2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Modul “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”
ini tepat pada waktunya.
Modul ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan modul ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terutama dosen kami dalam mata
kuliah pancasila dan kewarganegaraan Bapak Dr. H. Muhammad Aiz, MH.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki modul ini.
Akhir kata kami berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya, dan kami
mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada Bapak Dr. H.
Muhammad Aiz, MH. yang telah memberikan banyak ilmunya kepada kami,
harap kami ilmu yang beliau berikan mampu bermanfaat khususnya bagi kami
dan semoga Allah Swt balas segala kebaikan beliau dengan pahala yang berlipat
ganda.
Penulis
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................. 3
B. HAM .......................................................................................... 22
C. Tujuan........................................................................................ 32
4
C. Demokrasi Indonesia Antara Oligarki, Kartel Politik dan
Klientelisme............................................................................... 36
C. Teori Tirani................................................................................ 49
c. Tujuan........................................................................................ 69
5
B. Problematika HAM di Indonesia ............................................... 74
B. Tujuan........................................................................................ 82
C. Tujuan...................................................................................... 111
7
A. Kesimpulan .............................................................................. 117
C. Tujuan...................................................................................... 122
C. Tujuan...................................................................................... 122
8
BAB 9.2 PEMBAHASAN.................................................................... 123
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia ......................... 123
C. Tujuan...................................................................................... 146
9
BAB 11.1 PENDAHULUAN ............................................................... 158
A. Latar Belakang ........................................................................ 158
BAB 11.2 PENDAHULUAN ............................................................... 162
A. Pengertian Wawasan Nusantara .............................................. 162
C. Tujuan...................................................................................... 181
10
C. Pancasila Serta Nilai-nilai di Ruang Digital................................ 184
D. Sosialisasi Nilai-nilai Pancasila............................................... 186
C. Tujuan...................................................................................... 195
11
c. Pengawasan Organisasi Masyarakat Sipil oleh Tim Terpadu
C. Tujuan...................................................................................... 207
................................................................................................. 214
................................................................................................. 218
12
A. Kesimpulan ................................................................................ 224
13
MAKALAH PANCASILA
Disusun oleh:
Bijli Nurrahma Robbii
14
KATA PENGANTAR
الر ِحي ِْم
َّ الرحْ َم ِن
َّ ِــــــــــــــــــم هللا
ِ س
ْ ِب
Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
yang senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Kekerasan Dalam Rumah
Tangga”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis hanturkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju kezaman islamiyah, dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benerang ini. Karena beliaulah satu-satunya Nabi pembawa sekaligus pemberi
syafaat kepadaseluruh umat kelak di yaumul qiayamah.
Ucapan terimakaih yang terhormat kepada dosen kami:
Bapak Dr. H. Muhammad Aiz, MH. Kami berterimakasih atas pemberian
tugas makalah ini, semoga hasil pembuatan makalah yang saya buat dapat
bermanfaat, kami selaku penyusun dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami berusaha untuk menyampaikan secara singkat dan sederhana.
Kami mengaku jika mungkin terdapat kesalahan baik itu secara tulisan. Kami
memohon kepada Allah, semoga setiap orang yang memberikan andil dalam
penulisan ini dikaruniai balasan yang sebaik baiknya.
Penulis
15
BAB 1.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
16
belum memadai. Pada sisi lain, keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang
aman, tenteram dan damai adalah dambaan setiap orang. Mengingat bahwa
KDRT adalah pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk
diskriminasi dan pelanggaran hak-hak asasi, maka negara berkewajiban
melakukan pencegahan, perlindungan pada korban dan penindakan terhadap
pelakunya. Berdasarkan hal itu, maka negara menganggap perlu untuk
menerbitkan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(UU PKDRT). Pada tanggal 22 September 2004 UU ini diberlakukan. UU yang
terdiri dari 10 Bab dan 56 pasal akan menjadi landasan hukum untuk
penghapusan dan pencegahan tindak kekerasan, di samping perlindungan bagi
korban serta penindakan terhadap pelaku dengan upaya tetap menjaga keutuhan
dan keharmonisan rumah tangga. Dengan penegakan UU PKDRT diharapkan
masyarkat luas dapat lebih memahami penghormatan hak-hak asasi manusia dan
mempunyai toleransi yang didasarkan atas perilaku kesetaraan dan keadilan
gender dalam setiap rumah tangga sehingga terhindar dari kekerasan dalam
rumah tangga. Penegak hukum dan aparat terkait diharapkan dapat menjadi lebih
sensitif dan responsif terhadap penanganan kasus-kasus kekerasan dalam rumah
tangga.
Pembangunan pemberdayaan perempuan agar dapat mencapai
kesetaraan dan keadilan gender, di mana posisi dan siklus sosial perempuan dan
laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis yang hanya dapat dicapai apabila
terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Hal ini perlu diterapkan
dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara.
Pembangunan pemberdayaan perempuan melalui program peningkatan
kualitas hidup perempuan untuk mendorong agar perempuan di samping
meningkatkan posisinya dalam rumah tangga juga dapat ikut berperan serta di
sektor publik dengan melakukan pendidikan di bidang ekonomi dan politik juga
di bidang hukum, dan untuk perlindungan perempuan dari segala tindak
kekerasan terutama kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dengan telah
17
diundangkan UU PKDRT dapat menjamin posisi dan pemberdayaan perempuan
dalam rumah tangga untuk menghasilkan generasi yang berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan KDRT dan HAM!
2. Bagaimana perkembangan KDRT di Indonesia tahun 2022?
3. Bagaimana Upaya Perlindungan hukum terhadap KDRT?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu KDRT dan HAM lebih luas.
18
BAB 1.2
PEMBAHASAN
A. KDRT dan HAM
A. KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga ini dirumuskan dalam Pasal 1 butir 1
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, sebagai berikut: "Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
a. Lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004, yaitu:
suami, isteri dan anak
b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga;
dan/atau Corang yang bekerja membantu rumah tangga dan) menetap
dalam rumah tangga tersebut.
Pasal 5, 6, 7, 8 dan 9 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
menyebutkan jenis-jenis kekerasan yang dilarang dilakukan, yaitu:
a. Kekerasan fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat.
b. Kekerasan psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
19
c. Kekerasan seksual meliputi: pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, dan
pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu.
d. Penelantaran rumah tangga, yaitu menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Termasuk juga bagi
setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di
luar rumah, sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut
Dengan demikian kekerasan dalam rumah tangga merupakan setiap
tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain di lingkungan
rumah tangga yang mengakibatkan penderitaan fisik, psikologis, seksual
terhadap korban ataupun penelantaran rumah tangga. Pada beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Attashendartini Habsyah, ditemukan bahwa
kebanyakan istri yang mengalami kekerasan adalah isteri yang sehari
harinya tidak melakukan kegiatan yang menghasilkan uang. Faktor peran
serta istri dalam menghasilkan uang inilah yang mungkin memperkecil
temuan kasus kekerasan yang terjadi pada istri dalam penelitian ini.1
Kekerasan dalam rumah tangga hingga saat ini tampak kurang mendapat
perhatian serius di kalangan masyarakat. Beberapa alasan bisa
dikemukakan di sini, antara lain: pertama, kekerasan dalam rumah tangga
cenderung tak kentara dan ditutupi karena rumah tangga adalah area
"privat". Kedua, kekerasan dalam rumah tangga sering dianggap wajar
karena memperlakukan isteri sekehendak suami masih saja dianggap
bahkan diyakini sebagai hak suami sebagai pemimpin dan kepala rumah
1Henny Wiludjeng dkk, 2005.Dampak Pembakuan Peran Gender Terhadap Perempuan kelas
bawah di jakarta.LBH-APIK Jakarta, hal 88
20
tangga. Ketiga, kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi dalam sebuah
lembaga yang sah (legal), yaitu perkawinan. Kenyataan ini selanjutnya
membuat masyarakat abai dan tak sadar, bahkan muncul pandangan yang
keliru bahwa suami harus bisa mengendalikan isteri. 2
Hakikat dari sebuah arena sosial adalah memiliki kapasitas untuk
menciptakan aturan-aturan sendiri beserta sanksinya. Aturan-aturan tersebut
tidak hanya bersumber dari adat, agama dan kebiasaan kebiasaan lain, tetapi juga
mendapat pengaruh dari perkembangan dunia global saat ini. Dalam sosio legal
perspectives, sangat disadan bahwa aturan aturan yang hidup dalam masyarakat,
sangat terkait erat dengan budayanya. Aturan-aturan yang ada dalam masyarakat
yang memberi celah kepada terjadinya banyak kekerasan terhadap perempuan
yang tentu saja sangat berhimpitan dengan kentalnya budaya patriarkhi. Budaya
hukum yang patriarkhis ini juga tumbuh dalam institusi penegakan hukum
sebagai bagian dari masyarakat.3
Tinjauan sosiologis kriminologis memandang bahwa suatu tindakan
dinyatakan menyimpang tergantung dari reaksi sosial, baik buruknya suatu
perilaku ditentukan oleh nilai dan norma yang berkembang di masyarakat
Terhadap fenomena kekerasan dalam rumah tangga, masyarakat justru sering
menyudutkan posisi korban bahkan mempersalahkannya. Konsekuensinya
adalah kasus tersebut tetap menjadi rahasia keluarga, tidak dilaporkan dan jarang
tercatat dalam statistik kriminal resmi/formal dan kasus-kasus ini oleh peradilan
pidana dianggap tidak mengganggu ketertiban umum. Pengaduan sering hanya
sampai di tingkat kepolisian, karena banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga
yang sempat diajukan ke peradilan pidana dicabut kembali sebelum diproses atau
ditunda penuntutannya atau batal dilaporkan, karena peradilan pidana
menganggap korban ikut bertanggung jawab atas kekerasan yang menimpanya.
2Aroma Elmina Martha, 2005.Perempuan: Kekerasan dan Hukum, UII Press, Yogyakarta, hal 30
3Sulisyowati Irianto, 2006.Perempuan dan Hukum: menuju hukum yang Berspektif kesetaraan
dan keadilan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal 313
21
Sejumlah kasus yang berlanjut sampai pada peradilan pidana, biasanya
karena korban. memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan perkawinan
(ingin bercerai) dengan pasangannya. Selain itu pihak korban, sebagai pihak yang
mengadukan harus mempunyai kemauan yang keras, sabar, dan sanggup
menghadapi pihak aparat yang kadang-kadang kurang memberi respon positif,
bahkan cenderung menyarankan untuk menghentikan kasusnya atau menunda
proses penanganan kasus tersebut. Perempuan sering mengesampingkan hak-hak
dan otonomi mereka sebagai individu demi keutuhan keluarga dan masa depan
anak-anak. Ketergantungan ekonomi sering membuat perempuan dihadapkan
pada keadaan yang sangat dilematis dalam mengambil keputusan.
B. HAM
Hak Asasi Manusia menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999
adalah: seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum. Pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Pandangan tentang Hak Asasi Manusia juga disampaikan oleh John
Locke4 bahwa manusia itu mempunyai hak untuk hidup (right of life), hak untuk
kebebasan (liberty), dan hak untuk memiliki sesuatu (property) yang tidak dapat
diambil oleh siapapun juga, namun hak-hak itu haruslah untuk tujuan
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu. Selain John Locke," juga
Jefferson mengemukakan pendapatnya tentang Hak Asasi Manusia, yaitu bahwa
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta (the Creator) memberikan hak kepada
manusia yang tidak boleh diambil oleh siapapun juga. Hak itu adalah berupa hak
untuk hidup (rights of file) dan hak untuk kebebasan (liberty) dan diikuti dengan
adanya tujuan dari hak itu yaitu kebahagiaan/kesejahteraan bagi manusia, karena
adanya hal-hal tersebut tadi maka terdapatlah persamaan hak (equality) antara
sesama manusia, baik dalam bidang politik maupun hukum, tidak mengakui
4A Bazar Harahap dan Nawangsih Sutardi,2006, Hak Asasi Manusia dan Hukumnya,
Pecirindo,jakarta, hal 19
22
adanya golongan yang berhak istimewa (That all men are created equal, that are
endowed by the Creator with certain unalienable rights, that among
Hak-hak yang melekat pada seorang perempuan adalah merupakan hak
asasi manusia, karena perempuan adalah manusia juga, yang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat, sama hainya. dengan seorang laki-laki, sehingga tidak
boleh ada diskriminasi dalam bidang apapun. Pemahaman ini didasarkan pada
ketentuan pada Pasal 1 Deklarasi Sedunia Tentang Hak-hak Asasi Manusia yang
menyatakan bahwa semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat
dan hak-hak yang sama. Yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah: hak
yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia, yang bila tidak ada mustahil
kita akan dapat hidup sebagai manusia.5
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan
terhadap ancaman ketakutan (Pasal 30 Undang-undang Hak Asasi Manusia), dan
dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa
setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan
yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat
kemanusiaannya. Seyogyanya, posisi perempuan apalagi dalam kapasitasnya
sebagai isteri tidak pada tempatnya kalau mengalami rasa tidak aman, ketakutan
dan penyiksaan yang justru dilakukan oleh suaminya sendiri. Ekses rasa tidak
aman, ketakutan dan penyiksaan sebagai salah satu bentuk kekerasan itu
menyebabkan berkurangnya peran perempuan dalam hal ini istri terhadap
pembangunan.
Hubungan kekerasan dalam rumah tangga dengan hak asasi manusia
tampak dari pelbagai pernyataan antara lain: bahwa kekerasan terhadap
perempuan merupakan rintangan terhadap pembangunan, karena dengan
demikian akan mengurangi kepercayaan diri dari perempuan, menghambat
kemampuan perempuan untuk. berpartisipasi penuh dalam kegiatan sosial,
mengganggu kesehatan perempuan, mengurangi otonomi perempuan baik dalam
5Muladi,1997, Hak Asasi Manusia Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Universitas Diponegoro,
semarang, hal 37
23
bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan fisik. Dengan demikian kemampuan
perempuan untuk memanfaatkan kehidupannya baik fisik, ekonomi, politik dan
kultural menjadi terganggu. Dalam pelbagai pertemuan internasional bahkan
dikatakan hal ini ada. hubungannya dengan indeks perkembangan manusia.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terus menerus mendesak kepada
semua negara anggota PBB untuk melakukan berbagai langkah tindak, termasuk
pembuatan, penghapusan dan penyempurnaan perundang-undangan untuk
menghapus diskriminasi dan kekerasan terhadap: perempuan. Komite
Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita, dikenal juga sebagai Komite
CEDAW, pada sidang ke-11 tahun 1992, menghasilkan Rekomendasi Umum No.
19 tentang Kekerasan Terhadap Perempuan. Secara tegas dinyatakan bahwa
kekerasan adalah suatu bentuk. diskriminasi terhadap perempuan, dan
memberikan rekomendasi agar dilakukan langkah-langkah tindak yang tepat
untuk menghapus kekerasan dan memberikan perlindungan dan pelayanan
bantuan bagi perempuan korban kekerasan.
The Vienna Declaration on Humans Rights 1993." pada Pasal 18 dan 38
menggolongkan kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran terhadap
Hak Asasi Manusia. The Declaration on the Elimination of Violence against
Women khususnya tentang Recommendation of the Commision on the Status of
Women, dibicarakan dalam Majelis Umum PBB pada tahun 1993 yang
menyetujui bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan menyarankan suatu strategi untuk
menghilangkannya kepada negara-negara anggota.
Pada tanggal 6 Oktober 1999 Majelis Umum PBB tional Pro mengadopsi
Optional Protokol/Konvensi CEDAW. Protokol tersebut merupakan upaya
strategis untuk memberdayakan perempuan dalam menghapuskan diskriminasi
terhadap dirinya dan menegakkan hak- hak asasinya. Pada tingkat nasional telah
dilakukan dengan pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Wanita dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984,
diundangkannya Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
24
Manusia, dalam bulan Desember tahun 2000 diterbitkan Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dan pada tanggal 22
September 2004 disahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004.
