Anda di halaman 1dari 57

Uji Daya Degradasi Bahan Pembuatan B-MAMANAS: Biodegradable Mask

from Manihot esculenta and Ananas comosus

KARYA TULIS

Disusun oleh :

Lubna Marwah Syahidah Anfaresi

NISN : 0052673697

Karya tulis ini digunakan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik di


MAN Insan Cendekia Bangka Tengah

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MAN INSAN CENDEKIA BANGKA TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


PERSETUJUAN PEMBIMBING

i
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Lubna Marwah Syahidah Anfaresi

NISN : 0052673697

Program Studi : MIPA

Tanggal Sidang : 28 Oktober 2022

Judul Penelitian : Uji Daya Degradasi Bahan Pembuatan B-


MAMANAS: Biodegradable Mask from
Manihot esculenta and Ananas comosus

No. Nama Tanda Tangan Tanggal


1 Nurhayati, M.Si.

2 Penguji 1:

3 Penguji 2:

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa karya tulis yang saya susun
sebagai salah satu persyaratan akademik di MAN Insan Cendekia Bangka Tengah
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan tugas akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan sumbernya secara jelas dan sesuai dengan norma, kaidah, serta etika
akademis.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluh atau sebagian karya tulis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di MAN Insan
Cendekia Bangka Tengah.

Bangka Tengah, 21 Oktober 2022


Yang membuat pernyataan,

Lubna Marwah Syahidah Anfaresi

iii
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt.


atas rida-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Karya ini merupakan
tugas akhir peneliti untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk lulus dari MAN
Insan Cendekia Bangka Tengah. Adapun peneliti mengangkat topik degradasi
dengan judul “Uji Daya Degradasi Bahan Pembuatan B-MAMANAS:
Biodegradable Mask from Manihot esculenta and Ananas comosus”.

Selama pengerjaannya tentu peneliti mengerahkan waktu, tenaga, serta


pikiran sehingga terselesaikan karya tulis ini. Namun penelitian ini tidak akan
selesai tanpa dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekeliling saya. Terima
kasih saya sampaikan kepada:

1. Ustad Musran, S.Ag.M.M., selaku kepala madrasah MAN Insan Cendekia


Bangka Tengah atas dukungan secara moril dan memfasilitasi kepentingan
studi, selama peneliti menempuh pendidikan di MAN Insan Cendekia Bangka
Tengah;
2. Ustazah Nurhayati, M.Si., selaku guru pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, semangat, dan pengalaman kepada peneliti sehingga peneliti bisa
menyelesaikan karya tulis dengan maksimal;
3. Wakil-wakil kepada madrasah MAN Insan Cendekia Bangka Tengah yang
telah banyak membantu studi dan menyelesaikan tugas akhir peneliti;
4. Seluruh ustad dan ustazah MAN Insan Cendekia Bangka Tengah yang telah
mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah dan seluruh staf yang selalu
sabar melayani segala administrasi selama proses penelitian ini.
5. Universitas Bangka Belitung, terkhusus Ibu Lidya yang mendampingi
peneliti selama melakukan percobaan di laboratorium.
6. Umi dan Abi yang selalu mendampingi dan membantu proses penyelasaian
karya tulis dari tahap pencarian ide sampai selesai.
7. Saudara/I peneliti yang memberikan semangat dalam pengerjaan karya tulis
ini.

iv
8. Angkatan 6: BOSCHA Generation yang sama-sama berjuang dan saling
menyemangati serta membantu penyelesaian karya tulis ini.
9. OSIM MAN ICBT 2021/2022, yang selalu bekerja dengan baik dan mengerti
jika peneliti tidak bisa hadir dalam beberapa kegiatan.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata peneliti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, termasuk
penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, peneliti meminta maaf dan meminta saran
atau kritik yang bisa membangun. Sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan
yang bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah Swt. selalu melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua.

Bangka Tengah, 21 Oktober 2022

Lubna Marwah Syahidah Anfaresi

v
Uji Daya Degradasi Bahan Pembuatan B-MAMANAS: Biodegradable Mask
from Manihot esculenta and Ananas comosus

LUBNA MARWAH SYAHIDAH ANFARESI

ABSTRAK

Penumpukan limbah B3, terutama masker sekali pakai semakin meningkat ketika virus Covid-19
menjadi pandemi di dunia. Telah banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi timbunan sampah
masker, namun belum efektif dalam pelaksanaannya. Biodegradable Mask from Manihot esculenta
and Ananas comosus (B-MAMANAS) merupakan sebuah inovasi masker yang memiliki
keefektifan setara dengan masker bedah namun ramah lingkungan seperti masker kain dan tidak
sulit dalam pengolahan limbahnya. Dalam penelitian ini diuji bahan baku yang efektif untuk
dijadikan B-MAMANAS. Pengujian juga menunjukkan waktu Manihot esculenta dan Ananas
comosus terdegradasi di alam. Dilakukan eksperimen dan observasi uji degradasi sehingga
didapatkan hasil, ampas pati ubi dan serat nanas berpotensi untuk dijadikan bahan yang mudah
terdegradasi. Penelitian ini menggunakan empat sampel dari dua hasil eksperimen dan dua perlakuan
yang berbeda. Berdasarkan observasi didapatkan bahwa sampel ampas pati ubi efektif dijadikan
bahan baku B-MAMANAS karena terdegradasi secara maksimal dalam dua belas hari di dalam
tanah. Sedangkan pada sampel ampas pati ubi di permukaan tanah terlihat pertumbuhan fungi yang
mendominasi. Ada pun sampel serat daun nanas kurang efektif dijadikan bahan baku B-MAMANAS
karena kemampuan degradasi yang belum maksimal dalam dua belas hari. Diharapkan ada
pengembangan penelitian dengan waktu yang lebih lama, serta alat, bahan, dan langkah kerja yang
terstruktur. Penelitian juga bisa dikembangkan dengan meneliti mikroorganisme yang bekerja dalam
proses degradasi.

Kata kunci : Biodegradable, Manihot esculenta, Ananas comosus

vi
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... i


PENGESAHAN DEWAN PENGUJI SIDANG KARYA TULIS ILMIAH ..... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
E. Batasan Masalah ........................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 4
A. Kajian Teori .................................................................................................. 4
B. Penelitian Relevan ...................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 13
A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................... 13
B. Rancangan Penelitian ................................................................................. 13
C. Objek Penelitian ......................................................................................... 13
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 14
E. Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
F. Langkah Kerja ............................................................................................ 24
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 27
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 27
B. Pembahasan ................................................................................................ 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 36

vii
A. Kesimpulan ................................................................................................. 36
B. Saran ........................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
LAMPIRAN ......................................................................................................... 39
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. 46

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Singkong (1) ....................................................................................... 7


