Anda di halaman 1dari 5

A.

Etika dalam perspektif al-Qur’an

Istilah etika dalam Al- Qur’an adalah khuluq. Al- Qur’an juga mempergunakan
sejumlah istilah lain yaitu: khayr (kebaikan), birr (kebenaran), qist (persamaan), ‘adl
(kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma’ruf (mengetahui dan
menyetujui), dan taqwa (ketakwaan). Di dalam Al- Qur’an kata khuluq disebut dua kali
yaitu pada surat asy- Syu’ara [(26): 137] dalam pengerrtian adat kebiasaan dan surat al-
Qalam [(68):4], dalam pengertian berbudi pekerti yang luhur. Ayat keempat surat al-
Qalam menegaskan bahwa Allah telah menjadikan nabi Muhammad mempunyai rasa
malu, mulia hati, pemberani, penyabar dan segala akhlak yang mulia.

Etika al- Qur’an mempunyai sifat humanistik dan rasionalistik. Humanistik dalam
pengertian mengarahkan manusia pada pencapaian hakikat kemanusiaan yang tertinggio
dan tidak bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri. Sebaliknya bersifat rasionalistik
bahwa semua pesan- pesan yang diajarkan al- Qur’an terhadap manusia sejalan dengan
prestasi rasionalitas manusi yang tertuang dalam karya- karya para fislosof. Jadi etika
bisnis adalah refleksi kritis dan rasional dari perilaku bisnis dengan memperhatikan
moralitas dan norma untuk mencapai tujuan.

B. Etika bisnis dalam perspektif Hadis nabi

Konsep etika bisnis dilatarbelakangi oleh ajaran Islam. Nabi Muhammad diutus
oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan
oleh Malik ibn Anas:

dari Yahya al-Laythi dari Malik bahwasannya telah sampai kepadanya (berita)
bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik” (HR. Malik ibn Anas)

1. Menurut Rasulullah, orang yang menerapkan etika dalam kehidupan, termasuk dalam
bisnis. Akan mendapat keberuntungan, misalnya orang yang bersedekah hartanya akan
bertambah, orang yang minta maaf akan mendapat kemuliaan, dan orang yang tawadu’
(rendah hati) akan ditinggikan derajatnya, sebagaimana sabdanya:
Dari Abu Hurayrah dari Rasulullah SAW, ia bersabda, “Tidaklah
sedekah akan mengurangi harta. Tidaklah seseorang memberi maaf kepada
orang lain kecuali Allah akan menambah kemuliannya. Dan tidaklah seseorang
merendah kan hati karena Allah kecuali Dia akan mengangkat derajatnya” (HR.
Muslim dan Tirmidzi)
2. Sebaliknya, orang yang melanggar etika atau akhlak mulia akan mendapatkan kerugian
baik di dunia maupun akhirat, misalnya orang yang suka dzalim kepada orang lain atau
orang yang kikir, tidak mau bersedekah karena khawatir hartanya habis, Rasulullah
pernah memperingatkan agar umat Islam mejauhi 2 perangai negatif tersebut,
sebagaimana dalam sabdanya:

Dari Jabir ibn ‘Abd Allah bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda,


“Takutlah kalian pada kezaliman karena sesugguhnya kezaliman itu merupakan
kegelapan pada hari kiamat dan takutlah pada sikap kikir karena sesungguhnya
sikap kikir itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian yang
menyebabkan mereka menumpahkan darah (saling bunuh) dan mengharamkan
sesuatu yang diharamkan bagi mereka” (HR. Muslim)

Disamping 2 hadis diatas, Rasulullah banyak memberikan petunjuk mengenai etika


bisnis, petunjuk-petunjuk Rasulullah tentang etika bisnis antara lain adalah:

1. Prinsip esential dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam ajara Islam, kejujuran merupakan
syarat yang paling mendasar dalam kegiatan bisnis. Rasulullah snagat menganjurkan
kejujuran dalam segala bentuk aktivitas bisnis. Menurut nabi, kejujuran akan membawa
pada kebajikan dan kebajikan akan membawa pada surga. Demikian pula sebaliknya
kebohongan akan membawa pelakunya pada keburukan dan akhirnya ke neraka,
Rasulullah bersabda:

Dari Ibn Mas’ud ra., dari nabi SAW. ia bersabda. “Sesungguhnya


ejujuran membawa pada kebajikan dan kebajikan membawa pada surga dan
susungguhnya seseorang benar-benar jujur sehingga ditulis disisi Allah sebagai
orang yang jujur. Sesungguhnya kebohonga membawa membawa pada
keburukan dan keburukan itu membawa pada neraka dan sesungguhnya
seseorang benar-benar dusta sehingga dicatat oleh Allah sebagai pendusta” (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Amanah dan profesional dalam bisnis. Bersikap dan berperilaku amanah sangatlah
dianjurkan oleh Islam dan orang yang tidak amanah disebut penghianat, termasuk salah
satu ciri orang munafik. Penghianatan merupakan perbuatan yang sangat keji. Rasululah
mengkategorikan khianat sebagai salah satu ciri orang munafik, sebagaimana sabdanya:

Dari ‘Abdullah ibn Amr bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Ada


tiga perkara yang barang siapa memilikinya maka ia benar-benar munafik dan
barang siapa memiliki sebagaian dari yang empat itu, maka ia memiliki salah
satu sifat kemunafikan hingga meninggalkannya, yaitu jika diberi amanah dia
mengkhianati, jika berbicara ia berdusta dan jika berjanji ia mengingkari” (HR.
al-Bukhori)
3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad melarang seseorang melakukan
sumpah palsu dalam segala hal, termasuk dalam bisnis. Orang yang melakukan sumpah
palsu pada dasarnya telah berbuat dosa besar sebagaimana halnya dosa-dosa besar yang
lain seperti menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, berzina, membunuh
dan sebagainya.

Dari Abdullah ibn Amr ra., katanya: Seorang arab badui datang kepada
Rasulullah SAW. dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah dosa-dosa besar itu?
Rasulullah menjawab “(Dosa-dosa besar itu adalah) menyekutukan Allah”
Orang itu bertanya lagi: kemudian apa lagi? Nabi Muhammad menjawab
“kemudian durhaka kepada kedua orang tua” orang itu bertanya lagi: kemudian
apa? Nabi menjawab, “kemudian sumpah palsu”. Laki-laki itu bertanya, apaah
sumpah palsu itu? jawab nabi, “sumpah yang digunakan untuk mengambil harta
orang lain padahal didalamnya terdapat kedustaan”(HR. Bukhari)
4. Tidak melakuan jual beli najashi, yaitu menawarkan harga tinggi untuk menipu
pengunjung atau calon pembeli lainnya. misalnya dalam suatu transaksi atau pelelangan,
ada penawaran atas suatu barang dengan harga tertentu, kemudian ada seseorang yang
menaikkan harga tawarannya padahal ia tida berniat untuk membelinya. Dia hanya ingin
menaikkan harganya untu memancing pengunjung lainnya dan untuk menipu para
pembeli. Orang yang menaikkan harga, padahal ia tidak berniat untuk membelinya telah
melanggar larangan Rasulullah sebagaimana sabdanya:

”Dari ibn Umar bahwasannya Rasulullah SAW melarang jual beli


najash”i (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Bersikap ramah tamah. Seorang pelau bisnis harus bersikap ramah tamah dalam
melaukan bisnis. Hal ini sejalan dengan Hadis Rasulullah:

Dari Hakim ibn Hizam, katanya: aku meminta (sesuatu) kepada Nabi
SAW. lalu ia memberikannya kepadaku kemudian aku memintannya lagi dan
memberikan kepadaku, lalu aku minta lagi dan ia memberiku lagi. Emudian Nabi
bersabda, “sesungguhnya harta ini hijau (indah) lagi manis. Barang siapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang baik , maka akan diberkahi dan barang siapa
yang mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak akan diberkahi seperti
orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang. Tangan diatas lebih baik
daripada tangan dibawah” (HR Muslim)
6. Tidak melakukan ihtikar (penimbunan). Ihtikar adalah menumpuk dan menyimpan
barang dalam masa tertentu dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan
keuntungan besarpun diperoleh. Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu,
seperti dalam hadis:

Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah bersabda “barang siapa yang


menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa)” (HR. Muslim)
7. Tidak curang dalam takaran, ukuran dan timbangan. Seperti dalam hadis:
Dari ibn Abbas ra., katanya: ketika nabi SAW tiba di Madinah, para
pendudunya sangat buruk dalam hal takar menakar, lalu Allah menurunkan ayat:
“celakalah bagi orang-orang yang curang” kemudian, setelah turunnya ayat itu,
mereka memperbaiki cara menakar barang (HR. Ibn Majah)
8. Tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis adalah
melegitimasi monopoli dan oligopoli sedangkan cara tersebut dilarang oleh Islam
Dari abu khidas dari seseorang muhajir sahabat Rasulullah, katanya: aku
pernah berperang dengan bersama nabi dan aku mendengar ia bersabda, “umat
islam itu berserikat dalam tiga hal, yaitu rumput, air dan api” (HR. abu daud)

9. Barang yang diperjualbelikan adalah barang yang baik (suci) dan halal. Rasulullah
melarang jual beli barang haram seperti khamer sebagaimana sabdanya:
Dari Jabir ibn Abdullah ra., bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
bersabda pada tahun penaklukan kota mekkah, pada waktu itu di mekkah,
“sesungguhnya Allah dan RasulNya melarang jual beli khamer” (HR. al-
Bukhari)
10. Bisnis bersih dari unsur riba. Rasulullah melarang jual beli yang mengandung riba seperti
dalam hadis:
Dari abdul rahman bin abu bakrah, katanya: abu bakrah RA berkata:
Rasulullah bersabda “jangan kalian jual beli emas dengan emas kecuali yang
sama-sama, perak dengan perak kecuali yang sama-sama. Dan jual belilah emas
dan perak atau perak dengan emas sesuai dengan keinginan kalian” (HR.
Bukhori)

Anda mungkin juga menyukai