Anda di halaman 1dari 19

Didit Haryanto et SOP Keripik

PENYUSUNAN DRAFT STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


PENGOLAHAN KERIPIK PISANG (STUDI KASUS DI SALAH SATU
INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK PISANG BANDAR LAMPUNG)
[Standard operating procedure draft for banana chips processing:
A case study at a banana chip home industry in Bandar
Lampung]
Didit Haryanto(1), Otik Nawansih(2) dan Fibra Nurainy(2)
1)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
1)
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

ABSTRACT
Standard operating procedure (SOP) is a procedure or
steps which is standardized and must be passed to complete a
particular work process. Arranging SOP draft is based on a
review of Good Manufacture Practice. SOP is made for being
a guide line in doing process in an industry. Purposes of this
research is arranging SOP draft for home industries of banana
chips making, so the product will meet the standard. In this
research, drafting standard operating procedure (SOP) of the
banana chips industry was begun with observating and
recording every detail process. The research was conducted
Diterima : 6 Mei 2013 through four steps. Firstly, field observation to observate
Disetujui : 12 Juni 2013 process, including sanitation, tools specification, and
description about step of processing banana chips. Second step
Korespondensi Penulis :
nawansih_thp@unila.ac.id was determining the critical point and optimating the
condition. The next step was arranging the SOP draft. The last
was the testing of SOP draft. Then the data were compared
and discussed descriptively. The result was a SOP draft which
was used as in processing banana chips the products consistenly
had meet the standard quality of SNI 01-4315-1996, they
include moisture content, ash content, fat content, wholeness,
with flavor, aroma, color, and texture. The analysis data are,
Moisture content (0,17%), ash content (1,35%), fat content
(27,90%) and wholeness (88,00%). Otherwise the data
analysis for banana chips that produce without SOP are,
moisture content (0,15%), ash content (1,88%), fat content
(39,41%) and
wholeness (83,00%).
Keywords: standard operating procedure (SOP), banana chips,
consistency of quality

PENDAHULUAN olahan seperti pisang Kepok, Tanduk,


Keripik pisang adalah produk
makanan ringan yang dibuat dari irisan
buah pisang dan digoreng, dengan atau
tanpa bahan tambahan makanan yang
diizinkan (SNI 01-4315-1996). Buah
pisang yang akan dibuat menjadi keripik
dipilih yang matang, dipilih jenis pisang
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 1
SOP Keripik Pisang Didit Haryanto et
Nangka, Kapas dan jenis pisang al
olahan lainnya. Manfaat pengolahan
pisang menjadi keripik pisang adalah
untuk memberikan nilai tambah dan
memperpanjang kemanfaatan buah
pisang, selain itu keripik pisang juga
memiliki nilai gizi yang cukup tinggi
sehingga baik untuk dijadikan
camilan.
Industri pengolahan keripik
pisang di Bandar Lampung sebagian

2 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
besar merupakan industri rumah tangga dibuat berdasarkan review terhadap
dengan pengawasan mutu yang tidak prosedur yang ada dan kemudian
maksimal,sehingga mutu yang dihasilkan disesuaikan agar diperoleh produk yang
belum konsisten dan tidak memenuhi berkualitas dan konsisten. Penelitian ini
syarat mutu keripik pisang. Industri melakukan penyusunan Draft SOP pada
pengolahan keripik pisang juga belum industri keripik pisang di jalan Pagar
bisa memenuhi tuntutan konsumen yang Alam Kedaton. Hasil draft SOP
menginginkan jaminan mutu keripik pengolahan keripik pisang pada
yang dihasilkan. Berdasarkan survei penelitian ini diharapkan dapat ditindak
lapangan yang penulis lakukan terhadap lanjuti menjadi SOP pengolahan oleh
salah satu industri keripik pisang di jalan pihak yang berwenang sehingga dapat
Pagar Alam Kedaton terlihat bahwa diterapkan industri skala rumah tangga.
industry tersebut belum menerapkan
prinsip- prinsip Good Manufacturing METODE PENELITIAN
Practice (GMP) terlihat pada sanitasi Penelitian ini dilaksanakan di
alat, pekerja dan lingkungan proses Industri keripik pisang Bapak Heriyanto
produksi yang tidak terjaga. di Jalan Pagar Alam atau Gang PU
Good Manufacturing Practice Kecamatan Kedaton Bandar Lampung,
(GMP) merupakan suatu pedoman cara Laboratorium AHP (Analisis Hasil
memproduksi makanan yang bertujuan Pertanian) Universitas Lampung Fakultas
agar produsen memenuhi persyaratan Pertanian dan Laboratorium Tempat Uji
yang telah ditentukan untuk Kompetensi (TUK) SMK-SMTI Bandar
menghasilkan produk makanan yang Lampung pada bulan Januari – Mei
bermutu sesuai dengan tuntutan 2012. Peralatan dan bahan
konsumen. Cara produksi pangan yang yang digunakan pada
baik (CPPB) merupakan salah satu faktor penelitian ini meliputi, peralatan
yang penting untuk memenuhi standar produksi keripik pisang, pisang dan
mutu atau persyaratan yang ditetapkan minyak goreng. Peralatan analisis
untuk pangan. Cara produksi pangan meliputi uji kadar air, lemak, abu,
yang baik (CPPB) sangat berguna bagi keutuhan dan kuesioner untuk uji
kelangsungan hidup industri pangan baik organoleptik yang meliputi warna, rasa
yang berskala kecil, sedang, maupun dan aroma dan tekstur keripik pisang.
yang berskala besar. Dalam penerapan Penelitian ini melalui empat
GMP industri pangan harus mempunyai tahapan, yaitu (1) observasi lapang untuk
manual mutu (rencana GMP) serta mengamati proses yang meliputi kondisi
mempunyai Standard Operating sanitasi, spesifikasi alat dan deskripsi
Procedure (SOP) untuk setiap kegiatan langkah proses pengolahan keripik
,salah satu kegiatan utama yaitu proses pisang. (2) penentuan titik kritis dan
pengolahan. SOP pengolahan tersebut optimasi kondisinya. Penentuan titik
menjadi acuan bagi industri pangan kendali kritis (TKK) dibantu dengan
dalam proses pengolahan. menggunakan pohon keputusan. (3)
SOP merupakan tata cara atau penyusunan draft SOP pengolahan
tahapan yang dibakukan dan harus keripik pisang, (4) uji coba draft (SOP),
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses draft SOP keripik pisang yang telah
kerja tertentu (U.S. EPA.,2007). Draft disusun diterapkan di unit usaha keripik
SOP
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 3
SOP Keripik Pisang Didit Haryanto et
pisang jalan Z.A.Pagar Alam. al