Gambar 2. 2 Singkong (2) ....................................................................................... 7
Gambar 2. 3 Daun nanas.......................................................................................... 9
Gambar 2. 4 Nanas .................................................................................................. 9
Gambar 3. 1 Cetakan kertas................................................................................... 15
Gambar 3. 2 Baskom ............................................................................................. 15
Gambar 3. 3 Gunting ............................................................................................. 16
Gambar 3. 4 Neraca analitik dan kertas timbang................................................... 16
Gambar 3. 5 Labu ukur .......................................................................................... 17
Gambar 3. 6 Hotplate............................................................................................. 17
Gambar 3. 7 Tabung reaksi.................................................................................... 18
Gambar 3. 8 Kertas pH .......................................................................................... 18
Gambar 3. 9 Pipet tetes dan kaca arloji ................................................................. 19
Gambar 3. 10 Tabung ukur .................................................................................... 19
Gambar 3. 11 Oven................................................................................................ 20
Gambar 3. 12 Alumunium foil .............................................................................. 20
Gambar 3. 13 Daun nanas...................................................................................... 21
Gambar 3. 14 Ampas pati singkong ...................................................................... 21
Gambar 3. 15 Aquadest ......................................................................................... 21
Gambar 3. 16 Serat nabati (kapas)......................................................................... 22
Gambar 3. 17 Larutan NaOH 25% ........................................................................ 22
Gambar 3. 18 Metanol ........................................................................................... 22
Gambar 3. 19 Aseton ............................................................................................. 23
Gambar 3. 20 Asam asetil anhidrida ..................................................................... 23
Gambar 3. 21 N.N’-dimetilacetamida ................................................................... 23
Gambar 3. 22 Asam asetat glacial ......................................................................... 23
Gambar 3. 23 H2SO4 .............................................................................................. 23
Gambar 3. 24 NaOH .............................................................................................. 23

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Sampel Penelitian ................................................................................. 14


Tabel 4. 1 Hasil observasi sampel ......................................................................... 29

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus Covid-19 yang telah menyebar sejak Desember 2019 di seluruh


dunia tak hanya membawa dampak negatif dalam bidang kesehatan dan
ekonomi, namun berdampak pula pada lingkungan hidup. Hal ini disebabkan
meningkatnya limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) baik yang bersifat
cairan maupun bersifat padatan di rumah sakit, layanan kesehatan, dan sektor
rumah tangga. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
terjadi lonjakan limbah medis sebanyak 30%-50% selama pandemi Covid-
19. Sedangkan dari data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tercatat
timbunan limbah medis mencapai 1.662,5 ton dalam waktu tujuh bulan
dimulai pada Maret sampai September 2020 (Ameridya, dkk., 2021).

Salah satu limbah B3 yang paling sering digunakan adalah masker


sekali pakai (masker bedah). Melalui survei daring yang dilakukan
Selvaranjan dan rekan terhadap anak-anak, remaja, dan orang dewasa di
banyak negara seperti Australia, Amerika, United Kingdom, Sri Langka, dan
India, sebanyak 40% menggunakan masker bedah untuk melindungi diri dari
paparan virus Covid-19. Survei juga membuktikan lebih dari 25% orang
menghasilkan lima limbah masker perminggu, yang berarti dalam satu hari
setidaknya individu menghasilkan satu sampah masker (Selvaranjan, dkk.,
2021).

Masker medis memang menjadi salah satu protokol kesehatan yang


diwajibkan karena sangat berperan untuk menghindari virus melalui droplets.
Akan tetapi penggunaan masker yang melonjak mengakibatkan permasalahan
lingkungan yang mengganggu tanaman, hewan, bahkan manusia.
Permasalahan lingkungan yang terjadi meliputi pencemaran darat dan laut,
seperti ditemukan 70 sampah masker pada 100 meter garis pantai Hong Kong,
mengapungnya sampah masker seperti ubur-ubur di Laut Mediterania,

1
beberapa fauna yang terjerat dan mengonsumsi sampah masker, serta masih
banyak lagi (Roberts, dkk., 2020).

Selain berdampak pada fauna dan flora, permasalahan ini juga


berdampak pada kesehatan manusia dan bumi. Mayoritas bahan baku masker
adalah plastik yang memerlukan waktu sepuluh sampai seratus tahun untuk
terurai di lingkungan. Ketika masker terurai di lingkungan atau terbawa
hingga perairan, akan terpecah menjadi mikroplastik yang nantinya akan
mengganggu rantai makanan dan berpotensi membahayakan manusia
(Roberts, dkk., 2020). Limbah masker medis juga dikhawatirkan dapat
menjadi transmisi virus apabila dibuang tanpa diberikan perlakuan khusus
dan dapat pula menyumbang emisi CO2 karena penggunaan serta
pembakarannya (Selvaranjan, dkk., 2021).

Telah banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi timbunan sampah


masker, seperti penggunaan masker kain bagi masyarakat dan pengolahan
limbah masker pada lingkup rumah tangga. Penggunaan masker kain
direkomendasikan sebagai penghalang sederhana untuk mencegah aerosol
pernapasan di udara terhirup oleh orang lain pada saat orang dengan infeksi
Covid-19 bersin, batuk, atau berbicara. Akan tetapi menurut studi literatur
oleh Putri, terdapat tujuh artikel yang menyimpulkan bahwa penggunaan
masker kain tidak dianjurkan dalam pencegahan transmisi Covid-19 (Putri,
2020). Sedangkan pengolahan limbah masker pada lingkup rumah tangga
yang telah dianjurkan Pemerintah Indonesia melalui Surat Edaran No.
SE.2/MENLHK/SLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius
(Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga Dari Penanganan Corona Virus
Diseas (covid-19), masih kurang dalam pelaksanaannya. Masyarakat lebih
banyak membuang masker sembarangan atau hanya dirobek tanpa
pengemasan langsung dicampurkan ke dalam sampah rumah tangga lainnya.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi masker yang memiliki


keefektifan setara dengan masker bedah namun ramah lingkungan seperti

2
masker kain dan tidak sulit dalam pengolahan limbahnya. Biodegradable
Mask from Manihot esculenta and Ananas comosus (B-MAMANAS)
merupakan solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengurangi tumpukan
limbah masker. Penelitian ini akan menguji bahan pembuatan B-MAMANAS
yaitu, ampas pati ubi dan serat daun nanas.

Penggunaan ampas pati ubi dikarenakan tingginya kandungan selulosa,


yakni sebesar 60,6 gram/ 100 gram dan kandungan pati, yakni sebesar 15,6
gram/ 100 gram sehingga dapat digunakan dalam pembuatan biopolimer
komposit (Malik, dkk., 2015). Adapun penggunaan serat daun nanas
dikarenakan tingginya kandungan selulosa asetat serta melimpahnya sumber
daya terutama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemanfaatan ampas
pati ubi dan serat daun nanas telah teruji pada penelitian terdahulu mampu
untuk dijadikan bahan baku masker biodegradable. Penelitian ini akan
menguji daya degradasi bahan pembuatan B-MAMANAS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah ampas Manihot esculenta dan serat Ananas comosus efektif


dijadikan bahan baku masker biodegradable?
2. Berapa lama waktu yang diperlukan B-MAMANAS untuk
berdegradasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah.

1. Menguji efektivitas ampas Manihot esculenta dan serat Ananas


comosus sebagai bahan baku pembuatan masker biodegradable.
2. Menghitung waktu yang diperlukan B-MAMANAS untuk
berdegradasi.