6
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=677:pen
egakan-hukum-kejahatan-kekerasan-dalam-rumah-tangga&catid=101&Itemid=181
7 https://magdalene.co/story/komnas-perempuan-terjadi-kenaikan-kasus-kekerasan-terhadap-
perempuan
25
tertinggi untuk dipatuhi. Hal ini dengan tegas telah diungkap oleh pemikir-
pemikir hukum dan negara. Teorinya dikenal dengan Rechtssouvereiniteit (teori
kedaulatan hukum). Bahwa hukumlah yang memiliki kedaulatan tertinggi dalam
suatu negara. Negara harus tunduk pada hukum (konstitusi) Grondrecht dan
pemerintahan harus dijalankan berdasar hukum (asas legalitas). 8
Kedudukan hukum yang demikian itu telah memosisikannya sebagai alat
(tool) sarana untuk mewujudkan ide, cita dan harapan-harapan perwujudan nilai-
nilai keadilan kemanusiaan. Keadilan kemanusiaan hanya akan ada bilamana hak
asasi manusia (HAM) dihormati. Disinilah ditemukan titik taut (kohesi dan
korelasi) antara hukum dan hak asasi manusia (HAM).
Hal penting yang dilakukan dalam rangka penghormatan dan
perlindungan hak asasi manuasia di Indonesia adalah dibentuknya satu lembaga
nasional hak asasi manusia yaitu Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan atau Komisi Nasional (Komnas) Perempuan adalah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk sebagai
mekanisme nasional untuk menghapuskan kekerasan terhadap
perempuan. Komisi nasional ini didirikan tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan
Keputusan Presiden No. 181/1998. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan
masyarakat sipil, terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk
mewujudkan tanggung jawab negara dalam menangapi dan menangani persoalan
kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut berakar dari tragedi kekerasan
seksual yang dialami terutama perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei
1998 di berbagai kota besar di Indonesia.9
8
Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi, Sinar Grafika, Cet.
I, Jakarta, hlm. 18.
9 Komisi Nasional Perempuan, http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Perempuan, diakses
27
DAFTAR PUSTAKA
28
DEMOKRASI DALAM ANCAMAN OLIGARKI
Disusun oleh:
5371010121014
Gorby Saputra
29
KATA PENGANTAR
Segala bentuk Pujian serta rasa syukur akan nikmat Alloh yang terus-
menerus diberikan kepada para hambanya tak pernah berhenti hingga yaumul
qiyamah tiba, shalawat serta salam terus di haturkan kepada Utusan Mulia yang
memang sudah semestinya menjadi contoh suri tauladan dalam bentuk-bentuk
kehidupan, terlebih perihal sistem bermasyarakat dari level bawah hingga
Negara.
Dalam tugas Ujian Akhir Semester II yang diberikan kepada saya dengan banyak
pilihan tema dan mengharuskan dikaitkan oleh konteks terkini, saya mengambil
tema Demokrasi yang memang bagi saya semakin terasa berhadapan dengan
Oligarki sehingga terjadi pelemahan partisasi civil society.
Adapun secara sumber saya banyak mengambil dari jurnal dan juga hasil
penilitan secara primer atau pribadi. Untuk itu saya memohon maaf jika masih
banyak terdapat kesalahan penulisan
Gorby Saputra
30
BAB 2.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada lembar latar belakang ini akan dimulai dengan mengenal Siklus
Polybius, yaitu siklus bentuk pemerintahan yang dikembangkan oleh filsuf
bernama Polybius, sejalan dengan pendapat Aristoteles, Polybius berpendapat
bahawa pemerintahan Negara Umumnya diawali dengan bentuk MONARKI,
dimana seorang raja atau ratu memerintah sebagai penguasa tunggal demi
kesejahteraan rakyatnya. Namun demekian bentuk pemerintahan semacam ini
lama kelamaan akan merosot menjadi TIRANI ketika raja yang bersangkutan
atau raja-raja keturunannya, tidak lagi memikirkan kepentingan umum.
Setelah melihat siklus Polybius saya akan berupaya membawakan tulisan yang
berfokus pada bentuk pemerintahan oligarki dalam demokrasi Indonesia, sudah
tentu akan muncul pertanyaan apa itu Oligarki? Oligarki adalah kekuasaan yang
dikendalikan oleh sedikit orang, tetapi memiliki pengaruh dominan dalam
pemerintahan.. Oligarki merupakan tipe klasik suatu bentuk Kekuasaan.
Kata oligarki berasalah dari bahasa Yunani, yaitu oligoi berarti beberapa atau
segelintir dan arche berarti memerintah. Secara jelasnya Oligarki adalah bentuk
pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang, namun untuk kepentingan
beberapa orang tersebut (bentuk negatif).
31
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
32
BAB 2.2
PEMBAHASAN
10 Dua orang peneliti Robinsaon & Hafidz di tahun 2004 melakukan studi yang menggaris bawahi
bahwa elit predatorial (elit pemangsa rakyat) lama yang berbasis partai-partai politik menguasai
panggung politik, mereka melakukan reorganisasi kekuasaan mengikuti logika politik kartel.
11 Firman Noo Kepala Puslit Politik LIPI
12 Mahfud MD (Rol(8/2/2014)
33
Teramat banyak faktor yang diharus dikaji serta di paparkan sebab-sebab mutu
demokrasi di Indonesia bisa masuk pusaran Oligarki, maka yang sudah pasti akan
muncul pertanyaan bagaimana Oligarki muncul di Indonesia?
Ada dua dimensi yang harus dipahami perihal penempatan atau menempatkan
oligarki. Dimensi pertama oligarki dibangun atas dasar kekuatan modal kapital
yang tidak terbatas, sehingga mampu menguasai dan mendominasi simpul-
simpul kekuasaan. Dimensi kedua oligarki beroperasi dalam kerangka kekuasaan
yang menggurita secara sitemik.
Sistem Oligarki pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1970 yang
dibangun oleh Soeharto, Untuk memimpin sistem oligarki yang dibentuknya,
Soeharto berlagak layaknya seorang The God Father yang membagi-bagi
kekayaan alam Indonesia pada kelompok-kelompok tertentu, seperti kelompok
para jenderal, penguasa etnis Tionghoa dan kelompok pribumi. 13
Dari itu semua tentu jika kembali pada realitas kehidupan saat ini secara mutu
demokrasi di Indonesia telah lumpuh. Jika mengingat serangkaian peristiwa
menunjukan keenganan pemerintah untuk berkomitmen mengikuti aturan main
dalam demokrasi. Demokrasi adalah sistem yang bertujuan menciptakan
keseimbangan (check and balances) antara kekuasaan eksekutif, legislative dan
yudikatif sehingga kekusaan tidak terkonsentrasi pada eksekutif.
Apakah masih teringat mengenai ISU RUU Cipta Kerja yang belum lama ini
diteken Presiden Joko Widodo?, hingga perihal Pilkada 2020 menyebarkan lagi
aroma oligarki. Sangitnya bau oligarki tak hanya jadi pembicaraan di ruang-ruang
diskusi formal, tapi juga di beraneka media sosial.
Hingga lebih dari 20 tahun pasca Reformasi di negeri ini, oligarki belum musnah
meski sudah eksis semenjak zaman kuda gigit besi. Meski sederhananya oligarki
merupakan sistem kekusaan yang terpusat segelintir orang saja, kenyataannya
yang terjadi lebih rumit daripada itu.
Bahkan jika mau menilik lebih dalam Jokowi berhasil naik karena penurunan
demokrasi dan situasi politik yang stagnan membuat masyrakat merindukan
15
Vedi R, Hadiz dan Richard Robinson dalam Reorganising Power in Indonesia: The Politics
Oligarchy in an Age of Markets,
16 Yuki Fukuoka dan Luky Djani Asia Research Revisiting the rise of jokowi:The Triumph of
Saya jadi teringat perkataan Noam Chomsky ketika di tanya soal linguistik dan
politik, dan memberikan jawaban yang cukup menggelitik akan fenomena seperti
ini jawaban tersebut adalah : ‘Linguistic is difficult,politic is easy. The rich screw
the poor ( Linguistik itu susah, politik itu mudah: orangkaya mengeksploitasi
orang miskin ).
Secara praktik mirip dengan pork barrel atau politik gentong babi. Politik gentong
babi merupakan politik distribusi, yakni ketika elit politik menyalurkan sumber
daya material seperti anggaran dalam bentuk hibah dan lain-lain kepada daerah
yang memilihnya atau daerah tertentu.sihir
Dalam politik ini, masyarakat seolah tersihir persepsi bahwa kalangan elit yang
mendistribusikan sumber daya material tersebut berhasil mengeluarkan kebijakan
tertentu yang artinya dapat memuaskan pemilih 18.
Dialektika hubungan kekuasaan seperti inilah yang mesti kita sadari dan jabarkan
dalam lapangan politik yang konkret dan terukur capaiannya. Dengan demikian,
18
Majalah kiliksaja.com dapat diakses https://majalah.kliksaja.co/2021/07/
19Yuki Fukuoka, “ Oligarchy and Democracy in Post-Soeharto” Political Studies Review II,no. I,
2013: 52-64
37
kita serta generasi kedepannya bisa mengetahui sistem ataupun alur betapa
bahayanya demokrasi Oligarki.
38
BAB 2.3
PENUTUP
Teramat banyak sebetulnya jika mau menggali betapa mengerikan atau
harus terbiasa hidup dalam arus demokrasi yang memang sudah terlanjur berubah
bentuk menjadi Demokrasi Oligarki. Bahwa inti maupun mengakarnya politik
oligarki di Indonesia ada pada kekuatan materil atau-kita sebut saja uan-karena
dimanifestasikan ke dalam bentuk kekuatan lain.
Karena memang menurut sejarahnya uang dan kekuasaan juga beserta produk
sistemnya tak bisa dipisahkan. Yang kemudian secara materil kemampuan tiap-
tiap individu untuk menempuh kekuasaan butuh kekuatan di luar dirinya sendiri.
Terlebih akomodasi yang bisa dikatakan modal menuju kekuasaan. Entah bersifat
membentuk partai atau dengan metode membuat perusahaan secara bertahap
hingga tau betul berperan dalam ranah-ranah strategis terhadap yang dibutuhkan
oleh Negara maupun suatu Bangsa.
Itu semua bermuara pada hilir pembahasan yang bisa dipahami kuatnya oligarki
serta pengaruhnya di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari terjadinya politik
berbiaya tinggi. Dan memang Oligarki yang paham betul akan musim politik atau
pesta demokrasi terlebih serentak. Sehingga bisa mempengaruhi jalannya sistem
tatanan Politik dan mengakar dari kapabilitas uang yang dapat menjadi alat ukur
agar seolah Demokrasi terus berjalan.
39
DAFTAR PUSTAKA
• Dua orang peneliti Robinsaon & Hafidz di tahun 2004 melakukan studi
yang menggaris bawahi bahwa elit predatorial (elit pemangsa rakyat)
lama yang berbasis partai-partai politik menguasai panggung politik,
mereka melakukan reorganisasi kekuasaan mengikuti logika politik
kartel.
• Firman Noo Kepala Puslit Politik LIPI
• Mahfud MD (Rol(8/2/2014)
• Winters, Jeffry A. 2011 Oligarki, Jakarta: Gramedia
• https://news.detik.com/berita/d-4758805/jokowi-di-indonesia-tak-ada-
oposisi-demokrasi-kita-gotong-royong,diakses14desember2020
• Yuki Fukuoka dan Luky Djani Asia Research Revisiting the rise of
jokowi:The Triumph of Reformasi or An Oligarchic Adaptation Of
Postclientelist Intiatives?2016 Marcus Mietzner seorang peneliti dari
Australia
• Majalah kiliksaja.com dapat diakses https://majalah.kliksaja.co/2021/07/
• Yuki Fukuoka, “ Oligarchy and Democracy in Post-Soeharto” Political
Studies Review II,no. I, 2013: 52-64
40
Studi Analisis Pergeseran Sistem Demokrasi Pada Masa Rezim Jokowi
Disusun oleh :
Muhammad Sobari
41
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat,rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Studi Analisis Pergeseran Sistem Demokrasi Pada Masa Rezim
Jokowi”. Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan
semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Saya sadar bahwa saya ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki saya. Oleh
sebab itu, saya membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dikemudian hari.
Penyusun
42
BAB 3.1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demokrasi Tampak pada masyarakat yang menciptakannya dan pada prinsip-
prinsip hidup yang mereka pegang karena demokrasi merupakan hasil dari
seluruh warganya, tidak ada satupun masyarakat demokrasi yang mencapai
kesempurnaan tanpa mengubah cita-citanya menjadi kenyataan. Warga
demokrasi adalah umat manusia, dengan segala kebaikan maupun
keburukannya20.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata yaitu denos yang berarti rakya,
dan kratopems / cratein yang berarti pemerintahan,Sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat,oleh rakyat untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata
kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi
saat ini disebut-sebut sebagai indikator pengembangan politik suatu negara.
Demokrasi menduduki posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan
kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan rakyatnya21.
Demokrasi adalah ruang dimana setiap warga negara diberikan hak untuk
berdiskusi, dialog dan mengutarakan ide dan fikiran mereka. Salah satu
karakteristik yang terpenting yang lain dari demokrasi adalah adanya perbedaan
ide, pemikiran, opini, gaya hidup, maupun cara pandang pada setiap individu
yang mampu didiskusikan dan diperdebatkan
B. Rumusan Masalah
1.Teori Kekuasaan
2. Teori Demokrasi
3.Teori Tirani
4. Awal Mula Pemilihan Pemilu Presiden 2014
5. Terbentuknya Rezim Jokowi
6. Perubahan Perspektif dari Demokrasi ke Tirani
7. Strategi Jokowi Dalam Menguatkan Posisinya
20 Richard M. Ketchum (ED.). 2004. Demokrasi Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Niagara. Hal9.
21 Indonesia Children. Dalam Koran Demokrasi Indonesia 27 November 2009.
43
BAB 3.2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Kekuasaan
Kekuasaan (power) Adalah Kemampuan seseorang atau suatu kelompok
untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa
shingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang
mempunyai kekuasaan itu. Sedangkan Laswel berpendapat bahwa kekuasaan
adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama 22.
Max Weber berpendapat kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemampuan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini23.
Sedangkan menurut Inu Kencana, kekuasaan adalah kesempatan seseorang
atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-
tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk kehendak
yang ada pada kekuasaan jadi, kekuasaan dapat didefinisikan sebagai hasil
pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang24.
Menurut Wahidin yang dikutip oleh bapak P. Anthonius sitepu dalam
Bukunya yang berjul Teori-Teori dalam perspektif yang lebih teknis, rincian dari
sumber daya kekuasaan secara formal administratif ada 6 sumber kekuasaan,
yaitu:25
22Miriam Budiarjo. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal
60.
23 Ibid.
24 Inu Kencana. 2000. Ilmu Politik. Jakarta: Rineke Cipta. Hal 53.
25 Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 54-55
44
1.Kekuasaan Balas Jasa (Reward Power)
Yakni kekuasaan yang legitimasinya bersumber dari sejumlah balas jasa yang
sifatnya positif (uang, perlindungan, perkembangan karier, janji positif dan
sebagainya) yang diberikan kepada pihak penerima guna melaksanakan sejumlah
perintah atau persyaratan lain.
45
Masyarakat menjadikan pemimpin itu sebagai panutan simbol dari perilaku
mereka.Sehingga muncul Kharisma pribadi, Keberanian,sifat simpatik dan sifat-
sifat lain yang tidak ada pada kebanyakan orang.
1. Tipe sumber daya fisik, seperti senjata, senapan bom, rudal, penjara,
kerja paksa, teknologi dan aparat yang menggunakan senjata-senjata
itu dan sebagainya yang sejenis dengan itu.
2. Tipe sumber daya ekonomi, seperti misalnya kekayaan (uang, emas,
tanah, barang-barang berharga, dan surat-surat berharga), dan harta
benda, p endapatan serta control atas barang dan jasa.
3. Tipe sumber daya normative, seperti misalnya moralitas, kebenaran,
tradisi, religious legitimasi, dan wewenang.
4. Tipe sumber daya personal, seperti karisma pribadi , daya tarik,
persahabatan, kasih saying, popularitas, dan sebagainya sejenis dengan
itu.
5. Tipe sumber daya ahli, seperti misalnya informasi, pengetahuan,
intelegensia, keahilian teknis, dan sebagainya sejenis dengan itu.
46
B. Pengertian Teori Kekuasaan
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Demos(rakyat) dan Cratos
(kekuasaan),27 telah menjadi praktik politik bangsa Yunani sekitar (300-400
SM.) Demokrasi dalam istilah adalah keadaan negara di mana sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, keputusan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat28. Demokrasi secara modern dirumuskan
sebagai sebuah system pemerintahan dengan didasarkan atas prinsip kedaulatan
dari, oleh, dan untuk rakyat, Melalui sistem pemilihan tertentu, transformasi
kedaulatan rakyat tersebut diwujudkan dalam proses pemberian suara untuk
meraih jabatan politik tertentu. Dalam kekuasaannya, aspirasi masyarakat akan
diperjuangkan melalui mekanisme yang telah disepakati29.
