net/publication/353600817
CITATIONS READS
0 467
3 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Kennorton Hutasoit Hutasoit on 31 July 2021.
Saya
Wartawan
Kompeten
Penyunting
• Maria D. Andriana
• Atmakusumah
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW
berwawasan kebaruan
Diterbitkan oleh:
Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)
atas dukungan Djarum Foundation dan Bank Rakyat Indonesia
ii
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW
berwawasan kebaruan
Penyunting
Maria D. Andriana
Atmakusumah
Penerbit
Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)
© Jakarta, 2021
iii
Daftar Isi
i. Halaman ISBN.................................................................................................................... ii
ii. Daftar isi................................................................................................................................. v
iii. Kata Sambutan Ketua Dewan Pers..................................................................... vii
iv. Kata Pengantar Direktur Eksekutif LPDS........................................................ ix
v. Catatan Editor.................................................................................................................... xii
v
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
22. Kompetensi:
Dari Tidak Mampu Menulis Hingga Tidak Paham Kode Etik............... 108
23. Kode Etik Jurnalistik: Siapa Peduli?..................................................................... 113
24. Keterampilan Menggunakan Alat dan Teknologi Informasi
dalam Uji Kompetensi Wartawan Konvergensi.......................................... 122
25. Jalan Lurus Standar Kompetensi Wartawan LPDS................................... 138
Lampiran:
• Profil Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)......................................................... 172
• Surat Keputusan Dewan Pers tentang penetapan LPDS
sebagai lembaga penguji kompetensi wartawan..................................... 176
• Jumlah alumni Program Pelatihan Jurnalistik
Januari 2011-April 2021............................................................................................... 177
vi
Kata Sambutan Ketua Dewan Pers
A
lhamdulillah, jurnalisme dan idealisme ibaratnya keping mata
uang, saling melengkapi dan menyempurnakan. Kepingan
tersebut bernilai karena ada dua sisi yang menyatu. Namun,
harus diakui dan dipahami bahwa antara dua sisi tersebut ada jarak
yang dinyatakan oleh ketebalan keping mata uang. Itulah realitas. Jadi,
jurnalisme dan idealisme berada pada dua ekstremitas dari sebuah
realitas yang sifatnya dinamis. Abai terhadap realitas, jurnalisme akan
terjebak pada ruang kosong-disconnected. Sehingga, realitas itu
sebetulnya adalah wilayah garap jurnalisme dan idealisme
Sebelum memasuki era digital, sumber berita-informasi mengikuti
kaidah one to many. Namun, era digital membawa perubahan kaidah
menjadi many to many yang diperankan oleh media sosial (medsos).
Namanya saja media sosial, sebuah media yang memanfaatkan
keluasan dan keleluasaan wilayah siber (cyber space) untuk saling
berinteraksi dan bertransaksi. Inilah realitas baru, di mana jurnalisme
tidak bisa abai terhadapnya. Beragam jenis konten memadati bahkan
mendominasi media sosial. Blogger, influencer, dan pegiat Instagram
dan Youtuber ramai-ramai memproduksi aneka informasi dan beragam
berita. Tampil berbagai “tone,” dari yang menginformasikan, menghibur,
mempromosikan, sampai yang menyudutkan bahkan mengintimidasi
dan memicu perseteruan. Dalam ekosistem itulah dan fenomena
konvergensi, kini jurnalisme menghadapinya, apakah dijadikannya
sebagai persoalan, tantangan, atau justru peluang baru.
Dalam kondisi seperti inilah peran dan fungsi jurnalisme sungguh
berada di persimpangan jalan. Saatnya melakukan kontemplasi
mendalam, membahas, dan mendiskusikannya secara khusus untuk
mencari terobosan baru (inovasi) dengan melibatkan para pemangku
vii
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
Mohammad NUH
Ketua Dewan Pers
viii
Kata Pengantar
Direktur Eksekutif LPDS
K
emerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi
manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan
pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers
itu wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa,
tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma
agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya pers
menghormati hak asasi setiap orang; karena itu pers dituntut profesional
dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional
dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme. Atas dasar itu wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik.
Wartawan sebagai pekerjaan profesi, sama halnya dengan advokat
dan dokter yang memiliki kode etik dan kode perilaku, memerlukan
standar kompetensi sebagai salah satu tolok ukur dalam menjalankan
pekerjaannya sebagai wartawan profesional. Uji Kompetensi Wartawan
(UKW) adalah bagian yang tidak terpisahkan sebagai salah satu cara
untuk menguji wartawan kompeten atau belum kompeten.
Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) dibentuk oleh Dewan Pers melalui
Keputusan Dewan Pers Nomor 01/SK/DP/1985 tertanggal 2 Desember
1985 sebagai pusat pendidikan dan pelatihan jurnalisme untuk
wartawan dan media konvergensi. Salah satu proram regulernya adalah
berpengalaman menyelenggarakan UKW untuk wartawan jenjang
ix
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
x
Dalam kesempatan yang baik dan bahagia ini, LPDS menyampaikan
terima kasih kepada Djarum Foundation dan Bank Rakyat Indonesia
yang telah berpartisipasi menjadi sponsor penerbitan buku ini.
Kepada para tim pendukung yang senantiasa membantu dalam
setiap pelaksanaan program LPDS, sangat patut disampaikan terima
kasih pula kepada Ibu Indria Prawitasari, Ibu Ayu Utari, dan Ibu Lucia
Susmiyarti sebagai tim pendukung sistem kearsipan serta penyiapan
teknologi informasi.
Dengan terbitnya buku ini semoga bermanfaat bagi rekan-rekan
wartawan.
xi
Catatan Editor
B
anyak wartawan merasa gugup saat akan mengikuti Uji Kompetensi
Wartawan (UKW) guna mendapatkan Sertifikat Kompetensi
Wartawan. Kegugupan terjadi karena wartawan merasa gamang
menghadapi ujian dan merasa “gelap” akan materi yang diujikan.
Uji kompetensi dalam profesi mana pun sejatinya adalah cara untuk
mengumpulkan bukti apakah seseorang memiliki kemampuan yang
sesuai dengan profesi yang dijalaninya, baik dalam bentuk wawasan
dan pengetahuannya maupun keterampilannya, dan yang terpenting
adalah kesadaran hukum dan etikanya.
Sosialisasi mengenai UKW banyak dilakukan untuk menjelaskan
proses uji kompetensi bagi insan pers ini. Buku kisi-kisi UKW juga
tersedia dan diterbitkan oleh Dewan Pers serta beberapa lembaga uji
seperti LPDS, PWI, RRI, dan IJTI.
Kali ini LPDS menerbitkan buku baru yang lebih terperinci untuk
dapat memandu para peserta UKW memahami tugas-tugas yang harus
dikerjakan dalam menjalani UKW. Materi yang disampaikan mencakup
muatan tentang UKW yang bisa diterapkan untuk wartawan dari bidang
media cetak, online, serta penyiaran.
Para pengajar LPDS menulis bersama dalam buku ini sebagai dedikasi
dan tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai UKW dan membantu para peserta untuk mempersiapkan diri
menghadapi UKW.
Uji kompetensi profesi mengukur kemampuan bekerja secara
profesional. Jika semakin banyak wartawan yang bisa membuktikan
kemampuannya, maka akan berdampak positif bagi kalangan media
dan masyarakat secara luas mengingat peran pers sebagai penyebar
informasi, agen perubahan, penghibur dan kontrol sosial.
xii
Kehadiran buku ini juga merupakan sumbangsih dan dedikasi
sebagai cara mewujudkan kecintaan dan tanggung jawab para pengajar
jurnalistik dan penguji kompetensi wartawan yang bernaung di LPDS.
Uraian yang dirangkum dalam buku ini berdasarkan pengalaman
mengajar dan menguji sehingga materi buku ini sangat nyata dan
diperlukan oleh para wartawan yang ingin menunjukkan bukti
kemampuan profesinya.
LPDS merupakan lembaga uji Standar Kompetensi Wartawan yang
pertama kali melaksanakan uji kompetensi mulai 2011, atau beberapa
bulan setelah Dewan Pers menetapkannya sebagai salah satu lembaga
uji. Setiap tahun antara 100 hingga lebih dari 400 wartawan mengikuti
UKW serta pelatihan bagi calon penguji bersama LPDS. Hanya pada
tahun 2020 UKW dan ToT penguji diikuti oleh 47 peserta lantaran
merebaknya pandemi Covid-19 yang membuat nyaris semua aktivitas
tatap muka ditiadakan. LPDS sebagai lembaga pendidikan jurnalistik
tetap aktif menyelenggarakan pelatihan dan kelas-kelas jurnalistik
secara daring pada tahun tersebut dan berlanjut hingga sekarang.
Buku ini memberikan wawasan mengenai profesi jurnalistik,
kemudian bagian inti merupakan kisi-kisi mengenai materi yang diuji
dan dilengkapi dengan pengalaman para penguji saat menguji dan
temuan-temuan bagaimana peserta uji bisa gagal atau mendapat nilai
tinggi.
Perjalanan LPDS sebagai lembaga uji dimulai dari keterlibatan
para pengajarnya pada proses perumusan dan penetapan Standar
Kompetensi Wartawan di Dewan Pers, persiapan menguji dengan
menerjemahkan kisi-kisi Standar Kompetensi menjadi soal-soal ujian
hingga pelaksanaan ujian dapat diikuti pada bagian akhir buku ini.
Keberadaan buku ini diharapkan dapat berguna sebesar-besarnya
bagi kepentingan peningkatan profesionalisme wartawan di Indonesia.
Salam,
Maria D. Andriana
Pengajar dan Penguji
Lembaga Pers Dr. Soetomo
xiii
21
Kennorton Hutasoit
J
urnalis televisi kini berada di tengah berlimpahnya informasi. Jurnalis
menerima banyak informasi yang berlimpah, baik melalui pesan
singkat, whatsapp, email, maupun media sosial. Semua informasi itu
bisa diakses jurnalis melalui smartphone. Oleh karena itu, kemampuan
jurnalis untuk melakukan verifikasi informasi menjadi penting untuk
memilah informasi yang bisa menjadi bahan berita.
Berlimpahnya informasi, yang menurut John Keane (2013)
memungkinkan pesan untuk dikirim dan diterima melalui banyak
titik pengguna, baik secara langsung maupun secara tunda. Informasi
itu menyebar begitu cepat di satu negara, bahkan bisa menyebar ke
seluruh dunia yang dapat diakses oleh beberapa miliar orang yang
tersebar di seluruh dunia. Penyebaran informasi begitu cepat dengan
adanya media sosial yang membuka ruang bagi setiap orang yang ingin
mentransmisikan informasi.
Jurnalis televisi tidak jarang berada dalam situasi sulit mengambil
keputusan ketika mendapat informasi dalam bentuk teks, foto, atau
video di Twitter, Instagram, Facebook, dan Youtube, yang secara sekilas
layak untuk disiarkan.
§ Setidaknya ada beberapa kasus, jurnalis televisi menggunakan
konten media sosial menimbulkan masalah ketika konten tersebut
disiarkan di layar televisi.
§ Persoalan yang muncul ketika konten media sosial ditayangkan
menjadi berita televisi beragam, mulai dari gugatan dari pemilik akun
media sosial karena merasa dirugikan, masalah akurasi yang ternyata
101
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
apa yang disiarkan tanpa verifikasi tersebut keliru dan konten media
sosial hoaks dalam pengertian konten yang disajikan tidak relevan
dengan peristiwa yang terjadi.
§ Dalam jurnalisme televisi, konten yang bisa menjadi masalah tersebut
bisa berupa grafis, video, atau foto yang ditayangkan.
§ Siaran televisi merupakan sumber informasi utama bagi masyarakat
di wilayah perbatasan Republik Indonesia-Timor Leste. Oleh karena
itu, berita yang disajikan televisi yang keliru akan dapat menimbul-
kan masalah dan dampaknya besar bagi khalayak.
§ Dalam pelaksanaan uji kompetensi berkembang dua sebutan nama,
yaitu Uji Kompetensi Wartawan (sesuai dengan Standar Kompetensi
Wartawan Dewan Pers) dan Uji Kompetensi Jurnalis. Khusus sebutan
terakhir diperkenalkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
§ Dasarnya karena itu adalah nama organisasi dan penyebutan istilah
jurnalis—bukan wartawan—dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) mereka. IJTI yang menjadi lembaga penguji
kompetensi setelah dua organisasi profesi yang diakui oleh Dewan
Pers, yaitu PWI dan AJI, menetapkan penyebutan uji kompetensi
jurnalis seperti halnya AJI. Dasar pertimbangannya juga berkaitan
dengan AD/ART IJTI dan juga nama IJTI itu sendiri.
§ IJTI merupakan singkatan dari Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia.
Lebih lanjut lagi, uji kompetensi yang diselenggarakan oleh IJTI
dikhususkan untuk jurnalis televisi sehingga nama yang ditetapkan
adalah UKJTV atau Uji Kompetensi Jurnalis Televisi.
§ Elemen Kompetensi Wartawan yang ditetapkan oleh Dewan Pers
sebagai berikut:
• Memahami dan menaati Kode Etik Jurnalistik dan P3SPS.
• Mengidentifikasi masalah terkait yang memiliki nilai berita.
• Membangun dan memelihara jejaring dan lobi.
• Menguasai bahasa.
• Mengumpulkan dan menganalisis informasi (fakta dan data) dan
informasi bahan berita.
• Menyajikan berita.
• Menyunting berita atau kanal halaman pemberitaan dan atau slot
program pemberitaan.
102
Uji Kompetensi
Jurnalis Televisi
103
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
104
Uji Kompetensi
Jurnalis Televisi
105
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
§ Ada juga penulis temukan bahwa jurnalis televisi tidak bisa menjelas-
kan proses dan tahapan kerja-kerja jurnalistik televisi. Untuk itulah
menjadi penting bagi jurnalis televisi untuk mempelajari bahasa dan
istilah televisi serta proses dan tahapan peliputan.
• Selain pengetahuan uji kompetensi untuk jurnalis televisi, khusus-
nya lebel jurnalis televisi muda harus memiliki kemampuan
teknis. Seorang jurnalis televisi muda harus mampu membuat
usulan liputan, baik tertulis maupun usulan lisan yang disampai-
kan dalam rapat redaksi dan mampu menyampaikan argumen
tasi kenapa usulan tersebut penting.
• Untuk proses usulan liputan ini, jurnalis televisi harus mampu
mengusulkan visual apa yang diperlukan untuk liputan tersebut.
Hal inilah yang membedakan jurnalis televisi dengan jurnalis
cetak yang tidak dituntut membuat visual.
§ Jurnalis televisi ketika mengusulkan liputan mempertimbangkan
visual apa yang dibutuhkan dan apakah memungkinkan visual ter
sebut didapatkan. Oleh karena itu, jurnalis televisi selain memper-
timbangkan nilai berita (news value) juga mempertimbangkan ke
butuhan visual. Untuk itu, jurnalis televisi harus mampu membuat
shot list yang diperlukan untuk sebuah liputan.
• Jurnalis televisi, untuk memenuhi kebutuhan visual, harus ber-
temu dengan narasumber untuk mewawacarainya. Oleh kare-
na itu, jurnalis televisi harus memiliki jaringan atau daftar nara
sumber yang bisa dihubunginya untuk membuat janji bertemu.
• Untuk saat ini sudah ada perkembangan teknologi sehingga
jurnalis televisi dapat memanfaatkan aplikasi zoom atau aplikasi
lainnya untuk bisa melakukan wawancara jarak jauh. Akan tetapi,
pada umumnya jurnalis televisi masih melakukan wawancara
tatap muka.
§ Dalam tugas-tugas jurnalistik televisi terdapat sejumlah istilah yang
perlu dipahami. Istilah preview adalah proses yang perlu dilakukan
oleh jurnalis televisi sebelum menulis naskah. Ia juga membuat
time-coding yang dilengkapi dengan verbatim untuk memudahkan
proses editing atau pemotongan sound bite.
• Jurnalis televisi juga harus memiliki kemampuan untuk menyaji
kan liputan siaran langsung dan siaran tunda. Khusus untuk
106
Uji Kompetensi
Jurnalis Televisi
107
Biodata Penulis
***
163
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
164
Biodata Penulis
***
Aloysius Arena Ariwibowo. Pengajar LPDS
(2011-sekarang) yang bekerja sebagai wartawan LKBN
Antara (sejak 1991-2020). Pernah meliput Konferensi
Habitat PBB di Istanbul, Turki (2001), dan Konferensi
Tingkat Tinggi Organisasi Negara-negara Islam OKI di
Teheran (2004). Meliput ke berbagai belahan dunia,
antara lain di London, Berlin, Perth, Darwin, Beijing,
Hanoi, Bangkok, dan Kuala Lumpur.
Dua buku yang ditulisnya berjudul Mania Bola, kumpulan feature
tentang sepak bola dunia dan nasional, dan Kerja, Kerja, Kerja, kumpulan
feature tentang berbagai peristiwa menarik dengan sentuhan human
interest. Kini sedang menyiapkan buku yang menyoroti ber bagai
peristiwa seputar Pandemi Covid-19 dengan genre humanisme.
Ia peserta kursus singkat jurnalisme di Monash University, Melbourne,
Australia (2007). Ia adalah Wartawan Utama sesuai dengan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 879-LPDS/WU/DP/V/2012/29/05/62
***
Maria Dian Andriana. Pengajar jurnalistik di LPDS,
lama berkarier di LKBN Antara, menjadi kepala Biro
LKBN Antara di Tokyo, Jepang (1994-1999), manajer
Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara (2009-2014)
dan kepala desk Karangan Khas. Dosen tamu bahasa
Indonesia sebagai penutur asli di Universitas Nihon di
kota Mishima, Jepang.
Ia salah seorang dari 11 anggota tim perumus Kompetensi Wartawan/
Standar Uji Kompetensi Wartawan. Maria adalah Wartawan Utama sesuai
dengan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 065-WU/DP/V/2011.
Lulusan Akademi Wartawan Surabaya (Stikossa/AWS) ini pernah
mengikui sejumlah pelatihan singkat jurnalistik, termasuk program
165
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
***
166
Biodata Penulis
167
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
***
168
Biodata Penulis
***
Kennorton Hutasoit. Lahir 18 Agustus 1976 di Desa
Sidikalang, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli
Tengah, Sumatera Utara. Sehari-hari ia kini aktif
sebagai produser berita Metro TV. Ia adalah Wartawan
Utama sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Pers
Nomor 3918/LPDS/WU/DP/III/2015/28/08/76.
Pria ini memulai kariernya sebagai jurnalis di harian
umum Media Indonesia di Jakarta yang bertugas di Biro Medan pada
2002. Ia mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Wartawan Madya
(2013) dan Wartawan Utama (2015).
Ia dipercaya sebagai penguji Uji Kompetensi Wartawan di LPDS
sejak 2020 dan mendapat tugas sebagai pengajar untuk pra-UKW
yang diselenggarakan oleh LPDS pada 2021. Ia juga menjadi penguji
pendamping Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) yang diselenggarakan
oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) di Cilegon, Banten, pada
2021.
Kennorton tamat SMA Negeri Sorkam pada 1995. Lulus dari Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) pada 2001 dan menyelesaikan
studi magister Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana di Jakarta, dan
menjadi Wisudawan Berprestasi pada 2020. Ia aktif menimba ilmu sebagai
169
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
***
170
Biodata Penulis
171
Profil Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)
S
idang pleno ke-29 Dewan Pers di Denpasar, Bali, pada 17-19
Juli 1987 mengambil keputusan yang sangat signifikan. Sidang
menekankan perlunya mendirikan pusat pendidikan pers. Untuk
merealisasikan hal itu Dewan Pers menugasi Jakob Oetama, Dja’far H.
Assegaff, dan Zulharmans. Ketiganya bersama anggota Dewan Pers yang
lain lalu membentuk Yayasan Pers Dr. Soetomo pada 5 Februari 1988.
Pengurus pertama yayasan terdiri atas Harmoko, Burhanuddin
Muhammad Diah (1917-1996), Zulharmans (1933-1992), Dja’far H.
Assegaff (1932-2013), Jakob Oetama (1931-2020), Moerdiono (1934-
2011), Profesor Fuad Hassan (1929-2007), Soedwikatmono (1934-2011),
Kartini Muljadi, Toety Azis (1925-1999), L.E. Manuhua (1925-2003), Atang
Ruswita (1933-2003), Sabam P. Siagian (1932-2016), dan Goenawan
Mohamad.
Yayasan mendirikan Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) pada 23 Juli
1988 di Jakarta. Peresmian LPDS menjadi amat berkesan dengan orasi
budayawan Dr. Soedjatmoko (1922-1989), mantan rektor Universitas
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Tokyo, Jepang.
Yayasan dan lembaga menggunakan nama Dr. Soetomo untuk
menghormati salah seorang perintis gerakan kebangsaan Indonesia.
Tahun 1908 Soetomo, seorang mahasiswa kedokteran bumiputra
(School tot Opleiding van Inlandsche Artsen/Stovia), ikut mendirikan
Boedi Oetomo. Soetomo kemudian lebih banyak bergerak di bidang
kedokteran, pendidikan, dan jurnalistik. Ia menerbitkan jurnal Soeloeh
Indonesia di Surabaya (1925), majalah mingguan Soeloeh Rakjat
Indonesia dan harian Soeara Oemoem (1930) yang berhasil menjadi
salah satu surat kabar utama di Surabaya, dan Panjebar Semangat
(1930), majalah berbahasa Jawa yang tetap eksis sampai sekarang.
172
Dengan mengibarkan nama Dr. Soetomo, LPDS mengemban tiga
tugas pokok, yaitu:
• Menyelenggarakan pendidikan di bidang jurnalistik dan manajemen
pers.
• Menyelenggarakan pendidikan di bidang lain yang berhubungan
dengan penyelenggaraan sarana komunikasi yang baik.
• Mengadakan pengkajian, penelitian, pusat dokumentasi, dan
pengembangan ilmu jurnalistik.
173
Saya Wartawan Kompeten
Petunjuk praktis UKW berwawasan kebaruan
174
Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA) dan Lembaga
Pers Dr. Soetomo (LPDS) terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor AHU-AH.01.08-364 tertanggal 04 Juni 2009 jo AHU-
AH.01.06-0008585 tertanggal 27 Maret 2018.
Merek/logo Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor JOO 2009001573
tertanggal 15 Januari 2009 jo IDM000289303 tertanggal 19 Januari 2019.
Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro - Lembaga Pers Dr.
Soetomo menjadi lembaga Uji Kompetensi Wartawan (UKW) pertama
kali yang disahkan oleh Dewan Pers melalui Surat Keputusan Nomor 12/
SK-DP/V/2011 tanggal 6 Mei 2011.
175
Mengapa Harus ada Standar Kompetensi Wartawan? 69
Surat Keputusan
Surat Keputusan Dewan
DewanPers
Pers
Nomor: 12/SK-DP/V/2011
Nomor: 12/SK-DP/V/2011
tentang
tentang
Penetapan LembagaPers
Penetapan Lembaga PersDr.
Dr.Soetomo
Soetomo
(Yayasan
(Yayasan Pendidikan MultimediaAdinegoro)
Pendidikan Multimedia Adinegoro)
SEBAGAILEMBAGA
SEBAGAI LEMBAGA PENGUJI
PENGUJI KOMPETENSI
KOMPETENSIWARTAWAN
WARTAWAN
70 Pedoman Uji Kompetensi Wartawan
DEWANPERS
DEWAN PERS
: 1. Undang-Undang
MengingatMenimbang : a. BahwaNomor 40 Tahun
masyarakat pers 1999
Indonesia telah
Menimbang : a. Bahwa masyarakat tentang
persPers;
Indonesia
memilikitelah memiliki
Standar Standar Kompetensi
Kompetensi WartawanWartawan (SKW) yang
disepakati berlaku secara nasional;
2. Keputusan Presiden yang
(SKW) Nomordisepakati
143/M Tahun berlaku secara
b. Bahwa Dewan Pers2003 telah menetapkan
tanggal 13 Agustus
nasional; kriteria2003,
dan tata cara perusahaan pers, perguruan tinggi,
tentang
organisasi wartawan, dan b. lembaga
Bahwa pendidikan
Dewan dan menetapkan
pelatihan wartawan
kriteria untuk dapat menjadi
Keanggotaan Dewan PersPersperiode
telah tahun
lembaga penguji kompetensi danwartawan;
tata cara perusahaan pers, perguruan tinggi,
2003-2006;
c. Bahwa untuk dapat ditetapkan sebagai
organisasi lembaga
wartawan, danpenguji
lembagakompetensi
pendidikanwartawan, harus lebih
3. Peraturan
dulu diverifikasi oleh Dewan Dewan Pers Nomor 1/Peraturan-
danPers;
pelatihan wartawan untuk dapat menjadi
d. Bahwa Dewan PersDP/II/2010 tentang verifikasi
telah melakukan Standar terhadap
Kompetensi Lembaga Pers Dr. Soetomo (Yayasan
lembaga penguji kompetensi wartawan;
Wartawan;c.Adinegoro)
Pendidikan Multimedia Bahwa untuk padadapattanggal 2 Februari
ditetapkan 2011 untuk dapat ditetapkan
sebagai lembaga
4. Surat
sebagai lembaga Keputusan
penguji pengujiDewan
kompetensi Pers Nomor
wartawan.
kompetensi wartawan,04/ harus lebih
SK-DP/I/2011
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40dulu Tahun
tentang
diverifikasiKriteria
oleh Dewan
1999 tentang
dan Tata
Pers; Pers;
Cara Nomor
2. Keputusan Presiden Menetapkan
143/MLembaga
d. Bahwa Dewan
Tahun Pers
2003Pendidikan
telah dan
melakukan
tanggal 13 verifikasi
Agustus 2003, tentang Keanggotaan
Pelatihan
Dewan Pers periode tahun terhadapSebagai
Wartawan
2003-2006; Lembaga Pers Dr.Penguji
Lembaga Soetomo (Yayasan
3. Peraturan Dewan Standar
Pers Pendidikan
Kompetensi
Nomor Multimedia
Wartawan
1/Peraturan- (SKW); Adinegoro)
DP/II/2010 pada Standar Kompetensi
tentang
Wartawan; 5. Keputusan tanggal 2 Februari 2011 untuk dapat ditetapkan
Sidang Pleno Dewan Pers pada
4. Surat Keputusan sebagai lembaga penguji kompetensi
hariDewan
Senin, 25 Pers
AprilNomor
2011, di04/Jakarta.
SK-DP/I/2011 tentang Kriteria dan Tata Cara
wartawan.
Menetapkan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Wartawan Sebagai Lembaga Penguji Standar
M E M U(SKW);
Kompetensi Wartawan TUSKAN:
Menetapkan : Sidang Pleno Dewan Pers pada hari Senin, 25 April 2011, di Jakarta.
5. Keputusan
Pertama :
Lembaga Pers Dr. Soetomo (Yayasan Pendidikan
Multimedia Adinegoro)
MEMUT sebagai
U S Klembaga
A N : penguji
Menetapkan : kompetensi wartawan dari kategori lembaga
Pertama : Lembaga Pers Dr. Soetomo
pendidikan dan pelatihan
(Yayasan wartawan.
Pendidikan Multimedia Adinegoro) sebagai lembaga penguji
kompetensi
Kedua wartawan dari kategori
: Keputusan Dewanlembaga
Pers inipendidikan dantanggal
berlaku sejak pelatihan wartawan.
Kedua : Keputusan Dewan Pers ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
ditetapkan
Ditetapkan di: Jakarta
Pada di:
Ditetapkan tanggal: 6 Mei
Jakarta 2011
Pada tanggal: 6 Mei 2011
Dewan PersDewan Pers
Prof. Dr
Prof. Dr.Bagir
BagirManan,
Manan, SH.,
S.H.,M.C.L
M.C.L.
Ketua Ketua
176
JUMLAH ALUMNI
Program Pelatihan Jurnalistik
Periode Januari 2011 - April 2021
Program
Pelatihan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total Alumni
Jurnalistik
Uji 2.222
311 orang 360 orang 249 orang 164 orang 239 orang 100 orang 155 orang 389 orang 178 orang 23 orang 54 orang
Kompetensi (82 angkatan)
(11 angkatan) (12 angkatan) (9 angkatan) (3 angkatan) (5 angkatan) (3 angkatan) (8 angkatan) (16 angkatan) (13 angkatan) (1 angkatan) (1 angkatan)
Wartawan
ToT Calon 69 orang 63 orang 53 orang 8 orang 19 orang 72 orang 24 orang 308
-------- -------- -------- --------
Penguji UKW (3 angkatan) (3 angkatan) (2 angkatan) (1 angkatan) (2 angkatan) (8 angkatan) (2 angkatan) (21 angkatan)
TOTAL 380 orang 423 orang 249 orang 217 orang 247 orang 100 orang 155 orang 408 orang 250 orang 47 orang 54 orang 2.530 orang
177
Saya
Wartawan
Kompeten
L
embaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) didirikan pada 23 Juli 1988. Pusat
pelatihan dan pengembangan jurnalisme profesional ini lahir atas
keputusan Sidang Pleno ke-29 Dewan Pers di Denpasar, Bali, 17-19 Juli
1987. Penggunaan nama Soetomo merupakan penghormatan untuk
seorang perintis gerakan kebangsaan Indonesia, Dr. Soetomo (1888-1938),
yang ikut mendirikan Boedi Oetomo dan menerbitkan jurnal Soeloeh Indonesia
di Surabaya (1925), majalah mingguan Soeloeh Rakjat Indonesia dan harian
Soeloeh Oemoem (1930), serta majalah Panyebar Semangat yang berbahasa
Jawa dan tetap eksis hingga kini.
Tahun 2008 Yayasan Pers Dr. Soetomo yang menaungi LPDS berganti nama
menjadi Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA). Adinegoro (1904-
1967) adalah salah seorang tokoh perintis pers Indonesia. Adinegoro yang
bernama asli Djamaluddin Gelar Datuk Madjo Sutan gigih memperjuangkan
pendidikan bagi insan pers.
Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA) dan Lembaga Pers
Dr. Soetomo (LPDS) terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU-AH.01.08-364 tertanggal 04 Juni 2009 jo AHU-AH.01.06-0008585
tertanggal 27 Maret 2018. Merek/logo Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)
terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor JOO 2009001573
tertanggal 15 Januari 2009 jo IDM000289303 tertanggal 19 Januari 2019. Yayasan
Pendidikan Multimedia Adinegoro-Lembaga Pers Dr. Soetomo menjadi lembaga
Uji Kompetensi Wartawan (UKW) pertama kali yang disahkan oleh Dewan Pers
melalui Surat Keputusan Nomor 12/SK-DP/V/2011 tanggal 6 Mei 2011.