Anda di halaman 1dari 5

UNIT BELAJAR 1

Scenario 1 : Growing and thriving


Scenario type : An explanation problem
Format : Narrative
…………………………………..…………………………………

Inability to Walk
A 4-year-old male is admitted to hospital by his parents because he still cannot walk
independently and speak yet. His parents explain that patient has history of seizure when he
was having high fever at the age of one. On physical examination patient presents
convergent strabismus and spastic quadriplegia.

Task :
Explain the phenomenon of this case

Kata kata sulit:


1. convergent strabismus: Strabismus konvergen, atau esotropia , adalah salah satu bentuk strabismus
yang paling umum ( mata juling ). Ini mengacu pada mata juling yang disebabkan oleh upaya
pemfokusan mata ketika mencoba melihat dengan jelas.
• Semakin dekat suatu objek dengan mata, semakin besar jumlah akomodasi yang diperlukan. Efek
samping dari upaya akomodasi dapat berupa konvergensi yang berlebihan atau mata juling.
• Pasien dengan strabismus konvergen biasanya mengalami hipermoto (hiperopia). Artinya mata harus
bekerja lebih keras untuk melihat dengan jelas, apalagi jika objek pandangannya dari dekat
2. spastic quadriplegia: salah satu klasifikasi dari cerebral palsy dimana mayoritas anak-anak dengan
cerebral palsy megalami tipe spastic yaitu otot-otot menadi kaku dan lemah hingga beberapa anggota
badan anak mulai tak bisa digerakkan dan slaah satu tipenya yaitu spastik quadriplegia dimana kedua
lengan dan kedua tungkai tidak dapat digerakkan.
- Anak dengan spastisitas mungkin menunjukkan gejala yang meliputi duduk tertunda, merangkak,
atau berjalan atau berjalan kaki.

Rumusan Masalah:
1. Dalam keadaan normal, pada anak usia 4 tahun pertumbuhan dan perkembangan apa yang
seharusnya sudah ada pada tubuhnya?
2. Mengapa anak tersebut dapat mengalami kejang saat demam tinggi?
3. Mengapa dalam pemeriksaan fisik didapatkan convergent strabismus?
4. Mengapa pasien menunjukan spastic quadriplegia pada pemeriksaan fisik?
5. Mengapa anak usia 4 tahun belum dapat berjalan sendiri?
6. Mengapa anak usia 4 tahun belum dapat berbicara?
7. Adakah hubungan riwayat kejang dan demam tinggi yang dialami pasien saat usia 1 tahun dengan
kondisi yang ia alami sekarang?
Curah Pendapat:
1. Diusia ini juga tentuya fisik anak akan semakin terlihat perubahan dan cenderung menguasa
kemampuan motorik halus dan kasar dan sudah mulai lebih aktif untuk mencoba berbagai hal baru
yang bisa dilakukan dengan fisik mereka misalnya, menarik kusi, bermain bola, mewarnai, bermain
puzzle hingga berpakaian dan sudah bis abisa berjalan secara mandiri serta kemampuan kognitif anak
tersebut sudah meningkat dan aktif berbicara.
- Diusia ini juga tentuya fisik anak akan semakin terlihat perubahan dan cenderung menguasa
kemampuan motorik halus dan kasar dan sudah mulai lebih aktif untuk mencoba berbagai hal baru
yang bisa dilakukan dengan fisik mereka misalnya, menarik kusi, bermain bola, mewarnai, bermain
puzzle hingga berpakaian dan sudah bis abisa berjalan secara mandiri serta kemampuan kognitif anak
tersebut sudah meningkat dan aktif berbicara.
2. Perubahan kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan eksitabilitas
neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan metabolisme seluler serta
produksi ATP .Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat Celsius akan meningkatkan metabolisme
karbohidrat, sehingga dengan adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan
glukosa dan oksigen. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk jaringan
otak.
Pada keadaan metabolisme di siklus Creb normal, satu molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP.
Sedangkan pada keadaan hipoksi jaringan metabolisme berjalan anaerob, satu molukul glukosa hanya
akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksi akan kekurangan energi dan mengganggu
fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat oleh sel Kedua hal tersebut mengakibatkan
masuknya Na+ ke dalam sel meningkat dan timbunan asam glutamat ekstrasel.
Timbunan asam glutamat ekstrasel akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran sel
terhadap ion Na+ sehingga semakin meningkatkan ion Na+ masuk ke dalam sel. Ion Na+ ke dalam sel
dipermudah pada keadaan demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion
terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan ekstrasel tersebut akan
mengakibatkan perubahan potensial membran sel neuron sehingga membran sel dalam keadaan
depolarisasi. Dapat disimpulkan bahwa demam mempunyai peran untuk terjadi perubahan potensi
membrane dan menurunkan fungsi inhibisi sehingga menurunkan nilai ambang kejang. Penurunan
nilai ambang kejang memudahkan untuk timbul bangkitan kejang demam.
3. strabismus konvergen merupakan kondisi di mana satu mata menyimpang ke arah dalam, dalam
keadaan ini mata berotasi sehingga kornea berdeviasi ke arah nasal dan fovea berotasi ke arah
temporal karena konvergensi aksis visual, keadaan ini dikenal juga sebagai esotropia. Strabismus
dapat terjadi ketika otot-otot itu tidak bekerja bersama. Ini mungkin disebabkan oleh masalah dengan
otot, saraf, atau masalah di otak. Strabismus juga dapat disebabkan oleh;
- Cidera mata atau kepala
- Penyakit yang mempengaruhi saraf atau otot seperti cerebral palsy atau Down syndrome
- Tumor otak

