Anda di halaman 1dari 5

A.

Unsur-unsur referensi

Unsur-unsur catatan kaki yang menyangkut referensi, sama dengan materi


bibliografi; perbedaannya terletak dalam penekanan. Disamping itu ada suatu perbedaan
yang cukup penting yaitu referensi selalu mencantumkan nomor halaman, dimana
kutipan itu dapat diperoleh. Dalam bibliografi hal itu tidak ada, kecuali penyebutan
jumlah halaman dalam karya itu.
Sebelum mengikuti secara terperinci cara pembuatan catatankaki bagi tiap jenis
kepustakaan, hendaknya diketahui terlebih dahulu ikhtisar ikhtisar unsur-unsur referensi
di bawah ini. Disamping unsur-unsur catatan kaki tersebut, hendaknya diperhatikan pula
konvensi-konvensi yang berlaku bagi catatan-catatan kaki.

a. Pengarang
1) Nama pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan biasa
yaitu: gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Misalnya:
Prof,Dr.Muhammad Thalib,Dr.B.C Hansip, dsb. Pada penunjukan yang kedua
dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat misalnya: Thalib,
Hansip,dsb.
2) Bila terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang
dicantumkan kalau ada dua atau tiga nama pengarang, sebaliknya kalau ada
empat nama atau lebih cukup nama pertama yang dicantumkan, sedangkan
bagi nama=nama lain digantikan dengan singkatan et al (et alii = dan lain-
lain). Pada penyebutan kedua dan selanjutnya cukup nama singkat pengarang
pertama, sedangkan nama-nama lain diganti dengan et al.
3) Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama dengan
nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama
penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah tanda koma.
Singkatan ed. Boleh ditempatkan dalam tanda kurung, boleh juga tidak.
4) Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai dengan
judul buku atau judul artikel.

b. Judul
1) Semua judul mengikuti peraturan yang sama seperti pada bibliografi: judul
buku, judul majalah, harian, atau ensiklopedia digaris bawahi atau dicetak
dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2) Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan seterusnya
atau sumber yang sama,judul buku dsb. Tidak perlu disebut lagi, dan
digantikan dengan singkatan: Ibid., Op.cit., atau Loc.cit. bila ada dua karya
atau lebih dari seorang pengarang digunakan, maka satu bentuk yan g singkat
dari judul biasanya dipergunakan untuk menghilangkan keragu-raguan.
Misalnya: Thalib, Kemakmuran,hlm.76.
3) Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atau
harian, maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian
tanpa judul artikel, misalnya: Majalah Ilmu-Ilmu Sastra
Indonesia,hlm.76;Kompas, hlm. 6. Bila ada lebih dari satu nomor yang
dipergunakan, maka cara di atas tidak bias dipergunakan.

c. Data Publikasi
1) Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada referensi
pertama; referensi-referensi selanjutnya (dalam kesatuan nomor urut itu)
ditiadakan. Dalam referensi yang pertama, tempat dan tahun terbit
ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan sebuah koma,
misalnya: (Jakarta, 1973). Nama penerbit yang juga merupakan sebuah data
publikasi biasanya ditinggalkan dalam referensi pertama, terutama kalau ada
bibliografi yang menyajikan semua data secara lengkap. Jika nama penerbit
harus dicantumkan juga, maka harus ditempatkan sesudah nama tempat
dengan didahului sebuah tanda titik dua, misalnya; (Jakarta: Djambatan,
1967).
2) Data publikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama tempat dan
penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid dan nomor halaman (lihat
juga ketentuan mengenai jilid dan halaman), tanggal, bulan (tidak boleh
disingkat) dan tahun. Semua keterangan mengetahui penanggalan biasanya
ditempatkan dalam tanda kurung misalnya: (April, 1970).
3) Data sebuah publikasi bagi artikel sebuah harian terdiri dari: bulan, hari,
tanggal, tahun dan nomor halaman penanggalan tidak boleh ditempatkan
dalam tanda kurung.

d. Jilid dan nomor halaman


1) Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hlm.)
dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya: hlm.78.
2) Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan nomor
jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka romawi,
sedangkan untuk nomor halaman dipergunakan angka arab, tanda singkatan
hlm. Untuk karya-karya ilmiah biasanya dipergunakn cara lain yaitu baik
nomor jilid maupun nomor halaman ditulis dengan angka arab yang
dipisahkan oleh titik dua. Misalnya: MISI, 1 (April, 1963)hlm 47-58 atau :
MISI, 1:47-58(April,1963).
B. Cara membuat catatan kaki
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tentang catatan kaki serta unsur-unsur
catatan kaki sebagai telah diuraikan diatas, sehingga dapat dilihat sekaligus cara
menempatkan nomor penunujukan yang terdapat dalam teks; garis pemisah antara teks
dan catatan kaki, serta cara membuat catatan kaki itu sendiri. Titik-titik berspasi yang
mendahului dan mengikuti contoh teks berarti ada lebih dari satu alinea yang dihilangkan
sebelum dan sesudah teks yang dikutip tersebut.

1. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang


2. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
3. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
4. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
5. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
6. Sebuah edisi dari karya seseorang pengarang atau lebih
7. Sebuah terjemah
8. Artikel dalam sebuah analogi
9. Artikel dalam ensiklopedia
10. Referensi pada artikel majalah
11. Referensi pada artikel harian
12. Tesis dan disertai yang belum diterbitkan
13. Referensi pada dua sumber atau lebih
14. Referensi dari sumber kedua
15. Catatan penjelas
16. Referensi dan catatan penjelas.

C. Singkatan-singkatan
Dalam catatan kaki biasanya dipergunakan pula singkatan-singkatan yang oleh
para sarjana sudah mengetahu maksudnya. Oleh sebab itu, hendaknya diperhatikan benar-
benar bagaimana mempergunakan singkatan-singkatan itu dalam setiap catatan kaki.
Singkatan yang paling penting dan harus diketahui adalah ibid., op.cit., dan
loc.cit.

Ibid : singkatan ini berasal dari kata latin ibidem yang berarti pada tempat yang
sama. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada karya
atau artikel yang telah disebut dalam nomor sebelumnya

Op,cit.: singkatan ini berasal dari kata latin opera cilato yang berarti pada karya
yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu menunjuk kembali kepada
sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain.

Loc.cit: singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato yang berarti pada
tempat yang telah dikutip. Singkatan ini biasa dipakai untuk menyebut atau menunjuk
kepada sebuah artikel majalah, harian atau ensiklopedia yang telah disebut sebelumnya ,
tetapi diselingi oleh sumber lainnya.

Disamping singkatan-singkatan diatas, ada pula beberapa singkatan-singkatan


lainnya yang perlu diketahui karena biasa digunakan dalam naskah-naskah atau nuku-
buku, baik dalam catatan kaki maupun dalam teksnya.

Supra: di atas, sudah terdapat terlebih dahulu pada teks yang sama

Infra : di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama dibawah.

c. atau ca : singkatan dari circa yang berarti kira-kira atau sekitar; dipakai untuk
menunjukkan tahun, tetapi diragukan ketepatannya.

Cap atau chap: singkatanya dari kata caput (latin) atau chapter (inggris) yang
berarti bab

Ed: singkatannya dari editor (penyunting atau edisi (edition)

Et seq atau et seqq: singkatan dari et sequens atau et sequentes yang berarti dan
halaman berikutnya. Singkatan ini dipakai sesudah menyebut nomor halalamn.

Ms: Manuscript, atau naskah; menurut arti kata manuscript berarti tulisan tangan,
karena memang dulu semua naskah ditulis dengan tangan.

Passim: tersebar disana-sini. Dipakai untuk menyatakan nahwa bahan yang


dipergunakan atau yang dimaksud tersebar pada suatu majalah atau termpat
tertentu.

Ser.: seri

[sicl]: demikianlah, seperti pada aslinya. Dipergunakan untuk menunjukkan


bahwa suatu kesalahan tertentu terdapat dalam naskah aslinya, dan bahwa
kutipan itu diambil tepat seperti itu.

Vol: volume, atau jilid.

D. Penerapan catatan kaki dan singkatan


Cara untuk menerapkan singkatan-singkatan yang ada diatas dalam kenyataan
maka dari itu perhatikanlah contoh-contoh berikut. Semua catatan kaki sebenarnya
tersebar pada halaman-halaman yang berlainan. Namun semuanya termasuk dalam
kesatuan nomor urut dalam sebuah bab.
1. Edgar Sturtevant, an introduction to linguistics sciences (new haven,
1947), hlm. 20 et seq.
2. Ibid.
3. Ibid .hlm. 30.
4. Richard pittman, “Nauhatl Honorifics,” international journalof America
linguistics, XI (april, 1950), 374 et seqq.
5. H.A. Gleasson, An introduction to descriptive linguistics, (rev. ed.; new
york: holt, Rinehart and Winston, 1961), hlm. 51-51.
6. Ibid.
7. Ibid. hlm. 56.
8. Sturtevan, op.cit., hlm. 42 et seq.
9. M.Ramlan, “partikel-partikel bahasa Indonesia,”seminar bahasa Indonesia
1968 (ende: nusa indah, 1971),hlm 122, mengutip CharlesF.hockett, a
course in modern linguistics (new york: the macmillan company, 1959),
hlm. 222.
10. Robert ralph bolgar, “rhetoric,” encyclopaedia Britannica (1970), XIX,
257-260.
11. Sturtevant, op.cit. hlm. 50.
12. Ibid
13. Bolgar, loc. Cit. hlm. 260
14. Pittman, loc. Cit., hlm. 376.
15. Ramlan, loc, cit., hlm. 122.
16. Gleason, op. cit., hlm. 54 et seq.

Karena referensi kedua dan ketiga menunjuk kembalui kepada referensi


pertama yang mempunyai nomor urut berurutan, maka cukup dipergunakan
singkatan ibid. demikian pula refernsi keenam dan ketujuh yang menunjuk
kembali pada referensi nomor lima. Sebaliknya referensi kedelapan yang
menunjuk kembali kepada referensi pertama, dan referensi kesebelas yang
menunjuk kembali kepada referensi pertama, maka masing-masingya
mempergunakan singkatan op.cit., karena sudah diselang-selingi oleh karya-
karya atau sumber lainnya. Tetapi referensi kedua belas menunjuk kepada
referensi kesebelas, dan bersama-sama menunjuk kepada refrensi pertama,
mempergunakan singkatan ibid.

Anda mungkin juga menyukai