Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN MAGGOT

UPAYA MENGURAI PENUMPUKAN SAMPAH ORGANIK

•Pendahuluan

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh berbagai negara-negara di
dunia. Tidak terkecuali di Indonesia, pada saat ini seluruh wilayah di Indonesia sedang menghadapi
permasalahan yang serius terkait sampah yang dalam beberapa waktu terakhir terjadi yang
menyebabkan adanya penumpukan sampah di beberapa TPA yang menyebabkan kapasitas pada tempat
penampungan sampah mencapai batas maksimum yang dapat ditampung sehingga membuat TPA tidak
bisa lagi untuk menampung lebih banyak sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Sehingga
mengakibatkan penumpukan sampah di beberapa wilayah.

Penumpukan sampah ini memberikan beberapa kerugian terhadap masyarakat dan lingkungan
yang mengalami adanya penumpukan sampah. Beberapa akibat yang ditimbulkan adalah seperti polusi
udara yang disebabkan bau yang tidak sebab dari sampah-sampah yang menumpuk dan juga
berkurangnya kenyamanan lingkungan hidup kita karena pasti tumpukan sampah akan membuat kita
merasa risih mulai dari lalat yang berkumpul di tempat penumpukan sampah dan bau nya yang tidak
sedap yang mengkontaminasi udara.

Begitu banyak dampak-dampak negatif yang diakibatkan dengan adanya penumpukan sampah baik
bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, Kita sebagai generasi muda sudah
seharusnya sadar dan melakukan berbagai upaya penanganan sampah dalam rangka menjaga
kelestarian, kebersihan, serta kenyamanan lingkungan sekitar kita.

•Pembahasan

Penanganan Sampah.

Upaya penanganan sampah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengelola dan
mengurangi dampak negatif dari sampah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Tujuan dari
upaya ini adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih, menjaga kesehatan masyarakat, dan
mendorong penggunaan yang efisien dan berkelanjutan dari sumber daya.

Upaya penanganan sampah sendiri terbagi menjadi 4 metode umum, yaitu : pengurangan sampah,
pengumpulan dan pemilahan sampah, pengolahan sampah, dan tempat pembuangan akhir.

1. Pengurangan sampah (Waste reduction): Mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan


dengan cara menghindari atau mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat
terurai, serta mendaur ulang dan menggunakan kembali material seperti kertas, plastik,
logam, dan kaca.
2. Pengumpulan dan pemilahan sampah (Waste collection and sorting): Mengumpulkan
sampah dari rumah tangga, tempat kerja, dan tempat umum dengan sistem pengumpulan
yang efisien. Sampah kemudian dipilah berdasarkan jenisnya seperti organik, anorganik,
kertas, plastik, dan logam, sehingga dapat dilakukan pengolahan yang sesuai dengan jenis
sampah tersebut.
3. Pengolahan sampah (Waste treatment): Sampah yang terkumpul kemudian diolah melalui
metode seperti daur ulang, kompos, pembakaran, atau pengolahan biologis untuk
mengurangi volume sampah, mengambil kembali bahan yang bernilai, atau mengubahnya
menjadi bahan yang aman bagi lingkungan.
4. Tempat pembuangan akhir (Final disposal): Jika tidak memungkinkan untuk melakukan
pengolahan sampah, tempat pembuangan akhir digunakan untuk membuang sampah yang
tidak dapat diolah, seperti landfill (pemusnahan di lahan tertutup) atau incinerator
(pembakaran dengan teknologi yang tepat).

Pengolahan Sampah.

Pengolahan sampah Pengolahan sampah adalah proses pengubahan sampah menjadi bentuk lain yang
lebih bermanfaat atau lebih aman bagi lingkungan. Tujuan dari pengolahan sampah adalah untuk
mengurangi volume sampah, mengambil kembali bahan yang bernilai, mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan, serta menghasilkan energi atau produk yang dapat dimanfaatkan.

Pengolahan sampah sendiri terbagi menjadi 2, yaitu : pengolahan sampah non – organik, dan
pengolahan sampah organik. Pengolahan sampah non organik adalah proses pengubahan sampah yang
tidak dapat terurai secara alami atau tidak terdiri dari bahan-bahan organik menjadi bentuk lain yang
lebih bermanfaat atau lebih aman bagi lingkungan. Sampah non organik umumnya terdiri dari bahan
seperti plastik, logam, kertas, kaca, dan sebagainya. Sedangkan pengolahan sampah organik adalah
proses pengubahan sampah yang terdiri dari bahan organik, seperti sisa makanan, daun, dedaunan, atau
bahan tumbuhan lainnya, dengan cara penguraian, dan pengolahan menjadi bentuk lain yang lebih
berguna seperti kompos atau energi.