3
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Meningkatkan kepedulian masyarakat, organisasi, komunitas pecinta


lingkungan, dan lembaga pemerintah terhadap isu kerusakan
lingkungan.
2. Meningkatkan inovasi peneliti dalam pemanfaatan bahan-bahan
biodegradable untuk mengurangi jumlah limbah di bumi.
3. Mengoptimalkan ampas pati ubi dan serat daun nanas serta bahan alam
lainnya sehingga mengurangi penggunaan bahan sintetis yang sulit
mengurai serta membuat penumpukan limbah di lingkungan.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini akan membatasi permasalahan hanya berfokus pada


bahan pembuatan B-MAMANAS dengan satu komposisi dan teknik
percobaan. Penelitian juga tidak akan melakukan uji efektivitas dari segi
biologis, ekonomis, dan kesehatan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

4
1. Biodegradable

Biodegradable adalah bahan yang mudah terurai oleh


mikroorganisme di alam. Berdasarkan American Standard Testing and
Material (ASTM) dan undang-undang Eropa, biodegradable adalah
kemampuan suatu benda mengalami dekomposisi menjadi
karbondioksida, metana, air, senyawa anorganik, dan biomassa.
Kebanyakan biodegradasi disebabkan oleh aksi enzim dari
mikroorganisme. Saat ini kajian mengenai biodegradable banyak
dilakukan salah satunya mengenai biopolimer. Menurut Averous &
Pollet (2012), biopolimer akan menghasilkan polimer dari sumber daya
terbarukan dan mudah mengurai dalam rentang waktu tertentu. Salah
satu pemanfaatan biopolimer adalah untuk pembuatan plastik ramah
lingkungan (plastik biodegradasi).

Biodegradable erat kaitannya dengan pembuatan plastik yang


ramah lingkungan atau disebut juga dengan bioplastik. Penggunaan
bahan-bahan yang mudah terdegradasi oleh alam atau mikroorganisme
memberikan manfaat yang cukup besar bila dibanding dengan
penggunaan bahan non-biodegradable. Senyawa-senyawa hasil
degradasi tak hanya berupa karbondioksida dan air, namun
menghasilkan asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi
lingkungan. Pembakaran bahan biodegradable tidak menghasilkan
senyawa kimia berbahaya serta pemakaiannya dapat meningkatkan
kualitas tanah karena penguraian dilakukan oleh mikroorganisme
(Saing, 2017).

2. Masker

Masker merupakan alat perlindungan pernapasan dari zat-zat


berbahaya atau kontaminan yang berada di udara. Masker mempunyai
jenis yang dapat melindungi tergantung dengan tingkat bahaya dari
paparan aerosil atau partikel bahaya yang berada di udara. Salah satu

5
jenis masker adalah masker bedah yang umumnya diproduksi dari
bahan polipropilena non-woven (tidak ditenun) dan terdiri atas satu
lembar bahan penyaring dengan beberapa lapisan. Lapisan terdalam
berfungsi untuk menahan cairan tubuh agar tidak keluar dari dalam
masker, lapisan kertas di tengah berfungsi sebagai filter untuk
menangkal bakteri dan partikel dari dalam dan luar, sedangkan bagian
luar masker berfungsi untuk pertahanan pertama terhadap cairan
kontaminan dari luar masker (Malik, dkk., 2015).

Bahan baku masker sekali pakai yang banyak dipakai oleh


masyarakat sulit untuk terurai secara alami. Menurut artikel
covidcare.id dibutuhkan waktu lima puluh sampai seratus tahun hingga
masker yang berbahan dasar plastik terurai di alam (Chandra, 2021).
Apabila masker dibuang sembarangan dan tidak mendapatkan
perlakuan khusus maka akan sangat berdampak pada lingkungan, baik
daratan maupun perairan.

3. Singkong (Manihot esculenta)

Singkong merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia


dengan kadar karbohidrat tinggi serta tingkat produksi yang banyak.
Singkong atau nama latinnya Manihot esculenta, berasal dari keluarga
Euphorbiaceae. Gambar tanaman singkong dapat dilihat pada gambar
2.1 dan 2.2 berikut.

6
Gambar 2. 1 Singkong (1) Gambar 2. 2 Singkong (2)
Sumber: Dokumen peneliti Sumber:
https://images.app.goo.gl/TuBvNuDV6LJXcWrCA

Kingdom : Plantae

Filum : Spermatophyta

Subfilum : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

Nama : Cassava, Singkong, Ubi Kayu

(CAB International, 2022)

Singkong memiliki daging yang menggelembung di bagian


tengah dan mengerucut di kedua sisinya. Panjang fisik umbi ini rata-
rata 50-80 cm dengan diameter 2-3 cm, tergantung dari jenis singkong
yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-
kuningan dengan tekstur daging yang keras, yang dibungkus kulit
singkong berwarna coklat kehitaman. Batang tanaman ini bisa

7
mencapai ketinggian 7 meter, dengan cabang agak jarang. Akarnya
tunggang dengan sejumlah akar cabang yang membesar menjadi umbi
akar yang dapat dimakan. Daunnya menjari dan berwarna hijau muda
(Utama & Rukismono, 2018).

Di Indonesia singkong dijadikan makanan pokok setelah padi dan


jagung. Singkong lebih unggul dibandingkan padi karena tanaman ini
dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, tahan terhadap berbagai
hama dan penyakit, masa panennya dapat ditunda, serta memiliki daya
adaptasi yang cukup tinggi (Restiani, dkk, 2014). Biasanya singkong
dibudidayakan mulai dari dataran rendah, menengah, hingga dataran
tinggi. Namun untuk mendapatkan hasil panen yang baik, singkong
perlu ditanam dengan iklim yang bercurah hujan antara 1500-2500
mm/tahun, dengan suhu udara minimum 10⁰C dengan kelembapan 60-
65%. Tanah yang dipakai adalah tanah yang kaya bahan organik,
gembur, subur, tidak terlalu liat, tidak terlalu porous, serta yang
memiliki pH 6,5-7,5 (Utama & Rukismono, 2018).

Singkong merupakan tanaman yang bisa diolah dari batang, daun,


hingga umbinya. Selain untuk dimakan, seiring dengan perkembangann
teknologi umbi tanaman ini juga dapat dijadikan bahan baku industri
pelet atau pakan ternak, tepung tapioka pembuatan etanol, tepung
gaplek, ampas tapioka, dan masih banyak lagi (Utama & Rukismono,
2018). Bahkan pengolahan tapioka dari singkong menghasilkan limbah
berupa Cassava Waste Pulp (CWP) dengan kandungan pati yang cukup
tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan kertas komposit (Malik, dkk., 2015).

4. Nanas (Ananas comosus)

Nanas merupakan tumbuhan tropikal yang banyak tersebar di


Indonesia. Tanaman ini paling cocok untuk ditanam di lokasi yang

8
cukup mendapatkan sinar mataari hingga ketinggian 500m dari
permukaan laut. Morfologi tanaman ini ditandai dengan daunnya yang
berbentuk taji, tepi berduri (sebagian tidak) serta berserat. Buahnya
bulat panjang, berdaging kuning muda. Tanaman nanas bisa dilihat
pada gambar 2.3 dan 2.4 berikut.

Gambar 2. 3 Daun nanas Gambar 2. 4 Nanas


Sumber: Dokumen peneliti Sumber :
https://images.app.goo.gl/GGZzCaU4DmHzLNJ57

Kingdom : Plantae

Filum : Spermatophyta

Subfilum : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Farinosae

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L.) Merr.

