PENDAHULUAN
Persaingan pada dunia usaha yang semakin ketat hampir di semua lini baik
industri jasa maupun manufaktur membuat para pelaku bisnis harus berlomba-
masyarakat luas.
tradisional Getok Tular atau biasa disebut WOM (Word of Mouth) yang dapat
menjadi salah satu pilihan tepat untuk dapat memasarkan suatu produk, karena
menurut Lonardo and Soelasih (2014) WOM merupakan alat promosi termurah
namun efektif bagi sebuah brand untuk promosi. Sebaliknya, konsumen Indonesia
memiliki karakter yang unik, dimana mereka memiliki kebiasaan berkumpul atau
kesempatan yang baik bagi para pelaku bisnis dimana dapat menjadi sarana dalam
tersalurkannya WOM. WOM sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu WOM positif
1
Promosi WOM yang sangat cocok diterapkan di Indonesia didukung oleh
penelitian Survei Global Nielsen pada tahun 2015, dimana Indonesia menduduki
(2001) kepada pelanggan Coca Cola menyebutkan bahwa pelanggan yang tidak
puas akan membicarakan keburukan kepada 9-10 orang, sedangkan mereka yang
perusahaan, maka perlu disusun suatu program pemasaran yang tepat guna
membangun positif WOM dimata konsumen. Program promosi pun harus disusun
secara unik dan menarik sehingga konsumen akan tertarik membicarakan merk
dan akan cepat menyebar di telinga konsumen lainnya. Sejalan juga dengan
penjualan. Menariknya lagi, satu impresi positif WOM menghasilkan 5 kali lipat
lebih banyak dari impresi media berbayar, sehingga sudah tentu perusahaan dapat
Maraknya pelaku UKM pada sektor kuliner merupakan salah satu efek dari
(Tribun Jateng, 2017) membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi para
2
menghabiskan dana nya untuk makanan (grocery & Food and Beverages), 17%
(http://swa.co.id/headline/causal-dinning-restaurant-lebih-tangguh-ketimbang-fastfood ).
Di sisi lain, Industri Kuliner memiliki potensi untuk menjadi salah satu
restaurant, cafe, maupun rumah makan dengan konsep tertentu tidak lepas dari
perubahan selera masyarakat itu sendiri. Jenis kulinernya pun tidak terbatas hanya
pada kuliner dalam negeri saja, kuliner luar negeri seperti Pizza yang berasal dari
Italia, Kebab yang berasal dari Turki, serta Sushi atau Takoyaki yang berasal dari
Indonesia menjadi trend tersendiri. Tidak sedikit para pelaku UKM sengaja
Indonesia. Dari sekian banyak kuliner dari luar negeri, kuliner khas Jepang
merupakan jenis kuliner yang paling diminati konsumen lokal. Fenomena ini
terlihat dengan banyaknya kedai-kedai yang menjual makanan khas negeri sakura
seperti shusi, ramen, takoyaki, dan lain sebagainya. Cita rasa kuliner Jepang yang
Jepang karena mudah dalam ketersediaan bahan baku membuat kuliner Jepang
3
Salah satu UKM yang mengusung kuliner Jepang ialah Takoyaki 48. Produk
andalannya ialah Takoyaki yang merupakan camilan berbentuk bulat terbuat dari
adonan tepung dan telur yang di goreng dalam pan atau wajan teflon yang
kemudian diisi oleh daging seperti daging gurita, kepiting, sosis ayam dan sosis
sapi. Takoyaki 48 mengusung konsep Take away dimana konsumen hanya bisa
lokasi tertentu yaitu pada teras mini market seperti Indomaret atau Alfamart.
Keputusan pemilihan lokasi pada teras mini market tentunya tidak lepas dari
terganggu oleh akses parkir atau hal lainnya. Beroperasi kurang lebih selama 3
tahun kini Takoyaki 48 telah memiliki 6 gerai yang terletak di daerah Tembalang,
bahwa dibutuhkan komitmen pada kualitas baik dari segi produk maupun segi
produk yang lezat serta melakukan inovasi atau penambahan menu sesuai
Mouth (WOM) itu sendiri sangat diharapkan oleh Manajemen Takoyaki 48 karena
4
terbukti efektif dan efisien dalam memperkenalkan suatu brand atau merk, karena
mengeluarkan biaya tinggi untuk promosi. Namun demikian, dari pra survey yang
dilakukan oleh peneliti, terdapat informasi dari konsumen mengenai dari mana
mereka mengetahui Takoyaki 48. Berikut data pra survey yang dilakukan peneliti:
Tabel 1.1
48 karena lokasi yang dekat dengan tempat tinggal mereka dan dari keinginan
informasi teman, saudara atau orang terdekat masih tergolong sedikit. Data ini
mengindikasikan bahwa tingkat WOM dari sisi konsumen masih sangat kecil,
aspek yang ada pada Takoyaki 48 sehingga timbul kepuasan di benak konsumen
5
positive WOM dapat dilihat dari tingkat penjualan Takoyaki 48 tahun 2016-2017
sebagai berikut :
Tabel 1.2
TAHUN PERIODE
BULAN
2016 2017
JANUARI Rp 11.964.000 Rp 20.012.000
FEBRUARI Rp 10.365.200 Rp 19.131.000
MARET Rp 16.004.600 Rp 19.088.000
APRIL Rp 26.881.000 Rp 18.764.000
MEI Rp 23.670.500 Rp 18.506.000
JUNI Rp 20.927.000 -
JULI Rp 14.584.000 -
AGUSTUS Rp 36.877.000 -
SEPTEMBER Rp 20.581.100 -
OKTOBER Rp 16.753.000 -
NOVEMBER Rp 17.677.000 -
DESEMBER Rp 19.162.500 -
Sumber : Takoyaki 48, 2017.
Tersebarnya gerai Takoyaki 48 pada beberapa teras mini market pada dua
pada lini bisnis kuliner yang sama, tingkat penjualan/ omset penjualan
secara signifikan, bahkan pada bulan Januari 2017 sampai dengan Mei 2017
6
memasuki pasar atau disebabkan oleh kurang dikenalnya produk Takoyaki 48
Positive Word of Mouth (WOM) ialah kualitas makanan, kualitas layanan, lokasi
Masalah utama yang ada pada Takoyaki 48 ialah penurunan penjualan produk
pada tahun 2016-2017 serta rendahnya tingkat Positive Word of Mouth (WOM)
pada sisi pelanggan. Hal ini diprediksi akibat meningkatnya persaingan di indutri
kuliner serta kesalahan strategi yang diterapkan oleh manajemen Takoyaki 48.
7
2. Apakah terdapat pengaruh Kualitas Makanan terhadap positif WOM ?
8
khususnya tentang Positive Word of Mouth, Kepuasan Pelanggan, Kualitas
terkait pada bidang industri kecil dan menengah secara umum, serta pelaku usaha
BAB I : PENDAHULUAN
metode analisis data, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, dan
9
Hasil dan pembahasan akan membahas mengenai deskripsi objek
BAB V : PENUTUP
saran.
10