Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah


Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

MOTIVASI ATLET PRA PON ACEH CABANG OLAHRAGA KARATE PADA


EVEN PON 2020

Muhammad Rizal Fahmi*, Zulfikar, Muhammad Jafar


Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding Email: Muhammadrizalfahmi870@gmail.com

ABSTRAK
Ajang Pesta Olahraga Nasional merupakan ajang bergengsi yang diadakan 4 Tahun
sekali, setiap atlet tentu ingin mengikuti ajang ini sebagai bentuk pencapaian diri atau
aktualisasi diri, namun motivasi setiap orang dapat berbeda-beda tergantung dengan
tujuannya dan seberapa besar tujuan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah: untuk
mengetahui Motivasi Atlet Pra PON Aceh Cabang Olahraga Karate pada even PON
2019. Subjek penelitian sebanyak 14 orang yang dijadikan responden, responden
merupakan seluruh atlet Karate dan 1 pelatih yang mengikuti ajang Pra-PON 2019.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriftif. Teknik
pengumpulan data adalah teknik wawancara tidak terstruktur serta dokumentasi. Teknik
analisis data dengan mereduksi data dan penyajian data serta penarikan kesimpulan.
Simpulan dalam penelitian ini Motivasi atlet Pra-PON cabang olahraga karate
dilatarbelakangi oleh perbedaan motivasi dan tujuan adapun motivasi beberapa atlet
adalah mengikuti ajang Pra-PON merupakan impian dari hidup mereka, tidak semua
atlet dapat mengikuti ajang bergengsi, mendapatkan bonus dari hasil yang mereka
peroleh, dan pengakuan orang lain akan kemampuan serta mengahrumkan nama
provinsi Aceh.

Kata kunci : Motivasi, Atlet, Karate

PENDAHULUAN
Di Indonesia olahraga karate telah berkembang menjadi salah satu olahraga yang
digemari, terbukti dengan banyaknya pertandingan karate yang diadakan di Indonesia
dari tingkat daerah sampai tingkat nasional. Pekan olahraga Nasional (PON) Merupakan
ajang pesta olahraga nasional yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali, PON adalah
ajang bergengsi di Indonesia karena melalui banyak tahap untuk mencapai kejuaraan
ini, tak terlepas dari kewajibannya memperoleh peringkat di ajang Pra PON agar dapat
mengikuti PON. KONI Aceh serius menjalankan pembinaan prestasi, seraya berupaya
keras memenangkan tuan rumah bersama PON XXI 2024 Aceh - Sumatera Utara
selama ini. Untuk meningkatkan motivasi para atlet agar mendapatkan tujuannya
banyak hal yang telah dilakukan oleh KONI Aceh seperti pemberian uang saku
perbulan, pembinaan sentral dan desentral. Cabang karate sendiri berencana mengirim
15 atlet untuk mengikuti ajang Pra PON. berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

95
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

kepada beberapa atlet dan menanyakan perihal motivasi apa yang melatarbelakangi
mereka untuk mengikuti ajang PON, untuk itu penulis melakukan observasi singkat
berupa wawancara yang dilakukan kepada beberapa calon atlet PON peneliti mendapati
beberapa alasan yang berbeda dari 3 atlet yang diwawancarai, Hal ini menyatakan
bahwa adanya perbedaan motivasi yang ada pada setiap atlet, berbeda tingkat
pengalaman, umur, dan pekerjaan atlet juga mengakibatkan bedanya motivasi yang
dimiliki atlet untuk mengikuti ajang PON, ada yang ingin menggapai prestise, ada yang
ingin mendapatkan insentif. Motivasi menurut French dan Raven dalam buku Tisnawati
(2005:235), menyatakan “Motivation is the set of forces that cause people to behave in
certain ways yaitu motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk
menunjukkan perilaku tertentu. Motivasi merupakan proses psikologis yang
membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed
behavior”. Sedangkan menurut Handoko (2004:251) “Motivasi merupakan kegiatan
yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia”. Pentingnya
motivasi bagi atlet sendiri adalah untuk dapat menentukan sasaran yang ingin dituju
oleh atlet.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengemukakan suatu
permasalahan menjadi dasar penelitian ini yaitu, bagaimana Motivasi Atlet Pra PON
Aceh Cabang Olahraga Karate pada even PON 2020.

