Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nuke Rizkha Salsabila (NIM P2.06.24.2.18.

025)

Resume Makalah Kutipan dan Sistem Rujukan

A. Kutipan
Kutipan berarti mengutip pendapat pakar, ucapan tokoh, pengamat, nara sumber,
kitab suci, kata mutiara, puisi, syair lagu, atau hasil penelitian yang terdapat dalam
makalah, skripsi, tesis, majalah, jurnal, buku. Tajuk rencana perlu diperkuat dengan
kutipan untuk memperkuat argumen,mempertajam analisis, dan membangun
kredibilitas media.
1. Kutipan Langsung
a. Ciri kutipan langsung:
1) Tidak ada perubahan terhadap teks asli,
2) Tanda (sic!)digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks
asli,
3) Tanda titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian
kutipan yang dihilangkan, dan
4) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang
selingkung
b. Macam-macam kutipan langsung
1) Kutipan langsung (pendek)
Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari
empat baris.
Ciri kutipan langsung (Pendek) yaitu :
a) Diintegrasikan langsung dengan tulisan,
b) Diapit oleh tanda kutip, dan
c) Jangan lupa, sumber kutipan harus ada.
Contoh :
(1) Kutipan yang panjangnya kurang dari dari lima baris
dimasukkan kedalam teks biasa, jadi berspasi dua, akan
tetapi diberi tanda kutip pada awal dan akhir kutipan.
(2) Jika dalam kutipan itu perlu dihilangkan beberapa bagian
dari kalimat, maka pada bagian itu diberi titik tiga buah,
yang masing-masing berjarak dua pukulan tik.

2) Kutipan langsung (panjang)


Ciri kutipan langsung (Panjang):
a) Dipisahkan dari teks dengan spasi dan besaran huruf yang
lebih kecil,
b) Boleh diapit oleh tanda kutip boleh tidak, dan
c) sumber kutipan harus ada.
Contoh:
Kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih, di-tik
berspasi satu dengan mengosongkan empat pukulan tik dari
garis margin disebelah kiri.

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung ini disebut juga sebagai inti sari pendapat.
Ciri kutipan tidak langsung:
a. Diintegrasi dengan teks,
b. Tidak diapit oleh tanda kutip, dan
c. Harus menyertakan sumber kutipan.

B. Sistem Rujukan
1. Catatan Kaki (Footnotes)
Catatan kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah
halaman, menurut S. Natusion dan M. Thomas catatan kaki atau footnotes
ialah catatan pada kaki halaman kegunaanya untuk menyatakan sumber
suatu kutipan, pendapat, buah pikiran fakta-fakta atau ikhtisar. Footnotes
dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan
didalam teks.
Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan
informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data semua
sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka.
Seperti dikatakan oleh Jhon Maynard Keynes, dst. Informasi
tambahan pada sistem catatan digunakan apabila penulis memandang
perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari uraian tertentu,
memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus
yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca
mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari
uraian tersebut.
a. Bentuk footnotes
Dalam footnotes harus dicantumkan nama pengarang, nama
penerbit, tempat dan tahun penerbitan, halaman-halaman yang dikutip
atau yang berkenanaan dengan teks.
Kegunaan footnotes seperti pada:
1) Buku
2) Majalah
3) Surat kabar
4) Karangan yang tidak diterbitkan, seperti tesis, disertasi
5) Interviu, dll

b. Mempersingkat footnotes
Footnotes atau catatan kaki tak usah selalu ditulis selengkapnya.
Kalau suatu sumber telah pernah disebut dengan lengkap, yakni pada
pertama kalinya, maka footnotes itu selanjutnya dapat dipersingkat
dengan mempergunakan singkatan: ibid., Op. Cit, dan Loc. Cit.
1) Pemakaian Ibid
Ibid, kependekan dari ibidem, = “pada tempat yang sama”
dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama
dengan yang langsung mendahuluinya, dengan tidak disela oleh
sumber lain. Dalam hal ini boleh dipakai ibid, walaupun di antara
kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman. Ibid tidak boleh
dipakai, kalau diantara sumber itu terdapat sumber yang lain.

