Anda di halaman 1dari 55

Perniagaan ialah pertukaran barang dengan barang atau pertukaran barang

dengan perkhidmatan
Syed Sabiq, pula mendefinisikan perniagaan sebagai satu proses iaitu apabila
perniagaan itu berfungsi melalui pertukaran harta dengan harta di atas
persetujuan penjual dan pembeli mengikut cara-cara yang diizinkan oleh syarak
Prinsip Perniagaan Islam
Kebebasan
Kerelaan
Keadilan
Perlindungan
Kesopanan
Urusniaga tanpa riba
Layanan baik
Melindungi hak-hak penjual dan pembeli
Jujur dan amanah
Rajin dan tekun
Reda-meredaai
Dengan prinsip ini diharamkan menipu timbang, riba, rasuah, pecah amanah, menyorok barang
niaga dan segala aktiviti yang menjejas keadilan.

Al Quran dan Hadith juga menggariskan panduan untuk umat Islam berniaga. Ini terdapat dalam
surah surah berkaitan, seperti dalam:
*Surah Al Baqarah ayat 275 yang menhalalkan perniagaan dan mengharamkan riba.
*Surah An Nisa ayat 29 menggalakkankan semoga umat Islam berniagakan harta sesama mereka
secara muhibbah.

* Surah Al Baqarah ayat 282 menggaris secara terperinci bahawa perniagaan yang dilunaskan
dimasa hadapan memerlukan kontrak perniagaan bertulis, sementara perniagaan tunai bolehlah
dilaksanakan secara lisan sahaja.
Sebelum diangkat menjadi nabi dan Rasul Allah SWT, Rasulullah Muhammad saw
merupakan seorang pelaku perniagaan yang ulung. Ketika dipercaya memimpin kalifah
dagang, Beliau menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Keuntungan yang
Beliau dapat pun berlimpah-ruah. Keuntungan yang banyak ini merupakan buah dari
sistim ekonomi yang Beliau jalankan.
Ada beberapa prinsip dan konsep yang melatarbelakangi keberhasilan Rasulullah SAW
dalam bisnis. prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang fundamental, yang
menunjang keberhasilan seseorang. Menurut Abu Mukhaladun, prinsip-prinsip
Rasulullah dalam perniagaan meliputi sikap Shiddiq, Amanah dan fatanah.
1. Shiddiq
Sikap Shiddiq atau jujur merupakan salah satu prinsip dasar bagi kita dalam
bermuamalah, terlebih lagi dalam hal perniagaan. Dengan sikap jujur, maka orangorang akan merasa senang untuk bergaul dengan kita, yang dapat memajukan
perniagaan yang kita lakukan. Karena itu, dalam perniagaan Rasulullah saw melarang
pelaku bisnis melakukan perbuatan yang tidak baik. Larangan tersebut meliputi:
a. Larangan tidak menepati janji yang telah disepakati.
Ubadah bin Al Samit menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
berikanlah kepadaku enam jaminan dari kamu, aku menjamin surga untuk kamu: 1)
berlaku benar manakala kamu berbicara, 2) tepatlah manakala kamu berjanji(HR.
Imam Ahmad)
b. Larangan menutupi cacat atau aib barang yang dijual.
Apabila kamu menjual, katakanlah: tidak ada penipuan. (HR. Imam Bukhari)
Tidak termasuk umat Nabi Muhammad seorang penjual yang melakukan penipuan dan
tidak halal rezki yang ia peroleh dari hasil penipuan. Bukanlah termasuk umatku, orang
yang melakukan penipuan. (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu, melainkan hendaknya dia menerangkan
kekurangan (cacat) yang ada pada barang itu. (HR. Ahmad)
c. Larangan membeli barang dari orang sebelum masuk ke pasar.
Rasulullah telah melarang perhadangan barang yang dibawa (dari luar kota). Apabila
seseorang menghadang lalu membelinya maka pemilik barang ada hak khiyar
(menuntut balik/membatalkan) apabila ia telah sampai ke pasar (dan merasa tertipu).
(Al-Hadits)
Rasulullah telah melarang membeli barang dari orang luar atau desa dikarenakan akan
terjadi ketidakpuasan, di mana pembeli akan membeli dengan harga rendah dan akan
dijual di pasar dengan harga tinggi sehingga pembeli akan memperoleh untung yang
banyak. Hal in merupakan penipuan, padahal Rasulullah melarang bisnis yang ada
unsur penipuannya.
d. larangan mengurangi timbangan
Larangan mengurangi timbangan ini diterangkan dalam Al-Quran:

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang
besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (AlMuthaffifin: 1-6)
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Ia berkata:
Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan
janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan
azab hari yang membinasakan (kiamat). (Huud: 84)
Rasulullah Muhammad saw juga bersabda:
Tidak ada suatu kelompok yang mengurangi timbangan dan takaran tanpa diganggu
olah kerugian. (Al-Hadits)
Sesungguhnya kamu telah diberi kepercayaan dalam urusan yang membuat bangsabangsa terdahulu sebelum kamu dimusnahkan. (Al-Hadist)
Apabila sikap Shiddiq dilakukan oleh pelaku bisnis maka praktek bisnis jahiliyah tidak
akan terjadi, perbuatan penipuan dan sebagainya akan terhapus. Hal ini tentunya akan
menguntungkan kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli.
2. Amanah
Amanah berarti tidak mengurangi atau menambah apa-apa yang tidak boleh dikurangi
dan tidak boleh ditambah, termasuk harga jual yang telah ditentukan kecuali atas
pengetahuan pemilik barang. Seorang yang diberi Amanah harus benar-benar menjaga
dan memegang Amanah tersebut. Ingatlah akan firman Allah SWT dalam Al Quranul
Karim:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh,(Al-Ahzab: 72)
Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu menjaga Amanah yang diberikan
kepadaNya.
Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat
terhadap orang yang mengkhianatimu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Ubadah bin Al Samit menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
berikanlah kepadaku enam jaminan dari diri kamu, aku menjamin surga untuk kamu: 1)
berlaku benar apabila kamu berbicara, 2) tepatlah manakala kamu berjanji, 3)
Tunaikanlah manakala kamu diamanahkan, 4) pejamkanlah mata kamu (dari yang di
tengah), 5) peliharalah faraj kamu, 6) tahanlah tangan kamu. (HR. Imam Ahmad)
Seseorang yang melanggar Amanah digambarkan oleh Rasulullah sebagai orang yang
tidak beriman. Bahkan lebih jauh lagi, mereka dimasukkan kedalam golongan orangorang munafik. Hal ini tercermin dari sabda Rasulullah Muhammad saw:
Tidak beriman orang yang tidak memegang Amanah tidak ada agama orang yang tidak
menepati janji. (HR. Ad Dalimi)
Tanda orang munafik itu ada tiga macam: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia
mengingkari; dan jika diberi kepercayaan, dia khianat. (HR. Ahmad)

Sementara itu, orang yang jujur dan selalu memegang amanah akan mendapat pahala
dari Allah SWT. Bahkan, Rasulullah saw menyatakan mereka akan bersama-sama
dengan para Rasul dan orang yang beriman di syurga kelak, insya Allah. Hal ini sesuai
dengan sabda Nabi Muhammad saw:
Para pedagang yang jujur dan Amanah akan berada bersama para Rasul, orang-orang
yang beriman, dan orang-orang yang jujur. Rizki Allah terbesar pada (hambanya) ada
dalam bisnis. (Al-Hadits)
Sikap Amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim. Sikap Amanah
diantaranya tidak melakukan penipuan, memakan riba, tidak menzalimi, tidak
melakukan suap, tidak memberikan hadiah yang diharamkan, dan tidak memberikan
komisi yang diharamkan. Hadis nabi yang berkenaan dengan hal tersebut diantaranya
adalah:
a. Larangan memakan riba
Beliau (Nabi SAW) melaknat orang yang memakan riba, orang yang menyerahkannya,
para saksi serta pencatatnya. (HR. Ibnu Majah)
b. Larangan melakukan tindak kezaliman
Seorang muslim terhadap sesama muslim adalah haram: harta bendanya,
kehormatannya, dan jiwanya. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
c. Larangan melakukan suap
Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap di dalam kekuasaan. (HR. Imam
Abu Dawud dan Imam Tirmidzi)
d. Larangan memberikan hadiah haram
Hadiah yang diberikan pada penguasa adalah ghulul (perbuatan curang). (HR. Imam
Ahmad dan Al-Baihaqi)
Hadiah yang diberikan kepada pejabat adalah suht (haram). (HR. Al-Khatib)
e. Larangan memberikan komisi yang haram
Rasulullah mengutusku ka Yaman (sebagai penguasa daerah). Setelah aku berangkat,
beliau SAW, mengutus orang menyusulku. Aku pulang kembali. Rasulullah SAW,
bertanya kepadaku, tahukah engkau, mengapa kau mengutus orang menyusulmu?
janganlah engkau mengambil sesuatu untuk
kepentinganmu sendiri tanpa seizinku. (jika hal itu kamu lakukan) itu merupakan
kecurangan, dan barang siapa berbuat curang pada hari kiamat kelak dibangkitkan
dalam keadaan memikul beban kecurangannya. Untuk itulah, engkau aku panggil dan
sekarang berangkatlah untuk melakukan
tugas pekerjaanmu. (HR. Imam Tirmidzi)
Barang siapa yang kami pekerjakan untuk melakukan tugas dan kepadanya kami telah
berikan rizki (yakni imbalan atas jerih payahnya) maka apa yang diambil olehnya selain
itu adalah suatu kecurangan. (HR. Imam Abu Dawud)
Sikap amanah dapat diperkuat jika dia selalu meningkatkan pemahaman Islamnya dan
istiqamah menjalankan syariat Islam. Sikap amanah juga dapat dibangun dengan jalan
saling menasehati dalam kebajikan serta mencegah berbagai penyimpangan yang
terjadi. Sikap amanah akan memberikan dampak positif bagi diri pelaku, perusahaan,
masyarakat, bahkan negara. Sebaliknya sikap tidak amanah (khianat) tentu saja akan
berdampak buruk.
3. Fathanah

Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dalam hal ini Fathanah meliputi dua unsur, yaitu:
a. Fathanah dalam hal administrasi/manajemen dagang, artinya hal-hal yang
berkenaan dengan aktivitas harus dicatat atau dibukukan secara rapi agar tetap bisa
menjaga Amanah dan sifat shiddiqnya.
Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orangorang lelaki (diantaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (Al Baqarah: 282)
b. Fathanah dalam hal menangkap selera pembeli yang berkaitan dengan barang
maupun harta.
Dalam hal fathanah ini Rasulullah mencontohkan tidak mengambil untung yang terlalu
tinggi dibanding dengan saudagar lainya. Sehingga barang beliau cepat laku. Dengan
demikian fathanah di sini berkaitan dengan strategi pemasaran (kiat membangun citra).
Kiat membangun citra dari uswah Rasulullah SAW meliputi: penampilan, pelayanan,
persuasi dan pemuasan.
Penampilan: tidak membohongi pelanggan, baik menyangkut besaran (kuantitas)
maupun kualitas.
Apabila dilakukan penjualan, katakanlah: tidak ada penipuan. (HR. Imam Bukhari)
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan;
Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan; (Asy-Syuara: 181-183)
Tidak ada suatu kelompok yang merugikan timbangan dan takaran tapa diganggu oleh
kerugian. (Al-Hadits)
Pelayanan: pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi tempo
untuk melunasinya. Selanjutnya, pengampunan (bila memungkinkan) hendaknya
diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayarnya.

Persuasi: menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang.


Sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapus berkah. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Pemuasan: hanya dengan kesempatan bersama, dengan suatu usulan dan
penerimaan, penjualan akan sempurna.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(An Nisaa: 29)
Dengan demikian sikap fathanah ini sangat penting bagi pebisnis, karena sikap
fathanah ini berkaitan dengan marketing. Dengan marketing yang baik, perniagaan
akan memeberikan hasil yang baik pula.
Konsep Perniagaan Dalam Islam
Oleh Engku Ahmad Zaki Engku Alwi

ISLAM DAN PERNIAGAAN


Islam adalah satu cara hidup yang lengkap dan sempurna(ad-Din). Ia menyediakan
peraturan dan garis panduan untuk manusia dalam segala aspek ehidupan manusia
termasuk bidang perniagaan. `Tidak Kami abaikan sesuatu pun dalam Al-Kitab'
Tujuan peraturan dan garis panduan ini adalah untuk memastikan kemaslahatan
manusia dapat di pelihara dan segala unsur yang boleh merosakkan agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta dapat di halang.
`Dan tidak kami utuskan kamu( wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat
untuk seluruh alam'
Sudah semestinya agama serta peraturan dan garis panduan yang terkandung di dalam
nya yang dturunkan oleh Maha Pencipta kepada manusia adalah lebih baik daripada
peraturan yang di sediakan oleh manusia itu sendiri yang mempunyai serba kelemahan
`Manusia itu di ciptakan lemah' Oleh itu tanggungjawab manusia di muka bumi
adalah untuk menjalankan amanah menegakkan agama Allah SWT dan peraturan
serta hukum-hukumnya termasuklah memanfaatkan segala sumber-sumber
semulajadi dan lainya yang di cipta oleh Allah mengikut apa yang di tetapkan oleh
Allah untuk kebaikannya dan makhlok lain kerana dia akan di
pertanggungjawabkan di depan Allah SWT di hari pembalasan nanti.
Berdasarkan Al-Quran, Hadis dan sirah Rasulullah s.a.w jelas bahawa Islam
menggalakkan perniagaan. Malah adalah suatu hakikat bahawa perkembangan dunia
Melayu dan perniagaan Islam merupakan dua perkara yang tidak dapat di pisahkan.
Sejarah bangsa Melayu telah mempamirkan satu hubungan yang begitu jelas antara
keduanya. Malah tidak keterlaluan untuk mengatakan bahawa kejayaan bangsa Melayu
dalam bidang ekonomi dan perniagaan bermula dengan keberkesanan perlaksanaan
sistem ekonomi Islam dalm bentuknya yang tersendiri pada awal abad 15 dengan
tersebarnya agama Islam dan terbinanya Kerajaan Kesultanan Melayu Melaka
sebagaimana yang dapat di kaji dalam dokumen-dokumen sejarah seperti Tuhfat al-

Nafis, Undang-Undang Melaka, Undang-Undang Pahang, Suma Oriental of Tome


Pires, The Book of Duarte Barbosa, Rihlah Ibn Batuta, Undang-Undang Laut
Melaka dsbnya.
Falsafah Umum
Falsafah umum perniagaan yang menjadi asas kehidupan Muslim.
Falsafah ialah pegangan individu atau masyarakat mengenai ketuhanan,
manusia, kebahagiaan dan persoalan-persoalan asas kehidupan.
Falsafah ini akan menentukan sikap seseorang itu terhadap dirinya, orang
lain dan kerjanya. Sikap ini akan memberikan kesan terhadap tindakan
dan gelagatnya dalam mengendalikan kerjanya.
FALSAFAH ISLAM ADALAH DIASASKAN OLEH TAUHID.
Definasi tauhid : secara umumnya ia bermaksud mengakui dan mempercayai keesaan
Allah.
Kepercayaan dan keyakinan ini merangkumi perkara-perkara berikut:
a. Adanya tuhan langit dan bumi.
b. Ia pencipta keduanya dan segala yang ada diantara keduanya.
c. Ia pemilik segala yang ada dialam ini.
d. Pemberi rezki kepada setiap yang hidup.
e. Pentadbir setiap perkara.
f. Mengesakan Allah dengan ibadat.
g. Taat sepenuhnya dan tunduk kepadanya serta tidak menyembah kecuali kepada
dia sahaja.
h. Melaksanakan perintahnya dalam segala aspek kehidupan.
KESAN TAUHID DALAM KEHIDUPAN MANUSIA(1)
A. Memberikan Misi Yang Jelas Dalam Setiap Pekerjaan.
Misi setiap muslim yang diserapkan dengan tauhid ialah untuk
melaksanakan perintah Allah dalam setiap aspek kehidupannya - dalam
kehidupan individu, berkeluarga, masyarakat dan bernegara. Dalam
sistem ekonomi, politik dan sosial.
Dalam setiap aktiviti dan kegiatannya dia akan berusaha untuk
melaksanakan apa yang dituntut oleh Islam. Apa yang dikehendaki oleh
Allah itulah apa yang akan dibuat olehnya.
Dengan cara ini manusia muslim akan memperolehi matlamat yang
unggul iaitu `Al-Falah' iaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
sekiranya ditanya `apakah misi organisasinya atau pekerjaanya'. Dia akan
menjawab `sebagaimana yang dituntut oleh Islam'. Untuk tujuan ini, ilmu
pengetahuan yang sesuai adalah diperlukan supaya dia tahu apa yang
dituntut oleh Islam itu dalam pekerjaannya dan hidupnya.
B. Membebaskan Manusia.
Dalam peperangan Qadisiyah apabila Rib'i b. `Amir berdiri dihadapan
ketua perang Parsi, Rustam untuk menjelaskan matlamat kedatangan
Islam, beliau menjawab:
`.........Dan untuk membebaskan manusia daripada memperhambakan diri
kepada manusia kepada memperhambakan diri kepada Allah, daripada

