sebuah daftar yang berisi judul-judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Fungsinya untuk menunjuk kepada sumber dari pernyataan atau ucapan yang dipergunakan dalam teks. Unsur-unsur Bibliografi: 1. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap 2. Judul buku, termasuk judul tambahan 3. Data publikasi : penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor judul, dan jumlah hal. 4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun. Bentuk Bibliografi: 1. Meski ada yang memiliki urutan yang berbeda tetapi yang paling penting adalah pengarang, judul, dan data rujukan urutan publikasi. 2. Disusun berdasarkan urutan alfabetis dari nama pengarangnya, dengan urutan nama keluarga, nama kecil, lalu gelar kalau ada. 3. Jarak antara baris dengan baris adalah spasi rapat. 4. Jarak antara jarak adalah spasi ganda. 5. Tiap pokok disusun sejajar secara vertikal, dimulai dari pinggir margin kiri. Sedangkan baris kedua, ketiga dan seterusnya dari tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketukan . 6. Bila ada nama pengarang yang digunakan lebih dari satu kali , maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis panjang, sepanjang lima atau tujuh ketikan yang disusul dengan tanda titik. Dengan seorang pengarang Hockett, Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The MacMillan Company, 1963. 1. Nama keluarga dahulu setelah itu nama kecil dan gelar. Penyusunan sesuai alfabetis. 2. Jika buku disususn oleh lembaga/komisi maka nama lembaga/komisi dipakai untuk mengganti nama pengarang. 3. Jika tidak ada pengarang, maka urutan dimulai dari judul buku. 4. Judul buku dicetak miring (jika cetak). 5. Urutan publikasi: tempat publikasi, penerbit, penanggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka diambil yang pertama. Jika tidak ada penanggalan, maka dpergunakan tahun copyright terakhir. 6. Pencantuman halaman tidak begitu wajib jadi bersifat manasuka. 7. Tanda titik digunakan di setiap keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah data publikasi, dan kalau ada jumlah hal. 8. Tanda titik dua sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit. Dengan dua atau tiga pengarang Oliver, Robert T., and Rupert L. Cortright. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company,Inc., 1958. 1. Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan. 2. Urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan urutan. Dengan banyak pengarang Morris,Alton C., et al. College English, the First Year. New York: Harcourt, Brace & World,Inc., 1964. 1. Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik. 2. Untuk mengganti nama-nama pengarang lainnya cukup dipergunakan singkatan et al, singkatan dari kata latin et alii (dan lain-lain). Dalam bhs Indonesia dll atau dkk. Buku terjemahan Multatuli. Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan dagang Belanda, terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djembatan, 1972. 1. Nama pengarang asli yang diurutkan dalam alfabetis. 2. Keterangan tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda koma. Artikel dalam sebuah himpunan Riesman, David. “Character and Society,”Toward Liberial Education, eds. Louis G. Locke, William m. Gibson, and George Arms. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1962. 1. Judul artikel maupun judul buku harus dimasukkan, begitu juga nama penulis dan editornya. 2. Judul artikel selalu ditulis dengan tanda kutip, sedangkan judul buku harus dicetak miring. 3. Tanda koma ditempatkan antara judul artikel dengan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip. 4. Ketiga bagian harus dipisahkan dengan tanda titik. Pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua; judul artikel-judul buku dan editor, ketiga: tempat terbit- penerbit dan tahun terbit. Artikel majalah Samsuri, M.A. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan Baru,” Medan Ilmu Pengetahuan, 1: 323-341, Oktober, 1960. 1. Judul artikel dan judul majalah dipisahkan. 2. Tidak ada tempat publikasi dan penerbit, tetapi harus dicantumkan nomor jilid, tanggal dan nomor halaman. Arikel atau bahan dari harian Arman, S.A. “Sekali lagi Teroris,” Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 5. Kompas, 19 Januari, 1973. 1. Contoh pertama memperlihatkan artikel sebuah harian yang jelas penulisnya. 2. Contoh kedua biasanya dipakai kalau terdapat penunjukan umum entah pada tajuk rencana, dll. 3. Tanda titik hanya dipakai sesudah nama pengarang atau penulis.Yang lain-lain menggunakan tanda koma sebagai pemisah. Tesis dan Disertasi yang belum pernah diterbitkan. Parera, Jos. Dan. “Fonologi Bahasa Gorontalo.” Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964. 1. skripsi, tesis dan disertasi yang belum perbah diterbitkan diperlakukan sebagai artikel. Sehingga judulnya ditempatkan dalam tanda kutip. 2. Penulisan judul dalam skripsi, tesisi dan disertasi diakhiri dengan tanda titik. Beda dengan artikel yang diakhiri dengan tanda koma. Penulisannya sama, sebelum tanda kutip kedua. 3. Walaupun tidak ada penerbit, tetapi harus dicantumkan juga data publikasi berupa; jenis karya ilmiah (skripsi, tesis, atau disertasi), nama fakultas dan universitas, tempat, dan tahun pembuatan karya ilmiah itu.