2) Pemakaian Op. Cit.


Op. Cit. kependekan dari Opere Citato artinya “dalam
karangan yang telah disebut”, dipakai untuk menunjuk kepada
suatu buku yang disebut sebelumnya dengan lengkap pada
halaman lain dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain.
Jadi yang dicantumkan nama pengarang, Op. Cit., (diberi
bergaris) dan nomor halaman. Kalau dari seorang pengarang telah
disebut dua macam buku atau lebih, maka harus ditambahkan
nama buku utuk menghindari kekeliruan.

3) Pemakaian Loc. Cit


Loc. Cit, kependekan dari Loco Citato artinya “pada tempat
yang telah disebut” digunakan kalau kita menunjuk kepada
halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut. Jadi
yang dicantumkan; nama akhir pengarang, Loc. Cit, (diberi
bergaris). Nomor halaman yang perlu diberikan, sebab dengan
sendirinya sama dengan halaman dalam buku yang telah disebut
sebelumnya

2. Catatan Belakang (Daftar Pustaka)


Daftar pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi
rujukan seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah.
Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim
disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan
fungsi sebagai berikut :
a. Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
b. Memberikan penunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih
dalam mengenal tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan
tulisan lain yang berkaitan.
c. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang
studinya.
d. Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumber-
sumber yang dipergunakannya.

Unsur-unsur daftar pustaka:

a. Nama penulis,
b. Tahun terbitan sumber yang bersangkutan,
c. Judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
d. Data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).

Dalam menyusun Daftar Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:

a. Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan
selanjutnya dimulai dengan 3-5 ketukan ke dalam,
b. Jarak antar baris satu spasi,
c. Jarak antar sumber 1,5 atau 2 spasi
d. Diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga nama
keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang)

Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda


dengan penulisan dalam catatan kaki. pada catatan kaki, nama penulis
tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan
nama belakang karena dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut :

a. Format MLA (The Modern Language Association)


1) Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Keputusan Populer
Gramedia, 2005.
b. Format APA (American Psycologycal Association)
1) Caine, Donald B. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Keputusan Populer
Gramedia.

Apabila pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama
penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak.
Apabila penulisannya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis
pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’
yang dalam istilah Latin adalah et,al. contoh:

a. Dua penulis:
Gustiati, Rina dan Yulia Nazaruddin. 2005. Kiamat Tak Jadi Datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
b. Tiga penulis
Gustiati, Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. 2005. Kiamat Tak Jadi
Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
c. Empat penulis:
Gustiati, Rina, dkk. 2005. Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga
Pena Mandiri.

Analisis Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka

1. Analisis pertama, dalam kutipan berikut.


Bawden (2001) memperluas pemahaman baru mengenai literasi digital yang
berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.
Analisis : Dalam prinsip mengutip, nama penulis dapat digabungkan ke
dalam teks seperti kalimat tersebut.

2. Analisis kedua, dalam kutipan berikut.


Martin (2006:155) merumuskan definisi literasi digital sebagai berikut.
Digital literacy is the awareness, attitude and ability of individuals to
appropriately use digital tools and facilities to identify, access, manage,
integrate, evaluate, analyse and synthesize digital resources, construct new
knowledge, create media expressions, and communicate with others, in the
context of specific life situations, in order to enable constructive social
action; and to reflect upon this process.
Analisis : Dalam prinsip mengutip, nama penulis dapat digabungkan ke
dalam teks seperti kalimat tersebut.

3. Analisis ketiga, dalam kutipan berikut.


Hague (2010:2) juga mengemukakan bahwa literasi digital merupakan
kemampuan untuk membuat dan berbagi dalam mode dan bentuk yang
berbeda; untuk membuat, berkolaborasi, dan berkomunikasi lebih efektif,
serta untuk memahami bagaimana dan kapan menggunakan teknologi digital
yang baik untuk mendukung proses tersebut.
Analisis : Dalam prinsip mengutip, nama penulis dapat digabungkan ke
dalam teks seperti kalimat tersebut.