kesempitan dunia kepada satu dunia yang lebih luas dan daripada
penindasan agama lain kepada keadilan Islam'
__________________________
(1)
Al-Qardawi Yusuf "Pengertian Tauhid" terjemahan AbdulMajid Abdullah, Pustaka
Salam, 1987.
Dengan tauhid kita dapat diselamatkan dari tunduk kepada manusia dan
terkungkung dengan pendapat seseorang. Dengan ini jiwa manusia dan
hidupnya bebas dari tunduk, merendah, menghina dan menyerah kepada
yang lain dari Allah.
C. Membentuk Peribadi Yang Seimbang
Peribadi yang seimbang atau `Balanced Personality' banyak disebut oleh
`guru-guru pengurusan' barat atau western `Management Gurus'
termasuklah Stephen Covey. Secara teorinya ianya sesuatu yang boleh
diperkatakan. Tetapi secara praktisnya, ianya hanya boleh dibentuk dalam
satu masyarakat yang beragama.
Masyarakat sekular tidak akan dapat melahirkan peribadi yang seimbang
walaupun ianya disebut berulang-ulang kali.
Peribadi seimbang yang dilahirkan melalui tauhid ialah seimbang dari
aspek roh dan jasadnya, `akal dan nafsunya, ilmu duniawi dan akhirat,
manusia yang inovatif dan kreatif, sabar dan tegas, mempunyai visi dan
misi dalam kehidupannya serta cekap dan ikhlas dalam memberikan
sumbangan yang positif kepada masyarakat dan bersifat proaktif dalam
menangani permasalahan dalam kehidupannya, serta berjaya dalam
hidup didunia dan persediaannya untuk akhirat. Seimbang juga
bermaksud mampu melahirkan suasana yang baik samada dipejabat atau
organisasinya dan dirumahtangganya. Semuanya dalam keadaan yang
stabil dan harmoni.
D. Sumber Kebahagiaan Dan Ketenangan Jiwa
Stephen Covey, salah seorang guru pengurusan terkenal telah menyebut
satu masalah yang biasa kita dengar dikalangan `Top Executives' dan ahli
perniagaan yang telah berjaya:
`Everyone tells me i'm highly successful. I've worked and scraped and
sacrificed, and i've made it to the top. But i'm not happy. Way down inside i
have this empty feeling. It's like the song says,'is that all there is?
most of the time, i just don't enjoy life.....(first things first)
Sebenarnya dengan tauhid hati seseorang dapat dipenuhi dengan
keamanan dan ketenangan. Ia telah menutup pintu ketakutan, takut
tentang rezki, takut kepada ajal, takut kepada diri, takut kepada keluarga
dan anak-anak, takut kepada manusia dan takut kepada mati.
Adapun seseorang mukmin yang mentauhidkan Allah, ianya tidak takut kepada sesuatu
atau seseorang kecuali hanya kepada Allah.
Sebab itu ia sentiasa dalam keadaan bahagia dan tenang.
E. Tauhid Asas Persaudaraan Dan Persamaan
Persaudaraan dan persamaan tidak akan tercapai dalam kehidupan
manusia, bila terdapat dikalangan manusia ada yang menjadi tuan kepada
manusia lain. Tetapi bila semua manusia itu dikira sebagai hamba Allah

maka ianya adalah sebagai punca dan asas persaudaraan dan


persamaan diantara sesama manusia.
Hatta dalam pekerjaan sekalipun semangat ini jelas kelihatan
sebagaimana yang disebut dalam sebuah hadis Rasulullah yang
bermaksud:
`Pekerja kamu adalah saudara kamu. Mereka yang bekerja dengan kamu
telah dijadikan tunduk dibawah kamu oleh Allah.'
Apabila kita percaya kepada Allah yang esa dan seterusnya mengabdikan
diri seluruhnya kepada Allah maka akan lahir satu keadaan dimana
mereka yang berbuat demikian akan bersaudara tidak ada perbezaan
kaum dan tidak ada perbezaan warna kulit.
F. Kesan Tauhid Terhadap Akhlak
Kesan daripada perkara diatas akan lahir individu-individu yang berakhlak
mulia dan amanah. Dia seorang yang konsisten dalam menjalankan
tugasnya dengan cekap dan penuh tanggungjawab(akauntabiliti) kerana
ikatannya hanyalah kepada Allah dan tidak pada orang lain.
KONSEP MANUSIA
Dalam Islam manusia adalah gabungan ruh dan jasad. Oleh itu kedua-dua unsur ini
haruslah dibangunkan dan dipertingkatkan.
Imam al-Ghazali telah menggariskan empat jalan untuk mencapai kebahagian iaitu:
a. Memenuhi keperluan ruh
b. Memenuhi keperluan jasad
c. Memenuhi keperluan luaran
d. Memenuhi keperluan kepada petunjuk ilahi
Disamping itu manusia adalah `Khalifatullah fi Al-ardh' yang diberi amanah untuk
membangunkan alam ini oleh Allah. Segala apa yang ada dibumi adalah milik Allah dan
manusia diberikan hak sementara. Manusia akan disoal oleh Allah terhadap apa yang
dibuat dengan harta yang diperolehinya.
Oleh itu kriteria yang digunakan oleh manusia untuk membuat keputusan tidak hanya
dibatasi oleh dunia ini sahaja tetapi juga merangkumi alam akhirat.
FALSAFAH PERNIAGAAN.
Falsafah perniagaan dalam perspektif barat adalah sebahagian daripada misi institusi
perniagaan itu yang menggabungkan 3 aspek penting:
1. Tujuan - kenapa institusi atau organisasi perniagaan itu wujud?
2. Strategi
3. Nilai dan etika kerja - polisi dan etika yang memandu sesuatu
perniagaan dalam operasinya. Ia menjelaskan bagaimana
seseorang pengurus perniagaan dan pekerja seharusnya
bertindak.
TUJUAN
Secara umumnya tujuan atau `purpose' perniagaan dari perspektif barat ialah untuk
mendapat keuntungan. Walaubagaimanapun matlamat perniagaan telah malalui

perubahan peradigma. Bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan tetapi juga untuk
memenuhi tanggungjawab sosial. Perubahan ini adalah kesan daripada pengalaman
masyarakat barat yang telah merasai kepahitan dari kualiti yang rendah dan
keselamatan yang tidak terjamin apabila keuntungan sahaja yang menjadi tujuan
perniagaan. Malah mereka menganggap tanggungjawab sosial sebagai satu cara untuk
meningkatkan imej sesuatu organisasi perniagaan dalam sebuah masyarakat. Dengan
cara ini dari sudut jangka panjang syarikat tersebut akan dapat meningkatkan
permintaan terhadap barangan dan perkhidmatan.
Ada berbagai-bagai tanggapan dikalangan ketua-ketua eksekutif atau penguruspemgurus syarikat dibarat mengenai tujuan atau falsafah perniagaan:
1. Untuk kebajikan pemegang-pemegang saham syarikat.
2. Untuk kebajikan pengguna
3. Untuk kebajikan pemilik-pemilik syarikat(perkongsian)
4. Untuk kepentingan pemegang saham, pekerja, pengguna dan
`suppliers'
5. Untuk meningkatkan kualiti kehidupan bagi lelaki dan wanita yang
bekerja( yang tidak menjejas alam sekitar, atau meningkatkan
perkhidmatan pengguna, etc). Sesuatu yang melewati batas kepentingan
diri keempat-keempat golongan tersebut. Sesuatu yang memberi `sense
of mission' kepada syarikat tersebut.
STRATEGI
Ini menentukan logik perniagaan itu. Pihak pengurusan harus mengenalpasti suasana
atau keadaan pasaran tempat ia akan bersaing. Ia harus juga menentukan apakah ciri
kekuatan yang membolehkannya berada dalam keadaan yang selesa dan dominan.
Umpamanya, strategi untuk mengeluarkan barangan yang berkualiti tinggi.
NILAI DAN ETIKA
Ini menjelaskan bahawa perkara-perkara dan aktiviti-aktiviti yang dilakukan oleh sese
uab syarikat dan mereka yang mempunyai hubungan dengannya bukan sahaja baik
dari sudut strategi untuk meningkatkan jualan tetapi ianya juga baik dalam ertikata yang
sebenarnya. Hanya apabila seseorang pekerja itu mempunyai nilai peribadi yang selari
dengan nilai organisasi atau syarikat yang dia bekerja, komitmen serta penglibatannya
akan bertambah. Aspek yang perlu diberi penekanan,
- Kerjasama dan perundingan sebagai satu pasukan.
- alam sekitar
- hubungan pihak pengurusan dan pekerja, pengguna dan
sebagainya.
- Kualiti barangan yang tidak memberikan kesan negatif
kepada kesihatan.
Berdasarkan pandangan barat organisasi atau syarikat itu akan berjaya apabila
perkara-perkara ini digabungkan iaitu, apabila strategi, nilai dan etika digabungkan
dengan satu tujuan yang unggul yang melewati batas kepuasan kumpulan-kumpulan
tertentu.
BAGAIMANA DENGAN KEUNTUNGAN SEMATA-MATA

Sesebuah syarikat tidak akan hidup dengan hanya memikirkan keuntungan sematamata dan mengenepikan aspek-aspek lain dari sudut jangka panjang. Dia dapat
`Survivie' dari sudut jangka pendek.
Tetapi apabila masyarakat dapat menilai kesan barangan dan perkhidmatan yang
dihasilkan serta perkhidmatan pengguna atau pembeli yang disediakan maka syarikat
tersebut akan menerima kesan yang buruk.
Akhirnya jualan dan keuntungannya akan mulai menurun kerana tidak kompetitif dari
sudut kualiti dan perkhidmatan(bagaimana kita melayani pembeli etc., mengakui
kesilapan, senyuman menghadapi pembeli yang rumit, etc).
FALSAFAH PERNIAGAAN ISLAM
Falsafah perniagaan Islam lahir daripada falsafah kehidupan yang telah ditentukan oleh
Islam. Berbeza dengan barat dimana falsafah perniagaan mereka bertukar atau
berubah berdasarkan pengalaman mereka.
TUJUAN SYARIKAT ATAU PERUSAHAAN DIWUJUDKAN
Tujuan tidak boleh dipisahkan daripada falsafah Islam yang diasaskan oleh tauhid. Ia
mencerminkan kesan tauhid dalam kehidupan manusia sebagaimana yang telah
disebutkan.
MEMENUHI TANGGUNGJAWAB AGAMA
Di antara tujuan perniagaan diwujudkan ialah memenuhi tuntutan agama.
A. Ini Sesuai Dengan Tujuan Syari'at Diturunkan.
Syari'at Islam diturunkan untuk memenuhi tahap dharuriyyah(keperluan
asas) manusia
yang didefinasikan sebagai pemeliharaan 5 perkara asas untuk kehidupan
manusia iaitu:
1. Agama
2. Nyawa
3. Akal
4. Keturunan
5. Harta
Masa'lih - segala yang memelihara salah satu atau kelima-lima atau daripada perkara
ini.
Mafa'sid - segala yang boleh memberi kesan negatif keatas salah satu atau kelima-lima
perkara ini.
Oleh itu Islam mengharamkan mafa'sid dalam kegiatan perniagaan kerana jelas ia
boleh memberikan kesan yang negatif terhadap pencapaian dharuriyyah iaitu
pemeliharaan kelima-lima perkara ini. Umpamanya, arak diharamkan oleh Islam.
1. Kita boleh memahami rasionalnya dengan menganalisa kesan negatif
arak terhadap agama, nyawa, akal, keturunan dan harta manusia.
2. Apabila ianya boleh menjejas perkara-perkara ini ia akan merosakkan
kehidupan bermasyarakat, menjejas ketahanan masyarakat dan nasib
masa depan generasi akan datang. Perceraian, homoseksual, anak luar
nikah, jenayah serta ketidakstabilan politik akan berleluasa.

3. Apabila perkara yang mafa'sid ini ditegah dan tidak dibenarkan untuk
diperniagakan atau di keluarkan maka akan lahir masyarakat yang sihat,
berakhlak mulia, produktif dan berkualiti tinggi.
Oleh itu kegiatan perniagaan dalam Islam adalah satu ibadah yang sekiranya dilakukan
dengan niat yang ikhlas serta bersesuaian dengan kehendak syari'at Islam akan
mendapat keredhaan Allah.
Ini selari dengan satu kaedah fiqh yang berbunyi:
Sesuatu itu wajib apabila yang wajib tidak dapat dilaksanakan tanpanya.
Memenuhi tanggungjawab terhadap diri dan kehidupan sosial sesuai dengan kesan
falsafah yang diasaskan oleh tauhid, tujuan kewujudan sesuatu syarikat ialah untuk
memenuhi tanggungjawab berikut: (2)
a. Keperluan diri secara sederhana
b. Keperluan keluarga
c. Keperluan masa depan. Membantu dalam menghadapi perkara-perkara yang
datang tanpa diundang
d. Keperluan anak-anak akan datang
e. Perkhidmatan dan sumbangan sosial, termasuk berusaha untuk menegakkan
agama Islam, membantu kearah pencapaian matlamat negara seperti
membasmi kemiskinan, menyediakan pekerjaan, menstabilkan harga,
keselamatan,dll.
B. PEMBANGUNAN MENTAL, SPIRITUAL DAN JASMANI MANUSIA
Oleh itu jelas bahawa dalam Islam falsafah perniagaan ialah untuk membangunkan
spiritual, mental dan jasmani manusia supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya
sebagai Khalifatullah fi Al-ardh' dengan sebaik mungkin.
_________________________
(2) Siddiqui, M.N , The Economic Enterprise in Islam, Islamic Publications Ltd, 1988.

Rasulullah S.A.W Bersabda:


`Sesungguhnya kefakiran itu mendekatkan diri kepada kekufuran'
Rasululah S.A.W Bersabda:
`Tidak salah harta ditangan orang yang bertakwa'
C. HARTA SEBAGAI ALAT BUKAN MATLAMAT
Dalam Islam apa sahaja yang kita lakukan untuk mencari harta adalah dilihat sebagai
alat untuk mencapai matlamat yang unggul iaitu untuk mentaati Allah dalam semua
aspek kehidupan kita.
Sebagaimana yang disebut dalam al-Quran:
`tidakku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah aku'
(az-zariat, ayat 56)
Oleh itu termasuk diantara tujuan perniagaan ialah untuk usahawan mendapatkan
keuntungan kerana itu merupakan hak yang diberikan kepada mereka kerana usaha
dan risiko yang harus mereka tanggung.
D. CONTOH DIZAMAN AWAL ISLAM
Kita akan dapati bahawa ramai sahabat-sahabat Rasulullah yang telah berjaya sebagai
pedagang dan peniaga walaupun pada awalnya mereka menghadapi banyak
kesukaran dan rintangan. Malah boleh dikatakan bahawa Rasulullah telah berjaya

melahirkan satu masyarakat perdagangan yang tumbuh dengan cepat selepas


penghijrahan baginda ke Madinah.
PERNIAGA DAN USAHAWAN DILAHIRKAN MELALUI MOTIVASI
Rasulullah sebagai ketua negara telah memberikan motivasi dan galakkan kepada
rakyat negara Islam dalam hal perdagangan.
Rasulullah telah bersabda:
`Didorang atas kamu ialah perniagaan kerana didalamnya ialah sembilan
perspuluh daripada rezeki'.
Zubair Bin Awwam
Semasa hijrah Rasulullah ke Madinah Zubair telah pergi ke Syria untuk berniaga.
Kemudian beliau mengikuti jejak Rasulullah ke Madinah dan meninggalkan segala hasil
perniagaannya di Mekah.
Semasa beberapa tahun di Madinah Zubair hanya memperolehi pendapatan yang
sedikit dari bidang pertanian. Dia terpaksa menghadapi banyak rintangan dan dugaan.
Kemudian berkat kesabaran dan ketabahan beliau telah memulakan bidang perniagaan
dan akhirnya menjadi orang yang kaya di Madinah.
Abdul Rahman Bin Auf
Beliau merupakan seorang pedagang yang cekap dan pandai berniaga. Beliau
merupakan pedagang yang terkaya di Mekah. Apabila beliau memeluk Islam beliau
telah meninggalkan segala hartanya di Mekah dan ikut berhijrah ke Madinah.
Sampai di Madinah beliau terus mencari pasar untuk berniaga dan mampu bersaing
dengan golongan pedagang yang sudah lama berdagang disana dan kemudian menjadi
kaya.
Othman Bin Affan
Beliau merupakan seorang sahabat yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
baik dan merupakan diantara sejumlah kecil yang mampu membaca dan menulis di
Mekah. Apabila beliau dewasa beliau telah membabitkan diri dengan kegiatan
perniagaan dan berjaya memperolehi keuntungan yang banyak.
Apabila beliau berhijrah ke Madinah beliau telah membantu umat Islam yang dalam
kehausan dengan membeli sebuah telaga kepunyaan orang yahudi dengan harga
35,ooo dirham kerana orang yahudi tidak membenarkan orang Islam menggunakannya.
KEUNTUNGAN DAN ETIKA PERNIAGAAN
Sebagaimana yang disebut diatas bahawa keuntungan adalah sesuatu yang menjadi
hak kepada seseorang usahawan dari pandangan Islam. Keuntungan yang diperolehi
itu harus digunakan berdasarkan apa yang menjadi tujuan kewujudan sesuatu syarikat
itu.
Sebagaimana yang disebut oleh Saidina Ali :
`Adalah menjadi hak kepada pedagang untuk memperolehi keuntungan
atas usaha mereka menyediakan barangan yang berguna kepada
masyarakat'(warkah beliau kepada malik bin al-haris sewaktu perlantikan
sebagai gabenor mesir)
Walaubagaimanapun keuntungan seharusnya diperolehi melalui usaha-usaha dan
kegiatan yang tidak bercanggah dengan etika perniagaan yang ditetapkan oleh Islam.
APAKAH ITU ETIKA PERNIAGAAN

Etika ialah satu perkataan yang datang dari bahasa Greek `Ethos' yang memberi
maksud `Code Of Human Conduct' atau peraturan yang membatasi gelagat manusia.
Oleh itu apabila disebut etika perniagaan ia memberi erti peraturan-peraturan yang
membatasi gelagat atau tindakan manusia dalam kegiatan perniagaan.
SUMBER ETIKA PERNIAGAAN
Etika perniagaan adalah diperolehi daripada dua sumber utama hukum Islam iaitu alQur'an dan as-Sunnah. Sabda Rasullulah "Aku tinggalkan kerana 2 perkara sekiranya
kamu pegang kedua-duanya kamu tidak akan sesat selama-lamanya. Selain daripada
itu ia juga dibincangkan oleh ulama'-ulama' dalam satu cabang daripada ilmu fiqh iaitu
fiqh al-mu'amalat.
Secara umumnya adalah penting untuk kita memahami maqa'sid al-shari'ah atau tujuan
shariah untuk menentukan bentuk dan kandungan kegiatan perniagaan kita (apa yang
hendak dikeluarkan, bagaimana dan mengapa).
Dengan memahami etika perniagaan kita akan dapat memastikan perniagaan kita akan
diredhai oleh Allah. Kita perlu menjawab soalan-soalan ini dengan berpandukan etika
perniagaan Islam:
1. Bolehkah perkhidmatan atau barangan ini dikeluarkan? Kalau tidak
boleh kenapa?
2. Kalau boleh, adakah kandungan barangan tersebut dibenarkan dari
sudut halal atau haramnya, dan dari sudut kualiti agar ia tidak merosakkan
kesihatan akal dan jasmani pengguna.
3. Adakah cara pemasaran barangan dan perkhidmatan tersebut
bertentangan dengan etika Islam?
4. Adakah upah yang diberikan kepada pekerja kita berpatutan dengan
kerja yang dibuat? Bagaimana dengan suasana pekrjaan, adakah sesuai
untuk meningkatkan produktiviti dan kualiti?
5. Adakah kerja memproses barangan dan perkhidmatan memberi kesan
negatif kepada alam sekitar?
6. Adakah pembiayaan kewangan bagi mengeluarkan barangan atau menyediakan
perkhidmatan tersebut sesuai dengan prinsip Islam?
ETIKA PERNIAGAAN ISLAM 'PRINSIP TIDAK MEMUDARATKAN' ATAU 'NO
INJURY PRINCIPLE'
Dalam menggariskan etika perniagaan, Islam menjadikan 'Prinsip Tidak Memudaratkan'
atau 'No Injury Principle' sebagai asas penting. Prinsip ini merujuk kepada peraturan
yang meggerakkan tindakan dan gelagat pimpinan serta pihak bawahan dalam
hubungan sesama mereka dan yang memberi kesan di luar organisasi. Hubungan yang
berasaskan prinsip 'tidak memudaratkan' ini menghalang atau mengurangkan sifat atau
tindakan negatif terhadap orang lain, dengki mendengki, mementingkan diri sendiri atau
tindakan yang boleh menyebabkan berlakunya ketidakadilan terhadap seseorang. Ia
juga merjujk kepada kesan produk atau perkhidmatan terhadap pengguna dan alam
sekitar.
Prinsip ini bersifat universal dan boleh dipraktikkan dalam semua aspek dan dimensi
kehidpan manusia. Ia bukan sahaja melarang tindakan atau sikap yang memudaratkan
orang lain tetapi juga memudaratkan diri sendiri. Apabila seseroang atau satu
organisasi itu berusaha untuk tidak memudaratkan diri sendiri atau orang lain

kehiudpan dan kegiatanya menjadi seimbang, keberkatan ilahi dan kecemerlangan


dalam pencapaian matlamat perniagaan dapat di perolehi.
Dalam konteks pengeluaran dan perkhidmatan pengamatan prinsip 'tidak
memudaratkan' ini akan memastikan bahawa sesebuah oraganisasi perniagaan atau
syarikat itu tidak terlibat dalam perkara-perkara yang memudaratkan perkembangan
mental, emosi, spiritual dan fizikal masyarakat dan individu. Aspek pemeliharaan alam
sekitar juga akan diberi penekanan yang sewajarnya. Pengguna akan dapat kualiti
produk dan perkhidmatan yang dikehendaki.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Tidak mudarat dan tidak memudaratkan"
Ini bersesuaian dengan tujuan Syariat Islam diturunkan untuk memelihara lima perkara
asas iaitu agama, nyawa, akal, keturunan dan harta. Segala perkara yang memelihara
mana-mana perkara asas ini digalakkan (masa'lih) dan segala yang boleh memberi
kesan negatif kepada salah satu daripada kelima-lima ini dilarang (mafa'sid).
Oleh itu Islam menekankan aspek kualiti dalam bentuknya yang menyeluruh. Prinsip
'tidak memudaratkan' akan meningkatkan kualiti produk dan perkhidmatan.
Dalam aspek pengurusan organisasi korporat prinsip ini sekiranya diserapkan di semua
pringkat organisasi akan menjadi faktor motivaasi yang mendorong anggotaanggotanya untuk terlibat secara bersungguh-sungguh dalam menignkatakan
produktiviti dan kualiti. Peter Drucker dalam buku beliau 'Managemant: Tasks,
Responsibilities, Practices' telah menekankan bahawa profesionalisme dalam
perniagaan menuntut supaya dipraktikkan 'Principle of nonmaleficence' atau 'do no
harm'. Atas prinsip ini beliau membuat kesimpulan bahawa terdapat ramai eksekutif
yang tidak bertindak secara profesional dalam kegiatan perniagaan mereka.
Pembentukan budaya korporat yang sihat akan terjejas sekiranya prinsip 'tidak
memudaratkan' atau 'do no harm' tidak diamalkan.
Dalam menjalankan kegiatan perniagaan seseorang usahawan muslim itu seharusnya
memastikan bahawa peraturan-peraturan berikut dipatuhi sesuai dengan prinsip tidak
memudaratkan:
Niat Yang Betul
Seseorang usahawan muslim harus memastikan bahawa niatnya hanyalah untuk
mencapai tujuan yang telah disebut diatas dan agar dia mendapat keredhaan Allah
s.w.t. dalam segala aspek kehidupannya.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah yang bermaksud:
`sesungguhnya amal itu bermula dengan niat'
Al-Adl Wal Ihsan
Salah satu daripada etika penting dalam perniagaan ialah melaksanakan `Al-Adl Wal
Ihsan' atau keadilan dan ihsan.
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur'an:
`sesungguhnya Allah menyuruh melakukan keadilan dan berbuat
kebajikan serta memberi karib kerabat, dan melarang berbuat yang keji
dan yang mungkar dan kezaliman. Dia mengajarkan kepadamu agar
kamu mendapat peringatan'(surah an-nahl, ayat 90).
Ada beberapa etika penting yang dapat kita perolehi daripada ayat diatas:
1. Kita disuruh melakukan keadilan
2. Kita disuruh melakukan kebajikan

3. Kita disuruh memberi sadaqah


4. Kita dilarang membuat perkara yang keji dan mungkar
5. Kita dilarang membuat kezaliman
Oleh itu dalam kegiatan perniagaan kita harus melaksanakan keadilan, kebajikan,
memberi sadaqah, serta tidak melakukan yang keji, mungkar atau menzalimi diri kita
atau orang lain.
Keadilan Dalam Perniagaan
Keadilan bererti meletakkan sesuatu ditempatnya yang betul. Dalam konteks ini
implikasinya ialah membuat tindakan atau keputusan sebagaimana yang dikehendaki
oleh syari'at Islam. Ini
Oleh itu keadilan dalam konteks perniagaan memberi implikasi berikut:
1. Amanah Dan Benar Dalam Urusan Perniagaan
Tindakan dan keputusan yang berdasarkan sifat amanah dan kebenaran adalah perlu
bagi memastikan urusan perniagaan itu adil dan setiap orang samada pembeli atau
pengusaha mendapat haknya. Penipuan dan perpecahan akan dapat dielakkan
sekiranya semua pihak bersifat amanah dan benar.
Dengan sifat ini usahawan akan mendapat untung yang sewajarnya dan pembeli akan
mendapat barangan atau perkhidmatan yang sepadan dengan harga yang dibayar.
Rasulullah telah bersabda:
`penipuan membawa kepada neraka'
Oleh itu sebarang bentuk penipuan adalah haram.
Pada suatu hari Rasulullah telah berjumpa dengan seorang penjual gandum. Baginda
telah memasukkan tangannya kedalam dan mendapati gandum dibawah basah.
Baginda telah menegur penjual itu kerana tidak meletakkan gandum yang basah itu
diatas supaya pembeli dapat melihatnya.
Baginda kemudiannya telah bersabda:
`barangsiapa yang menipu tidak termasuk dalam golongannya'
Baginda juga telah bersabda:
`Pedagang yang benar akan dibangkitkan pada hari akhirat beserta
orang-orang yang benar dan para syuhada'
Surah Al-Mutaffifin
Amatlah jelas sekali pandangan Islam terhadap etika perniagaan apabila kita mengkaji
ayat-ayat alquran yang di turunkan sebagai pertunjuk kepada manusia. Selain daripada
banyak ayat-ayat dalam alquran yang menggariskan prinsip-prinsip dan etika
perniagaan terdapat satu surah dalam alquran yang di beri nama `almutaffifin' yang
memerlukan satu penelitian yang mendalam.
Almutaffifin Bermakna Orang Yang Curang.
`Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang(curang dalam menakar dan
menimbang')
Iaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di
penuhi
Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka
mengurangi
Tidakkah orang-orang itu yakin bahawa sesungguhnya mereka akan di
bangkitkan

Pada suatu hari yang besar


Sekali-kali jangan curang, kerana sesungguhnya kitab orang yang durhaka
tersimpan dalam sijjin
Dalam ayat 1-7 surah al mutaffifin, terdapat beberapa pengajaran:
1. Allah menghina orang yang menipu atau menzalimi orang lain dalam perniagaan
2. Definasi orang yang menipu dalam surah ini ialah orang yang apabila melibatkan
haknya dia meminta semuanya mengikut tempoh yang di tetapkan tanpa
tangguh, tetapi apabila ia berkaitan dengan hak orang lain dia memberi kurang
daripada sepatutnya
3. Allah mengaitkan perniagaan ini dengan akauntabiliti dan tanggungjawab kepada
Allah swt di hari akhirat nanti
4. Orang yang yakin pada hari akhirat dan pembalasan tidak AKAN MENIPU dan
berlaku zalim dalam perniagaan
5. Orang yang menipu dan zalim dalam perniagaan akan menerima siksaan yang
berat daripada Allah swt di akhirat nanti.
MENYOROK BARANG DIHARAMKAN
Termasuk dalam sifat amanah dan benar ialah tidak menyorok barang. Dalam hadis
Rasulullah:
`sesiapa yang menyorok barang dia berdosa'.
Menyorok barang adalah berbahaya kepada masyarakat dan negara kerana ia
menyebabkan:
1. Kekurangan barang yang dikehendaki oleh masyarakat.
2. Menyebabkan harga akan meningkat dan tekanan terhadap kadar
inflasi.
KAEDAH PEMASARAN YANG BERETIKA
Adalah selari dengan konsep amanah dan benar dalam perniagaan bagi seseorang
usahawan untuk memastikan usaha untuk memasarkan barangan atau perkhidmatan
dibuat dengan betul dan tidak bercanggah dengan etika Islam.
Seseorang usahawan, umpamanya harus memastikan bahawa sebarang bentuk
pengiklanan atau promosi benar-benar mencerminkan kualiti dan kandungan barangan
atau perkhidmatan agar seseorang pembeli itu tidak merasakan bahawa ianya ditipu.
Setiap penjual mahukan barang yang dijual membawa keuntungan yang banyak dan
berlipat ganda, maka ia akan berusaha sedaya upaya mempengaruhi pembeli supaya
tertarik dengan barang yang dijual.
Kaedah pemasaran yang beretika dalam Islam juga menuntut agar menggunakan
wanita dalam media cetak dan elektronik sebagai bahan pelaris atau untuk menarik
masyarakat membelinya adalah di larang sama sekali. Kaedah ini akan merosakkan
jiwa dan akhlak remaja khususnya dan meningkatkan gejala-gejala sosial dalam
masyarakat.
Kaedah Fiqh yang berbunyi `Menutup pintu-pintu kerosakkan' haruslah di jadikan
panduan.
TIDAK MENGURANGKAN TIMBANGAN

Usahawan muslim harus memastikan bahawa setiap timbangan haruslah dilakukan


dengan adil dan tanpa penipuan. Kita haruslah memberikan pengguna hak mereka
sejajar dengan harga yang mereka bayar;
`celakalah bagi orang-orang yang suka mengurangi takaran. Iaitu orangorang yang kalau menerima takaran dari orang lain selalu meminta yang
penuh (cukup dan tidak kurang sedikitpun), tetapi kalau menakarkan
untuk orang lain, pasti dikurangi. Apakah orang-orang itu tidak mengira
(menyakini) bahawa mereka itu pasti akan dibangkitkan dari kuburnya,
yakni pada suatu hari yang penuh pancaroba' (surah al-mutaffifin : 1 - 5).
GHARAR (3)
Oleh kerana terlampau ghairah untuk mendapatkan keuntungan maka pembeli sering
melakukan `gharar' iaitu dengan mensifatkan barang yang dijual dengan sifat yang
berlainan dari yang sebenar.
Allah Telah Berfirman:
`Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta-harta
kamu sesama kamu dengan jalan yang salah, kecuali dengan perniagaan
yang dilakukan suka sama suka diantara kamu (surah an-nisa', ayat 26).
2. Tidak Terlibat Dengan Amalan Riba
Seseorang usahawan muslim seharusnya membebaskan diri dari riba dengan segala
daya yang mungkin samada dalam pembiayaan atau pelaburan. Memang tidak
dinafikan perkara ini bukanlah mudah dan kita terpaksa membuat pemilihan dari
sumber-sumber pembiayaan yang ada berdasarkan kriteria tertentu termasuklah kos
yang akan ditanggung.
Di Malaysia sumber-sumber pembiayaan yang bebas dari riba semakin meluas. Usaha
perlu dibuat oleh usahawan untuk mengenalpasti sumber-sumber ini dan
memanfaatkannya sebaik yang mungkin.
__________________________
(3)
Mansor Mahsin, 'Undang-undang Perdagangan Dalam Islam'
Pembiayaan secara Islam adalah dalam bentuk-bentuk berikut:
1. Pembiayaan projek
a. Mudharabah
b. Musyarakah
2. Pembiayaan memperolehi aset
a. Mudharabah
b. Musyarakah
c. Bai'bithaman ajil
d. Ijarah
e. Bai' al-ta'jiri
3. Pembiayaan perdagangan
4. Gadaian atau ar-Rahn
5. Jualan salam
BIMB menyediakan kebanyakkan daripada pembiayaan-pembiayaan ini untuk
usahawan Islam dan bukan Islam. Riba adalah amalan yang dikutuk oleh Allah. Ia di
haramkan oleh Allah dalam empat peringkat. Peringkat yang terakhir adalah seperti
berikut:

`Wahai orang-orang yang beriman! Taqwalah kepada Allah dan tinggalkan


sisa dari riba itu, jikalau benar-benar kamu orang-orang yang beriman .
Tetapi jika tidak kamu kerjakan begitu, maka terimalah satu pernyataan
perang dari Allah dan rasulnya. Tetapi jika kamu bertaubat, maka bolehlah
kamu ambil pokok harta kamu; tidak kamu dianiaya dan tidak pula kamu
menganiaya'(surah al-baqarah, ayat 278-279)
3. Tidak Menzalimi Pekerja
Salah satu daripada aspek yang penting dalam keusahawanan ialah menguruskan
manusia agar mereka mereka dapat meningkatkan produktiviti dan kualiti pengeluaran.
Untuk mendapatkan komitmen dan rasa bertanggungjawaban serta partisipasi daripada
pekerja kita untuk mrncapai matlamat ini bukanlah satu yang payah. Yang penting ialah
menjaga hubungan yang baik dengan mereka dan menjaga kebajikan mereka.
Sekiranya kita tidak menjaga kebajikan mereka tetapi kita memaksa mereka
memberikan komitmen terhadap kualiti dan produktiviti maka kita menzalimi mereka.
Apabila pekerja mereka merasakan mereka dizalimi maka kita akan dapati pekerja
mereka yang berpengalaman akan mulai mencari jalan keluar dan berhenti kerja.
Bagaimanakah cara supaya kita tidak menzalimi pekerja kita?
a. Memberikan gaji yang berpatutan sesuai dengan produktiviti dan keuntungan
syarikat. Ia juga seharusnya sesuai dengan kos hidup setempat. Kadar inflasi
seharusnya diambil kira dalam membuat perubahan yang sesuai terhadap gaji
pekerja.
b. Membuat sesuatu keputusan dengan mengambil kira pandangan mereka.
Pengurusan partisipasi atau participation management adalah pengurusan yang
melibatkan keseluruhan pekerja. Sesebuah firma atau kilang yang besar
seharusnya memikirkan untuk mewujudkan qcc(quality control circle) atau
kumpulan pengawasan kualiti yang melibatkan pandangan semua pekerja.
Sebagai seorang pekerja yang diberikan sesuatu tugas yang spesifik sudah tentu
mereka berhadapan dengan masalah dan keperluan yang tersendiri. Seseorang
usahawan sudah tentu tidak mengetahui setiap perkara yang dilakukan oleh
pekerjanya walaupun pernah terlibat dalam kerja tersebut kerana perubahanperubahan dan suasana-suasana baru.
c. Mewujudkan suasana kerja yang stabil, harmoni, teratur, bersih dan selamat.
Ini amat perlu agar setiap pekerja merasakan bahawa mereka adalah
sebahagian daripada satu pasukan dan tidak timbul perselisihan atau
pergaduhan sesama mereka. Ini untuk mengelakkan daripada menurunknya
semangat dan morale pekerja untuk bekerja.
keselamatan dalam bekerja adalah amat penting. Ciri-ciri keselamatan haruslah
diambil kira walaupun ini bermakna kos pengeluaran akan meningkat.
d. Memberikan latihan dan pendidikan yang sesuai dengan usaha untuk
membangunkan personaliti yang seimbang ditempat dia bekerja dan
dirumahnya.
4. Tidak mengeluarkan produk atau menyediakan perkhidmatan yang
haram, rendah kualiti atau bertentangan dengan tujuan syari'at.
`wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada dibumi, yang halal
lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah syaitan; kerana

sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang terang bagi kamu'(al-baqarah,


ayat 168)
`wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari benda-benda yang baik
yang telah kami berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah,
jika betul kamu hanya beribadat kepadanya(al-baqarah, ayat 172)
Sebagaimana yang telah disebut, tujuan syari'at ialah untuk memelihara agama, nyawa,
akal, keturunan dan harta. Segala perkara yang boleh memelihara aspek-aspek ini
disebut sebagai masa'lih. Kalau sebaliknya disebut sebagai mafa'sid dan merosakkan
agama, nyawa, akal, keturunan dan harta.
5. Kualiti
Islam sangat menekankan kualiti sebagaimana yang disebut dalam ayat-ayat diatas
dan tujuan syari'at.
Dalam ayat yang lain, al-Qur'an sekali lagi menegaskan bahawa yang lebih utama
dalam hidup seseorang insan ialah mengutamakan amalan atau pekerjaan yang lebih
berkualiti sebagaimana yang tertera dalam surah al-mulk, ayat 2
`dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup, untuk menguji
dan menzahirkan keadaan kamu; siapakah diantara kamu yang lebih baik
amalnya...'
Produk yang tidak berkualiti boleh menjejas usaha membangunkan masyarakat dari
sudut mental, moral, dan kesihatan. Generasi baru akan menghadapi banyak masalah
termasuk anak-anak kita nanti.
Kita tidak mahu masyarakat yang berpenyakit dari semua sudut.
Masalah keracunan makanan, penyakit kanser, etc adalah berpunca daripada bahan
yang tidak berkualiti.
Tindakan undang-undang akan dihadapkan kepada seseorang usahawan sekiranya ini
berlaku dan akan merugikan pihak usahawan sendiri.
Diharamkan arak dan judi
`mereka itu bertanya kepada engkau dari hal arak dan judi. Katakanlah:
pada keduanya itu dosa besar dan beberapa manafa'at bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manafa'atnya.'(surah al-baqarah,
ayat 219)
Termasuk yang diharamkan ialah menggunakan input-input yang
diharamkan seperti diatas dan dibawah ini untuk mengeluarkan sesuatu
produk yang halal.(al-ma'idah 1, 3)
6. Pengguna yang Kritikal dan Aktif
Sebagai seorang usahawan kita harus faham bahawa masyarakat pengguna kita
bukanlah masyarakat yang pasik tetapi kritikal. Dengan adanya persatuan-persatuan
pengguna yang mempunyai matlamat menjaga hak-hak pengguna, kita harus berhatihati dalam mengeluarkan produk kita bagi mengelakkan kita daripada mengalami
kerugian kerana pengguna enggan membeli produk kita.
7. Memenuhi Kontrak Yang Dibuat
Adalah bertentangan dengan prinsip Islam sekiranya seseorang
usahawan itu membuat sesuatu yang dikira sebagai melanggar kontrak
yang telah dibuat dengan pihak lain.

`Sempurnakanlah janji Allah, bila kamu berjanji dan janganlah kamu


rosakkan sumpah kamu sesudah kukuhnya, padahal kamu telah
menjadikan Allah jadi jaminan bagimu' (surah an-nahl, ayat 91)
`hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janjimu'(surah al-ma'idah,
ayat 1)
8. Tidak melupakan ibadat-ibadat lain dalam keusahawanan.
walaupun Islam menganggap keusahawanan merupakan satu ibadat dalam
konteksnya yang luas dan orang yang terlibat akan mendapat balasan yang baik
sekiranya seseorang usahawan itu mempunyai niat yang baik dan membuatnya
berdasarkan etika Islam namun ini tidak bermakna dia boleh meninggalkan
ibadat-ibadat khusus yang diwajibkan. Hendaklah kita tunaikan ibadat-ibadat ini
bila tiba waktunya walaupun kita terpaksa meninggalkan apa sahaja kegiatan
yang kita sedang lakukan.
(i) Sembahyang
`Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk sembahyang pada
hari jum'at, maka hendaklah kamu pergi kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah berjual beli. Itulah yang terlebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui'(surah al-jumu'ah, ayat 9)
Cari rezeki selepas ditunaikan sembahyang
`maka apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebaranlah kamu dimuka bumi
dan carilah kurnia Allah dan ingatlah akan Allah sebanyak-banyaknya, mudahmudahan kamu berjaya'(surah al-jumu'ah, ayat 10)
(ii) Zakat Perniagaan
Adalah menjadi kewajipan bagi seseorang usahawan untuk melaksanakan
kewajipan zakat perniagaan. Kajian menunjukkan ramai yang telah mengabaikan
kewajipan ini. ia merangkumi segala bentuk perniagaan dan pelaburan yang
dihalalkan oleh syari'at Islam, (yang bebas daripada riba dan produk serta
perkhidmatan yang halal)
`Dirikanlah sembahyang dan bayarkanlah zakat, dan apa-apa yang kamu
usahakan diantara kebaikan untuk dirimu(surah al-baqarah: ayat 110)
`Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebahagian rezki yang kami
anugerahkan kepadamu, sebelum tiba hari yang tak ada jual beli pada hari itu,
tak ada persahabatan dan tak ada pertolongan'(surah al-baqarah, ayat 254)
9. Kontrak Yang Jelas Dan Sah
Kontrak yang tidak jelas boleh menimbulkan ketidakadilan kepada satu pihak. Ini akan
mengakibatkan permusuhan diantara pihak yang terlibat. Oleh kerana Islam mahu
melahirkan masyarakat yang stabil ia menekankan agar sesuatu kontrak itu dibuat
dengan syarat dan rukun yang jelas.
Sesuatu kontrak itu sah sekiranya ia memenuhi perkara-perkara berikut:
a. Sempurna rukun dan syarat
b. Tidak mengandungi perkara yang ditegah oleh syarak
Rukun secara umumnya:
a. Penjual
b. Pembeli

c. Barang yang dijual


d. Harga
Syarat (contohnya)
a. Kedua-dua pihak sempurna akal, cukup umur, pintar. Yang tidak memenuhi
syarat ini, bapa atau penjaga boleh menguruskannya.
b. Orang yang tidak disekat dari menguruskan muamalat termasuk orang yang
muflis.
c. Tidak dipaksa oleh mana-mana pihak.
d. Jelas isi kandungan kontrak agar tidak menimbulkan keraguan dan
pertelingkahan.
e. Syarat-syarat lain boleh ditambah asalkan tidak bertentangan dengan syarak.
10. Segala Bentuk Perjudiaan di Larang
segala bentuk keusahawanan haruslah bebas daripada unsur
perjudian.
`hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi berhala dan
bertenung, adalah pekerjaan keji dari perbuatan syaitan'(surah al-ma'idah,
ayat 90)
11. Harga yang Adil
Peniaga dan usahawan haruslah menetapkan harga yang adil dan berpatutan terhadap
sesuatu barangan atau perkhidmatan untuk pembeli.
Harga haruslah mencerminkan interaksi normal antara permintaan dan penawaran. Ia
tidak disebabkan oleh sesuatu yang diwujudkan dengan sengaja seperti keadaan
monopoli atau beberapa pengusaha atau pembeli yang bergabung untuk meningkatkan
harga, atau disebabkan oleh spekulasi.
Harga yang tidak adil akan menyebabkan golongan yang tidak berkemampuan tidak
dapat memiliki barangan keperluan mereka. Ia juga akan menyebabkan inflasi dan
memberikan kesan terhadap daya saingan barangan tempatan.
Menaikkan harga tanpa sebab yang manasabah semata-mata mahu menambahkan
keuntungan akan memberi kesan negatif terhadap jualan barangan jangka panjang.
Usaha perlu dibuat oleh pengusaha muslim untuk membantu kerajaan menstabilkan
harga. Ini akan mebantu menarik pelabur luar melabur Di Malaysia.
BAGAIMANA MELAKSANAKAN ETIKA PERNIAGAAN?
Masalah sekarang ialah masalah perlaksanaan. Ada tiga cara untuk
memastikan perlaksanaan.
a. Peniaga atau pengusaha
b. Pengguna atau pembeli
c. Peranan kerajaan
I.
II.

Peniaga atau pengusaha harus mempunyai ilmu pengetahuan mengenai etika


perniagaan Islam dan ini menuntut agar mereka sentiasa membaca dan
memahami apa yang di gariskan oleh syariat Islam
Mereka harus yakin bahawa mereka akan di hadapkan kepada Allah swt di hari
akhirat nanti dan akan timbul perasaan takut untuk melanggar perintah Allah swt.
Oleh itu mereka harus melaksanakan dan mengamalkan apa yang di tentukan
oleh Islam. Tanpa keyakinan ini, kita akan lihat berlakunya aktiviti-aktiviti
perniagaan yang bertentangan dengan syariat Islam dan peniaga-peniaga dan

pengusaha akan mencari kaedah yang terbaik untuk mengelakkan diri daripada
melaksanakan etika dan prinsip perniagaan Islam terutamanya apabila ia
melibatkan kos, tenaga dan masa
III.
Pengguna harus memahami etika perniagaan Islam dan memastikan agar
peniaga dan pengusaha mengamalkannya. Mereka harus bertindak secara aktif
dalam mempertahankan hak-hak mereka sebagai pengguna dan memberikan
maklumat kepada agensi-agensi kerajaan dan swasta yang terlibat dalam
memantau perlaksanaan etika perniagaan sekiranya terdapat penyelewenganpenyelewengan.
IV. Peranan kerajaan adalah seperti berikut:
- menyediakan garis panduan yang jelas den lengkap
mengenai etika perniagaan untuk di edarkan kepada
peniaga dan pengusaha-pengusaha
- memastikan bahawa pengusaha dan peniaga memahami
garis panduan tersebut dan melaksanakannya
- membentuk agensi atau badan untuk memantau
perlaksanaan garis panduan tersebut dengan adil dan
saksama tanpa sebarang unsur diskriminasi
- menyediakan ruang bagi orang ramai untuk menyuarakan
bantahan dan memberikan maklumat sekiranya terdapat
penyelewengan.
KESIMPULAN
Diharapkan kegiatan keusahawanan bermula dari niat kita,falsafah, matlamat,
hubungan dengan pihak pekerja,pengeluaran,pembiayaan,perancangan dan
pengawalan, pengiklanan dan sebagainya adalah berasaskan Islam. Ini sesuai dengan
ayat al-Qur'an:
`Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta-harta
kamu sesama kamu dengan jalan yang salah (tipu, judi dan sebagainya)
kecualli dengan jalan perniagaan yang dilakukan secara suka sama suka
diantara kamu, dan janganlah kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri.
Sesungguhnya Allah sentiasa mengasihani kamu' (surah an-nisa' ayat 29)
`Wahai orang-orang yang beriman masuklah dalam Islam keseluruhannya'
Sesunggunya kita semua akhirnya akan bertanggungjawab depan Allah
SWT di hari Akhirat nant dan akan menerima balasan yang setimpal
dengan amal perbuatan kita di dunia ini.
`Maha Suci Allah yang di tanganNya lah segala kerajaan dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun' (Surah Al Mulk, 1-2)

http://www.kpdnkk.gov.my
GARIS PANDUAN

PERMOHONAN LESEN JUALAN LANGSUNG


PENDAHULUAN
Garis panduan ini bertujuan membantu syarikat-syarikat yang berminat untuk memohon
lesen perniagaan jualan langsung mengikut keperluan Akta Jualan Langsung 1993 dan
Peraturan-peraturan Jualan Langsung 1993. Dokumen ini tidak boleh digunakan untuk
sebarang
pertikaian
di
Mahkamah.
Garis panduan ini juga mengandungi kriteria-kriteria yang boleh dijadikan panduan
semasa mengemukakan permohonan lesen perniagaan jualan langsung dan tatacara
lain
untuk
pelbagai
permohonan
di
sepanjang
tempoh
pelesenan.
Adalah diharapkan Garis Panduan ini dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh pemegang
lesen jualan langsung selaras dengan tiga objektif penting Akta Jualan Langsung 1993
iaitu:

Melesenkan aktiviti jualan langsung demi untuk melindungi hak dan


kepentingan pengguna;

Menggalakkan pertumbuhan dan perkembangan aktiviti jualan langsung


yang beretika;dan

Melarang segala kegiatan berbentuk piramid serta skim cepat kaya.

PERINGATAN
SEBELUM menceburi perniagaan jualan langsung, anda dinasihatkan supaya terlebih
dahulu memahami secara jelas AKTA JUALAN LANGSUNG 1993 (AJL 1993).
SEKSYEN 4(1) AJL 93
"Tertakluk kepada seksyen 14 dan 42, tiada seorang pun boleh menjalankan
apa-apa perniagaan jualan langsung melainkan jika ia suatu syarikat yang
diperbadankan di bawah Akta Syarikat 1965 dan memegang lesen yang sah
yang diberikan di bawah seksyen 6".
SEKSYEN 2 AJL 93
Bagi maksud garis panduan ini :
(a)
"Jualan Langsung" ertinya jualan pintu ke pintu dan pesanan pos
mengikut pengertian akta ini
(b)
"Jualan Pintu ke pintu" ertinya atau perkhidmatan yang dijalankan
dengan cara berikut:

Seseorang atau mana-mana yang diberikuasa olehnya:


i)
pergi dari satu tempat ke satu tempat selain daripada satu tempat
perniagaan yang tetap; atau
ii) membuat panggilan telefon mencari orang yang bersedia untuk
membuat kontrak sebagai pembeli bagi penjualan barang atau
perkhidmatan.
Orang yang mula-mula disebut itu atau mana-mana orang lain selepas itu
atau kemudiannya membuat perundingan dengan bakal pembeli dengan
mewujudkan kontrak itu
(c) "Jualan Pesanan Pos" ertinya jualan barang atau perkhidmatan yang
dijalankan oleh seseorang, samada sendiri atau melalui mana-mana orang
yang diberikuasa olehnya, denga menerima tawaran bagi kontrak jualan
melalui pos.
JENIS PELAN PEMASARAN DI BAWAH PERNIAGAAN JUALAN LANGSUNG
Terdapat tiga jenis pelan pemasaran di bawah perniagaan jualan langsung seperti
berikut:
BERBILANG TINGKAT (MULTI LEVEL MARKETING PLAN)
i.
ii.

iii.

Syarikat akan mengambil/melantik individu sebagai ahli/pengedar untuk


mengedar barangan syarikat;
Ahli/pengedar yang berkenaan pula akan melantik individu lain (downline)
bagi membentuk rangkaiannya menjual barangan syarikat. Proses
pengambilan ahli/pengedar baru boleh diteruskan sehingga satu peringkat
yang munasabah.
Setiap ahli/pengedar akan mendapat komisen/ bonus / insentif daripada
jualan peribadi dan jualan ahli / pengedar di bawah rangkaiannya (overriding bonus).

SATU TINGKAT (SINGLE LEVEL MARKETING PLAN)


i.
Syarikat akan melantik wakil jualan/ejen jualan dan membayar
gaji/komisen/gabungan gaji dan komisen alas jumlah jualan yang dibuat;
dan
ii.
Wakil jualan/ejen jualan berkenaan tidak dibenarkan untuk
melantik/menaja wakil jualan/ejen jualan lain.
JUALAN MELALUI PESANAN POS (MAIL ORDER)
Jualan barang atau perkhidmatan yang dijalankan oleh seseorang, sama ada
sendiri atau melalui mana-mana orang yang diberi kuasa melalui pos.

TATACARA PERMOHONAN
Permohonan hendaklah mematuhi syarat-syarat asas berikut:

KELAYAKAN
Pemohon hendaklah terdiri dari syarikat yang diperbadankan di bawah Akta Syarikat
1965.