Pada anak yang menderita cerebral palsy akan terjadi kerusakan otak yang sangat luas yang
mengakibatkan gangguan sistem sensoris seperti kelainan penglihatan, pendengaran, perabaan,
sensasi pengecapan. Cacat visual yang sering didengar merupakan strabismus. Strabismus merupakan
suatu kondisi pada mata yang tidak dapat bergerak ke arah yang sama dan terlihat bergerak ke arah
yang berbeda.
4. Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu prenatal, perinatal, dan pasca natal.
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin misalnya oleh lues,
toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
2. Perinatal
Anoksia, perdarahan otak, prematuritas
3. pasca natal
- Spastisitas disebabkan oleh gangguan pada neuron motor atas (upper motor neuron). Neuron motor
atas berada pada sistem saraf pusat. Gangguan atau cedera pada neuron motor atas menyebabkan
penurunan input ke jaras reticulospinal dan corticospinal.
Penurunan input tersebut menimbulkan kelemahan; hilangnya fungsi kontrol motorik; dan
berkurangnya jumlah unit motor volunter aktif.
Reduksi ini juga mengakibatkan berkurangnya hambatan pada lengkung refleks (reflex arcs) dan
terjadi spastisitas.
5. Ada beberapa kondisi pada anak yang bisa menyebabkannya terlambat berjalan, yaitu:
• Mengalami keterlambatan perkembangan sistem motorik kasar, dimana Motorik kasar adalah bagian
dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut
kekuatan fisik dan keseimbangan. Contohnya seperti kemampuan duduk, menendang, berjalan,
berlari, dan sebagainya.
• Mengalami ketidaknormalan pada kekuatan dan tonus otot, misalnya akibat cerebral palsy (yang
merupakan kumpulan kelainan yang memengaruhi pergerakan tubuh, keseimbangan, dan postur), atau
bisa juga akibat hipotonia (yaitu rendahnya tonus otot yang membuat tubuh lebih lemas)
• Mengalami infeksi otak, seperti meningitis atau encephalitis
• Mengalami malnutrisi atau defisiensi zat gizi sehingga menyebabkan terjadinya penyakit tertentu,
misalnya rakitis
6. Perkembangan kemampuan berbicara seorang anak dikatakan normal apabila kemampuan berbicara
mereka sama dengan anak seusianya. Dan ketika perkembangan kemampuan berbicara tidak sama dan
juga tidak bisa memenuhi tugas dari perkembangan bicara pada usianya tersebut, maka anak tersebut
dapat dikatakan mengalami hambatan perkembangan pada kemampuan berbicara.
Sebetulnya banyak factor yang menjadi penyebab anak terlambat bicara, penyebab yang paling umum
ialah rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama
baiknya seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal atau tinggi, ketidakmampuan
mendorong anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Kekurangan dorongan tersebut
merupakan penyebab yang seriusgangguan mengendalikan gerakan, bisa disebabkan oleh apraxia
(apraksia). Ini adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan untuk mengendalikan
gerakan.
Apraksia terjadi akibat adanya cedera atau kelainan pada lobus parietal di otak.
Memiliki masalah perkembangan, yaitu adanya cerebral palsy, cedera otak traumatis, kondisi otot
yang kurang sempurna
- Salah satu penyebab terjadinya gangguan bunyi bahasa adalah kelumpuhan otak atau Cerebral
Palsy. “kelumpuhan otak” atau Cerebral Palsy merujuk pada kecederaan di bagian tengah
sistem nervous otak manusia, yang mengakibatkan proses arahan dan perpindahan dari otak
ke saraf penggerak yang mendorong pergerakan anggota tubuh sangat lemah bahkan tidak
berfungsi. Kelumpuhan ini secara tidak langsung mengakibatkan ketidaklancaran dalam
menghasilkan sebuah ujaran, karena berkaitan dengan keadaan pernafasan yang tidak normal
maka akan berdampak pada aliran udara yang diperlukan ketika menghasilkan bunyi bahasa,
seperti kejelasanya, kenyaringanya dan kemamppuan menggerakan articulator pertuturan
- Cerebral palsy yang memiliki beberapa masalah pada ucapan, yang biasanya disebut dengan
dysarthria adalah ketidakmampuan mengartikulasikan kata-kata dengan baik karena kurang
dari kontrol otot-otot bicara.

