Anda di halaman 1dari 1

CAHAYA DAN KEGELAPAN

Dalam kehidupan, cahaya dan kegelapan adalah pasangan yang saling berlawanan. Semua
orang pasti dapat membedakan antara gelap gulita dengan terang benderang, antara siang
dengan malam. Secara fitrah semua manusia pasti menyenangi cahaya, tempat yang
gemerlap sehingga segala sesuatu nampak jelas dan indah. Sebaliknya hampir tak ada
manusia yang menyukai kegelapan bahkan tidak sedikit manusia yang mengalami ketakutan
di tengah-tengah kegelapan atau bahkan phobia dengan gelap.

Mengapa manusia cenderung pada cahaya? Jawabnya karena manusia memiliki hati. Hati
atau Nurani manusia sesungguhnya merupakan penglihatan batin atau basyiroh. Sebagai
alat penglihatan tentu hati tidak akan mampu berfungsi dengan baik tanpa adanya cahaya
yang menyertainya. Padahal hanya dengan hatilah manusia bisa membedakan hal-hal baik
dengan hal-hal buruk. Dengan hati juga manusia bisa menilai segala sesuatu yang terjadi
dalam kehidupannya. Dengan demikian apabila seseorang kehilangan cahaya maka ia akan
mengalami kehilangan petunjuk dalam kehidupannya, dapat diumpamakan seperti orang
buta yang berjalan tanpa tongkat sehingga akan mengalami banyak hambatan bahkan
mungkin terjatuh dalam melangkah.

Jika mata sumber cahayanya bisa berupa lampu, lilin atau bahkan api. Lalu apakah yang
menjadi sumber cahaya bagi hati. Sumber cahaya hati hanya ada satu yaitu Allah, seperti
yang disebutkan dalam salah satu asmaul husnanya yaitu An Nuur yang berarti Yang Maha
Bercahaya. Yang Allah gambarkan dalam surat An Nuur ayat 35 yaitu “Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan)
kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Tak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya, tak ada yang muncul setelah
kesedihan selain kebahagiaan

Anda mungkin juga menyukai