27Demokrasi dikenal sejak abad ke-5 SM, dilandasi atas dasar pengalaman buruk negara Kota di
Yunani akibat sering peralihan sistem negara dari monarki ke aristokrasi, dari ke tirani, sehingga
membuat para pemikir besar Yunani bekerja keras menentukan sistem ideal kenegaraan untuk
bangsa Yunani, sehingga muncullah dari tirani ke demokrasi.
28
Ada tiga peradaban besar dalam membentuk demokrasi; Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani,
dan Islam. Ketiga kebudayaan tersebut dengan segala pengalaman berpolitik di dalamnya
membantu revisi demokrasi dari masa kemasa. Hal yang dewasa ini menjadikan demokrasi dengan
banyak model, seperti demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi liberal, dan masih
banyak lagi model-model demokrasi hasil asimilasi antar peradaban besar dunia. Banyak
bersinggungan dengan berbagai macam peradaban tidak berarti perjalanan demokrasi damai,
damai dalam artian tidak ada benturan- benturan pemikiran yang kontra terhadap demokrasi,
contoh sederhana bisa dilihat dari kebencian. Sokrates atas demokrasi. Demokrasi adalah sistem
bertele-tele, dan mengesampingkan nilai moralitas karena ia hanya berlandaskan pada sistem
vooting. Mayoritas bukan ukuran kebenaran, karena seringkali kebenaran bisa dimanipulasi
melalui opini publik untuk mempengaruhi moralitas masyarakat. Masyarakat bisa „dibeli‟
sebanyak-banyaknya untuk mendukung kepentingan yang dikehendaki oleh penguasa. Di titik ini
sedikit memberikan celah bahwa terdapat sisi lemah pada sistem demokrasi.
Dedy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatra. 2007. Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif. Bandung:
Pustaka Setia. Hal 119.
29
Rosyada, dkk. 2005. Demokrasi, Hak Asasi Manusia & Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Madia. Hal111.
47
Poin pentingnya, asas utama dalam demokrasi adalah posisi rakyat sebagai
penguasa, kontrol, sekaligus kebebasannya menyuarakan pendapat dan
mengkritik kebijakan yang mewakilinya di parlemen.
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan pemerintahan untuk
rakyat.
Ciri-Ciri Demokrasi
Demokrasi dalam pemahaman pemerintahan yang meletakkan kedaulatan di
tangan rakyat memiliki substansi yang sangat luas menyangkut kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan
dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam
menilai kebijaksanaan tersebut dalam menentukan kehidupan rakyat.
C. Teori Tirani
Tirani yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran, yang
bertindak sewenang-wenang. Seorang Tyran (tiran) itu selalu berusaha menekan
rakyat dan tidak segan-segan menyingkirkan lawannya31.Oleh karena itu ia
menciptakan keadaan yang sebaliknya daripada apa yang diinginkannya.
Karena tingkah lakunya itu ia tidak dapat mempercayai orang lain lagi, bahkan
terhadap dirinya sendiri, ia hidup dalam keadaan tak berdaya, selalu digoda
ketakutan32.
Plato dalam pandangannya mengatakan bahwa Tirani yaitu masyarakat
yang diadakan dari pemerintah yang dipegang oleh satu orang atau pemerintahan
oleh tiran ( rule by one person, rule by a tyrant), yang bertindak sewenang-
wenangsehingga sangat jauh dari cita-cita keadilan. Sejak dari semula adanya,
pemerintahan oleh tiran memang tidak didasarkan pada keadilan bagi masyarakat
sebangsa atau negara kota, melainkan adanya anarki. Maka, tiran yang
sesungguhnya sudah pasti merupakan manusia yang buruk (bad person, bad
tyrant).
33
Robi Agape Barus. 2014. Sejarah Pemilihan Umum (Pemilu) Bangsa Indonesia Dari Masa Ke
MasaTerlengkap. Diakses melalui: http://www.edukasinesia.com/2016/06/sejarah-pemilihan-
umum-pemilu-bangsa-indonesia-dari-masa-ke-masa-terlengkap.html pada 18 Mei 2017. Pukul
04:21 WIB
50
berbeda dengan pemilu 2004. Pemilu 2009 menjadi dekade periode kedua
terpilihnya presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan didamping Prof. Dr.
Boediono sebagai wakil Presiden.
Pemilu 2014 merupakan pemilu yang ke-11 dalam dinamika pesta demokrasi di
Indonesia untuk pemilihan anggota legislatif. Sedangkan untuk pemilihan
presiden, tahun ini adalah yang ketiga kalinya setelah tahun 2004 dan 2009.
Pemilihan umum presiden dan wakil presiden Republik Indonesia tahun 2014
(disingkat pilpres 2014) dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada masa bakti 2014-2019. Pemilihan
ini menjadi pemilihan presiden lansung ketiga di Indonesia. Presiden petahan
Susilo Bambang Yudhoyono tidak dapat maju kembali dalam pemilihan ini
karena dicegah oleh undang-undang yang melarang periode ketiga untuk seorang
presiden. Menurut pemilu UU Pemilu 2008, hanya partai yang menguasai lebih
dari 20% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat untuk memenangi 25% suara
populer dapat mengajukan kandidatnya. Undang-undang ini sempat digugat di
Mahkamah Konstitusi, namun pada bulan Januari 2014, Mahkamah memutuskan
Undang-Undang tersebut tetap berlaku34.
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana demokrasi untuk membentuk sistem
kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat. Kekuasaan yang lahir melalui
pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari rakyat, menurut kehendak
rakyat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat. Pemilu yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil hanya
dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilu yang
mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas.
Melihat hasil survei di awal tahun 2014 atau satu bulan mendekati Pemilu
2014, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). menunjukkan
PDIP unggul 16,5% suara, kemudian diikuti Partai Golkardengan 15% Suara.
Selanjutnya Partai Demokrat 10,4%; Gerindra: 8,6%; PKB 7,7%; PPP 5,5%;
PAN 4,8%; PKS: 4,5%; Hanura 4,1%; NasDem 3,8%; PBB1,2%; dan PKPI:
34 Ibid.
51
0,3%. Namun jika tidak mencapai 20% kursi DPR atau 25% perolehan
suara nasional, maka mereka harus segera menentukan koalisi dengan partai-
partai menengah, dengan syarat memasangkan capresnya dengan cawapres yang
berasal partai koalisi. Sedangkan bagi partai-partai menengah, yang mendapatkan
suara kurang dari 20% kursi DPR atau 25% perolehan suara nasional, “terpaksa”
harus berkoalisi dengan partai besar maupun dengan partai menengah lainnya.
Dari sisi segmentasi ideologi partai, melihat kecenderungan tiga besar yang
diisi oleh partai-partai nasionalis. Maka partai-partai ini akan berkoalisi oleh
partai-partai Islam maupun berbasis massa Islam yang cenderung menjadi partai
menengah. Hal ini tidak dapat dipungkiri melihat belum berubahnya peta sosial
masyarakat yang menginginkan adanya kombinasi antara nasionalis dan
religius. Koalisi Partai Nasionalis dan Partai Islam seperti, PPP dan Gerindra;
PDIP dengan PKB dan PBB; Partai Demokrat dengan PAN; dan Partai Golkar
dengan PKS. Namun, beberapa hal perlu menjadi catatan dalam melihat koalisi
ini. Pertama, posisi presiden merupakan pusat kekuasaan yang tidak tersandera
oleh koalisi parpol pendukung. Kedua, membangun dukungan politik yang
efektif dari koalisi baik di kabinet dan di parlemen. Ketiga, parpol yang kalah
dalam pilpres diharapkan menjadi oposisi yang permanen dalam parlemen
sehingga ada pembeda yang tegas parpol oposisi dan pendukung35
9 April 2014 sudah lewat, tanggal sakral bagi sebagian besar rakyat Indonesia
terutama para calon anggota legislatif (caleg) yang bertarung dalam hajatan
demokrasi lima tahunan tersebut. Saat ini secara bertahap pihak KPU tengah
menghitung hasil perolehan suara masing-masing partai politik. Meskipun
demikian, pemilu legislatif kali ini memunculkan bergam masalah. Mulai
daritertukarnya kertas suara sehingga harus diadakan pemungutan suara
ulang di berbagai tempat, maraknya politik uang, hingga konflik antara caleg dan
warga akibat perolehan suara yang tidak diharapkan. Permasalahan yang muncul
52
ini merupakan akumulasi dari berbagai macam aspek yang terkait pemilu.
Meskipun demikian, pemilu legislatif yang secara umum berjalan aman, damai,
dan lancarini patut diapresiasi36
Setelah pemilihan legislatif selesai maka pemilihan presiden (pilpres) Republik
Indonesia menjadi agenda yang penting. Bahkan dalam perkembangannya pilpres
diposisikan menjadi bagian yang penting dalam konstelasi politik. Dalam
pandangan Gabriel Almond dalam sistem politik bahwapemilu menjadi bagian
yang penting dalam sistem input suatu sistem politik negara. Fungsi input
mempunyai beberapa fungsi yaitu sosialisasi politik dan rekrutmen, artikulasi
kepentingan, agregasi kepentingan dan komunikasi politik Maka pemilu menjadi
hal yang penting terkait kualitas pemilu itu sendiri37.
Pemilihan presiden Republik Indonesia diadakan pada tanggal 9 Juli 2014atau 3
bulan setelah pemilihan anggota legislatif. Pada pemilihan presidean 2014
melahirkan 2 calon kuat yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan saingannya Prabowo
Hatta. Golkar yang diduga akan mengumumkan calonnya lebih memilih
berkoalisi dengan Prabowo-Hatta. Kekuatan kedua calon pun mulai setara
dikarenakan Jokowi-Jusuf Kalla yang memiliki elektabilitas lebih tinggi mulai
setara karena Golkar cukup banyak memiliki suara dan berada diperingkat kedua
pada pemilihan legislatif serta berkoalisi dengan partai Gerindra yang berada di
peringkat 3 yang juga memiliki calon pilihannya Prabowo-Hatta
Pada tanggal 1 Juni 2014 diadakan pengambilan nomor urut untuk pasangan
calon Presiden Prabowo-Hatta dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dimana kedua
pasangan masing-masing mendapat nomor urut 1 dan 2 dalam pemilu Presiden
di kantor Komisi Pemilihan Umum. Menjelang pemungutan suara pada tanggal
9 Juli, kedua pasangan capres dan cawapres semakin gencar mempromosikan diri
kepada rakyat melalui kampanye terbuka hingga iklan di media massa. Bahkan
kedua kandidat juga mencoba meyakinkan rakyat dengan adu gagasan melalui
36
The Indonesian Institute. Op.Cit. Hal 39.
37Himawan Sutanto. 2014. Propaganda Politik Calon Presiden Republik Indonesia 2014-2019.
Hal 38. https://media.neliti.com/media/publications/11469-ID-propaganda-politik-calon-presiden-
republik-indonesia- 2014-2019-analisis-isi-beri.pdf diakses pada 12 Juni 2017. Pukul 01:26 WIB
53
acara debat Capres dan Cawapres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU).
Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi dan JK mendeklarasikan diri sebagai capres-
cawapres di Gedung Joang '45, Menteng, Jakarta Pusat. Gedung Joeang 45dipilih
sebagai titik awal perjuangan membangun bangsa, terutama dalam hal
pemerataan pembangunan. Gubernur DKI Jakarta ini menegaskan, koalisi partai
yang mendukungnya merupakan koalisi ramping tanpa syarat. Artinya, koalisi
yang tanpa persyaratan tertentu atau pun bagi-bagi kursi, jika nanti dirinya
terpilihmenjadi presiden Tujuan dari koalisi tanpa syarat itu agar dirinya dapat
benar- benar menjalankan sistem presidensial yang dianut sebagai sistem
pemerintahan Indonesia. Sistem presidensil yang ia maksud adalah, bahwa
presiden dan wakil presiden mempunyai hak penuh menentukan para menteri-
menterinya, bukan olehketua-ketua partai koalisi.
Lain Jokowi, lain lagi Prabowo. Pada tanggal 19 Mei 2014, mantan Komandan
Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini memilih tempat
deklarasi pencapresannya bersama Hatta Rajasa di Rumah Polonia Jakarta Juru
bicara PKS Mardani mengatakan, pemilihan Rumah Polonia sebagai tempat
deklarasi, lantaran memiliki nilai sejarah yang besar. Rumah tersebut pernah
ditempati presiden pertama Indonesia Soekarno. Pemilihan tempat merupakan
inisiatif Prabowo yang disepakati bersama seluruh anggota koalisi. Usai menjadi
tempat deklarasi, Rumah Polonia itu bakal dijadikan posko pemenangan
Prabowo-Hatta. Hal itu bertujuan agar tim pemenangan terus terpacu semangat
perjuangan.
Dalam debat visi tentang demokrasi, Prabowo mengatakan demokrasi harus
dipertahankan, diekmbangkan, karena bagian dari cita-cita pendiri bangsa.
Demokrasi yang dicapai baru membuat rakyat merasakan pemilu dan belum
menjadi politik yang produktif. Prabowo mengatakan bahwa demokrasi adalah
alat, tangga menuju Indonesia kuat dan sejahtera. Kita ingin demokrasi yang
produktif, bukan destruktif, dan membawa kemakmuran bagi rakyat. Dengan kata
lain, jika bukan untuk kemakmuran, maka kita tidak perlu demokrasi.
54
Sedangkan Jokowi mengatakan republik ini adalah milik kita semua. Harapan
rakyat ingin hidup lebih baik. Ingin lebih sejahtera. Demokrasi adalah mendengar
suara rakyat dan melaksanakannya. Jokowi menyebut dialog sebagai cara
mengahadapi masalah bersama Jusuf Kalla38
Tema pembangunan demokrasi sendiri diangkat menjadi salah satu tema pada
debat 9 Juni 2014 yang lalu. Tema pembangunan demokrasi sangat penting
karena rakyat akan melihat arah perjalanan demokrasi bangsa ini lima tahun
mendatang. Pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
menatakan demokrasi merupakan hal yang harus diperbaiki , dipertahankan dan
dikembangkan secara terus menerus Titik tekan pada gagasan Prabowo-Hatta
yakni pembangunan demokrasi yang berkontribusi pada kesejahteraan rakyat.
Jika melihat paparan, sangat normatif apayang disampaikan dari pasangan calon
Prabowo-Hatta. Pernyataan Prabowo yang mengatakan demokrasi adalah alat
merupakan pernyataan yang melihat demokrasi dari pendekatan demokrasi
prosedural. Tetapi dalam jangka panjang pemilihan langsung adalah satu- satunya
cara untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat karena dua asas utama yaitu
asas persetujuan rakyat (principle of consent) dan asas persamaan sebagai
warga negara (principle of equality)39
Gagasan Prabowo yang sangat normatif berbeda dengan gagasan Jokowi yang
lebih implementatif, namun tidak mengurangi subtansi. Blusukan adalah sebuah
cara dimana pembangunan demokrasi itu dapat diimplementasikan secara
sederhana, yakni dengan mendengarkan rakyat, berdialog dengan rakyat, dan
melaksanakan apa yang menjadi kebutuhan rakyat. Bagaimana cara pemimpin
mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi, seperti partisipasi,
berkeadilan, keterbukaan (transparan) dan akuntabel. Poinnya adalah terciptanya
pemerintahan yang hadir untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, yang
berjalan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.
38 Tim Relawan. 2014. Selamat Datang Presiden Jokowi. Jakarta: Penerbit Bentang. Hal 21-22.
40 Ibid. Hal 71
41 The Indonesia Institute. Op.Cit. Hal 153.
56
Pilpres secara langsung merupakan salah satu dari produk demokrasi yang
dituangkan dalam UUD 1945. Tidak semua negara demokrasi di dunia ini
melaksanakan pemilihan presiden secara langsung oleh rakyatnya sendiri.
Bahkan Amerika Serikat sebagai kampiun demokrasi tidak melaksanakan proses
demokrasi ini. Oleh karena itu sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk
merawat kerja dan produk demokrasi yang sudah dilaksanakan dalam kurun
waktu enam belas tahun terakhir. Tepatnya setelah gelombang reformasi yang
banyak merubah tatanan demokrasi Indonesia secara mendasar. Pemilu baik itu
untuk memilih legislatif maupun eksekutif sebaiknya dimaknai sebagai
momentum kegembiraan politik bagi semua elemen masyarakat. Selain itu juga
bisa dimaknai sebagai momentum pembaruan harapan dan mandat rakyat
kepada pemimpinnya. Pemilu jangan sampai menjadi sarana memecah-belah dan
bahkan merusak persatuan dan kesatuan42.
