Anda di halaman 1dari 5

Khutbah

Khutbah Jumat: 3 Spirit dan Inspirasi Memuliakan Bulan Rajab


Jum, 19 Januari 2024 | 09:00 WIB

Ilustrasi bulan Rajab. (Foto: NU Online)

Saat ini kita sudah memasuki salah satu bulan yang dimuliakan dalam kalender Hijriyah,
yaitu Rajab. Melalui materi khutbah Jumat ini, jamaah diajak untuk memuliakan dan
mengisinya dengan amal saleh serta menyiapkan diri dalam menyambut datangnya bulan
suci Ramadhan.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “3 Spirit dan Inspirasi Memuliakan Bulan Rajab”.
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas
atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Baca Juga

Khutbah Jumat: Menyiapkan Amal Saleh Sebelum Datangnya Kematian


Find Your Crew on Facebook
Join a Facebook Group to connect with like-minded people.

Khutbah I Facebook® Visit Site


‫َد َل َش َك َل‬ ‫َو َع َذ َأ ْش ُد َأ ْن َل َل َّل‬ ‫َأ َد َخ‬ ‫َق‬ ‫َا ْل ُد َّل َأ ْك‬
، ‫ا ِا َه ِا ا الله َو ْح ُه ا ِر ْي ُه‬ ‫ َه‬، ‫َحْم ِلَّلِه ا ِذ ْي َر َم َم ْن ِا َّت ى ِب َمَحَّبِتِه َو ْو َع َم ْن اَلَفُه ِبَغَضِبِه اِب ِه‬
‫َو‬ ‫ ُ َع ىَ ا ِ ِّ ّل َص ِّ لَ ِّ َع ىَ س‬ َ‫ُ أ سْ لَ هَ ُ ِب و دل ِ ق‬، ُ‫شَ هْ دَ َأ َّ َس اَ م مَ َّاًدع ُ َو سَ وُ ه‬
‫ِها َل َمُهَّ ل َو س ْم ل َيِّنِداَ أ‬، ‫اْل هدُىَ َا ِّنْي لا ْح ِِّل يظُ هْرِهَ ل لدِّنْي ُك ل‬ ‫ ُ ن يِّنَد ُح َبدْهُ ر لْ َر‬
َ‫ب َي َا ا‬ ‫ِف‬ ْ‫ِل و ِه َن‬ ‫خ ِه‬ ‫دَ سَر‬ ‫ ِ ِن‬
َِ‫َف ا ّيُه حَو ب‬، ُ‫َأّم َا ْعَ د‬، ‫َوَع لَ ى َأ هِ صَحَ ِْب ا ّلذَ ِي ج اََه دوُ ْ ا ْي سبَ يِ ِْل ِه‬، ِ ْ‫ْي َب َن اَو َشفِْي ِعَن اَوُقرّةَ عَأ يْ ُ َن اُم َحمّ ٍ وُ ِْل ا لل ه وَخَيِْر لَ ق‬
‫َو َل َت ْو ُتَّن َّل َو َأ ْن ُت ْم ُم ْس ْو َن َق َل ُه َى ْا ْر ْا َك ْم َأ ْو ُذ‬ ‫َّق‬ ‫َن‬ ‫ْل‬
‫َن‬
‫ ُع ِب اللِه ِم اَّلشْيَطاِن‬: ‫ ا الل َتَعال ِفي لُق اِن ل ِر ي‬. ‫ِل ُم‬ ‫ ِا َّتُقْو ا اللَه َح ُتَقاِتِه ا ُم ِا ا‬، ‫ا َحاِض ُر ْو‬
‫ٰو َو ْلَا ْر َض ْن ٓا‬ ‫َخ َق‬ ‫ْث َش َش‬ ‫َد‬ ‫َّن َّد َة ُّش‬
‫ِم َه‬ ‫ ِا ِع ال ُهْو ِر ِعْن الّٰلِه ا َنا َع َر ْهًر ا ِف ْي ِكٰتِب الّٰلِه َيْو َم َل الَّسٰم ِت ا‬: ‫ ِبْس اللِه الَّر ْح مِن الَّر ِح ْي ْم‬،‫الَّر ِج ْي م‬
‫ِم‬
‫َا ْر َبَعٌة ُح ُر ٌم‬

