)(tan 10)]


Jadi

F.
12. 681, 8 lb

Karena Tr = T
F.
a

12. 681, 8
2232, 5
F.
atau

B c

rp =
y= 100 1b/ft3
l()oo
c = 600 1b/ft2

10 ft

Gambar 1 2-6
Mekanika Tanah Jilid 2
1 76

1 2-5 ANALISIS TALUD DENGAN TINGGI TERBATAS


DENGAN BIDANG LONGSOR SILINDRIS LINGKARAN UMUM
Pada umumnya, keruntuhan talud terjadi karena salah satu faktor berikut. Sekarang kita akan membahasnya
satu demi satu (Gambar 12-7):
l o Bila longsor terjadi sedemikian rupa sehingga permukaan bidang gelincir memotong talud pada atau
di atas ujung dasarnya, maka keadaan tersebut dinamakan "longsor taludlslope failure" (Gambar
12-7a)o Lengkung kelongsoran dinamakan sebagai "lingkaran ujung dasar talud (toe circle)", bila
bidang longsor tadi melalui ujung dasar talud dan dinamakan sebagai "lingkaran lereng talud (slope
circle)" apabila bidang longsornya melalui bagian atas ujung dasar taludo Dalam kondisi tertentu,
adalah mungkin untuk mempunyai kelongsoran talud dangkal (skallow slope faiture) seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1 2-7bo
20 Bila longsor terjadi sedemikian rupa sehingga permukaan bidang gelincir berada agak jauh di bawah
ujung dasar talud, keadaan tersebut dinamakan sebagai "longsor dasarlbase failure" (Gambar
12-7c)o Lengkung kelongsorannya dinamakan sebagai "lingkaran titik tengah (midpoint circle)"
sebab pusat lingkarannya terletak pada sebuah garis tegak yang melalui titik tengah taludo

Pada umumnya, prosedur analisis stabilitas dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
a) Prosedur massa (mass procedure)
Dalam ha! ini, massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil sebagai suatu kesatuano
Prosedur ini berguna bila tanah yang membentuk talud dianggap homogen, walaupun ha! ini jarang
dijumpai pada talud sesungguhnya yang ada di lapangano
o \ -- --
1
-

I
I
I
I
I
I
I
I \__Lingkaran ujung dasar
talud (Toe circle)
: ··· · · · - ·· ···::· .: ·.·: · ·: .· ··· ·:. ·. :::: �· ·
. . . . . . . . � ·. ..

;:-.. ::,5 :,<::��- ?£7<'�''(,�'-- � ..r J�l: ;.�.}'.'t-...,,,'1:: i{ _,":.'.,.-:...,�;· ,.. ...,��
·,

I 1 ,' 1 ' \ '' .. • Lapisan keras ' "' ':. '..., ....,,' 7 : ·-J"', ::: ...,..' ;- ,>,' ..•...t,..:. : �. c ...· �'.P,J;. -..." !!1::, -f'...
'' ,� ;.,..
�""(.."�-;.= (....:--...-.. ;.(��...� , ...
o ,_

1
_ _
_

I
I ---
-- -

I
I
I
I
I
I
I
:
oo o 0 0
I : 0

(a) Kelongsoran talud


Gambar 1 2-7 Bentuk-bentuk keruntuhan talud dengan tinggi terbataso
Bob 12 • Stabllitas Talud 1 77

b) Metoda Irisan (Method of Slices)


Pada prosedur ini, tanah yang berada di atas bidang gelincir dibagi menjadi beberapa irisan-irisan
paralel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap irisan dihitung secara terpisah. Metode ini lebih teliti karena
tanah yang tidak homogen dan tekanan air pori dapat juga kita masukkan dalam perhitungan.
Yang mendasari analisis stabilitas talud dengan cara prosedur massa dan metode irisan akan
kita berikan dalam bagian berikut.

1 2-6 ANALISIS STABILITAS DENGAN CARA PROSEDUR MASSA


(BIDANG LONGSORAN BERBENTUK SILINDRIS LINGKARAN) ----
--

Gambar 1 2-8 menunjukkan suatu talud dalam tanah yang homogen. Kekuatan geser dalam keadaan
undrained (air pori dijaga tidak mengalir ke luar) dari tanah dianggap tetap dengan kedalaman dan
diberikan sebagai tr = c Untuk membuat analisis stabilitas, kita dapat memilih suatu potensi bidang
•.

0. Dengan memperhatikan satu-satuan tebal yang tegak lurus pada bagian yang kita tinjau, maka berat
gelincir percobaan AED yang merupakan busur lingkaran berjari-jari = r. Pusat lingkaran terletak pada

tanah yang berada di atas lengkung (kurva) AED dapat kita ketahui melalui W = W1 + W2, dengan:

W1 = (luasan FCDEF) x (y)


atau
W2 = (luasan ABFEA) x (y)

mendatang terhadap titik 0 yang menyebabkan ketidak stabilisan talud adalah:


Keruntuhan talud mungkin terjadi karena massa tanah yang menggelincir. Momen gaya yang

( 12-42)

(b) Kelongsoran talud dangkal


(skallow slope failure)

f.--L L ---{
�.t- - - -
1 !
- - -.. ---. _

I
I I
I
I
I
I
/
Lapisan keras
Lingkaran titik
tengah (mid circle)

Gambar 1 2-7 (Lanjutan).


1 78
Mekanika Tanah Jilid 2

Jari-jari = r
Berat volume = y

deogan:
11 dan 12 adalah lengan momen

cd adalah kohesi yang dibutuhkan untuk terbentuk, maka momen gaya perlawanan terhadap titik 0
Perlawanan terhadap kelongsoran berasal dari kohesi yang bekerja sepanjang bidang gelincir. Bila

adalah:
-
2 ( 12-43)
MR = cd (AEDX1Xr) = cd r- ()
Untuk keseimbangan, MR Md; Jadi,
cd TlO = Wtlt - Wi2
=

atau
l l2
cd = W. t -2 Wz ( 1 2-44)
r ()
Sekarang, angka keamanan ierhadap kelongsoran kita dapatkan sebagai:
c.
Fs = '!.1_ = (12-45)
cd cd
Perlu Anda ketahui bahwa potensi bidang gelincir AED, kita pilih secara acak. Bidang longsor kritis
akan teijadi bila bidang longsor yang mempunyai rasio c. terhadap cd adalah minimum. Dengan kata lain,
harga cd adalah maksimum. Untuk mendapatkan bidang gelincir yang kritis, kita dapat membuat sejumlah
percobaan dengan bidang gelincir yang berbeda-beda. Angka keamanan paling kecil yang kita dapatkan
merupakan talud, dan lingkaran yang bersemaian adalah bidang lingkaran paling kritis.
Masalah-masalah stabilitas dari tipe ini telah dipecahkan secara analitis oleh Fellenius (1927) dan
Taylor (1937). Untuk kasus lingkaran kritis, besar kohesi yang dibutuhkan dapat dinyatakan dengan
hubungan berikut.

5L = m
atau
( 12-46)
yH
Perhatikan bahwa besaran m di sebelah kanan Persamaan ( 12-46) adalah bilangan tak berdimensi,
dan kita mengacunya sebagai angka stabilitas (stability number). Selanjutnya tinggi kritis (yaitu, F = 1)
,
talud ini dapat kita evaluasi dengan menggantikan H = Her dan cd = cd pada persamaan di atas. Jadi,
Bab 12 • Stabilitos Talud 1 79

Lingkaran ujung dasar talud ---

Lingkaran titik tengah - -- -

Lingkaran lereng talud - - - - - -

.. :__ ·. :. :. _: ·,: . · .
.
_

0, 3

......

1'---
1--
-
0,2 f3 53°
E -- =
D = oo
- - - -
-��---- -
-
�:.0

... -
- , .....
...
� � , ........___ ,
4,0

"'
--""
.... ........, � '

""
c
..0: 0, 1
.....,
'� �
.., 1 ,2 1 ,5 2,0
I 0 '

0
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Gambar 1 2-9 (a) Definisi dari parameter-parameter untuk tipe keruntuhan lingkaran titik tengah (midpoint circle) dan
(b) Grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan talud (digambar lagi setelah Terzaghi dan Peck,
1967).

.s__
ym
H er
= (12-47)

Harga angka stabilitas m, untuk talud dengan bermacam-macam sudut kerniringan � diberikan dalam
Gambar 1 2-9. Terzaghi menggunakan isti1ah �;
, kebalikan dari m, dan disebut sebagai faktor stabilitas

(stability factor). Para pembaca harus hati-hati dalam menggunakan Gambar 12-9 dan perhatikan bahwa
gambar tersebut hanya berlaku untuk talud dari tanah lempung yang jenuh dan hanya berlaku untuk
keadaan undrained (air pori dijaga tidak mengalir ke luar), pada saat 1/J = 0.

Bila Anda mengacu ke Gambar 12-9, hal berikut perlu Anda perhatikan:
1 . Untuk sudut kemiringan � yang lebih besar dari 53°, lingkaran kritis harus selalu berupa lingkaran
ujung dasar talud. Letak pusat lingkaran ujung dasar talud kritis mungkin dapat dicari dengan
bantuan Gambar 1 2-10.
2. Untuk � 53°, lingkaran kritis mungkin berupa ujung dasar talud, lereng talud, atau lingkaran titik
<
tengah, tergantung pada letak lapisan keras yang berada di bawah talud. Ha! ini dinamakan fungsi
kedalaman (depth function), yang dijelaskan sebagai berikut:
1 80 Mekanika Tanah Jilid 2

= Jarak vertikal dari puncak tal ud ke lapisan keras


D ( 1 2-48)
Tinggi talud

3. B i l a lengkung kritis adalah l i ngkaran titik tengah (yaitu, permukaan bidang longsor merupakan
bidang s i nggung dari lapisan keras), maka letak titik pusat bidang l ongsor dapat di tentukan dengan
bantuan Gambar 1 2- 1 1 .
4. Harga maksimum angka stabilitas (stability number) yang mungkin terjadi pada kelongsoran l i ngkaran
titik tengah adalah 0, 1 8 1 .

ujung dasar talud (� < 53°)


TAB E L 1 2-1Kohesi dari pusat lingkaran
Fel lenius ( 1 927 ) juga menyelidiki

j
masalah l i ngkaran uj ung dasar talud yang
kritis dari talud dengan � < 53°. Letak
rl � a, a2 I
(derajat) (derajat) (derajat)

1 ,0 45 28 37
titik pusat l i ngkaran uj ung dasar talud

1 ,5 33,68 26 35 I
dapat d i tentukan dengan menggunakan

2,0 26,57 25 35
Gambar 1 2- 1 2 dan Tabel 1 2- 1 . Perhatikan

I 1 8 ,43 25 35
bahwa l i ngkaran uj ung dasar talud kritis
I
0 1 1 ,32 25 37
uo
tersebut t idak harus merupakan lengkung
I
yang pal ing kritis yang ada. I

{3,
!

Catatan: Untuk notasi r1, a


1
dan a ,
2
lihat Gambar 1 2- 1 2
80

60
;;;
. .,
t:: 8
"
:3,
cc
c
"
-o
i:l
so

30 �----�--�L---�
50 60 70 80 90
f3 (derajat)
Gambar 1 2·1 0 Kohesi dari pusat lingkaran kritis untuk � > 53°
Bob 12 • Stabilitas Talud 181

CONTOH 1 2-5:
Suatu talud galian dibuat dalam tanah lempung Iembek dengan sudut kemiringan talud 75° terhadap horisontal
(Gambar 12- 13). Diketahui c. = 650 lb/ft2, dan y = 1 10 lb/ft3•
a) Tentukan kedalaman maksimum agar keamanan talud galian tersebut terpenuhi.
b) Tentukan jari-jari dari Iingkaran kritis bilamana angka keamanan sama dengan (Bagian A).
r,

c) Tentukan jarak BC.


Bagian a
Penyelesaian:

Karena sudut kemiringan talud � = 75° > 53°, lingkaran kritisnya merupakan toe circle. Dari Gambar 1 2-9
untuk � = 75°, angka stabilitas = 0,219.
Her = .5!._ = 650 26,98 ft
ym 1 10 X 0, 219

Bagian b
Dari Gambar 12- 1 3
r = DC
sin f!_2
( sinHer ) a
Tetapi, DC AC2 2
Jadi
sin a sin f!_2
Her
r
2

Dari Gambar 12-10, untuk � 75°, a = 41 ,8° dan


·

9 = 5 1 ,8°. Dengan memasukkan harga tersebut ke dalam


persamaan untuk r, kita dapatkan:
=

r =
2 sin a sin f!_2 ·

26, 98
2(sin 41, 8)(sin 25, 9) 46, 34 ft

n=3


/2
_-/
3
/I
-
D

/
//0
_______
\
[\

-- �
/
-----
50 40 30 {J (derajat) 20 10 0
I
60

Gambar 1 2-11 Kohesi dari lingkaran titik tengah/midpoint circle (menurut Terzaghi dan Peck, 1 967).
1 82 Mekanika Tanah Jilid 2

:", . : ·. : ·:: :
· ·· . . . . ·. ; ·· . . . . .

Gambar 1 2- 1 2 Lokasi dari pusat lingkaran ujung dasar talud (toe circle) untuk � < 53°.

Bagian c

(cot a - cot 75°)


AF - AE
Her
26, 98 (cot 41, 8 - cot 7 5) 22, 95 ft
CONTOH 1 2-6:
Bila galian yang dijelaskan dalam Contoh 1 2-5 dibuat hanya untuk kedalaman 10 ft, berapakah angka keamanan talud
untuk melawan kelongsoran?
Penyelesaian:
Angka stabilitas yang bersesuaian dengan 13 75° adalah 0,219.
m = !!L [Persamaan ( 12 - 46)]
=

yH

Gambar 1 2-13
Bob 1 2 • Stabilitas Talud 1 83

Jadi,
cd
0, 219
(1 10)(10)
atau:
cd (0, 219)(1 10)(10) 240, 9 lb / ft2
s_
=

F. !.1_ 650 2' 7


't
=
cd 240, 9

Talud dalam Tanah yang Homogen dengan � > 0 ----


--­
--

Suatu talud dalam tanah yang homogen ditunjukkan dalam Gambar 12-14a. Kekuatan geser tanah tersebut
diberikan dengan persamaan:
tr = c + cr tan �

dasar talud, dan 0 adalah pusat lingkaran. Perhatikan satu satuan tebal tegak lurus pada bagian talud.
Tekanan air pori dianggap sama dengan nol. AC adalah lengkung lingkaran percobaan melalui ujung
---

Berat blok tanah ABC = W = (luasan ABC)(y)

Untuk keseimbangan, gaya lain yang bekeija pada blok adalah sebagai berikut:
1 . Cd resultan gaya kohesi yang besamya sama dengan satuan kohesi yang diperlukan dikalikan
-

dengan panjang tali busur AC. Besaran Cd yang kita peroleh dari Gambar 12-14b adalah,

( 12-49)

1
F

(a)

(b)
(c)

Gambar 1 2-14 Analisa talud dalam tanah yang homogen dengan � > 0.
1 84 Mekanika Tanah Jilid 2

lingkaran 0 sehingga:
Cd bekerja dalam arah sejajar dengan tali busur AC Gambar 12-14b, dan pada jarak a dari pusat

atau
...--

cd (AC)r
,.--..

a = = AC r (12-50)
Cd AC
=

2. F - resultan gaya normal dan gaya geser yang bekerja sepanjang permukaan bidang longsor. Untuk
keseimbangan, garis kerja gaya F akan melalui titik perpotongan garis kerja dari W dan Cd.

Sekarang, bila kita menganggap bahwa geseran seluruhnya termobilisir (tPd = tP atau F, = 1), maka

saja gaya F tadi akan menyinggung lingkaran yang berpusat di 0 dengan jari-jari r sin tP· Lingkaran
garis kerja dari F akan membentuk sudut tP dengan suatu garis normal terhadap lengkungan, dan tentu
·

inilah yang kita namakan lingkaran geser. Sebetulnya, jari-jari lingkaran geser ini sedikit lebih besar dari
r · sin tP·
Karena arah W, Cd, dan F diketahui, dan besaran W juga diketahui, maka poligon gaya dalam
Gambar 12-14c dapat diperikan (diplot). Besaran Cd tadi dapat ditentukan dari poligon gaya. Jadi, satuan
kohesi yang diperlukan dapat dicari dengan:
d
cd = c
AC
Penentuan besamya harga cd yang dijelaskan di atas didasarkan pada bidang longsor percobaan.
Beberapa percobaan harus dibuat untuk mendapatkan bidang longsor yang paling kritis sepanjang mana
kohesi yang dibutuhkan adalah maksimum. Oleh karena itu, adalah mungkin untuk menuliskan kohesi
maksimum yang terbentuk sepanjang bidang longsor yang kritis sebagai
cd = yH lfla, �. 9, lP)] (12-51)

0,20

0,1 6
£:
,_;
� 0,12
;.=
:0
s"'
'"
...
00
,:: 0,08
<

0,04

Sudut kemiringan talud, � > 0

Gambar 1 2-1 5 Grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan talud, !p > 0 (menurut Taylor, "Stability
of Earth Slope", Journal of the Boston Society of Civil Engineers, 1 937).
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 85

Untuk keseimbangan kritis, yaitu, Fe = F, = F, = 1, kita dapat menggantikan H = Her dan cd = c dalam
P�rsamaan (12-5 1).
C = "(Her lfta, �. 0, t/>)]

= f(a, �. 0, t/>) = m
atau
__ c (12-52)
"(Her
dengan:
m = angka stabilitas

Harga m untuk bermacam-macam harga t/> dan � diberikan dalam Gambar 12-15. Contoh 1 2-7 dan
12-8 menggambarkan cara penggunaan grafik tersebut.
Hasil perhitungan telah menunjukkan bahwa untuk t/> lebih besar 3°, semua lingkaran-lingkaran kritis
adalah lingkaran ujung dasar talud (toe circles).

CONTOH 1 2-7:
Tentukan tinggi kritis suatu talud dengan � = 45° yang dibangun dari tanah yang mempunyai 1/J = 20° dan c = 23,96
kN/m2• Berat volume tanah yang dipadatkan adalah 18,87 kN/m3•

Penyelesaian:
m _ c_
H
"f er
Dari Gambar 12- 1 5, untuk � = 45°, dan 1/J = 20°, m = 0,062. Jadi,
23 96
Her = ....f.... = , = 20 48 m
"(m 1 8, 87 X 0, 062 '

CONTOH 1 2-8:
Suatu talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-16a. Tentukan angka keamanan terhadap kekuatan geser.

Penyelesaian:
Bila kita menganggap bahwa kohesi seluruhnya termobilisasi, lalu perhatikan Gambar 12-15 (untuk � = 30°,
dan 1/Jd = 1/J = 20°),
m = 0 025 = 5!_
'
yH
atau
cd = (0,025)(16)(12) = 4,8 kN/m2
Jadi,
tan 20
tan 20
dan
F = ..£... = .1Q_ = 4 1 7
cd 4, 8
'
e

Karena Fe *- F,, hal ini bukan merupakan angka keamanan terhadap kekuatan geser.
Sekarang kita dapat membuat percobaan lain. Misalkan sudut geser yang terbentuk 1/Jd, adalah sama dengan 1 5°.
Untuk � = 30° dan sudut geser 15°, maka

m = 0, 046 = 5!. (Gambar 1 2 - 15)


H y
atau:
cd = 0,046 x 16 x 12 = 8,83 kN/m2
Untuk percobaan ini,
tan 1/J tan 20 = 1 36
F =
tan 1/Jd
'
' tan 15
1 86
Mekanika Tanah Jilid 2

y = 16 kN/m'

1
c = 20 kN/m2
"' = 20°

(a)

1- - -
1\ /
�l
2


F, - �

I
/ -
45o
/<
I

0 / 1\ F
, +
0 2 3 4 5 6
F,

(b)
Gambar 12-16

F.: =
dan
� =
8 .��2 = 2, 2 6

Perhitungan yang serupa dari F, dan Fe untuk bennacam-macam harga �d dapat dibuat, dan harga tersebut ditabulasikan
di bawah ini:

;., tan ;., . .;· m c., (kH/m2) F;,

15 2�
0;025 4,8 4,17

2,07
2t) 1

1�.
0,364

0,075
1 ,36 0,046

21,12 .
0,268 3,83

5 0,0$75
10 0,176 14,4
4 ,16 0, 1 1 1,95

Angka-angka dari F, sudah digambarkan dengan harga-harga Fe yang bersesuaian dalam Gambar l2-1 6b, dimana
didapatkan:

1 2-7 KONTOUR DARI ANGKA KEAMANAN YANG SAMA


Dengan menggunakan metode Taylor untuk stabilitas talud (seperti ditunjukkan dalam Contoh 12-8),
Singh (1970) memberi grafik untuk angka-angka keamanan yang sama, F,, untuk bermacam-macam
kemiringan talud. Grafik tersebut diberikan dalam Gambar 12-17. Perhatikan bahwa dalam menggunakan
grafik tersebut, tekanan air pori dianggap sama dengan nol.
Bob 12 • Stobilitas Tolud 1 87

0,6 0,6 .--.--,.----.---...,-- .....


0,5
0,4

"'� 0,3

0,2

0,1

20 30 40 50 10 20 30 40 50
1/1 (derajat) 1/J (derajat)
(a) Talud dengan kemiringan (b) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan thorisontal 1 tegak dan thorisontal

Gambar 12-17 Garis-garis kontur dari angka keamanan-keamanan yang sama (menurut Singh, 1 970).

1 2-8 METODE IRISAN (METHOD OF SLICES)


Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan, dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar
12-18a dengan A C merupakan lengkungan lingkaran sebagai permukaan bidang longsor percobaan. Tanah
yang berada di atas bidang longsor percobaan dibagi dalam beberapa irisan tegak. Lebar dari tiap-tiap
irisan tidak harus sama. Perhatikan satu satuan tebal tegak lurus irisan melintang talud seperti gambar;
gaya-gaya yang bekerja pada irisan tertentu (irisan no n) ditunjukkan dalam Gambar 12- 18b. Wn adalah
berat irisan. Gaya-gaya N, dan T, adalah komponen tegak dan sejajar dari reaksi R. Pn dan Pn+ 1 adalah
gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi irisan. Dernikian juga, gaya geser yang bekerja pada sisi irisan
adalah Tn dan Tn+ l " Untuk memudahkan, tegangan air pori dianggap sama dengan nol. Gaya Pn , Pn+ l' Tn ,
dan Tn+l adalah sulit ditentukan. Tetapi, kita dapat membuat asumsi perkiraan bahwa resultan Pn dan Tn
adalah sama besar dengan resultan Pn+ l ' dan Tn+l ' dan juga garis-garis kerjanya segaris.
Untuk pengamatan keseimbangan
N = Wn cos an
r

Gaya geser perlawanan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tr 'td (M.n ) =
't f
�s n )
J..[c + <J tan t/> ] M.n (12-53)
Tegangan normal cr dalam persamaan di atas [Persamaan (12-53)] adalah sama dengan:
F:
= =

Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik 0 adalah sama dengan
momen gaya perlawanan terhadap titik 0, atau

Y Wnr
-
sin a n = Y1..
-
� ( c + W,
cos a n

tan 4>) (M.n )(r)

atau

� = �n=��---- n --p--------- (12-54)


L wn sin a n
n =l
den·gan bn = lebar potongan
nomor n .
Catatan: M.n dalam Persamaan (12-54) diperkirakan sama dengan c!!'·�.
1 88 Mekoniko Tonoh Jilid 2

0,5 r-----i--+--i
0,6 r--r-----;;--y---y--, 0,6 .------.---.--r---.

10 20 50
tp (derajat) tp (derajat)
(c) Talud dengan kemiringan (d) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 1 horisontal I tegak dan 1 ! horisontal

0,6 .----r---.---,---, 0,6 r---r-----.---y--,


0,5 !----+---+--;---, 0,5 t--t----il---;-_,.-...,

0,1

10 20 30 40 10 20 30

(e) Talud dengan kemiringan


tp (derajat) t/1 (derajat)
(f) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 2 horisontal 1 tegak dan 2,5 horisontal
0,6 ,---.---.-----,,--,-

0,5 t--t---t---1----i--<

tp (derajat)
(g) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 3 horisontal

beke�a pada irisan nomor n.


Gambar 1 2-18 Analisis Stabilitas dengan metode irisan yang biasa: (a) Permukaan bidang yang dicoba; (b) Gaya yang
Bob 12 • Stabilltas Talud 1 89

(a)

p...

w.


\
- \
-
- -- \
a.

\
-
.::::,_ \

. ___.....-\
_ _ _ _

\ \

\ M.
R = W a


\
.

(b)

Gambar 1 2-18 (Lanjutan)


1 90 Mekonlko Tonoh Jilid 2

Perhati1can bahwa harga an bisa negatif atau positif. Harga an adalah positif hila talud bidang longsor
yang merupa1can sisi bawah dari irisan, berada pada Jcwadran yang sama dengan talud mu1ca tanah yang
merupa1can sisi atas dari irisan. Untu1c mendapat1can ang1ca Jceamanan yang minimum-yaitu, ang1ca Jceamanan
untu1c ling1caran Jcritis-beberapa percobaan dibuat dengan cara mengubah leta1c pusat ling1caran yang
dicoba. Metode ini umumnya di1cenal sebagai "metode irisan yang sederhana (ardinary method of Slices)".
Untu1c mudahnya, suatu talud dalam tanah yang homogen ditunju1c1can dalam Gambar 12-18. AJcan
tetapi, metode irisan dapat di1cembang1can untu1c talud dalam tanah berlapis-lapis seperti ditunju1c1can
dalam Gambar 12-19. Prosedur umum dari analisis stabilitas adalah sama. Tetapi, ada beberapa hal yang
perlu diingat. Selama mengguna1can Persamaan ( 1 2-54) untu1c menghitung ang1ca Jceamanan, harga-harga

Jcita hams mengguna1can sudut geser 4> = 4>3 dan Jcohesi c = c3; dan serupa untuk potongan no. 2, 4> = 4>2
4> dan c tida1c a1can sama untu1c semua potongan. Sebagai contoh, untu1c potongan no. 3 (Gambar 12-19), .
dan c = er

Metode lrisan Bishop yang Disederhanakan


Pada tahun 1955, Bishop memperkenalkan suatu penyelesaian yang lebih teliti dari pada metode irisan
yang sederhana. Dalam metode ini, pengaruh gaya-gaya pada sisi tepi tiap irisan diperhitungkan. Kita
dapat mempelajari metode tadi dengan memperhatikan analisis talud yang diberikan dalam Gambar

dalam Gambar 12-20a. Sekarang, misalkan Pn - Pn+t = !lP; Tn - Tn+t = 11T. Juga, Jcita dapat menulis
12-18. Gaya-gaya yang bekeija pada irisan nomor n, yang ditunju1c1can dalam Gambar 12-18b, digambarkan

bahwa:

T,. = N, (tan q>d ) + Cd M...n = N, (�)


ta 4>
+
c �
n
(12-55)

Gambar 1 2-20b menunju1c1can poligon gaya untuk keseimbangan dari irisan nomor n. Jumlahkan
gaya dalam arah vertikal.
·

atau:

____,_
tan 4> sin an (12-56)
cos a n +
0

F.
_ ___ .::_

Untuk keseimbangan blok ABC (Gambar 12-18a), ambil momen terhadap 0

( 1 2-57)
c

y, . r/1,. c,

y,. r/1, . c,

: :�·-;_� :. : �.:.:--.::·.�· .: : : . . ·_·:�·. : :·- ··


.· - . : _
A
. . :_:: ·· .�.
': .
·
.

Gambar 1 2-19 Analisa stabilitas dengan metoda irisan yang biasa untuk talud pada tanah yang berlapis
Bob 12 • Stabilitos Talud 191

T.

w
.

T. . , w•

!:iT

(b)

Gambar 1 2-20 Metoda irisan menurut Bishop yang sudah disederhanakan: (a) Gaya-gaya yang beke�a pada irisan
nomor n, (b) Poligon gaya untuk keseimbangan.

s (c + cr tan lP) Mn
dengan
T.
= 1
fi (12-58)

Dengan memasukkan Persamaan (12-56) dan (12-58) ke dalam Persamaan (12-57), didapatkan

�(cbn + W, tan tP + !:lT tan tP) m:(n) (12-59)


F.
=

dengan

(12-60)

Untuk penyederhanaan, hila kita mengumpamakan !:lT 0, maka Persamaan (12-59) berubah menjadi:
=

I<
n =l cbn + W, tan lP) (n)
s n�W, sin <X
-1-

n
(12-61)

n=l
1na
F =
·
1 92
Mekonika Tonoh Jilid 2

1 ,4

1,3

1,2

1,1

!-
t:"
1 ,0

0,9
u"
u. = -10°
-
......
......
0,8

0,7
"

u. = -20° "
"
0,6

0,5
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

Gambar 1 2-21 Variasi m. <nl dengan (tan tp)IF_ dan an

Perhatikan bahwa F, muncul pada kedua sisi dari Persamaan (12-61). Oleh karena itu, cara coba­

dengan (tan ,P)IF, untuk bermacam-macam harga a


coba perlu dilakukan untuk mendapatkan harga Fi Gambar 12-21 menunjukkan variasi dari ma(nJ
•.

Seperti pada metode irisan sederhana, beberapa bidang longsor harus diselidiki untuk mendapatkan
bidang longsor yang paling kritis yang akan memberikan angka keamanan minimum.
Metode Bishop yang disederhanakan ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Bila kita menerapkannya dengan program komputer, maka metode ini akan memberikan basil yang
memuaskan dalam banyak masalah. Metode irisan sederhana diberikan dalam bab ini sebagai contoh.
Metode sederhana ini sekarang jarang digunakan karena dianggap sudah kuno.

CONTOH 1 2-9: ----


Untuk talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-22, tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran untuk bidang
longsor AC yang dicoba. Gunakanlah metode irisan sederhana.
Bob 12 • Stabllitas Talud 1 93

Penyelesaian:
Massa yang longsor dibagi menjadi tujuh irisan. Perhitungan yang lain ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

� � �In an � cos an
(kN/m) (deg) (m) (kNim) (kNim)
lrisan sin cos AL,
(1) m
a a a,
, ,
No.
(2) (3} (4) (5) (6) (8)

1 22,4 70 0,94 0,342 2,924 2 1 ,1 7,7


2 294 ,4 54 0,81 0,588 6,803 238,5 173,1
3 435,2 38 0,616 0,788 5,076 268,1 342,94
4 435,2 24 0,407 0,914 4,376 397,8

1
177,1
5 3 90 , 4 12 0,208 0,978 4,09 81 ,2 381,8
6 268,8 0 0 4 0 268,8

I col. I Col. 8
7 66,56 -8 -o,139 0,990 3,232 -9,25 65,9
t Col. 7 =
Fs =
6 = =

!I Col. 6}(c) (!: Col. 8} tan ' 30,501 m 776,75 kNim 1 638,04 kN/m

(30,501)!2) + f1638,04�(tan 20)


+

!: Col. 7
= = 1,55
776,75

1 2-9 ANALISIS STABILITAS DENGAN METODE IRISAN


UNTUK REMBESAN YANG TETAP
Dasar-dasar metode irisan yang sederhana dan metode irisan yang disederhanakan menurut Bishop telah
kita bahas dalam Subbab 1 2-8, dan kita menganggap bahwa tekanan air pori akan sama dengan nol. Akan
tetapi, untuk rembesan tetap yang melalui talud, seperti pada kenyataan yang ada di lapangan, tekanan
air pori harus ikut dipertimbangkan hila Anda menggunakan parameter kekuatan geser efektif. Jadi, kita
perlu memodifikasi Persamaan (12-54) dan (12-61) secara gamblang.

tekanan air pori rata-rata pada dasar potongan adalah sama dengan u. h. Yw· Gaya total yang disebabkan
Gambar 1 2-23 menunjukkan sebuah talud dengan rembesan yang tetap. Untuk potongan nomor n,

oleh tekanan air pori pada dasar potongan nomor n adalah sama dengan u. u..
=

�---- 1 8 m >------l.,�l
T
5m
B C

y = 16 kN/m3 -.....
......
c = 20 kN/m2
' = 20°
14 m

A
�1
B
O w,
o
w.

I
o w,
_g I / I
w1 w' '

Gambar 1 2-22
Mekanlka Tanah Jllld 2
1 94
(positif)
-J x l-

\
\
\

\
\
\
\
Pennukaan air tanah

\
y \

\
(positif)

H Rembesan

+Y

Gambar 12·23 Stabilitas talud dengan rembesan yang konstan.

Jadi, Persamaan ( 12-54) untuk metode irisan yang sederhana akan disempurnakan untuk menentukan:

%[c l!.Ln + (W, cos (Xn un l!.Ln )] tan tP


%W, sin an
-

F. = �----------------------------
( 12-62)

Begitu juga Persamaan ( 1 2-61) untuk metode irisan yang disederhanakan menurut Bishop akan
disempurnakan ke bentuk:

( 1 2-63)

Perlu diperhatikan bahwa W dalam Persamaan ( 12-62) dan (12-63) adalah berat total irisan.
n
Dengan menggunakan metode irisan dan bermacam-macam asumsi yang lain, Bishop dan Margenstern
( 1960) dan Spencer (1967) memberikan grafik (chart) untuk menentukan angka keamanan dari talud yang
sederhana dengan memperhitungkan pengaruh tekanan air pori.

1 2- 1 0 GRAFIK DARI COUSINUS


Cousins ( 1 978) menggunakan suatu variasi metode lingkaran geser menurut Taylor, untuk membuat
grafik stabilitas (stability charts), untuk talud sederhana yang homogen dengan memperhatikan pengaruh­
pengaruh tekanan air pori yang disebabkan oleh rembesan. Grafik-grafik tersebut diberikan dalam Gambar
12-24, 12-25, dan 1 2-26. Parameter yang bermacam-macam yang digunakan dalam pembuatan grafik­
grafik tersebut diberikan di bawah ini.

a. Tinggi talud, H
b. Fungsi kedalaman [seperti didefinisikan dalam Persamaan ( 122-48)], D
c. Berat volume tanah, y
d. Parameter-parameter kekuatan geser efektif dari tanah, c dan tP·
Bob 12 • Stabilltos Talud 1 95

e. Rasio tegangan air pori, r". Menurut Gambar 12-23, r" didefinisikan sebagai:

ru = = -
hy <J>
yz yz
u
-- ( 12-64)

A.
=
f. yH tan tP (12-65)
c;
C

g. Faktor stabilitas N,, yang dapat didefinisikan sebagai:

Ns =
yH F. ( 12-66)
c

Perhatikan bahwa Gambar 12-24 adalah untuk lingkaran-lingkaran kritis yang melalui ujung dasar
talud (critical toe circles), dan Gambar 1 2-25 adalah untuk lingkaran-lingkaran kritis dengan bermacam­
macam fungsi kedalaman, D. Gambar 12-26 dan 1 2-27 adalah untuk lokasi pusat lingkaran kritis yang
m elalui ujung, dasar talud, dan untuk lingkaran dengan bermacam-macam fungsi kedalaman. Parameter
X dan Y didefinisikan dalam Gambar 12-23. Rasio tegangan air pori r", yang digunakan dalam gambar
tersebut adalah harga rata-rata sepanjang permukaan bidang longsor kritis. Untuk menentukan angka
keamanan terliadap kekuatan geser minimum, Anda harus memeriksa lingkaran yang melalui ujung dasar
talud dan juga lingkaran dengan bermacam-macam fungsi kedalaman. Urutan cara mengerjakannya
diberikan dan dijelaskan dalam Contoh 12-10.

350
'
300
......
......t'-.........
250
200 �\j
--'
.-'.
�:;.
"

r----..
......
160 .......


120 ""-'
\
'

� .�
.....
100

� ��
......

_'t ..._"' 1\ ...... .....;::::�,...


... " ......., _::::::..,
..... "" ' �
A. = so
,,

� � � r--.1I I� �
,, "o � =::::--... 20
'\ \ "" � I' '\

N -...... """ \ " -......: ...... ...... �


� -" -� _......, ....... .::"'"l =
....
... ---...

\".... \'-...'"' "� � ---- �


--

--......
b,
15

t"---,
--
.....
20 ,
, � � ...� --- 10

_:-...., t---,.. � -
""" ...... , :-.. � 8

� l"- r--:.... - -- .:-;;;: 3


'\. -....; � -
16 ...... -- _,
6
....... 4
12
0 .S'"--- .'- � 1-
� 0 � 0 � 2
� � -
"'-< �� � l.s ' 1
0,5
� ....
I'- 0
5
5 15 25 35 45

(a) Lingkaran ujung dasar talud (Toe circle), r, = 0


Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)

Gambar 1 2-24 Angka stabilitas untuk lingkaran ujung dasar talud yang kritis (menurut Cousius, 1 978).
Mekanika Tanah Jilid 2
1 96

350
300
250
200 j�_:-.,
160 '0


......
\. " ......�
\ \ ,.-
\,
120

-::)
, ....
100 ....... , " 1"'--.

....�... ......
.......

h.."l'
.....
·"" I'. ......._
'\. -.l -::)
., ---.....
�-
so
I '\. "�
'l '�.,\ "" \"'.. \
� ......._- 1\'/ '
.......
r-...
� A.'� = 50

� �
vi

� 40
30 _l '-
_}'I,. __... � ...... =---- �

t:::::, � 25
, ..._ "" � I'-- .......
� L
� ��
� ���
-..... .'

_s:::
:
� ��-- IS
... �
� � � ��
'
20 "
\. � --" �

\ -� � �� � ' � - 10
'-

"
._

·�
--

!'. {�
16 ....... \ ""' ' -o � 8
...... ... ::--,..., �
-
r--- 6

__.,..o� ,.-�.o ,_ .....


12 4
\. � "''"'
--....:l

10 � � 2
"':i-�.-:s � _.:::: .....
" t'-- 0
5 35 45
5 IS 25
Sudut kemiringan talud, {3 (derajat)
(b) Lingkaran ujung dasar talud (Toe circle), r. = 0,25

350
300
250
200
160 1'-

_1 �
120 ,......._


100 1'\ ' '0 -"""

" ....
' " _.:"
' , ...
l\ '_'... "
50 �\.'\\. I""\ "'� _:--..,.
�-"' 1'1.
�- 40 _1'1. "'- I'.
....... .......
\ ;\ 0� �
-::)
_:-.-,
,_; """' !'...�
�\ """ ....... ....... ..)/\." :---.,
s


" � ['., \['... �
30
' :\'.,.�t--.�� ...... ......._� �
;.::::
:.0

� � �
"" A. = 50
' '�
20 ' \" � t'b.
-.....
......� ......

'�

....... "-::) - � ....


---
� , ...... �

......
� :..... � =---- ...... 20

��.0 �
16 :..... :..... � -.....

� :::::--....:- -
...... IS

12 .,.../ ""�
�-V ��
10
----.;;;::: 6 8
10 =---- ::._
� .0 � 4
� '
--...;
...- � '
......