METODE PENELITIAN
Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis
deskriptif.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Nama Kelas
1 Duta Ambiya Pelatih
2 Juanda Risman Kata Perorangan Pa
3 Silvia Anjani Kata Perorangan Pi
4 M. Abrar Kumite -55 Kg Pa
5 M. Iqram Kumite -60 Kg Pa
6 M. Yahya Kumite -67 Kg Pa
7 Rido Sepdian Kumite -75 Kg Pa
8 Beni Kurniawan Kumite -84 Kg Pa
9 Agung Kumite +84 Kg Pa
10 Nurul indah Afriana Kumite -50 Kg Pi
11 Mona Ramozana Kumite -55 Kg Pi
12 Faraninta Marsella Kumite -61 Kg Pi
13 Ismalia aleyda Putri Kumite -68 Kg Pi
14 Tryskania Maharani Kumite +68 Kg Pi

96
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan wawancara dengan pedoman wawancara adapaun
wawancara yang dilakukan untuk menggali informasi yaitu berkaitan dengan mengenai
motivasi atlet PON, kemudian mengumpulkan dokumentasi yang dapat digunakan
untuk menunjang penelitian.

Waktu dan Tempat Penelitian


Lokasi pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Stadion Harapan Bangsa
Lhong Raya Banda Aceh tepatnya di gedung Forki Banda Aceh.

HASIL PENELITIAN
Wawancara
1. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -50Kg Putri (NRL)
Prestasi tertinggi yang dimiliki selama menjadi atlet karate adalah mengikuti
event kejurnas Wadokai, dan masih merasa harus mengasah kemampuan yang dimiliki.
Mengikuti ajang Pra-PON tidaklah menjamin saya memiliki tempat tinggal, namun
kami hanya diberikan fasilitas penginapan selama TC berlangsung. Untuk menjamin
hidup kami juga memerlukan kebutuhan akan uang, dan dalam TC Pra-PON kami tidak
diberikan gaji melainkan uang saku satu bulan penuh selama TC, berbeda dengan
Binaan KONI Aceh atau PELATDA.
Dari segi kepuasan sendiri saya merasa bangga kepada diri saya karna saya
dapat meraih posisi ini, dan salah satu impian saya dalam hidup sebagai atlet karate saya
ingin mengikuti ajang bergengsi ini, Saya berlatih dengan tim lainnya dengan baik, dan
saya merasa interaksi saya baik-baik saja kepada rekan yang lain, namun untuk
pengakuan teman-teman saya terhadap kemampuan saya, saya tidak tahu apakah teman-
teman percaya atau tidak kepada kemampuan saya.
Menjadi atlet adalah impian dan pilihan dalam hidup saya, karna jalan ini yang
saya pilih maka saya merasa bahagia walaupun hal yang saya lakukan tidak menjamin
pekerjaan saya kedepannya.

2. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -55Kg Putri (MR)
Saya pernah mendapatkan mendali perunggu pada ajang PON 2012 di Riau,
Ajang ini tidak menjamin saya mendapatkan tempat tinggal, namun selama saya TC di
Banda Aceh selama beberapa bulan saya mendapatkan Mess yang disediakan pihak
KONI, Untuk masalah Gaji saya mendapatkan gaji dari Koni sebesar Rp. 3.000.000
(Tiga juta rupiah) perbulan diluar pendapatan saya yang lain. Saya merasa bangga akan
diri saya sendiri dan teman-teman yang lainnya juga mengakui kemampuan saya dilihat
dari dukungan yang mereka berikan bahwa saya bisa menjalani Traning Camp (TC)
dengan baik dan berlatih dengan baik. Dengan mengikuti ajang ini jelas saja ini menjadi
hal yang terbaik bagi saya di dalam kehidupan, karna dengan pernah merebutkan
mendali perunggu di PON hal ini menyebabkan saya mendapatkan pekerjaan yang baik,
saya diterima bekerja sebagai TNI-AD dengan latar belakang saya sebagai atlet yang
berprestasi.