Sidang Shalat Jum’at Hafidzakumullah


Ucapan syukur marilah kita haturkan kepada Allah swt, Dzat yang telah melimpahkan
nikmat karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tersanjungkan kepada Nabi Muhammad
saw, utusan yang suri tauladan, uswatun hasanah bagi kita semua.
Baca Juga

Khutbah Jumat: Larangan Saling Ejek dan Hina dalam Islam

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya
kepada jama’ah semuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala.
Dengan cara menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.
Sidang Shalat Jum’at Hafidzakumullah
Saat ini, kita berada di bulan Rajab. Kita senantiasa berdoa dan berusaha semoga di bulan
ini, kita mendapatkan berkah. Giat beribadah untuk bersiap dan menyambut bulan suci
Ramadhan nanti. Bulan Rajab adalah satu di antara 4 bulan mulia. Bulan Rajab adalah bulan
yang penting kita perhatikan. Allah ta’ala dan Rasulullah Saw telah menandaskan hal ini.
Baik dalam al-Qur’an ataupun hadis.
Pertama, dalam al-Qur’an, Allah ta’ala menjelaskan dalam surat al-Taubat ayat 36.
‫َف َل‬ ‫ٰذ َك‬ ‫ْلَا َض ْن ٓا َا ٌة‬ ‫َخ َق‬ ‫ْث َش َش‬ ‫َد‬ ‫َّن َّد َة ُّش‬
‫ِا ِع ال ُهْو ِر ِعْن الّٰلِه ا َنا َع َر ْهًر ا ِف ْي ِكٰتِب الّٰلِه َيْو َم َل الَّسٰمٰو ِت َو ا ْر ِم َه ْر َبَع ُح ُر ٌم ۗ ِل الِّد ْيُن اْلَقِّي ُم ۙە ا‬
‫َك ۤا َّفًة َل َا َّن‬ ‫ُم ْش ْي َن َك ۤا َّفًة َك‬ ‫َق‬ ‫َا‬
)36 : ‫َم ا ُيَقاِت ُلْو َن ُكْم ۗ َو اْع ُمْٓو ا الّٰلَه َم َع اْلُم َّتِقْي َن (التوب ة‬ ‫َتْظِل ُمْو ا ِف ْي ِهَّن ْنُفَسُكْم َو اِت ُلوا اْل ِرِك‬

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,(sebagaimana)
ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu mendzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Taubah: 36)
Sayyidina Abdullah bin Abbas (68 H), pakar tafsir dari kalangan Sahabat, menyatakan
bahwa umat Islam dilarang berbuat aniaya, melakukan kezaliman sepanjang 12 bulan.
Terlebih di 4 bulan mulia. Berbuat durhaka di bulan mulia ini akan mendapatkan dosa yang
berlipat. Sebaliknya, berbuat ketaatan dalam bulan-bulan mulia ini akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda. Imam ‘Izzuddin bin Abddussalam (660 H), tokoh yang
mendapatkan gelar sultannya para ulama (sulthan al-ulama) dalam kitab tafsirnya,
menegaskan bahwa 4 bulan mulia ini disebut sebagai bulan haram (asyhur al-hurum)
dikarenakan besarnya dosa ketika dilakukan bulan ini.
Dalam kajian bahasa, dalam Lisan al-Arab, Imam Ibni Mandhur (711 H) menjelaskan bahwa
kata rajab, berasal dari kata kerja rajabahu (‫)رجبه‬. Semakna dengan kata kerja habahu wa
‘adhamahu (‫)هابه وعظمه‬. Artinya, mengagungkan dan memuliakan. Bulan ketujuh dalam
kalender hijriyah ini dinamakan Rajab karena pada bulan ini, sedari dulu adalah bulan yang
diagungkan dan dimuliakan. Dalam tradisi masyarakat Jahiliyah Arab, tidak akan dilakukan
peperangan di bulan ini. Suara pedang tidak diperdengarkan. Pedang disarungkan. Tidak
terhunus. Sepanjang bulan terasa sepi dari gemuruh peperangan. Karena hal ini, bulan
Rajab juga disebut sebagai bulan tuli. Bulan sunyi tanpa suara pedang peperangan. Bahasa
Arabnya adalah al-‘Asham.
Sidang Shalat Jum’at Hafidzakumullah
Kedua, selain dalam al-Qur’an, kemuliaan bulan Rajab juga dijelaskan dalam hadis.
Termasuk bagaimana cara mengisi untuk mengagungkannya. Salah satunya adalah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H), dalam kitab Shahih al-Bukhari:
‫اَ شَ ْه َع‬ َ‫لا ن‬ َ‫لا ه‬ ‫هَ تَ َي‬ ْ‫ا ت‬ َّ‫م‬ َ ‫ن‬ ‫كَ نع نل‬
َ ‫ازل َانق َ دَ ِ س دَ َاَرك َْي ئ هِ ِ ْوَم َخَل َق ّل ُ اّسلمَ َوَِتاو اَ لَأ رضْ َ ّس َةُثا نْ ع رََ َش ًر ا ْنأ‬ ّ ِ‫ِب ي ب رْ َ ة َ ا َّب ِيّﷺ ِق إ‬
‫َلا‬
‫َن‬ ‫َض َّل‬ ‫َد ُذ ْل‬ ‫ُذ‬ ‫ن َأ ْر ٌة ُح ُر ٌم َث َل ٌث ُم َو ٌت‬
‫ َو َر َج ُب ُم َر ا ِذ ي َب ْي َن ُج َم اَد ى َو َشْعَبا (رواه‬، ‫و اْلَقْع ة َو و ا ِحَّجِة َو اْلُم َحَّر ُم‬ ‫ا َت اِل َيا‬ ‫م ها َبَع‬
) ‫البخاري‬

Artinya: "Diriwayatkan dari Sayyidina Abi Bakrah Ra., dari Nabi Muhammad Saw., Rasulullah
Saw. bersabda: Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana adanya. Allah
menciptakan langit dan bumi dengan waktu satu tahun terdiri 12 bulan, 4 bulan di
antaranya adalah bulan mulia. 3 bulan mulia yang berurutan adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah,
dan Muharram. Dan bulan Rajab Muhdlar, bulan di antara Jumadal Akhirah dan Sya’ban.”
(H.R. al-Bukhari).
Ada dua penjelasan penting dari Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H) dalam kitab Fath al-
Bari terkait hadis ini. Pertama, hadis ini menjadi respons Baginda Nabi terhadap kebiasaan
sebagian masyarakat Arab yang sering menggonta-ganti urutan bulan mulia.
Mereka mengganti sesuai kepentingan masing-masing. Di bagian awal hadis, Kanjeng Nabi
menegaskan bahwa peredaran bulan dalam satu tahun itu berputar sebagaimana adanya.
Tidak dibolak-balik sesuai kepentingan. Di satu sisi, Islam menerima adanya tradisi
memuliakan dan mengagungkan bulan haram. Di sisi lain, Islam mengkritisi kebiasaan yang
menggonta-ganti urutan bulan mulia.
Kedua, dalam matan hadis, bulan Rajab disebutkan sebagai Rajab Muhdlar. Maksudnya
adalah bulan Rajabnya Bani Muhdlar. Di era itu, suku Muhdlar dikenal sebagai golongan
yang paling bersungguh-sungguh memuliakan bulan Rajab. Sehingga Rajab diidentikkan
dengan kabilah Muhdlar. Meskipun, tentunya, bulan Rajab berlaku untuk semua suku dan
golongan. Baginda Nabi mengapresiasi tradisi kabilah Muhdlar dalam menyambut bulan
Rajab.
Sidang Shalat Jum’at Hafidzakumullah
Dalam karyanya yang berjudul Fadhail al-Auqat, Imam al-Baihaqi (458 H) menjelaskan
bahwa salah satu bentuk amaliah di bulan Rajab adalah berpuasa. Memperbanyak puasa
ini sunnah Nabi. Sunnah sebagaimana kesunahan memperbanyak puasa di 3 bulan mulia
lainnya. Dalam salah satu riwayat, Sa’id bin Jubair (90 H) pernah ditanya terkait puasanya
Kanjeng Nabi di bulan Rajab. Mendengar pertanyaan ini, Sa’id bin Jubair meriwayatkan
hadis dari Sayyidina Abdullah bin Abbas Ra. bahwa kebiasaan Baginda Nabi Saw., adalah
memperbanyak puasa di bulan haram. Salah satunya adalah bulan Rajab.
Dalam riwayat lain, salah satu sahabat pernah menghadap Baginda Nabi. Sahabat tersebut
kelihatan kurus dibanding tahun sebelumnya. Sebabnya adalah puasa terus menerus.
Hanya makan di malam hari. Kanjeng Nabi lantas menyatakan bahwa puasa sepanjang
tahun seperti itu termasuk menyiksa diri. Kanjeng Nabi memerintahkannya untuk puasa di
bulan Ramadhan dan puasa sunnah satu hari di bulan lain.
Mendengar itu, sahabat ini minta untuk ditambah. Tidak hanya dibolehkan puasa sunnah
sehari, dua, atau tiga hari dalam setiap bulan. Karena itu, Baginda Nabi menambahkan
kepada sahabat tadi untuk puasa di bulan-bulan haram. Salah satunya adalah bulan Rajab.
Sanad hadis ini shahih. Terdapat dalam Sunan Abu Dawud, Sunan Ibni Majah, dan Sunan
al-Baihaqi. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam kitab Tabyin al-‘Ajab bima Warada fi Syahr
Rajab menyatakan bahwa hadis ini adalah dasar dari kesunahan puasa Rajab.
Sidang Shalat Jum’at Hafidzakumullah
Terakhir, jika kita renungkan ayat al-Qur’an dan hadis di atas, setidaknya ada tiga hikmah
dan inspirasi yang dapat kita petik. Pertama, Islam menekankan umatnya untuk menaruh
perhatian terhadap keberadaan waktu. Terdapat waktu-waktu mulia. Karena itu, sudah
selayaknya kita memiliki perhatian terhadap ketepatan waktu. Perhatian al-Qur’an dan
hadis terkait bulan-bulan mulia, satu di antaranya adalah bulan Rajab, tidak lain adalah
memberikan pesan penting bagi umat Islam untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Terbiasa tepat waktu dan memiliki budaya disiplin.
Kedua, ayat dan hadis di atas memberi pemahaman bagi kita bahwa Islam sangat adaptif
terhadap tradisi. Selama tradisi itu baik, maka layak dilanjutkan. Andaikata ada satu dua
hal yang tidak sesuai dengan syariat, maka perlu diluruskan. Tidak serta merta ditolak dan
dimatikan. Islam datang untuk meluruskan dan menyempurnakan. Konsep 4 bulan mulia
sudah ada di era Jahiliyah. Islam datang tidak menghapusnya. Tetapi mengisinya dengan
semangat beribadah. Tentu, semangat beribadah ini tidak boleh berlebihan.
Ketiga, ayat al-Qu’an dan hadis di atas memberikan sipirit untuk giat berbuat baik. Yang
salah satu bentuknya adalah puasa. Puasa akan banyak menimbulkan dampak positif. Baik
secara personal maupun komunal. Puasa dapat mengasah rasa empati, mengekang ego
diri, dan momen penting untuk berefleksi. Masing-masing dari kita dapat secara intim
berdialog dengan hawa nafsunya. Meneguhkan tujuan hidup. Menguatkan orientasi hidup.
Bahwa hidup tidak serta merta mengejar kenyangnya perut. Lebih dari itu, hidup adalah
kesempatan emas untuk menyiapkan kehidupan akhirat. Kehidupan pasca kematian.
Semoga langkah kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

‫ َو َتَقَّبَل اللُه ْي َو ْنُكْم لَا َو َت ُه َّن ُه‬، ‫ َو َنَفَع ْي َو َّي اُكْم َما ْيِه َن اْل َأ َي ا َو ال ْك اْلَحِكْي‬، ‫َب اَر َك اللُه ْي َو َل ُكْم ْي اْلُقْر َأ اْلَك ْي‬
‫ِإ‬ ‫ِم ِّن ِم ِت‬ ‫ِت ِّذ ِر‬ ‫ِب ِف ِم‬ ‫ِن ِإ‬ ‫ِن ِر ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬
‫ِم‬
‫ َو اْسَتْغِفُر ْو ُه ِإ َّن ُه ُهَو اْلَغُفْو ُر الَّر ِح ْي ُم‬، ‫ُهَو الَّسِم ْيُع اْلَعِل ْي‬
‫ِم‬

Khutbah II
‫ َو َأ ْش َهُد َأ َّن ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه‬.‫ ِا َل ٌه َلْم َيَز ْل َع َلى ُك َش ْي ٍء َوِكْيًلا‬، ‫ َأ ْش َهُد َأ ْن َلاِا َل َه ِا َّلا الله َو ْح َد ُه َلا َش ْي َك َل ُه‬. ‫َا ْلَحْم ُد ِللِه َح ْم ًد ا َك َم ا َأ َم َر‬
‫ِّل‬ ‫ِر‬
‫َن ُم َحَّم َع َأ‬
‫َى‬ ‫َو‬ ‫َل‬ ‫َع‬ ‫ْم‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫َص‬ ‫َن‬ ‫ْي‬ ‫َل‬ ‫ًة‬ ‫َم‬ ‫ْح‬ ‫َر‬ ‫ُث‬ ‫ْو‬ ‫َم‬ ‫َو َر ْو ُل ُه َو َح ُه َو َخ ُل ُه َأ ْك َر ُم ْل َأ َّو ْي َن َو ْل َأ ْيَن َا‬
‫ اللهم ِّل ِّل ى َسِّيِد ا ٍد ل ِلِه‬. ‫ِلْلَعا ِم‬ ‫ ْل ْبُع‬، ‫ا ِل ا ِخ ِر‬ ، ‫ِب ْيُب ِل ْي‬ ‫ُس‬
‫َو َو ْل َأ ْر ْي َن َأ َّم ُد‬ ‫َو‬ ‫ْي َن َص َل ًة َد ًة َد‬ ‫َن‬ ‫ْم‬ ‫َو َأ ْص َح َو َم ْن َك َن‬
‫ا َبْع‬ ‫ِض‬ ‫ا‬ ‫ِت‬ ‫ا‬ ‫الَّسَم‬ ‫ا‬
‫ِئ ِب ِم‬ ‫َم‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ، ‫ِبِع‬ ‫ا‬ ‫الَّت‬ ‫ِم‬ ‫َلُه‬ ‫ا‬ ‫اِب ِه‬

‫ْل‬ ‫َل‬ ‫َظ ْن‬ ‫َش‬ ‫َذ‬ ‫َّق‬ ‫َن‬ ‫َف َأ ْل‬
‫ َو َح اِفُظْو ا َع ى الَّطاَع ِة َو ُحُضْو ِر ا ُجْم َعِة‬. ‫َيا ُّي َها ا َحاِض ُر ْو اَّتُقوا الَّلَه َح ُتَقاِتِه َو ُر ْو ا اْلَفَو اِح َم ا َهَر ِم َها َو َم ا َبَطَن‬
‫ْد‬ ‫َو َثَن َل َك‬ ‫َأ ْم َد َأ‬ ‫ْع َل َأ َّن َه َأ‬ ‫ْأ‬ ‫َج‬ ‫ْل‬
‫ ى ِب َم اِئ ِة اْل َسِّبَحِة ِبُق ِس ِه‬. ‫ ا ُم ا الل ُك ِب ٍر ِب َنْفِس ِه‬. ‫َو ا َجَم اَع ِة َو الَّصْو ِم َو ِمْيِع اْلَم ُم اِت اْل اِج َباِت‬
‫ُم‬ ‫َب‬ ‫ْم‬ ‫َر‬ ‫َم‬ ‫ْو‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫َر‬ ‫ْو‬

‫ِإ‬ ِ ‫م مَ َّ ٍد ىَ أ‬ ‫ِّ ىَ س‬ ‫أ ُّ اَه يِذ مآ ن وُ ُّ يَ هْ لَ ِّ لْيِ لا‬ ‫َع ا‬ َ‫ه‬ ‫لا‬


‫َّ لَّ َهَو ملَ ئا ِكتَ ُُي صلَُّ َنو لىَ لنَّيِبِّ ا َي ا لَّ َن َ اصَل اوعَل َِو س وُم اتَس امً لهم صَل َع ل َيِّنِداَ ُح َو ع َل َس يِّنِداَ ن‬
َ‫ل‬
‫ُم‬ ‫م مَ َّ ٍد اَ ب َر تْ ََع ىَ س‬ ِ ‫م مَ َّ ٍد ىَ أ‬ ‫س‬ ‫َع‬ ‫ا‬ ِ ‫َي ىَ أ‬ ‫ا‬ ‫مَ ٍد اَ تْي َع س‬
َ‫ى‬
‫َّ َك م ص َلَّ َ لىَ َيِّنِداَ ِبرْ اَِه يمْ َ َو علَ َل َس يِّنِداَ ِبرْ اَِه يمْ َ َو باَ ِر ك ْ ل َيِّنِداَ ُح َو علَ َل َس يِّنِداَ ُح َك م َا ك ل َيِّنِداَ ح‬

Anda mungkin juga menyukai