4 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
Pengamatan dilakukan terhadap sampel CPPB-IRT tahun 2002. Beberapa poin
keripik pisang sebelum dan setelah yang tidak sesuai disajikan Tabel 1.
penerapan SOP masing-masing tiga kali
sampling, meliputi mutu produk (kadar 2. Spesifikasi Alat dan Kondisi
air, kadar abu, kadar lemak, keutuhan Sanitasinya
dan uji organoleptik). Hasil pengamatan Menurut CPPB-IRT (2002),
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik peralatan produksi industri rumah tangga
kemudian dianalisis secara deskriptif. terbuat dari bahan yang kuat, tidak
berkarat, mudah dibongkar pasang
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga mudah dibersihkan. Berikut
Observasi Lapang
merupakan peralatan yang digunakan
Observasi lapang dilakukan melalui dalam pengolahan keripik pisang di IRT
pengamatan dan pencatatan kondisi kecamatan Kedaton yaitu baskom,
proses pembuatan keripik pisang pada keranjang, pisau, alat pengupas(terbuat
industri rumah tangga milik Bapak dari kayu),tampah dan irik (anyaman
Heriyanto di Jl. Z.A. Pagar Alam Bandar bambu), slicer, wajan, tirisan, ember,
Lampung selama lima pekan. Proses sealer, tungku dan kayu bakar. Secara
yang diamati meliputi sanitasi, umum alat-alat tersebut kurang terjaga
spesifikasi alat, bahan baku pisang dan kebersihannya dan ada yang berkarat.
bahan lain yang digunakan serta
3. Bahan Baku Utama
deskripsi langkah proses pembuatan
Bahan baku yang digunakan ialah
keripik pisang. Selain itu dilakukan juga
pisang yang mature dari berbagai jenis
uji terhadap mutu keripik pisang yang
pisang olahan, seperti pisang kepok,
meliputi kadar air, kadar abu, kadar
tanduk, nangka, kapas, dan jenis pisang
lemak dan sifat organoleptik (rasa dan
olahan lainnya. Syarat mutu bahan baku
aroma, warna dan tekstur).
pisang antara lain:
1. Kondisi Sanitasi 1. Bebas hama penyakit
2. Bebas bau busuk,asam,apek dan
Kondisi sanitasi di unit usaha ini
belum memenuhi syarat Cara Produksi bau asing lainnya
Pangan yang Baik untuk Industri Rumah 3. Bebas dari bahan kimia seperti
Tangga (CPPB-IRT). Hal ini dapat insektisida dan fungisida
dilihat dari hasil penilaian yang 4. Memiliki suhu normal.
mengacu pada
Tabel 1. Perbandingan Kondisi Unit Usaha dengan CPPB-IRT
Kondisi Unit Usaha Keripik Pisang CPPB-IRT
Ruang Produksi
a. Lantai Tidak kedap air, tidak rata, Kedap air, rata, halus, tidak
tidak licin, kuat, dibuat miring
bersih agar mudah dibersihkan
Kedap air, rata, halus,
b. Dinding Tidak kedap air, tidak rata, berwarna terang, tahan lama,
tidak tidak mudah mengelupas, dan
bersih, salah satu sisi terbuka kuat
c. Langit-langit Tidak ada, berlubang terbuat dari bahan tahan lama,
tidak bocor, tidak berlubang,
dan tidak mudah mengelupas

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 5


SOP Keripik Pisang Didit Haryanto et
d. Pintu, Jendela, Tidak ada pintu dan jendela, al lama, tidak
Bahan tahan
dan lubang ada lubang angin tapi kotor mudah pecah, rata, halus,
berwarna

6 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
angin terang, dapat dibuka tutup, ada
kasa yang dapat dilepas
Sanitasi
a. Alat cuci Tersedia, tapi kurang bersih Tersedia alat cuci/pembersih
dan selalu dalam keadaan bersih
b. Tempat cuci Tersedia, tapi kurang bersih Ada tempat cuci tangan lengkap
tangan dengan sabun dan lap bersih
c. Toilet/WC Tersedia, pintu selalu Jumlahnya cukup, pintu selalu
tertutup, tertutup dan dalam keadaan
kurang bersih bersih
d. Penanggung Tidak ada penanggung jawab Ada penanggung jawab
Jawab khusus kegiatan dan pengawasan
rutin
Pengendalian Hama
a. Hewan Berkeliaran di ruang produksi Hewan peliharaan tidak
Peliharaan berkeliaran di sarana produksi
b. Pencegahan Tidak ada pencegahan Ada upaya mencegah masuknya
hama masuk hama dan tidak terlihat
indikasi adanya hama
c. Pemberantasan Tidak ada pemberantasan hama Upaya memberantas hama tidak
hama mencemari pangan
Kebersihan Karyawan
a. Badan Karyawan kurang menjaga Semua karyawan selalu
kebersihan badan menjaga kebersihan badan
b. Pakaian Kurang bersih, karyawan Pakaian/perlengkapan kerja
pria selalu dalam keadaan bersih
terkadang tak berbaju
c. Tangan Tidak bersih Semua karyawan mencuci
tangan dengan benar dan
tepat
d. Perawatan luka Tidak ditutup/ditutup tapi tidak Luka di balut dengan
bersih perban atau plester
berwarna terang

4. Bahan Baku Penolong goreng baru apabila volume minyak dalam


a. Air wajan (penggorengan) sudah
banyak berkurang.
Air harus memenuhi persyaratan air
bersih sesuai standar Permenkes RI No.
416/MENKES/PERK/ IX/1990. Hasil
Pengamatan dan pengujian air yang
digunakan unit usaha untuk pengolahan
keripik pisang tidak berwarna/jernih,
tidak berasa dan tidak berbau.

b. Minyak Goreng
Minyak goreng yang digunakan
berupa minyak goreng curah. Selain itu
minyak goreng yang digunakan tidak
mengalami proses penggantian, atau
hanya mengalami penambahan minyak
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 13
SOP Keripik Didit Haryanto et
c. Bumbu
Persyaratan bahan tambahan
pangan mengacu pada SNI No.01-
0222-1995 seperti gula halus, garam
halus, cabe bubuk, coklat bubuk yang
sudah diolah, seasoning (bumbu siap
saji). Bahan yang ditambahkan dalam
pembuatan keripik pisang yaitu, Gula
pasir berfungsi sebagai pemberi rasa
manis pada keripik pisang. Gula yang
digunakan harus bermutu baik, yaitu
kering, tidak bau apek atau masam,
tidak nampak adanya ampas atau
bahan asing dan berwarna putih.
Standar gula kristal putih mengacu
pada SNI No.01- 3140-2001. Garam
dapur berfungsi untuk memberi rasa
asin pada keripik pisang, garam yang
digunakan adalah garam beryoduim
dengan mutu sesuai SNI No.01-3556-
2000. Bumbu siap saji

13 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
(seasoning) diberikan pada keripik mengurangi minyak goreng yang
pisang dengan cara ditaburkan. Bumbu terkandung dalam keripik pisang setelah
yang berbentuk tepung atau serbuk
memiliki rasa coklat, keju, vanilla dan
lain-lain. Bumbu yang digunakan sesuai
dengan SNI No.01-0222-1995.
5. Proses Pengolahan
a. Perendaman
Pisang yang sudah dipisahkan dari
tandan dimasukan kedalam bak berisi air.
Perendaman bertujuan untuk
membersihkan kotoran yang ada dari
bahan baku pisang, selain itu
perendaman juga dapat mempermudah
proses pengupasan karna air dapat
mengurangi getah kulit yang menempel
ditangan pada saat dikupas, sehingga
daging buah dapat lebih terjaga dari
kontaminan kotoran maupun getah
pisang.
b. Pengupasan dan Pengirisan
Pada tahap ini pisang yang telah
dicuci dikupas menggunakan pisau dan
alat pengupas. Tujuan proses
pengupasan adalah memisahkan kulit
dengan buahnya. Setelah itu diiris tipis
2-3 mm menggunakan parutan pisang,
sehingga terbentuk lembaran-lembaran
tipis buah pisang agar bisa dilakukan
proses selanjutnya.
c. Penggorengan
Pisang yang sudah berbentuk
lembaran tipis, digoreng untuk
mengurangi kadar airnya dan
membentuk keripik pisang dengan
tekstur pisang yang berubah dari
lembut dan berair menjadi kering dan
renyah. Pada proses ini dilakukan
penggorengan sebanyak 2 kali, dan
digunakan api yang besar untuk
menghasilkan keripik yang renyah
selama 4-6 menit dengan kapasitas 2-3
kg sekali menggoreng.
d. Penirisan Minyak
Proses penirisan bertujuan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 13


SOP Keripik Didit Haryanto et
proses penggorengan. Penirisan kemungkinan adanya bahaya pada
dilakukan dengan menumpuk keripik produk tidak diperhatikan. Penggunaan
di alat peniris hingga minyak yang minyak IRT
tersisa turun kembali ke
penggorengan, kemudian ditumpuk
untuk penirisan lanjutan.
e. Pendinginan
Pada tahap ini keripik pisang
didinginkan ± 30 menit dengan
kondisi ember belum ditutup rapat
dan sekaligus disimpan pada wadah
yang sama, yaitu ember besar yang
memiliki tutup. Setelah dingin ember
ditutup rapat.
f. Pemberian Bumbu
Tahap pemberian bumbu
merupakan tahapan dimana keripik
pisang mengalami peningkatan cita
rasa dan aroma keripik pisang. Hal
ini bertujuan untuk memberikan nilai
lebih pada keripik pisang yang
dibuat sesuai dengan keinginan
konsumen atau mengikuti tren pasar
yang sedang laku.
Penentuan Tahapan Kritis
dan Optimasi Kondisinya
1. Penentuan Tahapan Kritis
Penentuan tahapan kritis dapat
dibantu dengan pohon keputusan yang
menyatakan pendekatan pemikiran
logis. Analisis pohon keputusan pada
setiap tahap menghasilkan titik kritis
pengolahan keripik pisang di unit
usaha rumah tangga Kedaton yaitu
pemilihan minyak goreng
(penggorengan) dan tahap penirisan
minyak.
Pada penggunaan minyak goreng
tidak dilakukan pemilihan terhadap
penggunaan minyak yang memiliki
standar mutu (SNI) dan penggorengan
dilakakukan berkali-kali tanpa
mengganti minyak goreng akan tetapi
hanya menambahkan minyak goreng
sehingga penanggulangan terhadap