7. Tentunya pasti berhubungan, namun sebelum kita membahas hal tersebut kita harus mengetahui
apa yang sebanrnya yang terjadi pada anaak tersebut? Secara gejala klinis anak laki-laki ini
mengalami riwayat kejang demam.
Hal ini dengan sesuai skenario yaitu seorang laki-laki berusia 4 tahun dirawat di rumah sakit oleh
orang tuanya karena masih belum dapat berjalan dan berbicara secara mandiri dan orang tuanya
menyebutkan bahwa pasien memiliki riwayat kejang ketika ia mengalami demam tinggi pada usia
satu tahun.
•Berdasarkan informasi yang saya baca bahwa definisi dari kejang demam adalah kejang yang
terjadi setelah usia 1 bulan yang terkait dengan demam dan tidak disebabkan oleh infeksi SSP, tanpa
ada riwayat kejang neonatal dan tidak memenuhi kejang simptomatik akut atau kejang yang terjadi
akibat suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada otak.
• Pada dasarnya kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2
1) Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, outcomenya atau onsetnya cepat kurang dari 15 menit
dan umumnya akan berhenti sendiri. Dan kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Pada kejang
demam sederhana 80% diantaranya tidak menyebabkan penurunan IQ, epilepsi atau bahkan kematian
2) Berbeda halnya dengan kejang demam kompleks ( complx febril sizure) Kejang demam tersebut
memiliki manifestasi:
1) Kejang demam > 15 menit
2) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
3) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan tersebut, anak yang mengalami kejang demam pada usia awal
perkembangan, pada dasarnya bisa saja akan mengalami kerusakan pada sistem sarafnya sesuai
dengan jenis kejang yang ia alami apakah ia mengalami kejang demam sederhana atau kejang demam
kompleks.
Tergantung pada berapa lama seorang anak mengalami kejang demam Dan apakah memilki etiologi
infeksi SSP oleh bakteri ataupun virus , dan juga tidak lupa adalah onset terjadinya kejang demam.
Suatu studi melaporkan bahwa 25-40% bayi yang mengalami kejang demam, 15-30%
mengembangkan cerebral palsy atau kelumpuhan pada otak sedangkan 30-50% diantaranya
mengalami keterlambatan perkembangan; dan 20–35% epilepsi. . Hal tersebut tentunya faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi prognosis pasien dan mempengaruhi perkembangan motoriknya dalam
hal ini adalah kemampuan berbahasanya namun ditegaskan kembali tidak semua kejang demam
kemudian akan mengalami kerusakan sistem saraf.
Oleh karena itu jika kita melihat skenario Strabismus konvergen dan spastic quadriplegia memang
diagnosis mengarah kepada cereblar plasty. Namun diperlukan diagnosa lebih lanjut pemeriksaan
laboratorium untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Atau pemeriksaan lain seperti, Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa apakah disebabkan oleh
dehidrasi, Pemeriksaan gula darah apakah pasien mengalami (hipoglikemi) ataupun pemeriksaan
pungsi lumbal untuk menyingkirkan diagnosis meningitis ataupun EEG Elektroensefalografi untuk
memeriksa kenis kejang demam kompleks aatau kejang demam fokal.

Mind mapping

Infeksi

pertumbuhan
fisiologi,
dan
metabolisme
perkembangan
dan aliran
normal anak 4
darah di otak
tahun

Epidemiologi Kejang convergent


kejang demam
Demam strabismus

anatomi dan
spastic
histologi dari
quadriplegia
SSP

terlambat
berjalan dan
berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa mengerti dan memahami

1. anatomi susunan saraf pusat dan histologi susunan saraf pusat

2. fisiologi, metabolism dan aliran darah otak

3. Proses embriologi dan maturasi sistem saraf dan terjadinya malformasi kongenital

4. Proses tumbuh kembang anak normal dan gangguan yang terjadi serta faktor yang
mempengaruhinya

5. definisi dan epidemiologi kejang demam

6. patofisiologi kejang demam pada anak

7. tatalaksana kejang demam pada anak

Anda mungkin juga menyukai