Nailul Istibsyaroh
Universitas Darussalam Gontor
naistibsyaroh29@gmail.com
Abstract
Abstrak
Penelitian seputar hadits Nabi Muhammad Saw. merupakan suatu kajian penting
untuk mengetahui kebenaran hadits tersebut dalam periwayatannya. Termasuk
hal-hal syubhat terkait hadits tersebut. Artikel ini akan menganalisis sebuah hadits
tentang tidak adanya gangguan syaitan pada saat kelahiran Nabi Isa ‘Alaihissalam
yang mana banyak penentang yang menyanggah hadits tersebut sehingga
menyebabkan adanya justifikasi yang salah dalam pemahaman hadits tersebut.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam artikel ini adalah metode takhrij al-
hadits menggunakan dirasatu al-sanad yang membantu peneliti untuk mengetahui
kekuatan rawi hadits tersebut.
1
Pendahuluan
Syaitan merupakan roh jahat yang selalu menggoda manusia supaya berlaku
jahat.1 Bukan manusia dewasa saja yang di ganggu olehnya, bahkan bayi yang
baru lahir pun di ganggu olehnya. Sering menjadi pembicaraan bahwa tangisan
anak bayi yang baru lahir disebabkan oleh tusukan syaitan yang menyakiti bayi
tersebut. Akan tetapi, terdapat hadits shahih yang menjelaskan bahwa Nabi Isa
‘Alaihissalam setelah dilahirkan dari rahim Maryam tidak mengalami gangguan
berupa tusukan dari syaitan.
Nabi Isa ‘Alaihissalam merupakan seorang hamba Allah Swt. yang telah
diciptakan dalam sebuah rahim seorang perempuan sama seperti ciptaan Allah
Swt lainnya. Hanya saja, beliau diciptakan tanpa adanya seorang ayah seperti
Nabi Adam ‘Alaihissalam yang di ciptakan tanpa ayah dan ibu yaitu dengan Allah
Swt. mengatakan Kun maka jadilah. Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa
beliau lahir dari rahim Maryam yang merupakan keturunan terpilih yaitu
keturunan bani Imran.2
1
Mukrimaa, et. al., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), p. 1437.
2
Abu al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir al-Qursyi al-Bashri al-Dimasyqi, al-Bidayah
wa al-Nihayah, (Daar Hijr, cet. 1, 1418 H/ 1997 M), jilid. 2, p. 416.
2
Teks Hadist
َ ح َّد َثَنا َأُب و الَيَم اِن َ ،أْخ َبَرَن ا ُش َعْيٌب َ ،عِن الُّزْه ِرِّي َ ،ق اَل َ :ح َّد َثيِن َس ِعيُد ْبُن ا َس ِّيِب ،
ُمل
َق اَل َ :ق اَل َأُب و ُه َرْيَرَة َرِض َي الَّل ُه َعْن ُهِ :مَس ْعُت َرُس وَل الَّل ِه َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َوَس َّلَم ،
ِم ِح ِإ ِم
َيُقوُل َ« :م ا ْن َبيِن آَدَم َمْو ُلوٌد اَّل َمَيُّس ُه الَّش ْيَطاُن َني ُيوَلُد َ ،فَيْس َتِه ُّل َص اِرًخ ا ْن
َم ِّس الَّش ْيَطاِن َ ،غْيَر َمْرَمَي َواْبِنَه ا» َّمُث َيُقوُل َأُبو ُه َرْيَرَةَ{ :و ِإيِّن ُأِعيُذ َه ا ِبَك َو ُذِّرَّيَتَه ا
4
ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّرِج يِم } [آل عمران( " ]٣٦ :صحيح البخاري.)3431 :
2. Hadits Shahih Muslim
َح َّد َثَنا َأُب و َبْك ِر ْبُن َأيِب َش ْيَبَةَ ،ح َّد َثَنا َعْب ُد اَأْلْع َلىَ ،عْن َم ْع َم ٍر َ ،عِن الُّزْه ِرِّي َ ،عْن
َس ِعيٍدَ ،عْن َأيِب ُه َرْيَرَةَ ،أَّن َرُس وَل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّلَم َقاَل َ« :م ا ِم ْن َمْو ُلوٍد ُيوَلُد
3
Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah al-Bukhari al-Ja’fi, al-Jami’ al-Musnad al-Shahih
al-Mukhtashar min Umuri Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi:
Shahih al-Bukhari, (Daar al-Thauq al-Najah, cet. 1, 1423 H), jilid 4, p. 125.