13 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
keripik pisang di Kedaton hanya Pada IRT pengolahan keripik pisang
mengutamakan pada faktor ekonomis. di Kedaton, proses penirisan dilakukan
Tahap penirisan minyak pada IRT dengan menumpuk keripik yang sudah
pengolahan keripik pisang Kedaton juga digoreng pada alat tirisan kemudian
merupakan tahap kritis, mengingat pada dilanjutkan dengan menumpuknya di
tahap ini terjadi pengurangan minyak atas irik. Pada penirisan awal, dilakukan
goreng yang tertinggal dalam keripik selama ± 5 menit, dengan tujuan agar
pisang setelah penggorengan. Menurut minyak goreng yang tertinggal dapat
SNI No. 01-4315-1996 tentang menetes ke dalam wajan kembali.
kandungan lemak yang ada pada keripik
pisang maksimal 30%, maka banyaknya Penyusunan draft SOP Pengolahan
Keripik Pisang
minyak yang tertinggal pada keripik
pisang akan berbanding lurus dengan 1. Tujuan
kadar lemaknya. Pada proses penirisan Tujuan dari SOP pengolahan keripik
yang dilakukan IRT pengolahan keripik pisang yaitu menjamin bahwa produk
pisang, keripik ditumpuk pada tirisan dan keripik pisang yang dihasilkan
pada irik sehingga menghambat proses memenuhi mutu yang diinginkan dan
turunnya minyak yang tertinggal pada konsisten.
keripik. Kondisi ini menyebabkan kadar 2. Ruang Lingkup
lemak pada keripik pisang tinggi dan Standar ini berlaku untuk pembuatan
tidak seragam berdasarkan posisinya saat keripik pisang pada industri skala rumah
ditumpuk, meskipun keripik tersebut tangga. Prosedur operasional pengolahan
digoreng dalam 1 wajan. keripik pisang meliputi penyiapan bahan
2. Kondisi Optimal baku utama, penyiapan bahan baku
penolong, penyiapan peralatan dan
Pengolahan keripik pisang di IRT kemasan, dan proses pengolahan.
sentra keripik Kedaton memiliki kondisi
yang beragam di tiap tahap proses 3. Prosedur
produksinya. Baik itu bahan penolong a. Penyiapan Bahan Baku Utama
yang digunakan, ataupun lamanya tahap 1. Pisang
tersebut berjalan. Berdasarkan Pisang yang digunakan ialah pisang
pengamatan selama lima pekan, kepok, tanduk atau pisang olahan lainnya
percobaan dan studi literatur maka yang mature. Pada prosedur ini harus
didapat kondisi optimal sebagai berikut. melewati tahap sortasi untuk
Lama proses penggorengan yang memisahkan pisang yang rusak atau
dilakukan di IRT sentra keripik Kedaton cacat, busuk, ukuran atau tingkat
menggunakan api besar selama 4-6 menit kematangan tidak sesuai persyaratan.
sampai keripik matang sempurna atau b. Penyiapan Bahan Baku Penolong
saat pisang telah berubah warna menjadi 1. Air
keemasan. Pada tahap ini minyak goreng Air dalam pembuatan keripik pisang
perlu diganti setelah penggorengan ke digunakan pada proses pencucian. Air
15- yang digunakan harus memenuhi
16 kali karna warna minyak sudah persyaratan air bersih sesuai standar
berubah menjadi kuning kecoklatan. Permenkes RI No. 416/MENKES/
Pisang yang digoreng sebanyak 3-4 Kg PERK/IX/1990. Air tersebut tidak
dalam sekali proses penggorengan. berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 13
SOP Keripik Didit Haryanto et
tidak mengandung zat yang memiliki rasa coklat, keju, vanilla dan
membahayakan. Analisis air yang lain-lain. Bumbu yang digunakan sesuai
digunakan dalam pengolahan pangan dengan SNI No.01-0222-1995.
secara periodik perlu dilakukan, terutama
2. Penyiapan Peralatan
untuk mendeteksi bahan-bahan yang
Peralatan yang digunakan untuk
dapat membahayakan atau menimbulkan
pembuatan keripik pisang antara lain:
kesulitan dalam proses produksi. Bila
1. Baskom
ditemui air agak keruh, secara sederhana
2. Keranjang
dapat diatasi dengan melakukan
3. Pisau
penyaringan atau pengendapan. 4. Alat Pengupas
Penyaringan sederhana dapat dilakukan 5. Slicer
dengan menggunakan kain kasa bersih 6. Tampah
sebagai penyaring. 7. Wajan
2. Minyak Goreng 8. Tirisan
9. Irik
Minyak goreng yang digunakan
10. Tungku kayu
sebaiknya minyak goreng yang bermutu 11. Ember
baik (jernih dan tidak tengik) sesuai SNI 12. Sealer
01-3741-2002. Penggunaan minyak 13. Plastik kemasan
goreng dengan kualitas rendah akan
Peralatan yang digunakan harus
menghasilkan keripik yang tidak tahan
selalu dalam keadaan bersih, untuk
lama atau cepat tengik. Penggunaan
menjamin kebersihan dan kesehatan
minyak goreng maksimal 16 kali
keripik yang dihasilkan. Untuk menjaga
penggorengan.
peralatan selalu siap digunakan maka
3. Bumbu perlu dilakukan pencucian peralatan
Persyaratan bahan tambahan pangan yang teratur dan terjadwal secara
mengacu pada SNI No.01-0222-1995 sistematik agar tidak mengganggu jadwal
seperti gula halus, garam halus, cabe produksi keripik pisang.
bubuk, coklat bubuk yang sudah diolah,
3. Proses Pengolahan
seasoning (bumbu siap saji). Bahan yang
ditambahkan dalam pembuatan keripik Proses pengolahan keripik pisang
pisang adalah Gula pasir yang berfungsi yang dilakukan adalah dengan metode
sebagai pemberi rasa manis pada keripik penggorengan biasa.
pisang. Gula yang digunakan harus 1. Pengupasan dan Pengirisan
bermutu baik, yaitu kering, tidak bau Pisang yang telah dicuci dan
apek atau masam, tidak nampak adanya disortasi pada tahap penyiapan bahan
ampas atau bahan asing dan berwarna baku dikupas, kemudian diiris tipis-tipis
putih. Standar gula kristal putih mengacu (tebal 2-3 mm) secara memanjang atau
pada SNI No.01-3140-2001. Garam melintang. Hasil irisan pisang tersebut
dapur berfungsi memberi rasa asin pada langsung ditampung dalam tampah
keripik pisang. Garam yang digunakan sambil tampah diputar dan di geser agar
adalah garam beryodium dengan mutu pisang yang jatuh dari parutan tidak
sesuai SNI No.01-3556-2000. Bumbu menumpuk menjadi satu. Tenggang
siap saji (seasoning) diberikan pada waktu antara proses pengirisan dengan
keripik pisang dengan cara ditaburkan. penggorengan maksimal 10 menit, untuk
Bumbu berbentuk tepung atau serbuk

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
menghindari perubahan warna pisang memiliki penutup, dan setelah dingin
atau browning enzimatis. ditutup rapat. Ember ini selain sebagai
2. Penggorengan tempat pendinginan sekaligus sebagai
Irisan buah pisang dari tahap wadah penyimpanannya.
sebelumnya digoreng menggunakan 5. Pemberian Bumbu
minyak yang sesuai SNI 01-4481-2002. Pemberian bumbu dilakukan untuk
Minyak goreng yang dibutuhkan menambahkan cita rasa yang bermacam-
jumlahnya harus banyak, agar semua macam pada keripik pisang, sehingga
bahan pisang dapat terendam saat mampu melayani konsumen yang
digoreng. Perbandingan antara minyak memiliki selera berbeda-beda. Pemberian
goreng dengan pisang adalah 1 Kg irisan bumbu ini dilakukan setelah keripik
pisang membutuhkan 3 liter minyak pisang dingin dengan cara menaburkan
goreng. Irisan pisang dimasukan bumbu berbentuk serbuk ke dalam
penggorengan saat minyak sudah panas . kantong plastik yang berisi keripik
Selama proses penggorengan dilakukan pisang, kemudian diguncang-guncang
pengadukan secara pelan-pelan. (shaking) agar bumbu menyebar secara
Penggorengan dilakukan satu kali sampai merata. Bumbu yang diberikan
keripik cukup kering dan garing yang menyesuaikan permintaan konsumen
ditandai dengan perubahan warna pisang atau bumbu yang diberikan mengikuti
menjadi kuning keemasan. Kapasitas tren pasar yang sedang laku.
penggorengan adalah 3 - 4 kg dalam
sekali proses penggorengan. 6. Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan secara
3. Penirisan Minyak curah sebelum pemasaran atau saat
Hasil penggorengan pertama keripik pisang dibeli oleh konsumen
ditiriskan menggunakan tirisan, tirisan sesuai dengan banyaknya permintaan.
yang digunakan terbuat dari bahan Kemasan yang disediakan terbuat dari
alumunium bukan dari bambu, sebab plastik (PP/polyprophylene) yang
bambu mampu menyerap minyak memiliki ketebalan 0,6-0,8 mm dengan
sehingga keripik pada bagian bawah kapasitas antara 250 g dan 500 g yang
akan terkena minyak yang menempel telah dicetak merk keripik pisang. Sesuai
pada tirisan berbahan bambu. Keripik dengan PP No.69 tahun 1999 label pada
hasil penggorengan didiamkan di atas kemasan sekurang-kurangnya harus
tirisan sampai minyak yang tertinggal mencantumkan nama produk, berat
menetes tuntas. Selain itu penirisan tidak bersih, masa kadaluwarsa, komposisi
boleh ditumpuk terlalu banyak, sebab bahan baku dan informasi/alamat tempat
akan menghambat menetesnya minyak pembuatan produk.
secara tuntas. Secara sistematis proses pengolahan
4. Pendinginan keripik pisang yang menggunakan draft
Keripik yang telah selesai diolah SOP dapat dilihat pada Gambar 1.
didinginkan di dalam ember besar yang

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 14


SOP Keripik Didit Haryanto et

Gambar 1. Diagram alir pengolahan keripik pisang sesuai draft


SOP

C. Uji Coba SOP


akhir dan alat-alat yang bukan
Draft SOP yang telah disusun diterapkan merupakan peralatan produksi.
di IRT sentra keripik Kedaton. Adapun 3. Penggunaan minyak goreng yang
beberapa hal yang diperbaiki dalam berstandar mutu SNI dengan
proses pembuatan keripik pisang adalah melakukan pergantian minyak
sebagai berikut: goreng apabila warnanya telah
1. Melakukan sortasi bahan baku coklat atau setelah 16 kali
terlebih dahulu sebelum memulai penggorengan.
proses produksi. Sortasi yang 4. Melakukan penirisan dengan tidak
dimaksud berupa pemisahan pisang menumpuk keripik pisang yang baru
yang rusak, kotoran dan benda asing selesai digoreng.
lain. Produk yang dihasilkan kemudian
2. Mencuci peralatan produksi sesudah diamati kadar air, abu dan lemaknya
pemakaian dan penyimpanannya serta dilakukan uji organoleptik untuk
terpisah dengan bahan baku, produk kemudian dibandingkan dengan produk
sebelum SOP dicobakan. Hasil uji
produk keripik pisang sebelum dan

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
sesudah penerapan SOP disajikan
pada Tabel 2.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 14


SOP Keripik Didit Haryanto et
Tabel 2. Hasil Pengujian produk keripik pisang sebelum dan sesudah penerapan SOP
Parameter Sebelum Standar Sesudah Standar Standar
SOP Deviasi SOP Deviasi (SNI)
Kadar Air (%) 0,146 0.016 0,165 0.016 Max 6
Kadar Abu (%) 1,880 0.964 1,348 0.305 Max 8
Kadar Lemak 39,310 0.746 27,896 0.696 Max 30
(%)
Keutuhan (%) 83 2 92 2.646 Min 70
Uji Organoleptik
- Warna Kuning 0.7654 Kuning 0.0500 Normal
kecoklatan keemasan
- RasaAroma Agak khas 0.3753 Khas pisang 0.1803 Khas pisang
keripik
pisang
- Tekstur Renyah 0.6245 Renyah 0.1732 Renyah
Keterangan: data sebelum SOP merupakan rata-rata dari tiga kali sampling produk keripik pisang

