Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH KESABARAN TERHADAP KECEMASAN BERTANDING

PADA ATLET ESPORT KLUB UNFAEDAH


Catatan : coba kalau keduanya dibuat 2 kategori (baik kesabaran dan
kecemasannya)?

SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Skripsi
Pada Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2021/2022

NADHIRA FAZA PUTRI KOSASIH


10050018125
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KESABARAN TERHADAP KECEMASAN BERTANDING

PADA ATLET ESPORT KLUB UNFAEDAH

NADHIRA FAZA PUTRI KOSASIH

10050018125

Bandung, 2022

Menyetujui, Mengetahui.
Pembimbing Dekan

Dr. Umar Yusuf Supriatna,


Drs., M.Si., Psikolog
MOTTO

“It’s not about whether I can, I have to do it.”

(Megumi Fushiguro)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”

(Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan


kesanggupannya.”

(Q.S. Al-Baqarah: 286)


UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat-Nya yang telah diberikan
kepada penulis, serta Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kesabaran Terhadap Kecemasan Bertanding Pada Atlet Esport Klub
UNFAEDAH” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan skripsi ini pun penulis mendapatkan banyak dukungan
dari berbagai pihak baik dalam bentuk mental dan materil. Maka pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
dukungan, doa, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi kepada:
1. Dr. Umar Yusuf Supriatna, Drs., M.Si., Psikolog selaku dosen
pembimbing penulis yang senantiasa selalu sabar membimbing dan
memberikan umpan balik serta arahan kepada penulis supaya hasil skripsi
lebih baik.
2. Eni Nuraeni Nugrahawati, Dra., M.Pd. selaku wali dosen penulis yang
senantiasa memberikan motivasi dan kasih sayang untuk menyelesaikan
skripsi ini.
3. Orang tua penulis, yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan
semangat, serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan perkuliahan.
4. Kepada Kak Naufal dan Kak Ami yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian skripsi di klub esport UNFAEDAH,
serta telah membantu penulis dalam proses penelitian tersebut.
5. Seluruh atlet esport klub UNFAEDAH selaku responden penelitian
yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian skripsi penulis.
6. Rekan-rekan tersekat penulis yang selalu saling memberikan dukungan,
semangat, serta saran demi keberlangsungan penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
Serta semua pihak lain yang telah membantu kelancaran proses
penyusunan skripsi ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Penulis
sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan
keterbatasan pengalaman serta pengetahuan penulis. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun penulis dari berbagai
pihak. Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Bandung, 2022
Penulis,

