Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PROSEDUR DAN ATURAN

KERJA PADA BPR

GURU PEMBIMBING: NI WAYAN SARI, S.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK BPR KELAS X AK 1

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. I KADEK BAGUS PRAMANA (03)
2. I KADEK NOVA DWIPAYANA (06)
3. I KOMANG ARYA RADITYA PUTRA (07)
4. NI LUH PUTU PUTRI WARMAENI (22)

SMK NEGERI 2 DENPASAR


TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
laporan tentang "BPR".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini dan masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan Terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. PEDOMAN PENDIRIAN BPR......................................................................................5
B. PEDOMAN KEPENGURUSAN BPR...........................................................................6
C. PEDOMAN PROSES BPR.............................................................................................9
D. PEDOMAN ATURAN KERJA BPR...........................................................................10
E. FLOWCHART BPR.....................................................................................................12
1. FUNGSI-FUNGSI FLOWCHART...........................................................................12
2. FLOWCHART PROSEDUR PEMINJAMAN DI BPR...........................................13
3. FLOWCHART PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DI BPR...............................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.............................................................................................................16
B. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kata etika berasal dari kata Yunani yaitu ethicos, yang berarti kebiasaan. Dengan
demikian pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata
cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Etika profesi adalah standar perilaku, nilai,
dan prinsip yang diharapkan dan diterapkan dalam suatu profesi. Etika profesi
merujuk pada seperangkat nilai-nilai, prinsip, dan norma-norma moral yang mengatur
perilaku dan tindakan individu dalam konteks profesinya.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. yang berarti kegiatan BPR jauh lebih
sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima
simpanan giro, kegiatan valas, dan perassuransian.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pedoman dalam pendirian BPR?
2. Bagaimana pedoman kepengurusan/tata kelola di BPR?
3. Bagaimana pedoman proses peminjaman pada BPR?
4. Bagaimana pedoman aturan kerja yang ditetapkan pada BPR?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1. Mengetahui bagaimana pedoman dan syarat pendirian BPR
2. Mengetahui bagaimana pedoman kepengurusan/tata kelola di BPR
3. Mengetahui bagaimana pedoman proses peminjaman pada BPR
4. Mengetahui bagaimana pedoman aturan kerja yang ditetapkan pada BPR

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEDOMAN PENDIRIAN BPR
Pada pendirian BPR juga diperlukan izin usaha dari Bank Indonesia sebagaimana
Bank Umum. Pada proses izin usaha dari Bank Indonesia diperlukan 2 tahap yaitu
tahap persetujuan prinsip dan perolehan izin usaha. Selama salah satu atau kedua
proses ini belum terpenuhi maka BPR tidak dapat melaksanakan kegiatan usaha
apapun di bidang perbankan. Syarat-syarat untuk mendirikan BPR diatur dalam SK
Direksi BI No.32/35/Kep/Dir, tentang Bank Perkreditan Rakyat tanggal 12 Mei 1999.
a. Syarat Umum, Modal, dan persetujuan Prinsip.
1. Syarat Umum Pendirian BPR menurut Peraturan Bank Indonesia No.
8/26/PBI/2006 dijabarkan dalam PASAL 3:
a) BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia.
b) BPR hanya dapat didirikan oleh:
1) Warga Negara Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara
Indonesia;
2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara
Indonesia;
3) Pemerintah Daerah
4) Dua pihak atau lebih
sebagaimana dimaksud di bagian a dan b
PASAL 4
(1) Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan paling sedikit sebesar:
a. Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
b. Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
ibukota provinsi di pulau Jawa dan Bali dan di wilayah Kabupaten atau
Kotamadya Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
c. Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
ibukota provinsi di luar pulau Jawa dan Bali dan di wilayah pulau Jawa
dan Bali di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a dan b.
d. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi BPR yang didirikan di
wilayah lain di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a, huruf
b dan huruf c.
(2) Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang perkoperasian.
(3) Paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor BPR wajib
digunakan untuk modal kerja.

5
B. PEDOMAN KEPENGURUSAN BPR

MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR


4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BANK
PERKREDITAN RAKYAT. Yang bertanggung jawab atas kepengurusan/tata
kelola BPR yaitu anggota Direksi, Dewan Komisaris, Komite Audit dan lain-
lain.
Pasal 10
(1) Direksi bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan BPR.
(2) Direksi wajib mengelola BPR sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawab sesuai dengan aturan Anggaran Dasar BPR dan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 12
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja
atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR,
auditor ekstern, hasil pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lainnya.

Pasal 15
Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 16
Direksi wajib mengungkapkan kebijakan BPR yang bersifat strategis di bidang
kepegawaian kepada pegawai

Pasal 17
Direksi dilarang menggunakan penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa
profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan:
a. untuk proyek bersifat khusus yang dari sisi karakteristik proyeknya
membutuhkan adanya konsultan;
b. didasari perjanjian yang jelas, yang paling sedikit mencakup ruang lingkup
pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan, dan jangka waktu
pekerjaan serta biaya;
c. perorangan dan/atau penyedia jasa profesional adalah Pihak Independen dan
memiliki kualifikasi untuk mengerjakan proyek yang bersifat khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Pasal 18
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat
waktu kepada Dewan Komisaris

6
Pasal 29
(1) Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya penerapan Tata
Kelola sesuai dalam Pasal 2 pada setiap kegiatan usaha BPR di
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Dewan Komisaris wajib mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis BPR.
(4) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Dewan Komisaris dilarang ikut serta dalam pengambilan keputusan
mengenai kegiatan operasional BPR, kecuali terkait dengan:
a. penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana ketentuan yang
mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR; dan
b. hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(5) Pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) merupakan bagian dari tugas pengawasan sehingga tetap menjadi
tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan tugas kepengurusan BPR.

Pasal 30
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan
audit dan rekomendasi dari satuan kerja atau pejabat yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan audit intern BPR, auditor ekstern, hasil pengawasan
Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan, dan/atau otoritas lainnya.

Pasal 31
Dewan Komisaris wajib memberitahukan:
a. pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan/atau
b. keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha BPR;
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
ditemukannya pelanggaran, keadaan atau perkiraan keadaan dimaksud.

7
Pasal 44
(1) Dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan, Komite Audit melakukan pemantauan dan
evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas
tindak lanjut hasil audit.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Komite Audit
paling sedikit melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik dengan standar
audit;
c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku
bagi BPR;
d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja
audit intern atau pejabat yang menangani audit intern, akuntan publik,
dan hasil pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lain.
(3) Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

8
C. PEDOMAN PROSES BPR

No.14/ 26 /DKBU Tanggal 19 September 2012


mengenai Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi Bank
Perkreditan Rakyat

Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan penting dimiliki oleh setiap BPR
dalam rangka:
1. Meningkatkan governance BPR terutama dalam pelaksanaan operasional
perkreditan.
2. Memastikan penerapan prinsip kehati-hatian dan azas-azas perkreditan yang
sehat dalam pelaksanaan perkreditan BPR.
3. Pelaksanaan mitigasi risiko terhadap penambahan jenis dan bentuk
pengikatan agunan yang dapat digunakan sebagai faktor pengurang dalam
pembentukan PPAP sebagaimana diatur dalam PBI No. 13/26/2011 dalam
rangka peningkatan akses kredit UMKM kepada BPR.

Syarat Pinjaman di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Untuk dapat mengajukan pinjaman pada BPR, terlebih dahulu Anda harus
mengetahui beberapa syarat dan ketentuannya. Misalnya saja, Anda harus
memiliki status profesi seperti karyawan, wirausahawan, dan profesional.

Terdapat perbedaan syarat lebih lanjut untuk ketiga status profesi tersebut,
namun pada umumnya syarat yang diterapkan oleh BPR bagi calon debitur
berupa perorangan adalah sebagai berikut:

 Fotokopi identitas diri (KTP).


 Fotokopi akta nikah bagi yang sudah menikah.
 Fotokopi kartu keluarga.
 Fotokopi buku tabungan atau rekening korang yang harus diterbitkan dari
pihak bank tempat calon debitur menabung selama 3 bulan terakhir.
 Fotokopi slip gaji.
 Fotokopi rekening listrik atau air.
 Surat berharga dari barang yang menjadi jaminan.