Kadar Air jelantah dibanding minyak


Air merupakan komponen penting goreng yang baru. Sehingga pada proses
dalam bahan makanan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur,
serta cita rasa makanan tersebut.
Kandungan air dalam keripik pisang ikut
menentukan tingkat penerimaan,
terutama kerenyahan, dan daya tahan
keripik pisang tersebut. Menurut SNI 01-
4315- 1996 syarat mutu keripik pisang
memiliki kadar air (b/b) maksimal 6 %.
Dari hasil pengujian diperoleh produk
keripik pisang yang dalam prosesnya
telah menerapkan SOP maupun belum
menerapkan SOP telah memenuhi syarat
mutu (< 6%).
Kadar Abu
Kadar abu keripik pisang
menurut syarat mutu keripik pisang
dalam SNI 01- 4315-1996 maksimal 2 %
(b/b). Data hasil pengujian menunjukkan
bahwa baik keripik pisang yang telah
menerapkan dan tidak menerapkan SOP
dalam pengolahannya sudah sesuai
dengan SNI 01-4315-1996. Kadar abu
pada keripik pisang yang diolah
menggunakan SOP lebih kecil
dibandingkan dengan pengolahan tanpa
SOP, hal ini disebabkan karena
kandungan anorganik yang tidak
menguap lebih banyak pada minyak

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
penggorengan kandungan anorganik
ini menempel pada keripik pisang.
Kadar Lemak
Data hasil
pengujian
menunjukkan bahwa keripik pisang
yang belum menerapkan SOP dalam
pengolahannya tidak sesuai dengan
SNI 01-4315-1996 (39,3098%)
sedangkan
keripik pisang yang diolah dengan
menerapkan draft SOP memiliki kadar
lemak yang masuk dalam syarat mutu
yaitu 27,8955%. Hal ini disebabkan
oleh penerapan SOP, yang
menggunakan minyak goreng sesuai
SNI dan mengganti minyak yang telah
jenuh, serta proses penirisan yang
tidak menumpuk tebal keripik pisang.
Sehingga kadar lemak keripik
pisangnya lebih kecil dibanding
keripik pisang yang dibuat tanpa
menerapkan SOP.
Keutuhan
Keutuhan dinilai berdasarkan
bagian yang utuh dari keseluruhan isi
kemasan, keutuhan dilakukan dengan
memisahkan yang utuh lalu
ditimbang. Berdasarkan pengujian
keutuhan terhadap keripik pisang yang
diolah sesuai draft SOP memiliki nilai
89 %, sedangkan nilai keutuhan
keripik pisang yang diolah belum
menggunakan SOP adalah 83%. Hal
ini disebabkan karena pada

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 14


SOP Keripik Didit Haryanto et
pengolahan menggunakan draft SOP, Berdasarkan hasil uji organoleptik
dilakukan sortasi untuk memilih pisang diketahui bahwa rasa dan aroma keripik
yang memiliki kondisi baik, sehingga pisang yang diproduksi dengan mengacu
setelah digoreng menjadi renyah tapi pada draft SOP berbeda nyata dengan
tidak mudah remuk/hancur. Selain itu keripik pisang yang diproduksi tanpa
keutuhan juga ditentukan dari lama SOP dengan skor rata-rata 4,4 (khas
penggorengan, yaitu sekitar 5-6 menit. keripik pisang) berbanding 3,3 (agak
Apabila proses penggorengan lebih lama khas keripik pisang). Rasa dan aroma
akan membuat teksturnya makin kering keripik pisang dipengaruhi oleh dua
dan mudah remuk yang menimbulkan faktor, yaitu kualitas dan tingkat
prosentase keutuhan yang kecil. Tetapi kematangan buah pisang yang digunakan
bila kurang dari 5 menit keripik pisang dan minyak goreng yang digunakan.
masih banyak mengandung air, sehingga Tahap sortasi merupakan pemilihan buah
tidak renyah. pisang yang baik dan layak untuk keripik
Uji Organoleptik pisang.
Pisang yang baik akan menghasilkan
Warna keripik pisang sangat
keripik pisang yang memiliki rasa dan
dipengaruhi oleh kualitas minyak
aroma yang khas pisang. Sedangkan
goreng. Minyak goreng yang digunakan
minyak goreng yang sudah jenuh atau
pada pembuatan keripik pisang
minyak jelantah akan menghasilkan
mengikuti SOP adalah minyak yang
aroma keripik pisang yang tengik.
sesuai SNI dan diganti pada saat sebelum
Berdasarkan hasil uji organoleptik
warnanya kecoklatan. Warna minyak
diketahui bahwa tekstur keripik pisang
goreng yang coklat menandakan bahwa
yang diproduksi dengan mengacu pada
kandungan asam lemaknya sudah jenuh,
draft SOP berbeda nyata dengan produk
minyak ini disebut juga jelantah. Warna
keripik pisang yang diproduksi tanpa
pada jelantah ini juga akan berpengaruh
SOP dengan rata-rata 4,2 (renyah)
terhadap warna keripik pisang.
berbanding 3,5 (renyah). Tekstur pisang
Pengolahan keripik pisang yang ditentukan oleh kandungan glukosa yang
belum menerapkan SOP, minyak goreng terdiri dari amilase dan amilopektin.
tidak mengalami penggantian minyak
Tekstur keripik pisang sangat
baru, melainkan minyak baru
ditentukan oleh lamanya proses
ditambahkan dan dicampur ke dalam
penggorengan dan minyak goreng yang
minyak yang sudah jenuh. Hal ini
digunakan. Tekstur yang renyah
mengakibatkan warna keripik pisang
diperoleh dengan penggorengan sekitar 4-
yang berdasarkan SOP adalah kuning
5 menit.
pucat, sedangkan keripik pisang yang
Perbedaan tekstur keripik pisang
dibuat tanpa SOP adalah kuning
yang diolah sebelum dan setelah
kecoklatan.
penerapan SOP terjadi karena perbedaan
Hasil uji organoleptik menunjukan
perlakuan terhadap bahan baku pisang.
bahwa warna khas keripik pisang yang
Pisang yang diolah menggunakan SOP
diolah dengan SOP dibanding dengan
melewati tahap sortasi, sehingga dipilih
tanpa SOP berbeda nyata dengan rata-
pisang yang mature.
rata skor 4,3 (warna kuning pucat)
berbanding 3,3 (kuning kecoklatan).

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September


Didit Haryanto et SOP Keripik
Pisang yang mature ini memiliki DAFTAR PUSTAKA
tekstur yang renyah setelah menjadi
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
keripik. Sedangkan pengolahan tanpa
2002. Pedoman Cara Produksi
menerapkan SOP tahap sortasi tidak
Pangan yang Baik untuk Industri
dilakukan sehingga pisang yang sudah Rumah Tangga (CPPB-IRT).
terlalu matang dan kurang matang ikut Jakarta.
diolah menjadi keripik pisang. BSN. 1995. Bahan Tambahan Makanan ,
SNI No. 01-0222-1995. Bahan
KESIMPULAN DAN SARAN standarisasi Nasional Jakarta.
BSN. 2002. Syarat Mutu Minyak goring
Kesimpulan SNI No. 01-3741-2002. Bahan
Berdasarkan pengamatan dan standarisasi Nasional Jakarta.
percobaan selama lima pekan di Industri BSN. 2007. Standar Mutu Keripik
Rumah Tangga Pembuatan Keripik Pisang SNI No. 01-4315-2001.
Pisang milik bapak Hariyanto Jl. Z.A Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta
Pagar Alam, Bandar Lampung dan studi
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
litelatur diperoleh kesimpulan sebagai RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan
berikut. (1) Telah disusun SOP Makanan. Binatara Aksara.
pengolahan keripik pisang, (2) Draft Jakarta. 58 hlm.
SOP pengolahan keripik pisang telah Dinas Perindustrian dan Perdagangan
diuji cobakan di unit usaha. Hasil uji Propinsi Lampung.2008. Data
coba menunjukkan bahwa keripik pisang Penyebaran Industri Kecil dan
Menengah Propinsi Lampung
yang diproduksi dengan mengacu draft
Tahun 2007. Dinas Perindustrian
SOP, secara konsisten telah sesuai
dan Perdagangan Propinsi
dengan persyaratan mutu SNI 01-4315- Lampung. Bandar Lampung
1996. Muchtadi, D. 1989. Protein Sumber dan
Teknologi. Pusat antar Universitas,
Saran
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Adapun saran pada penelitian ini Peraturan Menteri Kesehatatan RI No.
antara lain, perlu perbaikan sanitasi 416. 1990. Syarat-syarat Dan
menyeluruh meliputi sanitasi tempat, Penentuan Kualitas Air. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
peralatan dan pekerja. Perlu dilakukan
Jakarta.
tindaklanjut oleh instansi terkait agar Peraturan Pemerintah RI No.69. 1996.
draft SOP pengolahan keripik pisang Label dan Iklan Pangan. Presiden
dapat disempurnakan menjadi SOP Republik Indonesia. Jakarta.
sehingga dapat diterapkan dan diadopsi US. EPA. 2007. Guidance For Preparing
oleh sentra industri keripik pisang di Standard Operating procedure
Bandar Lampung. (SOP) Office of Environmental
Information. Washington DC.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 14

Anda mungkin juga menyukai