DISUSUN OLEH:
KELOMPOK BPR KELAS X AK 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
laporan tentang "BPR".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini dan masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan Terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. PEDOMAN PENDIRIAN BPR......................................................................................5
B. PEDOMAN KEPENGURUSAN BPR...........................................................................6
C. PEDOMAN PROSES BPR.............................................................................................9
D. PEDOMAN ATURAN KERJA BPR...........................................................................10
E. FLOWCHART BPR.....................................................................................................12
1. FUNGSI-FUNGSI FLOWCHART...........................................................................12
2. FLOWCHART PROSEDUR PEMINJAMAN DI BPR...........................................13
3. FLOWCHART PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DI BPR...............................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.............................................................................................................16
B. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kata etika berasal dari kata Yunani yaitu ethicos, yang berarti kebiasaan. Dengan
demikian pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata
cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Etika profesi adalah standar perilaku, nilai,
dan prinsip yang diharapkan dan diterapkan dalam suatu profesi. Etika profesi
merujuk pada seperangkat nilai-nilai, prinsip, dan norma-norma moral yang mengatur
perilaku dan tindakan individu dalam konteks profesinya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. yang berarti kegiatan BPR jauh lebih
sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima
simpanan giro, kegiatan valas, dan perassuransian.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEDOMAN PENDIRIAN BPR
Pada pendirian BPR juga diperlukan izin usaha dari Bank Indonesia sebagaimana
Bank Umum. Pada proses izin usaha dari Bank Indonesia diperlukan 2 tahap yaitu
tahap persetujuan prinsip dan perolehan izin usaha. Selama salah satu atau kedua
proses ini belum terpenuhi maka BPR tidak dapat melaksanakan kegiatan usaha
apapun di bidang perbankan. Syarat-syarat untuk mendirikan BPR diatur dalam SK
Direksi BI No.32/35/Kep/Dir, tentang Bank Perkreditan Rakyat tanggal 12 Mei 1999.
a. Syarat Umum, Modal, dan persetujuan Prinsip.
1. Syarat Umum Pendirian BPR menurut Peraturan Bank Indonesia No.
8/26/PBI/2006 dijabarkan dalam PASAL 3:
a) BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia.
b) BPR hanya dapat didirikan oleh:
1) Warga Negara Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara
Indonesia;
2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara
Indonesia;
3) Pemerintah Daerah
4) Dua pihak atau lebih
sebagaimana dimaksud di bagian a dan b
PASAL 4
(1) Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan paling sedikit sebesar:
a. Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
b. Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
ibukota provinsi di pulau Jawa dan Bali dan di wilayah Kabupaten atau
Kotamadya Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
c. Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi BPR yang didirikan di
ibukota provinsi di luar pulau Jawa dan Bali dan di wilayah pulau Jawa
dan Bali di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a dan b.
d. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi BPR yang didirikan di
wilayah lain di luar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a, huruf
b dan huruf c.
(2) Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang perkoperasian.
(3) Paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor BPR wajib
digunakan untuk modal kerja.
5
B. PEDOMAN KEPENGURUSAN BPR
Pasal 12
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja
atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR,
auditor ekstern, hasil pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lainnya.
Pasal 15
Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
Direksi wajib mengungkapkan kebijakan BPR yang bersifat strategis di bidang
kepegawaian kepada pegawai
Pasal 17
Direksi dilarang menggunakan penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa
profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan:
a. untuk proyek bersifat khusus yang dari sisi karakteristik proyeknya
membutuhkan adanya konsultan;
b. didasari perjanjian yang jelas, yang paling sedikit mencakup ruang lingkup
pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan, dan jangka waktu
pekerjaan serta biaya;
c. perorangan dan/atau penyedia jasa profesional adalah Pihak Independen dan
memiliki kualifikasi untuk mengerjakan proyek yang bersifat khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
Pasal 18
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat
waktu kepada Dewan Komisaris
6
Pasal 29
(1) Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya penerapan Tata
Kelola sesuai dalam Pasal 2 pada setiap kegiatan usaha BPR di
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Dewan Komisaris wajib mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis BPR.
(4) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Dewan Komisaris dilarang ikut serta dalam pengambilan keputusan
mengenai kegiatan operasional BPR, kecuali terkait dengan:
a. penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana ketentuan yang
mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR; dan
b. hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(5) Pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) merupakan bagian dari tugas pengawasan sehingga tetap menjadi
tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan tugas kepengurusan BPR.
Pasal 30
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan
audit dan rekomendasi dari satuan kerja atau pejabat yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan audit intern BPR, auditor ekstern, hasil pengawasan
Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan, dan/atau otoritas lainnya.
Pasal 31
Dewan Komisaris wajib memberitahukan:
a. pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan/atau
b. keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha BPR;
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
ditemukannya pelanggaran, keadaan atau perkiraan keadaan dimaksud.
7
Pasal 44
(1) Dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan, Komite Audit melakukan pemantauan dan
evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas
tindak lanjut hasil audit.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Komite Audit
paling sedikit melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik dengan standar
audit;
c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku
bagi BPR;
d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja
audit intern atau pejabat yang menangani audit intern, akuntan publik,
dan hasil pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lain.
(3) Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
8
C. PEDOMAN PROSES BPR
Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan penting dimiliki oleh setiap BPR
dalam rangka:
1. Meningkatkan governance BPR terutama dalam pelaksanaan operasional
perkreditan.
2. Memastikan penerapan prinsip kehati-hatian dan azas-azas perkreditan yang
sehat dalam pelaksanaan perkreditan BPR.
3. Pelaksanaan mitigasi risiko terhadap penambahan jenis dan bentuk
pengikatan agunan yang dapat digunakan sebagai faktor pengurang dalam
pembentukan PPAP sebagaimana diatur dalam PBI No. 13/26/2011 dalam
rangka peningkatan akses kredit UMKM kepada BPR.
Untuk dapat mengajukan pinjaman pada BPR, terlebih dahulu Anda harus
mengetahui beberapa syarat dan ketentuannya. Misalnya saja, Anda harus
memiliki status profesi seperti karyawan, wirausahawan, dan profesional.
Terdapat perbedaan syarat lebih lanjut untuk ketiga status profesi tersebut,
namun pada umumnya syarat yang diterapkan oleh BPR bagi calon debitur
berupa perorangan adalah sebagai berikut:
9
Tahapan/Proses Pinjaman di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
memilih produk pinjaman yang akan diajukan
memenuhi syarat dan ketentuan
melengkapi dokumen
mengisi formulir pengajuan kredit
mengajukan jaminan jika dibutuhkan
lolos Sistem Layanan Informasi Keuangan OJK
memenuhi verifikasi
10
Aturan Berpakaian
Senin: Kemeja Putih Celana Hitam
Selasa: Baju Batik Bawahan/ Celana Hitam
Rabu: Seragam Kantor
Kamis: Pakaian Adat
Jumat: Pakaian Kemeja Batik Kantor Bawahan Hitam
11
E. FLOWCHART BPR
1. FUNGSI-FUNGSI FLOWCHART
START
12
memilih produk pinjaman
yang akan diajukan
memenuhi syarat
dan ketentuan
melengkapi dokumen
JK
mengisi formulir
pengajuan kredit
13
lolos Sistem Layanan
Informasi Keuangan OJK
memenuhi verifikasi
STOP
14
3. FLOWCHART PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DI BPR
START
Pencatatan
Administrasi Kredit
Peninjauan Nasabah
Analisis Kredit
Pencairan Kredit
STOP
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dimana
kegiatannya lebih sempit dari Bank Umum. BPR memiliki syarat-syarat dalam
pendiriannya yakni Syarat Umum, Modal, dan Persetujuan Prinsip.
Kemudian dilanjutkan dengan kepengurusan atau tata Kelola yang ada pada
BPR, yang terdiri dari:
Direksi
Dewan Komisaris
Komite seperti Komite Audit dan Komite Pemantau Resiko
Dan lain-lain
Semua struktur organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing terhadap pelaksanaan kegiatan Bank.
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam kegiatan peminjaman di BPR yakni
fotokopi identitas diri (KTP), fotokopi akta nikah bagi yang sudah menikah,
fotokopi kartu keluarga, fotokopi buku tabungan atau rekening koran yang
harus diterbitkan dari pihak bank tempat calon debitur menabung selama 3
bulan terakhir, fotokopi slip gaji, fotokopi rekening listrik atau air, surat
berharga dari barang yang menjadi jaminan.
Dan juga penetapan aturan jam dan hari kerja operasional sesuai SURAT
EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015,
serta penetapan aturan kantor yang telah disepakati oleh anggota dari Bank
tersebut.
16
B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Peraturan-Bank-Indonesia-Nomor-
622PBI2004/324.pdf
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/129033/Peraturan%20BI%20No.%208-26-PBI-
2006.pdf
https://ojk.go.id/id/regulasi/Pages/POJK-tentang-Penerapan-Tata-Kelola-bagi-Bank-Perkreditan-
Rakyat.aspx
https://ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-bank-indonesia/Pages/surat-edaran-
bank-indonesia-nomor-14-26-dkbu.aspx
https://ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/SEOJK-tentang-Bank-Perkreditan-Rakyat/SEOJK
%2016-2015%20-%20BPR.pdf
17