MODAL BERBAYAR
KATEGORI
Pemasaran Berbilang Tingkat
Pemasaran Satu Tingkat
Jualan Pesanan Pos
Syarikat yang mempunyai
pemilikan asing

Bukan 100% Bumiputera 100% Bumiputera


RM1,500,000
RM500,000
RM 500,000
RM100,000
RM 500,000
RM100,000
RM5,000,000
-

PELAN PEMASARAN
Pelan pemasaran yang dilaksanakan hendaklah mengikut ciri-ciri berikut :
o Tidak menjalankan perniagaan yang melibatkan apa-apa skim atau perkiraan
berbentuk piramid seperti yang dinyatakan di bawah seksyen 7 AJL 1993.
o

a)

Mematuhi Peraturan-Peraturan Jualan Langsung (Skim dan Perjalanan)


2001 yang mula berkuatkuasa pada 15 Ogos 2001 iaitu:
Penyampaian skim tidak boleh mengelirukan:
i.
Dalam penyampaian sesuatu skim jualan langsung, seseorang yang
menjalankan apa-apa perniagaan jualan langsung tidak boleh
mengelirukan peserta dengan memberi penekanan yang berlebihan
terhadap bonus tinggi yang tidak seimbang .

ii.

b)

Tiap-tiap peserta hendaklah diberikan suatu kelengkapan jualan (sales


kit) yang mengandungi rancangan pemasaran (pelan pemasaran) dan kod
etika/tatasusila syarikat.

Pembayaran Insentif
Syarikat yang menjalankan perniagaan jualan langsung hendaklah menyediakan
suatu insentif berasaskan jumlah atau kuantiti barang atau perkhidmatan yang
dijual atau diedarkan oleh tiap-tiap peserta yang diambil masuk ke dalam skim
dan bukan daripada pengambilan orang ke dalam skim.

c)

Peserta tidak boleh membeli barang atau perkhidmatan dalam


harga/amaun yang tidak munasabah
Tiap-tiap peserta dikehendaki membeli barang atau perkhidmatan dalam suatu
harga/amaun yang dijangka boleh dijual semula atau digunakan dalam suatu
tempoh masa yang munasabah.

d)

Perjanjian
i.
Syarikat yang menjalankan perniagaan jualan langsung hendaklah
menyediakan suatu kontrak bertulis atau penyata yang mengandungi
terma dan syarat perjanjian itu.
ii.

Perjanjian itu hendaklah memperuntukan perkara berikut:


(a)
Peserta hendaklah diberikan tidak kurang daripada sepuluh hari
kerja dari tarikh pengambilan untuk membatalkan keahliannya
(Tempoh bertenang/cooling off period) ;
(b)

Apabila terdapat pembatalan keahliannya di bawah perenggan (a),


peserta itu hendaklah dibayar semua bayaran yang dikehendaki
dalam perjanjian itu;

(c)

Syarikat mesti mempunyai polisi beli balik. Syarikat yang


menjalankan perniagaan jualan langsung hendaklah membeli balik
apa-apa barang yang boleh dipasarkan yang telah dijual kepada
peserta itu dalam masa enam bulan yang tidak kurang daripada
sembilan puluh peratus amaun yang dibayar; dan

(d)

Mana-mana orang yang melanggar atau gagal mematuhi manamana peruntukan peraturan ini adalah melanggar syarat-syarat
lesen.

KAEDAH PERMOHONAN

PERMOHONAN LESEN BARU


Hendaklah menggunakan Borang AJL-1 yang lengkap (bertaip) dalam satu salinan
/naskah dan dimeterai syarikat.
Dokumen-dokumen sokongan yang perlu dikemukakan bersama adalah seperti berikut:
Memorandum Syarikat dan perkara-perkara Persatuan yang telah ditandatangani
dan ditentusahkan melalui Akuan berkanun oleh seseorang pengarah;
Borang 24 dan 49 terkini (yang disahkan oleh SSM);
Salinan asal maklumat syarikat (SSM print out);
Latar belakang/profail semua ahli lembaga pengarah dan pemegang saham
syarikat (resume dan salinan kad pengenalan/paspot) ;
Penerangan lengkap pelan pemasaran syarikat;
Polisi beli balik (bagi pelan MLM dan SLM sahaja);
Borang struktur harga produk/perkhidmatan (sila rujuk Format A);
Brosur/risalah/bahan bercetak/penerangan produk/perkhidmatan;
Sebut harga/Invois produk/perkhidmatan daripada pembekal;
Contoh kontrak jualan (bagi SLM dan MLM)
Contoh iklan pesanan pos (bagi jualan melalui pos sahaja);
Dokumen atau perjanjian bertulis daripada semua service provider bagi syarikat
yang menawarkan perkhidmatan (jika berkaitan).
KRITERIA PERTIMBANGAN PRODUK/PERKHIDMATAN
Produk/perkhidmatan yang dibenarkan/digalakkan untuk dijual melalui sistem jualan
langsung;
a)
Produk perlu mempunyai kekuatan tersendiri yang menyukarkannya
dipasar melalui sistem penjualan biasa ataupun produk yang memerlukan
penerangan secara terperinci oleh jurujual;
b)
Keutamaan akan diberi kepada barangan yang mendapat pengiktirafan
dan kelulusan dari dalam dan luar negara dari segi kualiti dan
keselamatan barangan seperti ISO 9000, MS (SIRIM), tanda halal dan
sebagainya;
c)
Produk dari kilang yang mendapat pengiktirafan GMP (Good
Manufacturing Practices)
d)
Produk berikut tidak dibenarkan dipasar di bawah perniagaan jualan
langsung:

i)
ii)
iii)

Produk berbentuk insuran, kecuali syarikat mendapat status


pengedar sah daripada PIAM/LIAM dan ianya tidak dibenarkan
dipakej dengan produk-produk lain;
Produk berbentuk hartanah dan apa jua produk tidak alih;
Produk maya (virsual) seperti website.

SYARAT-SYARAT TAMBAHAN
a)
Bagi produk makanan kesihatan/makanan tambahan/ubat tradisional perlu
terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat berikut:
i)
Mengemukakan kelulusan pendaftaran keluaran dengan Pihak Berkuasa
Kawalan Dadah, Kementerian Kesihatan (PBKD);
ii)
Jika produk disahkan sebagai "Tidak Perlu Pendaftaran" atau
dikategorikan sebagai "Makanan", produk berkenaan perlu dirujuk dan
mendapat surat pengkelasan daripada Bahagian Keselamatan dan Mutu
Makanan (BKKM) dan mematuhi segala peraturan pelabelan yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesihatan; dan
iii)
Mencatatkan nombor siri Kelulusan, Lembaga Iklan Ubat, Kementerian
Kesihatan (KKLIU) pada brosur/iklan/bahan bercetak makanan
kesihatan/ubat tradisional yang mempunyai tuntutan perubatan.
b)
Bagi produk kosmetik perlu didaftar dan mematuhi arahan di bawah Peraturan
29 Peraturan-peraturan Kawalan Dadah dan Kosmetik 1984 berkaitan
Pelaksanaan Notifikasi Kosmetik dan peraturan ini dikuatkuasakan oleh
Kementerian Kesihatan mulai 1Januari 2008.
c)
Bagi barangan berasaskan petroleum mesti mempunyai lesen PDA (Petroleum
Development Act 1974)
d)
Bagi produk elektrik perlu mendapat kelulusan daripada Suruhajaya Tenaga dan
bagi produk elektrik tertentu perlu mendapatkan kelulusan mengimport dan
mengilang dari Jabatan Bekalan Elektrik dan Gas;
e)
Program perkhidmatan penjagaan kesihatan perlu didaftarkan dengan Bahagian
Amalan Perubatan, Kementerian Kesihatan.
f)
Sesi penerangan pelan pemasaran hendaklah dihadiri oleh ahli lembaga
pengarah atau pemegang ekuiti syarikat sahaja.

JAWATANKUASA PENGAWALSELIAAN JUALAN LANGSUNG (JKPJL)


JKPJL akan membuat pertimbangan dan mengesyorkan keputusan permohonan
kepada Pengawal Jualan Langsung berdasarkan;
a)

Latar belakang/maklumat syarikat;

b)

Pelan pemasaran syarikat;

c)

Produk/perkhidmatan syarikat;

d)

Aduan berkenaan syarikat;

KUASA-KUASA DI BAWAH PELESENAN JUALAN LANGSUNG


a)

Pengawal Jualan Langsung boleh;


i)
Meluluskan permohonan lesen
ii)
Menolak permohonan lesen
iii)
Membatalkan lesen
iv)
Membuat peraturan dan syarat tambahan lesen

b)

Menteri;
Menerima dan mempertimbangkan kes-kes rayuan pelesenan

SYARAT-SYARAT UMUM PELESENAN


1.

Pemegang lesen tidak boleh mengamalkan pelan pemasaran yang tidak


diluluskan oleh Pengawal Jualan Langsung;

2.

Hanya memasarkan produk-produk yang diluluskan oleh Kementerian ini


sahaja;

3.

Pemegang lesen mestilah mendapatkan kelulusan Pengawal Jualan


Langsung sebelum meminda mana-mana bahagian dalam pelan pemasaran,
senarai produk yang diluluskan atau senarai harga produk yang diluluskan;

4.

Syarikat tidak dibenarkan meminda mana-mana bahagian pelan pemasaran


untuk tempoh selama dua (2) tahun selepas mendapat kelulusan lesen;

5.

Pemegang lesen mestilah memastikan ke semua pengedar/ ejen jualan


syarikat tidak mengamalkan jualan secara paksaan/ desakan/ penipuan
termasuk cabutan bertuah, perjanjian hadiah percuma, diskaun atau penajaan
serta tidak mengeluarkan risalah-risalah selain dari yang dikeluarkan oleh
syarikat;

6.

Mendapatkan kelulusan daripada Kementerian ini terlebih dahulu sebelum


mengadakan sebarang kempen, promosi, atau apa jua bentuk iklan bagi tujuan
memasarkan produk syarikat;

7.

Mendapatkan kelulusan daripada Kementerian ini mengenai sebarang


cadangan untuk memasarkan produk baru, mengubah struktur harga produk dan
lain-lain hal berkaitan produk sebelum ianya dipasarkan oleh pihak syarikat;

8.

Mengemukakan Penyata Kewangan yang diaudit dan Borang 24 dan 49


(disahkan oleh SSM) dan disertakan juga sesalinan asal SSM (SSM Print-Out)
yang dikeluarkan oleh Suruhanjaya Syarikat Malaysia pada setiap tahun kepada
Kementerian ini;

9.

Pemegang lesen perlu memberikan latihan kepada pengedar/ ahli. Latihan


atau kursus kenaikan pangkat kepada pengedar/ahli tidak boleh dikenakan apaapa bayaran;

10. Pemegang lesen mestilah mengadakan ruang pameran yang mempunyai


keluasan yang bersesuaian kepada orang awam;
11. Pemegang lesen mestilah meletakkan tanda harga untuk ke semua produk
yang dipamerkan;
12. Pemegang lesen mestilah mencatatkan nombor lesen rasmi jualan langsung di
papan tanda, semua jenis iklan, bahan bercetak dan letterhead syarikat;
13. Pemegang lesen yang menjalankan jualan melalui Pesanan Pos perlu
memastikan iklan pesanan pos syarikat mematuhi peruntukan Akta Jualan
Langsung 1993;
14. Pemegang lesen yang menjalankan pelan pemasaran Satu Tingkat diminta
untuk mengemukakan senarai nama semua agen jualan dan alamat cawangan
kepada Kementerian;
15. Pemegang lesen mestilah memaklumkan dengan segera kepada KPDN& HEP
jika/sekiranya berlaku penukaran alamat premis perniagaan dan struktur ekuiti
syarikat (dalam tempoh 14 hari dari tarikh perubahan);
16. Pemegang lesen mestilah pada setiap masa mengemukakan dengan lengkap
dan tepat apa-apa maklumat/ penjelasan yang diminta oleh Pengawal Jualan
Langsung dalam tempoh empat belas (14) hari dari tarikh penerimaan surat;
17. Pemegang lesen dikehendaki mempamerkan Lesen Jualan Langsung yang
asal pula di tempat yang sesuai di premis/ pejabat urusan syarikat dan salinan
lesen asal pula di pamerkan di kesemua premis stokis syarikat untuk tujuan
tatapan awam;
18. Lesen Jualan Langsung ini tidak boleh dipindah milik tanpa kebenaran
daripada KPDN & HEP;

19. Pemegang lesen perlu dengan segera memulangkan lesen ini kepada
Pengawal Jualan Langsung sekiranya lesen ini dibatalkan atau pemegang lesen
tidak lagi menjalankan perniagaan jualan langsung;
20. Syarikat Jualan Langsung hanya boleh membuat pembayaran bonus tidak
kurang dari tempoh bertenang;
21. Syarikat Jualan Langsung tidak dibenarkan menggunakan pelan pemasaran
yang menggunakan produk pakej yang dijadikan sebagai pembelian wajib untuk
syarat pembayaran bonus;
22.
Syarikat Jualan Langsung tidak dibenarkan mengadakan/membuat/
membenarkan sebarang unsur-unsur pembelian lot (pangkat)/re-entering di
dalam pelan pemasaran syarikat;
23. Syarikat dikehendaki mengemukakan Borang Maklumat dan Prestasi Syarikat
setiap tahun (selewat-lewatnya 31 April);
24. Pemegang lesen mestilah mematuhi semua syarat-syarat yang disebutkan di
atas;
BAYARAN
a)
b)

Bayaran untuk lesen adalah RM 500 setahun;


Bayaran perlu dibuat di dalam bentuk Bank Deraf atau Kiriman Wang dan atas
nama Ketua Setiausaha Kementerian Perdagangan Dalam Negeri Koperasi Dan
Kepenggunaan.
Bayaran boleh dilakukan melalui RHB Bank secara ONLINE (tarikh
berkuatkuasa akan dimaklumkan kelak).

c)

skim piramid
Promosi semata-mata atau terutamanya melalui perekrutan berbanding
dengan jualan barang-barang.

Bonus dibayar semata-mata atau terutamanya melalui perekrutan


berbanding dengan jualan barang-barang.

Kontrak bertulis tidak disediakan.

Pembelian wajib dikenakan sebagai syarat untuk memenuhi kehendak

kelayakan atau permulaan pembayaran bonus.

Dikehendaki membeli barang-barang dalam amaun yang tidak munasabah.


Tidak diberi kebebasan sepenuhnya dalam pembelian tetapi didesak
membeli pakej untuk mendapat bonus.

Dasar bayar balik barang-barang tidak disediakan.

Dasar beli balik tidak dibenarkan atau disediakan.

Kehendak struktur yang ketat bagi kelayakan untuk dibayar bonus.

Pengunduran diri tidak dibenarkan.

Dibenarkan atau digalakkan membeli lebih daripada satu kedudukan.

CIRI-CIRI SKIM ATAU PERKIRAAN PIRAMID


Ciri-ciri utama
1. Promosi sesuatu skim atau pampasan ialah semata-mata atau terutamanya melalui
perekrutan peserta atau pengenalan peserta dalam skim, pelan, pengendalian atau
proses berantai piramid daripada jualan produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara
oleh peserta.
2. Pampasan dibayar kepada peserta semata-mata atau terutamanya melalui
perekrutan atau pengenalan orang lain dalam skim, pelan, pengendalian atau proses
berantai piramid berbanding jualan produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara oleh
peserta atau orang lain.

Ciri-ciri kecil
1. Suatu kontrak bertulis atau pernyataan yang memperihalkan terma material
perjanjian tidak disediakan kepada peserta yang menyertai skim, pelan, pengendalian
atau proses berantai piramid.
2.

Pembelian produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara atau bayaran minimum

atau kehendak jualan secara berwajib dikenakan sebagai syarat untuk memenuhi
kehendak kelayakan atau kehendak permulaan bagi penyertaan atau pampasan dalam
skim, pelan, pengendalian atau proses berantai piramid.
3. Peserta dikehendaki membeli produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara dalam
amaun yang tidak munasabah yang melebihi jangkaan untuk dijual semula atau dibeli
dalam suatu tempoh masa yang munasabah. Peserta tidak diberi kebebasan
sepenuhnya dalam pembelian tetapi mereka didesak membeli pakej produk terpilih
untuk memenuhi kehendak jualan untuk melayakkan mereka mendapat kedudukan atau
bonus dalam skim, pelan, pengendalian atau proses berantai piramid.
4. Polisi bayar produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara yang dibeli oleh peserta
atau pengguna tidak disediakan.
5. Polisi beli balik oleh pengendali skim, pelan, pengendalian atau proses berantai
piramid bagi produk, perkhidmatan atau harta tidak ketara yang mendapat pasaran pada
masa ini atas permintaan peserta dalam terma atau perjanjian yang munasabah tidak
dibenarkan atau disediakan.
6. Kehendak struktur skim, pelan, pengendalian atau proses berantai piramid yang
ketat atau tidak munasabah bagi kelayakan peserta untuk diberi pampasan.
7. Pengunduran diri oleh peserta daripada skim, pelan, pengendalian atau proses
berantai piramid tidak dibenarkan.
8. Peserta dibenarkan atau digalakkan untuk membeli lebih daripada satu kedudukan
atau hak untuk menyertai skim, pelan, pengendalian atau proses berantai piramid.

Syarikat jualan langsung MLM yang diakui sah membayar bonus/ganjaran kepada
ahli/pengedar berdasarkan kepada nilai jualan atau pengembangan jaringan untuk
meningkatkan jualan kumpulan. Sungguhpun begitu, berbagai jenis pelan
pemasaran boleh digunakan untuk pengiraan bonus atau ganjaran yang telah
dijanjikan.
Manakala syarikat jualan langsung MLM yang melaksanakan sistem piramid,
bonus/ganjaran dibayar berdasarkan kepada penajaan atau kemasukkan
ahli/pengedar baru ke dalam skim piramid yang digunakan, pelan pemasaran, operasi
atau proses berantai dan tidak secara langsung berdasarkan kepada jualan produk,
servis atau harta yang intangible oleh ahli atau pengedar.

Q: bagaimana untuk mengetahui atau membezakan di antara syarikat yang


menjalankan perniagaan jualan langsung yang beretika dengan syarikat yang
menjalankan perniagaan menjurus kepada skim piramid atau skim cepat kaya ?
Menyatakan bahawa perniagaan mereka adalah secara e-dagang, namun pelan yang
ditunjukkan dalam website atau secara presentation, ianya lebih menitikberatkan
kepada keuntungan besar dan mencari orang daripada kebaikan dan penjualan produk
Apabila sukar atau tidak dibenarkan menarik diri dalam tempoh tertentu
Boleh membeli kedudukan atau pangkat, sama ada melibatkan pembelian barang atau
tidak
Tidak menyediakan polisi beli balik dan kontrak bertulis atau perjanjian
Menyatakan keahlian adalah percuma namun disyaratkan apabila nak jadi ahli dan
menginginkan pendapatan bonus, perlu membeli barangan tertentu pada jumlah yang
agak tinggi
Perlu membeli dalam jumlah yang agak besar seperti rm 2,000 atau rm20,000 dan
kemudiannya mencari orang untuk membuat perkara yang sama
Didatangi orang dan mempromosikan pelan pemasaran yang lebih menceritakan
tentang mendapat untung dan mencari orang daripada kebaikan dan penjualan produk
Promosi yang dijalankan sama ada melalui iklan atau flyers lebih menceritakan tentang
mendapat untung dan mencari orang daripada penjualan produk
Hanya perlu membuat pelaburan tanpa membeli barang
Di dalam sistem piramid, diantara ciri-ciri asas adalah seperti berikut:(i) mereka yang terdahulu sentiasa menikmati kelebihan yang banyak dan yang
datang kemudian mendapat sedikit kelebihan atau ke tahap merugikan bila mereka
tidak dapat mngembangkan penajaan.
(ii) pada lazimnya, skim piramid yang tulen melibatkan perletakan/susunan ahli
secara automatik. Ahli/pengedar tidak dapat menentukan susunan atau hiraki jaringan
mereka sendiri.
(iii) mempunyai ciri yang dinamakan front loading.
Kaedah ini memaksa ahli/pengedar membeli barangan/servis dengan nilai yang
tinggi/mahal dan dalam masa yang sama ahli/pengedar tidak memungkinkan
menggunakan atau menjual barangan tersebut di dalam jangkamasa yang terdekat.
Ianya juga melibatkan ciri seperti pembelian pangkat melalui pembelian produk dan

memperolehi pulangan yang banyak tanpa menjalankan perniagaan.


(iv) skim piramid juga boleh melibatkan skim pelaburan. Kaedah ini memberikan
pulangan yang tinggi terhadap sebarangan pelaburan di mana nilai minimumnya
ditetapkan. Pulangan seperti 10% sebulan daripada nilai yang dilaburkan adalah biasa.
Skim ini nampaknya sangat menggalakkan diperingkat awal tetapi runtuh apabila tiada
lagi pelaburan yang masuk untuk melaksanakan pembayaran yang tinggi.
ianya juga dikaitkan dengan konsep berikut:
anda tidak perlu menjual mendapatkan ganjaran/keuntungan
letak saja duit untuk buat duit
beli atau labur sekarang, ambil barang kemudian
Kadangkala, perlaksanaan konsep ini bertopeng perniagaan trading. Labur dan layak
untuk mendapat barangan yang harganya lebih rendah dari nilai wang yang dilabur.

Q: Apakah penalti yang dikenakan terhadap mereka yang mempromosikan atau


menjalankan skim piramid ?
Bagi Individu, penalti yang dikenakan adalah didenda tidak kurang RM500 ribu dan
tidak lebih RM5 juta dan atau 5 tahun penjara bagi kesalahan pertama. Bagi kesalahan
kedua dan selanjutnya, denda tidak kurang RM1 juta dan tidak lebih RM10 juta dan
atau 10 tahun penjara.
Bagi pertubuhan perbadanan / syarikat, penalti yang dikenakan adalah didenda tidak
kurang RM1 juta dan tidak lebih RM10 juta dan bagi kesalahan pertama serta denda
tidak kurang RM10 juta dan tidak lebih RM50 juta dan bagi kesalahan kedua dan
selanjutnya.

1. Apakah Skim Cepat Kaya?


Satu pelan yang lazimnya menawarkan kadar pulangan yang tinggi atau tidak realistik
bagi jumlah pelaburan yang kecil dan pada masa yang sama menjanjikan pelaburan
tersebut adalah mudah dan bebas daripada sebarang risiko.
Skim "Cepat Kaya" yang berikut adalah dilarang di bawah undang-undang yang dikuat
kuasakan oleh Bank Negara Malaysia:
Aktiviti pengambilan deposit secara haram
Aktiviti pengambilan deposit secara haram adalah suatu perbuatan menerima,
mengambil, atau menyetujuterima deposit (wang, logam berharga, batu berharga, apaapa artikel lain dan sebagainya) daripada orang awam atau pelabur, yang menjanjikan
pembayaran semula deposit tersebut biasanya dengan faedah atau pulangan atau
dengan sebarang balasan yang berupa wang atau nilaian wang, tanpa mempunyai satu
lesen yang sah di bawah Akta Bank dan Institusi-Institusi Kewangan 1989.
Urus niaga mata wang asing haram
Perbuatan yang berikut tergolong kepada urus niaga mata wang asing haram:
1. Membeli atau menjual mata wang asing di antara dua orang dan tiada seorang
daripada mereka adalah seorang peniaga yang diberi kuasa melainkan jika
orang itu telah mendapatkan kebenaran daripada Pengawal Pertukaran Wang
Asing di bawah Akta Kawalan Pertukaran Wang 1953 (AKPW).
2. Membeli atau menjual mata wang asing oleh seorang pemastautin yang bukan
seorang peniaga yang diberi kuasa dengan seorang di luar Malaysia melainkan
jika orang itu telah mendapat kebenaran Pengawal Pertukaran Wang Asing di
bawah AKPW.
AMARAN: Skim Pelaburan Melalui Internet
Orang awam diingatkan supaya berhati-hati dengan skim pelaburan yang dipromosikan
melalui internet. Sesetengah syarikat dan laman web yang menawarkan skim pelaburan
melalui internet tidak dilesenkan atau diberi kuasa oleh Bank Negara Malaysia untuk
mengambil deposit atau membuat urus niaga mata wang asing. Aktiviti sedemikian
biasanya menawarkan pulangan pelaburan yang menarik atau peluang pelaburan yang
membabitkan kadar pulangan yang tidak realistik dan tanpa risiko atau berisiko rendah.
Pelabur adalah diingatkan supaya membuat deposit hanya dengan institusi yang
berlesen atau menjalankan urus niaga mata wang asing dengan institusi yang diberi
kuasa oleh Bank Negara Malaysia agar mereka boleh mendapat perlindungan yang
sepatutnya. Pengendali tidak berlesen boleh berhenti menjalankan perniagaan mereka
yang menyebabkan pelabur-pelabur tidak mempunyai apa-apa cara untuk
mendapatkan semula wang pelaburan mereka atau membuat tuntutan terhadap manamana orang yang terbabit dengan skim tersebut.

2. Bagaimanakah untuk mengesan Skim Cepat Kaya?


Skim pengambilan deposit secara haram
Orang berkenaan (individu, syarikat atau organisasi) menerima, mengambil atau
menyetujuterima deposit daripada orang awam tidak mempunyai lesen di bawah
seksyen 6(4) Akta Bank dan Institusi-institusi Kewangan 1989;
Orang tersebut berjanji untuk membayar semula deposit dengan atau tanpa faedah
atau pulangan (faedah atau pulangan pelaburan dijanjikan untuk dibayar dalam suatu
tempoh masa dan dalam bentuk wang atau nilaian wang, sebagainya); dan
Orang tersebut berjanji untuk membayar semula deposit pokok apabila pembayaran
balik dituntut atau pada suatu masa atau mengikut hal keadaan yang dipersetujui oleh
atau bagi pihak orang yang membuat bayaran itu dan orang yang menerimanya,
dengan apa-apa balasan berupa wang atau nilaian wang (pembayaran pelaburan
pokok adakalanya dimasukkan sekali dalam faedah atau pulangan tetap yang
dijanjikan).
Amaran Untuk Pelabur

Aktiviti pengambilan deposit secara haram selalunya berselindung dengan


pelbagai cara untuk menipu orang awam menjadi mangsa skim pelaburan
haram, antaranya, melalui tawaran pemberian emas dan barang berharga yang
lain sebagai sebahagian daripada pulangan yang dijanjikan. Selain itu, orang
ramai juga disogok dengan dakwaan bahawa deposit itu diterima sebagai
pinjaman kepada syarikat.
Aktiviti pengambilan deposit secara haram seringkali digambarkan mampu
memberi kadar faedah atau pulangan yang tinggi atau tidak realistik dalam suatu
masa yang singkat berbanding dengan institusi-institusi berlesen yang lain.
Bagaimanapun, skim-skim seperti ini tidak boleh bertahan lama;
Jangka hayat skim-skim seperti ini bergantung kepada penyertaan pelabur baru
di mana dana pelaburan yang diterima akan digunakan untuk pembayaran
dividen kepada pelabur lama. Sekiranya syarikat pengendali gagal mendapatkan
pelabur baru, skim ini akan gagal kerana ketiadaan sumbangan dana dari
pelabur baru.
Pada permulaannya, pelabur-pelabur awal akan dibayar pulangan pelaburan
seperti yang dijanjikan. Bagaimanapun, akhirnya pengendali akan melarikan diri
dengan wang deposit yang dipungut apabila pengendali mendapati skim akan
mengalami kegagalan yang akhirnya menjadikan pelabur rugi.

Skim urus niaga mata wang asing haram

Urus niaga mata wang asing dengan seseorang, selain daripada seorang yang
diberi kuasa, yang tidak mendapat kebenaran oleh Pengawal Pertukaran Wang
Asing di bawah AKPW sering:
Menawarkan kepada pelabur atau orang awam peluang untuk berurus niaga
mata wang asing dengan syarikat induk (yang kononnya mempunyai lesen sah
untuk berurus niaga mata wang asing di luar negara);
Memudahkan urus niaga mata wang asing dengan menyediakan akses kepada
laman web syarikat induk dan kemudahan urus niaga melalui internet;
Menggaji lepasan siswazah sebagai eksekutif pemasaran dan mempengaruhi
mereka supaya membuat ahli keluarga mereka membuat pelaburan;
Mengarahkan pelabur-pelabur untuk mendeposit wang pelaburan sama ada ke
dalam akaun bank syarikat induk atau akaun bank pihak ketiga; dan
Mempengaruhi pelabur-pelabur untuk menambah jumlah pelaburan ("panggilan
margin") atau menghadapi risiko kehilangan pelaburan mereka .

Amaran untuk Pelabur


Pengendali skim mata wang asing haram akan cuba menyakinkan bakal-bakal pelabur
dengan strategi pasaran yang menjanjikan pulangan segera dan tinggi

Melalui penampilan imej yang profesional dan bereputasi dengan barisan pekerja
yang berpakaian segak, keadaan pejabat yang bercirikan teknologi tinggi dan
kemudahan IT yang terkini yang memudahkan pelabur-pelabur untuk
mengendalikan akaun-akaun mereka melalui internet;
Dengan peralatan urus niaga seperti suatu skrin berita yang menunjukkan
pergerakan dalam kadar pertukaran untuk memberi gambaran bahawa sesuatu
perniagaan yang profesional dan sah di sisi undang-undang sedang dijalankan;
Kebiasaannya, pelabur juga dikehendaki untuk menandatangani satu kontrak
urus niaga dengan syarikat. Kontrak-kontrak ini sering tidak ditandatangani oleh
syarikat. Ini bermakna tiada tindakan boleh diambil oleh pelabur terhadap
syarikat kerana tiada kontrak formal yang mengikat.

3. Bagaimanakah untuk melindungi diri daripada terjebak dengan skim seperti


ini?

Ingatlah pada kata hikmat ini - Sesuatu yang menguntungkan tetapi seakan
terlalu mustahil untuk diterima akal, berkemungkinan besar merupakan satu
penipuan;
Berurusan hanya dengan institusi kewangan berlesen dan peniaga mata wang
asing yang di beri kuasa;
Semak terlebih dahulu dengan pihak berkuasa yang berkaitan;
Jangan gopoh atau membiarkan diri dipaksa untuk melabur;
Berhati-hatilah dengan pelaburan yang dibuat melalui internet;
Berwaspada dengan sebarang peluang pelaburan yang tidak bertulis; dan
Jika suatu pelaburan telah dibuat, simpan kesemua dokumen yang berkaitan
dengan pelaburan dan komunikasi dengan selamat.

4. Apakah yang perlu anda lakukan sekiranya anda menjadi mangsa skim seperti
ini?
Jika anda mempunyai sebarang maklumat mengenai aktiviti pengambilan wang secara
haram atau urus niaga mata wang asing secara haram atau anda sendiri adalah
mangsa kepada aktiviti atau skim haram seumpamanya tersebut , sila hantar maklumat
lanjut atau aduan anda beserta dengan dokumen berkaitan kepada Bank Negara
Malaysia seperti berikut:
Sumber Bank Negara.
Untuk aduan/laporan sila mengantar aduan anda ke NCCC/Bank Negara. Terima
Kasih.
Bersama sama kita menjadi konsumer Bijak.
Ms. Matheevani Marathandan
Legal Executive/ Complaint Handling Manager
Pusat Khidmat Aduan Pengguna Nasional
National Consumer Complaints Centre
E-mail :
vani@nccc.org.my
vani@nccc.org.my

Maisir (judi/untung-untungan)
Kata Maisir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan
sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa
juga disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam`
yang berarti praktek perjudian.
Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh
dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang mengguntungkan satu pihak
dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu
tindakan atau kejadian tertentu[1]
Prinsip berjudi adalah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam maupun hanya
berperan sedikit saja atau tidak berperan sama sekali, mengharapkan keuntungan
semata (misalnya hanya mencoba-coba) di samping sebagian orang-orang yang terlibat
melakukan kecurangan, kita mendapatkan apa yang semestinya kita tidak dapatkan,

atau menghilangkan suatu kesempatan. Melakukan pemotongan dan bertaruh benarbenar masuk dalam kategori definisi berjudi[2]
Judi pada umumnya (maisir) dan penjualan undian khususnya (azlam) dan segala
bentuk taruhan, undian atau lotre yang berdasarkan pada bentuk-bentuk perjudian
adalah haram di dalam Islam. Rasulullah s.a.w melarang segala bentuk bisnis yang
mendatangkan uang yang diperoleh dari untung-untungan, spekulasi dan ramalan atau
terkaan (misalnya judi) dan bukan diperoleh dari bekerja.[3]
Diriwayat oleh Abdullah bin Omar bahwa Rasulullah s.a.w. melarang berjualbeli yang
disebut habal-al-habla semacam jual beli yang dipraktekkan pada zaman Jahiliyah.
Dalam jual beli ini seseorang harus membayar seharga seekor unta betina yang unta
tersebut belum lahir tetapi akan segera lahir sesuai jenis kelamin yang diharapkan .[4]
Diriwayatkan oleh beberapaa sahabat Nabi, termasuk Jabir, Abu Hurairah, Abu Said
Khudri, Said bin Al Musayyib dan Rafiy bin Khadij bahwa Rasulullah s.a.w. melarang
transaksi muzabanah dan muhaqalah[5]
Kedua jenis bisnis transaksi diatas sangat merakyat pada zaman sebelum Islam.
Muzabanah adalah tukar menukar buah yang masih segar dengan yang sudah kering
dengan cara bahwa jumlah buah yang kering sudah dapat dipastikan jumlahnya
sedangkan buah yang segar ditukarkan hanya dapat ditebak karena masih berada di
pohon. Sama halnya dengan muhaqalah yaitu penjualan gandum ditukar dengan
gandum yang masih ada dalam bulirnya yang jumlahnya masih ditebak-tebak.
Disebabkan karena kejahatan judi itu lebih parah dari pada keuntungan yang
diperolehnya, maka dalam Al-Qur`an, Allah swt sangat tegas dalam melarang maisir
(judi dan semacamnya) sebagaimana ayat berikut:

Mereka akan bertanya kepadamu tentang minuman keras dan judi, katakanlah: pada
keduanya terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar
dari pada manfaatnya (QS. Al Baqarah 2:219)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi


nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS al-Maaidah 5:90)