Nama : Nanas (pineaplle)

9
Pemanfaatan nanas sekarang tidak hanya buahnya saja akan tetapi
daun nanas dapat dijadikan serat alami. Serat nanas saat ini banyak
digunakan sebagai bahan kerajinan seperti tas, dompet, anyaman, tali,
dan kuas yang dapat digunakan untuk mengecat maupun melukis
(Nafisah, 2019) Menurut penelitian serat daun nanas dapat digunakan
lebih dari bahan kerajinan karena kandungan selulosa di dalamnya
mencapai 69-71,5% (Amraini, dkk., 2020). Daya regang kelenturan dan
dampak dari komposit polister yang baik terkandung di dalam serat
daun nanas sehingga berfungsi sebagai pengisi serat, memanjangkan
serat dan modifikasi permukaan serat (Djoefrie & Dewi, 2019).

B. Penelitian Relevan

Penelitian pemanfaatan Ampas Manihot esculenta dan serat Ananas


comosus telah banyak dilakukan terutama dalam hal biodegradable. Adapun
beberapa penelitian yang menjadi rujukan dalam pembuatan B-MAMANAS
dengan metode, alat, dan hasil yang berbeda. Selain pemanfaatan Ampas
Manihot esculenta dan serat Ananas comosus sebagai bahan baku
biodegradable, diambil juga beberapa penelitian mengenai pembuatan
mikrofilter untuk masker.

Bioplastik terbuat dari pencampuran pati dengan selulosa, gelatin, dan


jenis biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat
plastik pati. Dalam pembuatan bioplastik dengan bahan pati ubi jalar dan
plasticizer gliserol digunakan metode melt intercalation, yaitu teknik fasa
dengan penguapan pelarut setelah proses percetakan pada plat kaca. Hasil
yang didapatkan berupa meningkatnya nilai elongasi bioplastik seiring
bertambahnya konsentrasi gliserol serta meningkatnya nilai kuat tarik seiring
bertambahnya konsentrasi kitosan. Dalam proses degradasinya penambahan
kitosan pada pati ubi jalar lebih unggul dibanding penambahan plasticizer
gliserol, yakni mencapai 1,63% dalam delapan hari (Saing, 2017).

10
Selain pati ubi, ampas dari pembuatan pati ubi juga dapat dimanfaatkan.
Cassava Waste Pulp (CWP) memiliki kandungan pati yang dapat
dimanfaatkan menjadi bahan campuran pembuatan kertas komposit sebagai
mikrofilter. Pembuatan mikrofilter dilakukan dengan metode pembentukan
all-cellulose composite. Lalu dilakukan uji ukuran pori menggunakan
bantuan mikroskop, uji ketebalan mikrofilter menggunakan mikrometer
sekrup, dan uji kemampuan penyaringan masker dengan melakukan
partikulat debu yang dihembuskan menggunakan kipas angin. Penggunaan
mikrofilter CWP saat ini untuk menyaring polutan udara seperti kabut asap
(Malik, dkk., 2015).

Relevansi penelitian Saing (2017) terhadap penelitian ini adalah


terdapat kesamaan penggunaan bahan baku, yaitu pati ubi jalar. Pati ubi jalar
dijadikan produk biodegradable. Akan tetapi yang membedakannya adalah
produk yang dihasilkan berupa bioplastik. Relevansi penelitian Malik, dkk.
(2015) terhadap penelitian ini adalah pemanfaatan ampas pati ubi jalar
sebagai mikrofilter berbasis biopolymer. Perbedaannya terdapat pada
kombinasi serat daun nanas dengan ampas pati ubi untuk pembuatan masker.

Pembuatan bioplastik yang dilakukan dengan ekstraksi selulosa dari


daun nanas dan metode inversi fasa, mencatat bahwa pada sampel bioplastik
yang ditambahkan gliserol 3mL lebih cepat mengalami degradasi.
Penambahan gliserol dapat meningkatkan degradasi bioplastik dikarenakan
kemampuannya menyerap air dengan mudah. Semakin banyak gliserol yang
ditambahkan maka memudahkan proses biologis atau mikroba. Akan tetapi
berdasarkan struktur morfologinya semakin banyak gliserol yang
ditambahkan maka selulosa tidak tercampur merata. Perbandingan sifat
mekanik bioplastik daun nanas dengan SNI masih memerlukan eksperimen
dan penelitian lanjutan terutama pada karakteristik kuat tarik plastik (Natalia,
dkk., 2019).

11
Selanjutnya penelitian eksperimen pembuatan filter masker kain dari
daun nanas, dengan menggunakan metode isolasi selulosa dan sintesis
selulosa asetat. Analisa dilakukan dengan Fourier-Transform Infared
Spectroscopy (FTIR) dan menghasilkan data bahwa selulosa asetat dari daun
nanas yang dihasilkan memiliki panjang gelombang yang sesuai dengan
standar dan berpotensi sebagai bahan filter dalam pembuatan masker berbasis
membran selulosa asetat (Amraini, dkk., 2020).

Relevansi penelitian Natalia, dkk. (2019) serta Amraini, dkk. (2020)


terdapat pada pemanfaatan limbah daun nanas sebagai bahan baki
biodegradable. Akan tetapi produk yang dihasilkan berbeda, yaitu sebagai
pembuatan bioplastic dan pembuatan filter masker kain.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama dua bulan di mulai dari Maret 2022


sampai September 2022 di laboratorium Universitas Bangka Belitung dan
MAN Insan Cendekia Bangka Tengah.

B. Rancangan Penelitian

Dalam pembuatan B-MAMANAS dilakukan metode penelitian secara


kualitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Pengambilan metode ini
dikarenakan hasil yang didapat bukan merupakan angka atau statistik
melainkan data observasi uji degradasi. Metode kualitatif adalah penelitian
yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun
tulisan) sehingga peneliti tidak berusaha menghitung data kualitatif yang
telah diperoleh (Afrizal, 2017).

Jenis metode kualitatif pada penelitian ini adalah metode eksperimen.


Menurut Cresswell (2009), metode ekperimen berusaha untuk menentukan
apakah perlakuan tertentu dapat mempengaruhi hasil dalam sebuah
penelitian, yang dinilai dengan memberikan perlakuan khusus pada satu
kelompok dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain. Metode
penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dengan kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013).

C. Objek Penelitian

Pengujian efektifitas B-MAMANAS akan dilakukan dengan observasi


di laboratorium dengan media tanah yang memiliki kondisi fisika, kimia, dan
biologi yang baik. Objek penelitian adalah mikrofilter dari ampas pati ubi dan
isolasi selulosa dari serat daun nanas. Hasil eksperimen kedua sampel
kemudian dipecahkan masing-masing menjadi dua. Sehingga terdapat empat
objek penelitian atau sampel. Berikut merupakan sampel penelitian:

13
Tabel 3. 1 Sampel Penelitian

Nama Sampel Letak


1A Mikrofilter dari ampas Atas permukaan tanah
pati ubi
1B Isolasi selulosa serat Atas permukaan tanah
daun nanas
2A Mikrofilter dari ampas Dalam tanah
pati ubi
2B Isolasi selulosa serat Dalam tanah
daun nanas

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu


eksperimen dan observasi. Eksperimen akan dilakukan dengan alat dan bahan
yang telah disediakan serta metode yang pernah diujikan pada penelitian yang
relevan. Metode yang akan digunakan yaitu metode isolasi selulosa dan
sintesis selulosa asetat untuk pembuatan masker dari serat daun nanas.
Sementara itu untuk mikrofilter yang terbuat dari ampas pati singkong
digunakan metode pembentukan all-cellulose composite.

Observasi akan dilakukan dengan perlakuan terhadap sampel


penelitian. Observasi merupakan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat proses atau kegiatan yang terjadi. Penelitian ini
menggunakan observasi nonpartisipatif, yang tidak mengikutsertakan
pengamat ke dalam kegiatan (Sudaryono, 2017). Hasil dari eksperimen
sebelumnya akan diletakkan pada media tanah untuk dilihat degradasi yang
terjadi.

14
E. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:

1. Cetakan kertas

Gambar 3. 1 Cetakan kertas


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan cetakan kertas untuk membuat kertas dari


ampas pati singkong.

2. Baskom

Gambar 3. 2 Baskom
Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan baskom untuk merendam ampas pati


singkong dan mencampur dengan serat nabati. Pada penelitian ini
dicampurkan kapas sebagai serat nabati.

15
3. Gunting

Gambar 3. 3 Gunting
Sumber: Dokumen peneliti

Pada penelitian ini peneliti menggunakan gunting untuk


memotong daun nanas.

4. Neraca analitik dan kertas timbang

Gambar 3. 4 Neraca analitik dan kertas timbang


Sumber: Dokumen peneliti

Pada penelitian ini peneliti menggunakan neraca analitik untuk


menghitung komposisi bahan-bahan kimia. Penggunaan kertas timbang agar
bahan kimia tidak tercapur dengan alas neraca analitik.

16
5. Labu ukur

Gambar 3. 5 Labu ukur


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan labu ukur untuk mengukur bahan-bahan kimia.

6. Hotplate

Gambar 3. 6 Hotplate
Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan hotplate untuk memanaskan bahan-bahan kimia


serta mencampurkan serat daun nanas dengan bahan kimia.

17
7. Tabung reaksi

Gambar 3. 7 Tabung reaksi


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan tabung reaksi untuk mengukur serta


mencampurkan bahan-bahan kimia. Selian itu digunakan juga dalam proses
pembuatan masker dari serat daun nanas.

8. Kertas pH

Gambar 3. 8 Kertas pH
Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan kertas pH untuk mengukur pH saat proses


pembuatan masker dari serat daun nanas. Peneliti menyarankan untuk
menggunakan pH meter agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.

18
9. Pipet tetes dan kaca arloji

Gambar 3. 9 Pipet tetes, spatula, dan kaca arloji


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan pipet tetes untuk memindahkan cairan dalam


ukuran kecil ke dalam tabung reaksi, tabung ukur, dan labu ukur. Spatula
digunakan untuk mengaduk pada proses pencampuran bahan-bahan kimia.
Sedangkan kaca arloji digunakan untuk melapisi bahan kimia saat
menimbang di neraca analitik.

10. Tabung ukur

Gambar 3. 10 Tabung ukur


Sumber: Dokumen Peneliti

Peneliti menggunakan tabung ukur untuk mengukur cairan kimia yang


digunakan.

19
11. Oven

Gambar 3. 11 Oven
Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan oven untuk memanaskan ampas pati singkong


yang telah dicetak. Digunakan suhu 80℃ saat mengeringkan ampas pati
singkong. Selain itu digunakan juga untuk mengeringkan daun nanas yang
telah dipotong-potong.

11. Alumunium foil

Gambar 3. 12 Alumunium foil


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan alumunium foil untuk melapisi bahan pada saat


pemanansan di dalam oven.

20
Bahan yang digunakan:

1. Daun nanas dan ampas pati singkong:

Gambar 3. 13 Daun nanas Gambar 3. 14 Ampas pati singkong


Sumber: Dokumen peneliti Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan daun nanas dan ampas pati singkong sebagai


bahan utama pembuatan B-MAMANAS.

2. Aquades

Gambar 3. 15 Aquadest
Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan aquades untuk mencampurkan bahan-bahan


kimia. Karena aquades merupakan air murni berbeda dengan air biasa yang
dikhawatirkan terdapat kandungan yang bisa memengaruhi hasil penelitian.

21
3. Serart nabati

Gambar 3. 16 Serat nabati (kapas)


Sumber: Dokumen peneliti

Peneliti menggunakan kapas sebagai campuran pada pembuatan kertas


saring dari ampas pati singkong.

4. Bahan-bahan kimia

Gambar 3. 17 Larutan NaOH


25%
Gambar 3. 18 Metanol
Sumber: Dokumen peneliti
Sumber: Dokumen
peneliti

22
Gambar 3. 19 Aseton Gambar 3. 20 Asam Gambar 3. 21 N.N’-
Sumber: Dokumen peneliti asetil anhidrida dimetilacetamida
Sumber: Dokumen Sumber: Dokumen
peneliti peneliti

Gambar 3. 24 NaOH
Gambar 3. 22 Asam Gambar 3. 23 H2SO4 Sumber: Dokumen
asetat glacial Sumber: Dokumen peneliti

Sumber: Dokumen peneliti peneliti

Peneliti menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses pembuatan


mikrofilter ampas pati singkong dan pembuatan masker serat daun nanas.
Bahan-bahan kimia didapatkan dari laboratorium Universitas Bangka
Belitung, laboratorium MAN Insan Cendekia Bangka Tengah, dan pembelian
pribadi secara daring di toko kimia.

23
F. Langkah Kerja

1. Pembuatan mikrofilter dari ampas pati singkong


a. Pembuatan kertas saring

Langkah kerja ini merupakan praktik yang telah dilakukan


pada penelitian Malik, dkk. mengenai pembuatan mikrofilter dari
ampas tapioka. Pertama-tama bersihkan limbah ampas tapioka
(pati singkong) dari kotoran. Masukkan limbah ampas tapioka
yang telah dibersihkan ke dalam air hangat untuk direndam.
Campurkan dengan kapas sebanyak 10gram dan tepung tapioka
sebanyak 88gram. Aduk hingga bersifat homogen. Saring dan
cetak menggunakan cetakkan kertas. Langkah terakhir jemur
hingga kering dan berbentuk selembar kertas yang menyerupai
kertas saring (Malik, dkk., 2015).

b. Pembuatan mikrofilter berbasis biopolymer

Pembuatan mikrofilter berbasis biopolymer juga


merupakan langkah kerja yang dilakukan pada penelitian Malik,
dkk.. Pertama-tama kertas saring yang telah dibuat sebelumnya
direndam dengan larutan campuran aquades, aseton, dan DMAc
selama 24 jam pada suhu 25℃ (10:10:1). Untuk menghilangkan
DMAc, kertas kemudian dipindahkan ke dalam larutan methanol.
Terakhir keringkan kertas.

2. Pembuatan masker dari serat daun nanas


a. Isolasi Selulosa

Langkah kerja pada penelitian ini berpedoman pada


penelitian relevan yang digunakan Amraini, dkk. mengenai
pembuatan filter masker kain dari serat daun nanas. Beberapa
langkah kerja mengalami penyesuaian dengan alat dan bahan

24
yang tersedia. Pertama potong daun nanas yang sudah bersih
kurang lebih 5cm. Keringkan daun menggunakan oven bersuhu
80℃ selama 70 menit. Selanjutnya timbang daun nanas 50 gram,
masak menggunakan NaOH 25% sebanyak 400 ml (1:8).
Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 112℃ selama 60
menit. Saring daun nanas dan cuci dengan aquades sampai air
cucian jernih. Pencucian dapat dilakukan dengan pengulangan
sebanyak 4 kali 100ml aquades. Daun nanas kemudian
dikeringkan pada suhu ruangan dan dilakukan bleaching.
Lakukan bleaching sebanyak satu kali dengan cairan H2O2 3%
sebanyak 100ml atau sampai daun terendam. Bleaching
dilakukan pada suhu 60℃ dengan waktu 45 menit.

b. Sintesis Selulosa Asetat

Selulosa serat daun nanas yang telah diisolasi kemudian


ditambahkan asetat glacial 13ml sambil diaduk pada suhu 40℃
selama 60menit. Selanjutnya tambahkan asam asetat glacial 8ml
dan H2SO4 pekat 0,1ml ke dalam campuran. Aduk selama 45
menit pada suhu yang sama. Setelah 45 menit, dinginkan
campuran hingga suhu 25℃. Tambahkan H2SO4 pekat 0,6ml dan
asetat anhidrida sebanyak 9,3ml. Aduk dengan waktu 45 menit
pada suhu 35℃.