4
Abu Abdullah al-Bukhari al-Ja’fi, al-Jami’ al-Musnad al-Shahih....., jilid 4, p. 164.
3
ِإاَّل َخَنَس ُه الَّش ْيَطاُن َ ،فَيْس َتِه ُّل َص اِرًخ ا ِم ْن ْخَنَس ِة الَّش ْيَطاِن ِ ،إاَّل اْبَن َم ْرَمَي َوُأَّم ُه» َّمُث َق اَل
َأُبو ُه َرْيَرَة :اْقَرُءوا ِإْن ِش ْئُتْم َ{ :و ِإيِّن ُأِعيُذ َه ا ِبَك َو ُذِّرَّيَتَه ا ِم َن الَّش ْيَطاِن ال َّرِج يِم } [آل
5
عمران( .]٣٦ :صحيح مسلم)2366 :
3. Hadist Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal
َ ح َّد َثَنا َعْبُد الَّرَّزاِق َ ،ح َّد َثَنا َم ْع َمٌر َ ،عِن الُّزْه ِرِّي َ ،عِن اْبِن اْلُم َس ِّيِب َ ،عْن َأيِب ُه َرْيَرَةَ ،أَّن
الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َوَس َّلَم َق اَل َ " :م ا ِم ْن َمْو ُل وٍد ِإاَّل الَّش ْيَطاُن َمَيُّس ُه ِح َني ُيوَل ُد ،
َفَيْس َتِه ُّل َص اِرًخ ا ِم ْن َم َّس ِة الَّش ْيَطاِن ِإَّياُهِ،إاَّل َم ْرَمَي َواْبَنَه ا " َّمُث َيُق وُل َأُبو ُه َرْيَرَة" :
اْقَرُءوا ِإْن ِش ْئُتْم َ{ :و ِإيِّن ُأِعيُذ َه ا ِبَك َو ُذِّرَّيَتَه ا ِم َن الَّش ْيَطاِن ال َّرِج يِم } [آل عمران:
6
( " ]٣٦مسند اإلمام أمحد بن حنبل.)7708 :
ِع ِذ ِإ ِع
َ ح َّد َثَنا َمْسا يُل ْبُن ُعَم َر َ ،ح َّد َثَنا اْبُن َأيِب ْئٍب َ ،عْن َعْج اَل َن َ ،م ْو ىَل اْلُم ْش َم ِّلَ ،عْن
ٍد ِم ِه
َأيِب ُه َرْيَرَةَ ،عِن الَّنِّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي َوَس َّلَم َ ،ق اَل ُ " :ك ُّل َمْو ُل و ْن َبيِن آَدَم َمَيُّس ُه
الَّش ْيَطاُن ِبُأْص ُبِعِهِ،إاَّل َم ْرَمَي اْبَنَة ِعْم َراَن َ ،واْبَنَه ا ِعيَس ى" (مسند اإلمام أمحد بن
7
حنبل.)7879 :
5
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi al-Nisaburi, al-Musnad al-Shahih al-
Mukhtashar bi naqli al-‘Adl ‘an al-‘Adl ila Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, (Beirut:
Daar Ihya’ al-Turast al-‘Arabiy, 2000 M), jilid 4, p. 1838.
6
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassisu al-Risalah,
cet. 1, 1421 H/2001 M), jilid. 13, p. 136.