Nadhira Faza Putri Kosasih


ABSTRAK

PENGARUH KESABARAN TERHADAP KECEMASAN


BERTANDING PADA ATLET ESPORT KLUB UNFAEDAH
Nadhira Faza Putri Kosasih 10050018125
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kesabaran Terhadap Kecemasan Bertanding Pada Atlet Esport Klub
UNFAEDAH” tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk menuntaskan dan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Skripsi ini terdiri dari 5 bab:
Bab I, menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yaitu mengenai
kecemasan bertanding yang dialami oleh para atlet esport di klub UNFAEDAH
selama pertandingan. Akan tetapi, para atlet pada akhirnya tetap mampu meraih
keberhasilan atau kemenangan dalam pertandingan tersebut. Sehingga hal
tersebut menarik perhatian penulis untuk menjadikannya sebagai ide penelitian.
Pada bab ini juga menjelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
Bab II, menjelaskan mengenai teori yang digunakan dan alasan memilih
teori tersebut sebagai pembahasan hasil penelitian. Kemudian dijabarkan juga
mengenai kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.
Bab III, menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan yaitu
kausalitas non eksperimen. Bab ini pun mencakup prosedur penelitian, definisi
operasional variabel peneltian, alat ukur variabel, populasi, dan metode analisis
data penelitian.
Bab IV, menjelaskan dan menguraikan data penelitian berupa hasil
perhitungan statistika beserta pembahasan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian.
Bab V, menjelaskan mengenai kesimpulan akhir dan memberikan saran
yang diharapkan dapat membantu dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait
khususnya pada atlet esport klub UNFAEDAH.
. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan keterbatasan pengalaman serta pengetahuan penulis. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun penulis
dari berbagai pihak. Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat membantu
dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Bandung, 2022
Penulis
Nadhira Faza Putri Kosasih
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Kegunaan Penelitian 5
1.4.1 Kegunaan Teoritis 5
1.4.2 Kegunaan Praktis 6
BAB II TINJAUAN TEORITIK 7
2.1 Definisi 7
2.1.1 Definisi Kesabaran 7
2.1.2 Definisi Kecemasan Bertanding 7
2.2 Teori 9
2.2.1 Teori Kesabaran 9
2.2.1.1 Aspek-Aspek Kesabaran 9
2.2.1.2 Indikator Kesabaran 14
2.2.2 Teori Kecemasan Bertanding 15
2.2.2.1 Aspek-Aspek Kecemasan Bertanding 15
2.2.2.2 Dampak Kecemasan Bertanding 16
2.2.2.3 Alur Kecemasan Bertanding 16
2.3 Alasan Pemilihan Teori 18
2.4 Hasil-Hasil Penelitian 18
2.5 Kerangka Teori 19
2.6 Hipotesis 22
BAB III METODE PENELITIAN 23
3.1 Prosedur Penelitian 23
3.2 Desain Penelitian 23
3.3 Variabel Penelitian 23
3.3.1 Identifikasi Variabel 23
3.3.2 Definisi Operasional Kesabaran 24
3.3.3 Definisi Operasional Kecemasan Bertanding 24
3.4 Alat Ukur 24
3.4.1 Alat Ukur Kesabaran 24
3.4.2 Alat Ukur Kecemasan Bertanding 25
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 27
3.5.1 Populasi Penelitian 27
3.5.2 Sampel Penelitian 27
3.6 Teknik Sampling 27
3.7 Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
4.1 Hasil Penelitian 23
4.1.1 Karakteristik Populasi 23
4.1.2 Hasil Uji Statistik 23
4.1.3 Data Deskriptif 23
4.2 Pembahasan 23
4.2.1 Gambaran Kesabaran 23
4.2.2 Gambaran Kecemasan Bertanding 23
4.2.3 Gambaran Pengaruh Kesabaran Terhadap Kecemasan Bertanding 23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
5.1 Simpulan Penelitian 23
5.2 Saran Penelitian23
5.2.1 Saran Praktis 23
5.2.2 Saran Teoritik dan Saran Penelitian Lanjutan 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR FIGUR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam situasi menjelang pertandingan sering kali para atlet merasa cemas.
Perasaan cemas ini bisa muncul dari berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam
diri sendiri maupun luar. Kecemasan pada atlet yang timbul saat menjelang
pertandingan disebabkan oleh respons emosi negatif dari diri atlet akibat perasaan
terancam terhadap harga dirinya (Hajidin & Amir 2014). Secara umum,
kecemasan dalam pertandingan muncul ketika atlet merasa tidak yakin bahwa
mereka bisa mengatasi situasi yang membuatnya stres (Hardy, Jones, & Gould,
1996). Pada akhirnya kecemasan ini akan mempengaruhi prestasi atlet dalam
turnamen (Purnamasari dkk, 2019).
Kecemasan bertanding dapat diartikan sebagai kecenderungan yang
dipelajari untuk merespons dengan kecemasan kognitif dan/atau somatik terhadap
situasi olahraga yang kompetitif dimana performa atlet dapat dievaluasi (Smith &
Smoll, 1990). Kecemasan kognitif tersebut ditandai oleh 2 komponen yaitu (1)
kekhawatiran yang dihubungkan dengan kegelisahan tentang potensi konsekuensi
negatif terkait dengan kinerja yang buruk; dan (2) dekonsentrasi yang
dihubungkan dengan kesulitan atlet untuk fokus pada aspek-aspek kunci dari
tugas yang harus dilakukan yang pada akhirnya menghambat kejernihan pikiran
selama situasi kompetitif (Grossbard dkk, 2009).
Permainan video games sudah menjadi salah satu aktivitas yang populer
baik di kalangan anak-anak, remaja, dan juga orang dewasa (Entertainment
Software Association, 2017). Bahkan bermain video game ini telah berkembang
menjadi ranah profesional dan telah menjadi pilihan karir di dunia permainan
kompetitif (Griffiths, 2017). Jenis aktivitas video game profesional ini disebut
sebagai esports (electronic sport). Esport merupakan area baru dalam budaya
permainan dan mulai menjadi salah satu bagian penting dan juga populer di
kalangan remaja dan emerging adults.
Di Indonesia sendiri berdasarkan riset yang dilakukan Vero, agen
komunikasi di Asia Tenggara dan bekerjasama dengan Decision Lab
mengungkapkan terdapat 52 juta penduduk Indonesia yang mengikuti esport pada
tahun 2021 (Jatmiko, 2022). Dengan banyaknya peminat dan juga prestasi yang
diraih oleh pemain esport Indonesia baik di tingkat nasional dan internasional,
Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) secara resmi mengakui bahwa esport merupakan cabang
olahraga yang berprestasi di Indonesia (Rachmatunnisa, 2020).
Seiring berkembangnya peminat dalam bidang olahraga esport ini,
semakin banyak penelitian yang membahas terkait esport. Dalam (Mendoza et al
2021) ditemukan bahwa atlet esport mengalami tingkat kecemasan kognitif dan
somatik yang tinggi pada saat menjelang pertandingan atau situasi precompetitive.
Sejalan dengan hal tersebut, (Kocadağ, 2020) menemukan bahwa atlet expert
esport dan juga atlet yang bermain game selama lebih dari 6 jam dalam seharinya
memiliki tingkat psychological well-being yang rendah. Pada jenis esport yang
dilakukan secara beregu pun didapatkan bisa berdampak terhadap masing-masing
individu ketika terdapat permasalahan secara internal seperti komunikasi antar
anggota dalam permainan, kritikan, dan berkurangnya kepercayaan diri yang pada
akhirnya memicu stres pada masing-masing anggota (Nilsson & Lee, 2019).
Berdasarkan data yang didapatkan dari lokasi penelitian, ditemukan bahwa
isu mengenai kesehatan mental melekat pada atlet esport. Terutama menegenai
kecemasan bertanding yang dialami. Para atlet merasa bahwa dirinya mulai
terancam ketika sudah tiba di lokasi pertandingan, karena mereka melakukan
penialain terhadap tim lawan yang hasilnya menandakan bahwa tim tersebut lebih
unggul dibandingkan mereka. Dimana hal tersebut memicu perasaan ragu
terhadap diri sendiri dan mempengaruhi konsentrasi saat pertandingan
berlangsung. Pada akhirnya akan mempengaruhi performa atlet ketika
pertandingan, dikarenakan atlet esport ini meskipun tidak melakukan kontak fisik
dengan lawan, mereka mengandalkan kognitifnya.
Dalam melakukan aktivitas olahraga esport ini pun diperlukan kemampuan
mental dan juga teknik yang akan mempengaruhi atlet dalam menampilkan
performa yang optimal dalam situasi pertandingan. Dalam (Banyai et al, 2019)
dijelaskan mengenai kemampuan mental tersebut, dimana supaya atlet esport
mendapatkan hasil pertandingan yang sukses, mereka perlu memiliki pengetahuan
yang luas mengenai permainannya; memiliki daya pikir strategis yang cepat dan
tepat untuk menentukan pilihan; memiliki motivasi untuk terus maju (misal, tidak
terus menerus mempermasalahkan kegagalan di masa lalu); mampu memisahkan
kepentingan perannya sehari-hari dengan performa ketika dalam esport; tidak
mudah terdistraksi dan tetap fokus; mampu mengatasi kekerasan; memiliki
pemikiran untuk tumbuh dan berkembang (misal, positive attitude); dan
melakukan pemanasan sebelum pertandingan baik secara fisik maupun psikis.
Dalam perspektif Psikologi Islam, hal-hal tersebut terkandung dalam
kesabaran yang didalamnya terdapat keteguhan, ketabahan, dan ketekunan (Yusuf,
U, 2020). Kesabaran juga menganut konseptual umum dalam bidang psikologi
berupa kognitif, afektif, dan konatif. Dimana kognitif ini direpresentasikan dalam
konsep keteguhan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ghazali bahwa sabar
memiliki makna berupa keyakinan atau keteguhan pendirian yang didasari oleh
pemikiran kritis dan logis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa di dalam sabar
mengandung nilai-nilai dominan yang melekat, yaitu percaya diri, optimis,
mampu menahan beban dan ujian, serta terus-menerus berusaha. Demikian pula
sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Kahfi ayat 68 bahwa orang yang
sabar adalah orang yang memiliki pengetahuan mengenai apa yang dilakukannya
secara kritis dan logis.
Pentingnya keteguhan pendirian telah dijelaskan oleh Edward Deci dan
Richard Ryan (1985) dimana mereka berfokus untuk menjelaskan motivasi yang
berasal dari internal atau dikenal sebagai motivasi intrinsik berupa kebutuhan
untuk memperoleh informasi maupun pengetahuan serta kebebasan untuk
mengatur diri sendiri. Dimana kebutuhan tersebut dikenal sebagai kompetensi,
yaitu kebutuhan dasar individu untuk menguasai bidang tertentu dalam
kehidupannya. Kemudian yang kedua adalah otonomi, yaitu kebutuhan untuk
mengatur sendiri pengalaman serta tindakan individu masing-masing, merupakan
bentuk fungsi yang terkait dengan perasaan kehendak, kongruen, dan terintegrasi
(Ryan & Deci, 2017).
Selanjutnya konsep afektif dalam sabar yaitu ketabahan hati dalam
menghadapi kesulitan, rintangan, maupun penderitaan. Dalam ayat-ayat Al-
Qur’an menjelaskan bahwa tabah menggambarkan ketahanan psikologis berupa
daya tahan, daya juang, toleransi terhadap frustrasi, mampu belajar dari
kegagalan, dan bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri.
Pentingnya ketabahan hati telah dijelaskan oleh (Kobasa, Maddi, & Puccetti,
1982) yang menjelaskan bahwa ketabahan hati sebagai suatu karakteristik dalam
kepribadian yang dapat membantu individu untuk mengatasi peristiwa hidup yang
dapat memicu stres. Kemudian (Kobasa & Pucceti, 1983) juga menjelaskan
bahwa dengan ketabahan dapat membuat individu dengan mudah berkomitmen
pada apa yang mereka lakukan dan percaya bahwa mereka dapat mengendalikan
sebagian peristiwa kehidupannya. Sehingga dalam peristiwa hidup yang penuh
tekanan, individu lebih bisa mencari peluang atau kesempatan lebih jernih yang
dapat digunakan sebagai latihan dalam upaya pengambilan keputusan.
Terakhir aspek konatif dalam kesabaran ialah ketekunan. Arti tekun
berdasarkan Q.S. Yusuf, U:87 adalah berusaha terus-menerus sampai tujuan yang
diinginkan tercapai. Sifat tekun pada individu diwujudkan dalam bentuk semangat
yang berkesinambungan dan tidak kendur meskipun banyak rintangan yang
menghadang. Pentingnya ketekunan telah dijelaskan oleh (Duckworth dkk, 2007)
yang disebut sebagai grit. Mereka memberikan definisi grit sebagai ketekunan dan
semangat untuk tujuan jangka panjang. Didapatkan bahwa selain bakat intelektual
untuk pencapaian di semua domain profesional, ketekunan juga merupakan salah
satu prediktor non kognitif dalam memprediksi kesuksesan. Secara umum mereka
menyatakan bahwa pencapaian tujuan yang sulit tidak hanya memerlukan bakat
tetapi juga penerapan bakat yang berkelanjutan dan terfokus dari waktu ke waktu.
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah (2009) berpendapat bahwa sabar
merupakan suatu kekuatan dalam bentuk motivasi yang dapat menggerakkan pada
hal yang bermanfaat bagi dirinya sekaligus sebagai pencegahan diri dari hal yang
merugikan dirinya. Sejalan dengan kesabaran yang didefinisikan oleh Yusuf, U
(2010) yaitu kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran,
perasaan, dan tindakan), serta mengatasi berbagai permasalahan dan kesulitan
secara komprehensif dan integratif berlandaskan etika dan moral. Sementara Agte
& Chiplonkar (2007) mengatakan bahwa “Patience is defined as calmness, self-
control and willingness or ability to tolerate delay” atau dengan kata lain
kesabaran didefinisikan sebagai ketenangan, pengendalian diri, dan keinginan atau
kemampuan untuk toleransi terhadap penundaan.
Sedangkan fenomena terkait kesabaran yang ditemukan dalam lokasi
penelitian adalah bahwa para atlet memiliki sifat menerima umpan balik baik
berasal dari rekannya maupun pelatih. Hal ini menjadi hal yang sangat penting
demi mengetahui cara untuk tetap mempertahankan kemampuan yang sudah
dimiliki maupun hal yang perlu ditingkatkan lagi demi mencapai kesuksesan di
pertandingan berikutnya. Dalam pertandingan pun atlet esport perlu memiliki
perencanaan yang matang dan selalu sigap untuk menentukan strategi yang
lainnya dalam menghadapi musuh. Mereka dituntut untuk memiliki daya pikir
yang cepat dan tepat dalam menghadapi situasi yang berubah secara tiba-tiba.
Kajian mengenai sabar dalam keilmuan telah dimulai oleh Agte &
Chiplonkar (2007) yang menghubungkan sabar dalam perspektif psikologi; Al-
Ubaydli, Jones, & Weel (2013) kajian sabar dalam keputusan berharga jangka
panjang; C. Dominik Guss, Doris Hauth, Franziska Wiltsch (2018) dalam
kehidupan sehari-hari; Turkmenoglu (2018) dalam area industri; Porafke (2019)
di area pendidikan; dan Yusuf, U (2018) di area wirausaha. Berdasarkan masing-
masing kajian penelitian tersebut didapatkan bahwa sabar merupakan hal yang
berkaitan erat dengan kesuksesan dalam melakukan aktivitas dibidangnya masing-
masing.
Sabar juga menjadi prediktor dalam aktivitas profesional dan resilience
pada individu. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh (Schnitker,
2019) dan (Penjakora dkk, 2021) terhadap profesionalitas atlet; (Madsen &
O’Mullan, 2016) dan (Hammad & Tribe, 2020) mengenai ketahanan batin
individu dalam menghadapi kondisi konflik seperti bencana alam dan peperangan.
Hasilnya didapatkan bahwa kesabaran menjadi indikator atau cara seseorang dapat
menghadapi tantangan maupun kesulitan, baik dalam hal aktivitas yang berkaitan
dengan profesionalitas maupun korban dalam lingkungan terpapar konflik atau
bencana.
Menurut Yusuf, U (2020) kesabaran dalam aktivitas profesional dapat
memberikan dampak positif berupa ketenangan untuk mencari peluang,
menganalisisnya, mempertimbangkan, dan memilih jalan yang benar. Jadi,
individu yang memiliki pribadi yang sabar akan menampilkan karakteristik gigih
dan bertahan dalam jangka waktu yang lama, tidak tergesa-gesa, serta memiliki
wawasan yang luas, dan memikirkan kesejahteraan dirinya maupun orang lain.
Sehingga berdasarkan penjabaran ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini dengan tujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap
kecemasan bertanding yang muncul saat menghadapi pertandingan atau konteks
olahraga kompetitif yang sering dialami oleh atlet esport.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah di atas, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kesabaran pada atlet esport?
2. Bagaimana tingkat kecemasan bertanding pada atlet esport?
3. Apakah terdapat pengaruh kesabaran terhadap kecemasan bertanding
pada atlet esport?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap kecemasan
bertanding pada atlet esport.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian mengenai kesabaran terhadap kecemasan bertanding pada atlet
esport ini diharapkan dapat berguna untuk mengisi kesenjangan dalam kajian
pengaruh kesabaran dalam konteks olahraga. Kemudian diharapkan dapat
memperkaya kajian dalam Psikologi Islam untuk melihat bagaimana peranan
kesabaran dalam memengaruhi kecemasan bertanding yang sering dialami oleh
atlet dalam menghadapi pertandingan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dengan mengetahui seberapa besar pengaruh kesabaran terhadap
kecemasan bertanding pada atlet esport, maka hasil penelitian dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan para pelatih atlet maupun pada diri atlet esport itu
sendiri untuk mengatasi kecemasan bertanding yang timbul ketika menghadapi
pertandingan. Kemudian diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Kesabaran
Menurut Yusuf, U (2020) menyatakan bahwa sabar memiliki pengertian
secara umum yaitu suatu sikap untuk menahan emosi dan keinginan, serta
bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Selain itu sabar juga
merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipandang sebagai sikap
yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekukuhan jiwa individu yang
memilikinya.
Sementara Ibn Qayyim al-Jauziyyah (2009) berpendapat bahwa sabar
merupakan suatu kekuatan dalam bentuk motivasi yang dapat menggerakkan pada
hal yang bermanfaat bagi dirinya sekaligus sebagai pencegahan diri dari hal yang
merugikan dirinya. Perwujudan sabar dalam psikologis yaitu dengan
menghentikan diri dari putus asa dan panik, mengeluh, dan dari aktivitas yang
merusak diri sendiri ketika mengalami kesedihan maupun stres (al-Jauziyyah,
1997).
Selanjutnya Al-Ghazali mengatakan bahwa sabar berkaitan dengan
pengetahuan serta keyakinan seseorang yang dihasilkan dari hasil pemikirannya
yang kritis dan logis terhadap masalah yang dihadapi dalam melaksanakan
aktivitasnya (Qurdhowi, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa
kesabaran adalah suatu sikap bertahan dengan mengatur perasaan, pemikiran, dan
tingkah laku dalam menghadapi cobaan maupun dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari.
2.1.2 Definisi Kecemasan Bertanding
Kecemasan secara umum menurut Spielberger (2004) merupakan suatu
emosi yang terdiri dari pikiran dyphoric, sensasi yang tidak nyaman, dan
perubahan fisik akibat dari repons terhadap situasi atau stimulus yang dianggap
mengancam atau berbahaya. Menurut Spielberger (1966) kecemasan dapat dilihat
sebagai trait atau state, dimana kecemasan trait adalah faktor yang lebih stabil
dan dapat menilai kecenderungan umum individu untuk mengalami peningkatan
kecemasan state ketika terpapar stressor. Sedangkan kecemasan state adalah
intensitas kecemasan yang dialami pada saat tertentu dapat berfluktuasi secara
luas dalam intensitas selama rentang waktu yang singkat.
Dalam dekade terakhir, penelitian mengenai kecemasan yang berfokus
dalam bidang olahraga mulai dikembangkan. Sebagian besar disebabkan oleh
pengembangan alat ukut kecemasan khusus untuk olahraga serta meningkatnya
minat diantara psikolog olahraga dalam mengembangkan program intervensi
penurunan kecemasan untuk atlet (Apitzsch, 1983; Hackfort & Spielberger, 1989;
Smith, 1989; Suinn, 1989).
Menurut Smith & Smoll (1990) kecemasan bertanding adalah
kecenderungan yang dipelajari untuk merespons dengan kecemasan kognitif
dan/atau somatik terhadap situasi olahraga yang kompetitif dimana performa atlet
dapat dievaluasi. Kecemasan sendiri merupakan respons emosional yang tidak
menyenangkan terhadap situasi yang membuat atlet tertekan yang ditandai dengan
kekhawatiran dan ketakutan tentang kemungkinan bahaya baik terhadap fisik atau
psikologis serta peningkatan gairah fisiologis yang dihasilkan dari penilaian
ancaman (Smith & Smoll dalam Leitenberg, 1990).
Selanjutnya menurut Martens, Vealey, & Burton (1990) menyatakan
bahwa kecemasan bertanding merupakan perasaan khawatir, gelisah, dan tidak
tenang yang dirasakan para atlet sebagai akibat dari anggapan bahwa pertandingan
sebagai sesuatu yang membahayakan. Aspek yang paling dominan dalam
menyebabkan kecemasan merupakan aspek kognitif berupa kekhawatiran dan
pemikiran yang negatif bahwa proses serta hasil dari pertandingan akan
mengancam atlet (Smith & Sarason, 1993).
Kemudian Anshel (1997) berpendapat bahwa kecemasan bertanding
merupakan suatu gambaran dari perasaan atlet bahwa sesuatu yang tidak
dikehendaki akan terjadi. Hal yang tidak dikehendaki tersebut antara lain seperti
atlet tampil dengan performa yang buruk, menghadapi lawan yang lebih
berpengalaman, atlet mengalami kekalahan kemudian akan dicemooh oleh teman-
teman atau para penggemarnya (Hajidin & Amir, 2014).
Berdasarkan definisi kecemasan bertanding menurut para ahli di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan bertanding adalah suatu
respons atlet terhadap situasi yang mengancam dalam pertandingan dalam bentuk
kognitif dan somatik.