Salah satu metode pengolahan sampah non – organik adalah metode 3R. Metode 3R adalah
pendekatan untuk mengelola sampah dengan prinsip pengurangan (reduce), penggunaan kembali
(reuse), dan daur ulang (recycle). Metode ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang
dihasilkan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, dan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.

1. Pengurangan (Reduce): Adalah mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Ini dapat
dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan sekali pakai, menghindari
pembelian barang yang tidak diperlukan, dan memilih produk dengan kemasan minimal
atau ramah lingkungan. Tujuan dari pengurangan adalah mengurangi total sampah yang
dihasilkan dari sumbernya.
2. Penggunaan kembali (Reuse): Adalah dengan menggunakan kembali barang atau bahan
untuk tujuan yang sama atau berbeda sebelum akhirnya menjadi sampah. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghindari penggunaan barang-barang sekali pakai dan memilih
barang-barang yang dapat digunakan kembali atau memiliki daya tahan yang lebih lama.
Misalnya, botol plastik bisa diisi ulang daripada membeli botol air kemasan baru setiap
kali.
3. Daur ulang (Recycle): Adalah daur ulang, yaitu mengubah sampah menjadi bahan baru
yang dapat digunakan kembali. Daur ulang melibatkan pemrosesan sampah melalui
berbagai metode untuk mengubahnya menjadi produk baru. Contohnya adalah daur
ulang kertas, plastik, logam, atau kaca menjadi bahan baku untuk pembuatan produk
baru. Proses daur ulang membantu mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru dan
mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah organik yaitu dengan cara
pengomposan dan mengurai sampah-sampah organik yang secara alami dapat diurai, tapi jika harus
menunggu penguraian secara alami akan memakan waktu yang cukup lama. Dalam rangka untuk
mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk penguraian kita dapat menggunakan hewan-hewan
pengurai seperti cacing, protozoa, kaki seribu, rayap, siput, bahkan maggot.

Dalam hal ini metode penguraian sampah organik yang sedang populer adalah menggunakan
media maggot. Maggot sendiri merupakan sejenis larva dari sebuah telur serangga yakni lalat tentara
hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Selain pemanfaatan maggot yang dapat dijadikan sebagai pengurai
kita juga dapat memanfaatkannya untuk hal-hal yang lain seperti menggunakannya sebagai pakan
hewan ternak bahkan residu yang ditinggalkan maggot dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan pupuk organik.

Beberapa cara untuk mendapatkan maggot adalah dengan cara yang alami dan juga dapat
diperoleh dengan pembelian pada komunitas yang menyediakan jasa jual beli maggot BSF. Maggot jenis
BSF secara alami dapat didapatkan di limbah-limbah buah di pasar dan pada tempat-tempat
biodekomposer. Lalat BSF tidak hinggap di sampah seperti lalat hijau. Jika lalat hijau langsung hinggap
dan bertelur di sampah, sebaliknya lalat BSF bertelur di sekitar sampah. Lalat BSF bertelur di sekitar
sampah. Dia meletakkannya di tempat kering dan bersih.

Untuk pembelian maggot terdapat sebuah komunitas yang kami temukan membuka jasa untuk jual beli
maggot yaitu komunitas yang bernama MagoBox yang menyediak beberapa paket penjualan maggot
sebagai berikut:

Harga Barang Yang Didapat

Rp. 99.999 -Maggot Starter Kit Box 3 pcs


Rp. 299.000 -Kandang BSF Rangka Single 1 pcs

-Kayu Eggies

-Free BSF egg

Rp. 350.000 -Kandang BSF Rangka Double Magobox 1 pcs

-Kayu Eggies

-Free BSF egg

Rp. 675.000 -Magobox

-Kandang BSF Rangka Single

Rp. 999.999 -Magobox Triple Set

Rp. 1.275.000 -Magobox Triple Set

-Kayu Eggies

-Kandang BSF Rangka Single

Anda mungkin juga menyukai