I. IDENTITAS JABATAN
Indonesia adalah salah satu negara yang mendapat dukungan dari Global Fund untuk
mengatasi masalah AIDS, Tuberkulosis dan Malaria sejak tahun 2003. Hingga tahun 2023,
Indonesia telah menerima alokasi hibah dari The Global Fund (GF) sebesar USD 1,45 miliar
(Rp 20,89 triliun) melalui Kementerian Kesehatan dan Organisasi Masyarakat. Melalui
pendanaan Global Fund ini, lebih dari 20 juta jiwa telah diselamatkan, termasuk 10 juta jiwa
di kawasan Indo-Pasifik. Selain itu, dana ini telah mencegah 146 juta infeksi baru sejak
tahun 2012. Dana ini digunakan untuk meningkatkan aksesibilitas obat-obatan yang
diperlukan, tes diagnostik, layanan konseling dan dukungan, serta pelatihan tenaga medis
dan rehabilitasi.
Selain itu, Global Fund juga telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan mitra
lokal untuk membangun sistem kesehatan yang berketahanan dan berkelanjutan melalui
program GF – RSSH. Program ini bertujuan untuk memperkuat aspek-aspek utama sistem
kesehatan, antara lain memperkuat perencanaan dan penganggaran ATM pada dokumen-
Uraian Pekerjaan Technical Officer SR Dit. Takelmas 1
dokumen perencanaan di daerah, analisis kualitas belanja kesehatan ATM, penguatan
laboratorium kesehatan masyarakat, integrasi layanan primer, pengembangan media dan
modul pembelajaran jarak jauh terkait ATM, penelitian operasional, penguatan kurikulum
ATM dan pengabdian masyarakat di Poltekkes, serta monitoring dan evaluasi.
Global Fund telah mengirimkan surat alokasi ke Indonesia berisi alokasi dana hibah untuk
komponen ATM senilai USD 295.243.582 (Rp 4,25 triliun) untuk siklus permintaan hibah
pendanaan tahun 2024-2026. Dari total dana yang telah dialokasikan ini, the Global Fund
sangat merekomendasikan agar pemerintah Indonesia mempunyai komponen program
yang secara khusus untuk mendukung Sistem yang Tangguh dan Berkelanjutan untuk
Kesehatan (atau Resilient and Sustainable System for Health / RSSH) yang lintas sektor /
cross-cutting dengan komponen program AIDS, TB dan Malaria (ATM). Oleh karena itu,
untuk komponen RSSH ini, dari CCM merekomendasikan agar Sekretariat Jenderal (Setjen)
Kementerian Kesehatan sebagai Penerima Hibah Utama (PR RSSH) untuk periode 2024-
2026, dengan total dana hibah sebesar USD 14,410,402.
Sekretariat Jenderal telah melakukan diskusi dan konsultasi dengan Technical Working
Group (TWG) RSSH, TWG HIV/AIDS, TWG TB dan TWG Malaria dalam menyusun
proposal hibah, untuk memastikan bahwa proposal hibah dapat mengakomodasi isu-isu
lintas sektoral untuk setiap komponen penyakit. Setjen juga telah melakukan proses
pemberian hibah dan negosiasi dengan Country Team Global Fund (CT GF) yang didukung
oleh TWG dalam melengkapi semua dokumen yang disyaratkan harus diserahkan ke Grant
Approval Committee (GAC). Setelah perjanjian hibah antara GF RSSH dengan Kementerian
Kesehatan ditandatangani, maka dana hibah GF – RSSH ini perlu dilaksanakan sesuai
dengan rencana kerja yang telah disepakati oleh semua pihak. Di dalam perjanjian hibah
antara GF dengan Setjen Kemenkes, telah disetujui bahwa ada 2 organisasi yang disetujui
sebagai Sub Recipient (SR) untuk implementasinya. Dua organisasi tersebut adalah
Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat (Dit. Takelmas) dan Asosiasi Dinas
Kesehatan Indonesia (Adinkes). Oleh karena itu, diperlukan juga tim yang kompeten (yang
disebut Program Management Unit) di tingkat SR untuk dapat melaksanakan semua
kegiatan yang telah disepakati dalam rencana kerja antara GF dan PR Setjen Kemenkes.
Adapun posisi-posisi yang diperlukan di SR Dit. Takelmas antara lain sebagai Technical
Officer, dengan detail tugas dan tanggung jawab seperti di bawah ini.
Di bawah ini adalah gambaran terkait hubungan kerja dan dimensi pekerjaan untuk posisi
Technical Officer di tingkat SR.
1. Hubungan Kerja
Internal Eksternal
● Program Manager ● CCM, TWG
● Tim di Finance unit SR ● Dinas Kesehatan Provinsi
● Tim di M/E unit SR ● Audit Internal dan Eksternal
● Implementing Unit ● Stakeholder terkait lainnya
● Tim Kerja di Direktorat Takelmas
● Dinas Kesehatan Kab/Kota
● Puskemas
● Posyandu
2. Besaran Pekerjaan
Program dan Finansial Non Finansial
Peran dan tanggung jawab seorang Technical Officer GF-RSSH di tingkat SR adalah:
1. Membantu persiapan pelaksanaan kegiatan ILP di wilayah lokus, meliputi:
a) Melakukan analisis situasi dan pemetaan jejaring layanan kesehatan di wilayah
lokus (Puskesmas, Pustu, Posyandu KIA, Posyandu Lansia, Posyandu Remaja,
Posbindu PTM, dll)
b) Membantu pelatihan kader dan nakes tingkat kab/kota
c) Membantu pelaksanaan mentoring tingkat kab/kota
2. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pencatatan dan pelaporan data ILP di
tingkat kabupaten/kota, meliputi
a) Memastikan faskes melakukan penginputan data ke sistem informasi secara tepat
waktu
b) Melakukan validasi data pemeriksaan skrining per minggu
c) Melakukan analisis trend data kunjungan pasien dan data skrining per minggu
d) Menyusun laporan umpan balik triwulan kepada faskes
e) Mengirimkan laporan program ILP ke SR Dit. Takelmas secara tepat waktu
3. Bekerja sama dalam mengumpulkan, merekap dan memverifikasi dokumen
implementasi ILP di tingkat kabupaten/kota, yakni:
a) Dokumen SK dari Kepala Daerah terkait penunjukan puskesmas sebagai lokus
implementasi ILP atau SK dari Kepala Puskesmas untuk tenaga kesehatan yang
bertugas dalam program ILP.
b) Dokumen SK Kepala Desa untuk kader yang bertugas dalam program ILP.
c) Laporan kegiatan pelaksanaan ILP.
d) Laporan kegiatan kunjungan rumah oleh kader
4. Membantu pelaksanaan kegiatan supervisi program ILP.
a) Menyiapkan dokumen administratif untuk persiapan pelaksanaan kegiatan supervisi
b) Melaksanakan kegiatan supervisi sesuai petunjuk teknis.
VI. KOMPETENSI
VII. KUALIFIKASI
Bahasa Lancar membaca dan menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia
Laporan
kegiatan
pelaksanaan
semua IU.
Laporan
kegiatan
kunjungan
rumah oleh
kader.
4 Membantu pelaksanaan 100% faskes telah 10% Semester Laporan
kegiatan supervisi disupervisi kegiatan
program semua IU. supervisi
Di eriksa oleh
-- DiseiuXri oleh,
Disia kan oleh,
wh
I