97
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

Pergaulan saya dalam latihan dengan teman yang lain berjalan dengan baik,
hanya saja saya tidak terlalu bersemangat karena yang latihan tidak terlalu ramai,
menjadi atlet karate adalah pilihan bagi saya dan dapat mengantarkan saya untuk
mendapatkan pekerjaan, pelatih memberi arahan yang baik bagi saya, namun sayangnya
pelatih jarang sekali hadir sejak pergantian pelatih, jadi saya sedikit merasakan
kekecewaan.

3. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -61Kg Putri (FM)
Prestasi tertinggi saya yaitu mengikuti ajang PON 2016 di Jawa Barat. Tidak ada
jaminan saya memiliki tempat tinggal yang tetap, namun pihak KONI memberikan
tempat tinggal selama TC berlangsung. dengan mengikuti ajang Pra-PON saya sebagai
atlet Pemusatan Latihan Daerah (PELATDA) diberikan kompensasi gaji sebesar Rp.
3.000.000 selama TC dan selama saya menjadi atlet PELATDA, ya saya merasa bangga
karena ajang Pra-PON merupakan ajang yang sangat bergengsi dan tidak semua atlet
dapat mengikutinya, dan teman-teman yang lainnya juga mengakui kemampuan saya.
Dengan mengikuti ajang pra-PON saya merasa bahwa saya telah sukses dalam
mencapai impian saya sebagai atlet, menjadi atlet mungkin tidak menjamin pekerjaan
bagi saya, namun bisa menjadi batu loncatan bagi saya, kalau mencari pekerjaan saat ini
sangatlah sulit, namun sertifikat yang saya miliki mungkin saya bisa membantu saya
dalam memenuhi syarat dalam mencari pekerjaan, kepuasan saya sebagai seorang atlet
adalah memiliki nilai tersendiri bagi diri saya.
Di dalam menjalani latihan saya berlatih dengan baik, dengan mengikuti
program yang diberikan pelatih dengan tekun, namun terkadang saya merasa sulit dalam
latihan karena pelatih sering tidak datang khususnya pelatih kumite, sehingga
menghambat saya dalam menjalankan program yang seharusnya saya kerjakan.

4. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -68Kg Putri (IAP)
Prestasi saya yang terakhir adalah mendapatkan juara III pada event Piala
Panglima di Jakarta. saya sebagai atlet PELATDA diberikan gaji sebesar Rp. 3.000.000
selama TC dan selama saya menjadi atlet PELATDA, saya seorang mahasiswa dan hal
ini membantu saya dalam keadaan ekonomi dengan tidak meminta uang saku kepada
orang tua, sebagai atlet saya bangga dan percaya diri dapat mengikuti ajang Pra PON
ini, namun untuk hasil saya hanya bisa pasrah kalau menang ya alhamdulillah, ya kalau
kalah mungkin kehendak yang mahakuasa, namun saya berjuang sebisa saya. Untuk
tempat tinggal sendiri kami diberikan mess atlet.
Dalam latihan saya berinteraksi dengan baik dengan teman-teman saya dan saya
tidak tau bagaimana pandangan teman saya terhadap kemampuan saya dikarenakan saya
pernah kalah sewaktu mengikuti ajang POMDA selagi menyandang nama sebagai atlet
Pelatda KONI, namun saya menjadikan ini sebuah motivasi bagi diri saya sendiri,
Untuk sertifikat Pra-PON mungkin bisa saja membantu saya dalam mencari pekerjaan
kelak, karena saya ingin menjadi anggota POLISI ataupun TNI, mungkin saja
sertifikatnya bisa membantu saya dalam mencari pekerjaan, menjadi atlet adalah pilihan
saya, sejak saya kecil saya sudah menekuni olahraga ini dan mendapatkan banyak
prestasi yang menyebabkan saya menerima banyak beasiswa dan hal ini merupakan hal
yang sangat saya syukuri.