4. Analisis keempat, dalam kutipan berikut.


Berdasarkan latar belakang kondisi tersebut, kegiatan pengabdian berjudul
“Pelatihan Literasi Informasi pada Era Digital bagi Tenaga Perpustakaan
Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta Pusat”
Analisis : Kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris dimasukkan
ke dalam teks biasa, jadi berspasi dua, akan tetapi diberi tanda kutip pada
awal dan akhir kalimat seperti dalam kalimat tersebut.

5. Analisis kelima, dalam penulisan daftar pustaka berikut.


ACRL (The Association for College and Research Libraries). 2000.
“Information Literacy Competency Standards for Higher Education”
dalam
http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/acrl/standards/informationliteracyco
meency.cfm#stan
Analisis : Dalam unsur-unsur daftar pustaka harus ada data publikasi
(nama tempat terbit, nama penerbit), sedangkan dalam daftar pustaka
tersebut tidak ada salah satu unsur daftar pustaka, yaitu data publikasi
6. Analisis keenam, dalam penulisan daftar pustaka berikut.
ACRL (The Association for College and Research Libraries). 2000.
“Information Literacy Competency Standards for Higher Education”
dalam
http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/acrl/standards/informationliteracycom
petency.cfm#stan
Analisis : Dalam unsur-unsur daftar pustaka harus ada data publikasi
(nama tempat terbit, nama penerbit), sedangkan dalam daftar pustaka
tersebut tidak ada salah satu unsur daftar pustaka, yaitu data publikasi

7. Analisis ketujuh, dalam penulisan daftar pustaka berikut.


Hague, Cassie dan Sarah Payton. 2010. “Digital Literacy Across the
Curriculum: a Futurelab Handbook. United Kingdom” dalam
https://www.nfer.ac.uk/publications/FUTL06/ FUTL06.pdf, diakses
pada 27 Januari 2017.
Analisis : Dalam unsur-unsur daftar pustaka harus ada data publikasi
(nama tempat terbit, nama penerbit), sedangkan dalam daftar pustaka
tersebut tidak ada salah satu unsur daftar pustaka, yaitu data publikasi

8. Analisis kedelapan, dalam penulisan daftar pustaka berikut.


Martin, A. 2006. “Literacies for Age Digital Age” dalam Martin & D.
Madigan (eds), Digital Literacies for Learning. London: Facet
Analisis : Dalam penulisan daftar pustaka tersebut, sudah sesuai dengan
unsur-unsur daftar pustaka seperti ada nama penulis, tahun terbit, judul
sumber yang dipakai sebagai referensi dan data publikasi (nama tempat
terbit, nama penerbit)

9. Analisis kesembilan, dalam penulisan daftar pustaka berikut.


Eisenberg M, Berkowitz B. 1990. What is the big6?
http://www.big6.com/what-is-the-big6/Gilster, P. 1997. Digital
Literacy. New York: Wiley
Analisis : Dalam penulisan daftar pustaka tersebut, sudah sesuai dengan
unsur-unsur daftar pustaka seperti ada nama penulis, tahun terbit, judul
sumber yang dipakai sebagai referensi dan data publikasi (nama tempat
terbit, nama penerbit)

10. Analisis kesepuluh, dalam kutipan berikut.


Pada tahun 1990, Bob Berkowitz dan Mike Eisenberg merumuskan salah satu
model literasi informasi yakni model Big Six Skills.
Analisis : Kutipan tidak langsung disebut juga sebagai inti sari pendapat.
Ciri kalimat tidak langsung seperti diintegrasi dengan teks, tidak diapit
oleh tanda kutip dan harus menyertakan sumber kutipan. Kalimat
tersebut masuk ke dalam kutipan tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai