menjalankan amanah yang diembankan- Nya kepada kita. Atau adab dan etika dalam berhubungan dengan Allah Swt, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Akhlaq kepada Allah Swt. merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak kepada siapapun di muka bumi ini. Karena Akhlak kepada Allah pijakannya adalah aqidah yang mengakar dalam diri seseorang. Akhlak kepada Allah merupakan pintu gerbang dalam berkhlak karimah pada siapapun di muka bumi. Seseorang tidak mungkin memiliki akhlak karimah terhadap sesama insan, jika tidak dapat berakhlak karimah dengan Allah Swt. Akhlak kepada Allah menjadi prioritas bagi seorang mukmin, karena dia sadar, bahwa segala kenikmatan yang diterimanya, adalah anugerah dan pemberian Allah kepadanya. Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika dan beradab kepada Allah SWT adalah mentaati segala perintah-perintah-Nya : Allah SWT berfirman (QS. Al-Anfal/ 8 : 20) :
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan Rasul- Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),
Rasulullah SAW bersabda :
Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya bisa mengikuti apa yang telah datang dariku (Al- Qur’an & Sunnah) (HR. As- Syaikhani) Akhlak yang perlu diperhatikan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah, senantiasa berusaha untuk menjaga amanah Allah yang diembankan padanya. Dalam sebuah hadits digambarkan : Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang memimpin manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Muslim) Seorang mukmin meyakini bahwa apapun yang terjadi pada dirinya, merupakan hal terbaik yang Allah berikan padanya. Apakah itu bersifat kebaikan atau bahkan bencana dan musibah sekalipun. Dalam sebuah hadits digambarkan : Rasulullah SAW bersabda, sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal erbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari)
Hal ini semakin diyakini seorang muslim, ketika ia
juga meyakini bahwa pandangannya terhadap suatu hal sangat terbatas, sehingga bisa jadi sesuatu yang dianggap buruk adalah justru yang terbaik, demikian juga sebaliknya. Setiap insan pasti pernah terpeleset melakukan kesalahan dan kekhilafan. Karena tidak ada seorang manusiapun yang sempurna dalam artian luput dari dosa dan noda. Namun sebagai hamba yang beradab, ia selalu memperbaharui taubatnya. Dalam hadits digambarkan : Dari Anas bin Malik ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Semua anak adam (manusia) pasti berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat kepada Allah SWT. (HR. Turmudzi) Rasulullah SAW, digambarkan sebagai orang yang paling banyak taubatnya. Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa beliau bertaubat & beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Seorang mukmin senantiasa akan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dan landasan dalam melakukan aktivitas apapun juga. Dia tidak beramal untuk pujian, materi atau keuntungan duniawi. Namun hanya untuk Allah dan karena Allah SWT. Dalam hadits digambarkan : Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia. (HR. (Turmudzi, Al-Qadha’I dan Ibnu Asakir Diantara adab yang harus dilakukan oleh seorang mukmin adalah senantiasa merealisasikan ibadah kepada Allah, di mana pun ia berada, kapanpun dan dengan siapapun. Karena ia memahami, untuk tujuan itulah ia diciptakan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. Adzariyat/ 51 : 56) dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku. Seorang mukmin yang mengedepankan etika kepada Allah SWT, senantiasa akan selalu membaca & mentadaburi firman-Nya. Karena membaca Al-Qur’an merupakan refleksi dari kecintaan seroang hamba kepada-Nya. Pepatah Arab mengatakan, ‘Siapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan sering menyebutnya.’ Demikian juga dengan mukmin yang berakhlak terhadap Allah SWT. Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah SAW bersabda,
‘Perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur’an
adalah seumpama buah utrujah; baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seumpmana tamrah (kurma); tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seumpama Raihanah; baunya harum namun rasanay tidak enak. Dan perumpamaan munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seumpama Handzalah, tidak berbau dan rasanya tidak enak. (HR. Bukhari Muslim) Salah satu etika mendasar seorang mukmin lainnya adalah senantiasa bersyukur atas segala kenikmatan dan anugerah yang telah Allah berikan kepadanya : Seorang muslim, senantiasa bertakwal terhadap segala sesuatunya kepada Allah SWT. Karena ia meyakini, bahwa tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT. Bertawakal bukan berararti menafikan ikhtiyar, namun tawakal adalah ba’da ikhtiyar dengan penuh kesungguhan. Tawakal juga dapat berarti menumpahkan segala tumpuan, dan kegundahan hati hanya kepada Allah. Kepada Allah lah tempat mengadu, tempat meminta, dan tempat mengungkapkan segala perasaan. Karena ia yakin, bahwa Allah lah yang dapat menjadikan hati yang gelisah, menjadi hati yang tenang, hati yang gundah menjadi hati yang tentram… Dalam sebuah hadits Dari Umar ra berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah SAW dengan tawakal yang sebenar- benarnya, maka sungguh kalian akan diberi rizki sebagaimana diberi rizkinya seekor burung. Ia berangkat pada pagi hari dengan perut kosong, dan pulang sore hari dengan perut kenyang.” (HR. Ibnu Majah) Allah SWT berfirman QS. 2 : 165 : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).