Ayat di atas secara tegas menunjukkan keharaman judi. Slain judi itu rijs yang berarti
busuk, kotor, dan termasuk perbuatan setan, ia juga sangat berdampak negatif pada
semua aspek kehidupan. Mulai dari aspek ideologi, politik, ekonomi, social, moral,

sampai budaya. Bahkan , pada gilirannya akan merusak sendi-sendi kehidupan


berbangsa dan bernegara. Sebab, setiap perbuatan yang melawan perintah Allah SWT
pasti akan mendatangkan celaka[6]
Perhatikan Firman Allah SWT selanjutnya tentang efek negatif yang dapat ditimbulkan
oleh judi:
Sesungguhnya setan itu bermaksud permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan Shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. AlMaidah, 5:91)
Karena itu merupakan perbuatan setan, maka wajar jika kemudian muncul upaya-upaya
untuk menguburkan makna judi. Sebab salah satu tugas setan, yang terdiri dari jin dan
manusia, adalah mengemas sesuatu yang batil (haram) dengan kemasan bisnis yang
baikdan menarik, atau dengan nama-nama yang indah, cantik, dan memiliki daya tarik,
hingga tampaknya seakan-akan halal. Allah SWT berfirman:
Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia (QS. AlAn`am: 112)
Juga perhatikan firman-Nya:
Dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan keindahan apa yang selalu
mereka kerjakan (QS. Al-An`am: 43)
Rasulullah SAW juga mensinyalir perbuatan setan yang demikian itu sebagai, Surga itu
dikelilingi oleh sesuatu yang tidak menyenangkan, sedangkan mereka (setan) dikelilingi
oleh sesuatu yang menyenangkan. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam industri asuransi, adanya maisir atau gambling disebabkan karena adanya
gharar sistem dan mekanisme pembayaran klaim. Jadi judi atau gambling terjadi illatnya karena disana ada gharar. Prof. Mustafa Ahmad Zarqa[7] mengatakan bahwa
adanya unsur gharar menimbulkan al-qumaar. Sedangkan al-qumaar sama dengan almaisir, gambling dan perjudian. Artinya ada salah satu pihak yang untung tetapi ada
pula pihak lain yang dirugikan.
Akad judi menurut Dr. Husain Hamid Hisan [8], merupakan akad gharar, karena masingmasing pihak yang berjudi dan bertaruh tidak menentukan pada waktu akad, jumlah
yang diambil atau jumlah yang ia berikan, itu bisa ditentukan nanti, tergantung pada
suatu peristiwa yang tidak pasti, yaitu jika menang maka ia mengetahui jumlah yang
diambil, dan jika kalah maka ia mengetahui jumlah yang ia berikan. Selanjutnya, Syaikh
Hisan mengatakan tidak ada seorang pun dari para mujtahid yang mengatakan bahwa
tasharrufaat (pembelanjaan-pembelanjaan) yang mengandung unsur hura-hura,

menghibur diri, dan menyia-nyiakan waktu serta didalamnya tidak ada unsur riba dan
grarar merupakan perjudian dan taruhan.Illat (sebab) keharaman judi bukan itu semua,
tetapi illatnya adalah gharar, karena di dalam judi dan taruhan ada istilah kemungkinan
menang bagi satu pihak dan kemungkinan kalah bagi pihak lain.
Mohd Fadzli Yusof[9], menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional terjadi
karena didalamnya terdapat faktor gharar, beliau mengatakan: adanya unsur al-maisir
(perjudian) akibat adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila
pemegang asuransi jiwa meninggal dunia, sebelum akhir periode polis asuransi, namun
telah membayar sebagian preminya, maka tertanggungnya akan menerima sejumlah
uang tertentu. Bagaimana cara memperoleh uang dan dari mana asalnya tidak
diberitahukan kepada pemegang polis. Hal inilah yang dipandang sebagai al-maisir
(perjudian) dalam asuransi konvensional.
Dengan argumentasi yang hampir sama, Syafi`i Antonio [10] mengatakan bahwa unsur
maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung namun dilain pihak justru
mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab
tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun
ketiga (untuk produk tertentu) maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali
uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
Pada kesempatan lain Syafi`i Antonio menjelaskan tentang maisir dalam asuransi
konvensional sebagai berikut: Maisir adalah suatu bentuk kesepahaman antara
beberapa pihak, namun ending yang dihasilkan hanya satu atau sebagian kecil saja
yang diuntungkan. Sedangkan maisir (gambling/untung-untungan) dalam asuransi
konvensional terjadi dalam tiga hal:
a.
Ketika seorang pemegang polis mendadak kena musibah sehingga memperoleh
hasil klaim, padahal baru sebentar menjadi klien asuransi dan baru sedikit membayar
premi. Jika ini terjadi, nasabah diuntungkan
b. Sebaliknya jika hingga akhir masa perjanjian tidak terjadi sesuatu, sementara ia
sudah membayar premi secara penua/lunas. Maka perusahaanlah yang diuntungkan.
c.
Apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya
sebelum masa reserving period, maka yang bersangkutan tidak akan menerima
kembali uang yang telah dibayarkan (cash value) kecuali sebagian kecil saja, bahkan
uangnya dianggap hangus.[11]
Salah satu pakar asuransi dan sekaligus praktisi asuransi yang cukup ternama di
Indonesia, Muhaimin Iqbal, ACII[12] mengatakan: Unsur maisir (perjudian) sebenarnya
juga tidak disetujui dalam teori dasar asuransi konvensional. Dalam ilmu asuransi
(konvensional) asuransi dianggap berbeda dengan judi karena kontrak asuransi harus
berdasarkan adanya kepentingan keuangan (insurable interest) dan atas kepentingan
keuangan tersebut hanya dijamin terhadap resiko murni (pure risk), artinya dengan
ganti rugio asuransi nasabah nasabah hanya akan dipulihkan ke kondisi financial

sesaat sebelum kejadian suatu resiko (principle indemnity), nasabah tidak boleh
mendapatkan keuntungan dari terjadinya suatu resiko. Di sisi lain judi tidak
mengharuskan adanya insurable interest dan resiko yang diperjudikan bersifat
speculative atau salah satu pihak akan untung dan lain pihak rugi. Dari perbedaan inilah
maka teori dasar asuransi menganggap bahwa asuransi bukanlah judi[13]
Tapi kenyataannya lanjut Iqbal, memang di praktek sangat berbeda dengan teori. Untuk
aspek maisir (perjudian) misalnya, sangat sedikit pelaku asuransi yang menerapkan
teorinya dengan serius dan menghindarkan bisnisnya dari sifat yang menyerupai
perjudian atau untung-untungan. Untuk menghindarkan diri dari unsur maisir (perjudian)
tersebut, para pelaku asuransi tidak cukup hanya mengandalkan sisi klien harus
memiliki insurable interest, dan kalau terjadi kerugian hanya diganti rugi ke kondisi
sesaat sebelum kejadian (indemnity), tetapi disisi pengelolaan usaha khususnya dalam
memilih portofolio resiko dan menentukan nilai premi juga harus sepadan (equitable)
terhadap resiko yang dijamin. Oleh karena itulah maka di Indonesia bahkan ada
peraturan yang mengharuskan suku premi asuransi dihitung berdasarkan statistic profil
resiko sekurang-kurangnya 5 tahun[14].
Yang terjadi di lapangan adalah dari puluhan jenis produk asuransi (khususnya asuransi
umum), hanya satu produk asuransi yaitu asuransi kebakaran yang statistiknya cukup
untuk menghitung suku premi yang equitable. Selebihnya suku premi lebih banyak
ditentukan oleh pengalaman dan kekuatan pasar sehingga sulit untuk meyakinkan
bahwa suku premi yang dibayar oleh nasabah atau sekumpulan nasabah akan cukup
untuk membayar ganti rugi nasabah yang kurang beruntung. Bahkan statistic yang
memadai di asuransi kebakaran pun sering diabaikan oleh pelaku pasar. Sikap pelaku
asuransi yang tidak menghiraukan teori dasarnya sendiri inilah yang membawa praktek
asuransi sangat dekat atau bahkan bercampur dengan unsur maisir (perjudian)[15].
Sumber: Dikutip dari buku, Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and
General) Konsep dan Sistem Operasional, Penerbit Gema Insani, Jakarta,
2004, Bab II, hal 48-53.

[1] Rafiq al-Mishri, Al-Maisir Wal Qimar, hal 27-32


[2] Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, Vol 3, Islamic Publications, Lahore,
1974, hal 112
[3] Afzalur Rahman, Ibid, hal 113
[4] Hadits Bukhari Muslim
[5] Hadits Riwayat Bukhari, Ibn Majah Tirmidzi, Lihat misalnya Bukhari Jilid III, 215

[6] Ahamad Kursairi Suhail, Bahaya Judi, Dalam Kolom Hikmah, Republika tanggal 30
Januari 2004
[7] Mustafa Ahmad Zarqa, prof dalam A. Latif Mukhtar, Ibid, hal 131
[8] Husain Hamid Hisan, Dr. Hukmu Asy-Syari`ah Al-Islamiyah Fii Uquudi Atta`min. darul
I`tisham. Kairo, hal 117-128
[9] Mohd Fadzli Yusof. Takaful Sistem Insurans Islam. Tinggi Press. SDN BHD, hal 32
[10] Syafi`i Antonio. Op., Cit., hal 2-3
[11] Syafi`i Antonio, Bisnis Cara Rosul, Republika (setiap senin)
[12] Direktur Tehnik Asuransi Tugu Pratama, General Insurance terbesar di Indonesia,
Anggota Dewan Penasehat Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI).
[13] Muhaimin Iqbal, Asuransi Setelah Fatwa Bunga Bank Riba Oleh MUI (makalah
diskusi Intern AASI, 2003)
[14] Ibid
[15] Ibid
Download Landasan Teori Asuransi Syariah 7 (44 kB)

[1] Rafiq al-Mishri, Al-Maisir Wal Qimar, hal 27-32


[2] Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, Vol 3, Islamic Publications, Lahore,
1974, hal 112

Secara ringkasnya judi atau dalam istilah Arab qimar atau maisir bermaksud
sebarang aktiviti yang melibatkan pertaruhan di antara dua pihak di mana satu pihak
akan menang semua hasil pertaruhan tersebut manakala pihak yang kalah kehilangan
kesemuanya (Nazih Hammad, Mujam al-Mustalahat, p.226). Konsep judi sama dengan
prinsip zero-sum game atau menang-kalah yang memperuntukkan hanya satu pihak
sahaja yang menang dalam satu-satu pertaruhan.
Pengharaman judi merupakan suatu yang cukup jelas termaktub dalam Al-Quran:
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji

termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu


mendapat keberuntungan (Al- Maidah: 90).

Defenisi gharar menurut mahzab Imam Safi`e seperti dalam kitab Qalyubi wa
Umairah[1] : Al-ghararu manthawwats `annaa `aaqibatuhu awmaataroddada baina
amroini aghlabuhuma wa akhwafuhumaa. Artinya: gharar itu adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul
adalah yang paling kita takuti
Wahbah al-Zuhaili [2] memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan
altaghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu
yang tampaknya menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian, oleh
karena itu dikatakan: al-dunya mata`ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan
yang menipu.
Dengan demikian menurut bahasa, arti gharar adalah al-khida` (penipuan), suatu
tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fiqih
berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat
diserahkan.
Selanjutnya Wahbah al-Zuhaili [3] mengutip beberapa pengertian gharar yang
dikemukakan oleh para fuqaha yang maknanya hampir sama:
1. Al-Syarkasi dari mazhab Hanafi berpendapat, al-gharar ma yakun masnur alaqibah ,artinya: sesuatu yang tersembunyi akibatnya.
2.

Al-Qarafi dari Mazhab Maliki berpendapat: ashlu al-gharar huwa al- ladzi

la yudra hal tahshul am laka al-thair fil al hawa` wa al-samak fi alma`.artinya: sesuatu yang tidak diketahui apakah ia akan diperoleh atau tidak seperti
burung di udara, dan ikan di air.
3. Al-Syirazi dari mazhab Syafi`i berpendapat, al-gharar ma intawa `anhamruh wa
khafiy alaih `aqibatuh, artinya : sesuatu yang urusannya tidak diketahui dan
tersembunyi akibatnya
4.

Ibn Taimiyah, berpendapat gharar ialah tidak diketahui akibatnya.

5. Ibn Qoyyim berpendapat gharar ialah yang tidak bisa diukur penerimaanya, baik
barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta
yang liar meskipun ada.
6. Ibn Hazm berpendapat, gharar itu ketika pembeli tidak tahu apa yang dibeli, atau
penjual tidak tahu apa yang ia jual.

Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak (misalnya: peserta asuransi, pemegang polis
dan perusahaan) saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan
menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu
kontrak yang dibuat berasaskan andaian (ihtimal) semata.[4]
Inilah yang disebut gharar (ketidak jelasan) yang dilarang dalam Islam, kehebatan
sistem Islam dalam bisnis sangat menekankan hal ini, agar kedua belah pihak tidak
didzalimi atau terdzalimi. Karena itu Islam mensyaratkan beberapa syarat sahnya jual
beli, yang tanpanya jual beli dan kontrak menjadi rusak, diantara syarat-syarat tersebut
adalah[5]:
1.

Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang ditimbang)

2.
Barang dan harga yang jelas dan dimaklumi (tidak boleh harga yang majhul (tidak
diketahui ketika beli).
3.

Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi

4.

Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.

Menurut Islam, gharar ini merusak akad[6]. Demikian Islam menjaga kepentingan
manusia dalam aspek ini. Imam an-Nawawi menyatakan, larangan gharar dalam bisnis
Islam mempunyai perananan yang begitu hebat dalam menjamin keadilan. Contoh jual
beli gharar ini adalah membeli atau menjual anak lembu yang masih di dalam perut
ibunya. Menjual burung yang terbang di udara.[7] Ia menjadi gharar karena tidak dapat
dipastikan. Sempurnakah janin yang akan dilahirkan, dapatkah ditangkap burung itu.
Maka jika harga dibayar, tiba-tiba barangnya tidak sempurna, lalu pembeli tidak puas
hati, hingga terjadi permusuhan dan keributan. Islam melarang gharar untuk
menghindari kejadian seperti ini. Akan tetapi, Islam memaklumi gharar yang sedikit
yang tidak dapat dielakkan.
Jika kedua belah pihak saling meridhai, kontrak tadi secara dztnya tetap termasuk
dalam kategori bay al-gharar yang diharamkkan. Walaupun nisbah/prosentasi atau
kadar bayaran telah ditentukan agar peserta asuransi/ pemegang polis maklum, ia tetap
juga tidak tahu, kapankah musibah akan terjadi?. Disinilah gharar terjadi. [8]
Dr.M. Anwar Ibrahim [9] mengatakan bahwa para ahli fiqih hampir dikatakan sepakat
mengenai definisi gharar, yaitu untung-untungan yang sama kuat antara ada dan tidak
ada, atau sesuatu yang mungkin terwujud dan mungkin tidak terwujud, seperti jual beli
burung yang masih terbang bebas di udara.
Rasulullah SAW bersabda tentang gharar dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah sebagai berikut :
An abii hurairata qaala nahaa Rasulullah shalallahu `alahi wassallam `an bai`il hashah
wa `an bai`il gharar,

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli hashah dan jual
beli gharar (HR Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, Tirmidzi, an-Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu
Majah)
Selanjutnya pada bagian manakah gharar (ketidakpastian) terjadi pada asuransi
konvensional yang kita kenal selama ini. H.M. Syafi`i Antonio [10] pakar ekonomi
syariah menjelaskan bahwa gharar atau ketidakpastian dalam asuransi konvensional
ada dua bentuk:
1. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
2. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar`i penerimaan
uang klaim itu sendiri
Secara konvensional kata Syafi`i kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat
dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran
premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas
berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu
(gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan),
tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya
Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Disinilah gharar terjadi pada
asuransi konvensional.
Sumber: Dikutip dari buku, Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and
General) Konsep dan Sistem Operasional, Penerbit Gema Insani, Jakarta,
2004, Bab II, hal 46-48.

[1] Syarikat Takaful Malaysia, Op., Cit., hal 19


[2] Wahbah Al-Zuhaili. Al-Fiqh al-Islami wa `Adillatuhu. Juv IV. Dar al-Fikr. Damascus.
Syria, hal 435-437
[3] Wahbah Al-Zuhaili. Ibid, hal 437
[4] Ahmadi Sukarno, Op., Cit., hal 26
[5] Al Imam an-Nawawi, Al-Majmu` Syarh al-Muhazzab, Dar Ilya` at-Turath al-Arabi, jld 9
hal 210
[6] Baltaji, `Uqud at-Ta`min, hal 68. Saya kutip dari Ahmadi Sukarno, Op., Cit., hal 26
[7] Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, L:ihat Bab Buyu` dalam semua cetakan

[8] Baltaji, Op., Cit., dalam Ahmadi Sukarno, Op., Cit., hal 27
[9] M. Anwar Ibrahim, Dr. Tinjauan Fiqh terhadap Asuransi (makalah disampaikan dalam
lokakarya Asuransi Syari`ah
tanggal 4 5 Juli 2001.
[10] Muhammad Syafi`i Antonio, Msc. Asuransi Dalam Perspektif Islam. 1994. STI.
Jakarta, hal 1-3

Manakala gharar menurut istilah syarak bermaksud ketidaktentuan mengenai sesuatu


yang menyebabkan salah satu pihak yang berurusniaga terdedah kepada risiko yang
boleh membawa kepada salah-faham dan pertelingkahan (Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh
Al-Islami). Pengharaman gharar ditegaskan dalam hadis Nabi s.a.w. yang bermaksud:
Nabi s.a.w. melarang daripada berjual-beli dengan kewujudan gharar (Riwayat
Muslim, 5/3).
Konsep gharar dan judi mempunyai persamaan antara satu sama lain kerana keduaduanya melibatkan unsurunsur penyelewengan dan penyimpan
gan dalam pemilikan harta yang boleh mencetuskan pertelingkahan dan perselisihan
yang membinasakan. Sebab itulah Islam dari awal mengharamkan sebarang usaha
pemilikan harta dengan cara yang tidak benar seperti mengekploitasi orang lain.
Allah menegaskan dalam Al-Quran: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
makan (gunakan) hartaharta kamu sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang dilakukan secara suka sama suka di antara kamu (An-Nisa: 29).
Keredaannya
Memakan harta orang lain secara batil boleh berlaku dalam dua keadaan: Pertama,
mengambil harta seseorang tanpa keredaannya seperti secara paksaan, mencuri,
penipuan dan rampasan. Kedua, harta yang diperolehi dengan restu pemilik tetapi
melalui jalan yang haram seperti judi dan riba. Para ulamak bersepakat bahawa keduadua bentuk pemerolehan harta seperti ini merupakan perlakuan batil yang diharamkan
sama sekali.