I
J'l...< ..
� ' _..., 0
5 45
5 15 25 35
Sudut kemiringan talud, {3 (derajat)
(c) Lingkaran ujung dasar talud (Toe circle), r. = 0,5

Gambar 1 2-24 (Lanjutan)


3'
er
I'V

350 350 �
300 300 g:
c;
25 250 �
200 200 c
Cl.
160 1 60
12 120
100 100
A,, = 50
5 50 A,, = 50
:eo:;"
40 40
B 20
30 30
i
:=
.�
t;; :eo:;· 20

20 10 <£
20
16 6
4
�"'

16 10
6
12 5 12
� 10
4
10 2 � 2
I
0 0
5 5
15 25 35 45 15 25 35 45
Sudut kemiringan talud, fJ (derajat) Sudut kemiringan ta1ud, /3 (derajat)
r. = 0 r. = 0,25
D= 1 D=1
- - - - D = 1.25 D = 1 ,25
-- - -- D = 1,5 D = 1,5
(a) (b)
Gambar 1 2-25 Angka stabilitas untuk lingkaran kritis dengan faktor kedalaman tertentu (menurut Cousius, 1 978).
-
"()
......
Mekanlka Tanah Jllid 2
1 98
350
300
250

"
200

""
160
120
c--..

I�
100 "

' � '�
"'-"

...."
"
""
50 � '"' .

�" '� �'


.1'1
......

30 �'� 6 ...�
� � �
40 ....... .......

� �� r--....
....... ......

:C:' �,,,, �� ......


,-
�� �4�� ....... �
� 20 L' ......

� '
'I �
, -...., ,

�""--. �

r--.. r--.
16 � ' � -..... � -...... 20
·'
2 ....... .;;::-.. .......

-..... � ,.._�
B 12 - �
... .... .. ;:... � c:----... - 10
.... ... ��
- _
� 10 · , .... .. o .... r- - - 0::::::..
:-
=-- :s:: 6
:::::: 4
� .....
- - -
� 2
--- - -_.. -
- r-- -----
0

15 25 35 45
S•1dut kemiringan talud, {3 (derajat)
r. = 0,5

D =1
D = 1 ,25

Gambar 1 2-25 (Lanjutan)


D = 1 ,5 (c)

Tentukan angka keamanan minimum (F) dari suatu talud yang mempunyai parameter sebagai berikut: H = 10,5 m;
CONTOH 1 2 - 1 0:

f3 = sudut kemiringan = 25°; c = 10,5 kN/m; tP = 25°; y = 1 8,5 kN/m3 , r. = 0,35 (harga rata-rata). Juga tentukan Iokasi
dari lingkaran kritis yang memberikan harga minimum dari F,.

Penyelesaian:
Langkah 1 :
Dari Persamaan (12-65)
(18,5)(10,5)( tan 25° )
8,63
10, 5
Langkah 2:
Gunakan Gambar 12-24, periksa kemungkinan kelongsoran yang melalui ujung dasar talud. Dari Gambar 12-
24b dan 12-24c, untuk r. = 0,25 dan f3 = 25°, N, = 26 dengan D = 1,05. Juga, untuk r. = 0,5 dan f3 = 25°, N, :::
19 dengan D = 1,05.

Langkah 3:
Gunakan Gambar 12-25b, dan 12-25c, untuk r
.
= 0,25 dan f3 = 25°, N, = 25 dengan D ::: 1 ,0. Juga, untuk r.
= 0,5 dan f3 = 25°, N, = 19 dengan D = 1,0.

Langkah 4:
Berdasarkan hasil-hasil yang dilakukan dalam langkah 2 dan 3, dengan cara interpolasi, kita mendapatkan
bahwa lingkaran kelongsoran melalui suatu ke dalaman mendekati D = 1,0. Untuk r. = 0,35, harga minimum N,
adalah sekitar 21,5. Dengan menggunakan Persamaan (1 2-66), kita dapatkan:

yH
F (21, 5)(10,5)
N,c
= = 1 16
(18, 5)(10, 5)
I •
Bob 12 • Stobilitas Tolud 1 99

� ....
2,0

f- - -�
,...._ Ac; = 0 -

� ---
,
.....
- -
- _...........
CCl.
.. l..--\ �
;...I :X:: - >---:..k- ---::::.::;:;.· ....
3 - - i-20 -

- -�--- - ---
· -

ci:i.
- i--10 - - i �

1 ,0 --
6 ....�
.. -
><I :X::
c
s 1-
2
- -�
o-
-=--- ......
'-·�
tan f3

--
7 --t-- A.

-r--:: t:--=:c::-
:: -
=0
- c;

t-f--,.._
,__
'-
-- ---
0 r-.::r--: ::
t:===!;t::-
=: 2

1 �"...... -...�--.
.;;;::::
--
� Jr---.:�� 6
... "'""' 10
! tan p J ...... ....... 20
-i I "'--
! 50
-1,0
5 15 25 35 45
Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)
(a) r, = 0

2,0
..........
....... A,; = 50 .... -
...._
- -
� -
CCl.
'\ - �-
>< I :X::
c _ ..
s
-
-- - 20 - -- -"1 __:;:..�-?'
-.::
t:..._;
;=?"
-
-· 1 0 - - -
1,0 - -- - -
L � tan f3_
.....
CCl. ....
- -o-
-6 -
;...I :X::
c
s -� 2 --

·- i ---.....
_-
...

-r:::-"-
-:: - --- -r-t----

0 r--:� -
-:::-
-F:::.
t-- .......

.-r--..:- 106
t--.1 ....r--.
..

I -......
.K tan f3 �
r..... 20
"""-.

I
. H
"' 50
-1,0
5 15 25 35 45

(b) r, = 0,25
Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)

Gambar 1 2-26 Koordinat X dan Y untuk lingkaran ujung dasar talud yang kritis (menurut Cousius, 1 978).
Mekanlka Tanah Jilid 2
200

2,o ...-- v
.,.....
- -r----.------r---.------,--r- , .----
·� - -,

io k
-- - �- \ I- _... ........::.:
1---+--+---+1.. .... ...,.,.

-
=

-�--'·- ....-

c--20 .... --1� -- ��


IO- -::: �i
:: ?
-- - 1-"
1 ,0 r-..
r- - 6
-
_ I--_ ·;-,.....::::�"'"\_ � tan /1 _
-f.--
t--. ,.. - 2 ....-- _

� tan f3 _/ """'
'-...

'r--...
20
1-----t---+-- I
-1,0 "' 50
5 15 25 35 45
Sudut kemiringan ta1ud, f3 (derajat)
(c) r, = 0,5

Gambar 1 2-26 (Lanjutan)

Langkah 5:
Untuk menentukan fokasi pusat lingkaran yang paling kritis, perhatikanlah Gambar 12-26 dan Gambar 12-27.
Dari Gambar 12-26b, untuk r. = 0,25, � = 25°, dan A.c, = 8,63, harga ("*) tan �= 0,22. Demikian juga, dari Gambar
1 2-26c, (�) tan � = 0,2, dan (jj) tan � = 1,0 1 .

dan ( 11) tan J3 1,08. Demikian juga, dari Gambar 12-27c, (t) tan � = 0,21 , dan ( 11) tan � = 1 ,03. Interpolasi
Dari Gambar 12-27b, untuk r. = 0,25, � = 25°, D :: 1, dan Ac; = 8,63, harga ( "*) tan � 0,2 ==

==

dari harga tersebut memberikan (untuk r. = 0,35)

X tan � - O 2 atau y
-
_ 0, 2 H _
-
(0, 2)(10,5) _ 4
5 m

X.. tan � - 1, 04 atau


H ' tan 25 tan 25 - '
(1, 04 )(10,5)
Y =
23, 41 m
==

H tan 25

1 2- 1 1 FLUKTUASI ANGKA KEAMANAN TALUD


TIMBUNAN LEMPUNG Dl ATAS LEMPUNG JENUH
Gambar 12-28a menunjukkan timbunan tanah lempung yang rendah yang dibangun di atas tanah lempung
lembek yang jenuh. Misalkan P merupakan titik yang berada pada suatu kemungkinan bidang longsor
APB yang merupakan busur suatu lingkaran. Sebelum pembangunan timbunan, tekanan air pori pada P
dapat dinyatakan sebagai:
U = h "fw ( 12-67)

timbunan adalah diletakkar. secara merata seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-28b. Pada saat 1 = 11,
Untuk kondisi yang ideal, marilah kita anggap bahwa tinggi timbunan yang dibutuhkan untuk membangun

tinggi timbunan adalah sama dengan H, dan tinggi tersebut kemudian tetap (yaitu untuk t > t1). Tegangan
geser rata-rata yang bertambah, t pada permukaan kemungkinan bidang longsor yang disebabkan oleh
pembangunan timbunan juga ditunjukkan dalam Gambar 12-28b. Harga t akan bertambah secara linear
sejalan dettgiln waktu sampai 1 = t1 dan kemudian tetap konstan.
Bob 12 • Stabilitas Talud 201

2,0 -
-

-
A,, � 50 .. -
r-- - -tl- ,..�
� 20
�-- \� - -:;;�
- -==�� ��
�IO -
_..;:::::::.
......
�--
-6·
- _ .;:-- ."1"
�2 t::""--
o L y tanf3_
1,0 H
�K
v-...:�r--- -
t--
---
---
� � ::::::-
-
hL --1--- A,, =2
0
......___-. --=::::::-:
::: f;f--.
:: --.
-- 2
--
"- � ---=:::� :--- 6
,. -...... "'- ,-..... 10
...... 20
_!_ tan fJ � "---
H
I � 50
-I,O
5 I5 2: 35 45
Kemiringan talud, � (derajat)
(a) r. =0; D = I

2,0
,..... ..,....
r--- - A
,, =50 1-
� //

:=:::20
:::. -
\ ........:
.. �
r--- r- - -- � ::;-
::::\-:::: :;;-
-
c:t:l. r"-· IO --f-- -:;:::-
::-
1,0 6 -- �-:::: -\L_ � tan{J-
- i-2 ...-
! ,.....-
:o..l::t:
�.....
ci:i.
s
c: �t:---
><l::t:
r:::-:�
::: :::::--!--- ?- --
-
---
0 -�--- ;:::r-F:::
::- :.:---t-.
--
'---....IT--.. ... �
---
-...... !---....
� tan fJ �

...."
...
"" 50
-1.0
5 I5 25 35 45
Kemitingan taiud, � (derajat)
(b) r. "' 0,25; D I =

Gambar 12-27 Koordinat xdan yuntuk lingkaran-lingkaran dengan faktor kedalaman D= 1 (menurut Cousius, 1978)-
202 Mekanika Tanah Jilld 2

2,0
//

.... k .... .,.... .......-


- -- -
\;=50
\ ...... ....

;:::�
L--- 1'--:��
10 --r::.:=
�2 0
�-:::-�
- r
L
1,0 --
f.-::.. -
-
X. tan f3 -
- 2
<:o..
6 -
= H
s �
-....;;::::
:...l::r:: � :::::--
<:o..
=
r--:::::-.:::
--
::;::::----:::-::-r-
--
-
A. ;=2
s -- --::::::--;:::--
- ,
0 --
><l::r:: !"---...J-... �--.-
.
6

� ....... 10
r--....
""' ...... 20
X... tan f3 ./
H
r'\.
-1,0 '\ 50
5 15 25 35 45

Kemiringan talud, � (derajat)


(c) r. = 0,5; D= I

Gambar 12-27 (Lanjutan)

Tekanan air pori pada titik P (Gambar 12-28a) akan terus bertambah selama pembangunan timbunan
berlangsung, seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-28c, pada saat t = t1, u = u1 > lryw. Hal ini disebabkan
proses keluamya air pori dari lapisan lempung terjadi dengan kecepatan yang rendah. Akan tetapi, setelah
pembangunan timbunan selesai (yaitu, t > t1), tekanan air pori akan berkurang secara perlahan dengan
bertambahnya waktu, yang berarti proses konsolidasi juga terjadi. Pada saat t = t2, maka

U = lryw
Untuk penyederhanaan, apabila kita menganggap bahwa pembangunan timbunan dilakukan sangat
cepat, dan boleh dianggap bahwa air pori tidak sempat mengalir ke luar selama pembangunan timbunan,
maka kekuatan geser rata-rata dari lempung akan tetap dari t =0 sampai t = t1, atau 't1 = c. (kekuatan
geser dalam keadaan undrained air pori tidak ke luar). Kondisi ini ditunjukkan dalam Gambar 12-28d.
Untuk t > tl' selama proses konsolidasi berlangsung, harga kekuatan geser 't1 akan bertambah secara
perlahan. Pada saat t ;::: t2 - yaitu, setelah proses konsolidasi selesai - kekuatan geser rata-rata dari lapisan
lempung akan sama dengan (Gambar 12-28d) 't1 = c + a' tan tf> (kekuatan geser dalam keadaan air
teralirkan/air pori telah mengalir ke luar). Angka keamanan sepanjang permukaan bidang longsor dapat
dituliskan sebagai:

Kekuatan geser rata-rata dari lapisan lempung sepanjang


permukaan bidang longsor 't 1 (Gambar 12-28d) (12-68)
Tegangan geser rata- rata 't, sepanjang permukaan
bidang longsor (Gambar 12-28b)

Perilaku umum variasi angka keamanan F, terhadap waktu ditunjukkan dalam Gambar 12-28c. Seperti
dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa harga awal F, akan berkurang dengan waktu. Pada saat akhir
pembangunan (waktu t t1), harga angka keamanan adalah minimum. Di luar titik tersebut, harga F, akan
=

terus bertambah dengan mengalimya air pori keluar sampai saat t = t2•
Bob 12 • stabllltas Talud 203
A

B
Muka tanah

i_ __ Y _muka air
h
____ __ ___

-=- tanah

-- +
(a)
Tinggi timbunan

Tegangan geser rata- rata t, pada


pennukaan yang ditinjau melalui P

'• tz

(b)

till = kelebihan tenaga air pori

·c
8.
...
·a
=
<U
01)
=
<U
01)

'· tz Waktu
(c)

t"'�

.g
=
.s
...
"
"'
"
01) I
=
<U I
'Oi
;:l I

:.:: t
'· 'z Waktu

'z Waktu
(e)
Gambar 12-28 Variasi angka keamanan terhadap waktu untuk timbunan di atas lempung lembek (digambar lagi setelah
Bishop dan Bjernnen, 1960).
204 Mekanlka Tanah Jilid 2

Galian dalam Tanah Lempung ----


--­
--

Gambar 12-29a menunjukkan suatu talud galian dalam lapisan tanah lempung lembek yang jenuh di
mana APB merupakan kemungkinan bidang longsor. Selama melaksanakan penggalian, tegangan geser
('t) pada permukaan kemungkinan bidang longsor yang melalui titik P akan bertambah. Harga
rata-rata
maksimum dari tegangan geser rata-rata 't akan dicapai pada saat akhir dari pembangunan - yaitu, pada
saat t = t1• Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 12-29b.
Akibat galian tanah yang dibuat, tegangan overburdeu efektif pada titik P akan berkurang. Hal ini
akan mempengaruhi pengurangan tegangan air pori. Variasi perubahan tegangan air pori, Au, ditunjukkan
dalam Gambar 12-29c. Setelah pembuatan galian selesai (waktu t > t1), kelebihan tegangan air pori
negatif akan lenyap secara perlahan. Pada saat t � t2, besarnya Au akan sama dengan nol.
Variasi kekuatan geser rata-rata 't.r dari lapisan tanah lempung ditunjukkan dalam Gambar 12-29d.
Perhatikan bahwa kekuatan geser tanah sesudah penggalian berkurang secara perlahan. Hal ini disebabkan
lenyapnya kelebihan tegangan air pori negatif.
Apabila angka keamanan dari talud galian F, sepanjang permukaan bidang longsor didefinisikan
oleh Persamaan (12-68), maka variasi harganya akan ditunjukkan dalam Gambar 12-29e. Perhatikan
bahwa harga F, berkurang dengan waktu, dan harga minimumnya dicapai pada saat t � t2•

12-12 KASUS LAPANGAN TENTANG KERUNTUHAN TALUD ----



--

Ladd (1972) melaporkan basil-basil penelaahan keruntuhan suatu talud yang telah dibangun di atas
lapisan tanah lempung yang sensitif. Telaah ini dilakukan dalam hubungannya atas program perbaikan
jalan interstate 95 di Portsmouth, New Hampshire, yang terletak 50 mil sebelah utara Boston pada daerah
pantai. Untuk mempelajari stabilitas talud, suatu uji timbunan dibuat hingga kelongsoran tetjadi pengujian
tersebut dilakukan selama musim semi 1968. Uji timbunan tadi dilengkapi dengan peralatan-peralatan
lengkap untuk mengetahui perilaku lapisan tanah di bawah timbunan dan perilaku timbunan itu sendiri.
Lokasi peralatan-peralatan yang dipakai untuk pemantauan tersebut seperti ditunjukkan dalam Gambar
12-30.
Permukaan air tanah di tempat yang diuji tersebut terletak pada ketinggian +20 ft dari permukaan
air laut rata-rata. Sifat fisik secara umum lapisan tanah lempung kelamaan yang lembek dan sangat
lembek yang berwarna abu-abu seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-30 adalah sebagai berikut:
A
kadar air alami =50± 5%

- --------
....!. �ka air tanah

(a)

1 Tegangan geser rata-rata t, pada


1 permukaan yang ditinjau
melalui P
I
I
t
(b) t2 Waktu
Gambar 1 2-29 Variasi angka keamanan dari talud galian dalam tanah lempung lembek (digambar lagi setelah Bishop
dan Bjerrmen, 1 960).
• 205

Bob 12 Stabilitas Talud

(positif)

I
t, t
Waktu

-a" r------�
...

'•
12 Waktu
(d)

..-


g
1:!
.ri
� �--- -
-L-
--
01)

12 Waktu
(e)

Gambar 1 2-29 (Lanjutan)

Kekuatan geser untuk kondisi air termampatkan air pori tidak mengalir ke luar yang didapat dari uji vane
di lapangan adalah = 250 ± 50 lb/ft2 (:= 12 ± 2,4 kN/m2).
kekuatan geser untuk kondis_i rusak = 25 ± 5 b/ff (::: I ,2 ± 0,24 kN/m2)
batas cair = 35 ± 5
batas plastis = 20 ± 2
Selama pelaksanaan pembangunan uji timbunan, timbunan diletakkan pada kecepatan yang cukup
seragam dalam periode sekitar satu bulan. Keruntuhan talud (I tegak: 4 datar) terjadi pada tanggal 6 juni
1968, malam hari. Tinggi timbunan pada saat runtuh adalah 21,5 ft (6,55 m). Gambar 12-31 menunjukkan
permukaan keruntuhan talud y�ng sebenamya. Perputaran bagian talud yang ditunjukkan dalam Gambar
12-31 adalah "keruntuhan sebelum" bagian talud berputar dengan sudut 13 derajat terhadap suatu titik W
45 ft, elevasi 51 ft.
Ladd (1972) melaporkan analisis stabilitas tegangan total (konsep rp = 0) dari talud yang runtuh
dengan menggunakan metode Bishop yang disederhanakan. Variasi dari kekuatan geser dalam kondisi air
pori tidak mengalir ke luar (c) yang digunakan untuk analisis stabilitas, diberikan di bawah. Perhatikan
bahwa harga-harga tersebut belum dikoreksi dengan Persamaan (9-48).

.. EJevasr c., di!J:apatkat') dari uji vane (lb/W).


{ft permukaan laut rata-rata)

20 sld 15
15 s/d 20
10 s/d 5
5 s/d 0
0 sld -2.5
;...2 s/d ;...s·
-5 sld -10
....1<)
. osld..,13t:< :.'
,
"
: o ,� o, , i'
1\.)
0
0.
?O r----------
-,
60 Patok duga penurunan
dengan titik Borros
50 1-
Patok duga I El. ¥'
""- 41,5 ft Pisometer
�!������\�,f�;�����i��;;��;,,::g}!i�;'i\;:
40 kawat getar
Patok ukur Penunjuk
301- \.., / kemiringan
I
201-
lOf-
' +
;�_[;�:;;(�:�:.=.:-·� :\�;':f!�:N;;;.,::]Qj�·�·��: Lempung ke1ainan warna

'::\Cot:.
�;c;w�""w''
_!_
] or-
abu-abu yang lembek-
. - ...�
sangat lembek
i .
_ __
'
s
-10r
lanau Iempung (",\:_:_,_�:�::\�)·r:�t
-•·���;;,::;�;i?·.:Ji;·'/::_::.f !!!JJIJJJ/f�
-201- _�;:C\!(.U-.AH.�:�!:'��;;,'}�\_;:r;}���0,'.J., Pasir halus lepas -
·�
� -30 f- .:�::�=: ��:�.��:i.:t�·t;;::���i�-�:3/.� ;_-:;:::{:i{;
�- ....,. t'"' tf."'t.·.''f...
Jr'/:·
:: :::�ti�:�:�:�:!?�>�i=�
... .-f(�1*i'·-� .V"� ;1r-&·1' :o.:'�·,·;.,>··r'�: ;- ·:
.·:·f��{:��. :.�:����:�t��:.:-;;;(�:�}
........ -._:..-;..� r.-:.-�<.;;
� v .
,�.� .. �.-�·. · · _ ··�
� ���-t.�:.... ;:·,
.. \;l,•;• �-:·.{::-'f...,.;.,' �c..r.<'...;;c;;._:.:����:)\!)�·�
���:.�?������.���?i!��'i'��:�r1���fr��:��ff�/.��:: :-�· . .r.· .:·: �;�_�.z\;J:(J��;·:?�(�&i�z��;(.?Jt��t!:!���wt.;j�"f.i� �f?�·
· -,�.
-40 � p. • ,
W100 80 60 40 20 0 20 40 60 80 100 120 140 160
E
Jarak (ft)

Gambar 12-30 Penampang melintang melalui garis tengah bagian eksperimental di mana pengukuran diadakan, arah
utara (menurut Ladd, 1972).


<-

"'
Bob 12 • stabilitas Talud 207

@ .---
-,
--
Garis tengah
50

40

30

i\ ��p u� -
g
S 0 :,:_: lembek sebelum runtuh

��:V:\��:·:.::.· .
__

"' --- setelah runtuh


'"
> .- -- - bagian yang berputar
.!:!
-10
w
_20 =:,.
Pasir-lanau
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 10 20 30

Jarak (ft)

Gambar 1 2-31 Penampang melintang bagian eksperimental di mana pengukuran dilakukan, saat sebelum dan sesudah
runtuh (menurut Ladd, 1972).

80,---- --�
Permukaan keruntuhan
kritis (dari test vane)

� Lempung lembek

�' ...
..........�-
..
............. ______ ......
Lanau-pasir y = 130 lb/ft3; 1/1 30° 1
------------�------�--�
=

-20
120 100 80 60 40 20 0

Gambar 1 2-32 Hasil analisa stabilitas tegangan total (menurut Ladd, 1972).(Catatan: SHANSEP = Stress Ustary and
Normalized Soil Engineering Properties).

Angka keamanan (F) yang didapat dari analisis stabilitas untuk lingkaran kritis dari kelongsoran
adalah 0,88. Lingkaran kritis dari kelongsoran tersebut ditunjukkan dalam Gambar 12-32. Angka keamanan
untuk bidang longsor yang sesungguhnya, yang didapat dengan menggunakan metode Bishop yang
disederhanakan adalah 0,92. Untuk perbandingan, bidang longsor yang sesungguhnya juga ditunjukkan
dalam Gambar 12-32. Perhatikan bahwa dasar dari bidang longsor yang sesungguhnya berada sekitar
3 ft (0,91 m) di atas bidang longsor kritis yang ditentukan secara teoretis.
Mekanika Tanah Jilid 2
208

Garis
Irisan n >m
Irisan n =m
Irisan n = I

�';
"
Irisan

" 20 : : ::·:.:::::
�:-;:·��;;: �?:1;<�
..!:!
·

" .
·.

...
.

::l
E

5 0 , Permukaan keruntuhan
I yang sesungguhnya
Lempung
·u;
"
>
"'

Pasir dan lanau
20
120 lOO 80 60 40 20 0 20 30
Jarak (ft)

Gambar 1 2-33 Urutan perhitungan angka keamanan [Persamaan 12-69].

Para pembaca dapat memeriksa angka keamanan F,, untuk permukaan bidang longsor yang sebenamya
sebagai pekerjaan rumah. Garis besar cara mengerjakannya adalah sebagai berikut.
Gambar 12-33 menunjukkan bagian timbunan (embankment) dan bidang longsor yang sesungguhnya.
Untuk penyederhanaan, lapisan tanah tidak ditunjukkan dalam gambar tersebut. Pada Gambar 12-33,
dasar potongan No. n =1 sampai dengan ini adalah dalam tanah pasir (c =0). Dasar dari potongan No.
n = m + 1 sampai dengan n =p adalah dalam tanah lempuQg. Untuk analisis tegangan total dengan

metode Bishop yang disederhanakan, Persamaan (12-61) mungkin digunakan. Karena untuk potongan no.
1 sampai dengan m, c =0, dan untuk potongan No. m+ 1 sampai dengan p, tP =0 dan c =c•• maka:

•=p

I<W, tan tP) -1- L (c.b.) 1


•=I m<a> •=m+l
-
m(a).

F n-m
+ (12-69)
rw. sin �w. sin
=

a. a.
s

n=l n=m+l

Perhatikan bahwa w . pada persamaan di atas adalah berat total dari potongan di bawah konstruksi untuk
menghitung w kita dapat menggunakan harga berat volume tanah jenu yang diberikan oleh Ladd (1972).
•.

Ladd (1972) juga melaporkan analisis stabilitas talud didasarkan pada variasi harga rata-rata kekuatan
batas kondisi air termampatkan dari lapisan lempung sebagaimana ditetapkan dengan menggunakan "tress
thistary And Normalized Sail Engineering Properties" (SHANSEP). Uraian lebih rinci untuk mendapatkan
harga c. dengan cara ini adalah di luar lingkup buku ini. Akan tetapi, basil akhir dari harga c. tersebut
dapat Anda peroleh dalam tabel berikut:
Bob 12 • Stabllitos Talud 209

Elevasi C11 rata-rata didapat


(ft-permukaan laut rata-rata) dari SHANSEP (lb/ft3)

20 s/d 15 1 000
15 s/d 10 335
10 s/d 5 230
5 s/d 0 260
0 s/d 2 5
-
300
-2,5 s/d -5 320
,

-5 s/d -10 355


-10 s/d -13 400

Dengan menggunakan harga rata-rata c", di atas, analisis stabilitas dengan metode Bishop yang
disederhanakan memberikan basil sebagai berikut:

Bidang longsor Angka keamanan, �


bidang longsor sebenarnya 1,02
bidang longsor kritis 1,01

Gambar 12-32 juga menunjukkan permukaan bidang longsor kritis yang ditentukan dengan menggunakan
harga c" yang didapat dari SHANSEP.
Dengan mengacu pada hasil-hasil sebelumnya, kita dapat menggambarkan kesimpulan sebagai berikut:
a) Bidang longsor yang sebenamya dari talud dengan ketinggian terbatas, merupakan lengkung dari
lingkaran.
b) Ketidak cocokan antara bidang longsor kritis yang diperkirakan dengan bidang longsor yang sebenamya
pada dasamya disebabkan oleh perbedaan asumsi dari kekuatan geser. Harga c" dan SHANSEP
memberikan Fs = 1, dan permukaan bidang longsor kritis memberikan harga Fs yang hampir sama
dengan bidang longsor sebenamya.

Kasus lapangan ini merupakan contoh lain yang menunjukkan pentingnya evaluasi yang benar
terhadap parameter tanah yang akan digunakan, untuk memperkirakan stabilitas bermacam-macam struktur/
konstruksi.

SOAL-SOAL

12-1 Untuk talud seperti yang diberikan dalam Gambar Pl2-l, tentukan tinggi H, untuk keseimbangan kritis.
Diketahui � = 20°

--- --�

I
-

H
y= I 00 lb/ft'

( tanah keras)
Gambar P12-1
Mekanika Tanah Jilid 2
21 0

12-2 Lihat Gambar P12-1


a) Bila � = 20° dan H 1 0 ft, berapa angka keamanan F, untuk melawan kelongsoran sepanjang bidang
=

antara lapisan tanah dan batuan (lapisan tanah keras)?


b) Untuk � = 20°, hitung tinggi H yang akan memberikan angka keamanan 1 ,5, yang melawan kelongsoran
sepanjang bidang antara lapisan tanah dan lapisan batuan (lapisan tanah keras).

12-3 Lihat Gambar Pl2-l. Gambar grafik Her lawan kemiringan talud � (untuk � dari 15° s/d 30°).

12-4 Talud dengan ketinggian tak terbatas ditunjukkan dalam Gambar 12-4. Tentukan angka keamanan terhadap
kelongsoran sepanjang bidang AB. Diberikan H 4 m. Perhatikan bahwa ada rembesan melalui tanah, dan
=

permukaan air tanah adalah sama dengan permukaan tanah

Muka air tanah

�Arab rembesan

H
G, 2,65
e = 0,7; c = 15 kN/m2
=

� = 20°

Gambar P12-4

12-5 Suatu talud dengan tinggi terbatas ditunjukkan dalam Gambar P12-5. Anggap bahwa keruntuhan talud terjadi
sepanjang suatu bidang rata (asumsi culmann), tentukan tinggi talud untuk keseimbangan kritis.

12-6 Lihat Gambar P12-5, tentukan tinggi ta1ud H, yang akan mempunyai angka keamanan terhadap kelongsoran
sebesar 2. Anggap bahwa bidang longsor kritis adalah lurus/rata.

12-7 Lihat Gambar P12-5. Apabila H = 39


, 6 m, berapakah angka keamanan terhadap kelongsoran? Anggap
bahwa bidang kritis adalah rata.

12-8 Tentukan tinggi dari talud dengan tinggi terbatas yang mempunyai kemiringan tegak = 1 dan horisontal =

2, yang harus mempunyai angka keamanan 2 terhadap kelongsoran. Untuk tanah, diberikan:
=

c = 18 kN/m2

1/J 20°
p
=

= 1 700 kg/m3

Anggap bahwa permukaan bidang longsor kritis adalah rata.

.. .::.·.··:.· ..··.:.:·:· :..:··.·.. ·.·..:_;· ·.. ·:·. -�-�...:: ...=.'.:·;


...�. :· ;···.::· .... ··. .
.. ":,:·.. ···· . .
. .-

,' ��:::·· .

. .)?-'
� = wo
H c = 9,6 kN/m2
y = 15,72 kN/m3

1
Gambar P1 2-5
Bob 12 • stabllltos Talud 211

12-9 Suatu talud dari galian dibuat di dalam tanah lempung (Gambar P12-9). Diketahui c. 500 lb/ff
(lP 0) dan y = 11 0 lb/ft3• Talud mempunyai sudut kemiringan 56° dengan horisontal. Tentukan kedalaman
=

maksimum galian yang dapat dibuat. Anggap bahwa permukaan bidang longsor kritis merupakan lengkung
lingkaran. Bagaimanakah bentuk asli dari bidang longsor? (yaitu lingkaran ujung dasar talud, lingkaran
lereng talud, atau lingkaran titik tengah)?

:·. ·,··. :.·,!:.·..: . : :·· -:·: :.··...: :·. ···.


·.: . :·. ; :.
.
. .
.· •. . .

y = ll0 lb/ft'
c. = 500 lblft'
IP= O
H

Gambar P1 2-9

12-10 Untuk talud galian seperti dijelaskan pada Soal 12-9, apabila kita menghendaki angka keamanan terhadap
kelongsoran = 2, berapakah kedalaman galian harus dibuat?

12-11 Gunakan grafik yang diberikan dalam Gambar 12-9 . Tentukan tinggi talud, tegak = 1 dan horisontal 1/2,
dalam tanah lempung jenuh yang mempunyai kekuatan geser kondisi air termampatkan 32, 55 kN/m2•
Angka keamanan terhadap kelongsoran yang diinginkan adalah = 2. Diketahui y = 18,9 kN/m3•
=

12-12 Lihat Soal 12-11. Berapa tinggi talud yang kritis? Bagaimanakah perilaku bidang lengkung kritisnya? Tentukan
juga jari-jari bidang kritis tersebut!

12-13 Untuk talud seperti ditunjukkar. dalam Gambar P12-1 3. Tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran
untuk bidang longsor AC yang dicoba.

Jari-jari p = 36 ft

Gambar P 1 2-13

12-14 Suatu talud galian dibuat dalam lapisan tanah lempung yang jenuh. Talud dibuat dengan kemiringan 40°
terhadap bidang datar. Kelongsoran talud akan teljadi bila galian mencapai kedalaman 6, 1 m. Hasil penyelidikan
tanah terdahulu menunjukkan bahwa lapisan batuan terletak pada kedalaman9 , 15 meter di bawah permukaan
tanah. Anggaplah bahwa teljadi kondisi air termampatkan dan Y,., 17 , 29 kN/m3; tentukan:
=

a) Kohesi untuk kondisi air termampatkan dari lempung (gunakan grafik Taylor, Gambar 12-9).
b) Bagaimanakah bentuk bidang kritis yang sebenarnya?
c) Dengan memperhatikan ujung dasar, talud, pada jarak berapa bidang Iongsor memotong dasar galian?
21 2 Mekanika Tanah Jilid 2

12-15 Apabila talud galian yang dijelaskan pada Soal IZ-I4 dibuat sedemikian rupa sehingga He, = 7,6Z m, pada
sudut berapa talud tersebut harus dibuat terhadap bidang datar (gunakan grafik dari Taylor dan hasil-hasil
dari Soal 11 - I4a).

12-16 Perhatikan Gambar PIZ-I6 dan gunakan grafik Taylor (Gambar IZ-I5) untuk menyelesaikan soal�soal berikut
ini:

H
c

l
Gambar P12-16

a) Apabila n' = Z, t/J =10°, c = 700 lb/ft2, dan y = 110 lb/ftl, tentukan tinggi kritis dari talud
b) Apabila n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, dan y = II5 lb/ft3, tentukan tinggi kritis dari talud
c) Apabila n' = Z,5, t/J = 12°, c = Z3,94 kN/m2, dan y = I6,5I kN/ml, tentukan tinggi kritis dari talud
d) Apabila n' =1 , t/J = I5°, c = I8 kN/m3, dan y = I7,I kN/m2, tentukan tinggi kritis dari talud.

12-17 Perhatikan Gambar PIZ-I6 dan gunakan Gambar IZ-I5 (pada halaman 000), tentukan angka keamanan
terhadap kelongsoran untuk kasus-kasus sebagai berikut:
a) n' = Z, t/J =1 0°, c = 700 lb/ft2, y =110 lb/ftl, dan H =50 ft
b) n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, y =115 lb/ft3, dan H =30 ft
c) n' = Z,5 t/J =12°, c = Z3,94 kN/m2, y = I6,5I kN/m3 dan H = IZ m
d) n ' = I, t/J = I5°, c = I8 kN/m2, y = I7,I kN/mJ, dan H = 5 m

12-18 Perhatikan Gambar PIZ-I6 dan Gambar IZ-17.


a) Apabila n' = Z, t/J =1 0°, c =700 lb/ft2, dan y =IIO lb/ftl. Gambar grafik hubungan antara tinggi talud
H dan F, (F, bermacam-macam dari I sampai dengan 3)
b) Apabila n' =I, t/J =I5°, c =I8 kN/m2 dan y =I7,I kN/m3• Gambar grafik hubungan antara tinggi talud
H, dan F, (F, l;lermacam-macam dari I sampai dengan 3).

12-19 Perhatikan Gambar PIZ-I9 dan gunakan metode irisan yang biasa; tentukan angka keamanan terhadap
kelongsoran untuk kasus-kasus percobaan berikut:
a) n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, y = II5 lb/ft3, H = 40 ft, a = 30°, dan (J = 70°
b) n' = I, t/J = I5°, c = I8 kN/m2, y = I7,I kN/m3, H = 5 m, a = 30°, dan (J = 80°

I
I
I
I
I y
I H c
I
I rp
I
I
I
I
I
I
A
Bob 12 • Stobilitos Tolud 213

12-20 Selesaikan soal-soal 1 2- 19a dan b dengan metode yang disederhanakan menurut Bishop.

12-21 Tentukan angka keamanan minimum F dari talud dengan parameter berikut:
H = 25 ft, � = 30°, lP = 20°, c = 1 00 iblft2, y = 1 1 5 lb/ftl dan r. = 0,25. Gunakan grafik Cousius

12-22 Tentukan perkiraan lokasi dari lingkaran kritis untuk talud yang diberikan pada Soal 1 2-2 1 .

12-23 Ulangi Soal 1 2-2 1 untuk berikut: H = 15 m, � = 20°, lP = 1 5°, c = 20 kN/m2, y = 1 7,5 kN/m3 , dan r. = 0,5.

NOTASI

Simbol-simbol berikut dipakai dalam bab ini

Simbol Keterangan

� lnggris

a lengan momen untuk resultan gaya kohesif


b lebar potongan
cd resultan gaya kohesif yang dibutuhkan
c kohesi

c d kohesi yang dibutuhkan


c. kohesi untuk kondisi undrained
D rasio (perbandingan) antara kedalaman lapisan keras dari puncak talud dengan tinggi talud
Fe angka keamanan terhadap kohesi
F, angka keamanan terhadap kekuatan
F, angka keamanan terhadap geseran
H tinggi
Ha tinggi kritis talud
h tinggi tekanan
L panjang
l lengan momen

Md momen dorong

MR momen perlawanan
m angka stabilitas

an
tan lP sin
+
an
cos [Persamaan ( 1 2-60)]

N a
gaya normal
N, gaya normal-reaksi
N faktor stabilitas
n
s

rasio (perbandingan) antara jarak perpotongan lingkaran titik tengah kritis terhadap ujung dasar talud
dengan tinggi talud.
n' angka kemiringan talud-rasio antara jarak datar dengan jarak tegak
p gaya horisontal pada sisi irisan
R gaya (reaksi)
r jari-jari lingkaran kelongsoran
r. percobaan
T gaya tangensial pada sisi irisan
Ta gaya tangensial
T, gaya tangensial-reaksi
waktu
u tegangan air pori
w berat
X jarak terhadap letak pusat lingkaran kritis (Subbab 1 2- 1 0)
y jarak terhadap letak pusat lingkaran kritis (Subbab 1 2- 1 0)
Mekanlka Tanah Jilid 2
21 4

Yunani
a sudut
f3 kemiringan talud terhadap horisontal
y berat volume
y' berat volume efektif
Y,., berat volume jenuh
Y,. berat volume air
M panjang dasar irisan
M selisih gaya horisontal pada sisi irisan � P.- Pn+I
!!.T selisih gaya tangensial pada sisi irisan � T. - Tn+I
(} sudut
A.c (yH tan 1/J)/c
;
p kerapatan
cr tegangan normal
cr' tegangan normal efektif
t tegangan geser rata-rata
'td tegangan geser yang dibutuhkan

't1
tegangan geser
1/J sudut geser kondisi drained
1/Jd sudut geser yang dibutuhkan