7
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad....., jilid. 13, p. 263
4
َقاَل وُل اِهلل: َقاَل،َة ِذ ٍب ِز
َرُس َعْن َأيِب ُه َرْيَر، َعْن َعْج اَل َن، َأْخ َبَرَنا اْبُن َأيِب ْئ، َح َّد َثَنا َي يُد
ِإاَّل، " ُك ُّل َمْو ُلوٍد ُيوَل ُد ِم ْن َبيِن آَدَم َمَيُّس ُه الَّش ْيَطاُن ِبِإْص َبِعِه: َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّل
َم
8
.)7910 :َمْرَمَي َواْبَنَه ا" (مسند اإلمام أمحد بن حنبل
Takhriju al-Hadits
Dalam Shahih Bukhari terdapat dua hadits yang memiliki kesamaan dalam
periwayatan tepat pada Abu al-Yaman yang mendapatkan dari Syu’aib. Di
dapatkan dalam dua hadits ini bahwa Syu’aib mendapatkan periwayatan dari
orang yang berbeda. Namun setelah diteliti, hadits nomor 3431 memiliki riwayat
yang sama dengan hadits dalam Shahih Muslim 9 dan Musnad al-Imam Ahmad bin
Hanbal di nomor 7708.10 Periwayatan yang sama bertemu pada Zuhri yang
mendapatkan dari Sa’id ibn Musayyab yang mendapatkan dari Abu Hurairah.
8
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad....., jilid. 13, p. 294
9
Muslim bin al-Hajjaj, al-Musnad al-Sahih...., jilid.4, p. 1834.
10
Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad....., jilid. 13, p. 136.
5
sahabat Nabi lainnya, para tabi’in dan yang lain-lain. 11 Sebagian ulama pun
berpendapat bahwa Abu Hurairah tidak diragukan lagi keshahihannya, dengan
bukti ia menggunakan kata الEE قyang menurut sebagian mereka kata tersebut
merupakan sebuah bentuk metode sima’i seorang sahabat dalam menerima hadits
Nabi secara langsung. Sehingga dapat diambl kesimpulan bahwa Abu Hurairah
memiliki sanad yang menyambung dengan sumber primernya yaitu Rasulullah
Saw.12
11
Yusuf bin Abd al-Rahman bin Yusuf, Abu al-Hajjaj, Jamaluddin ibn al-Zaki Abi
Muhammad al-Qadha’i al-Kalbi al-Muzzi, Tahdzib al-Kamal fii Asmai al-Rijal, (Beirut: Muassis
al-Risalah, cet. 1, 1400 H/ 1980 M), jilid 3, p. 377.
12
Ulin Nuha, Kritik Sanad: Sebuah Analisis Keshahihah Hadits, (Jurnal An-Nur, Vol. V,
No. 1, Juni 2013), p. 45.
13
Sholah Najib al-Daqqi, al-Raddu ‘ala man Yath’unu fii Shahih al-Bukhari, Syabakah
Alukah, p. 29.
14
Ibid.
6
Jawaban dari Syubhat
yaitu 17
َو ِإيِّن ُأِعيُذ ها ِب َك َو ُذِّرَّيَتها ِم َن الَّش ْيطاِن ال َّرِج يم. Dalam kitab tafsir al-
7
َقاَل َفِبَم ٓا َأۡغ َو ۡي َتِني َأَلۡق ُع َد َّن َلُهۡم ِص َٰر َطَك ٱۡل ُم ۡس َتِقيَم ُثَّم ٓأَلِتَيَّنُهم ِّم ۢن َبۡي ِن َأۡي ِد يِهۡم َو ِم ۡن َخ ۡل ِفِهۡم
َق اَل ٱۡخ ُر ۡج ِم ۡن َه ا َم ۡذ ُء وٗم ا َّم ۡد ُحوٗر ۖا. َو َع ۡن َأۡي َٰم ِنِهۡم َو َعن َش َم ٓاِئِلِهۖۡم َو اَل َتِج ُد َأۡك َثَر ُهۡم َٰش ِك يَن
ِر
َّلَم ن َتِبَع َك ِم ۡن ُهۡم َأَلۡم َأَلَّن َج َهَّنَم ِم نُك ۡم َأۡج َم ِع يَن
Artinya: Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan
Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).Allah berfirman:
"Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir.
Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar
Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".
Ayat ini menjelaskan tentang sumpah iblis untuk menggoda manusia
dari berbagai cara dan menghalangi manusia untuk beribadah kepada Allah
Swt. yang kemudian di jawab oleh Allah Swt. dengan sabdanya untuk
mengusir Iblis dari surga dalam keadaan hina, dan Allah Swt. bersumpah
barang siapa dari bani Adam mengikutinya dalam kemusyrikan dan
kemaksiatan, maka mereka akan membersamai iblis di dalam neraka tempat
mereka di siksa, dan Allah Swt. akan mengisi neraka tersebut dengan para
pengikut iblis dan sebangsanya.19
pada hadits tersebut kecuali Maryam dan putranya, karena beliau
berdua ma’shum. Dimana disaat lahirnya Nabi Isa ‘Alaihissalam telah dibuat
di antaranya sebuah pembatas, sehingga gangguan syaitan hanya sampai pada
pembatas tersebut dan tidak berpengaruh kepada keduanya. Dan telah
disebutkan bahwa keduanya tidak melakukan sebuah dosa seperti apa yang
telah dilakukan oleh Bani Adam lainnya.20
2. Jawaban syubhat kedua:
Pendapat para penentang tersebut dapat di jawab berdasarkan dalil
dalam al-Qur’an pada surat Ali Imran ayat 33, yaitu:
19
Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Mesir: Mathba’atu Musthofa al-
Baabiy al-Halbiy, cet. 1, 1365 H/ 1946 M), jilid. 8, p. 116.
20
Abu Ja’far, Muhammad ibn Jarir al-Thabari, Jami’u al-Bayan ‘an Takwil Aayi al-Qur’an,
(Makkah: Darr al-Tarbiyah wa al-Turast, 1431 H), jilid. 6, p. 341.
8
ِم ِع ِه
ِإَّن الَّلَه اْص َطَف ى آَدَم َو ُنوًح ا َوآَل ِإْبَرا يَم َوآَل ْم َراَن َعَلى اْلَعاَل َني
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-
masing).
Maksud dari keluarga Imran adalah keluarga yang saling
berkesinambungan satu sama lain secara berurutan yaitu Musa, Harun, Isa,
dan ibunya yang masih merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim dan Nabi
Adam.21
Sedangkan keutamaan yang diberikan kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam
dan ibunya tidaklah melebihi keutamaan Nabi Muhammad Saw. karena
maksud sebenarnya dalam hadits tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
dalil tersebut bahwa Allah Swt. memuliakan Nabi Isa ‘Alaihissalam sebagai
utusan yang diberikan risalah untuk disebarkan kepada umat pada
zamannya.22 Hadits ini juga merupakan dalil akan di ijabahnya doa ibu
Maryam atau istri Imran yang bernama Hannah binti Faqudz agar
keturunannya dijauhkan dari godaan syaitan.23
Begitupun dalam surat Shad ayat 88 disebutkan bahwa tujuan Iblis
menyebutkan pengecualian ini yaitu pengecualian untuk hamba-hamba Allah
Swt yang ikhlas dalam beribadah ِإاَّل ِعَباَدَك ِم ۡن ُهُم ٱۡل ُم ۡخ َلِص يَنadalah agar tidak
ada kebohongan yang terucap dari perkataannya, karena jika dia tidak
menyebutkan pengecualian ini, dia mengklaim bahwa dia merayu semua
orang, sehingga kebohongannya akan muncul ketika dia tidak mampu
merayu. hamba Tuhan yang saleh.24
Kesimpulan
21
Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi....., jilid. 3, p. 143.
22
Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali al-Wahidi al-Nisaburi al-Syafi’i,
al-Tafsir al-Basith, (Universitas al-Imam bin Sa’ud al-Islamiyah: ‘Imadatu al-Bahts al-‘Ilmiy, cet.
1, 1430 H), jilid. 5, p. 184.
23
Muhammad bin Muhammad bin Suwailim Abu Syuhbah, Difa’u ‘an al-Sunnah wa Radd
Syibh al-Mustasyrikin wa al-Kitab al-Mu’ashrin, (Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, cet. 2,
1406 H/ 1985 M), jilid. 1, p. 102.
24
Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib...., jilid. 26, p. 415.
9
Sesungguhnya telah tertulis dalam al-Qur’an sebagai dasar ajaran agama
Islam yang pertama sebelum hadits segala hal terkait janji syaitan untuk
menggoda bani Adam. Dan tidak perlu dipermasalahkan lagi hadits tentang
gangguan syaitan pada bayi yang baru lahir di dunia ini karena sudah terjelaskan
dalam al-Qur’an perihal tersebut. Dan sesungguhnya kemuliaan yang diberikan
kepada para Nabi utusan Allah Swt. tidak akan melebihi kemuliaan Nabi
Muhammad Swt. karena beliau merupakan utusan Allah Swt. di zaman mereka
masing-masing.
Daftar Pustaka
Abu Syuhbah. Muhammad bin Muhammad bin Suwailim, Difa’u ‘an al-Sunnah
wa Radd Syibh al-Mustasyrikin wa al-Kitab al-Mu’ashrin, (Kairo: Majma’
al-Buhuts al-Islamiyah, cet. 2, 1406 H/ 1985 M)
al-Bukhari. Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah al-Ja’fi, al-Jami’ al-Musnad al-
Shahih al-Mukhtashar min Umuri Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
wa Sunanihi wa Ayyamihi: Shahih al-Bukhari, (Daar al-Thauq al-Najah, cet.
1, 1423 H)
10
al-Daqqi. Sholah Najib, al-Raddu ‘ala man Yath’unu fii Shahih al-Bukhari,
Syabakah Alukah
al-Hajjaj. Yusuf bin Abd al-Rahman bin Yusuf, Jamaluddin ibn al-Zaki Abi
Muhammad al-Qadha’i al-Kalbi al-Muzzi, Tahdzib al-Kamal fii Asmai al-
Rijal, (Beirut: Muassis al-Risalah, cet. 1, 1400 H/ 1980 M)
al-Thabari. Abu Ja’far, Muhammad ibn Jarir, Jami’u al-Bayan ‘an Takwil Aayi al-
Qur’an, (Makkah: Darr al-Tarbiyah wa al-Turast, 1431 H)
al-Wahidi. Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali al-Nisaburi al-
Syafi’i, al-Tafsir al-Basith, (Universitas al-Imam bin Sa’ud al-Islamiyah:
‘Imadatu al-Bahts al-‘Ilmiy, cet. 1, 1430 H)
ibn Hanbal. Al-Imam Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassisu al-
Risalah, cet. 1, 1421 H/2001 M)
ibn Katsir. Abu al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar al-Qursyi al-Bashri al-Dimasyqi, al-
Bidayah wa al-Nihayah, (Daar Hijr, cet. 1, 1418 H/ 1997 M)
_______________________________________________________________,
Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. 1, 1419
H)
Mukrimaa, et. al., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)
Nuha. Ulin, Kritik Sanad: Sebuah Analisis Keshahihah Hadits, (Jurnal An-Nur,
Vol. V, No. 1, Juni 2013)
11
Suhandi, Ingkar Sunnah (Sejarah, Argumentasi, dan Respon Ulama Hadits),
(Jurnal: Al-Dzikra, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2015)
12