98
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

Dalam berlatih untuk pelatih saya mengikuti apa saja yang diberikan pelatih
kepada saya dan berusaha semaksimal mungkin. Pelatih sendiri sering berganti dan
kelihatannya tidak fokus dan tidak yakin.

5. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas +68Kg Putri (TM)
Prestasi terakhir saya yaitu mendapatkan mendali emas pada PORA Kota Jantho
pada tahun 2018, mengikuti ajang Pra PON tidak menjamin bahwa saya akan
mendapatkan tempatkan tempat tinggal, terlebih lagi saya tidak di tanggung oleh KONI
sehingga saya tidak mendapatkan fasilitas seperti teman-teman yang lainya, untuk gaji
yang diberikan juga tidak ada, hanya uang saku yang diberikan dari Kota Banda Aceh
dimana saya membawa Kota Banda Aceh sewaktu mengikuti ajang PORA. Alasan saya
mengikuti ajang ini karena saya merasa bangga ketika mengikuti ajang bergengsi seperti
Pra-PON, dalam pilihan hidup saya menjadi karateka, ajang ini merupakan target saya
di dalam hidup.
Hubungan saya dengan tim yang lain berjalan dengan baik, saya mampu
beradaptasi dengan rekan yang lainnya, walupun saya merasa tidak sebaik teman-teman
yang lain, saya yakin memiliki kemampuan yang baik, namun saya sedikit terganggu
dengan cara pelatih yang tidak mempercayai saya dalam memahami kemampuan saya,
dan pergantian pelatih juga memberikan efek kepada saya secara langsung, Karate
dalam hidup saya sangat penting, karan didalamnya saya belajar arti keluarga dan cara
menghormati senior atau orang yang lebih tua.

6. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -55Kg Putra (MA)
Prestasi terakhir saya yaitu mendapatkan mendali emas pada PORA Kota Jantho
pada tahun 2018 dan juara 2 kejurnas Inkanas Padang, Karna saya berdomisili di Kota
Banda Aceh saya tidak menggunakan fasilitas yang diberikan berupa tempat tinggal,
saya lebih nyaman jika tinggal dirumah, saya tidak diberikan gaji, namun saya akan
diberikan uang saku dari Kota Banda Aceh ketika akan berangkat mengikuti ajang Pra-
PON. Sebagai alumni PPLP cabang olahraga karate saya akan sangat bangga dan sangat
puas jika saya dapat mengikuti ajang bergengsi seperti Pra-PON, dan salah satu dari
target saya sebagai atlet telah tercapai dapat mengikuti ajang ini.
Untuk kemampuan saya, saya tidak yakin teman-teman saya mengakui nya,
namun mereka juga tidak menyepelekan saya sebagai rekan tim mereka, pergaulan saya
sepert biasa, tidak ada halangan dalam bergabung dalam tim dan saya juga disambut
sangat baik, Karate tidak menjamin saya untuk mendapatkan pekerjaan, namun saya
selain sebagai atlet juga menjadi pelatih anak-anak SD sehingga hal itu juga menjadi
sumber pendapatan saya. Saya merasa senang dan merasa puas dengan menjadi atlet
karate. Untuk pealtih saya akan mengikuti apa saja perintah yang diberikan dengan baik.

7. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -60Kg Putra (MI)
Prestasi saya yang tertinggi mendapatkan Juara I kerjurnas PPLP Gorontalo
pada tahun 2013, dan saya rasa ini bukanlah prestasi maksimal saya, tidak ada jaminan
tempat tinggal jika saya mengikuti ajang Pra-PON ini, terlebih lagi untuk gaji juga tidak
ada, biaya lain yang saya dapatkan adalah uang saku yang saya terima dari Kota Banda
Aceh hanya itu saja, mengenai kebanggaan saya sudah 2 kali mengikuti ajang Pra-PON
sehingga menurut saya hal itu adalah hal yang terpenting bagi saya dalam dunia atlet

99
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

dan juga menambah pengalaman hidup saya, dengan menjadi atlet karate dan mengikuti
Pra PON mungkin belum mencapai tujuan hidup saya atau tolak ukur sukses bagi saya
sendiri. Namun, dengan menjadi atlet saya dapat mendapatkan banyak hal yang
mungkin orang lain tidak bisa dapatkan.
Pertemanan yang saya buat biasa saja, saya berkomunikasi dengan baik terlebih
lagi banyak yang sudah saya kenal sebelum saya masuk kedalam tim ini, saya berlatih
dengan teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda-beda sehingga kami saling
menghargai satu sama lain, terlebih lagi ini merupakan tim senior, dengan menjadi atlet
Pra PON juga tidak menjamin kehidupan saya dimasa yang akan datang, tidak
menjamin saya untuk mendapatkan pekerjaan, namun dengan latar belakang saya saat
ini adalah mahasiswa hal ini tidak saya pungkiri bahwa dengan menjadi atlet saya dapat
menambah uang jajan, sehingga saya tidak memberatkan orang tua saya.
Kendala yang saya alami adalah ketika orang tua saya tidak setuju dengan
kegiatan saya mengikuti karate karena orang tua menuntut saya untuk menyelesaikan
pendidikan S-1 saya secepat mungkin agar saya dapat bekerja dan membuat orang tua
saya bangga dan bahagia, kendala lain yang saya alami adalah Saya tidak yakin dengan
cara pelatih memberikan program menjelang pertandingan, tidak ada simulasi
pertandingan yang seharusnya ada dalam program.

8. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -67Kg Putra (MY)
Mengikuti ajang karate Pra-PON tidak menjamin saya mendapatkan tempat
tinggal yang tetap namun saya mendapatkan tempat tinggal selama saya berada di Kota
Banda Aceh saya tinggal di wisma BPKP selama 3 minggu, yang memberikan tempat
tinggal adalah Kejati, tidak diberikan biaya oleh Dispora dan Kota Lhoksemawe, Asal
saya dari Kota Lhoksemawe, tidak ada gaji yang diberikan kepada saya, saya mendapat
uang untuk konsumsi sebanyak Rp. 2.000.000 selama saya menjalani TC, saya memiliki
kemampuan yang baik dalam latihan sebelum masuk TC untuk dipusatkan saya sudah
berlatih dari jauh hari, saya yakin teman-teman mengakui bagaimana kemampuan saya
berlatih, saya merasa belum mencapai impian saya sebagai atlet, pergaulan teman-teman
saya juga sangat baik, walaupun saya berasal dari Kota Lhoksemawe tapi saya sudah
lama kenal dengan teman yang lain, dikarenakan saya belum bekerja jadi saya harus
mengikuti ajang ini selain untuk pengalaman bagi saya hal ini juga dapat memberikan
saya pemasukan walaupun tidak banyak, dibandingkan saya harus berdiam diri, saya
merasa lebih baik jika memiliki sesuatu untuk dikerjakan, menjadi atlet tidak begitu
penting bagi saya. Kendala yang saya hadapi saat berlatih adalah sulitnya akses
transportasi karna saya tinggal di daerah yang lumayan jauh dari tempat latihan.

9. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -75Kg Putra (RS)
Saya mendapatkan juara I PORA jantho, saya belum lama menjadi atlet, debut
pertama saya yaitu Pra PORA kota Takengon, dan saya bekerja sebagai Prajurit TNI-
AD, saya tidak mendapatkan gaji dari karate, serta tidak mendapatkan tempat tinggal,
saya menyukai olahraga ini, jika saya sedang dalam masa TC saya di bebaskan dari
tugas dinas harian di kantor, sehingga saya menyukai rutinitas jika latihan karate,
kesempatan untuk dapat mengikuti Pra-PON tentu saja sangat mengejutkan bagi saya
sekaligus membuat saya bangga walaupun saya tau banyak teman-teman tim dan pelatih
yang tidak mengakui skill saya, namun teman-teman saya di kedinasan mendukung

100
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

saya, hal ini juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya sendiri, saya
merasa puas dan bangga pada diri saya.

10. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas -84Kg Putra (BK)
Jaminan tempat tinggal tidak ada, saya tinggal di rumah saya sendiri karena saya
juga berada di kota Banda Aceh, mengenai gaji saya juga tidak digaji, mengenai latihan
saya tidak dipanggil lebih awal untuk melakukan TC saya melakukan TC pada minggu
kedua terakhir menjelang keberangkatan, sehingga saya tidak banyak berinteraksi
dengan rekan yang lainya, impian saya dalam menjadi atlet yaitu saya ingin bertanding
di ajan PON, sehingga dengan dapat mengikuti ajang Pra PON saya berharap
mendapatkan tiket untuk melaju ketahap selanjutnya demi meraih impian saya, tentu
saja jika saya mengikuti PON dan mendapatkan peringkat hal ini tentu saja diberikan
apresiasi dari daerah saya tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan bonus yang
besar hingga ratusan juta hingga mendapatkan pekerjaan, namun yang saya ketahui jika
mendapatkan juara PON akan mendapatkan bonus yang lumayan besar, hal ini
memotivasi saya untuk dapat berlatih lebih giat agara mendapatkan peringkat di Pra-
PON atau setidaknya mendpatkan tiket untuk lanjut masuk ke PON, saya juga ingin
mengharumkan nama Provinsi saya.
Kendala yang saya hadapi yaitu adanya campur tangan yang tidak bertanggung
jawab dengan cara membuat seleksi ulang di kelas saya dengan atlet lain yang bukan
dari kelas saya, sehingga saya bertanya mengapa dikelas saya seleksi dan dikelas lain
tidak, hal ini tentu saja mengganggu saya, saya merasa dirugikan oleh pihak yang
mengganggu saya, dan saya tidak tahu secara pasti siapa yang mencoba untuk
menjatuhkan saya.

11. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh kelas Kg Putra +84 (AG)
Prestasi saya adalah mengikuti Pra-PON tahun 2015 di Medan, Jaminan
mengenai tempat tinggal tidak ada, saya hanya diberikan tempat tinggal wisma selama
saya berada di Kota Banda aceh dalam rangka menjalani TC pra-PON, saya berasal dari
Kota Lhokseumawe, Tidak ada gaji yang diberikan dalam mengikuti Pra-PON ini, saya
mengikuti ajang ini untuk membuktikan bahwa saya bisa melewati seleksi ini untuk
menuju PON karena saya gagal dalam seleksi sebelumnya di tahun 2015, jadi saya tidak
menyerah dan mencoba lagi di tahun ini, saya juga ingin membuktikan kepada orang
lain termasuk pelatih dan teman-teman saya bahwa saya bisa melakukannya, saya juga
berharap dengan hal ini saya mendapatkan uang dari hasil TC saya agar dapat saya
gunakan dikemudaian hari, saat ini saya belum memiliki pemasukan yang cukup dan
tetap sehingga saya mengikuti banyak kegiatan dan mengambil pekerjaan apa saja yang
dapat menghasilkan, terlebih lagi karate merupakan hoby saya dan dapat menghasilkan
uang, jadi saya akan berusaha dalam hal ini untuk memberikan yang terbaik.
Saya tidak memiliki kendala terhadap pelatih maupu tim, saya hanya fokus kepada
pertandingan yang akan saya hadapi.

12. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh Kata Perorangan Putra (JR)
Prestasi saya yaitu mendapatkan Gold medals di kejuaraan Internasional Berlin,
German tahun 2015, saya merasa prestasi saya belum optimal, dengan menjadi atlet Pra-
Pon saya mendapatkan Gaji dari KONI selama saya berlatih dan selama saya terdaftar

101
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

menjadi atlet Pelatda Aceh, saya juga disediakan tempat tinggal, dan juga difasilitasi
konsumsi yang memadai, sebagai atlet saya merasa bangga mengikuti ajang ini, saya
rasa jika saya mampu mengikuti ajang ini maka saya merasa teman-teman dapat
mengakui bahwa saya layak untuk disandingkan denga atlet nasional lainnya dan saya
mampu bersaing dengan baik, mimpi saya sebagai atlet adalah saya harus dapat
bertanding pada ajang PON yang paling bergengsi bagi atlet seluruh Indonesia, dan saya
harus meraihnya demi terwujudnya impian saya sebagai atlet, saya berlatih cukup baik,
saya hadir lebih awal dari jam latihan yang telah ditetapkan, saya tidak tau apakah
dengan sertifikat Pra PON akan mengantarkan saya untuk mendapatkan pekerjaan yang
tetap, namun yang saya tau, bahwa bonus yang diberikan dan gaji yang diberikan cukup
besar apabila saya mendapatkan tiket PON terlebih lagi jika saya mendapatkan mendali
pada ajang Pra-PON. Saya merasa menjadi atlet adalah kebutuhan bagi tubuh saya dan
saya merasa puas dan senang atas pilihan saya menjadi atlet, karna dengan saya menjadi
atlet hal ini dapat mengantarkan saya ke tanah eropa yang tidak pernah saya bayangkan
sebelumnya dan membanggakan Negara saya yaitu Indonesia, ada kebanggaan
tersendiri bagi diri saya ketika memakai lambang Garuda di dada saya, hal itu
merupakan hal yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup Saya”. Saya juga
membuat orang tua saya bangga kepada saya dan saya menyukai hal itu karna orang tua
saya bahagia atas keberhasilan saya”. Saya tidak memiliki kendala dalam latihan ini,
karena teman-teman dan keluarga mendukung saya sepenuhnya.

13. Wawancara kepada para atlet Pra-PON Aceh Kata Perorangan Putri (SA)
Tidak menjamin tempat tinggal, hanya penginapan untuk sementara selama
menjalani latihan pusat, ya menjamin selaku saya sebagai mahasiswa saya dapat
menerima uang saku. Ya saya merasa menjadi atlet pra pon membuat saya bangga atas
hal itu, dan jelas saja wawasan saya juga bertambah jika menjadi atlet Pra-PON serta
saya merasa bergengsi jika ikut serta dalam ajang Pra-PON ini. Saya merasa belum
merasa impian saya berhasil sebelum saya menjadi orang nomor satu di indonesia
sebagai atlet. Pergaulan antara teman yag lain semakin erat karena banyak
menghabiskan waktu bersama dalam menjalani proses latihan, saya dapat berlatih
dengan atlet yang lain dengan baik dan benar, sertifikat Pra-PON tidak menjanjikan
saya mendapatkan pekerjaan, sertifikat itu hanya menambah 10%-20% syarat lebih
untuk melamar kerja. Dengan menjadi atlet saya tentu saja merasa bahagia, karna saya
dapat membanggakan daerah saya serta dapat dikenal oleh banyak orang, menjadi atlet
sangat penting bagi saya karna dapat menjaga kesehatan diri sendiri, tanggapan saya
mengenai pelatih saya rasa pelatih hanya ingin memberikan yang terbaik bagi atletnya.

14. Wawancara kepada pelatih atlet Pra-PON Aceh (DA)


Saya memulai karir menjadi pelatih sejak tahun 2011, banyak prestasi yang telah
saya ukir, dan banyak target saya meloloskan atlet hingga mencapai juara internasional
sehingga saya merasa yakin dengan kemampuan saya, menjadi Pelatih Pra-PON tidak
memberikan saya jaminan pelatih tetap bisa saja berubah sewaktu-waktu, saya diberikan
gaji oleh KONI, dan bagi saya itu adalah gaji yang lumyan besar namun tidak
berlangsung lama, hanya diberikan selama masa Pelatda Aceh saja, namun saya sangat
bersyukur atas itu, selain dapat menjalankan hobi saya di dalam dunia Karate saya juga
dapat mencari uang dengan kemampuan saya melatih atlet. Menjadi pelatih adalah

102
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 6, Nomor 3 : Hal. 95 - 103
Agustus 2020

kebutuhan bagi saya, saya butuh bekerja ditempat yang saya sukai, saya merasa puas
apabila saya dapat memberikan pengalaman dan mengajarkan materi karate kepada para
atlet. Saya merasa akan berhasil jika para atlet dapat menjadi pribadi yang lebih baik,
bukan hanya berbicara soal prestasi namun pelatih juga memikirkan bagaimana
membentuk karakter yang baik bagi para atlet.

PEMBAHASAN

Hasil wawancara para atlet diatas peneliti memperoleh bahwa latar belakang
atlet yang berbeda beda menghasilkan motivasi para atlet yang berbeda pula tergantung
dengan orientasi tujuan masing-masing para atlet, setelah diteliti peneliti menemukan
bahwa Motivasi Atlet Pra PON Aceh Cabang Olahraga Karate pada even PON 2020
berbeda-beda ada yang mengikuti Pra-PON untuk mencapai prestise sebagai atlet, ada
yang berorientasi untuk mendapatkan bonus PON, ada yang berorientasi pada
terlepasnya ikatan dinas, setengah dari keseluruhan atlet berorientasi pada uang saku
atau kompensasi mereka sebagai atlet dalam menjalankan masa Traning centre ataupun
dalam masa PELATDA, untuk menuju PON 2020 yang akan dilakukan di PAPUA
motivasi atlet tergolong masih rendah, terlepas dari hal-hal yang tidak bisa mereka atasi
seperti kekurangan pelatih dan traning terpusat bersama seluruh tim.

PENUTUP

Simpulan
Motivasi atlet Pra-PON cabang olahraga karate dilatarbelakangi oleh perbedaan
motivasi dan tujuan adapun motivasi beberapa atlet adalah mengikuti ajang Pra-PON
merupakan impian dari hidup mereka, tidak semua atlet dapat mengikuti ajang
bergengsi, mendapatkan bonus dari hasil yang mereka peroleh, dan pengakuan orang
lain akan kemampuan serta mengahrumkan nama provinsi Aceh. Saran
Adapun saran yang peneliti berikan yaitu untuk pelatih agar dapat memberikan
program yang baik dengan memberikan simulasi pertandingan Pra-Kompetisi agar para
atlet terbiasa untuk menghadapi pertandingan, untuk pihak manajemen KONI dan
Dispora hendaknya menetapkan pelatih yang terbaik dan memusatkan seluruh atlet
untuk TC dengan waktu yang lebih lama, pada temuan peneliti masih ada atlet yang
hanya latihan seminggu untuk menghadapi event besar seperti Pra-PON. Sebaiknya
pihak terkait memberikan seminar motivasi kepada para atlet dan pelatih agar para atlet
dan pelatih sadar akan peran mereka masing-masing serta dapat merefresh mental para
atlet dan pelatih. Bagi atlet motivasi merupakan hal yang sangat penting jika motivasi
sendiri tidak kuat maka apa yang menjadi tujuan atlet tidak akan tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Tisnawati, Ernie & Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen: Cetakan


Pertama. Jakarta: Kreasindo.

103

Anda mungkin juga menyukai