9
Tahapan/Proses Pinjaman di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
 memilih produk pinjaman yang akan diajukan
 memenuhi syarat dan ketentuan
 melengkapi dokumen
 mengisi formulir pengajuan kredit
 mengajukan jaminan jika dibutuhkan
 lolos Sistem Layanan Informasi Keuangan OJK
 memenuhi verifikasi

Tahapan/Proses Pemberian Kredit di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


 Permohonan Kredit
 Pencatatan Administrasi Kredit
 Peninjauan Nasabah
 Analisis Kredit
 Keputusan Mengenai Kredit
 Pencairan Kredit

D. PEDOMAN ATURAN KERJA BPR


Menurut SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
16/SEOJK.03/2015, Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pada Hari dan Waktu
Tertentu Di Luar Hari dan Jam Kerja Operasional, serta Pada Hari Libur
Nasional.
1. BPR harus menetapkan hari dan jam kerja operasional kantor
BPR.
2. Kantor BPR dapat melakukan kegiatan operasional pada hari
dan waktu tertentu di luar hari dan jam kerja operasional, serta
pada hari libur nasional

 Aturan Jam kerja di BPR

Hari Masuk dan Pulang Istirahat


Senin-Kamis 08.00-17.00 12.00-13.00
Jum’at 08.00-17.00 11.30-13.30

10
 Aturan Berpakaian
Senin: Kemeja Putih Celana Hitam
Selasa: Baju Batik Bawahan/ Celana Hitam
Rabu: Seragam Kantor
Kamis: Pakaian Adat
Jumat: Pakaian Kemeja Batik Kantor Bawahan Hitam

 Peraturan Kantor BPR


1. Pemanfaatan jam kerja secara efektif atau optimal wajib dilakukan demi
kepentingan Bank.Setiap karyawan wajib untuk mengisi absen dengan cara
chek out pada mesin sidik jari yang sudah di sediakan pada saat datang dan
pulang disore hari.
2. Apabila absen tidak diisi, maka Pegawai bersangkutan dianggap tidak
hadir dan ketidakhadirannya tersebut akan dikenakan sanksi dan akan
diperhitungkan sebagai beban cuti Karyawan bersangkutan.
3. Apabila Karyawan tidak masuk kerja tanpa keterangan tertulis dengan
bukti - bukti yang sah selam 5 (lima) hari kerja berturut – turut dan telah
dipanggil 2 kali oleh perusahaan, maka karyawan tersebut diputuskan
hubungan kerjanya sesuai prosedur Undang – Undang No. 13/2003 jo.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep – 150/ Men/200

11
E. FLOWCHART BPR
1. FUNGSI-FUNGSI FLOWCHART

2. FLOWCHART PROSEDUR PEMINJAMAN DI BPR

START

12
memilih produk pinjaman
yang akan diajukan

memenuhi syarat
dan ketentuan

melengkapi dokumen

JK

mengisi formulir
pengajuan kredit

mengajukan jaminan jika


dibutuhkan

13
lolos Sistem Layanan
Informasi Keuangan OJK

memenuhi verifikasi

STOP

14
3. FLOWCHART PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DI BPR

START

Pencatatan
Administrasi Kredit

Peninjauan Nasabah

Analisis Kredit

Keputusan Mengenai Kredit

Pencairan Kredit

STOP

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dimana
kegiatannya lebih sempit dari Bank Umum. BPR memiliki syarat-syarat dalam
pendiriannya yakni Syarat Umum, Modal, dan Persetujuan Prinsip.
Kemudian dilanjutkan dengan kepengurusan atau tata Kelola yang ada pada
BPR, yang terdiri dari:
 Direksi
 Dewan Komisaris
 Komite seperti Komite Audit dan Komite Pemantau Resiko
 Dan lain-lain
Semua struktur organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing terhadap pelaksanaan kegiatan Bank.
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam kegiatan peminjaman di BPR yakni
fotokopi identitas diri (KTP), fotokopi akta nikah bagi yang sudah menikah,
fotokopi kartu keluarga, fotokopi buku tabungan atau rekening koran yang
harus diterbitkan dari pihak bank tempat calon debitur menabung selama 3
bulan terakhir, fotokopi slip gaji, fotokopi rekening listrik atau air, surat
berharga dari barang yang menjadi jaminan.

Dan juga penetapan aturan jam dan hari kerja operasional sesuai SURAT
EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015,
serta penetapan aturan kantor yang telah disepakati oleh anggota dari Bank
tersebut.

16
B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Peraturan-Bank-Indonesia-Nomor-
622PBI2004/324.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/129033/Peraturan%20BI%20No.%208-26-PBI-
2006.pdf

https://ojk.go.id/id/regulasi/Pages/POJK-tentang-Penerapan-Tata-Kelola-bagi-Bank-Perkreditan-
Rakyat.aspx

https://ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-bank-indonesia/Pages/surat-edaran-
bank-indonesia-nomor-14-26-dkbu.aspx

https://ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/SEOJK-tentang-Bank-Perkreditan-Rakyat/SEOJK
%2016-2015%20-%20BPR.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai