222210016
1. Perbedaan Unsur Warna pada Karya Seni Rupa Tiongkok dan Indonesia
● Unsur Warna pada Karya Seni Rupa Tiongkok
Karya seni rupa Tiongkok, terutama karya seni lukisan menggunakan sentuhan
warna yang sangat minim. Sebagian besar lukisan Tiongkok hanya berwarna
hitam dan putih. Ternyata bukan tanpa alasan, sentuhan warna yang minim ini
dilandasi oleh ajaran Taoisme yang diperkenalkan oleh Lao Tzu. Menurut ajaran
Lao Tzu, penggunaan warna yang terlalu banyak dalam kehidupan akan membuat
manusia menjadi terbutakan oleh gemerlapnya warna dan membuat pintu hati
tertutup. Kemudian menurut ajaran Lao Tzu juga, satu kuas dan tinta hitam sudah
bisa menciptakan lukisan yang indah dan bermakna tinggi. Lao Tzu mengatakan
bahwa satu akan menghasilkan dua, dua menghasilkan tiga, tiga menghasilkan
semuanya. Selain ajaran Taoisme, ajaran Konfusius juga mengajarkan bahwa
warna yang terlalu banyak bisa menyilaukan pandangan mata dan membuat
manusia buta terhadap realita yang ada di dalam kehidupan. Oleh karena itu
minimnya warna dalam karya seni lukisan tiongkok tidak berarti duka atau
kegelapan, akan tetapi berarti bahwa dengan warna yang minim itu, sebuah
lukisan sudah bisa tampak indah dan hidup.
● Unsur Warna pada Karya Seni Rupa Indonesia
Karya seni rupa Indonesia, terutama karya seni lukisan berbeda sekali dengan
karya seni lukisan Tiongkok yang memiliki warna yang minim. Karya seni rupa
lukisan Indonesia memiliki warna yang sangat beragam dari segi jenisnya. Jenis
warna pertama lukisan Indonesia adalah warna hangat, seperti warna merah yang
menggambarkan semangat. Jenis selanjutnya adalah warna dingin, seperti warna
hijau yang menggambarkan kesejukan. Kemudian ada warna komplementer yang
berada di antara warna hangat dan warna dingin, sepert warna hijau dan biru.
Dalam karya seni rupa lukisan Indonesia, objek alam seperti gunung, danau,
sungai, dan sebagainya juga ditampilkan dalam warna yang nyata, sehingga
sangat berkebalikan dengan karya seni rupa lukisan Tiongkok yang minim warna.
Karya seni rupa lukisan Tiongkok memiliki karakteristik yang khas yaitu adanya
unsur ajaran Taoisme. Ajaran Taoisme tersebut menyatakan bahwa nilai-nilai
kehidupan bersumber dari segala sesuatu yang ada di alam. Sebagian besar
lukisan Tiongkok dibuat dari proses mencapai kesadaran Tao, yaitu proses
menyucikan diri sehingga bisa melihat, menyentuh, serta menangkap roh dari
objek yang ada di sekitar. Setelah mencapai kesadaran Tao, seorang seniman akan
bisa menghasilkan lukisan yang indah dan penuh akan makna. Proses spiritual
tersebut menciptakan keindahan tersendiri bagi penikmat yang bisa
menghayatinya. Dalam penerapannya pada suatu lukisan, lukisan Tiongkok
memiliki banyak ruang kosong dan kesan sunyi, serta terfokus pada satu objek.
Karakteristik tersebut menjadikan lukisan Tiongkok bisa memanjakan hati dari
segi spiritualitas.
Karya seni rupa lukisan Indonesia sebenarnya sangat beragam, akan tetapi yang
paling khas adalah lukisan keindahan alam Indonesia. Sesuai namanya, lukisan
keindahan alam Indonesia memiliki fokus kepada pemandangan alam Indonesia.
Lukisan tersebut banyak menampilkan kemolekan atau keindahan alam Indonesia.
Seniman mengambil objek alam yang indah sebagai objek lukis mereka. Berbeda
dengan karya seni lukisan Tiongkok, karya seni lukisan Indonesia kurang
memiliki nilai spiritualitas, akan tetapi terfokus untuk memanjakan mata.
Gaya Zhuanshu memiliki bentuk huruf panjang, bundar, dan guratan yang
melengkung, Gaya ini adalah gaya yang paling kuno, yang umum dipakai
pada abad ke-1 SM. Pada mulanya naskah yang ditulis menggunakan gaya
ini berkembang selama masa Dinasti Zhou (1600-1046 SM). Kemudian
pada perkembangan berikutnya, diapdopsi sebagai naskah formal di
daratan Tiongkok, pada era Dinasti Qin (221-206 SM).
➢ Caoshu (草书) - Cursive Script
Gaya Lishu digunakan pertama kali pada masa Dinasti Han (206 SM - 220
M) dan hingga saat ini masih sering digunakan sehingga dianggap sebagai
bentuk aksara modern, sebelum digantikan oleh Gaya Kaishu.
➢ Kaishu (楷书) - Regural Script
Gaya Kaishu adalah gaya yang paling sering ditemui untuk saat ini. Gaya
Kaishu memiliki bentuk huruf yang persegi dan teratur, serta guratan
penuh dan indah. Meski sudah muncul sejak masa Dinasti Han (206 SM -
220 M), akan tetapi baru menjadi populer di masyarakat Tiongkok sekitar
abad ke-7.