Walau bagaimanapun secara yang sederhana, pihak IBFIM boleh perincikan konsep ini
sebagaimana berikut iaitu asas hukum kepada kedudukan pengharaman gharar adalah
hadis Nabi yang bermaksud sesungguhnya Nabi S.A.W melarang daripada jual beli
gharar. (riwayat Imam Muslim)

Isu hukum yang timbul daripada hadis berkenaan ialah tentang definisi atau maksud
gharar yang dilarang dalam hadis berkenaan. Justeru jika disorot karya- karya fiqh
klasik tentang makna gharar, boleh dikatakan bahawa terdapat pelbagai pendefinisian
daripada para fuqaha tentang konsep gharar. Antaranya ialah gharar yang bermaksud
jahalah (tidak maklum) tentang barangan yang ditransaksikan. Antara alim ulama yang
berpendapat sedemikian ialah al-Sarakhsi di dalam karyanya al-Mabsut dan al-Zailaie
di dalam karyanya Tabyiin al-Haqaiq. Al-Sarakhsi misalnya telah mendefinisikan gharar
sebagai sesuatu yang tidak diketahui akibatnya.

Terdapat juga mereka yang menyatakan bahawa gharar itu bermaksud syak atau
keraguan. Maksud gharar yang sedemikian didukung oleh beberapa fuqaha antaranya
ialah al-Kasani di dalam kitabnya Badaie al-Sanaie, Ibn Abidin di dalam kitabnya
Hasyiah Ibn Abidin dan al-Dusuqi. Al-Kasani misalnya telah menghuraikan makna
gharar sebagai suatu keadaan risiko seimbang yang akan ditempuhi oleh seseorang
berkenaan dengan sesuatu barangan yang dikehendaki itu akan wujud atau tidak dalam
sesuatu transaksi.

Terdapat juga para fuqaha yang melakukan sintesis antara kedua-dua makna gharar di
atas. Misalnya al-Syarqawi dan al-Qalyubi menyatakan bahawa gharar itu bermaksud
sesuatu yang tidak diketahui akibatnya dan mempunyai dua kemungkinan; sama ada
kemungkinan positif ataupun negatif tetapi kemungkinan akibat negatif adalah lebih
kuat.

Berdasarkan definisi-definisi klasik di atas, boleh dikatakan bahawa konsep gharar


berkisar kepada makna ketidaktentuan dan ketidak jelasan sesuatu transaksi yang
dilaksanakan. Ketidaktentuan dan ketidakjelasan berkenaan timbul khususnya daripada
aspek-aspek berikut:

* sama ada sesuatu barangan yang ditransaksikan itu wujud atau tidak;

* sama ada sesuatu barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan ataupun
tidak;
* kaedah transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas tetapi menarik perhatian
sehinggakan mungkin wujud elemen penipuan bagi menarik pihak-pihak untuk
bertransaksi;
* akad atau kontrak yang mendasari sesuatu transaksi itu sendiri sifatnya tidak jelas.

Dalam memahami makna gharar dan kaitannya dengan aspek-aspek yang disebutkan
di atas, perlu juga dinyatakan bahawa terdapat kategori-kategori gharar yang perlu
diketahui iaitu gharar fahish (ketidakjelasan yang keterlaluan); gharar yasir
(ketidakjelasan yang minimum) dan gharar mutawassit (ketidakjelasan yang sifatnya
sederhana). Dari segi hukum, pemahaman tentang kategori ini sangat penting kerana
sekiranya sesuatu transaksi itu mempunyai elemen gharar fahish maka transaksi
berkenaan adalah dilarang. Sebaliknya sekiranya sesuatu transaksi itu hanya
mengandung elemen gharar yasir, maka transaksi itu dibenarkan kerana elemen gharar
yang wujud adalah dimaafkan. Sekiranya elemen gharar mutawassit wujud, maka
biasanya wujud khilaf dikalangan fuqaha dalam memberi penilaian dan status hukum
khususnya jika transaksi berkenaan melibatkan perkara yang sangat diperlukan oleh
masyarakat dan gharar tersebut adalah daripada jenis yang tidak mampu dielakkan
melainkan dengan cara yang sangat menyusahkan.

Perlu juga dinyatakan di sini bahawa perbincangan tentang gharar sebenarnya


bukanlah perbincangan yang bersifat statik serta dogmatik. Kenyataan ini bermaksud
sesuatu penghukuman haram atau tidak diharuskan tentang transaksi yang
mengandungi gharar khususnya gharar fahish tidak bermakna bahawa akad atau
transaksi berkenaan akan selama-lamanya haram atau tidak diharuskan. Hal ini
demikian memandangkan, pada hemat pihak IBFIM, perkaitan gharar dengan arus
perkembangan sains dan teknologi adalah sangat rapat dan perlu diambil kira dari
semasa ke semasa. Secara yang lebih lanjut hal ini bermaksud elemen gharar dan
ketidakjelasan serta ketidaktentuan boleh berubah sehingga menjadi perkara yang tidak
lagi mengandungi unsur ketidakpastian akibat daripada wujudnya pelbagai
alatan,instrumen dan teknologi canggih yang boleh mengurangkan atau menghapuskan
elemen ketidakpastian berkenaan.

Dalam konteks yang tertentu, syarat transparensi dan ketelusan sesuatu kontrak moden
dalam transaksi-transaksi yang tertentu umpamanya adalah antara perkara yang
mungkin sesuatu dijadikan contoh. Begitu juga dalam menjalankan transaksi e-dagang

dan seumpamanya, hal perkaitan gharar dan perkembangan teknologi semasa boleh
dijadikan sampel.

Gharar tidak dapat dijelaskan secara terperinci kerana skop dan maksud gharar itu
sendiri terlalu meluas.Walau bagaimanapun secara yang sederhana, boleh dijelaskan
konsep ini seperti berikut iaitu asas hukum kepada kedudukan pengharaman gharar
adalah hadis Nabi yang bermaksud sesungguhnya Nabi S.A.W melarang daripada jual
beli gharar. (riwayat Imam Muslim)
Isu hukum yang timbul daripada hadis berkenaan ialah tentang definisi atau maksud
gharar yang dilarang dalam hadis berkenaan. Justeru jika dikaji karya- karya fiqh klasik
tentang makna gharar, boleh dikatakan terdapat pelbagai definisi daripada para fuqaha
tentang konsep gharar. Antaranya ialah gharar yang bermaksud jahalah (tidak maklum)
tentang barangan yang ditransaksikan. Antara alim ulama yang berpendapat
sedemikian ialah al-Sarakhsi di dalam karyanya al-Mabsut dan al-Zailaie di dalam
karyanya Tabyiin al-Haqaiq. Al-Sarakhsi misalnya telah mendefinisikan gharar sebagai
sesuatu yang tidak diketahui akibatnya.
Terdapat juga mereka yang menyatakan bahawa gharar bermaksud syak atau
keraguan. Maksud gharar yang sedemikian didukung oleh beberapa fuqaha antaranya
ialah al-Kasani di dalam kitabnya Badaie al-Sanaie, Ibn Abidin di dalam kitabnya
Hasyiah Ibn Abidin dan al-Dusuqi. Al-Kasani misalnya telah menghuraikan makna
gharar sebagai suatu keadaan risiko seimbang yang akan ditempuhi oleh seseorang
berkenaan dengan sesuatu barangan yang dikehendaki itu akan wujud atau tidak dalam
sesuatu transaksi.
Terdapat juga para fuqaha yang melakukan sintesis antara kedua-dua makna gharar di
atas. Misalnya al-Syarqawi dan al-Qalyubi menyatakan bahawa gharar bermaksud
sesuatu yang tidak diketahui akibatnya dan mempunyai dua kemungkinan; sama ada
kemungkinan positif ataupun negatif tetapi kemungkinan akibat negatif adalah lebih
kuat.
Berdasarkan definisi-definisi klasik di atas, boleh dikatakan bahawa konsep gharar
berkisar kepada makna ketidaktentuan dan ketidak jelasan sesuatu transaksi yang
dilaksanakan. Ketidaktentuan dan ketidakjelasan berkenaan timbul khususnya daripada
aspek-aspek berikut:
* sama ada sesuatu barangan yang ditransaksikan itu wujud atau tidak;
* sama ada sesuatu barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan ataupun
tidak;

* kaedah transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas tetapi menarik perhatian
sehinggakan mungkin wujud elemen penipuan bagi menarik pihak-pihak untuk
bertransaksi;
* akad atau kontrak yang mendasari sesuatu transaksi itu sendiri sifatnya tidak jelas.
Dalam memahami makna gharar dan kaitannya dengan aspek-aspek yang disebutkan
di atas, perlu juga dinyatakan bahawa terdapat kategori-kategori gharar yang perlu
diketahui iaitu gharar fahish (ketidakjelasan yang keterlaluan); gharar yasir
(ketidakjelasan yang minimum) dan gharar mutawassit (ketidakjelasan yang sifatnya
sederhana). Dari segi hukum, pemahaman tentang kategori ini sangat penting kerana
sekiranya sesuatu transaksi itu mempunyai elemen gharar fahish maka transaksi
berkenaan adalah dilarang. Sebaliknya sekiranya sesuatu transaksi itu hanya
mengandung elemen gharar yasir, maka transaksi itu dibenarkan kerana elemen gharar
yang wujud adalah dimaafkan. Sekiranya elemen gharar mutawassit wujud, maka
biasanya wujud khilaf dikalangan fuqaha dalam memberi penilaian dan status hukum
khususnya jika transaksi berkenaan melibatkan perkara yang sangat diperlukan oleh
masyarakat dan gharar tersebut adalah daripada jenis yang tidak mampu dielakkan
melainkan dengan cara yang sangat menyusahkan.
Perlu juga dinyatakan di sini bahawa perbincangan tentang gharar sebenarnya
bukanlah perbincangan yang bersifat statik serta dogmatik. Kenyataan ini bermaksud
sesuatu penghukuman haram atau tidak diharuskan tentang transaksi yang
mengandungi gharar khususnya gharar fahish tidak bermakna bahawa akad atau
transaksi berkenaan akan selama-lamanya haram atau tidak diharuskan. Hal ini
disebabkan oleh, perkaitan gharar dengan arus perkembangan sains dan teknologi
adalah sangat rapat dan perlu diambil kira dari semasa ke semasa. Secara yang lebih
lanjut hal ini bermaksud elemen gharar dan ketidakjelasan serta ketidaktentuan boleh
berubah sehingga menjadi perkara yang tidak lagi mengandungi unsur ketidakpastian
akibat daripada wujudnya pelbagai alatan,instrumen dan teknologi canggih yang boleh
mengurangkan atau menghapuskan elemen ketidakpastian berkenaan.
Dalam konteks yang tertentu, syarat transparensi dan ketelusan sesuatu kontrak moden
dalam transaksi-transaksi yang tertentu umpamanya adalah antara perkara yang
mungkin sesuatu dijadikan contoh. Begitu juga dalam menjalankan transaksi e-dagang
dan seumpamanya, hal perkaitan gharar dan perkembangan teknologi semasa boleh
dijadikan sampel.wallahuallam..

Muamalah perniagaan dan berjual beli yang halal merupakan ibadat fardu Kifayah
yang boleh mendatangkan keuntungan dan meningkatkan harta kekayaan yang
diredhai Allah. Malahan amalan yang boleh menyalurkan hubungan antara manusia

dengan Allah melalui bayaran zakat perniagaan yang telah menjadi salah satu
daripada rukun Islam yang lima. Justeru, sebagai seorang muslim yang mencapai
tahap wajib berzakat mereka perlu bertindak sebagai ahli perniagaan dan
pengusaha yang berjaya. Hal ini menggambarkan bahawa betapa pentingnya
perniagaan di dalam Islam.
Di dalam kebanyakkan kitab-kitab feqah, telah ditulis Kitab al Buyu' iaitu urusan
jualbeli yang menghuraikan secara lengkap tentang sistem urus niaga dan jualbeli.
Ibnu Hajar al-'Asqolani di dalam Kitabnya Bulughu al-Maram telah mengumpul
sebanyak 175 hadith yang khusus memperkatakan tentang perniagaan dan
perdagangan serta cara-cara pengendaliannya secara terperinci. Antara lain hadith
yang bermaksud:
"Rasulullah bertanya mengenai usaha yang paling baik sebagai sumber pendapatan
atau rezeki. Baginda menjawab: Pekerjaan yang paling baik hasil usahanya sendiri
dan setiap perniagaan yang baik serta halal. (Riwayat Bazzar dan Sohehahu alHakim) "
Difahamkan melalui kandungan hadith tadi bahawa segala urus niaga dan jualbeli
menurut kacamata Islam, yang tidak berlaku penindasan kepada orang lain. Iaitu
pembeli atau pengguna seperti yang dilakukan oleh kaum kapitalis.
Konsep perniagaan dalam Islam berasaskan apa yang ditegaskan oleh Allah S.W.T
melalui al-Quran yang bermaksud:
" Urus niaga dan jualbeli yang dilakukan secara suka sama suka iaitu berpuas hati
antara penjual dan pengguna. (Surah an-Nisa':29)"
Konsep yang terkandung di dalam ayat ini amat penting didalam sistem ekonomi
Islam yang memberi maksud kedua-dua pihak penjual dan pengguna atau pembeli
sama-sama merasa rela dan berpaus hati tanpa terdapat penindasan dan penipuan
satu sama lain.
Justeru, Islam melarang keras urusan muamalah berunsur riba kerana riba sematamata memberi keuntungan kepada satu pihak sahaja dan menganiayai kepada
pihak penerima. Hal ini Allah Taala berfirman didalam al-Quran yang bermaksud:
" Allah menghalalkan jualbeli dan mengharamkan riba. (Surah al-Baqarah:275)"
" Rasulullah mengutuk pemakan riba, wakilnya, keraninya dan kedua-dua saksinya
dan semua mereka yang terlibat dengan riba. (Riwayat Muslim) "
kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Islam jelas menuntut agar para peniaga mengamalkan sifat jujur, amanah, ikhlas
dan berpandangan jauh serta memerlukan kekuatan ilmu dan kegigihan. Disamping
itu juga, menuntut keupayaan dalam bentuk kewangan dan modal.
Pernigaan dan pengusahaan merupakan sumber rezeki yang lumayan dan
menguntungkan, tetapi tidak kurang juga yang membawa kepada risiko kejatuhan

yang amat pahit. Disebabkan dorongan nafsu tamak, inginkan keuntungan yang
besar dalam jangkamasa yang singkat. Lalu berlakulah penipuan dengan menaikkan
kos harga barangan, menyorok barangan keperluan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan yang lebih.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah dengan katanya: saya telah
pergi ke pasar untuk membeli buah-buahan. Setelah cukup timbangan tiba-tiba
saya melihat peniaga itu dengan sengaja menyisihkan sebiji buah-buahan dari
bungkusannya. lantaran itu saya bertanya kepada Rasulullah: Apakah peniaga itu
telah beruntung ya Rasulullah? Lalu baginda menjawab: Sesungguhnya peniaga
tersebut tidak mendapat apa-apa keuntungan. Sebaliknya tukaran sebiji buah yang
disisihkan itu merupakan bahang kepanasan api neraka.
Justeru, bahawa urus niaga dan jualbeli mengikut ketentuan dan saranan Islam kita
akan berupaya membentuk sebuah masyarakat peniaga dan pengguna yang sihat
dan stabil untuk kemajuan negara. Sebaliknya para peniaga berperasaan tamak dan
lupa diri akan menerima risiko yang tinggi sebagaimana yang berlaku kepada
seorang sahabat yang bernama Tsa'labah yang sering menjadi bahan cerita kepada
peserta-peserta kelas pengajian agama di masjid atau disurau. Iaitu pada mulanya
Tsa'labah adalah seorang yang cukup miskin dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Setelah beliau didoa oleh Rasulullah lantas dia menjadi kaya dan milionman. Tetapi
disebabkan dikuasai perasaan tamak dan lupa menyebabkan Tsa'labah menjadi
bankrap. Apabila sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang ketiadaan Tsa'labah
datang ke masjid untuk solat berjamaah, baginda menjawab: kesibukan
menguruskan harta kekayaan dan kecintaannya terhadap keduniaan juga
perniagaan menyebabkan ia buta mata dan buta hati untuk mencari ! jalan ke
masjid.
" Kecelakaan besar bagi mereka yang mencaci dan mengeji, yang mengumpulkan
harta serta menghitung-hitung kekayaan, ia beranggapan bahawa harta kekayaan
dapat mengekalkannya di dunia, tidak sekali-kali, sesungguhnya dia akan
dicampakkan ke dalam neraka yang bernama Hutamah. (Surah al-Humazah:1-4)"

Anda mungkin juga menyukai