2.2 Teori
2.2.1 Teori Kesabaran
2.2.1.1 Aspek-Aspek Kesabaran
Menurut Yusuf, U (2020) di dalam kesabaran terdapat beberapa aspek
sebagai penentu dalam meraih kesuksesan. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Teguh pada pendirian
Teguh merupakan suatu sikap serta keyakinan seseorang dalam
menjalani kehidupannya dan berusaha dengan keras untuk mencapai
segala sesuatu yang diinginkannya. Gambaran mengenai keteguhan
dijelaskan pada Q.S. Al-Ahqaf ayat 35 yaitu memberi nasihat kepada Nabi
Muhammad SAW untuk bersabar dalam menghadapi orang-orang kafir
seperti ulul azm, yaitu orang yang memiliki keteguhan dan ketabahan
dalam menghadapi kesulitan.
Makna sabar dalam aspek keteguhan pendirian ini tidak lepas dari
tekad yang kuat untuk melaksanakan perintahnya. Keteguhan merupakan
syarat dalam mewujudkan kesabaran. Dengan keteguhan akan membawa
seseorang menjadi berani dalam menghadapi cobaan dan tidak akan
muncul suatu upaya untuk menghindari cobaan tersebut. Keteguhan
mencerminkan aspek kognitif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-
Ghazali bahwa sabar memiliki makna berupa keyakinan atau keteguhan
pendirian yang didasari oleh pemikiran kritis dan logis. Dimana aspek
kognitif dalam keteguhan pendirian antara lain:
(a) Optimisme, merupakan karakteristik individu yang memiliki
keyakinan dengan baik tentang apa yang akan dilakukannya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Seligman (2006)
menyatakan bahwa optimisme adalah suatu keyakinan diri serta
pikiran untuk berusaha menyelesaikan atau memikirkan cara yang
baik untuk memecahkan permasalahan yang terjadi tanpa berpikir
untuk menghindar dari kenyataan. Dengan optimisme maka
individu akan
29

berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang


diinginkannya. Meskipun menhgadapi kesulitan, dia akan tetap
berpikir positif dan memiliki keyakinan bahwa permasalahan
tersebut dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin. Sehingga
optimisme akan mempengaruhi gairah seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan, dan nantinya berpengaruh pada
produktivitas. Selain itu pribadi yang optimis akan berani
mengambil resiko atas tindakannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Shane, Locke, & Collin (2003) mengenai ciri pribadi
optimis adalah individu yang berani mengambil resiko.
(b) Keberanian mengambil risiko, yaitu seseorang yang mau
menerima tantangan dalam menjalankan kehidupan dengan segala
kemungkinan yang baik maupun buruk. Sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah ketika dalam situasi peperangan,
ketika orang-orang berlari ketakutan, beliau tetap berdiri tegak
seorang diri melawan musuh-musuhnya. Dalam HR. Ahmad dan
Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah hanya takut kepada Allah
dan tidak takut kepada siapa pun selain Dia.
(c) Taat pada aturan atau dapat dikatakan sebagai pribadi yang
disiplin. Orang yang sukses identik dengan sikap disiplin yang
dimilikinya, karena dengan disiplin mampu mengubah perilaku
menuju hal yang lebih baik dan positif. Pentingnya disiplin dalam
kehidupan sehari-hari telah tercantum dalam Q.S. An-Nisa ayat 59
yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(d) Tertib dalam menjalankan aturan adalah bagaimana individu
menjalankan aturan yang berlaku secara terus-menerus. Dalam Al-
Qur’an telah dijelaskan mengenai ajakan untuk menjalankan
29

ketertiban serta menjalankan aturan sebagai bagian penting dari


ciri-ciri orang yang sabar, kemudian dijanjikan bahwa mereka akan
mendapatkan kesuksesan.
2. Tabah
Tabah merupakan suatu kekuatan dalam menghadapi cobaan,
bahaya, ujian, maupun kesulitan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).
Selain itu tabah juga diartikan sebagai tetap dan kuat hati dalam
menghadapi bahaya, berani menghadapi cobaan maupun kesulitan. Dalam
Q.S. Al-Baqarah:155-156 dijelaskan bahwa dalam menjalani kehidupan
itu ditandai oleh beragam cobaan. Tetapi Allah SWT telah membekali
manusia dengan potensi-potensi yang jika digunakan maka manusia akan
mampu menghadapi cobaan tersebut. Berdasarkan Tafsir al-Misbah
(2005), dengan kesabaran maka manusia akan mendapatkan kegembiraan.
Dengan kesabaran bukan berarti manusia tidak boleh merasakan kesedihan
ketika menghadapi musibah, karena kesedihan merupakan wujud dari
kelembutan hati serta kasih sayang yang telah menjadi tabiat manusia.
Kemudian dalam Q.S. Al-Qashash:54 menjelaskan mengenai sabar
dalam makna tabah, dimana menurut Sayyid Quthb (2004) ayat tersebut
menjelaskan bahwa kesabaran yang dimaksud ialah kesabaran dalam
menghadapi nafsu, syahwat, dan penyimpangannya. Selanjutnya dalam
Q.S. Ali-Imran:146 mengandung makna sabar sebagai tidak lemah.
Dimana tidak lemah ini berkaitan dengan jasmani dan dapat
mengakibatkan kelesuan, tidak mengendurnya tekad, serta tidak
menyerahkan diri kepada musuh. Sehingga tabah menggambarkan suatu
ketahanan psikologis yang mencerminkan aspek afektif berupa:
(a) Daya tahan, yaitu lamanya waktu seseorang untuk melakukan
sesuatu intensitas kerja. Dalam Q.S. al-An’am ayat 34 menjelaskan
kata sabar yang mengarah pada daya tahan untuk menghadapi
suatu rintangan maupun kesulitan. Selanjutnya Q.S. Al-Isra ayat 30
menjelaskan mengenai kekuasaan Allah SWT yang melapangkan
rezeki kepada umat-Nya yang dihendaki, sementara manusia hanya
perlu untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memperolehnya
29

dan menerimanya dengan perasaan puas disertai keyakinan bahwa


hal tersebut merupakan yang terbaik baginya di masa kini dan
mendatang. Kemudian manusia juga harus bisa menerima
kegagalan ataupun kemelaratan yang diterimanya dan meyakini
bahwa hal yang diperolehnya tersebut setelah melakukan usaha
maksimal merupakan hal yang terbaik baginya.
(b) Daya juang, merupakan karakteristik gigih dalam mencapai
tujuan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
pengikutnya yang berperang di jalan Allah. Mereka menunjukkan
sikap tidak mau menyerah kepada musuh, tidak tunduk kepada
harta duniawi, tidak lari dari medan perang, dan para pengikutnya
tetap teguh ketika mendapatkan kabar Nabi telah terbunuh. Karena
pada dasarnya orang yang sabar tidak akan getar menghadapi
rintangan karena memiliki keyakinan bahwa mereka dapat
melewatinya.
(c) Toleransi terhadap frustrasi, merupakan suatu kemampuan
menghadapi dan mengatasi masalah. Sebagaimana yang disebutkan
dalam Q.S. Ali-Imran ayat 146 yang berbunyi “Dan berapa
banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi
lemash karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.”. Orang yang bersabar makan
akan menunjukkan sikap toleransi yang tinggi terhadap kesulitan
yang dihadapi.
(d) Mampu belajar dari kegagalan, merupakan suatu usaha untuk
memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Orang yang sabar akan menganggap suatu kegagalan
sebagai media pembelajaran supaya tidak melakukan kesalahan
yang sama untuk ke depannya. Dengan begini, lama kelamaan
orang yang sabar akan menjadi orang yang sukses karena mereka
terus berusaha untuk belajar dari kegagalan. Sebaliknya, orang
29

yang tidak sabar akan menganggap kegagalan sebagai musibah,


kemudian nantinya akan mengganggu keadaan psikologis mereka
yang akhirnya membuat mereka putus asa.
(e) Bersedia menerima umpan balik sebagai upaya untuk
memperbaiki diri. Umpan balik sesungguhnya diperlukan bagi
setiap individu untuk dijadikan sebagai bahan untuk lebih
mengenal diri. Akan tetapi memang tidak semua umpan balik bisa
membantu individu, umpan balik bersifat positif dan disampaikan
dengan cara lemah lembut bisa mendorong motivasi seseorang.
3. Tekun
Tekun merupakan bagian dari konsep kesabaran. Artinya manusia
yang bersabar ditandai dengan sifat tidak tergesa-gesa dan tidak cepat
putus asa. Hal ini telah dijelaskan dalam Q.S. Yusuf, U:87 mengenai kisah
Nabi Ya'qub yang memberikan nasihat kepada anak-anaknya untuk tidak
putus asa dalam menjalani tugasnya. Sebab orang yang berputus asa dari
harapan untuk mendapat anugerah Allah hanyalah orang-orang kafir.
Sehingga dari ayat tersebut didapatkan tekun memiliki arti berusaha terus-
menerus sampai tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Tekun ditandai dengan berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin,
giat, sungguh-sungguh, dan terus-menerus dalam bekerja meskipun
mengalami kesulitan, hambatan, serta rintangan. Selanjutnya tekun
terwujud dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak melemah
meskipun terdapat banyak rintangan yang menghadang. Dalam Q.S. Al-
Isra':84 menegaskan tentang pentingnya ketekunan untuk meraih
keberuntungan atas apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Dengan kata
lain, tekun mencerminkan aspek konatif dalam sikap:
(a) Antisipasi, merupakan sikap bersiap siaga. Sebagaimana yang
disebutkan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 65, bahwa kekalahan orang
kafir diakibatkan oleh mereka yang tidak mengerti akan maksud
serta tujuan dari peperangan, karena mereka hanya menginginkan
kekuasaan duniawi (Tafsir Unisba, 2015). Sehingga dapat
dikatakan bahwa strategi penting dalam berusaha ialah mengerti
29

tentang tujuan yang ingin dicapai serta antisipasi akan


permasalahan yang mungkin muncul.
(b) Perencanaan, merupakan sebuah usaha yang sistematis dan
metodis dalam mencapai apa yang diharapkan. Dalam menyusun
perencanaan ini terdapat 2 kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu
adil dan ikhsan. Seorang yang adil akan berjalan lurus dan
sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama. Sedangkan
ikhsan adalah memberi kenikmatan kepada pihak lain dan
melakukan perbuatan yang baik. Sifat ini tercapai ketika individu
telah memandang dirinya pada diri orang lain atau melihat dirinya
pada posisi kebutuhan orang lain.
(c) Fokus atau terarah pada pencapaian tujuan untuk mencapai
keberhasilan. Dalam Q.S. Al-Insyirah ayat 7 yang berbunyi “Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”. Ayat ini
memberikan penekanan bahwa setiap menjalankan suatu urusan
harus bersungguh-sungguh dan fokus terhadap satu urusan
tersebut.
2.2.1.2 Indikator Kesabaran
Yusuf, U (2020) juga menurunkan dari aspek-aspek di atas menjadi 12
indikator kesabaran, sebagai berikut:
1. Optimis bahwa setiap masalah terdapat solusi
2. Keberanian untuk mengambil risiko
3. Taat terhadap aturan
4. Tertib dalam melaksanakan tugas
5. Daya tahan
6. Daya juang
7. Toleran terhadap frustrasi
8. Mampu belajar dari kegagalan
9. Bersedia menerima umpan balik
10. Perencanaan
11. Terarah
29

12. Antisipatif
2.2.2 Teori Kecemasan Bertanding
2.2.2.1 Aspek-Aspek Kecemasan Bertanding
Menurut Smith & Smoll (1990) menerangkan bahwa dalam kecemasan
bertanding terdapat 2 aspek atau dimensi sebagai tanda atau indikator bahwa atlet
mengalami kecemasan. Kedua aspek tersebut yaitu:
1. Kognitif
Kecemasan kognitif ini ditandai dengan penilaian negatif terhadap
situasi pertandingan dan diri sendiri, kekhawatiran, serta gambaran mental
yang tidak menyenangkan. Menurut Morris dkk (1981) kecemasan
kognitif lebih merusak performa atlet. Hal ini dikarenakan kecemasan
kognitif menjadi mediator yang paling besar ketika atlet sedang dalam
pertandingan, karena pemikiran tentang kegagalan dapat muncul setiap
saat selama pertandingan. Selain itu kecemasan kognitif sangat
mempengaruhi kinerja tugas-tugas kognitif.
Kecemasan kognitif ditandai oleh 2 komponen yaitu (1)
kekhawatiran yang dihubungkan dengan kegelisahan tentang potensi
konsekuensi negatif terkait dengan kinerja yang buruk; dan (2)
dekonsentrasi yang dihubungkan dengan kesulitan atlet untuk fokus pada
aspek-aspek kunci dari tugas yang harus dilakukan yang pada akhirnya
menghambat kejernihan pikiran selama situasi kompetitif (Grossbard dkk,
2009).
2. Somatik
Dalam kecemasan somatik tercermin dalam peningkatan gairah
fisiologis yang ditandai dengan detak jantung yang cepat, sesak napas, dan
peningkatan ketegangan otot. Menurut Morris dkk (1981) kecemasan
somatik mempengaruhi performa atlet di awal, ketika mereka merasa
paling gugup. Selain itu kecemasan somatik juga dapat mempengaruhi
motorik atlet. Peningkatan gairah fisiologis dapat berupa ketegangan otot
yang mampu mengganggu aktivitas motorik dengan mempengaruhi fungsi
otot dan sendi. Semakin kompleks tuntutan motorik dari tugas atletik,
29

maka semakin mudah proforma dapat dipengaruhi secara negatif oleh


respons kecemasan somatik.
2.2.2.2 Dampak Kecemasan Bertanding
Smith & Smoll (1990) juga menjelaskan mengenai dampak-dampak
kecemasan bertanding pada para atlet, antara lain:
a. Membuat para individu yang tertarik akan olahraga namun mereka
merasa takut bahwa mereka akan menampilkan performa yang buruk
ketika bertanding.
b. Membuat para atlet merasa terganggu akibat perasaan khawatir yang
dirasakannya, sehingga memungkinkan mereka untuk tidak bertanding di
masa depan.
c. Mengurangi perasaan menikmati olahraga.
d. Membuat atlet mundur dari pertandingan.
e. Dapat menimbulkan reflex sympathetic dystrophy pada atlet. Yaitu
keadaan dimana atlet merasa sakit kepala, sakit perut, dan masalah
dermatologis.
f. Pola tidur yang terganggu baik pada malam sebelum bertanding dan
sesudah.
2.2.2.3 Alur Kecemasan Bertanding
Smith & Smoll (1990) mengembangkan model konseptual mengenai
kecemasan bertanding pada atlet, sebagaimana yang tercantum dalam gambar 1.
Gambar 1
Alur Kecemasan Bertanding
29

Model ini berasal dari konsepsi emosionalitas dan kecemasan yang telah
dikemukakan oleh para ahli kecemasan sebelumnya, dengan memasukkan
perbedaan trait-state dari kecemasan dan perbedaan antara komponen situasional,
kognitif, fisiologis, dan perilaku dari proses kecemasan. Komponen kognitif dan
somatik dalam keadaan kompetitif ditunjukkan dalam panel penilaian dan respon
fisiologis. Intensitas dan durasi dari respons kecemasan state diasumsikan
dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Faktor pertama yaitu berasal dari sifat situasi
olahraga kompetitif dimana atlet terlibat. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti
kekuatan lawan, pentingnya pertandingan, kehadiran orang lain yang signifikan,
dan tingkat dukungan sosial yang diterima dari pelatih dan rekan tim, dimana
pada akhirnya akan mempengaruhi ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh
situasi tersebut bagi atlet.
Faktor selanjutnya adalah interpersonal, faktor ini merupakan penentu
penting dari tingkat kecemasan state yang dialami oleh atlet. Salah satunya adalah
tingkat kecemasan kognitif dan sifat somatik khusus olahraga. Variabel perbedaan
individu melibatkan kecenderungan individu untuk mengalami reaksi kecemasan
state kognitif dan somatik dalam situasi kompetitif. Selanjutnya yaitu faktor
pertahanan psikologis yang mungkin telah dikembangkan atlet untuk mengatasi
situasi persaingan yang menimbulkan kecemasan. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Speilberger (1966) bahwa proses defensif dapat dimobilisasi untuk
menghindari atau mengurangi kecemasan. Proses defensif ini beroperasi pada
tingkat penilaian dan dalam beberapa cara memodifikasi atau mendistorsi persepsi
akan suatu situasi. Ketika operasi defensif berhasil, maka situasi olahraga
kompetitif akan dilihat kurang mengancam, kemudian terjadi penurunan terhadap
kecemasan state.
Situasi objektif, tingkat trait kecemasan, dan pertahanan individu
mempengaruhi proses penilaian atlet. Terdapat empat kelas penilaian yang sangat
penting yaitu penilaian tuntutan yang situasional; penilaian sumber daya yang
tersedia untuk menanganinya; penilaian sifat dan kemungkinan konsekuensi jika
tuntutan tidak terpenuhi; dan pemaknaan secara pribadi mengenai konsekuensi
tersebut. Makna yang melekat pada konsekuensi berasal dari sistem kepercayaan
individu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika seorang atlet yang
29

mendefinisikan tuntutan situasional sebagai sesuatu yang berlebihan, kemudian


menilai sumber daya dan keterampilannya tidak cukup untuk menangani tuntutan,
serta harga dirinya terkait keberhasilan, maka akan dengan jelas atlet tersebut
melihat situasi pertandingan sebagai ancaman atau bahaya. Penilaian tersebut
nantinya menghasilkan tingkat gairah fisiologis yang tinggi, kemudian memberi
umpan balik ke dalam proses penilaian. Tingkat gairah yang tinggi dapat
meyakinkan atlet bahwa dia "gagal" dan akan menghasilkan penilaian yang lebih
negatif lagi.

2.3 Alasan Pemilihan Teori


Peneliti menggunakan teori kecemasan bertanding yang dikemukakan oleh
Smith & Smoll (1990) dikarenakan teori ini memandang kecemasan pada
performa atlet secara situasional, yaitu ketika menghadapi pertandingan.
Kemudian teori ini menekankan aspek kognitif dan somatik sebagai aspek yang
memunculkan kecemasan bertanding pada atlet. Sesuai dengan temuan lapangan
bahwa para atlet merasakan kecemasan pada aspek kognitif seperti memiliki
pikiran negatif, serta aspek somatik seperti keringat dingin.
Selanjutnya peneliti menggunakan teori kesabaran yang dikemukakan oleh
Yusuf, U (2020) dikarenakan teori ini memandang sabar sebagai psychological
strength yang mampu membantu individu dalam aktivitas profesionalnya.
Kesabaran memiliki 3 aspek yang memperhatikan konseptual umum dalam
keilmuan Psikologi yaitu konatif, afektif, dan kognitif, ketiga aspek tersebut
antara lain teguh sebagai kognitif, tabah sebagai afektif, dan tekun sebagai
konatif. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa atlet esport dalam melakukan
latihan atau menghadapi pertandingan memerlukan kemampuan mental yang akan
mempengaruhi kinerja para atlet. Dimana kemampuan mental tersebut juga
memperhatikan konseptual umum dalam ilmu Psikologi.

2.4 Hasil-Hasil Penelitian


Sebagaimana kajian yang telah dilakukan mengenai sabar dalam keilmuan
oleh Agte & Chiplonkar (2007) yang menghubungkan sabar dalam perspektif
psikologi; Al-Ubaydli, Jones, & Weel (2013) kajian sabar dalam keputusan
29

berharga jangka panjang; C. Dominik Guss, Doris Hauth, Franziska Wiltsch


(2018) dalam kehidupan sehari-hari; Turkmenoglu (2018) dalam area industri;
Porafke (2019) di area pendidikan; dan Yusuf, U (2018) di area wirausaha.
Berdasarkan masing-masing kajian penelitian tersebut didapatkan bahwa sabar
merupakan hal yang berkaitan erat dengan kesuksesan dalam melakukan aktivitas
dibidangnya masing-masing.
Selain itu sabar juga menjadi prediktor dalam aktivitas profesional dan
resilience pada individu. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putri,
2016) terhadap profesionalitas konselor; (Schnitker, 2019) dan (Penjakora dkk,
2021) terhadap profesionalitas atlet; (Madsen & O’Mullan, 2016) dan (Hammad
& Tribe, 2020) mengenai ketahanan batin individu dalam menghadapi kondisi
konflik seperti bencana alam dan peperangan. Hasilnya didapatkan bahwa
kesabaran menjadi indikator atau cara seseorang dapat menghadapi tantangan
maupun kesulitan, baik dalam hal aktivitas yang berkaitan dengan profesionalitas
maupun korban dalam lingkungan terpapar konflik atau bencana.

2.5 Kerangka Pikir


Kecemasan bertanding menurut Smith & Smoll (1990) adalah
kecenderungan yang dipelajari untuk merespons dengan kecemasan kognitif
dan/atau somatik terhadap situasi olahraga yang kompetitif dimana performa atlet
dapat dievaluasi. Kecemasan sendiri merupakan respons emosional yang tidak
menyenangkan terhadap situasi yang membuat atlet tertekan yang ditandai dengan
kekhawatiran dan ketakutan tentang kemungkinan bahaya baik terhadap fisik atau
psikologis serta peningkatan gairah fisiologis yang dihasilkan dari penilaian
ancaman (Smith & Smoll dalam Leitenberg, 1990).
Dalam menghadapi pertandingan olahraga, para atlet dapat mengalami
kecemasan yang timbul akibat dari penilaian mereka terhadap situasi tersebut.
Dimana kecemasan ini ditandai oleh kecemasan kognitif kemudian kecemasan
somatik.
Sabar menurut Yusuf, U (2020) yaitu suatu sikap untuk menahan emosi
dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Selain
itu sabar juga merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipandang
29

sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekukuhan jiwa
individu yang memilikinya. Di dalam kesabaran tercantum aspek keteguhan,
ketabahan, dan ketekunan yang menjadi prediktor kesuksesan seseorang, dimana
di dalam setiap aspek tersebut terdapat sikap-sikap sebagai wujud atau indikator
dari kesabaran. Kemudian aspek dalam kesabaran mencerminkan konseptual
umum dalam psikologi, seperti aspek keteguhan mencerminkan kognitif;
ketabahan mencerminkan afektif; dan ketekunan mencerminkan konatif.
29

Figur 1
Bagan Kerangka Pikir

Situasi pertandingan
olahraga

Kesabaran yang dimiliki atlet Kecemasan bertanding


dengan gambaran kesabaran yang Cognitive appraisal berupa kognitif dan
muncul berupa menerima umpan mengenai tuntutan, sumber
balik dari pelatih, belajar dari somatik yang ditandai
daya, konsekuensi, makna dengan pemikiran negatif,
kegagalan, daya tahan, disiplin
mengikuti latihan serta aturan dari konsekuensi. sulit berkonsentrasi,
yang berlaku. gemetar, dan ragu.

Performa atlet
29

2.6 Hipotesis
Terdapat pengaruh kesabaran yang dimiliki oleh atlet esport terhadap
kecemasan bertanding dalam pertandingan kompetitif.
29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif,
dimana terdapat pengukuran terhadap dua variabel dalam penelitian. Kemudian
tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis serta menginterpretasi data dari suatu
fenomena. Dalam melakukan penelitian ini hal-hal yang perlu dipersiapkan
adalah:
1) Mempersiapkan pengambilan data:
 Mengurus perizinan kepada pihak yang telah mengadaptasi alat ukur
dalam Bahasa Indonesia yang akan digunakan dalam penelitian
melalu email.
2) Melakukan pengambilan data secara online melalui Google Form yang
disebarkan melalui media sosial seperti Whatsapp.
3) Melakukan penginputan data ke software SPSS
4) Melakukan analisis data regresi berdasarkan hasil dari software SPSS dan
kemudian melakukan interpretasi data menggunakan konsep teori yang
telah dicantumkan.
5) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data serta mencantumkan
saran yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian
kausalitas non eksperimen yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara
variabel satu terhadap variabel lain tanpa adanya intervensi. Penelitian ini akan
menjelaskan apakah terdapat pengaruh kesabaran terhadap kecemasan bertanding
pada atlet esport.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
kesabaran sebagai variabel bebas dan kecemasan bertanding sebagai variabel
29

terkait. Variabel kesabaran dijelaskan berdasarkan teori Yusuf, U (2020),


sedangkan variabel kecemasan bertanding dijelaskan berdasarkan teori Smith dan
Smoll (1990).
3.3.2 Definisi Operasional Kesabaran
Kesabaran adalah suatu sikap bertahan dengan mengatur perasaan,
pemikiran, dan tingkah laku dalam menghadapi pertandingan yang ditandai
dengan keteguhan, ketabahan, dan ketekunan. Keteguhan adalah keyakinan
individu dalam menjalani kegiatannya berdasarkan pertimbangan rasional dan
realistis. Ketabahan adalah suatu kekuatan yang berasal dari dalam diri ketika
menghadapi rintangan, kesulitan, dan bahaya ketika menghadapi pertandingan.
Ketekunan adalah suatu sikap kegigihan dalam menjalani kegiatan meskipun
dihadapi dengan rintangan.
3.3.3 Definisi Operasional Kecemasan bertanding
Kecemasan bertanding adalah suatu respons atlet terhadap situasi yang
mengancam dalam pertandingan dalam bentuk kognitif dan somatik. Kecemasan
kognitif merupakan penilaian negatif terhadap situasi pertandingan yang bisa
memunculkan rasa khawatir serta kesulitan untuk berkonsentrasi. Kecemasan
somatik peningkatan gairah fisiologis berupa ketegangan otot yang dapat
mengganggu kemampuan motorik.

3.4 Alat Ukur


3.4.1 Alat Ukur Kesabaran
Dalam megukur kesabaran, peneliti menggunakan alat ukur kesabaran yang
disusun oleh Yusuf, U (2020). Alat ukur ini memiliki 24 item pernyataan dengan
alternatif jawaban sebagai berikut:
TP = Tidak Pernah
JR = Jarang
SR = Sering
SL = Selalu
Tabel 1
Kisi-Kisi Alat Ukur Kesabaran

Variabel Aspek Indikator Item


29

Kesabaran yaitu Teguh, keyakinan Optimis 1,2


kemampuan individu dalam Berani mengambil 3,4
individu untuk menjalani resiko
mengatur, kegiatannya Taat menjalankan 5,6
mengendalikan, berdasarkan aturan
mengarahkan, dan pertimbangan Tertib dalam bekerja 7,8
mengatasi berbagai rasional dan
kebutuhan atau realistis.
permasalahan atau Tabah, suatu Daya juang 9,10
kesulitan yang kekuatan yang Daya tahan 11,12
dihadapi secara berasal dari dalam Toleransi stress 13,14
komprehensif dan diri ketika Menerima umpan 15,16
integratif dengan menghadapi balik
berlandaskan pada rintangan, Mampu belajar dari 17,18
etika dan moral kesulitan, dan kegagalan
(Umar Yusuf, bahaya ketika
2010). menghadapi
pertandingan.
Tekun, suatu Perencanaan 19,20
sikap kegigihan Fokus atau terarah 21,22
dalam menjalani Antisipasi 23,24
kegiatan
meskipun
dihadapi dengan
rintangan.
Alat ukur kesabaran ini telah diuji validitasnya dan dinyatakan valid karena
mamiliki skor di atas 0.3 dengan rentang skor antara 0.5 – 0.8 pada setiap itemnya
dan untuk reliabilitas memiliki skor sebesar 0.939.

3.4.2 Alat Ukur Kecemasan Bertanding


Dalam mengukur kecemasan bertanding, peneliti menggunakan alat ukur
Sport Anxiety Scale (SAS) yang dibuat oleh Smith, Smoll, dan Schuzt (1990) dan
29

telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Hajidin dan Amir (2014). Alat
ukur ini memiliki 22 item pernyataan dengan alternatif jawaban skala likert yaitu:
SS = Sangat Sesuai
S = Sesuai
AS = Agak Sesuai
TS = Tidak Sesuai

Tabel 2
Kisi-Kisi Alat Ukur Kecemasan Bertanding
Faktor Indikator Item
Motorik Raut muka dan dahi berkerut 2,5,6,13,16,17,18,19,22
Gemetar
Kaki terasa berat
Sering menggaruk-garuk kepala
Otot-otot sakit
Sering jalan mondar-mandir
Badan lesu
Tubuh terasa kaku
Mengalami ketegangan otot
(krem)
Afektif Cepat putus asa 8,11,14
Sembrono
Memiliki keraguan diri
Somatik Jantung berdebar-debar keras 1,4,9,10,12,15,20
Selalu ingin buang air kecil
Mengalami ketegangan
Pernafasan tidak teratur
Sering minum air
Berkeringat dingin
Sukar tidur
Kognitif Tidak bisa berkonsentrasi 3,7,21
Berpikir tentang hal tidak
29

berhubungan
Pikiran negatif mengganggu
konsentrasi
Alat ukur SAS telah diuji untuk reliabilitas dan validitasnya. Hasil uji
validitas menunjukkan skor yang baik yaitu antara 0,3 dan 0,9 sedangkan hasil uji
reliabilitas menunjukkan sebesar 0,823.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan data atlet yang terdata pada klub UNFAEDAH di Kota Jakarta
ditemukan terdapat 34 atlet esport. Dikarenakan populasi penelitian sedikit, maka
penelitian ini merupakan studi populasi.

3.6 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana, dimana teknik
ini merupakan teknik statistik yang memiliki tujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh antara variabel X dengan variabel Y. Sehingga apabila mengacu pada
penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel kesabaran
terhadap kecemasan bertanding pada atlet.

BAB IV
29

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Populasi
Berdasarkan hasil pengambilan data ditemukan bahwa karakteristik
populasi dalam penelitian ini merupakan atlet esport yang termasuk dalam klub
UNFAEDAH dengan kisaran umur 14-25 tahun. Terdapat 34 responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini. Selanjutnya, metode pengukuran dilakukan
dengan melalui tahapan uji asumsi yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
linearitas. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah memenuhi syarat.

4.1.2 Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas merupakan suatu uji asumsi klasik yang perlu dilakukan
sebelum melakukan perhitungan statistik lanjutan. Uji normalitas dilakukan untuk
memastikan bahwa data yang diteliti memiliki kecenderungan berdistribusi
normal. Maka dari itu, peneliti melakukan pengolahan data menggunakan
Shapiro-Wilk, dengan statistik uji menggunakan ketentuan jika nilai sig. >
α =0 , 05 maka data berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas pada data
penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.582 untuk kesabaran dan
0.709 untuk kecemasan bertanding, dimana kedua nilai tersebut lebih besar dari
α =0 , 05 sehingga data berdistribusi normal.
Tabel 3
Uji Normalitas
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kesabaran .974 34 .582
Kecemasan_Bertanding .978 34 .709

4.1.3 Hasil Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahu apakah data penelitian dari
variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak. Oleh karena itu, peneliti melakukan
pengujian homogenitas melalui scatterplot dari data penelitian. Terlihat bahwa
29

titik-titik penyebaran pada scatterplot tidak menunjukkan suatu pola tertentu dan
penyebarannya berada di atas dan di bawah angka nol, sehingga dapat dikatakan
bahwa data penelitian bersifat homogen.
Gambar 2
Scatterplot Uji Homogenitas

Scatterplot

Dependent Variable: Kecemasanbertanding

3
Regression Studentized Residual

-1

-2

-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value

4.1.4 Hasil Uji Linearitas


Melakukan uji linearitas memiliki tujuan untuk mengetahui bahwa
variabel bebas memiliki hubungan yang linear dengan variabel terikat. Metode
yang digunakan dalam pengujian ini adalah uji linearitas dengan tabel ANOVA
dengan ketentuan apabila (1) nilai sig. linearity lebih kecil dari nilai signifikansi;
(2) nilai sig. deviation from linearity lebih besar dari nilai signifikasni, maka
regresi linear dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh antar variabel.
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel di bawah terlihat bahwa data
penelitian memiliki (1) nilai sig. linearity < α =0 , 05 yaitu 0.028 < 0.05;
kemudian (2) nilai sig. deviation from linearity > α =0 , 05 yaitu 0.451 > 0.05.
Maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan linear.
29

Tabel 4
Uji Linearitas
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Kecemasan Between (Combined) 1262.08 19 66.425 1.336 .294
Bertanding Groups 2
*
Kesabaran
Linearity 298.623 1 298.623 6.004 .028
Deviation from 963.459 18 53.526 1.076 .451
Linearity
Within Groups 696.300 14 49.736
Total 1958.38 33
2

4.1.5 Hasil Uji Linearitas Persamaan Regresi


Tabel 5
Uji ANOVA Regresi
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 298.623 1 298.623 5.757 .022b
Residual 1659.759 32 51.867
Total 1958.382 33
a. Dependent Variable: Kecemasan Bertanding
b. Predictors: (Constant), Kesabaran

Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa nilai signifikansi (p-value)


persamaan regresi pada data penelitian adalah 0.022. Besar nilai alpha yang
digunakan ialah 0.05, sehingga H0 ditolak karena nilai signifikansi 0.022 < 0.05.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan
adanya pengaruh antara kesabaran terhadap kecemasan bertanding.
29

4.1.7 Pengujian Koefisien Determinasi


Tabel 7
Koefisien Determinasi
Std. Error
Adjusted of the
Model R R Square R Square Estimate
1 .390(a) .152 .126 8.48191
a. Predictors: (Constant), Kesabaran
b. Dependent Variable: Kecemasan Bertanding

Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa nilai koefisien determinasi (R


square) sebesar 0.152 yang artinya bahwa kecemasan bertanding dipengaruhi oleh
kesabaran sebesar 15.2% sedangkan 84.8% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti.

4.1.8 Gambaran Kesabaran


Tabel 8
Frekuensi Tingkat Kesabaran
Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase
1 – 24 Rendah 0 0%
25 – 48 Agak Rendah 0 0%
49 – 72 Agak Tinggi 12 35.3%
73 – 96 Tinggi 22 64.7%

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesabaran yang dimiliki oleh atlet esport
dalam klub UNFAEDAH berada pada kategori tingkat agak tinggi sebanyak 12
orang atau sebesar 35.3%. sedangkan pada kategori tingkat tinggi sebanyak 22
orang atau sebesar 64.7%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar atlet esport klub UNFAEDAH memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.

4.1.9 Gambaran Kecemasan Bertanding


Tabel 9
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding
Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase
1 – 22 Rendah 1 3%
23 – 44 Agak Rendah 30 88.2%
29

45 – 66 Agak Tinggi 3 8.8%


67 – 88 Tinggi 0 0%
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kecemasan bertanding yang dimiliki oleh
atlet esport dalam klub UNFAEDAH berada pada kategori tingkat rendah
sebanyak 1 orang atau sebesar 3%. sedangkan pada kategori tingkat agak rendah
sebanyak 30 orang atau sebesar 88.2%, dan pada kategori tingkat agak tinggi
sebanyak 3 orang atau sebesar 8.8%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar atlet esport klub UNFAEDAH memiliki tingkat kecemasan
bertanding yang agak rendah.

4.1.9.1 Gambaran Kecemasan Bertanding Berdasarkan Usia


Tabel 10
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding Berdasarkan Usia
Kategori Kecemasan Bertanding
Usia Agak Total
Rendah Agak
Tinggi
Rendah Tinggi
14 – 17 tahun 0 7 2 0 9
18 – 21 tahun 1 11 1 0 13
22 – 25 tahun 0 12 0 0 12
Total 1 30 3 0 34
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa frekuensi tingkat kecemasan
bertanding yang agak rendah sampai dengan rendah lebih banyak dimiliki pada
atlet esport klub UNFAEDAH dengan rentang usia 18 – 25 tahun dibandingkan
dengan kelompok usia 14 – 17 tahun.

4.1.9.2 Gambaran Kecemasan Bertanding Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 11
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding Berdasarkan Jenis Kelamin
Kategori Kecemasan Bertanding
Jenis
Agak Agak Total
Kelamin Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Perempuan 0 9 3 0 12
Laki-laki 1 21 0 0 22
29

Total 1 30 3 0 34
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa frekuensi tingkat kecemasan
bertanding yang rendah sampai agak rendah lebih banyak dimiliki oleh atlet
esport klub UNFAEDAH yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan untuk atlet
perempuan terdapat 3 atlet (25%) yang memiliki tingkat kecemasan bertanding
yang agak tinggi.