Referensi
Bishop, A.W. ( 1 955). "The Use of Slip Circle in the Stability Analysis of Eart Slopes," Geotechnique, Vol.5, No. 1 ,
7- 17.
Sishop, A.W., and Bjerrum, L. (1 960). "The Relevance of the Triaxial Test tothe Solution of Stability Problems,"
Proceedings, Research Conference on Shear Strength of Cohesive Soils, ASCE, 437-501 .
Bishop, A.W., and Morgenstem, N.R. ( 1 960). "Stability Coefficients for Earth Slopes," Geotechnique, Vol.IO, No.4,
1 29- 149.
Cousins, B.F. (1978). "Stability Charts for Simple Earth Slopes," Journal of the Geotechnical Engineering Division,
ASCE, Vol. 14, No. GT2, 267-279.
Culmann, C. (1875). Die Graphische Statik, Meyer and Zeller, Zurich.
Fellenius, W. ( 1 927). Erdstatische Berechnungen, Revised Edition, W. Emst u. Sons, Berlin.
Ladd, C.C. ( 1 972). "Test Embankment on Sensitive Clay," Proceedings, Conference on Performance of Earth and
Earth-Supported Structures, ASCE, VOI . l , Part 1 , 1 0 1 - 1 28.
Singh, A. ( 1 970). "Shear Strength and Stability of Man-Made Slopes," Journal of the Soil Mechanics and Foundations
Division, ASCE, Vol.96, No.SM6, 1 879-1 892.
Spencer, E. ( 1 967. "A Method of Analysis of the Stability of Embankments Assuming Parallel Inter-Slice Forces,"
Geotechnique, Vol. 17, No. l , 1 1 -26.
Taylor, D.W. ( 1 937). "Stability of Earth Slopes," Journal of the Boston Society of Civil Engineers, Vol.24, 1 97-246.
Terzaghi, K ., and Peck, R.B. ( 1 967). Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd ed., Wiley, New York .
.,

Supplementary References for Further Study


Morgenstem, N.R. ( 1 963), "Stability Charts for Earth Slopes During Rapid Drawdown," Geotechnique, Voll 3 , No.2,
1 2 1 - 1 33.
Morgenstem, N.R., and Price, V.E. ( 1 965). "The Analysis of the Stability of General Slip Surfaces," Geotechnique,
Vol. 1 5 , No. 1 , 79-93.
O'Connor, M.J., and Mitchell, R.J. ( 1 977). "An Extension of the Bishop and Morgenstem Slope Stability Charts,"
Canadian Geotechnical Journal, Vo1.4, No. 1 , 144- 1 5 1 .
BAB

13
Eksploitasi Lapisan
Tanah

Pada dua belas bab terdahulu, kita telah menelaah sifat-sifat dasar tanah dan perilakunya akibat tegangan
dan regangan dalam keadaan ideal. Pada kenyataannya di lapangan, deposit tanah alarniah tidaklah
homogen, elastis, ataupun isotropis. Di beberapa tempat, lapisan-lapisan dari suatu deposit tanah mungkin
berbeda sekali dari satu tempat ke tempat yang lain, sekalipun hanya beijarak horisontal sekitar 15 sampai
30 m saja. Untuk perencanaan suatu pondasi, kita perlu mengetahui dahulu susunan lapisan tanah yang
sebenamya pada suatu tempat, kita juga perlu mengetahui basil pengujian laboratorium dari sampel tanah
yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah, dan mungkin kalau ada - perlu diketahui pula basil
pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau bangunan-bangunan
lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa. Untuk hampir semua bangunan-bangunan besar,
eksplorasi mencukupi. Adapun tujuan eksplorasi (penyelidikan) lapisan tanah ini pada umurnnya mencakup
maksud-maksud berikut:

a) Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan-lapisan tanah di lokasi yang ditinjau;
b) Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed), dengan maksud untuk
mencari jati-diri (meng-identifikasi), tanah tersebut secara visual dan melakukan pengujian labora­
torium yang perlu;
c) Untuk menentukan kedalaman tanah keras, hila memang memungkinkan dijumpai sampai kedalaman
maksimum yang dirasa perlu;
d) Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test) seperti uji rembesan (Bab 4), uji geser vane
(Bab 9), dan uji penetrasi yang baku;
e) Untuk mengamati kondisi pengaliran air (tanah) ke dan dari lokasi tanah tersebut; dan
f) Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah khusus perilaku bangunan yang sudah ada di
sekitar lokasi tersebut.

Pada bab ini, kita akan membahas secara ringkas teknik eksplorasi lapisan tanah. Pembaca juga karni
sarankan untuk mengacu pada buku Manual on Foundation Investigation dari AASHTO (the American
Association of State Highway and Transportation Officials), tahun 1967, untuk tambahan informasi.
216 Mekanika Tonah Jilid 2

13-1 PERENCANAAN EKSPLORASI TANAH ----


-
--

Program eksplorasi tanah pada suatu bangunan secara umum dapat dibagi menjadi empat katagori utama,
yaitu:

1. Memisahkan informasi yang telah ada dari bangunan yang akan didirikan.
Informasi ini meliputi tipe bangunan dan penggunaannya di masa depan, ketentuan peraturan bangunan
lokal, dan informasi tentang kolom bangunan berikut dinding-dinding pendukung beban. Bila eksplorasi
tersebut adalah untuk pondasi jembatan, kita harus mengetahui lebih dahulu panjang bentang jembatan
dan perkiraan beban yang harus dipikul oleh masing-masing pilar dan pangkal jembatan (abutment).

2. Mengumpulkan informasi yang telah ada untuk kondisi tanah dasar setempat
Program eksplorasi tanah akan menghasilkan penghematan yang besar bila para geolog yang
mengepalai proyek tersebut lebih dahulu melakukan telaah yang cermat terhadap informasi yang
telah ada tentang kondisi tanah di tempat tersebut. Informasi yang berguna dapat diperoleh dari
beberapa sumber seperti:
a) peta sigi (survey) geologis
b) peta agronomi yang dibuat oleh U.S. Department of Agriculture
c) manual tanah yang diterbitkan oleh bagian jalan raya dari negara-negara bagian, dan
d) laporan-laporan yang sudah ada tentang hasil eksplorasi tanah dari bangunan-bangunan di sekitar
lokasi tersebut.

Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber-sumber di atas akan dapat memberikan gambaran
yang lebih "dalam" tentang jenis-jenis tanah dan masalah-masalah yang mungkin akan dijumpai
pada saat pengeboran tanah yang sesungguhnya.

3. Peninjauan lapangan ke tempat lokasi proyek yang direncanakan.


Geolog yang bersangkutan seyogyanya melakukan inspeksi visual terhadap lokasi dan daerah
sekitamya. Dalam banyak kasus, informasi yang diperoleh dari peninjauan lapangan seperti ini akan
banyak berguna dalam perencanaan kelak. Jenis tumbuhan di daerah lokasi, misalnya, dapat
memberikan beberapa gambaran tentang jenis tanah dasar yang akan dijumpai. Kemudahan mencapai
tempat itu dan kondisi drainase daerah tersebut juga segera dapat diketahui. Pembuatan potongan
tanah secara terbuka (open cut) dapat memberikan gambaran tentang bentuk lapisan-lapisan tanah
di tempat itu. Retakan yang terjadi pada dinding bangunan di sekitar tempat itu mungkin dapat
menunjukkan adanya penurunan tanah (settlement) akibat lapisan tanah lempung yang lembek atau
adanya tanah lempung yang "mengembang".

4. Peninjauan lapangan terinci


Termasuk dalam tahap ini adalah pelaksanaan beberapa uji pengeboran di lokasi dan pengumpulan
sampel tanah asli, dan tidak asli dari berbagai kedalaman untuk diinspeksi langsung atau untuk diuji
di laboratorium. Tidak ada rumus atau pedoman yang pasti dan cepat untuk menentukan jumlah titik

TABEL 13-1 Jarak lubang pengeboran

Jarak p,ngeboran

Proyek (ft) (m)


Bangunan satu lantai 75-100 23-30
Bangunan bertingkat banyak 5o-75 15-23
.Jatan raya 760-1000 230-305
Dam.tanah 75-150 23--46
Daerah P�maban (real estate) 200-300 61-92
Bob 13 • Eksplorosi loplsan Tonoh 217

pengeboran atau kedalaman tanah sampai di mana pengeboran harus dilakukan. Pada umurnnya
untuk bangunan, sekurang-kurangnya satu pengeboran pada bangunan dapat dilaksanakan sebagai
permulaan. Uji pengeboran tambahan dapat saja dilakukan tergantung dari seragam atau tidaknya
kondisi tanah di tempat itu. Pada Tabel 13-1 diberikan ancar-ancar jarak antar lubang bor untuk
perencanaan.

Uji pengeboran lapangan seharusnya dilaksanakan melalui seluruh lapisan tanah yang "jelek" dan
sampai mencapai tanah yang kokoh. Sowers and Sowers (1970) telah memberikan perkiraan kasar untuk
kedalaman pengeboran yang minimum (kecuali kalau lapisan tanah keras/cadas dijumpai pada kedalaman
yang lebih dangkal) untuk gedung bertingkat banyak. Perkiraan kedalaman tersebut adalah seperti persamaan
berikut:

Bangunan ringan dari baja dan bangunan ramping dari beton

=
zb (ft) 10S0·7 (13-1 a)
=
zb (m) 3S0·7 (13-1b)

Bangunan besar dari baja atau bangunan lebar dari beton

=
zb (ft) 20S0·7 ( 13-2a)
=
zb (m) 6S0·7 ( 13-2b)

Pada Persamaan ( 13-1) dan (13-2), zb adalah perkiraan kedalaman pengeboran, dan S adalah jumlah
lantailtingkat bangunan
The American Society of Civil Engineers (1972) telah menetapkan pedoman "kasaran" untuk
memperkirakan kedalaman pengeboran, untuk eksplorasi tanah dari bangunan gedung-gedung. Pedoman
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Memperkirakan besamya kenaikan tegangan bersih !lp, berikut variasinya dengan kedalaman yang
mungkin terjadi akibat didirikannya bangunan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
prinsip-prinsip dari Bab 6. Kemudian, menentukan kedalaman tanah D., di mana harga !lp hanya
tinggal 10% saja dari beban rata-rata dari bangunan per satuan luas.
b) Menggambar (plot) kurva variasi tegangan vertikal efektif (cr') dalam lapisan tanah sebagai fungsi
kedalaman. Kemudian, membandingkan kurva tadi dengan kurva variasi kenaikan tegangan (!lp)
dengan kedalaman yang diperoleh dari langkah a di atas. Selanjutnya, menentukan kedalaman D2
dengan !lp = 0,05 cr'
c) Memperkirakan harga terkecil antara D1 dan D2 untuk kedalaman uji pengeboran minimum.

Bila eksplorasi tanah tersebut untuk bangunan dam dan talud (embangmen), maka kedalaman
pengeboran harus ditetapkan antara setengah sampai dua kali tinggi timbunan dam atau talud tersebut.
Cara-cara yang umum untuk melaksanakan uji pengeboran di lapangan dan prosedur untuk
mengumpulkan sampel tanah akan kita bahas pada uraian berikut.

13-2 METODE PENGEBORAN ----


--­
--

Ada beberapa metode untuk melaksanakan uji pengeboran di lapangan. Salah satu cara yang paling
sederhana adalah dengan menggunakan auger. Pada Gambar 13-1 ditunjukkan dua tipe auger tangan
yang dapat kita gunakan untuk membuat lubang bor sampai kedalaman antara 10-15 ft ( 3 sampai ""

5 m). Kedua alat tersebut dapat digunakan untuk pekerjaan eksplorasi tanah untukjalan raya dan bangunan­
bangunan kecil. Informasi tentang tipe tanah yang ada pada berbagai kedalaman, dapat diperoleh dengan
melihat langsung jenis tanah yang tertinggal sepanjang auger tersebut. Sampel tanah yang kita peroleh
21 8
Mekanika Tanah Jilid 2

(a) (b)

Gambar 1 3-1 Auger tanah: (a) Auger lwan; (b) Auger kapal.

dengan cara ini adalah tidak asli (disturbed), tetapi sampel-sampel tersebut dapat kita gunakan dalam uji
di laboratorium seperti analisis butiran dan batas-batas Atterberg.
Bila lubfmg bor hendak diteruskan lebih dalam lagi, maka metode yang paling sering digunakan
ialah dengan auger berulir menerus (continuous flight auger). Auger ini bertenaga mesin. Tenaga untuk
mengebor dihasilkan oleh sebuah kerangka pengebor (drilling rig) yang ditumpangkan di atas traktor atau
truk. Auger berulir menerus ini tersedia di pasar dengan ukuran 3-5 ft (1-1,5 m). Pada saat melaksanakan
pengeboran, bagian demi bagian dapat disambung-sambung dan lubang bor dengan sendirinya bertambah
dalam. Auger berulir menerus ini dapat berupa alat bergagang solid ataupun bergagang berlubang.
Yang umum dipakai untuk alat yang bergagang solid adalah yang berukuran diameter luar 2 f in
(66,68 mm), 3t in (82,55 m), 4 in. (101,6 mm), dan 4t in ( 1 1 4,3 mm). Untuk alat yang bergagang
berlubang, ukuran diameter luar dan dalam adalah sebagai berikut:

Diameter datam Diameter luar

(in) (mm) (in) (mm)


2,5 63,5 6,25 158,75
2,75 69,85 7 177,8
3 76 ,2 8 203 ,2
3,5 88,9 9 228,6
4 101,6 10 254

Auger berulir ini mampu membawa tanah yang lepas dari dasar lubang bor ke permukaan tanah. Operator
dapat mendeteksi adanya perubahan jenis tanah ini, yaitu dari perubahan kecepatan dan suara pada saat
pengebor'an. Gambar 1 3-2 menunjukkan kegiatan pengeboran dengan auger berulir. Bila kita menggunakan
auger bergagang solid, auger ini harus dicabut ke atas secara berkala untuk mendapatkan sampel tanah
dan juga untuk melakukan pengujian yang lain seperti uji penetrasi yang baku. Auger bergagang berlubang
mempunyai keunggulan yang nyata, yaitu auger tersebut tidak harus sering dicabut untuk pengambilan
Bob 13 • Eksplorasi Lapisan Tanah 21 9

Gambar 13-2 Pengeboran tanah dengan auger berulir (dari Danny R. Anderson, El Paso, Texas).

Auger bergagang berlubang

Tutup ujung yang dapat dilepas

Gambar 13-3 Gambar potongan dari auger bergagang berlubang dengan tutup ujung yang dapat E!ilepas.
220 Mekanlka Tanah Jilid 2

sampel tanah atau untuk pengujian lainnya. Seperti yang kita lihat pada Gambar 1 3-3, bagian luar auger
bertindak sebagai selubung (casing). Sebuah tutup yang dapat dicabut ke atas dipasang di dasar auger
dengan bantuan sebuah batang tengah. Pada saat pengeboran, tutup tersebut dapat ditarik ke atas sedangkan
auger dibiarkan tetap di tempat, dan kemudian pengambilan sampel tanah dan uji penetrasi yang baku
dapat dilakukan lewat lubang di tengah auger tersebut. Bila auger bergagang berlubang tersebut digunakan
pada tanah-tanah berpasir di bawah permukaan air, ada kemungkinan bahwa pasir akan terdorong oleh
tekanan hidrostatis beberapa puluh cm ke dalam lubang auger begitu saat tutup diambil. Kalau kondisinya
demikian, tutup tersebut tidak perlu digunakan, dan sebaliknya air di dalam lubang auger hams dijaga
selalu lebih tinggi dari permukaan .air tanah.
Pengeboran sistem putar (rotary drilling) ialah suatu cara pengeboran menggunakan mata bor (drilling
bit) yang berputar cepat, yang dipasang pada ujung bawah batang bor, dan bekeija untuk memotong dan
menghancurkan tanah di sekitarnya dalam prosesnya membuat lubang bor lebih dalam lagi. Pada saat ini,
ada beberapa tipe mata bor yang tersedia untuk tujuan tersebut. Bor putar dapat digunakan di pasir
lempung, atau batuan (kecuali kalau batuannya sangat pecah-pecah). Air atau lumpur bantu pengeboran
(drilling mud) dapat dipaksakan (ditahan) ke bawah melalui lubang tengah dan mengalir melalui celah
diantara mata bor, dan pada saat air atau lumpur tadi kembali ke atas (lewat luar bor), air tersebut akan
membawa bahan-bahan tanah basil pengeboran tadi ke pennukaan. Lumpur bantu pengeboran (drilling
mud) berwujud lumpur agak cair dibuat dari campuran antara bentonite dan air. Bentonite adalah lempung
montmorillonite yang terbentuk dari basil pelapuhan abu vulkanis. Dengan cara ini, lubang bor dengan
diameter berkisar antara 2 sampai 8 in (50,8 sampai 203,2 mm) dapat dengan mudah dibuat.

Pipa bertekanan

Mesin Pipa penyedot

Bak penampung air

Batang pengebor Silinder selubung

Sepatu pemotong

berkecepatan tinggi

Gambar 1 3-4 Pemboran sistem cuci


Bab 13 • Eksplorasl Lapisan Tanah 221

Pengeboran sistem cuci (wash boring) adalah satu cara lain untuk mengebor tanah. Pada metode ini,
silinder selubung baja (casing) dengan panjang kira-kira 6 sampai 10 ft (2 sampai 3 m) dimasukkan
(ditumbukldipukul) ke dalam tanah. Tanah di dalam selubung tersebut kemudian dikeluarkan dengan
bantuan "mata pengeruk" (shopping bit) yang dipasang di ujung batang bor. Kemudian air dipaksa masuk
melewati batang bor, dan air tersebut mengalir dengan kecepatan tinggi melewati lubang diantara batang
bor (Gambar 13-4). Air ini bersama dengan partikel-partikel tanah basil pengeboran, kemudian mengalir
keluar ke permukaan tanah via lubang bor (antara selubung dengan batang bor) dan tumpah di atas
puncak selubung lewat sebuah sambungan T. Air "pencuci" ini dikumpulkan kembali dalam suatu bak.
Selubung baja (casing) dapat disambung-sambung dengan selubung lainnya hila lubang bor bertambah
dalam. Selubung tambahan tidak diperlukan hila lubang bor dapat tetap terbuka tanpa bantuan selubung
(tanah didinding lubang tidak "ambrol" ke dalam lubang).
Pengeboran sistem tumbuk (percussion drilling) juga dapat kita gunakan untuk memperdalam lubang
bor, terutama pada tanah-tanah yang keras dan batuan. Dengan cara ini, sebuah mata bor yang berat dan
kokoh dapat ditumbukkan untuk menghancurkan tanah keras. Selubung baja mungkin juga diperlukan
pada sistem pengeboran ini. Tanah yang sudah hancur kemudian dibasuh keluar lubang dengan cara
pengaliran air (seperti pada pengeboran sistem cuci).

13-3 METODE PENGAMBILAN SAMPEL TANAH


Sejauh ini, kita telah menguraikan bermacam-macam cara untuk membuat lubang bor di tanah. Selama
pengeboran, sampel tanah dikumpulkan dari berbagai kedalaman untuk dianalisis lebih lanjut. Pada
bagian ini kita akan membahas secara ringkas beberapa metode untuk pengambilan sampel tanah.

Pengambilan Sampel Tanah dengan Alat Split SpoonStandar


(Tabung Bela-Dua-dua)
Pada Gambar 1 3-5 ditunjukkan sebuah
penampang (diagram) alat split spoon untuk
mengambil sampel tanah. Alat tersebut terdiri
dari sebuah sepatu pemotong besi di bagian Kepala
Lubangair
bawah, sebuah tabung baja (yang dapat �
Pengunci
terbelah dua secara memanjang) ditengah­
tengah, dan sebuah penyambung dipuncaknya.
Tabung baja yang di tengah mempunyai
diameter dalam 1 t in (34,93 mm) diameter

I
luar 2 in (50,8 mm). Pada Gambar 1 3-6
Tabungterbagi dua
ditunjukkan potret dari berbagai komponen
sebuah alat split spoon yang telah "dibongkar".
Bila lubang bor telah mencapai ke­ 18 in.
(457,2 mm)
dalaman yang diinginkan, alat bor diangkat

l
ke atas. Alat pengambil sampel tanah
(sampler) split spoon kemudian dipasangkan
ke ujung batang pengebor dan diturunkan
kembali ke dasar lubang bor. Alat sampler
tersebut kemudian di paksa menembus tanah
Sepatu pemotong � T
3 in.
di dasar lubang bor dengan cara dipukul sistem (76,2 mm)

penumbuk. Penumbukan dilakukan pada (34,9 mm)


1
puncak batang bor. Biasanya palu penumbuk iL 2in �].
mempunyai berat 1 40 lb (622,72 N). Pada I'- (50,8 mm) 'I 16 m.
(1,59 mm)
setiap pukulan, palu penumpuk dijatuhkan dari
ketinggian 30 in (0,762 m). Gambar 1 3·5 Gambar penampang sebuah alat
split spoon standar.
222 Mekoniko Tonoh Jllld 2

Gambar 13-6 Alat sampler split spoon yang telah dibongkar (diambil dari Soil test, Inc. Evanston, Illinois).

Di samping itu, kita hams mencatat jumlah pukulan yang


diperlukan untuk menancapkan alat sampler setiap interpal 6 in
Batang pengebor
(152,4 mm) dan pencatatan dilakukan sebanxak tiga kali
untuk tiga kali interval 6 in. Harga-harga yang didapat untuk
pencatatan dua interval 6 in (152,4 mm) yang terakhir, }cemudian
dijumlahkan dan harga jumlah tersebut disebut sebagai Angka
penetrasi yang baku, N (dari tanah di lapisan tersebut).
Interpretasi angka penetrasi baku ini akan diberikan pada Sub­
bab 1 3-5. Setelah penumbukan mencapai 1 8 in (3 x 6 in), alat
sampler tersebut dicabut dan kemudian sepatu besi dan
penyambung dilepas. Sampel tanah yang "tertangkap" di dalam
tabung split spoon kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung gelas untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Pengambilan angka penetrasi baku dan pengambilan sampel
tanah dengan split spoon biasanya dilakukan setiap selang /- Tabung berdinding tij

kedalaman 5 ft ( 1 ,5 m).
""

-D,

Pengambilan Sampel Tanah dengan Tabung


Berdinding Tipis
Cara ini dilakukan untuk mendapatkan sampel tanah yang lebih
asli (lebih menyerupai kondisi aslinya di lapangan dan tidak
banyak kerusakan oleh metode sampling tanah). Tabung
berdinding tipis terbuat dari tabung tipis tanpa sambungan yang
biasanya disebut sebagai shelby tube (Gambar 1 3-7). Untuk
mengambil sampel tanah pada suatu kedalaman lubang bor, alat
pengebor harus lebih dahulu ditarik keluar lubang. Kemudian
tabung sampler berdinding tipis tersebut disambungkan pada Gambar 1 3-7 Alat pengambil contoh tanah
(sampler) berdinding tipis.
Bob 13 • Eksplorasl lapisan Tanah 223

ujung batang pengebor dan kemudian diturunkan ke dasar lubang bor. Setelah itu, secara hidrolis batang
ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian ditarik ke atas lagi. Tabung sampler dengan tanah "tertangkap"
di dalamnya, kemudian ditutup rapat dan dibawa ke laboratorium untuk diuji. Tabung sampler berdinding
tipis yang paling umum digunakan ialah yang mempunyai diameter luar 2 in (50,8 mm) dan 3 in (76,2
mm).

Pengambilan Sampel Tanah dengan Alat Piston ----



--

Alat pengambil sampel berbentuk piston sangat berguna terutama bila kita memerlukan sampel tanah
yang sempuma dan mempunyai tingkat keaslian yang tinggi (highly undisturbed). Biaya pengambilan
sampel tanah dengan cara ini tentunya lebih mahal.
Ada beberapa tipe alat pengambil sampel berbentuk piston, tetapi bentuk yang dibuat oleh Osterberg
(1952) adalah yang paling menguntungkan (lihat Gambar 13-8a dan b). Bentuk Osterberg tersebut terdiri
dari sebuah tabung berdinding tipis dilengkapi dengan piston. Mulanya, piston berada pada posisi terbawah
dan tabung tipis tertutup ujungnya oleh piston tersebut. Alat tadi alu diturunkan ke dasar lubang bor
(Gambar 13-8a) dan kemudian tabung berdinding tipis ditekan secara hidrolis ke dalam tanah, sedangkan
piston tetap di tempat. Tekanan udara dalam tabung "dibuang" melalui sebuah lubang pada batang piston
(Gambar 13-Sb). Kegunaan piston ini untuk mencegah distorsi dari sampel tanah, dan untuk menghindarkan
pemampatan tanah yang berlebihan di dalam piston atau menghindari adanya tanah yang kelebihan.
Sampel tanah yang didapat dengan cara ini kondisinya selalu lebih asli dibanding dengan yang diambil
dengan Shelby tube.
Batang Air (masuk)
.------ pengebor

r------li�;.o; Lubang angin f.:?··..


:·. .
;.·... .

Piston
(a)

(b)

Gambar 1 3-8 Alat pengambil contoh tanah (sampler) bentuk piston: (a) Alat sampler diturunkan ke dasar lubang bor;
(b) Tekanan udara keluar melewati lubang pada batang piston.
224
Mekanika Tanah Jilid 2

1 3-4 KERUSAKAN PADA SAMPEL TANAH (SAMPLE DISTURBANCE) ------­

Tingkat kerusakan pada sampel tanah yang didapat dari berbagai metode dapat dinyatakan dalam istilah
Rasio Luasan, Ar' atau

D20 - D2
A, (%) = I X 100 (%) (13-3)
DI�
dengan
Do = diameter luar tabung sampler
D; = diameter dalam tabung sampler

Sebuah sampel tanah dapat dianggap asli (undisturbed) hila rasio luasan dari tabung sampler kurang
dari atau maksimum 10%. Di bawah ini diberikan perhitungan untuk A , dari sebuah alat split spoon
standar dan sebuah Shelby tube berdiameter 2 in (50,8 mm)
Untuk alat split spoon standar: Di = 1,38 in, dan D0 = 2 in
22 - (1,38)2
didapat A, (%) = x 100 110%=

(1,38)2
Untuk alat Shelby tube diameter 2 in: Di = 1,875 in, dan Do = 2 in

x
2 2 - (1,875)2 =
didapat A, (%) = 100 13,7%
(1,875)2
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa sampel tanah yang kita peroleh dari alat split spoon sangat
tidak asli (tingkat kerusakan tinggi). Rasio luasan (A) dari alat Shelby tube berdiameter 2 in. Sedikit lebih
besar dari 10%. Untuk keperluan praktis, sampel tanahnya dapat dianggap sebagai sampel tanah asli
(tingkat kerusakan rendah). Perlu diperhatikan bahwa biaya pengambilan tanah akan naik sejalan dengan
bertambahnya diameter sampel tanah yang didapat.
Tanah yang tidak asli tetapi cukup representatif dari sampel tanah yang diambil dengan alat split
spoon dapat digunakan di laboratorium untuk pengujian analisis butiran, batas cair, batas plastis, dan
batas kerut. Akan tetapi, sampel tanah tersebut tidak dapat digunakan untuk uji seperti konsolidasi,
triaksial, dan tekanan tak tersekap. Untuk pengujian yang belakangan tersebut, perlu sampel tanah yang
asli.

13-5 HUBUNGAN-HUBUNGAN UNTUK UJI PENETRASI BAKU


(STANDARD PENETRATION TEST)
Prosedur untuk melakukan uji penetrasi baku TABEL 1 3-2 Perkiraan korelasi antara angka penetrasi
telah kita bahas pada Subbab 13-3. Angka standar dengan kekerasan tanah lempung

Angka Kekuaatan
penetrasi baku (N) adalah angka yang lazim
dipakai untuk menghubungkan parameter fisik penetrasi Ke k e rasan unconfined
dari tanah. Pada Bab 9, kita juga telah standar compression, qu
memberikan gambaran secara kualitatif tentang N (ton/W)

0 0
kekerasan tanah lempung berdasarkan harga
kekuatan komperensifnya (q.), (lihat Tabel Sangat lembek
9-2). Harga unconfined comprestive strength 2 0,25
dari tanah lempung juga dapat diperkirakan Lembek
4 ... . . . . . . . ... . . . ... . .... . .. . . ...... .. . .... . . ... . . . 0,5
berdasarkan angka penetrasi bakunya (N). Agak kaku
Tabel 13-2 akan menyajikan perkiraan 8
hubungan antara harga N dari suatu tanah Kaku
16 2
lempung pada suatu kedalaman tertentu
Sangat kaku
32 4
dengan kondisi kekerasan dan harga
"unconfined compressive strength"-nya. > 32 Keras >4

Catatan: 1 ton/ft2 = 95,76 kN/m'


Bob 1 3 • Eksplorasi Lapisan Tanah 225

Pada tanah berbutir, angka penetrasi baku sangat tergantung dari besarnya tegangan vertikal efektif,
'
cr pada lapisan tanah yang ditinjau (Bab 5). Hal ini dapat diterangkan dengan bantuan Gambar 1 3-9 di
mana dimisalkan suatu kondisi ideal dari lapisan pasir yang homogen. Pada kedalaman h" tegangan
vertikal efektif adalah
'
cr' = cr, = yh1 ( 13-4)
dengan y = berat volume tanah tersebut.
Dengan cara yang sama, pada kedalaman h2
( 13-5)

Walaupun pasimya adalah homogen, kita mendapatkan berat volume '{ yang sama, dan akibatnya berlaku
juga untuk harga kerapatan relatif (D) serta sudut geser dalam (qJ) harga y, D, dan qJ akan sama di seluruh
lapisan - harga tekanan vertikal efektif pada kedalaman h2 (pada saat harga tekanan lateral lebih tinggi
dari pada di h1) yang lebih tinggi akan menghasilkan angka penetrasi baku yang lebih tinggi pula. Fakta
ini secara jelas didemonstrasikan oleh Gibbs dan Holtz (1957). Hasil temuan mereka dapat dilihat pada
Gambar 1 3- 10. Sebagai contoh, kita dapat melihat bahwa pada D, 80%, angka penetrasi baku (N) ialah
kira-kira 1 2 untuk cr' = 0 lb/ft2• Harga N akan meningkat menjadi 50 (untuk D, = 80%0 bila
==

cr' = 40 lb/ft2 (276 kN/m2). Untuk alasan ini, kita perlu melakukan konversi angka penetrasi baku yang
kita peroleh dari berbagai kedalaman menjadi angka yang sesuai bila yang bekerja hanya tekanan vertikal
tertentu. Pick, Hanson, dan Thombum (1974) telah menyodorkan hubungan empiris untuk mengkonversikan
harga-harga angka penetrasi baku yang dapat dari lapangan dengan angka penetrasi baku pada harga'
tekanan vertikal efektif tertentu, yaitu cr' = 1 ton/ft2 (95,6 kN/m2).

N' = CN NF = 0,77NF log (��) (untuk cr' > 0,25 ton / ft 2 ) ( 13-6)

dengan
N =
angka penetrasi baku sesudah dikoreksi
NF = angka penetrasi baku dari basil lapangan
CN = faktor koreksi

Satuan cr' adalah ton/ft2 ( 1 ton/ft2 = 95,6 kN/m2)


Dalam satuan SI (Standard International), persamaan di atas dapat diubah menjadi

N' = 0,77N log (o, o;g5 ) (untuk cr


• cr' > 23,9 kN/ m2 ) ( 13-7)

Satuan cr' pada Persamaan ( 13-7) adalah dalam kN/m2


. - .. .. ....... . .... . . .. .. . ... . . .. .. . . .. . . ... ;. . .

'
:,, \ ; .'· : o, /, �. •,· ,.: .:·'" .: ·. , · :, ,:� .' ,',:." '
.. . _. ···· · · ·· · · · __ ... . ... ···•·
',";•',' · : = .
.

.
·, ') · •
.
. . . .

\:
. ·' . ' • • · ·. •
.
. .
' ·
. · : . .
• .
· .

Air (keluar)
'Y
rp
h,

• B

Gambar 1 3-9 Pengaruh dari tekanan tanah efektif terhadap angka penetrasi standar.
226 Mekoniko Tonoh Jilid 2

cr' 40 lb/in.'
=

(276 kN/m2)

'
cr = 0 lb/in. 2
(0 kN/m2)

0 20 40 60 80 100
Kepadatan relatif, D,

'
Gambar 1 3-10 Hasil . dari studi oleh Gibbs dan Holtz, perubahan N akibat perbedaan D, dan cr .

Pacta Gambar 13-1 1 diberikan grafik NINF terhadaap tekanan vertikal efektif. Dalam Tabel l 3-3, kita
dapat melihat perkiraan korelasi antara angka penetrasi baku, kerapatan relatif, dan sudut geser dalam dari
tanah pasir.
Angka penetrasi baku sangat berguna TABEL 1 3-3 Perkiraan hubungan antara angka
sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan penetrasi standard yang sudah dikoreksi, sudut geser
untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah, dalam, dan kepadatan relatif dari tanah pasir
asal saja angka tersebut dapat diintepretasikan
dengan benar. Perlu diperhatikan bahwa semua Angka Kepadatan Sudut
penetrasi relatif geser
persamaan dan hubungan tentang angka
standar yang o, dalam ip
penetrasi baku tadi hanyalah perkiraan saja
sudah {% ) {derajat)
dikoreksi, N
(tidak eksak). Karena tanah pada kenyatannya
tidaklah homogen, maka harga N yang
diperoleh di lapangan mungkin akan sangat 0-5 0-5 26-30
bervariasi. Bila lapisan tanah juga terdiri dari 5-10 5-30 28-35
batu-batu besar dan kerikil, tentu saja harga 10-30 30-60 35-42
angka penetrasi bakunya mungkin saja tidak 30-50 60-65 38-46
mewakili dan tidak benar.

1 3-6 UJI LAPANGAN LAINNYA


Bergantung pada jenis proyek dan kerumitan variasi tanahnya, beberapa jenis uji lapangan (in-situ) dapat
dilaksanakan selama waktu eksplorasi. Sifat-sifat tanah yang dievaluasi dari uji di lapangan dalarn banyak
hal justru memberikan basil yang lebih representatif. Ini terutama untuk mengeliminasi kerusakan sampel
tanah (disturbance) yang diakibatkan eksplorasi tanah tersebut.
Berikut ini diberikan beberapa jenis uji-lapangan yang lazim dilakukan.
Bob 13 • Eksplorosl loplson Tonoh 227

N'IN,
0,4 0,6 0,8 1 ,0 1,2 1,4 2,0

--
v--

/
·o
.....:-
/_

<8
"
I
<;; I
..1<1
"€

I
2
"
>

�=
$:!

I
=
"'
00
=
"'
00
� 3

1/

4 I
Gambar 1 3-1 1 Perubahan dari N'/NF akibat perubahan tegangcm tanah vertikal efektif a' (dari Peck, Hanson, dan
Thombum, 1974).

Uji Geser Vane


Prinsip dasar uji geser vane telah kita bahas pada Subbab 9-9. Bila pada saat pemboran kita menemukan
tanah lempung, maka harga kekuatan geser undrained-nya (undrained shear strength) tanah lempung tadi
(c.) dapat kita tentukan dengan melakukan uji geser vane di dalam lubang bor. Cara ini dapat memberikan
informasi yang berharga tentang kekuatan tanah lempung tersebut pada kondisi aslinya.

Uji Tekanan Meter (Pressuremeter) pada Lubang Bor


Alat pressuremeter adalah alat yang dikembangkan oleh Menard pada tahun 1965 untuk mengukur modulus
tegangan-regangan di lapangan (in-situ). Alat ini pada dasarnya terdiri dari sebuah sel tekanan dan dua
buah sel penjaga (penahan) seperti terlihat pada Gambar 13-12. Uji ini dilaksanakan dengan cara memompa
sel tekanan di dalam lubang bor dan mengukur pengembangan volumenya. Pressuremeter tipe Menard
ini bekerja menurut teori ekspansi dari silinder tebal tak berhingga dalam tanah. Pada Gambar 13-13
ditunjukkan kondisi variasi volume sel tekanan tersebut dengan perubahan tekanar.. dalam sel.
Pada gambar tersebut, Zona I merupakan keadaan pada saat pembebanan ulang, yaitu keadaan di
mana tanah di keliling lubang bor ditekan kembali ke kedudukan awalnya - suatu kedudukan tanah
sebelum pengeboran. Zona 11 merupakan zone pseudo-elastis di mana hubungan antara volume dan
tekanan sel praktis linear. Zona Ill mewakili zona daerah plastis. Untuk zona pseudo-elastis berlaku

E = 2(1 + �)V0 t. ( 13-8)


228 Mekanika Tanah Jilid 2

dengan:
E = modulus Young dari tanah tersebut
f..t = rasio Poisson
V0 = volume sel mula-mula pada tekanan sel Po (yaitu tekanan sel pada awal dari Zona IT).

!:ip 1
L1 V = tangen sudut kemiringan garis lurus yang tergambar pada Zona 11

Menard menyarankan bahwa harga f..t = 0,33 dan hila digunakan pada Persamaan ( 13-8) didapat

E = 2,66 V., t. ( 13-9)

Berdasarkan teori elastis, hubungan antara modulus Young dengan modulus geser dapat dinyatakan
sebagai berikut:
E = 2 (1 + f..t)G ( 1 3-10)
dengan:
G = modulus geser dari tanah

Jadi, dengan menggabungkan Persamaan ( 13-8) dan ( 13-1 0) didapat

(13- 1 1)

Hasil uji dengan pressuremeter ini dapat digunakan untuk menentukan koefisien tekanan tanah at­
rest, Ko (Bab 10). Koefisien ini didapat dari besarnya rasio antara p dan cr' (cr' = tegangan vertikal efektif
0
pada kedalaman yang ditinjau), atau
P
Ko = o'
cr (13-12)
Harga p0 tadi (Gambar 1 3-13) merupakan harga tekanan lateral di dalam lubang bor tersebut.

::-.�·- :�·�,�-- �-- �,:. �� ���


:·��·:. .: ;:
-
·. · �

1
-

• •.
.

Se! penjaga

Se! pengukur

Se! penjaga

.... . .

Gambar 1 3-12 Gambar potongan sebuah test pressuremeter.


Bob 1 3 • Eksplorasi Lapisan Tanah 229

Zone 11
Zone
1
Zone I
pseudoelastis
Pembebanan Zone lll
ulang Zone plastis

I
I 6.V
I
l
6.p
_ _ _

v.

P.
Pengukuran tekanan sel, p
Gambar 1 3-13 Relationship between measuring pressure and measuring volume for Menard-type pressuremeter.
Hubungan antara pengukuran tekanan dan pengukuran volume untuk pressuremeter tipe Menard.

Pengujian dengan pressuremeter ini sangat sensitif terhadap perbedaan kondisi lubang bor sebelum
pengujian dilakukan.

Uji Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test) atau Sondir ----


--­
--

Alat kerncut penetrometer Belanda (= Sondir) adalah sebuah alat yang ujungnya berbentuk kerncut
dengan sudut 60° dan dengan luasan ujung 1 ,54 in2 (10 cm2)(lihat Gambar 13-14). Alat ini digunakan
dengan cara ditekan ke dalam tanah terns menerns dengan kecepatan tetap 20 rnrnldetik, sementara itu
besarnya perlawanan tanah terhadap kerncut penetrasi (q) juga terns menerns diukur. Dari alat penetrometer
yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai selubung geser (biconus) yang dapat bergerak mengikuti
kerncut penetrometer tersebut. Jadi, kita dapat membaca secara terpisah harga perlawanan ujung conus
dan harga hambatan geser dari tanah. Selubung geser mempunyai luas muka sekitar 23,25 in2 (150 cm2).
Di masa lampau, alat Sondir lebih banyak digunakan di Eropa daripada di Amerika Serikat. Tetapi,
belakangan ini alat tersebut mulai banyak dipakai di Amerika Serikat. Salah satu keuntungan utama dari
alat ini ialah bahwa tidak perlu diadakan pemboran tanah untuk penyelidikan tanah. Tetapi, tidak seperti
uji penetrasi baku, dengan alat sondir. Sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung
(observassi mata) atau untuk uji laboratorium.
Pada Tabel 13-4 diberikan
perkiraan hubungan antara harga lABEL 13-4 Perkiraan hubungan antara tahanan ujung conus
perlawanan ujung dari sondir (q ) (q) dan angka penetrasi standar (N)
dan angka penetrasi baku (N) dari
tanah berbutir. Oleh berbagai qjN
peneliti, harga q tersebut juga telah
c

dikorelasikan terhadap harga Bentuk tanah qc = kN/m2 qc = ton/ft2


modulus Young (E) dari tanah
dasar. Schmertmann (1970) telah Pasir halus dan lanau 1 50-350 1 ,5-3.5
menyodorkan suatu rumusan Pasir halus sampai dengan 350-500 3,5-5,0
sederhana untuk tanah pasir. Pasir kasar 500-750 5,0-7,5
Kerikil 750-1500 7,5-1 5,0
230 Mekoniko Tonoh Jilid 2

Luas = 1,54 in.2


(10 cm2)

Sudut kemiringan

Gambar 1 3-1 4 Sebuah ujung alat sondir Belanda.

( 13-1 3)

Trofimenkov ( 1974) juga telah memberikan rumusan untuk modulus tegangan-regangan pada tanah pasir
dan Jempung sebagai berikut:
E = 3qc (untuk tanah pasir) ( 1 3-14)

E = 7qc (untuk tanah lempung) (13-15)

Hubungan-hubungan seperti pada Persamaan ( 1 3- 1 3), (13-14), dan ( 1 3-15) dapat digunakan dalam
perhitungan penurunan elastis dari pondasi [lihat Persamaan (8-47), Bab 8].

Uji Geser Iowa pada Lubang Bor


Uji geser Iowa pada lubang bor adalah pengujian yang menggunakan sebuah alat sederhana untuk mengukur
besamya kekuatan geser tanah pada suatu kedalaman pada waktu eksplorasi tanah (Gambar 1 3-15). Suatu
gaya normal terkontrol (F) dapat dikeijakan terhadap masing-masing pelat bergigi dari alat tersebut.
Besamya kegagalan geser dari tanah sekeliling pelat diketahui dengan memberikan gaya vertikal S. Jadi,
tegangan normal (cr) yang bekeija pada dinding lubang bor adalah
F
O" =
A
( 1 3-16)

dengan
A = luas masing-masing pelat yang berhubungan langsung dengan tanah.

Dengan cara yang sama, harga kegagalan geser ('t) adalah


s
'tt = 2A
(13- 1 7)
Bob 1 3 • Eksplorosl Laplsan Tanah 23 1

Lubang bor

Gambar 1 3-15 Test geser dengan alat bor Iowa.

-
-
- -

Tc

1 a = E
A
Gambar 13-16 Variasi dari t, dan a pada test bor Iowa.

Uji seperti ini dapat diulang dengan menambah besarnya gaya normal (F) beberapa kali tanpa
mencabut alat geser tersebut dari dalam lubang bor. Hasil uji dapat digambarkan dalam bentuk grafik
( ambar 1 3-16) untuk mendapatkan harga parameter kekuatan geser tanah (yaitu kohesi c dan sudut
geser dalam t/J). Harga kekuatan geser yang didapat dengan cara ini akan lebih menyerupai basil uji
consolidated drained (Bab 9).
232 Mekanika Tanah Jilid 2

13-7 PENGAMBILAN SAMPEL BATUAN (ROCK CORING)


Mungkin pada suatu saat kita perlu mengambil sampel batuan apabila lapisan batuan dasar (bedrock)
dijumpai pada suatu kedalaman tertentu. Diperlukan pengambilan sampel batuan sampai tebal sekurang­
kurangnya 1 0 ft ( 3 m). Bila lapangan batuan dasar telah cukup melapuk atau kondisi batuan tak
==

beraturan, maka pengambilan sampel ini mungkin perlu lebih dalam lagi. Untuk pengambilan batuan ini,
sebuah tabung pengambil sampel (rock barrel) disambungkan pada batang pengebor. Sebuah mata bor
khusus juga dipasang di dasar tabung tersebut. Mata bor ini mempunyai bagian pemotong batuan yang
dapat dari intan, tungsten, atau carbide. Pemboran dilakukan dengan cara bor-putar. Air dialirkan melalui
lubang tengah batang pengebor selama pelaksanaan pengeboran dan batuan yang hancur dibilas keluar
dari lubang bor. Pada Gambar 13-17 ditunjukkan gambar sebuah alat pengambilan sampel batuan (rock
barrel) bertabung satu. Sampel batuan yang diperoleh dengan rock barrel bertabung satu ini mungkin
dapat pecah-pecah akibat gaya torsi dari alat bor. Untuk menghindari masalah ini, kita menggunakan
rock barrel bertabung ganda. Pada Tabel 13-5 diberikan rincian dari berbagai tipe silinder selubung
(casing) dan tabung pengambil sampel batuan, diameter dari bata bor, dan diameter dari sampel batuan
yang diperoleh. Sampel batuan yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran BX umurnnya cenderung
untuk hancur (pecah) pada waktu pemboran dilaksanakan.

TABEL 13-5 Rincian mengenai tabung pengambil


contoh batuan, mata bor, dan contoh batuannya

Tanda untuk
sehubungan Diameter Diameter
tabung peng- luar dari dari contoh
ambil contoh mata bor batuan

EX 1 7/16 7/8
AX 1 7/8 1 1/8
BX 2 5/16 1 5/8
NX 2 1 5/1"6 2 1/8

Berdasarkan panjang dari sampel batuan yang didapat dari setiap pemboran, harga-harga berikut
dapat dipakai sebagai pedoman mutu batuan tersebut.

a) Rasio perolehan (recovery ratio) =

Panjang sampel batuan yang diperoleh


Panjang tabung pengambil sampel batuan

b) Rock quality designation (RQD) =

l:: panjang dari segmen - segmen batuan yang mempunyai


panjang sekurang - kurangnya 101,6 mm atau lebih
Panjang dari tabung pengambilan sampel batuan

ila rasio perolehan adalah 1,0, batuannya merupakan ROD Kualitas batuan
batuan utuh (intact rock). Batuan yang sangat terpecah­
pecah (highly fractured rock) biasanya memberikan rasio 1-Q,9 sangat baik
perolehan 0,5 atau kurang. Deere (1953) menyarankan 0,9-Q,75 baik
sistem klasifikasi batuan di lapangan berdasarkan nilai 0,75-Q,S lumayan
0,5-o,25 buruk
RQD-nya sebagai berikut:
0,25-o sangat buruk
Bob 1 3 • Eksplorasl Lapisan Tanah 233

Batang pengebor

(a) (b)

Gambar 1 3- 1 7 Pengambilan contoh batuan: (a) Rock barrel berselubung tunggal; {b) Rock barrel berselubung ganda.

13-8 LAPORAN DARI EKSPLORASI TANAH


Pada akhir program eksplorasi tanah, sampel tanah dan batuan yang diperoleh harus diamati baik secara
visual ataupun secara laboratorium dengan melakukan beberapa pengujian. Kemudian laporan hasil
eksplorasi tersebut harus disiapkan untuk digunakan kelak dalam perencanaan. Setiap laporan hasil
eksplorasi tanah seyogyanya berisi hal-hal berikut:
a) lingkup penyelidikan tanah;
b) pemerian (description) umum tentang bangunan yang direncanakan di tempat eksplorasi tanah telah
dilaksanakan;
c) kondisi geologi dari lokasi bangunan tersebut;
d) sarana pengaliran air (drainase) di lokasi tersebut;
e) hasil pengeboran yang terinci;
f) pemerian kondisi lapisan tanah yang ditentukan berdasarkan sampel tanah dan batuan yang diperoleh;
g) letak muka air tanah yang diamati dari lubang bor;
h) rincian tentang jenis pondasi-pondasi yang disarankan serta altematif-altematifnya;
i) keterangan tentang masalah-masalah yang mungkin akan dijumpai nanti (selama perencanaan atau
pelaksanaan bangunan); dan
j) keterbatasan penyelidikan
Mekanikci Tanah Jilid 2
234

BORING LOG

PROJECT TITLE Pa.sar

LOCATION Intersection Hill Street and Miner Street DATE June 7, 1 983
BORING NO. 4 TYPE OF BORING Anyer bergaga.ng berluba.ng GROUND ELEVATION 1 32,2 ft

KETERANGAN KEDALAMAN ANGKA KADAR AIR K£TERANGAN


TANAH NOMOR PENETRASI w (%)
SAMPEL STANDAR

Tan sandy silt 1 -

1-- - - - - - - - 2 -

3 -

4 -

1
Tanah lempung
berlarut (CL), wama 5 - 13 11 Batas cair = 32
coklat muda SS-1 Badex plastis = 9
6 -

7 -

8 -

9-

Muka air tanah


14 Juni 1 983
S$-2 1 10 -

11 -
5 24

12 -

13 -

14 -

Lempung
lunak (CL) SS-1
1 15 -

16 -
6 28 qu = kekuatan
unconfined
cmpression
17 -

18 -

19 -

Pasir padat
dan kerikil
Akhir dari
S$-3
1 20 -

21 -
32

pemboran pada 22 ft
22 -

Gambar 1 3-1 8 Bentuk yang lazim dari sebuah laporan pemboran (boring log).
Bob 13 • Eksplorasl Laplsan Tanah 235

Di samping itu, para pembuat laporan tadi perlu melengkapi laporan tanah tersebut dengan gambar­
gambar sebagai berikut:
a) peta lokasi tapak;
b) peta lokasi titik-titik bor terhadap denah bangunan yang direncanakan;
c) hasil bor menurut kedalaman tanah (boring log);
d) hasil uji laboratorium; dan
e) hasil-hasil khusus lainnya yang dianggap perlu.

Gambar boring log di no. c di atas merupakan gambar yang terinci dari setiap lubang bor. Pada Gambar
13-18 ditunjukkan contoh sebuah boring log.

SOAL-SOAL
13-1 Tentukan rasio luas dari sebuah tabung Shelby yang mempunyai diameter luar 1 14 mm dan diameter dalam
1 1 1 mm.
13-2 Ulangi Soal 1 3 - 1 di atas bila diameter 1uar = 3 in, dan diameter dalam 2,875 in
13-3 Harga angka penetrasi baku (N) dari suatu tanah 1empung pada suatu keda1aman ada1ah 1 1 . Berikan perkiraan
harga kekuatan tekanan tanah tak tersekapnya (q. = unconfined compression strength).
13-4 Pada Gambar P 1 3-4 dilihatkan angka-angka penetrasi baku pada sebuah lapisan tanah pasir. Tentukan harga
angka penetrasi baku yang telah dikoreksi untuk masing-masing kedalaman tersebut. (Lihat Gambar P 13-4)
13-5 a. Dari hasil pada Soal 1 3-4, tentukan perkiraan besamya harga N' (angka penetrasi baku yang telah
dikoreksi) untuk pembangunan pondasi dangkal (pada masing-masing kedalaman tersebut).
b. Coba lihat Gambar 1 1 -30. Bila dimensi pondasi adalah 5 x 5 ft (bentuk bujur sangkar), berapa besar
beban yang diizinkan pada kolom di atas pondasi tersebut? Sebagai catatan, dasar pondasi di letakkan
pada kedalaman 5 ft dari permukaan tanah. Penurunan tanah (settlement) maksimum yang diizinkan
adalah 1 ,0 inch.

Kedalaman (ft)

Pasir
y = 1 1 6 1b/ft3

5 9

10 9

15 12

20 14

25 16

Gambar P13-4
236 Mekanika Tanah Jilid 2

13-6 Harga undrained shear strenght (kekuatan geser undrained) suatu tanah lempung yang diperoleh dari uji
geser vane (uji dilakukan langsung di lapangan) adalah 44 kN/m2• Harga indeks plastis tanah Iempung
tersebut adalah 22. Berapa kira-kira besamya harga yang sudah dikoreksi dari c. untuk keperluan perencanaan
di tanah tersebut? (Catatan: Gunakan harga yang telah dikoreksi menurut Bjerrum dalam Bab 9).
13-7 Harga rata-rata perlawanan ujung conus pada kedalaman tertentu di tanah pasir adalah 205 kN/m2• Tentukan
perkiraan harga modulus Young tanah tersebut pada kedalaman ini.
13-8 Pada waktu pelaksanaan eksplorasi tanah digunakan alat pengambil sampel sepanjang 4,5 ft. Bila panjang
batuan yang "tertangkap" hanya 3,2 ft, tentukan rasio perolehan batuan tersebut.

NOTASI
Simbol-simbol berikut telah digunakan dalam bab ini

Symbol Keterangan

lnggris
A luas
A' konstanta
A rasio luas
eN
r

faktor koreksi untuk angka penetrasi baku


c kohesi
c. kekuatan geser undrained (undrained shear strength) dari tanah lempung
D kedalaman
D,, Do diameter dalam dan diameter luar dari tabung sampler
D r
kepadatan relatif
E modulus Young
F gaya normal
G modulus geser
h kedalaman
K0 koefisien tekanan tanah horisontal pada kondisi "at-rest"
N angka penetrasi baku
N' angka penetrasi baku setelah dikoreksi
NF angka penetrasi baku dari pengukuran lapangan
Po tekanan
qc perlawanan conus
q_ kekuatan tekanan tak tersekap (unconfined compr. strength)
RQD rock quality designation
s gaya geser
sb jumlah tingkat (lantai) gedung
V0 volume
kedalaman bor

Yunani
y berat volume tanah
llp perubahan tekanan; juga kenaikan tegangan dalam tanah
11 V perubahan volume
ll rasio Paisson
er tegangan normal
er' tegangan vertikal efektif
t1
kekuatan geser
q, sudut geser dalam dari tanah
Bob 1 3 • Eksplorasl Lapisan Tanah 237

Referensl
American Association of State Highway and Transportation Officials ( 1 967). Manual of Foundation Investigations,
National Press Building, Washington, D.C.
American Society of Civil Engineers ( 1 972): "Subsurface Investigation for Design and Construction of Foundations
of Buildings, Part I," Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vo1.98, No.SM5, 48 1 -
490.
Deere, D.U. ( 1 963). "Technical Description of Rock Cores for Engineering Purposes," Felsmechanik und
lngenieurgeologie, Vol. l , No. 1 , 1 6-22.
Gibbs, H.J., and Holtz, W. G. ( 1 957). "Research on Determining the Density of Sand by Spoon Penetration Testing,"
Proceedings, 4th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vo1. 1 , 35-39, London.
Menard, L. ( 1 965). "Rules for Calculation of Bearing Capacity and Foundation Settlement Based on Pressuremeter
Tests," Proceeding, 6th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Montreal,
Canada, Vol.2, 295-299.
Osterberg, J.O. ( 1 952). "New Piston-Type Sampler," Engineering News Solution, April 24.
Pectk, R.B., Hanson, W.E., and Thornburn, T.H. ( 1974). Foundation Engineering, 2nd ed., Wiley, New York.
Schmertmann, J.H. ( 1 970). "Static Cone to Compute Static Settlement Over Sand," Journal of the Soil Mechanics
and Foundations Division, ASCE, Vol.96, No.SM3, 1 0 1 1 - 1043.
Sowers, G.B., and Sowers, G.F. ( 1 970). lntroductiory Soil Mechanics and Foundations, Macmillan, New York.
Trofimenkov, J.G. ( 1974). "General Reports: Estern Europe," Proceedings, European Symposium of Penetration
Testing, Stockholm, Sweden, Vo1.2. 1 , 24-39.

Supplementary References for Further Study


American Association of State Highway and Transportation Officials ( 1 978). Standard Specificationsfor Transportation
Materials and Methods of Sampling and Testing, Part II, Washington, D.C.
Brown, R.E. ( 1 977). "Drill Rod Influence on Standard Penetration Test," Journal of the Geotechnical Engineering
Division, ASCE, Vol. 103, No.GT 1 1 , 1 332- 1 336.
Hvors1ev, M.J. ( 1 949). �ubsoil Exploration and Sampleng of Soils for Civil Engineering Purposes, Waterways
Experiment Station, Vicksubr, Mississippi.
Marcuson, W.F., III, and Bieganousky, W.A. ( 1 977). "SPT and Relative Density of Coarse Sands," Journal of the
Geotechnical Engineering Division, ASCE, Vol. 1 03, No.GT I I , 1 295-1 3 1 0.
Lampira n

Faktor-faktor Konversi

A.1 Faktor konversi darisatuan lnggris ke satuan SI

Panjang I ft 0,3048 m
I ft 30,48 cm
I ft 304,8 mm
I in. 0,0254 m
I in. = 2,54 cm
I in. 25,4 mm

Luas I ft2 929,03 x I0-4 m 2


I ff 929,03 cm2
I ft2 = 929,03 x IQ2 mm2
1 in.2 6,452 cm2
1 in.2 645 , 1 6 cm2

Volume 1 ft3 = 28,3 1 7 x I0-3 m 3


1 ft3 = 28,3 1 7 cm3
1 in.3 I 6,387 X J0-6 m 3
1 in. 3 I 6,387 cm3

Modulus I in.3 = 0, 1 6387 x I()5 mm3


bagian 1 in.3 0, I 6387 X J0-4 m 3

Koefisien 1 ft/menit 0,3048 m/menit


rembesan I ft/menit 30,48 cm/menit
1 ft/menit = 304,8 mm/menit
I ft/detik 0,3048 m/detik
I ft/detik 304,8 mm/detik
I in./menit 0,0254 m/menit
I in./detik = 2,54 cm/detik
1 in./detik 25,4 mm/detik
Mekanika Tanah Jilid 2 239

Koefisien I in· 2/detik 6,452 cm2/detik


konsolidasi I in.2 /detik 20,346 x I()1 m2/tahun
I ft2/detik 929,03 cm2/detik

Gaya I lb 4,448 N
I lb 4,448 X IQ-3 kN
1 lb = 0,4536 kgf
I kip 4,448 kN
1 U.S. ton 8,896 kN
1 lb 0,4536 x IQ-3 ton metrik
I lb/ft I4,593 N/m

Tegangan I lb/ft2 47,88 N/m2


1 lb/ft2 = 0,04788 kN/m2
I U.S. ton/ft2 = 95,76 kN/m2
I kip/ft2 47,88 kN/m2
I lb/in.2 = 6,895 kN/m2

Berat volume 1 lh/fe 0, 1 572 kN/m3


I lb/in.l 27 1 ,43 kN/m3

Momen 1 lb-ft 1 ,3558 N · m


1 lb-in. 0, 1 1 298 N · m

Energi 1 ft-lb 1 ,3558 N · m

M omen 1 in.4 0,4162 x 1 ()6 mm4


inersia I in.4 0,4I62 x IQ-6 m4

A.2 Faktor konversi dari satuan SI ke satuan lnggris

Panjang 1 m 3,28 1 ft
I cm 3,28 1 x 1 0 2 n-

1 mm 3,28 1 X 10-3 ft
I m 39,37 in.
1 cm 0,3937 in.
I mm 0,03937 irt.

Luas 1 m2 1 0,764 ft2


I cm2 1 0,764 x w-4 ft2
1 mm2 1 0,764 X IQ-6 ft2
1 m2 1 550 in.2
I cm2 0, 155 in.2
1 mm2 0,155 x 10-2 in.2

Volume I m3 35,32 ft3


I cm3 35,32 x 10-4 fe
1 m3 6 1 0.23,4 in.3
I cm3 0,061023 in.3

Gaya 1 N = 0,2248 lb
1 kN 224,8 lb
I kgf 2,2046 lb
I kN = 0,2248 kip
I kN = 0, 1 124 U.S. ton
1 metric ton 2204,6 lb
1 N/m = 0,0685 lb/ft
240 Lampiran: Faktor-faktor Konversi

Tegangan I N/m2 20,885 X i Q-3 Jb/ft2


1 kN/m2 20,885 lb/ft2
I kN/m2 0,0 1 044 U.S. ton/ft2
1 kN/m2 = 20,885 X 1Q-3 kip/ft2
1 kN/m2 0, 145 lb/in.2

Berat volume 1 kN/m3 6,361 lb/ft3


1 kN/m3 0,003682 lb/in.3

M omen 1 N·m 0,7375 lb-ft


1 N·m 8,85 1 !b-in.

Energi 1 J 0,7375 ft-lb

M omen 1 mm4 2,402 x 1 Q-6 in.4


inersia 1 m4 2,402 x 1 06 in.4

Modulus = 6, 1 02 X 1 0-5 in.3


bagian 6,102 x 1 04 in?

Koefisien 1 m/menit 3,28 1 ft/menit


rembesan 1 cm/menit 0,0328 1 ft/menit
1 mm/menit 0,003281 ft/menit
1 m/detik 3,28 1 ft/detik
1 mm/detik = 0,0328 1 ft/detik
I m/detik 39,37 in./menit
1 cm/detik 0,3937 in./detik
1 mm/detik 0,03937 in./detik

Koefisien 1 cm2/detik 0, 1 55 in.2/detik


konsolidasi 1 m2/tahun 4,9 1 5 x 1 0-5 in.2/detik
1 cm2/detik 1 ,0764 x l Q-3 ftl/detik
t

I
I
'
Jawaban u ntuk
Soal-soal Pilihan

BAB 9 c. PP = 169,6 kN/m; crP = 1 38,45 kN/m2


9.1 cp = �no d. PP = 593,4 kN/m; crP = 296,7 kN/m2
gaya geser = 90 kN/m2 1 0. 5 a. Pp = 20. 3 1 8 kN / m ; z = 4, 1 5 ft
9.3 23,5°
9.5 t:.cr1 = 20 1b/in.2 b. pp = 89.067 kN I m; z = 7,68 ft
Pada z = 0 ft, cr. = -650 1b/ft2
9.7 cp = 1 8° 1 0.7 a.
Pada z = 5,22 ft, cr. = 0
c = 56 kN/m2
Pada z = 14 ft, cr. = 1 093 1b/ft2
9.9 1 ton/ft2
b. 5,22 ft
9.1 1 62,95 kN/m2
9.13 a. 1 8°
c. P. =
3100 1b/ft
b. 64,85 kN/m2
d. P = 4798kN/m
PP =
a

9.15 cr1 = 2,638 tonlft2 1 0.9 984,84 kN/m

(C:.u)1 = 0,56 tonlft2 1 0. 1 1 a. 3966 1b/ft


b. 3750 1b/ft
9.17 1 900 1b/ft2
c. 3682 1b/ft
9. 1 9 1084,4 1b/ft2
10. 1 3 7r r
9.21 42,48 1b/in.2
a = tan-1 (sin c/J)
9.23 (deg) (mm)
m = c cos cp 0 30
30 46,55
BAB 1 0 60 72,23
10. 1 a. Pa 1 688,5 lb I ft; z = 3,33 ft 90 1 1 2,01

Pa
120 173,86
b. 2547 1b / ft; z = 4 ft
1 50 269,88
c. Pa 4042, 7 Ib I ft; z = 6 ft 1 80 41 8,20
d. Pa 4083,8 lb / ft ; z = 5,5 ft 10. 1 5 1588 kN/m

Pa =
e. 20, 59 kN / m; z 1 m 10. 17 0,906 kN/m
10.19 Pa = 1 3 7 kN/m
f. Pa = 50, 58 kN / m ; z = 1,66 m
g. Pa = 40, 01 kN / m; z = 1,5 m BAB 1 1
10.3 a. pp = 1 6.500 1b/ft; crp = 3300 1b/ft2 1 1.1 a. 5346 lb/ft2
b. pp = 45.276 1b/ft; crp = 6468 1b/ft2 b. 1 6.784 1b/ft2
"

242 Jawaban untuk Soal-soal Pilihan

c. 7 1 ,7 kN/m2 1 2.5 5,83 m


d. 385,4 kN/m2 1 2.7 1 ,28
e. 94,7 kN/m2 1 2.9 24,5 ft; toe circle
1 1 .3 a. 5 3 1 6 lb/ff 1 2. 1 1 4,39 m
b. 1 6.749 lb/ft2 12.13 2,32
c. 89,6 kN/m2 12.15 22°
d. 397,8 kN/m2 1 2. 1 7 a. 1 ,5
e. 1 10,4 kN/m2 b. 1 ,4
1 1 .5 1 ,85 m c. 1 ,3
1 1 .7 a. 2 1 5 kip d. 1 ,8
b. 1 19,9 kip 12.19 a. 1 ,3
c. 1 527 kN 1 2.2 1 0,8 1 7
1 1 .9 a. 42,75 kip 1 2.23 1 ,07
b. 33,8 kip
c. 284 kN BAB 1 3
1 1.11 286 kip 13.1 5,48%
1 1 .13 406 kN 1 3.3 1 ,375 ton/ft2
1 1.15 174,69 kip 1 3.5 a. 13
1 1 .17 1 33,68 kip b. 1 ,43 ton/ft2
1 1 .19 0,7 m 1 3.7 5 1 0-6 1 5 kN/m2

BAB 1 2
1 2. 1 23,6 ft
1 2.3 p Her
(deg) (ft)
15
20 23,6
25 1 2,3
30 8,62
lndeks

A Bentuk cantilever, 5 5
Bentuk piston, 223
Alat kerucut penetrometer, 229 Berat total irisan, 194
Alat pressuremeter, 227 Berat volume efektif, 49
Alat sampler, 221 Berturap, 97
Alat split spoon standar, 220 Besamya sudut geser, 8
Alat Torvana, 39 Besamya tegangan bersih, 217
Alpan ! 967, 48 Bidang geser, 52
Analisa pendekatan, 79 Bidang lingkaran kritis, 178
Angka keamanan kelongsoran, 178 Bidang 1ongsor kritis, 209
Angka keamanan, 225 Bidang longsor melengkung, 87
Angka penetrasi baku, 222 Bidang longsor sesungguhnya, 207
Angka penetrasi standar, 225 Bishop dan Bjerrum, 1 1
Angka stabilitas talud, 226 Bishop Margenstenn 1 960, 194
Angka stabilitas, 195 Blok keruntuhan, 87
Arloji ukur horisontal, 6 Brooker dan Jreland 1965, 47
Butiran padat, 4
Button 1953, 136
8
c
Base failure, 176
Batang bor, 221
Batas air, 20 Caquost dan kerisel 1948, 90
Batas bruto, 145 Cara analitis, 77
Batas plastis, 2 1 Cara coba-coba, 88
Beban deviator, 28 Cara grafis, 77
Beban elemen tanah, 167 Cara superposisi, 122
Beban garis, 93 Consolidated drained, 12
Beban ijin netto, 105 Coulomb, 70
Beb!Jn lajur, 95
Cousin 1978, 194
Beban lingkaran, 6
Beban mati, 6
Beban penyangga, 105
Beban surcharge, 57 D
Beban tegangan deviator, 1 2
Das dan See1ey 1973, 102
Bentonite, 220
Daya dukung batas Bruto, 145
Mekanika Tanah Jilid 2
244

Daya dukung, 1 Gaya total, 48


Daya ijin netto, 124 Gerber 1929, 93
De Beer 1 970, 132 Geser langsung, 6
Deerc 1953, 232 Geser Iowa lubang bor, 230
Deformasi penahan, 98 Geser puncak, 7
Deformasi, 98 Geser runtuh, 7
Dengan rem esan, 169 Geser triaksia1, 1 0
Depth factor, 1 32 Geser Vane, 204
Derajat kejenuhan, 4 1 Geseran negatif, 69
Deviator, 28 Geseran positif, 68
Diagonal ruang, 32 Gibhs dan Holtz 1957, 225
Dial gage, 1 1 Grafik cousinus, 194
Disipasi penuh, 1 2 Grafik Iowa, 230
Distorsi sample tanah, 223
Distribusi tegangan, 68
Distribusi tekanan tanah, 63
Drained lanau, 5
H
Drilling rug, 2 1 8 Hanna dan Megerhof 1978, 139
Hansen 1 970, 132
Hansen 1 970, 132

E
Hardboard, 101
Harga indeks p1astis, 12
Eksplorasi tanah, 2 1 5 Harga kegagalan geser, 230
End Bearing file, 1 1 5 Harga kekuatan geser undrained, 39
Harga kohesi, 1 2
Harga parameter, 8
F Harga tegangan total kecil, 24
Harga tegangan total, 24
Failune wedge, 74 Harga tegangan utama, 1 8
Failure, 1 1 5 Harga tekanan lateral, 228
Faktor bentuk, 1 33 Harga vertikal efektif, 225
Faktor daya dukung, 122 House! 1 929, 148
Faktor kedalaman, 133
Hubungan linear, 1
Faktor kemiringan, 133
Hukum keruntuhan, 2
Faktor koreksi, 225
Faktor stabilitas, 178

I
Fase konsolidasi, 1 8
Fillenius 1927, 178
Fluktuasi angka keamanan talud, 200 ljin gross, 124
Fluktuasi, 33 Inalimation factor, 1 3 1
Friction file, 1 1 5 Indeks kecairan, 34
Fungsi kedalaman, 180 Indeks plastik, 34

G J
Galian berturap, 97
Jaky 1 944, 47
Garis keruntuhan Mohr, 20
Jari-jari lingkaran Mohr, 23
Garis keruntuhan, 1
Jarquio 1 98 1 , 93
Garis kontur, 225
Garis Mohr, 40

K
Garis radial, 99
Garis tegangan, 27
Gaya aktif maksimum. 83 Kecepatan geser yang teratur, 6
Gaya aktif total, 62 Kecepatan Pembebanan, 26
Gaya aktif, 77 Kejenuhan, 41
Gaya dorong, 165 Kekuatan akhir maks., 7
Gaya horisontal, 47 Kekuatan geser puncak, 7
Gaya inersia horisontal, 83 Kekuatan geser puncak, 7
Gaya inersia vertikal, 83 Kekuatan geser, 1
Gaya keseimbangan, 100 Kekuatan tak tersekap, 36
Gaya normal terkontrol, 230 Kelonggaran talud, 166
Gaya pasif total, 56
Gaya pasif, 90
Kemiringan bidang, 3
Kenaikkan air pori, 210
Gaya polygon, 83 Kenaikkan tekanan bersih, 2 1 7
Gaya putar torsi, 36 Keruntuhan coba-coba, 99
Gaya resultan, 70 Keruntuhan geser setempat, 1 1 7
lndeks 245

Keruntuhan geser, 3
Kerusakan struktura1, 33
0
Keseimbangan p1astis, 5 1 Okate 1926, 74
Kesensitifan, 2 1 Overestime, 74
Kewruntuhan geser menyeluruh,
Kim dan Pur en 1969, 101
Koefisien rembesan, 9
Koefisien tekanan tanah atrest, 28
p
Koefisien tekanan tanah, 121 Packshaw, 63
Kohesi, 1 Packshwa 1 969, 90
Kohesif jenuh, 101 Paling kritis, 179
Komisi geoteknik, 176 Paralel tegak, 177
Kompresi hidrostatis, 12 Parameter kekuatan, 5
Kondisi drainase, 216 Parsial Thixotrophy, 34
Kondisi drained pasir, 5 Pasif menurun, 52
Kondisiaktif Ranink:ins, 5 1 Pembebanan tak sentris, 1 34
Konstanta empiris, 41 Pembebanan, 1 34
Kriteria Keruntuhan M.C., 1 Pemboran sistem cuci, 220
Pemboran, 220
Penambahan gaya geser, 6

L Penetrasi baku, 229


Pengeboran sistem tembok, 220
Ladd 1 972, 204 Pengujian unconfirred compression, 25
Ladd, Foote, Ishihara, Schlosser dan Pou1o 1977, 34 Pengukuran beban lingkaran, 6
Laqunilks diagram, 3 1 Penurunan elastis, 230
Lengkung kelongsoran, 176 Penyebaran sistem cuci, 221
Lingkaran geser, 1 84 Perencanaan turap, 105
Lingkaran lereng talud, 176 Peretroneter saku, 40
Lingkaran Mohr, 20 Pergeseran geser horisontal, 6
Longsor dasar, 176 Peristiwa thixotrophy, 34
Longsor sesungguhnya, 207 Perlawanan conus, 229
Persamaan daya dukung alas 1 17
Perubahan akibat Uc, 1 2
M Perubahan beban uji, 7
Perubahan deviator, 1 2
Margenstenn, Bishop 1960, 194 Perubahan hidrastatis, 1 2
Mata pegeruk, 221 Perubahan hidroksi, 1 1
Menard 1965, 227 Perubahan tekanan penyekap, 1 1
Mencari cara coba-coba, 88 Perubahan volume akibat akibat pengecilan, 12
Metode Bishop, 207 Perubahan volume, 6
Metode irisan bishop, 190 Pick, Hanson, dan Thombum 1974, 225
Metode irisan, 177 Piston vertikal, 1 1
Metode penyebaran, 217 Plat pendukung, 146
Metode potongan, 90 Polygon gaya, 82
Metode Rankine, 28 Pondasi coisson, 1 1 5
Metode rasio luasan, 224 Pondasi homogen, 1 36
Metode superposisi, 129 Pondasi lajur, 101
Metode superposisi, 129 Pondasi tapak, 1 1 5
Metode Taylor, 186 Pondasi tikar, 1 1 5
Meyerhop dan Hanne 1978, 1 39 Pori skempton, 1 2
Mid circle 1977, 128 Potongan Hardboard, 101
Modulasi tegangan regangan, 227 Prinsip mekanika, 4
Modulus geser, 228 Prosedur massa, 176
Modulus young, 228 Proudtl, 1921, 1 36
Mohr Coulomb, 1 Proving ring, 1 1
Momen gaya dorong, 187 Puncak kekuatan, 9
Momen gaya perlawanan, 178 Purbe dan Kim 1 969, 101
Momen tahanan, 36 Pusat 1ingkaran 1979, 179
Momen tahanan, 36 Pusat lingkaran, 179
Momen torsi, 36 Putar torsi, 34
Mononobe 1929, 84 Putar torsi, 34
Montmorillonite, 220

Q
N
Quick clay, 33
Normally consolidated, 6
246 Mekanika Tanah Jilid 2

R
Sudut drained, 2 1
Sudut geser dalam, 23 1
Rankine 1 857, 50 Sudut geser dalam, 23 1
Rasio kesensitifan, 33 Sudut geser teralirkan, 5
Rasio konsolidasi lebih, 35 Sudut gesr tanah, tembok, 1 13
Rasio luasan, 224 Sudut internal, 5
Rasio overconsolidation, 48 Sudut talud, 179
Rasio perolehan, 232
Rasio tegangan air pori, 195
Rasio tegangan horisontal, 47
Rasio, 33
T
Rata-rata garis, 8 Tabung sampling, 39
Rata-rata, 8 Tak sentris, 1 34
Reddy dan srinivasan 1967, 1 36 Tak sentris, 134
Regangan aksial, 1 2 Talud dangkal, 176
Regangan terkendali, 6 Talud tak tertahan, 165
Regangan, 1 2 Talud tinggiterbatas, 172
Reissner 1924, 1 30 Talud vertikal, 47
Rembesan tanah lempung, 5 Tanah berkohesi, 60
Rembesan terkendali, 6 Tanah saturated, 24
Rembesan tetap, 193 Tanah tak berkohesi, 52
Rembesan, 5 Tanggap resultan, 76
Rock Barrel, 232 Tanpa rembesan, 165
Rock quality, 233 Taylor 1937, 178
Rosengvist 1953, 33 Tegangan air pori udara, 40
Tegangan air pori, 4
Tegangan aksial, 1 1

s Tegangan Deviator, 1 2
Tegangan deviator, 1 1
Sample, 8 Tegangan deviator, 1 2
Satuan kemiringan, 179 Tegangan drained, 9
Satuan kohesi, 1 84 Tegangan efektif, 4
Scbmertmann 1 970, 229 Tegangan geser maks., 1 2
Seed dan Whitman 1970, 88 Tegangan geser runtuh, 7
Segitiga gaya, 7 1 Tegangan geser, 1
Se! Linear, 227 Tegangan Horisontal, 93
Selubung geser, 229 Tegangan normal, I
Shape factor, 1 3 2 Tegangan normal, 173
Shempton 1975, 3 4 Tegangan overburdeu, 204
Shields dan Tolunay 1973, 90 Tegangan penyekap, 1 2
SI, 225 Tegangan perlawanan rata, 173
Silindris lingkaran, 176 Tegangan pori skempton, 1 2
Silindris, 172 Tegangan rata-rata, 172
Singh 1970, 1 86 Tegangan residual, 9
Sistem cuci, 220 Tegangan Skempton, 1 3
Sistem talud rembesan, 196 Tegangan tak jenuh, 40
Sistem tumbuk, 221 Tegangan utama besar, 4
Skallow slope, 177 Tegangan Vertikal efektif, 217
Slope analisis, 165 Tekan aktif, 57
Slope circle, 176 Tekan pasif, 56
Slope factor, 1 76 Tekan sel, 22
Slope failure, 176 Tekanan arah vertikal, 47
Slope, 1 32 Tekanan Deviator, 83
Snelby tube, 222 Tekanan efektif vertikal, 49
Sondir, 229 Tekanan hidrostatis, 10
Sower dan Sower 1970, 2 1 7 Tekanan hidrostatis, 23
Spencer 1 967, 194 Tekanan horisontal, 49
Spiral log, 9 1 Tekanan ke samping, 8 1
Spiral Iogaritma, 87 Tekanan pro-konsolidasi, 35
Spiral, 87 Tekanan Rankine, 53
Split spoon, 222 Tekanan tanah aktif, 5 1
Sppanglen 1938, 93 Tekanan tanah coulomb, 70
Stabilitas talud, 87 Tekanan tanah Culmann, 76
Stress path, 28 Tekanan tanah pasif, 5 1
Strip foaling, 1 1 5 Tekanan tanah, 47
Sudut dalam, 225 Tekanan total horisontal, 49
lndeks
247

Teknik pondasi, 47 Uji beban di lapangan, 146


Teori ekspansi, 227 Uji consolidate drained, 231
Teori elastisitas, 92 Uji geser langsung, 5
Teori tekan Coulomb, 70 Uji geser langsung, 26
Teralirkan, 5 Uji geser vane, 36
Terkendali, 6 Uji padat pasir, 8
Terkonsolidasi lebih, 1 4 Uji pembebanan garis, 28
Terkonsolidasi, 9 Uji penetrasi, 220
Terzaghi dan Peck 1 967, 93 Uji regangan terkendali, 6
Tharuburn, Peck, Hansen 1974, 149 Uji tekan tak tersekap, 24
Thixo trophy, 34 Uji triaksial teralirkan, 28
Tidak eksak, 226 Uji triaksial, 5
Tidak homogen, 177 Uji triaksial, 26
Tidak talud, 1 80 Uji vane, 204
Tinggi tengah, 1 80 'I \
Titik beban, 92
Titik tanggap, 76
TNGI, 2 1 w
Toe circle, 1 76 Waktu eksplorasi, 226
Total air pori, 23
Total irisan, 194
Treaksi normal, 5
Trial wedge, 72
z
Trial wegge Solution, 80 Zone aktif, 129
Trofimenhor, 174 Zone geser radial, 1 29
Zone pasif, 1 29
Zone pseudo elastis, 227
Zone, I , ! I , I l l , 227
u Zoner daerah plastis, 2::r

�.
Uji air mengalir, 1 8
Uji air termampatkan, 17

'

J.
'
MEKANIKA TANAH·
(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)

PENERBrr ERLANGGA
Kami Melayani 1/mu Pengetahuan
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740 32-00-220-6

Anda mungkin juga menyukai