Setelah selesai tambahkan asetat glacial 6,3ml dan aquades


sebanyak 10ml. Aduk lagi dengan waktu hidrolisis satu jam.
Kemudian selulosa diendapkan dengan menambahkan aquades
dan dicuci hingga pH-nya netral. Endapan kemudian endapan
dikeringkan dalam oven pada suhu 60-70℃ hingga berbentuk
seperti kertas tisu (Amraini, dkk., 2020).

25
3. Uji degradasi

Uji degradasi dilakukan dengan meletakkan empat sampel ke


media tanah. Tanah yang diambil merupakan tanah humus yang
berwarna coklat kehitaman, lembap, lembut, dan gembur. Kemudian
media tanah ditutup dan dibiarkan selama 12 hari. Setiap dua hari akan
dilakukan pengecekan degradasi terhadap empat sampel. Sampel 1A
dan 1B diletakkan di atas permukaan tanah. Sedangkan sampel 2A dan
2B diletakkan di dalam tanah.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisis data dengan penggunaan


hasil eksperimen dan observasi yang telah dilakukan. Data yang
terkumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam tabel dan dibandingkan.
Dari analisis ini akan didapat hasil perbandingan antara dua populasi
dan empat sampel yang berbeda.

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Efektivitas bahan baku


Peneliti melakukan eksperimen selama tiga hari dan didapatkan
hasil dua sampel yang berbeda. Sampel yang pertama adalah mikrofilter
dari ampas Manihot esculenta. Sampel dapat dilihat pada gambar 4.1.
Secara fisik sampel berwarna putih dan agak transparan. Pada
permukaan juga terlihat serat-serat kapas yang merupakan campuran
dari mikrofilter. Sampel pertama juga kaku, keras, dan berlubang.
Sampel kedua adalah isolasi selulosa dari serat daun nanas.
Sampel dapat dilihat pada gambar 4.2. Secara fisik sampel berwarna
putih, tipis, dan bertekstur lembut. Sampel kedua ini mirip dengan
kertas tisu namun dengan ketebalan yang lebih besar disbanding kertas
tisu pada umumnya. Selain itu terlihat juga serat-serat daun nanas yang
sudah homogen satu sama lain.

Gambar 4. 1 Gambar 4. 2
Mikrofilter ampas pati ubi Isolasi selulosa serat daun nanas

27
Gambar 4. 3 Empat sampel penelitian

Kedua sampel hasil eksperimen kemudian dibagi masing-masing


menjadi dua. Sehingga untuk sampel observasi uji daya degradasi
digunakan empat sampel dengan ukuran yang sama. Keempat sampel
tersebut dibedakan atas komposisi dan tempat observasi.
Setelah 12 hari dilakukan observasi, terlihat bahwa sampel 2A
lebih efektif berdegradasi dibandingkan dengan sampel 1A. Terlihat
dari banyaknya bagian yang hilang karena terurai oleh mikroorganisme.
Adapun jika dibandingkan antara sampel A dan B atau sampel dari
ampas pati ubi dengan serat daun nanas terlihat bahwa sampel A lebih
efektif berdegradasi.

2. Waktu degradasi

Selama 12 hari dilakukan observasi, sampel telah menunjukkan


hasil degradasi yang baik, terutama pada sampel 2B. Berikut ini
merupakan tampak hasil degradasi yang telah dilakukan

28
Gambar 4. 4 Sampel 1A dan 2A Gambar 4. 5 Sampel 1B dan 2B selama

selama tiga hari di media tanah tiga hari di media tanah

Gambar 4. 6 Sampel 1A dan 2A Gambar 4. 7 Sampel 1B dan 2B selama


selama dua belas hari di media tanah dua belas hari di media tanah

Tabel 4. 1 Hasil observasi sampel

Tampak Fisik
Tanggal
1A 1B 2A 2B
14 September Keras, sedikit Lembut, Keras, Lembut,
2022 berlubang, wujud sedikit wujud
serat nabati seperti berlubang, seperti
(kapas) kertas serat nabati kertas tisu,
masih terlihat tisu, (kapas) berserat,
dan tidak berserat, masih mudah

29
homogen, mudah terlihat dan robek,
warna putih robek, tidak warna putih
warna homogen,
putih warna putih
16 September Sampel mulai Tekstur Sampel Tekstur
2022 lembut, lembut, mudah lembut,
lembap, masih robek, masih
sedikit berwujud lembap, berwujud
berlubang, kertas lubang lebih kertas tisu,
serat nabati tisu, banyak lembap,
(kapas) lembap, dibanding mulai
masih mulai sebelumnya, terpisah
terlihat, terpisah mulai serat-
warna putih serat- terdegradasi, seratnya,
seratnya, warna putih warna putih
warna
putih
20 September Sampel Masih Sampel Basah,
2022 berjamur, sama basah, kotor kotor
lembek tapi dengan karena karena
tidak bisa kondisi tanah, bau, tanah,
putus dengan observasi sedikit degradasi
sendirinya, terakhir berlendir, lambat tapi
lembap, sudah sudah
warna banyak mulai
beraneka terdegradasi, berongga,
ragam karena terlihat sisa- warna putih
bermacam- sisa serat, kecoklatan
macam jamur warna coklat
kehitaman

30
22 September Sampel Masih Sampel Sampel
2022 berjamur, sama sudah tercampur
lembek, dengan menyatu dengan
mudah kondisi dengan tanah
hancur, tidak observasi tanah, namun
terdegradasi, terakhir berlendir, belum
warna kuning terdegradasi, menyatu,
dengan gampang basah,
beragam putus, warna degradasi
warna jamur coklat tidak
kehitaman mengalami
perubahan
signifikan
25 September Sampel Masih Menyatu Masih sama
2022 berjamur sama dengan dengan
dengan dengan tanah, kondisi
variasi yang kondisi beberapa observasi
lebih banyak, observasi bagian terakhir
lebih rapuh terakhir sudah hilang
dan lembek, atau
tidak terputus,
terdegradasi, berlendir,
warna kuning warna coklat
dengan kehitaman
beragam
warna jamur

Berdasarkan perbandingan data pada tabel 4.1 dapat dilihat perbedaan


setiap sampel. Sampel 1A pada observasi pertama dan kedua tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Hanya terdapat perbedaan dari segi kelembapan.

31
Pada observasi ketiga telah dimulai pertumbuhan fungi. Permukaan sampel
dipenuhi dengan bermacam fungi yang berwarna-warni. Selanjutnya pada
observasi keempat dan kelima fungi telah mendominasi permukaan sampel.
Namun belum terjadi kerusakan pada sampel, kecuali sampel dirusak oleh
peneliti.

Sampel 1B antara observasi pertama dan kedua mengalami perubahan


dari segi kelembapan. Selanjutnya pada observasi ketiga sampai kelima tidak
terjadi perubahan yang signifikan. Sampel bertekstur lembut, seperti kertas
tisu, dan lembap. Hanya terjadi perubahan warna akibat media tanah yang
digunakan.

Sampel 2A telah mengalami perubahan sejak observasi kedua. Terlihat


dari hilangnya sebagian sampel dan warna yang berubah akibat media tanah
yang digunakan. Hilangnya bagian-bagian sampel terus berlanjut hingga hari
terakhir observasi. Selain itu ditemukan juga cairan seperti lendir di
permukaan sampel pada observasi ketiga. Tekstur sampel sudah lembap
bahkan basah pada observasi ketiga.

Sampel 2B tidak mengalami degradasi yang maksimal selama 12 hari.


Sama seperti sampel 1B yang hanya terlihat perbedaan dari segi kelembapan
serta warna. Hal ini dipengaruhi media tanah yang digunakan.

B. Pembahasan

Penelitian dimulai dengan eksperimen pembuatan B-MAMANAS


sehingga didapatkan mikrofilter dari ampas pati ubi dan sintesis serat daun
nanas. Menurut Malik, dkk. (2015), pembuatan mikrofilter dengan ampas pati
ubi menghasilkan kertas dengan ukuran pori yang berkisar antara 1-10mm.
Sedangkan eksperimen yang dilakukan peneliti menghasilkan mikrofilter
yang tebal, keras, dan berwarna putih transparan. Hal ini dapat terjadi karena
modifikasi pada komposisi bahan dan langkah-langkah pengerjaan. Seperti
langkah penjemuran yang diganti menjadi pemanasan menggunakan oven
80℃ selama 70 menit.

32
Sintesis serat daun nanas juga belum mencapai hasil yang optimal
namun sudah mendapatkan bentuk seperti yang diharapkan. Serat daun nanas
hasil eksperimen berbentuk seperti kertas tisu dengan permukaan yang halus.
Eksperimen belum optimal karena komposisi bahan pembuatan serat daun
nanas dilakukan beberapa modifikasi, sehingga ditakutkan berbahaya bagi
konsumen.
Setelah melakukan eksperimen, dilakukan uji daya degradasi selama
dua belas hari sehingga menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan dari
sampel 1A dan 2A. Kedua sampel tersebut merupakan hasil eksperimen
pembuatan mikrofilter dari ampas pati ubi. Pada sampel 1A yang diletakkan
di permukaan tanah terkontrol, terlihat pertumbuhan berbagai fungi.
Fungi diketahui mampu menghasilkan enzim selulase sehingga dapat
mendegradasi selulosa. Semakin besar pengeluaran jumlah enzim selulase
pada jamur maka degradasi selulosa terjadi lebih cepat (Suryani, dkk., 2012).
Fungi yang terdapat di sampel 1A umumnya berasal dari genus
Phanerochaete, Penicillium, dan, Cladosporium. Pertumbuhan fungi pada
sampel 1A bisa dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9 berikut.

Gambar 4. 8 Fungi yang tumbuh pada Gambar 4. 9 Fungi yang tumbuh pada
sampel 1A sampel 1A dengan mikroskop

Phanerochaete atau dikenal sebagai fungi pelapuk putih merupakan


mikroba pendegradasi kayu yang tergolong Basydiomycota. Peran utama

33
fungi pelapuk putih yaitu mendegradasi komponen lignin, dengan penguraian
sempurna menjadi air dan karbondioksida (Musa, dkk., 2011). Adapun
Penicillium merupakan jamur yang memiliki peran penting sebagai pengurai
bahan organik sehingga menyebabkan pembusukkan. Jenis jamur ini
biasanya ditemukan di tanah dan sisa-sisa tanaman yang telah membusuk
dengan menghasilkan berbagai mikotoksin (Iramayana, dkk., 2019).
Selanjutnya menurut penelitian Suryani dkk., Cladosporium merupakan
kandidat terbaik yang memiliki kemampuan paling tinggi dalam
mendegradasi selulosa (Suryani, dkk., 2012)
Pada sampel 2A yang diletakkan di dalam tanah terkontrol, terjadi
degradasi yang maksimal. Sampel 2A habis karena diuraikan oleh
mikroorganisme yang diprediksi berasal dari bakteri. Umumnya bakteri
Pseudomonas dan Bacilus yang memutus rantai polimer menjadi monomer-
monomer. Hasil degradasi tidak hanya karbondioksida dan air, tapi
menghasilkan pula senyawa organik seperti asam organik dan aldehid yang
tidak berbahaya bagi lingkungan (Saing, 2017).
Pengaruh fungi dan bakteri dalam proses penguraian juga dibantu oleh
media tanah yang terkontrol. Proses degradasi dilakukan pada tanah yang
gembur sisa pembakaran yang biasanya digunakan untuk bercocok tanam.
Secara fisik tanah yang dipakai berwarna hitam, lembut, lembap, dan gembur.
Empat hal tersebut merupakan ciri-ciri tanah humus. Media tanah kemudian
diletakkan ke dalam kotak uji degradasi sebanyak 2/3 dari volume. Kemudian
kotak ditutup dan disimpan sesuai dengan waktu uji degradasi.
Pertumbuhan jamur pada sampel 1A disebabkan oleh faktor
ketersediaan oksigen. Pada sampel 1A, mikrofiliter ampas pati ubi dibiarkan
di atas permukaan tanah. Sehingga memungkinkan mendapat lebih banyak
oksigen dibanding sampel 2A. Jamur merupakan saprofit semi-aerob yang
membutuhkan oksigen. Jika persediaan terbatas, bisa menyebabkan jamur
tumbuh layu. Oleh karenanya sampel 2A yang berkomposisi sama namun
diletakkan di dalam tanah tidak menghasilkan jamur.

34
Penelitian ini tidak hanya melihat perbandingan sampel mikrofilter dari
ampas pati ubi tapi juga degradasi yang terjadi pada serat daun nanas.
Terdapat dua sampel serat daun nanas yang sudah disintesis. Sampel tersebut
adalah 1B dan 2B yang secara berurutan diletakkan di permukaan dan di
dalam media tanah terkontrol. Dari hasil uji dan observasi didapatkkan hasil
yang tidak berbeda jauh antara keduanya. Perbedaan yang terlihat hanyalah
kebersihan dan warna dari sampel. Sampel 1B terlihat lebih bersih
dibandingkan sampel 2B karena letaknya di atas permukaan tanah.
Sedangkan untuk struktur dan kelembapan keduanya sama, bahkan tidak
terjadi degradasi yang signifikan selama dua belas hari.
Degradasi pada sampel B lebih lambat terjadi daripada sampel A karena
proses dan campuran kimia. Diketahui bahwa lama proses degradasi
dipengaruhi salah satunya dari komposisi bahan. Walaupun serat daun nanas
merupakan bahan organik, dikarenakan proses isolasi selulosa maka banyak
bahan kimia yang dicampurkan.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari penelitian ini.

1. Ampas Manihot esculenta efektif dijadikan bahan baku B-


MAMANAS, sedangkan serat Ananas comosus kurang efektif.

2. Sampel ampas Manihot esculenta yang diletakkan di dalam tanah


menunjukkan degradasi yang maksimal selama 12 hari.

B. Saran

Penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang bisa


dilakukan jika ingin melakukan penelitian lanjutan, di antaranya.
1. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan lebih lama sehingga didapatkan
hasil yang maksimal, baik dalam pembuatan B-MAMANAS maupun
uji degradasi.
2. Melakukan percobaan lanjutan dengan alat dan bahan yang terukur
serta langkah-langkah yang lebih terstruktur untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dan efektif.
3. Melakukan pengamatan lanjutan terhadap jenis-jenis mikrorganisme
menggunakan mikroskop agar didapatkan hasil yang lebih jelas.

36
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2017). Metoe Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok:
Rajawali Pers.

Ameridya, A., Pratama, A., Pudi, R. A., & Absyar, S. F. (2021). Limba Maskerdi
Era Pandemi : Kejahatan Meningkat atau Menurun. Jurnal Green Growth
dan Manajemen Lingkungan, 51-58.

Amraini, S. Z., Bahruddin, Zahrina, I., Susanto, R., & Wulandari, R. (2020). Potensi
Limbah Daun Nanas Dalam Pembuatan Selulosa Asetat Sebagai Bahan
Filter Masker Kain. SNapan : Seminar Nasional Kahuripan.

Averous, L., & Pollet, E. (2012). Biodegradable Polymers. Green Energy and
Technology.

CAB International. (2022, Maret 26). CABI. Diambil kembali dari cabi.org:
https://www.cabi.org/isc/datasheet/32401

Chandra, I. N. (2021, Juni 15). Solusi Penanganan Limbah Masker Covid-19.

Iramayana, Taskirawati, I., & Arif, A. (2019). Keragaman Jamur pada Log dan
Kayu Gergajian Nyatoh (Palaquium sp). Perennial Vol.15, 8-15.

Malik, U. A., Zaradini, A. H., Firmansyah, M., Hafsah, & Abdurrazak, M. G.


(2015). Airfine : Masker dengan Mikrofilter Berbasis Biopolimer Dari
Limbah Ampas Tapioka (Cassava Waste Pulp). Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

Musa, Edy, & Nelly. (2011). Identifikasi Fungi Pelapuk Jaringan Kayu Mati yang
Berperan pada Proses Biodelignifikasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Kabupaten Karo.

37
Nafisah, S. (2019, Oktober 18). Bobo.id. Dipetik September 05, 2021, dari
https://bobo.grid.id/read/081888926/tidak-hanya-buahnya-ternyata-daun-
tanaman-nanas-juga-bermanfaat?page=all

Natalia, M., Hazrifawati, W., & Wicaksono, D. R. (2019). Pemanfaatan Limbah


Daun Nanas (Ananas comosus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik
Biodegradable. EnviroScienteae Vol. 15 No. 3, 357-364.

Prof. Dr. Ir. H. MH. Bintoro Djoefrie, M., & Ratih Kemala Dewi, S. (2019).
Pencegahan, Pengendalian, dan Pemanfaatan Limbah Organik. Bandung:
PT Penerbit IPB Press.

Putri, S. I. (2020). Studi Literatur : Efektifitas Penggunaan Masker Kain Dalam


Pencegahan Tranmisi Covid-19. Jurnal Kesehatan Manarang vol. 6, 9-17.

Restiani, R., Roslim, D. I., & Herman. (2014). Karakter Morfologi Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crants) Hijau Dari Kabupaten Pelalawan. JOM FMIPA
Volume 1, 619-624.

Roberts, K. P., Bowyer, C., Kostoe, S., & Fletcher, S. (2020, Agustus 14).
Coronavirus face mask : an environmental disaster that might last
generations. Dipetik September 5, 2021, dari
https://theconversation.com/coronavirus-face-masks-an-environmental-
disaster-that-might-last-generations-144328

Saing, B. (2017). Studi Pembuatan Bahan Alternatif Plastik Biodegradable Dari Ubi
Jalar Dengan Plasticizer Gliserol Dengan Metode Melt Intercalation. Jurnal
Teknik Mesin, 79-84.

Selvaranjan, K., Navaratnam, S., Rajeev, P., & Ravintherakumaran, N. (2021).


Enviromental challenges induced by extensive use of face mask during
COVID-19 : A review and potential solutions. ELSEVIER : Environmental
Challenges 3 , 1-11.

Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

38
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods). Bandung:
ALFABETA.

Suryani, Y., Andayaningsih, P., & Hernaman, I. (2012). Isolasi dan Identidikasi
Jamur Selulolitik pada Limbah Produksi Bioetanol dari Singkong yang
Berpotensi dalam Pengolahan Limbah Menjadi Pakan Domba. Sunan
Gunung Djati State Islamic University (UIN).

Yoga Alif Kurnia Utama, S. M., & Martinus Rukismono, S. M. (2018). Dalam
Singkong-Man VS Gadung-Man. Mimika Baru, Papua: Penerbit Aseni.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto eksperimen dan observasi

Peneliti mengguntin daun nanas Pemanasan aquades dan NaOH


dengan hotplate

39
Endapan hasil eksperimen serat
Peneliti mengukur cairan kimia
daun nanas

Serat daun nanas yang telah di- Serat daun nanas pada tahap
bleaching isolasi selulosa asetat

pH serat daun nanas Pencampuran mikrofilter dengan


aseton, DMAc, dan aquades di
dalam wadah observasi

40
Pemarutan singkong Pemotongan singkong

Tampak observasi pertama sampel Tampak observasi pertama sampel


2A dan 2B 1A dan 1B

Tampak observasi ketiga sampel 1A Tampak observasi ketiga sampel 1B


dan 1B dan 2B

41
Tampak observasi keempat sampel Tampak observasi keempat sampel
1A dan 1B 2A dan 2B

Fungi pada sampel 1A Fungi pada sampel 1A

Fungi pada sampel 1A Fungi pada sampel 1A dilihat


menggunakan mikroskop

42
Mikroorganisme yang dilihat Fungi pada sampel 1A dilihat
menggunakan mikroskop pada menggunakan mikroskop
sampel 1A

43
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

44
Lampiran 3 Surat Keterangan Hafalan Al-Qur’an

45
RIWAYAT HIDUP

Lubna Marwah Syahidah Anfaresi, lahir di Sungailiat


02 Juni 2005. Peneliti merupakan anak keempat dari
lima bersaudara. Ayah bernama Fadillah Sabri dan ibu
Reniati. Dalam penyusunan karya tulis ini, peneliti
duduk di kelas XII MIPA 2 dan merupakan anggota
BOSCHA Generation. Selain senang dalam melakukan penelitian, peneliti juga
memiliki hobi membaca dan menulis sajak, cerita, atau esai. Beberapa karyanya
bisa dibaca melalui blog pribadi https://enanfares.blogspot.com/. Peneliti juga aktif
dalam mengikuti organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah, seperti menjabat
sebagai Ketua OSIM 2021/2022, Ketua Divisi Seni dan Budaya Forum OSIS
Nasional (FON) X, Sekretaris 1 Ikatan Organisasi Insan Cendekia Indonesia, dan
Sekretaris 1 Forum OSIS Kabupaten Bangka Tengah 2021/2022. Jika hendak
berdiskusi dengan peneliti bisa menghubungi email : lubnamarwah@gmail.com.

46

Anda mungkin juga menyukai