4.1.10 Gambaran Kesabaran dengan Kecemasan Bertanding


Tabel 12
Frekuensi Tingkat Kesabaran terhadap Kecemasan Bertanding
Kesabaran Total
Rendah Agak Agak Tinggi
Rendah Tinggi
Rendah 0 0 0 1 1
Agak
0 0 10 20 30
Kecemasan Rendah
Bertanding Agak
0 0 2 1 3
Tinggi
Tinggi 0 0 0 0 0
Total 0 0 12 22 34
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kesabaran yang
dimiliki oleh atlet esport klub UNFAEDAH yang sebagian besar berada di
kategori tingkat tinggi memiliki tingkat kecemasan bertanding yang relatif rendah
atau pada kategori agak rendah.

4.1.11 Gambaran Kecemasan Berdasarkan Aspek Kesabaran


Tabel 13
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding Berdasarkan Aspek Teguh
Teguh
Agak Agak Total
Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Rendah 0 0 0 1 1
Agak
0 0 8 22 30
Kecemasan Rendah
Bertanding Agak
0 0 2 1 3
Tinggi
Tinggi 0 0 0 0 0
Total 0 0 10 24 34
29

Berdasarkan tabel di atas, atlet esport klub UNFAEDAH yang memiliki


tingkat kecemasan bertanding yang agak rendah sebagian besar memiliki
kesabaran dengan aspek teguh yang tinggi dibandingkan dengan pada tingkat agak
tinggi.

Tabel 14
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding Berdasarkan Aspek Tabah
Tabah
Agak Agak Total
Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Rendah 0 0 0 1 1
Agak
0 0 13 17 30
Kecemasan Rendah
Bertanding Agak
0 0 1 2 3
Tinggi
Tinggi 0 0 0 0 0
Total 0 0 14 20 34
Berdasarkan tabel di atas, atlet esport klub UNFAEDAH yang memiliki
tingkat kecemasan bertanding yang agak rendah sebagian besar memiliki
kesabaran dengan aspek teguh yang agak tinggi dan tinggi.

Tabel 15
Frekuensi Tingkat Kecemasan Bertanding Berdasarkan Aspek Tekun
Tekun
Agak Agak Total
Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Rendah 0 0 1 0 1
Agak
0 0 21 9 30
Kecemasan Rendah
Bertanding Agak
0 0 3 0 3
Tinggi
Tinggi 0 0 0 0 0
Total 0 0 25 9 34
Berdasarkan tabel di atas, atlet esport klub UNFAEDAH yang memiliki
tingkat kecemasan bertanding yang agak rendah sebagian besar memiliki
kesabaran dengan aspek teguh yang agak tinggi dibandingkan dengan pada tingkat
tinggi.
29

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Kesabaran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar atlet esport pada
klub UNFAEDAH memiliki tingkat kesabaran yang berada pada katogori tinggi,
bahkan secara teknis tidak terdapat atlet yang memiliki tingkat kesabaran yang
rendah. Menurut teori kesabaran yang dikemukakan oleh Yusuf U (2020) yang
menyatakan bahwa kesabaran secara umum memiliki penegertian suatu sikap
untuk menahan emosi dan keinginan serta bertahan dalam situasi sulit dengan
tidak mengeluh. Pada atlet esport di klub UNFAEDAH didapatkan bahwa aspek
teguh dan aspek tabah memiliki tingkat yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar
64.7% dan 50%.
Yusuf U (2020) menjelaskan konsep aspek teguh yaitu suatu sikap serta
keyakinan seseorang dalam menjalani kehidupannya dan berusaha dengan keras
untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. Dalam aspek teguh para atlet
esport dalam berkompetisi menunjukkan keyakinan terhadap diri mereka sendiri
sehingga mereka pun menunjukkan usaha maksimal untuk meraih kemenangan.
Hal ini ditunjukkan para atlet esport dengan bermain secara optimis, yaitu
memiliki pikiran positif bahwa strategi yang sudah dimiliki sebelumnya maupun
kemampuan hard skill yang mereka miliki bisa mengalahkan lawannya.
Kemudian meskipun mereka akan mengalami hambatan ketika bertanding,
mereka tetap yakin bahwa masih terdapat peluang mereka untuk menang.
Sehingga mereka akan secara aktif membaca situasi mereka saat itu dan
memikirkan strategi alternatif yang akan membantu mereka. Maka dari itu,
mereka pun perlu untuk bisa berani mengambil resiko.
Selanjutnya mengenai aspek tabah, Yusuf U (2020) mengartikannya
sebagai kemampuan untuk bangkit kembali setelah terjatuh. Selain itu tabah juga
diartikan sebagai tetap dan kuat hati dalam menghadapi bahaya, berani
menghadapi cobaan maupun kesulitan. Maka dalam aspek ini, para atlet esport di
UNFAEDAH mampu terus berjuang dalam pertandingan meskipun mereka
menghadapi suatu permasalahan maupun cobaan yang menghalangi mereka untuk
29

meraih kesuksesan. Mereka mampu mengatasi stres atau emosi negatif lain ketika
sedang bertanding dengan cara menenangkan diri dan mengatur napas supaya
mereka tetap bisa berpikir jernih untuk kembali bangkit dari kegagalannya
tersebut. Para atlet pun dengan senang hati dan secara inisiatif meminta evaluasi
serta masukan untuk diri mereka supaya berkembang ke arah yang lebih baik dari
pelatihnya maupun rekannya yang lain.
Sedangkan untuk aspek tekun sendiri, menunjukkan hanya sebesar 26.5%
atlet esport dari klub UNFAEDAH yang memiliki kategori tinggi. Dimana
artinya, hanya sebagian kecil dari atlet esport yang telah memiliki perencanaan
yang matang terkait strategi maupun hal lain yang berhubungan dengan
pertandingan. Kemudian mengenai inisiatif untuk mengantisipasi kemungkinan
terburuk saat sedang pertandingan. Hal ini terlihat dari ketika saat pertandingan,
mereka tersudutkan, meskipun pada akhirnya mereka mampu melakukan sesuatu
akan tetapi hal tersebut kurang mendapatkan pertimbangan yang matang dimana
akhirnya membuat mereka mengalami kegagalan.
4.2.2 Gambaran Kecemasan Bertanding
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar atlet esport klub
UNFAEDAH memiliki tingkat kecemasan bertanding pada kategori agak rendah.
Berdasarkan teori kecemasan bertanding yang dikemukakan oleh Smith & Smoll
(1990) yaitu suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespons dengan
kecemasan kognitif dan/atau somatik terhadap situasi olahraga yang kompetitif
dimana performa atlet dapat dievaluasi. Kecemasan sendiri merupakan respons
emosional yang tidak menyenangkan terhadap situasi yang membuat atlet tertekan
yang ditandai dengan kekhawatiran dan ketakutan tentang kemungkinan bahaya
baik terhadap fisik atau psikologis serta peningkatan gairah fisiologis yang
dihasilkan dari penilaian ancaman.
Smith & Smoll (1990) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kecemasan bertanding yang dimiliki atlet berdasarkan faktor internal. Salah
satunya yaitu berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa atlet perempuan akan
memiliki tingkat kecemasan bertanding yang lebih tinggi dibandingkan atlet laki-
laki. Hal ini pun ditemukan pada penelitian ini, bahwa terdapat 25% atlet
perempuan yang memiliki tingkat kecemasan bertanding pada katogori agak
29

tinggi, sedangkan atlet laki-laki sebagian besar menempati kategori agak rendah
dan rendah. Dimana artinya atlet esport klub UNFAEDAH berdasarkan jenis
kelamin, atlet perempuan memiliki tingkat kecemasan bertanding yang lebih
tinggi dibandingkan dengan atlet laki-laki.
Faktor internal selanjutnya ialah mengenai usia, dimana atlet yang berusia
lebih tua memiliki tingkat kecemasan bertanding yang lebih tinggi dibandingkan
atlet berusia muda. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan temuan pada
penelitian ini, didapatkan bahwa sebesar 84.6% untuk kelompok usia 18 – 21
tahun dan 100% untuk kelompok usia 22 – 25 tahun memiliki tingkat kecemasan
bertanding pada kategori agak rendah. Dimana angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok usia 14 – 17 tahun yang memiliki nilai sebesar
77.8% atlet yang memiliki tingkat kecemasan bertanding pada kategori agak
rendah. Artinya, atlet esport klub UNFAEDAH apabila dilihat berdasarkan usia,
atlet yang berusia lebih tua memiliki tingkat kecemasan bertanding yang lebih
rendah dibandingkan dengan atlet berusia muda.
4.2.3 Gambaran Pengaruh Kesabaran dengan Kecemasan Bertanding
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara kesabaran dengan kecemasan bertanding pada atlet esport. Berdasarkan
hasil uji regresi sederhana yang dilakukan, didapatkan nilai koefisien determinasi
sebesar 0.152 dimana artinya tingkat kecemasan bertanding yang dialami atlet
esport di klub UNFAEDAH dipengaruhi sebesar 15.2% oleh tingkat kesabaran,
sedangkan 84.8% nya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sehingga
hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima, bahwa
terdapat pengaruh antara kesabaran yang dimiliki atlet esport klub UNFAEDAH
dengan tingkat kecemasan bertanding.
Apabila dilihat berdasarkan aspek-aspek kesabaran yang paling
memberikan kontribusi terhadap tingkat kecemasan bertanding pada atlet esport
klub UNFAEDAH berdasarkan hasil uji korelasi negatif didapatkan koefisien
determinasi sebesar 0.453 atau sebesar 45.3% pada aspek teguh. Sedangkan untuk
aspek tabah dan tekun masing-masing memiliki nilai sebesar 31.3% dan 13.9%.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa dalam keberlangsungan
pertandingan esport pada masing-masing atlet mereka memiliki keyakinan
29

terhadap diri sendiri bahwa mereka dapat memenangkan pertandingan tersebut,


atau mereka yakin bahwa meskipun mengalami hambatan mereka dapat
menyelesaikannya sehingga kemenangan tersebut tetap akan mereka dapatkan.
Selain itu, meskipun mereka pada akhirnya mengalami kegagalan untuk
meraih kemenangannya tersebut, terdapat kecenderungan para atlet untuk tetap
memiliki semangat juang pada pertandingan berikutnya. Mereka dengan aktif
akan meminta kritik serta saran dari pelatih maupun rekannya guna memperbaiki
kesalahannya pada pertandingannya tersebut supaya meraih kesuksesan di
pertandingan mendatang. Mereka pun secara inisiatif meminta pelatih untuk
menjadwalkan pertandingan kecil sebagai ajang bagi mereka untuk berlatih.
Akan tetapi, sebagian besar atlet esport klub UNFAEDAH masih belum
memfokuskan dirinya pada hal-hal yang berkaitan dengan pertandingan esport.
Sehingga kemungkinan hal tersebut masih membuat para atlet merasakan
kecemasan bertanding berupa kesulitan untuk konsentrasi.
29

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kesabaran yang dimiliki atlet esport klub UNFAEDAH berada
pada kategori agak tinggi dan tinggi. Secara keseluruhan semua atlet
memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.
2. Tingkat kecemasan bertanding yang dimiliki oleh atlet esport klub
UNFAEDAH ketika menghadapi pertandingan sebagian besar berada
pada kategori agak rendah.
3. Terdapat pengaruh antara tingkat kesabaran atlet esport klub
UNFAEDAH dengan tingkat kecemasan bertanding ketika menghadapi
pertandingan.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis
Adapun saran yang dapat peneliti berikan kepada pihak terkait adalah
sebagai berikut:
1. Bagi atlet esport klub UNFAEDAH dimana telah menunjukkan tingkat
kesabaran yang dimiliki berada pada kategori tinggi, sehingga diharapkan
mampu mempertahankan kesabaran yang telah dimiliki. Berdasarkan
aspek kesabaran, diharapkan para atlet mampu mengembangkannya
terutama dalam aspek ketekunan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan antisipasi mengenai beragam kemungkinan yang akan
terjadi dalam pertandingan. Dengan begitu, atlet dapat melakukan
perencanaan yang matang dalam setiap pertandingan yang akan diikuti.
Sehingga atlet dapat meraih kemenangan dalam pertandingan dengan
sedikit atau tanpa merasakan kecemasan bertanding.
5.2.2 Saran Teoritik dan Saran Penelitian Lanjutan
29

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain


yang mempengaruhi kecemasan bertanding atlet dalam pertandingan. Hal
ini merujuk pada hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa sebesar
15.2% kesabaran memiliki pengaruh terhadap kecemasan bertanding,
sedangkan sisanya sebesar 84.8% dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mendapatkan jumlah responden
yang lebih banyak.
29

DAFTAR PUSTAKA
Agte, V. V., & Chiplonkar, S. A. (2007). Linkage of concepts of good nutrition in
yoga and modern science. Current Science, 92(7), 956–961.
http://www.jstor.org/stable/24097676
Anshel, M. H. (1997). Sport psychology: From theory to practice. Scottsdale, AZ:
Gorsuch Scarisbrick.
Al-Jauziyah, I.Q. (1997). Patience dan gratitude. Ta-Ha Publishers.
Al-Ubaydli, O., Jones, G., & Weel, J. (2013). Patience, cognitive skill, and
coordination in the repeated stag hunt. Journal of Neuroscience,
Psychology, and Economics, 6(2), 71–96. doi:10.1037/npe0000005
Ali, Lukman. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Apitzsch, E. (Ed.). (1983). Anxiety in sport. Magglingen, Switzerland: Guido
Schilling, ETS.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic Motivation and Self-Determination in
Human Behavior. Springer US.
Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit:
Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and
Social Psychology, 92(6), 1087–1101. https://doi.org/10.1037/0022-
3514.92.6.1087
Grossbard, J. R., Smith, R. E., Smoll, F. L., and Cumming, S. P. (2009).
Competitive anxiety in young athletes: differentiating somatic anxiety,
worry, and concentration disruption. Anxiety Stress Coping 22, 153–166.
doi: 10.1080/10615800802020643
Güss, C. & Hauth, Doris & Wiltsch, Franziska & Carbon, Claus-Christian &
Schuetz, Astrid & Wanninger, Katrin. (2018). Patience in Everyday Life:
Three Field Studies in France, Germany, and Romania. Journal of Cross-
Cultural Psychology.
Hackfort, D., & Spielberger, C. D. (Eds.). (1989). Anxiety in sports: An
international perspective. New York: Hemisphere.
29

Hajidin, & Amir, N. (2014). Pengembangan Alat Ukur Kecemasan bertanding.


Jurnal Sport Pedagogy, 4(2), 25-33.
30

Hammad, J., & Tribe, R. (2020). Adaptive coping during protracted political
conflict, war and military blockade in Gaza. International Review of
Psychiatry, 1–8. doi:10.1080/09540261.2020.174
Hardy, L., Jones, J. G., & Gould, D. (1996). Understanding psychological
preparation for sport: Theory and practice of elite performers. John Wiley
& Sons, Inc..
Jemni, M., Sands, W. A., Salmela, J. H., Holvoet, P., & Gateva, M. (2013). The
science of gymnastics. https://doi.org/10.4324/9780203874639
Kobasa, S. C., Maddi, S. R., & Puccetti, M. C. (1982). Personality and exercise
as buffers in the stress-illness relationship. Journal of Behavioral Medicine,
5(4), 391–404. doi:10.1007/bf00845369
Kobasa, S. C., & Puccetti, M. C. (1983). Personality and social resources in stress
resistance. Journal of Personality and Social Psychology, 45(4), 839–850.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.45.4.839
Madsen, W., & O’Mullan, C. (2016). PERCEPTIONS OF COMMUNITY
RESILIENCE AFTER NATURAL DISASTER IN A RURAL
AUSTRALIAN TOWN. Journal of Community Psychology, 44(3), 277–
292. doi:10.1002/jcop.21764
Martens, R., Vealey, R. S., & Burton, D. (1990). Competitive Anxiety in Sport.
Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Morris, L. W., Davis, D., & Hutchings, C. (1981). Cognitive and emotional
components of anxiety: Literature review and revised worry-emotionality
scale. Journal o[ Educational Psychology, 73, 541-555.
Penjakora, J., Teofa, B., Wibafiet, P., Yachsie, B., & Suhasto, S. (2021).
PANAHAN. 8, 141–150.
Potrafke, N. (2019). Risk aversion, patience, and intelligence: Evidence based on
macro data. Economic Letters.
31

Purnamasari, A. D., Kusnandar, K., & Febriani, A. R. (2019). Bentuk Pemicu


Kecemasan Atlet Pencak Silat. Jurnal Pendidikan Olahraga, 8(2), 62.
https://doi.org/10.31571/jpo.v8i2.1109
Qoyyim, Ibnu al-Jauziyah. (2009). Nikmatnya Sabar. Jakarta: Senayan Publishing
Cerdas dan Berkualitas.
Qordhowi, Y. (2012). Merasakan kehadiran Tuhan. [The feeling of the existence
of Allah]. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Ryan, R., & Deci, E. L. (2017). Self-Determination Theory: Basic Psychological
Needs in Motivation, Development, and Wellness. The Guilford Press.
Schnitker, S. A., Houltberg, B. J., Ratchford, J. L., & Wang, K. T. (2020). Dual
pathways from religiousness to the virtue of patience versus anxiety among
elite athletes. Psychology of Religion and Spirituality, 12(3), 294–303.
https://doi.org/10.1037/rel0000289
Simon, J. A., & Martens, R. (1979). Children's anxiety in sport and nonsport
evaluative activities. Journal of Sport Psychology, 1(2), 160–169.
Smith, R. E. (1989). Athletic stress and burnout: Conceptual models and
intervention strategies. In D. Hackfort & C. D. Spielberger (Eds.), Anxiety in
sports: An international perspective (pp. 183-201). New York: Hemisphere.
Smith, R. E., & Sarason, I. G. (1993). Psychology the frontiers of behavior. New
York: Harper & Row Publisher.
Smith, R. E., Smoll, F. L., & Schutz, R. W. (1990). Measurement and correlates
of sport-specific cognitive and somatic trait anxiety: The sport anxiety scale.
Anxiety Research, 2(4), 263–280.
https://doi.org/10.1080/08917779008248733
Smith, R.E., & Smoll, F.L. (1990). Sport performance anxiety. In H. Leitenberg
(Ed.), Handbook of social anxiety. New York: Plenum.
Spielberger, C. D. (1966). Theory and research on anxiety. In C. D. Spielberger
(Ed.), Anxiety and behavior (pp. 3-20). New York: Academic Press.
32

Spielberger, C. D., & Reheiser, E. C. (2004). Measuring anxiety, anger,


depression, and curiosity as emotional states and personality traits with the
STAI, STAXI and STPI. In M. J. Hilsenroth & D. L. Segal (Eds.),
Comprehensive handbook of psychological assessment, Vol. 2. Personality
assessment (pp. 70–86). John Wiley & Sons, Inc..
Suinn, R. M. (1989). Behavioral intervention for stress management in sports. In
D. Hackfort & C. D. Spielberger (Eds.), Anxiety in sports: An international
perspective (pp. 203-214). New York: Hemisphere.
Tempo.co. (2015). Cedera Saat Bertanding, Atlet Senam Dilarikan ke Rumah
Sakit. Diakses 28 November 2021,
https://sport.tempo.co/read/673590/cedera-saat-bertanding-atlet-senam-
dilarikan-ke-rumah-sakit/full&view=ok
Turkmenoglu, M. A. (2018). Hope and patience as coping mechanisms of food
managers in the face of challenges: the Turkish case. International Journal
of Work Organisation and Emotion, 9(3), 209-223.
Yusuf, U. (2010). Psikologi dan Islam. Bandung: Fakultas Psikologi UNISBA.
Yusuf, U. (2013). Studi tentang derajat kesabaran pada pengusaha etnis Tionghoa
beragama Islam di Bandung. [Study of patience degree of mualaf Chinese
entreprenuersin Bandung]. Proceeding of Annual Report of Research and
Public Service Department, V 4 (1). Bandung Islamic University.
Yusuf, U. (2020). Sabar sebagai Psychological Strength untuk Mencapai
Kesuksesan. Bandung: Prenadamedia Group.
32

LAMPIRAN
32

Lampiran 1
Hasil Uji Validitas Variabel Kesabaran

Lampiran 2
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kesabaran

Lampiran 3
Hasil Uji Validitas Variabel Kecemasan Bertanding

Lampiran 4
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecemasan Bertanding

Lampiran 5
Permohonan Izin Menggunakan Alat Ukur

Lampiran 6
Informed Consent bagi Responden Berusia di bawah 17 Tahun

Lampiran 7
Kuesioner Alat Ukur Variabel Kesabaran

Lampiran 8
Kuesioner Alat Ukur Variabel Kecemasan Bertanding

Anda mungkin juga menyukai