42 Ibid.
57
RI setelah dilantik oleh ketua MPR-RI, Zulkifli Hasan43.
Setelah dilantik menjadi Presiden, Jokowi pun lantas memikirkan mengenai
kabinet kerjanya. Penyusunan kabinet kerja Jokowi tentu menyita perhatian
banyak pihak bukan saja perhatian masyarakat Indonesia tetapi juga perhatian
dunia. Penyusunan kabinet kerja Jokowimerupakan ujian pertama bagi Jokowi
dalam menguji integritasnya sebagai Presiden pilihan rakyat. Tentu nama Jokowi
memiliki daya magnetbagi setiap instrument masyarakat yang ingin mengetahui
sepak terjangnya Penyusunan kabinet adalah satu tahapan dari kebijakan politik
yang dilakukan Jokowi dan ditunggu masyarakat. Masyarakat ingin mengetahui
apakah Jokowi akan menyusun kabinetnya dengan berdasarkan pada
profesionalisme. Tampilan pembentukan idealisme yang ditampilkan Jokowi
sejak masa kampanye pencalonannya dalam pilpres, menjadi pendorong kuat dan
sekaligus menjadi tuntutan masyarakat agar Jokowi juga bersifat profesional dan
ideal dalam menyusun kabinet menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan.
Masyarakat ingin mengetahui, apakah Jokowi bisa melakukannya secara
profesional. Tuntutan ini begitu kuat ditengah keinginan masyarakat menjadikan
Indonesia Hebat yang dicita- citakan dalam kampanyenya. Dalam konteks ini,
pembuktian oleh Jokowi dalam memahami idealitas versus realitas politik
menjadi sesuatu yang harus dibuktikan44.
Masyarakat ingin membuktikan, apakah Jokowi dalam menyusun kabinetnya,
tersandera oleh kepentingan elit partai politik pendukungnya dalam pilpres 2014
lalu, terutama Megawati, Ketua Umum PDIP. Selama ini dalam banyak
kesempatan, Jokowi selalu menjelaskan bahwa dia tidak mudah diintervensi oleh
elit partai politik pendukungnya (PDIP, Nasdem, Hanura, PKPI) termasuk
Megawati. Jokowi juga selalu menjelaskan bahwa ia adalah orang yang
59
yangsebaliknya menjadi sebuah keadaan tirani. Keadaan serupa pernah terjadi
ketika Indonesia berada di masa orde baru. Kondisi yang membuat masyarakat
terbungkam suaranya dan hanya mengikuti rezim yang sangat otoriter. Keadaaan
yang miris tersebut cukup membuat bangsa Indonesia tertunduk pada rezim fasis.
Tentu masyarakat Indonesia tidak ingin kembali ke dalam keadaan serupa di
zaman orde baru berada dalam ruang rezim tirani.
Seperti yang diketahui bahwa Tirani adalah kekuasaan yang dikontrol oleh satu
kekuasaan penuh, dimana sang Tiran posisinya berada di atas hukum, bahkan
cendrung menjadikan apa yang di inginkannya itulah menjadi hak legal untuk
dilakukan, Tirani adalah negara yg diperintah oleh seorang raja atau penguasa yg
bertindak sekehendak hatinya, dengan kata lain pemimpin menjalankan
kekuasaandengan sekehandak hatinya sehingga kedaulatan rakyat di abaikan atau
bahkan hilang. Kaum Tiran pada awalnya muncul dari sistem pemerintahan yang
bersifat kerajaan, karena kekuasaan yang diwariskan secara turun- temurun dari
seorang raja kepada anaknya dan seterusanya. Biasanya kaum tiran menjalankan
pemerintahannya dengan semena-mena, dan oleh karena itu kebanyakan sistem
iniditentang oleh kebanyakan orang, karena cendrung mengabaikan kepentingan
orang banyak, dan biasanya kaum tiran akan mendominasi semua sektor
kahidupan, sehingga membuat masyarakatnya tertekan47.
G. Strategi Jokowi Dalam Menguatkan Posisinya
Pada awalnya pemerintahannya memang cukup banyak yang meragukan
kemampuan Joko Widodo untuk menjadi seorang presiden, apalagi di awal
pemerintahannya dukungan di parlemen sangat minim. Namun jika terus
mengikuti perkembangan rezimnya beserta kebijakan-kebijakan yang diaturnya
banyak kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi justru memecah harmonisasi
bangsa.Kenyataan tersebut dapat diamati seperti perpecahan dalam tubuh partai
politik, perpecahan dalam tubuh organisasi Nahdlatul Ulama (NU) atau juga di
48 Ibid.
61
Berdasarkan uraian diatas taktik dan strategi yang digunakan rezim Jokowi untuk
mempertahankan posisinya cukup jitu untuk mempertahankan posisinya.
Ditambah lagi rezim Jokowi saat ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di
negeri ini, dengan bergabung pihak oposisi yang kini menjadi koalisi rezim
Jokowi tentu memperkuat kekuatan rezimnya dikarenakan strategi politik belah
bambu ala Rezim Jokowi cukup ampuh melumpuhkan kekuatan musuh-musuh
politiknya.
62
BAB 3.3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 Jokowi terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 22 Juli
2014 setelah KPU menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara tingkat
nasional yang memenangkan pasangan Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H.M.
Jusuf Kalla sebagai pasangan presiden dan wakil presiden terpilih. Jokowi-
Jusuf Kalla memenangkan pemilu setelah mengalahkan Prabowo-Hatta
Rajasa. Setelah dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi lantas
memikirkan kabinet kerjanya. Pada saat itu juga profesionalitas Jokowi diuji.
Pada tanggal 26 Oktober 2014, terpilih 34 Menteri sebagai kabinet kerja
Jokowi-JK. 34 menteri tersebut hanya menjabat sementara dikarenakn
Reshuffle sebanyak 3 kali dilakukan oleh Rezim Jokowi. Penyebab utamanya
tentu adanya beberapa kabinet yang tidak sejalan dengan tujuan rezim Jokowi
2 Sejak awal Jokowi dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia, tidakhenti-
hentinya terjadi perpecahan dan konflik-konflik di dalam negeri. Pertama
tentu permasalahan dengan partai oposisi yaitu Koalisi Merah Putih (KMP).
Pro-Kontra yang terjadi di dalam parlemen menyebabkan persaingan sengit
sehingga membuat tujuan untuk membangun negara tidak sejalan.
Permasalahan yang besar tentu saat masalah ucapan di dalam video
kunjungan Basuki Tjahja Purnama ke Pulau Seribu yang menyebabkan
sentimen umat Islam di Indonesia Adanya aksi yang dilakukan beberapa
aktivis, mahasiswa, tokoh agama, dll, menyebabkan diantara mereka
ditangkap oleh aparat kepolisian. Beberapa kasus seperti penangkapan 4
mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI),
penangkapan tokoh Islam seperti Muhammad Al Khatath dan penangkapan
10 Aktivis dan tokoh dikarenakan kasus makar dalam menuntut agar Basuki
Tjahja Purnama. Ditambah lagi dengan dikeluarkannya PERPPU Nomor 2
tahun 2017 yang melegalkannya membubarkansecara semena-mena ormas
yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila, tanpa hak
63
mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair trial) bagi mereka.
Jelas ini sikap kediktatoran yang anti terhadap demokrasi. Munculnya
pandangan kediktatoran dan sikap tirani rezim Jokowi tidak lepas dari
tindakannya untuk menguatkan posisinya dalam mempertahankan
kekuasaannya itusendiri. Rezim Jokowi sudah 3 tahun menjalankan roda
pemerintahannya Sikap refresif dan pembungkaman demokrasi yang terjadi
membuat rezim saat ini sudah bisa dikatakan otoriter atau tirani.
Penangkapan melalui aparat kepolisian sangat mirip di zaman orde baru
hanya sajadi zaman orde baru melalui kekuatan militer yang tentu tidak bisa
dibuat karena akan membangkitkan ingatan pada masa orde baru.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
MAKALAH PANCASILA
“KEMANA PERGINYA HAM DI INDONESIA”
Dosen Pengampu : Dr. H. Muhammad Aiz, MH
Disusun Oleh :
Muhamad Wildan Hakim
5371010121027
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STIT AL MARHALAH AL- ULYA BEKASI
JL.KH Mas Mansyur No.30,RT007/RW.002,Bekasi jaya, kec. Bekasi timur,
Kota Bekasi, Jawa Barat 17112
2021/2022
66
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun menyelesaikan dengan judul “Kemana Perginya
HAM Di Indonesia”
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah tersebut. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penyusun dan bagi
pembaca pada umum nya. Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika
masih terdapat kekurangan. Akhir kata sebelum dan sesudah nya penyusun
ucapkan terima kasih.
Penyusun
67
BAB 4.1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Proses demokratisasi di Indonesia, pasca kekuasaan orde baru yang
begitu monopolistik. sepertinya tak bisa lagi dibendung. Indonesia pada akhirnya
mengikuti apa yang disebut banyak ahli sebagai third wave of democracy. Karena
seperti yang kita ketahui, pada dasawarsa 1990-an. jumlah negara yang secara
formal menganut demokrasi meningkat drastis."49
49Azra, Azyumardi. 2006, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:
ICCE UIN syarif Hidayatullah dan The Foundation. Hal xi.
68
jatuh, misalnya dalam bentuk peraturan primitif lain seperti theokrasi dan ditaktor
militer.50
b. Rumusan masalah
1 Apa pengertian HAM
2 Perjalanan HAM di Indonesia
3 Bagaimana penegakkan HAM di Indonesia
c. Tujuan
50
Jessica A.S, Anastasia “FUKUYAMA DAN PEMIKIRAN SEJARAH DI DALAM “THE
END OF HISTORY” (online) https://philosophyangkringan.wordpress.com/2012/01/12/ 411/.
(diakses 25 Oktober 2017).
69
BAB 4.2
PEMBAHASAN
Perlindungan hak warga negara telah menjadi pembicaraan serius sejak
persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu ketika para bapak bangsa mendiskusikan
untuk memasukkan aturan perlindungan hak asasi ke dalam UUD 1945, dengan
dua pandangan yang ekstrim. Pertama, Sukarno - yang kemudian menjadi
Presiden Pertama Republik Indonesia dan guru besar ilmu hukum Profesor
Soepomo menolak memasukkan soal hak asasi manusia ke dalam UUD 1945,
karena menurut mereka negara sebagai "kepala keluarga" bagi rakyatnya pastilah
memberikan perlindungan kepada warganya tanpa harus ada aturan perlindungan
warga negara di dalam konstitusi. Kedua, Mohammad Hatta yang kemudian
menjadi Wakil Presiden -- dan Professor Muhammad Yamin berpendapat penting
memasukkan perlindungan hak warga negara ke dalam konstitusi supaya ada
kepastian hukum. Perlindungan hak warga negara mencapai momentum ketika
diadakan amandemen UUD 1945.51
51 Muhammad asrun. Hak asasi manusia dalam kerangka cita negara hukum. Jurnal cita hukum,
Falkutas syariah dan hukum UIN Jakarta Vol 4 no. 1, Tahun 2016, Hal 152
52 Ibid
70
Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan
bagi pengakuan hak-hak asasi manusia. Sementara itu, Jean Jacques Rousseau
melalui bukunya "DuContrat Social" menghendaki adanya suatu demokrasi,
dimana kedaulatan ada di tangan rakyat. Senada dengan pendapat tersebut
Montesquieu berpendapat bahwa kekuasaan Negara dibagi dalam tiga bagian
yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga bagian tersebut harus dipisahkan
baik dari segi organnya maupun dari fungsinya. Pemisahan itu menurutnya sangat
penting untuk mencegah bertumpuknya semua kekuasaan di tangan satu orang.
Dengan terpisahnya kekuasaan
HAM pada hakikatnya merupakan hak moral dan bukan hak politik. Oleh
karenanya seseorang bisa hidup meski tanpa adanya organisasi politik, seperti
yang terjadi pada 10 komunitas nomaden dan pemburu, 53 yang sampai kini masih
bisa dijumpai di sejumlah tempat yang terisolasi. Terdapat berbagai definisi
tentang HAM ini, baik dalam konteks akademik murni maupun dalam konteks
penyesuaian dengan filosofi atau ideologi suatu negara. Salah satu di antaranya
adalah definisi yang kemukakan oleh AJ.M. Milne, yakni:
gagasan bahwa ada hak-hak tertentu yang, apakah diakui atau tidak,
menjadi milik seluruh umat manusia sepanjang waktu dan di semua tempat. Ini
adalah hak-hak yang mereka miliki hanya dalam sifat mereka menjadi manusia,
terlepas dari kebangsaan, agama, seks, status sosial, jabatan, kekayaan, atau
perbedaan karakteristik etnis, kultur atau sosial lainnya," 54
53 AJM. Milne, 1986. Human Rights and Human Diversity, Houndmills, Basingstoke. Hamsphire
dan London: Macmillan, h. 154
54 Ibid
71
perkembangannya, ia juga diinterpretasikan sebagai pemberi legitimasi kepada
pemerintah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan rakyat, yang kini dikenal
dengan istilah "positive rights" atau hak-hak ekonomi dan sosial. PBB
menyutujui pengembangan konsep HAM ini, dengan meratifikasi tiga
persetujuan, yakni International Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights, International Covenant in Civil and Political Rights, dan Optional
Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights pada tahun
1966.
Oleh karena itu, bisa dipahami jika muncul beberapa deklarasi hak-hak
asasi manusia yang bersifat regional, seperti Convention for the Protection of
Human Rights and FundamentalFreedoms pada tahun 1950 yang didukung oleh
negara-negara Eropa, dan African Charterof Human and People's Rights pada
tahun 1981. Dalam hal ini, Asia adalah satu-satunya wilayah yang belum
memiliki piagam HAM yang bersifat regional. Baru pada tahun 1993. pemerintah
negara-negara di Asia menandatangani The Bangkok Declaration yang
menegaskan komitmen mereka kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
piagam PBB dan Universal Declaration of Human Rights. Deklarasi ini
dipersiapkan untuk Konferensi Dunia tentang hak hak asasi manusia pada bulan
Juni 1993 di Wina.55 Pemerintah-pemerintahdi negara-negara 14 berkembang
yang membatasi HAM pada umunya beralasan, bahwa pelaksanaan HAM yang
dalam hal-hal tertentu dibatasi itu dimaksudkan untuk mewujudkan stabilitas
nasional sebagai pra-syarat bagi pembangunan. Pada pertengahan tahun 1980-an
negara Dunia Ketiga mengeluarkan deklarasi hak untuk perdamaian dan
pembangunan, yakni Declaration on the Rights of Peoples to Peace (1984) dan
Declaration on the Rights to Development (1986). Di samping itu, perbedaan juga
dimaksudkan untuk meyesuaikan konsep HAM dengan karakteristik sosial
budaya suatu masyarakat di negara-negara berkembang, termasuk di dunia Islam.
55
Budiarjo, Miriam, "Hak-hak Asasi Manusia dalam Dimensi Global" dalam Jurnal Emu Politik,
Vol. 10, 1990, dan SOA-Informationen, Vol. 1, 1988, hlm. 4-5.
72
Memang pemerintah dan masyarakat di negara-negara berkembang pada
umumnya tidak mau mengidentifikasikan masyarakatnya dengan kedua bentuk
di atas, melainkan dengan karakteristik lain yang diangkat dari budaya setempat
dan doktrin filosofinya, seperti "komunalisme". 56 Hanya saja, di balik alasan
penyesuaian karaktersitik budaya lokal ini kadang kadang upaya penyesuaian
HAM dimaksudkan untuk menjustifikasi sistem politik otoriter yang diterapkan
oleh suatu pemerintah tertentu, atau bahkan untuk melanggengkan kekuasaannya,
seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru (1966-1998). Misalnya
dengan alasan tidak sesuai dengan budaya masyarakatnya, suatu pemerintah
membatasi kebebasan pers. kebebasan warganya dalam mengekspresikan
pendapatnya atau pilihannya, dan sebagainya. Suatu hal yang dapat mendekatkan
antara HAM Barat dengan HAM yang dipahami oleh umumnya negara-negara
berkembang adalah munculnya wacana tentang kewajiban atau tanggung jawab
manusia (human responsibility).
Lebih dari itu, kadang Hak Asasi Manusia juga dipandang sebagai
sebuah konsep yang mengajarkan kebebasan tanpa batas dan warga negara dapat
bertindak apapun dengan dalih HAM yang melekat secara konstitusional.
Sehingga muncul sebuah perbuatan inkonstitusional dengan berlindung dibalik
HAM yang salah kaprah."57
56 Pollis, Adamantia, "Human Rights", dalam Mary Hawkesworth dan Maurice Kogan (ed.),
Encyclopedia of Government and Politics, Vol. 2, (London dan New York: Routledge, 1992), h.
1332-1335.
57 Khairazi, Farzan. Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di Indonesia. Jumal
58 "Kurnianto, Fajar, "Tiga Sebab Kemandekan Fiqih" Jawa Pos, 7 Maret 2004, hal 4.
74
mendapat rapor merah. Ada beberapa sebab seperti pembatasan terhadap
kebebasan berekspresi, berkeyakinan, beragama, dan berkumpul secara damai."
59
59
"http://www.hukumonline.com/beritahaca/15969310d5876/begini catatan-penegaku-ham-tiga-
tahun pemerintahan tokok (diakses 25 Oktober 2017)
60 http://nasional.kompas.com/read/2017/09/19/21115531/engam-pola-pelanggaran ham-di-
61Mulyana, Asep. HAM dan Pemerintah Daerah: Bhtiar Membumikan HAM di Level Lokal.
Jurnal HAM
76
BAB 4.3
PENUTUP
Uraian di atas menunjukkan, bahwa sejak awal Islam telah mengakui
eksistensi hak asasi manusia (HAM), karena Allah telah menjadikan manusia
sebagai khalifah di atas bumi ini dan menganugerahinya dengan martabat yang
tinggi di atas mahluk-mahluk lain. Islam pun memerintahkan kepada umatnya
untuk menghormati dan melindungi harkat dan martabat manusia itu. Para ulama
kemudian merumuskannya dengan konsep maqashid al-syari'ah (tujuan syari'ah),
yakni untuk mewujudkan kemaslahatan manusia yang meliputi keniscayaan
(dharuriyyat) dan kebutuhan (hajiyyat) manusia yang eksistensinya harus
diwujudkan dan dilindungi. Hanya saja, pelaksanaan HAM itu tidak bisa terlepas
dari agama dan budaya suatu masyarakat tertentu, sehingga dalam beberapa kasus
pelaksanaan HAM bersifat partikular dalam rangka penyesuaian ini dan bukan
untuk mempertahankan kekuasaan suatu pemerintahan tertentu. 62
Meski demikian, pada saat ini masih banyak negara-negara Muslim yang
belum sepenuhnya menegakkan dan melindungi HAM. Sebagai salah satu negara
Muslim, seluruh komponen bangsa Indonesia di era reformasi ini telah
berkomitmen untuk melakukan upaya upaya perlindungan dan penegakan HAM
sejalan dengan penerapan sistem demokrasi secara substantif, baik dalam bentuk
amandemen konstitusi, legislasi tentang HAM, ratifikasi perjanjian-perjanjian
internasional maupun perumusan rencana aksi HAM (RANHAM).
Hanya saja, pada saat ini masih ada sejumlah masalah atau kendala dalam
perlindungan HAM itu yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang bersifat
substantif, structural maupun kultural. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
untuk mengatasi persoalan, kendala dan tantangan itu, baik oleh pemerintah,
DPR, civil society maupun organisasiorganisasi keagamaan.
62Abdillah, masykuri. Islam Dan Hak Asasi Manusia: Penegakan dan Problem HAM di Indonesia
dalam Jurnal MIQOT Vol. XXXVIII No. 2 Juli-Desember 2014. Hal 393.
77
DAFTAR PUSTAKA
79
PANDANGAN TERHADAP KONSEP HAK ASASI MANUSIA UNTUK
LGBT
Disusun oleh:
LAILATUL BADRIYAH (537101021020)
80
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran ALLAH swt karna atas berkat
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya
Adapun judul yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini
adalah “PANDANGAN TERHADAP KONSEP HAK ASASI MANUSIA
UNTUK LGBT” yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Lailatul Badriyah
81
BAB 5.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, sebab
manusia diciptakan dengan akal pikiran dan sifat-sifat alami makhluk lainnya.
Selaku makhluk fisik, manusia mempunyai kebutuhan kepada sandang, pangan,
papan dan seks. Naluri biologis atau dengan istilah seksual pada diri manusia
harus diarahkan. Islam mengakui bahwa manusia memiliki hasrat yang sangat
besar untuk melangsungkan hubungan seks. Oleh karena itu, hukum Islam
mengatur penyaluran hubungan biologis tersebut melalui perkawinan yang telah
ditetapkan berdasarkan Al-Quran maupun Hadist Nabi, yang bertujuan untuk
menciptakan kebahagiaan dan memadukan cinta dan kasih sayang antara dua
insan yang berlainan jenis. Walaupun penyaluran biologis secara halal telah
diatur namun penyimpangan seksual tetap saja terjadi. Penyimpangan seksual
tersebut antara lain yaitu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
Lesbian adalah seorang perempuan yang secara lahir dan batin merasa
tertarik pada perempuan lain.
Gay adalah seorang laki-laki yang yang secara lahir dan batin merasa
tertarik pada laki-laki lain. Biseksual adalah seseorang yang suka dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis. Transgender (penggantian kelamin) adalah
usaha seoarang dokter ahli bedah plastik dan kosmetik untuk mengganti kelamin
seorang laki-laki menjadi kelamin perempuan, melalui proses operasi.
Kaum LGBT atau yang pro dengan gerakan ini menyatakan bahwa
Seharusnya keberadaan LGBT dihargai atas dasar kemanusiaan. seorang LGBT
tidak boleh mendapat stigma, diskriminasi dan kekerasan dalam bentuk apapun
karena LGBT memiliki hak dan martabat yang sama dengan manusia Kampanye
legalitas pernikahan sejenis selalu menggunakan dalih hak asasi manusia (HAM)
sebagai upaya meresmikan hubungan mereka. Upaya pihak-pihak tertentu yang
menginginkan legalitas pernikahan sejenis tersebut bukan berarti juga
melenggang dengan mulus tanpa adanya penolakkan walaupun menggunakan
bahasa hak asasi manusia (HAM) agar mendapatkan haknya karena adanya
penentangan beberapa pihak yang tidak setuju.
B. Tujuan
Tujuan nya merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam suatu penelitian, untuk
memahami fenomena atau gejala sosial yang menitik beratkan pola gambaran
yang lengkap tentang fenomena yang dikaji. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pandangan Mahasiswa terhadap Konsep Hak Asasi Manusia
untuk LGBT.
82
BAB 5.2
PEMBAHASAN
A. Konsep LGBT
1. Pengertian LGBT
Munculnya istilah dalam dunia LGBT berkaitan erat dengan dua hal berikut,
yaitu orientasi seksual dan perilaku seksual. orientasi seksual menurut Musdah
Mulia, adalah kapasitas yang dimiliki setiap manusia berkaitan dengan
ketertarikan emosi, rasa sayang, dan hubungan seksual. Disebut hetero jika
orientasi seksualnya tertuju pada lain jenis kelamin. Berikutnya, dinamai homo
jika orientasi seksualnya sesama jenis kelamin; sesama laki-laki dinamakan gay,
sesama perempuan disebut lesbian, dan sesama waria. Biseksual, jika orientasi
seksualnya ganda, yaitu seseorang yang tertarik pada sesama jenis sekaligus juga
pada lawan jenis. Sebaliknya, aseksual tidak tertarik pada keduanya, baik sesama
maupun lawan jenis.63
LGBT adalah sebuah organisasi kaum Homoseksual atau dikenal dengan
akronim dari sebuah konsepsi berbasis identitas gender dan identitas seksual,
yaitu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender/Transeksual. 64 Yang
penjelasannya sebagai berikut:
63
Siti Musdah Mulia, “Islam dan Homoseksualitas; Membaca Ulang Pemahaman Islam”,
Gandrung Vol.1 No.1/Juni 2010, 13-14.
64
Rohmawati, “Perkawinan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender/Transeksual (LGBT)
Perspektif Hukum Islam” AHKAM Vol. 4 No. 2/November 2016, 309-310.
65 Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), 74
66 Rohmawati, Perkawinan Lesbian.., 310.
83
senang berhubungan seks dengan sesamanya (perempuan) pula. 67 Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengidentifikasikan Lesbian sebagai wanita yang mencintai
atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya. 68
b. Gay
Pada mulanya, kata gay digunakan untuk menunjukan arti bahagia atau senang.
Namun, di negara Inggris kata ini juga mempunyai makna homoseksual (sekitar
tahun 1800). Seiring dengan berjalannya waktu, istilah gay lebih banyak
digunakan untuk mengacu pada makna homoseksual. Istilah gay digunakan
secara umum untuk menggambarkan seorang pria yang tertarik secara seksual
dengan pria lain dan menunjukkan komunitas yang berkembang diantara
orangorang yang memiliki orientasi seksual yang sama. 69 Gay atau yang lebih
sering dikenal dengan homoseksual adalah hubungan seksual antara orang-orang
yang sama kelaminnya, baik sesama pria maupun sesama wanita. Namun
biasanya istilah homoseks itu dipakai untuk seks antar-pria. Dalam bahasa Arab
homoseksual disebut liwath. 70
67
M. Baddarudin, Pandangan Hukum Islam Terhadap LGBT., 118.
68
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 665.
69
Riski Andri Pramudya, “LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dalam Pandangan
Pendidik Muslim”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), 14. diakses dari digilib.uin-
suka.ac.id
70 Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer., 93.
84
(intervemoral coitus). 71 Liwath (gay) juga dilakukan oleh laki-laki dengan cara
memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain.72
c. Biseksual
d. Transgender
85
Pertama, transgender laki-laki ke perempuan (male-tofemale), yang juga dikenal
dengan sebutan waria (wanita pria). Kedua, transgender perempuan ke laki-laki
(female-to-male), yang juga disebut priawan (pria wanita). 77 Maka dalam hal ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa transgender (penggantian kelamin) adalah usaha
seoarang dokter ahli bedah plastik dan kosmetik untuk mengganti kelamin
seorang laki-laki menjadi kelamin perempuan, melalui proses operasi. 78
Transgender memiliki beberapa kategori, diantaranya cross dresser, transvestite,
transexual. Cros dresser adalah sesorang yang menggunakan pakaian jenis
kelamin yang berlawanan sebagai tampilan dalam sebuah pertunjukkan atau
memiliki tujuan tertentu. Pelaku cros dresser ini tidak selalu berkeinginan
menjadi jenis kelamin yang berlawanan.Transvestic adalah individu yang
merasakan kepuasan seksual jika dirinya mengenakan pakaian jenis kelamin
sebaliknya, bahkan saat melakukan masturbasi dan berhubungan seksual. 79
c. Voyeurisme yaitu kepuasaan seksual yang di dapat dengan cara mengintip atau
melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi, bahkan berhubungan seksual.
77
Rohmawati, “Perkawinan Lesbian..., 310
78
M. Badaruddin, “Pandangan Hukum..., 119.
79 Zusy Aryanti, “Faktor Penyebab Terjadinya LGBT Pada Anak dan Remaja”, Metro
International Conference on Islamic Studies (MICIS), (Metro: Program Pascasarjana STAIN Jurai
Siwo Metro Lampung, 2016), 44.
80 Elbina Mamla Saidah, “Penyimpangan Perilaku Seksual (Menelaah Maraknya Fenomena
h. Necrophilia yaitu kepuasaan seksual di dapat dari kontak fisik atau hubungan
seksual dengan media oang yang telah wafat.
87
sikap orang tua yang mengidamkan anak laki-laki atau perempuan juga akan
mengakibatkan seorang anak itu cenderung kepada apa yang diidamkan. 81
D. Dampak LGBT
Beberapa dampak negatif yang sering ditimbulkan oleh perilaku LGBT antara
lain:83
a. Kesehatan
Perilaku seks homo dan lesbian lebih beresiko terjangkit virus HIV/AIDS
dan penyakit kelamin yang sulit terobati. Sekitar 78% pelaku homo seksual
terjangkit penyakit kelamin menular. Selain penyakit kelamin, LGBT juga
81 Musti’ah, “Lesbian Gay Bisexual And Transgender (LGBT): Pandangan Islam, Faktor
Penyebab, dan Solusinya”, SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 3 No. 2/Desember
2016, 267.
82 Ibid., 268.
83 Yudiyanto, “Fenomena Lesbian.., 66.
88
menimbulkan penyakit AIDS yang belum diketahui obatnya.
Kecenderungan rata-rata umur kaum gay dan lesbian relatif lebih pendek.
b. Moralitas
LGBT menciderai kemanusiaan kita. Pelaku homo dan lesbian telah
mengingkari Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan
sebagai fitrahnya.
c. Sosial
Perilaku gay dan lesbian tidak akan bisa menghasilkan keturunan, berakibat
pula pada kerusakan keluarga dan menghancurkan nasab. Jika perilaku
tersebut dilegalkan maka akan terjadi kepunahan pada keturunan manusia di
masa yang akan dating.
d. Keamanan
Pada hakikatnya di dalam komunitas LGBT sering terjadi tindak kekerasan
seksual dan pembunuhan. Hal ini terjadi karena pelaku LGBT yang mudah
berganti pasangan, kecenderungan pemaksaan kehendak dominan terhadap
pasangan sejenis, kesenangan yang membabibuta, atau sebaliknya
kekecewaan berat yang berujung pembunuhan terhadap pasangan
sejenisnya. Dalam praktik pemenuhan hasrat seksualnya tidak jarang mereka
juga menempuh kekerasan terhadap anak-anak, dan kaum wanita lemah
lainnya yang diinginkannya.
89
E. LGBT dalam Pandangan Islam dan Adat
Pada dasarnya tidak seluruh budaya yang ada di Indonesia terindikasi
adanya praktek LGBT. Ketua Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)
Sumatera Barat, Sayuti Datuok Rajo Panghulu meminta Pemprov Sumbar untuk
memberi ruang Penerapan hukum adat kepada pelaku LGBT. Hal tersebut
menjadikan tidak tertutup kemungkinan para pelakunya akan dijatuhi hukuman
dibuang sepanjang adat atau diusir dari nagari. Dalam hukum adat ada istilah 4D
yaitu dibuang, diusir, dimalukan, dan dikucilkan. Karena pada dasarnya praktek
LGBT mengancam keberlangsungan adat Minangkabau. 84
Agama Islam adalah agama yang melarang LGBT seperti yang disebutkan dalam
surat Al-A’raf ayat 80.
Artinya : “ Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)
tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?"
84
25 April 2018 di unduh pada 27 Juni 2019
85Abu Ja’far Muhammad bi Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari terj. Abdul Somad, Yusuf
Hamdani, dari judul asli Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), 295.
90
F. Konsep Hak Asasi Manusia
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
86
Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1
ayat 1.
87
Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1
ayat 1.
88 Laila Rahmawati, “Hak Asasi Manusia dalam Islam”, TRANSFORMATIF (Islamic Studies)
89
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: AMZAH, 2013), 23
90 Ngainun Naim, “Islam dan HAM: Perdebatan Mencari Titik Temu”, Wacana Hukum Islam dan
Kemanusiaan Vol. 15 No. 1/ Juni 2015, 97-98.
91 Olivia J.S. Taebenu, “The Protection of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) Rights
Gebrakan untuk diakui juga telah sering dilakukan oleh kelompok-kelompok ini
yaitu tuntutan pembebasan kaum transgender dengan konstruksi Hak Asasi
Manusia. Artinya mereka berhak memilih untuk berkelamin apapun sesuai
keinginan mereka karena itu merupakan hak asasi manusia. Disamping itu
gebrakan lain yaitu membentuk peraturan bagi kaum trangender sebagai
perlindungan atas ketidakadilan, seperti yang dilakukan di Thailand dimana
negara ini merupakan negara terbesar dengan penduduk berkelamin transgender
menyusul Iran sebagai negara ke dua terbanyak, dengan melegalkan operasi
penggantian kelamin. Kelompok-kelompok yang pro dan mendukung kaum
LGBT di Indonesia juga terbilang banyak seperti Dorce Gamalama, GAYa
(Jakarta), Arus Pelangi (Surabaya), Kongres International Lesbian & Gay
Association (ILGA)-Surabaya, Rumah Mode Komunitas Transseksual Surabaya,
Pesantren LGBT Yogjakarta, QFF (LGBTQ) dan lain sebagainya.92
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM menjamin HAM bagi setiap
warga negara. Di dalamnya terdapat hak-hak sebagai berikut:93
c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
92 Christiany Juditha, “Realitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam
Majalah” Komunikasi Universitas Tarumanagara TahunVI/03/2014, 27-28.
93 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
93
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
94
BAB 5.3
PENUTUP
d. Kesimpulan
Berdasarkan landasan-landasan teori dan dalil-dalil yang ada maka
selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pandangan mahasiswa terhadap konsep
HAM untuk LGBT sangatlah beragam. Sebagian mahasiswa mengatakan bahwa
kaum LGBT memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya. Karena pada
dasarnya kaum LGBT tetaplah manusia biasa yang tentunya memiliki hak yang
sama. Namun, hak yang dimaksud disini bukanlah hak dengan kebebasan
sepenuhnya melainkan hak yang dibatasi oleh hak orang lain.
6. Sistem nilai yang berlaku dan Faktor sosial dan lingkungan, pola penilaian
yang ada di masyarakat ikut mempengaruhi persepsi seseorang.
95
DAFTAR PUSTAKA
96
MAKALAH PKN
Disusun Oleh :
2022/2023
97
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun menyelesaikan makalah dengan judul “Tidak lupa
pula, penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Penyusun menyadari
bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah tersebut. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat terutama bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.
Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika masih terdapat kekurangan.
akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun
98
BAB 6.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia. Nasionalisme dalam bangsa menunjukkan bahwa
suatu bangsa memiliki identitas dan jati diri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa untuk
menjadi bangsa yang benar-benar merdeka. Harapan inilah yang membentuk
kesadaran masyarakat melawan segala bentuk penjajahan, penindasan,
eksploitasi dan dominasi. Kebangkitan nasionalisme merupakan titik balik
sejarah perjalanan bangsa dalam membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diawali dengan lahirnya Budi Oetomo 20 Mei 1908, semangat
nasionalisme semakin tumbuh subur dan melekat dalam hati nurani seluruh
elemen bangsa. Sekarang sudah tidak pernah terdengar lagi menyebut “Bangsa
Jawa”, “Bangsa Sunda”, “Bangsa Madura”, atau “Bangsa Bali”. Wacana
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era globalisasi ini
memiliki daya tarik karena sekarang kobaran semangat nasionalisme generasi
muda mulai luntur. Lunturnya nasionalisme bangsa dapat menjadi kecaman
terhadap terkikisnya nilai-nilai patriotism yang menjadi landasan kecintaan
terhadap bumi pertiwi.
99
Rasa nasionalisme di kalangan generasi muda pada saat ini hanya muncul bila
ada suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan
Indonesia oleh Malaysiabeberapa waktu yang lalu. Namun seiring dengan
hilangnya berita tersebut, rasa nasionalismepara generasi muda pun kembali
memuda.
B. Rumusan Masalah
1. apa yg di maksud nasionalisme
2. Bagaimana cara Menanamkan Jiwa Nasionalisme Kepada Generasi
muda?
3. dampak yang di timbulkan oleh berkurangnya nasionalisme
4. bagaimana membangun generasi muda yang memiliki semangat
nasionalisme guna mewujudkan cita cita dan tujuan nkri
C. Tujuan
100
BAB 6.2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasionalisme
Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham
yang menganggap kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus disertakan kepada
Negara kebangsaan (nationstate) atau sebagai sikap mental dan tingkah laku
individu maupun masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas dan
pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya.Pengertian nasionalisme
menurut beberapa ahli, yaitu:
101
kebangsaan. Paham nasionalisme akan menjadikan kita memiliki kesadaran akan
adanya bangsa dan Negara.Nasionalisme telah menjadi persyaratan mutlak yang
harus dipenuhi bagi kehidupan sebuah bangsa. Paham nasionalisme membentuk
kesadaran para pemeluknya bahwa loyalitas tidak lagi diberika pada golongan
atau kelompok kecil, seperti agama, ras, etnis, budaya (ikatan primordial), namun
ditujukan pada komunitas yang dianggap lebih tinggi yaitu bangsadan Negara.
Ditinjau dari segi historis (sejarah), perkembangan nasionalisme di Indonesia
dilandasi oleh adanya factor:
102
6. Membangun rasa persaudaraan, solidaritas, perdamaian, dan anti
kekerasan antarkelompok masyarakat dengan semangat persatuan dan
kesatuan.
7. Memiliki kesadaran bahwa kita merupakan bagian dari masyarakat
dunia, sehinggabersedia untuk menciptakan perdamaian dunia dan
menciptakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. 94
94
Smith, A.D. 2003. Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangg
C. Lingkungan Keluarga
• Menyadari tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
• Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme terhadap
bangsa Indonesia
• Memberikan contoh atau tauladan tentang rasa kecintaan dan
penghormatan pada bangsa.
• Memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap
lingkungan sekitar.
• Selalu menggunakan produk dalam negeri.
• Memecahkan segala permasalahan dalam keluarga dengan cara
musyawarah.
• Menciptakan kerukunan hidup antaranggota keluarga.
D. Lingkungan Sekolah
• Memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dan jugabela Negara.
• Menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan
dengan mengadakan upacara bendera setiap hari senin.
104
• Memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah
menyerap hal-hal negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
• Belajar dengan keras untuk meraih prestasi.
• Mengembangkan sikap membantu sesama teman.
• Menaati tata tertib sekolah.
• Menumbuhkan semangat persaudaraan dan mengembangkan pergaulan.
• Mengutamakan kepentingan bersama.
E. Lingkungan Masyarakat
• Selalu membina semangat kebersamaan.
• Mengembangkan sikap rasa memiliki lingkungan tempat tinggal.
• Menciptakan kerukunan bertetangga.
• Menghormati norma yang berlaku dalam masyarakat.
• Aktif dalam kegiatan masyarakat yang bersifat membangun kerukunan
di masyarakat, contohnya yaitu gotong royong di lingkungan sekitar
bersama tetangga.
• Menjaga ketertiban masyarakat dengan mematuhi aturan yang ada.
• Mengikuti siskamling dan kerja bakti.
F. Peran Pemerintah
Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme,
sepertiseminar dan pameran kebudayaan 96
96
BukuPendidikan Kewarganegaraan. Tabanan:MGMP Pendidikan Kewarganegaraan
SMAKabupaten Tabanan
105
tanah air sejak dini. akan tetapi sejak memasuki era globalisasi rasa cinta tanah
air tersebut mulai luntur dengan seiring nya perkembangan jaman. Ada beberapa
factor yang mempengaruhi luntur nya rasa cinta tanah air. Factor penyebab lemah
nya rasa nasional tersebut dibagi menjadi 2 yaitu : Faktor internal dan external.
• Faktor internal
merupakan factor yang berasal dari dalam bangsa tersebut, contoh nya Rakyat
yang kecewa akan kinerja pemerintah sehingga mereka berskiap acuh tak acuh
terhadap bangsa tersebut.
• Faktor external
yaitu factor yang berasal dari luar bangsa, contoh nya kuat nya arus globalisasi.
Arus globaliasasi menyebab kan dampak negative terhadap masyarakat. Yang
dimana globaliasasi akan membuat pelajar engan mengenal sejarah dan
perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk bangsa ini. Di tambah
dengan kuat nya arus perkembangan teknologi di Indonesia mendorong semakin
luntur nya rasa nasionalisme dikalangan Pelajar/mahasiwa. 97
106
BAB 6.3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nasionalisme adalah paham yang menganggap kesetiaan tertinggi atas
setiap pribadi harus disertakan kepada Negara kebangsaan (nation state) atau
sebagai sikap mental dan tingkah laku individu maupun masyarakat yang
menunjukkan adanya loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan
negaranya.Nasionalisme dapat diartikan dalam dua pengertian yaitu pengertian
nasionalisme dalam arti luas dan arti sempit. Factor yang menyebabkan semakin
memudarnya semangat naisonalisme di kalangan generasimuda Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu factor internal dan factor eksternal. Dampak dari
memudarnya semangat nasionalisme yaitu semakin mendekatnya Bangsa
Indonesia menuju keterpurukannya. Membangun semangat nasionalisme di
kalangan generasi muda dapat dilakukan mulai dari Lingkungan Keluarga,
Sekolah, Masyarakat, sampai Pemerintah.
107
DAFTAR PUSTAKA
108
FENOMENA KEMUNDURAN DEMOKRASI INDONESIA 2021
Disusun oleh:
Muhammad Aji Triyana
537101012028
109
KATA PENGANTAR
Pertama tama kita Panjatkan Puja dan Puji syukur atas Rahmat dan Ridho
ALLAH SWT.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr.H.Muhammad
Aiz. MH sebagai dosen pengampu yg telah mebimbing saya dalam mata kuliah
Pancasila.Sholawat serta Salam tak lupa saya Panjatkan kepada Baginda nabi
Muhammad Saw.
Jakarta, 2 Juli 22
110
BAB 7.1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dua puluh satu tahun setelah reformasi ,salah satu penyebab kemunduran
terbesar demokrasi Indonesia adalah kepemimpinan Presiden
Jokowi.minggu lalu jokowi menyuarakan komitmennya dalam menjaga
demokrasi.tapi pada kenyataannya,banyak kebijakan serta tindakan
pemerintah yg represif dan anti demokrasi dihasilkan dibawah
kepemimpinannya.diantaranya adalah keputusan Jokowi untuk mendukung
pengesahan revisi undang undang KPK dan rancangan kitab UU hukum
pidana walau di tentang banyak pihak.sikap aparat keamanan dalam
mengamankan aksi demontrasi di berbagai kota yg menolak revisi UU KPK
Dan RKUHP juga di warnai tindakan refresif anti demokrasi.Dua mahasiswa
tewas setelah bentrok dengan polisi di kendari,sulawesi tenggara puluhan
mahasiswa ditangkapi aktivis di tahan dan bahkan pemerintah akan memberi
sanksi universitas yg mahasiswanya terlibat unjuk rasa.
Ini adalah rentetan dari beberapa kebijakan yg muncul pada era
kepemimpinan jokowi,yg telah mengikis demokrasi di indonesia.sinyal
sinyal anti demokrasi dari jokowi sebenernya sudah muncul jauh sebelum
peristiwa di atas.tanda tanda ini seharusnya menjadi peringatan bagi semua
pihak,terlebih masyarakat sipiluntuk mawas diri terus menjaga demokrasi 98.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Demokrasi Indonesia Mundur ?
2. Kapan Kemunduran Demokrasi di Indonesia ?
3. Faktor-faktor penyebab kemunduran Demokrasi di Indonesia ?
4. Mengapa Demokrasi di Indonesia terjadi kemunduran ?
C. Tujuan
98Peneliti politik edward aspinall dan marcus mietzner dari australian national university di
canberra,australia.
111
BAB 7.2
PEMBAHASAN
A. Kemunduran Demokrasi Pemerintahan Jokowi
Beberapa kebijakan Jokowi yang menyumbang pelemahan demokrasi,
bisa dilihat sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (perppu) No. 2 Tahun 2017 tentag Organisasi Kemasyarakatan (ormas)
dan Peraturan Presiden (perpres) No. 37 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Demokrasi di Indonesia mengalami penuruan sebesar 0,58 poin dari tahun 2016
menjadi 6,39 pada tahun 2017 dan 2018 dalam Indeks demokrasi yang
dikeluarkan The Economist Intellegence Unit. Indonesia juga mengalami
112
penurunan pada indeks aspek kebebasan sipil sebesar 0,29 poin, dan pada aspek
hak-hak politik turun sebesar 0,84 poin dibandingkan tahun 2017 99.
Dan semakin parahnya, para elit politik, baik yang mendukung pemerintah
maupun tidak, terlihat semakin kompak dalam melemahkan demokrasi. Pada
seluruh RUU dan UU yang Kontroversial, peta dukungan politik menyebar ke
fraksi oposisi yang dimotori oleh lawan politik Jokowi, Prabowo Subianto.
Ini terlihat dari tidak adanya penolakan dari kubu oposisi terhadap RUU dan UU
kontroversial yang dibahas di DPR. Seluruh fraksi setuju.
Yang membuat Indonesia mundur kinerja demokrasinya sejak tahun 2013 adalah
mundurnya kinerja dalam kebebasan sipil (kebebasan warga di masyrakat).
Skornya sekarang 4, mundur dari 3 yang dicapai pada 2005-2012. Secara khusus
yang membuat mundur itu berkaitan dengan: tidak ada atau kurng meluasnya
kebebasan berkeyakinan terkait agama atau menjalankan keyakinan keagamaan
tertentu, misalnya aliran sunni dalam Islam, Ahmadiyah syiah, keyakinan agama
lokal tak mendapat perlindungan negara.
Demokrasi Indonesia dihadapkan pada dua isu pembatasan kebebasan sipil dan
pelemahan oposisi dimana bergabungnya sejumlah partai oposisi ke dalam
kabinet pemerintahan menyebabkan check and balances serta fungsi kontrol
sosial terhadap pemerintah semakin lemah.
Dukungan pubik yang positif terhadap demokrasi menjadi peluang besar untuk
memperbaiki demokrasi. 102
Tim riset dari The Economist menyimpulkan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi turunnya kualitas demokrasi dunia tahun 2017. Namun, ada dua
hal utama yang secara umum menjadikan merosotnya kualitas demokrasi di
berbagai negara.
102Dosen Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas Padjajaran
Dr. Caroline Paskarina, M.Si menjadi pembicara pada diskusi satu jam berbincang ilmu Outlook
Sosial Politik 2022
115
Pertama, kekecewaaan masyarakat berkaitan dengan implementasi demokrasi di
negara mereka tinggal. Dalam praktiknya, demokrasi tidak serta merta membuat
apa yang menjadi keinginan masyarakat terpenuhi, misalnya pelayanan publik
yang baik, kebebasan pers dan berpendapat. Hal tersebut yang pada akhirnya
menimbulkan kekecewaan pada implementasi demokrasi. Puncaknya,
kekecewaan itu dicerminkan dalam pemilihan umum.
Kedua, terabaikannya hak-hak asasi manusia dalam sebuah negara juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas demokrasi. Adapun penentuan skor Indeks
Demokrasi itu sendiri didasarkan pada lima kategori, yaitu proses pemilihan
umum dan pluralisme, kebebasan sipil, fungsi pemerintahan, partisipasi politik,
dan budaya politik. Kemudian setelah berdasarkan pada kategori tersebut masing-
masing negara kemudian diklasifikasikan sebagai salah satu dari empat jenis
rezim;demokrasi penuh, demokrasi yang cacat, rezim hibrida dan rezim otoriter.
103Peneliti, pengajar Administrasi Publik di Unversita Terbuka Malang, alumnus MPA Univesity
of Birmingham UK, Rizqi Bachtiar
116
BAB 7.3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di bab penutup ini sebetulnya masih ada waktu untuk Indonesia
berbenah. Amerika Serikat dan Inggris Raya saja butuh ratusan tahun untuk
medewasakan iklim demokrasinya. Namun jika elite politik di Indonesia tidak
ada niatan berubah, kepada siapa lagi kita berharap?.
117
Daftar Pustaka
118
MAKALAH PANCASILA
“Pengertian HAM”
Disusun Oleh :
119
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul “Hak Asasi Manusia
(HAM)”.
Selawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi
kita Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah
kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami
dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
120
BAB 8.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM adalah
sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era
reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain
dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia
itu dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan
kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat
hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia
manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak
asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain,
atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi
manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus
121
dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam
menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan
oleh hak-hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat
berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak
asasi manusia.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. Contoh-contoh pelanggaran HAM
C. Tujuan
Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :
122
BAB 8.2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
B. Pengertian
➢ HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
➢ Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
➢ John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).
➢ Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”
➢ HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
➢ HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
➢ HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
123
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
124
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.
a) Magna Charta
126
Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak
untuk mengelola harta yang dimilikinya.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak
Darury (hak dasar).Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar,
bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang
harkat kemanusiaannya.Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti
orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak
dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang
untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan
hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya
lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002)
127
B. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan
bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan
ilegal.
C. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan
memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan
D. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-
masing
E. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa
membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat
Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.
128
Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
130
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap
para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir
jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan
tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu
jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak,
sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
131
BAB 8.3
PENUTUP
a. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
b. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
132
DAFTAR PUSTAKA
Lasa dkk.LKS Gita SMU PPKn. Hak Asasi Manusia. PT. Pabelan. Surakarta.
133
“ PERBANDINGAN ANTARA NEGARA BERASASKAN PANCASILA
DENGAN KOMUNIS”
Diajukan Sebagai
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
2022/2023
134
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “PERBANDINGAN ANTARA NEGARA
BERASASKAN PANCASILA DENGAN KOMUNIS” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
135
BAB 9.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara yang ada didunia ini pasti memiliki landasan atau ide
dasar yang kemudian disebut dengan ideologi, ideologi dalam sebuah negara
menjadi sebuah alat untuk mencapai cita – cita bersama, ideologi menjadi
pemandu persatuan masyarakat dalam rangka mewujudkan cita – cita
bersama serta menegaskan arah kehidupan bangsanya, kemudian ideologi
harus diyakini sebagai sebuah gagasan yang diterima dan ditaati secara
menyeluruh dalam kelompok masyarakat tertentu.
Pancasila kini disebut – sebut sebagai ideologi negara Indonesia, sejak
awal kemerdekaan hingga kini pancasila masih berikari sebagai dasar negara
indonesia, karena sejatinya pancasila bukan hannya sebagai ideologi belaka,
namun kesepakatan bersama yang dirumuskan para pendiri bangsa yang
memiliki kaitan erat dengan nilai – nilai kemasyarakatan. disebelah wilayah
lain ada ideologi komunisme yang dianut oleh beberapa negara seperti Korea
Utara, Vietnam, Laos, Kuba, China, ada beberapa persepsi mengapa sebuah
negara memilih ideologi komunis, diantaranya karena adanya kebebasan,
kesetaraan. Selain komunisme ada beberapa gagasan -gagasan para pemikir
yang kemudian diadopsi menjadi sebuah ideologi negara seperti sosialisme,
komunisme, liberalisme, fasisme dan banyak lagi. Latar belakang tradisi dan
kondisi sosial yang berbeda dari setiap negara membuat setiap negara
memilih berbagai ideologi yang dianggap cocok dengan kehidupan sosial
masyarakatnya agar dapat tercapai tujuan negara melalui alat ideologi
tersebut, adanya perbedaan ideologi di setiap negara menjadi wacana unik
untuk membandingkan sebuah ideologi untuk mencari yang lebih ideal,
melanjutkan tradisi intelektual atau bahkan merelasikannya menjadi sebuah
pemikiran baru.
Makalah ini hendak menganalisa perbedaan antara negara yang
beridiologi Pancasila dengan negara yang berIdeologi komunisme artian
sebuah pahamltau pemikiran bukan komunisme dalam artian komunisme.
121
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
122
BAB 9.2
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara berarti menjadikannya sebagai alat
untuk mencapai tujuan dan cita – cita bangsa, pancasila yang diyakini sebagai
ideologi mampu memberi cara untuk mencapai tujuan serta mengatur kehidupan
mereka yang meyakininya dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran,
Pancasila sebagai Dasar Negara dibentuk setelah menyerap berbagai pandangan
yang berkembang secara demokratis dari para anggota BPUPKI dan PPKI
sebagai representasi bangsa Indonesia saat itu. Apabila dasar negara Pancasila
dihubungkan dengan cita-cita negara dan tujuan negara, jadilah Pancasila
ideologi negara. Dalam konteks ideologi negara, Pancasila dapat dimaknai
sebagai sistem kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan
bangsa yang berlandaskan dasar negara.104
104 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: SekretariatJenderal MPR RI, 2013), hal. 94
123
kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang berkebudayaan.105 Usulan lima asas
yang digagas Soekarno yang kemudian disebut dengan istilah “Pancasila”.
Tiga pendapat yang berbeda dari para tokoh ini melatar belakangi
dibentukna panitia kecil yang bertugas untuk menyusun rumusan dasar negara
yang kemudian akan dicantumkan dalam UUD 1945, Panitia kecil ini dinamai
sebagai Panitia Sembilan yang berisikan sembilan tokoh nasional :
3) Persatuan Indonesia
105 Budiyono, Kabul. 2009. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
124
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 106
106 Paristiyanti N, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia, 2016), hal. 523
107 Daniel S. Lev, Islamic Court in Indonesia, dikutip Bahtiar Effendy, Islam and the State, terj.
Ihsan Ali-Fauzi dan Rudy Herisyah Alam Jakarta: Democracy Project, hlm 89-90.
125
situasi genting pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 serta janji yang
dikemukakan oleh Bung Karno yang akan membahas kembali setelah Perang
Asia Timur Raya selesai atau enam bulan kemudian setelah Proklamasi
Kemerdekaan. 108 Beberapa Putusan penting yang dihasilkan dari sidang PPKI
mencakup beberapa hal berikut :
2) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta);
Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.
3. Persatuan Indonesia
109 Nurwardani, Paristyani. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, hlm 53
126
Pancasila secara resmi dinyatakan sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada
Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus
1945.
127
110
oleh Tsar sebagai bentuk pemerintahan yang berlaku saat itu di rusia. Sejak
peristiwa saat itu, komunisme menjadi sebuah ideologi yang kemudian
disebarluaskan ke negara lain.
C. Perbandingan ideologi Pancasila dan Komunis
Sekian banyaknya ideologi yang telah dikenal dewasa kini, untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing – masing ideologi tersebut
maka perlu melakukan perbandingan. Pancasila dan komunis sebagai ideologi
memiliki perbedaan dalam setiap aspeknya, diantaranya sebagai berikut :
C.1 Aspek Politik Hukum
Menurut Padmo Wahjono politik hukum adalah kebijakan penyelenggara
negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari
hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu. 111 Dengan demikian, politik hukum menurut Padmo
Wahjono berkaitan dengan hukum yang berlaku di masa datang (ius
constituendum). Sedangkan Teuku Mohammad Radhie dalam sebuah tulisannya
berjudul Pembaharuan dan Politik Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional
mendefinisikan politik hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa
negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya, dan mengenai arah
perkembangan hukum yang dibangun. 112 Politik hukum secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai kebijaksanaan hukum (legal policy) yang akan atau telah
dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah, mencakup pula pengertian tentang
bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi
kekuatan yang ada di belakang pembuatan dan penegakan hukum itu. Hukum
tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif atau
keharusan-keharusan yang bersifat das sollen, melainan harus dipandang sebagai
110 Yuwono, R. Nugroho, Y. yudo nugroho, ris suwono. (2014). PEMIKIRAN EKONOMI DARI
LENIN, REVISIONIS, DAN KIRI BARU,SERTA RELEVANSINYA DI INDONESIA SAAT
INI. Media Trend, 9(1), hlm 1–27
111 Wahyono, Padmo. 1986. Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum. Jakarta : Ghalia
Indonesia, hlm 160
112 Majalah Prisma Nomor 6 Tahun II Desember 1973, hlm 4.
128
subsistem yang dalam kenyataan (das sein) bukan tidak mungkin ditentukan oleh
politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-pasalnya maupun dalam
implementasi dan penegakannya. 113 Politi hukum dipercaya sebagai alat yang
digunakan pemerintah dalam pembentukan hukum nasional.
Untuk membentuk politik hukum suatu negara, ada beberapa faktor yang
menjadi acuan, diantaranya :
129
tentang kesejahteraan para buruh, yang mana nanti kedepannya mampu
memberikan efek secara langsung bagi masyarakat
3. Susunan masyarakat
Bagir Manan membedakan susunan masyarakat ini ke dalam dua susunan
masyarakat, yakni: masyarakat homogen dan heterogen. Menurutnya politik
hukum masyarakat yang relative homogen tentu berbeda dengan masyarakat
yang heterogen karena politik hukum yang serba menyamakan (uniformalitas)
kecil kemungkinan dapat diterapkan pada masyarakat yang heterogen. Oleh
karena itu politik hukum unifikasi harus dipertimbangkan secara matang oleh
pemerintah, bahkan untuk bidang bidang hukum yang tidak bertalian dengan
agama atau keluarga, misalnya hukum ekonomi. Hal ini disebabkan perbedaan
kemampuan antara pengusaha kecil dan besar 115
115 Bagir Manan, Politik Perundang-undangan, Penataran Dosen FH/STH PTS se Indonesia.
(Bogor: Cisarua, 1993), hlm. 8-9
116 Yunus, N.R. (2015). Aktualisasi Demokrasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. SOSIO DIDAKTIKA, 2(2), hlm 161. DOI: 10.15408/sd.v2i2.2815
130
c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara normal kepada Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
e. Pangambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
a. Aspek Ekonomi
D.1 Ekonomi Pancasila
Pasal 33 Undang – Undang Dasar Tahun 1945 menjadi dasar arah
pembentukan ekonomi nasional.
Pasal 33
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
Dilihat dari isi Pasal 33, maka dapat diasumsikan bahwa Pasal 33 ini
merupakan penjabaran dari Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 paragraf keempat
132
yang berbunyi: “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”. Inti dari
pasal ini adalah: perekonomian yang disusun atas asas kekeluargaan, penguasaan
Negara atas cabangcabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak,
penggunaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung untuk sebesar - besar
kemamuran rakyat, prinsip-prinsip demokrasi ekonomi.117
117 Lailiyah, A. (2017). PENGGUNAAN PASAL 33 UUD NRI TAHUN 1945 SEBAGAI
DASAR HUKUM MENGINGAT DALAM UNDANG-UNDANG (Analisis terhadap: Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Informasi Geospasial; Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). RechtsVinding. hlm 2.
118 Adawiah, R. (2012). Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi. AT - TARADHI Jurnal
Studi Ekonomi,3(2). hlm 178 – 179.
133
marxisme dalam aspek ekonomi : a) teori nilai lebih, b) teori pemusatan, c) teori
penumpukan, d) teori menjadikan miskin dan e) teori krisis. 119
b. Aspek Agama
Banyak nilai – nilai moral yang lahir dari agama, keberadaan agama juga
menjadi alat untuk manusia mengenal makna kehidupan, keberadaan agama yang
diera sekarang mengalami disrupsi akibat kemajuan teknologi dan zaman
modern, namun bagaimanapun berbagai kelompok atau perubahan zaman
berusaha untuk mematikan agama, agama tetap berada dikehidupan manusia,
relasi antara agama dan negara terjadi dalam banyak masalah yang berkenaan
dengan nilai – nilai moral, negara membutuhkan agama untuk membentuk
119 Al Kaaf, Abdullah Zaki. 2002. Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia.
120 Kompas. 2022. “Ekonomi Komunis: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Negara Penganutnya”,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/05/21/103000669/ekonomi-komunis--pengertian-
sejarah-ciri-dan-negara-penganutnya?page=all , diakses pada 3 juli 2020.
134
karakter moralitas masyarakat yang baik, sedangkan agama membutuhkan negara
sebagai instrumen dan mengembangkan agama.
E.1 Pancasila dan agama
121 budiyono, budiyono. 2015. “HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA DALAM NEGARA
PANCASILA”. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum 8 (3). hlm 417.
https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v8no3.305.
122 ibid
136
bentuk doktrin dari agama manapun tidaklah benar, sehingga menurutnya tidak
ada lagi perbedaan antara kepercayaan dan tahayyul, menurut Marx objek-objek
kepercayaan religius membuat manusia terdegradasi hingga menjadi budak,
objek – objek kepercayaan dianggap mengendalikan manusia. Penolakan marx
terhadap agama bukan tidak mendasar, Penolakan Marx terhadap agama didasari
oleh fakta sejarah agama Kristen pada abad ke-18 yaitu ketika ide-ide ajaran
agama Kristen akhirnya menyerah kepada ide-ide rasionalis, ditambah pula
pertikaian antara masyarakat feodal dan revolusi masyarakat borjuis. Dari
pertikaian tersebut muncullah ide untuk bebas dari agama dan kebebasan
melakukan tindakan berdasarkan hati nurani (Marx and Engels, 1969: 25-26)123
Ideologi komunisme secara praktis dapat menggiring penganutnya kedalam
Atheisme, tak hanya itu, ideologi komunisme dapat membentuk karakter
masyarakat yang cenderung memusuhi agama, seperti yang diungkapka Marx
“Religion is the opium of the masses” (Agama adalah candu masyarakat) 124
123 Rachmawati, F. (2020). Kritik terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx. Jurnal
Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 1(1), 66-78. https://doi.org/10.22373/jsai.v1i1.424
124 Karl Marx, “Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right”, dalam David
McLellan (Ed.), Karl Marx Selected Writings, (Oxford: Oxford University Press, 2000), 71-72.
137
BAB 9.3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari perbandingan berbagai aspek diatas yang berkenaan dengan ideologi
pancasila dan komunis sebagai asas suatu negara, didapati hasil bahwa pancasila
sebagai ideologi mampu memberikan keunggulan yang lebih luas, karena
sejatinya pancsila bukan hanya sebagai ideologi belaka, namun hasil dari proses
pemikiran berbagai tokoh pendiri bangsa yang erat akan nilai - nilai kebangsaan
indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, ras, budaya serta agama.
138
Ideologi Pancasila Komunis
Aspek
Politik Hukum - Demokrasi pancasila - Demokrasi Rakyat
- Hukum Untuk - Satu Parpol
menjujung tinggi berkuasa mutlak
keadilan serta - Hukum untuk
keberadaban melanggengkan
individu dan komunis
masyarakat.
139
DAFTAR PUSTAKA
141
• Yuwono, R. Nugroho, Y. yudo nugroho, ris suwono. (2014).
PEMIKIRAN EKONOMI DARI LENIN, REVISIONIS, DAN KIRI
BARU,SERTA RELEVANSINYA DI INDONESIA SAAT INI. Media
Trend, 9(1).
142
PENTINGNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Disusun oleh:
Salbiyah Nurrohmah (5371010121039)
Penyusun
144
BAB 10.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari
alokasi pembiayaan publik dan swasta. Infrastruktur dipandang sebagai
lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro
ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal
productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro,
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan
biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi,
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta
peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi,
yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya
terhadap pasar tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Infrastruktur Menurut Para Ahli?
2. Bagaimana Dampak Infrastruktur dalam Ekonomi?
3. Ada Berapa Bagian Pembangunan Infrastruktur di Indonesia?
145
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari infrastruktur menurut para ahli
2. Untuk mengetahui dampak infrastruktur dalam ekonomi
3. Untuk mengetahui ada berapa bagian pembangunan infrastruktur di
Indonesia
146
BAB 10.2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infrastruktur Menurut Para Ahli
Pengertian Infrastruktur, menurut American Public Works Association
infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan
oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar
untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengertian
infrastruktur tersebut maka infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.125
148
pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Palei (2015)
kemudian Sahoo (2010) setidaknya menyatakan hasil penelitian yang sama
bahwa infrastruktur berkontribusi pada akses daerah miskin dan belum
berkembang ke kegiatan bisnis inti, komunikasi publik, yang dapat meningkatkan
nilai aset mereka, dan meningkatkan modal manusia.
129 Firdaus, M., & Prasetyo, R. B. (2009). Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi
wilayah di indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 2, 222–236.
130 Atmaja, H. K., & Mahalli, K. (n.d.). Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap
134
Straub, Stephane, Vellutini, C., & Walters, M. (2008). Infrastructure and Economic Growth in
East Asia. In Policy Research Working Paper.
150
Sisi lain dari pembangunan yang massif adalah tersingkirnya orang orang
pinggiran yang menggantungkan hidupnya pada lahan yang tergerus dari
pembangunan, walaupun pada akhirnya semua pembangunan akan selalu
berdampak baik pada masyarakat khususnya masyarakat yang tidak punya
alternatif pekerjaan lain selain menggarap dari lahan yang tergusur, tentu hal ini
harus menjadi perhatian khusus pemerintah karena seringkali kita mendengar
ganti rugi padahal yang seharusnya pemerintah lakukan adalah ganti untung dan
riset apakah masyarakat sekitar akan mendapatkan keuntungan dari adanya
pembangunan infrastruktur itu.
2. Telekomunikasi
3.Sanitasi
152
akan memiliki kebudayaan hidup yang tidak sehat dan lingkungan yang tidak
sehat juga.
4. Energi
153
BAB 10 .3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan infrastruktur ini sangat berpotensi untuk memberikan
kontribusi pada pemulihan ekonomi yang lebih kokoh. Tidak hanya itu, investasi
pada infrastruktur yang baik dapat mengembangkan ekonomi nasional,
lingkungan, serta sosial dalam beberapa tahun kedepan.
154
DAFTAR PUSTAKA
155
WAWASAN NUSANTARA
Disusun oleh:
Widya Nada Adha (3571010121044)
156
KATA PENGANTAR
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas induvidu mata kuliah Pancasila.
Tak dapat dipungkiri, keterbatasan penulis dalam menyusun makalah ini, masih
jauh dari sempurna, banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritikan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Midah-mudahan makalah
ini bermanfaat untuk kepentingan dan kemajuan dunia pendidikan.
157
BAB 11.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada hakikatnya
terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berarti
sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu
mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945)
158
kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalanpersoalan masyarakat
yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap pelaksanaan tugas jabatannya
untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik
itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya
menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun,
karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan sampai
mengalami penderitaan. Di situ PNS telah melakukan langkah konkrit dalam
melakukan bela negara.
1. Cinta Tanah Air. Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada
kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan
cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya
yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
2. Pancasila. Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh
luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat
pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya,
159
agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan
setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
3. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara. Dalam wujud bela negara tentu saja
kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk
mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para
atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan
lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri
hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang
berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara. Kemampuan bela negara itu sendiri dapat
diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
160
kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran
perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah
harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki
sikap toleran.
161
BAB 11.2
PENDAHULUAN
A. Pengertian Wawasan Nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang terhadap bangsa
dengan tujuan menjaga persatuan dan kesatuan, yang diwujudkan dengan
mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan pribadi, kelompok
atau golongan tertentu.
Secara etimologi wawasan nusantara berasal dari bahasa Jawa wawa yang berarti
pandangan, nusa yang berarti kesatuan kepulauan dan antara yang bermakna dua
samudera.
Jadi pengertian secara umum dari Wawasan nusantara adalah cara pandang atau
cara melihat kesatuan kepulauan yang terletak diantara (Asia dan Australia) juga
dua samudera (Hindia dan Pasifik).
Berdasarkan TAP MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia, tentang jati diri dan lingkungan
yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah demi
tercapainya tujuan nasional.
“Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan tujuan mencapai
tujuan nasional.” Wawasan nusantara memiliki dua tujuan utama, diantaranya:
162
Tujuan wawasan nusantara ke Luar adalah menjamin kepentingan nasional dalam
era globalisasi yang kian mendunia maupun kehidupan dalam negeri. Kemudian
turut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, keadilan sosial, dengan sikap saling menghormati.
Menurut Prof. Wan Usman, wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah air sebagai negara kepulauan dalam segala
aspek kehidupan yang beragam.
163
berhubungan serta penerapannya di tengah lingkungan berdasarkan asas
nusantara.
Asas nusantara sendiri merupakan suatu ketentuan dasar yang harus ditaati,
dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan nasional dapat terwujud.
Cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya juga harus sesuai
dengan ide nasional Pancasila, sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka,
berdaulat dan bermartabat di tengah-tengah lingkungan yang menjiwai tindak
kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan bangsa
3. Sumarsono, 2002
Tata laku dari wawasan nusantara adalah tindakan Bangsa Indonesia untuk
melaksanakan falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang apabila dilaksanakan dapat
menghasilkan wawasan nusantara.
164
bangsa Indonesia sebagai hasil dari interaksi psikologis, sosiokultural dalam arti
luas dengan aspek-aspek astagatra.
5. M. Panggabean, 1979
165
E. Wawasan Nusantara
Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan Nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan rakyat yang lebih mengutamakan kepentingan
nasional dibanding kepentingan individu, kelompok, golongan, suku, atau
daerah. Kedudukan Wawasan Nusantara sendiri berada dalam Hirarki Paradigma
Sosial, dimulai dari:
Dalam mewujudkan nasionalisme yang tinggi itu bukanlah hal yang mudah,
dimana dengan adanya globalisasi saat ini mengakibatkan liberalisasi serta
dominasi pasar bebas. Buku berjudul Nasionalisme dan Ketahanan Budaya
Indonesia: Sebuah Tantangan yang dibuat oleh M. Azzam Manan berupaya
mencari sebuah solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Jika mengacu pada pengertian wawasan nusantara, sebenarnya fungsi utama dari
wawasan nusantara adalah sebagai panduan, pedoman, acuan bagi bangsa
Indonesia dalam bernegara. Fungsi wawasan nusantara sendiri terbagi lagi ke
dalam 4 kategori, yaitu:
166
• Wawasan Kewilayahan Indonesia: Termasuk pemahaman mengenai
batas wilayah Indonesia agar terhindar dari potensi sengketa dengan
negara lain.
• Wawasan Pembangunan: Dengan beberapa unsur di dalamnya, seperti
sosial politik, kesatuan politik, pertahanan serta keamanan negara,
ekonomi, dan sosial ekonomi.
• Konsep Ketahanan Nasional: Konsep ketahanan sosial yang memegang
peranan penting dalam perencanaan pembangunan, kewilayahan, serta
pertahanan keamanan nasional. 136
1. Asas Solidaritas
2. Asas Kejujuran
4. Asas Keadilan
Dengan adanya kesadaran pada tujuan serta kepentingan yang sama akan
menciptakan kerjasama antar elemen masyarakat. Kerjasama serta koordinasi
tersebut dapat dilaksanakan atas dasar kesetaraan agar terciptanya efektivitas
dalam mencapai tujuan bersama.
168
Hal ini bisa atau dapat dilakukan dengan tindakan nyata sehari-hari yang
mencerminkan nilai-nilai religius, kekeluargaan, serta menjaga persatuan sesuai
dengan Pancasila. Sikap cinta tanah air yang diwujudkan dengan adanya sikap
yang lebih menitikberatkan pada kepentingan bangsa serta negara di atas
kepentingan pribadi, golongan, serta agama. Mewujudkan pembangunan bangsa
dengan tindakan nyata serta prestasi. Berikut penerapan wawasan Nusantara dan
Tantangan yang dihadapi dalam perwujudannya di era:
Otonomi daerah sendiri diharapkan dapat atau bisa menciptakan segala macam
upaya keadilan ekonomi ini Partisipasi seluruh masyarakat Indonesia dibutuhkan
dalam pembangunan ekonomi. Hal ini kemudian akan didukung dengan
pemberian fasilitas kredit mikro guna mengembangkan usaha kecil.
Hal ini bisa atau dapat dilakukan dengan tindakan nyata sehari-hari yang
mencerminkan nilai-nilai religius, kekeluargaan, serta menjaga persatuan sesuai
Otonomi daerah sendiri diharapkan dapat atau bisa menciptakan segala macam
upaya keadilan ekonomi ini Partisipasi seluruh masyarakat Indonesia dibutuhkan
dalam pembangunan ekonomi. Hal ini kemudian akan didukung dengan
pemberian fasilitas kredit mikro guna mengembangkan usaha kecil
172
IPTEK, peningkatan kualitas SDM, memberantas KKN, transparan dan
pemeliharaan persatuan.
Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End of Nation State
menyatakan dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara
dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu
negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi,
investasi, industri dan konsumen yang semakin individual.
2. Kapitalisme
Lester Thurow dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan untuk dapat
bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu
keseimbangan (balance) antara paham individu dan sosialis.
3. Pemberdayaan Masyarakat
173
dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan adanya
keterbatasan kualitas SDM sehingga diperlukan landasan operasional berupa
GBHN. Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan hal ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan
masyarakat diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.
Setiap warga negara sesungguhnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam membela negara dan bangsa. Dengan konsep Wawasan Nusantara secara
geografis, kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh dengan
melihat kepada kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam. Demikian
info mengenai Wawasan Nusantara, semoga bermanfa
174
BAB 11.3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa
yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan
bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan
cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia diatur di
dalam bentuk UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera,
Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan. Peraturan adalah
petunjuk tentang tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Sedangkan Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai
kekuatan mengikat. Demikian pula dengan undang-undang atau peraturan negara.
Tujuan undang-undang dan peraturan negara adalah untuk mengatur dan
menertibkan perikehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan dikeluarkannya
undang-undang ini adalah untuk mengatur dan menertibkan pelaksanaan
pemerintahan daerah. Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki
kekuatan yang mengikat, artinya harus dilaksanakan. Saat ini, mengenai
peraturan perundang-undangan diatur berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan untuk jenis
produk hukum yang berbentuk Tindakan Administrasi Pemerintahan diatur
berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan dalam
rumah tangga, kerukunan dalam beragama, kerukunan dalam mayarakat, dan
kerukunan dalam berbudaya. Indonesia yang sangat luas ini terdiri dari berbagai
macam suku, ras, dan agama serta sangat rawan akan terjadinya konflik
pertikaian jika seandainya saja setiap pribadi tidak mau saling bertoleransi. Oleh
175
karena itu, mari memulai dari kita bersedia berkomitmen untuk mau
mengusahakan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai.
176
DAFTAR PUSTAKA
177
MAKALAH PANCASILA
Disusun oleh:
Fajar Afiatna
5371010121053
178
KATA PENGANTAR
Puja serta puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
anugerah yang di berikan. Sholawat salam mudah-mudahan selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang membawa kita
semua dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang, tidak lupa kepada
seluruh keluarga dan para sahabatnya.
Ucapan dan rasa terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pancasila sekaligus sebagai Ketua STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bapak Dr.
H. Muhammad Aiz, MH dan selurah sahabat mahasiswa mahasiswi yang selalu
memberikan motivasi baik berupa tenaga pikiran dan materi hingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini serta masyarakat warga kampung duabaris yang
sangat memberikan pengalaman dan wawasan dalam implementasi pancasila di
tengah masyarakat dengan kultur beragam.
Fajar Afiatna
179
BAB 12.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang sudah diketahui Pancasila sebagai pilar ideologi negara juga
bangsa maka harus bisa di aplikasikan dengan sederhana, secara makna
mendalam adalah penyesuaian segmentasi yang tepat sasaran. Dari itulah dasar
negara kesatuan republik indonesia (NKRI) mudah dipahami.
Perihal arus utama yang menjadi kunci bahwasanya Pancasila bisa dipahami serta
diamalkan masyarakat indonesia, “Butuh penguatan dalam menananmkan
ideologi Pancaasila, baik secara struktural maupun kultural. Untuk generasi
milineal misalnya,harus dapat menghadirkan konten-konten yang
menggambarkan nilai-nilai Pancasila”.139
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pancasila dan Sejarahnya.
2. Pancasila dan perkembangannya
3. Pendidikan Pancasila dalam Perjalananya
4. Dinamika Pancasila di era digital
5. Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Digital
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah sebagai berikut
Dalam makna mendalam haruslah sesuai butir-butir pancasila yang tentunya bisa
serta mudah dipahami oleh generasi milenial sehingga mampu menjaga ke
Bhinekaan, karena sudah semestinya sadar secara kebutuhan hidup dalam satu
ruang, satu ketikan, atau di ujung jari jemari.
Menyadari itu semua kita teringat bagaimana pendidikan Pancasila itu diberikan
dalam alur sejarahnya kisaran tahun 1975, yang dikenal PMP, kemudian
bertransformasi di tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganergaraan (PPKN), Pasca Orde baru atau yang dikenal Reformasi PPkn
berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) dengan mengganti kata
Pancasila karena masih bernuansa Orde Baru.
Jika kita mengupas lebih dalam perjalanan Pendidikan Pancasila tentu akan
menemukan PMP yang berisi materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam
pedoman penghayatan dan pendidikan bisa menjalankan peran strategis ini
dengan internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui pembenahan kurikulum141.
Karena memang keterbukaan bahan belajar kini sudah secara luas dan mudah
diakses oleh siapa pun, dimana pun serta kapan pun. Jadi tanpa Guru pun murid-
murid atau generasi sangatlah bisa memperoleh pengetahuan jenis apapun yang
di butuhkan, dalam satu bentuk yaitu telpon pintar (smart phone).
Di Era Evolusi industri 4.0, para guru dituntut untuk sanggup menularkan sikap
dan budaya kreatif kepada siswa. Kaena itu guru tetaplah guru, tidakbisa
digantikan oleh mesin secanggih apapun. Dia harus memiliki kemampuan
responsif pada perkembangan teknologi,termasuk memiliki sikap dan budaya
kreatif yang bisa di tularkan kepada siswa. Guru tetap abadi menjadi profesi mulia
untuk membentuk karakter anak bangsa dengan budi pekerti yang luhur, toleransi
dan nilai-nilai kebaikan. Guru mempunyai kemampuan menumbuhkan empati
sosial, membangun imajinasi, membangun kreativitas serta mengukuhkan
semangat persatuan dan kesatuan143.
183
menyajikan materi esensi Pancasila. Dengan memunculkan inovasi kreatifitas
serta metode yang sesuai dengan konteks kekinian menggunakan platform media
sosial. Pengajaran Pancasila tidak didapatkan dengan instan karena ada
keterkaitan pada tiap elemen. Tantanganya bagaimana dapat mengaktualisasi
esensi Pancasila pada hal-hal yang konkret bukan sekedar teori saja.
B. Internalisasi Pancasila
Pembahasan perihal Internalisasi Pancasila atau Penghayatan mendalam
Pancasila ini akan berkesinambungan dengan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa serta bernegara. Yang tersublim kepada pemenuhan hak pendidikan
dan juga mengharuskan pedoman penghayatan bahwasanya lembaga pendidikan
bagian dari penerapan nilai-nilai pancasila.
Melalui butir-butir pancasila dari sila pertama hingga ke lima sudah sangat
dipastikan bisa mengikuti perubahan zaman serta tantangan tidak boleh
melupakan faktor-faktor yang membuat penghayatan Pancasila seakan
ketinggalan zaman, terlebih menyangkut dalam kurikulum pendidikan formal,
dari usia dini,dasar dan menengah, seyogianya mengajak peserta didik atau
generasi agar dapat mengolah diri, dalam berinteraksi dengan sesama warga
bangsa.
Meskipun di era digital ini tidak menutup kemungkinan menjadi ekstrem politik
identitas belakangan ini sehingga berakibat pada keterbelahan masyarakat
melalui penggiringan opini, informasi dalam bentuk apapun
Sebagaimana disadari pasca orde baru atau yang disebut reformasi, laju
kembangnya informasi begitu cepat atau masive tentu semua lapisan masyarakat
merasakan bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana informasi menjadi
ujung tombak dalam segala aspek kehidupan.
184
Sehingga perihal ideologi dasar negara dan bangsa bisa menjadi seperti ranah
strategis juga sasaran empuk bagi pihak-pihak yang ingin menyalahgunakan
falsafah negara atau memelintirkan Pancasila, terlebih di era digital maka itu
sudah semestinya Pancasila serta nilai-nilai hadir di ruang digital.
Hidup dalam perkembangan teknologi memang hampir tidak mungkin bisa lepas
dari benda yang sekarang dikenal gadget,handphone, dalam satu istilah
smartphone. Maka dari itu pemanfaatan dunia digital sudah menjadi salah satu
metode pilihan untuk bisa membumikan Pancasila kepada para generasi milenial.
Lebih dari itu jika membuka data negara-negara pengguna media digital atau
internet, Indonesia masuk peringkat kelima sebagai pengguna terbesar di
dunia,oleh sebab itu bisa dikatakan bentuk bela negara tidak hanya penting di
masa revolusi kemerdekaan, tetapi bisa di aplikasikan masa kini.
Kelima butir Pancasila itu semakin digali, dipilih kemudian kristalisasi dari
sekian banyak nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga
disepakati menjadi dasar negara.
Pancasila tidak boleh hanya sebatas realitas simbolik yang tidak bisa diandalkan
dan hadir dalam ruang-ruang keseharian. Pancasila harus menjadi yang terdepan
untuk membela hak-hak warga negara kemudian semakin mengurangi adanya
diperlakukan tidak adil. Disinilah perlunya sosialisai nilai-nilai Pancasila.
Kita tentu tau Pendidikan Moral Pancasila dan budi pekerti harus mulai diajarkan
sebagai pelajaran wajib dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pendidikan Pancasila secara serius harus dijalankan oleh ahlinya di seluruh
institusi pendidikan. Maka perihal ini menjadi urgensi baik jangka pendek,
menengah, hingga panjang kebijakan negara demi menghadapi tantangan
radikalisme transnasional. Jika tidak, bangsa ini akan mudah terpecah belah.
Juga penting bagi elit politik, tokoh bangsa , pejabat negara, ASN (aparatur Sipil
Negara) untuk memberikan contoh mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
bentuk kehidupan keseharian mereka.
188
Maka kita akan dihadapan dua persoalan substansial penolakan RUU HIP, yakni
terkait tidak dicantumkanya konsiderans TAP MPRS tentang pelarangan
komunis, dan Pancasila yang diperas menjadi trisila, bahkan ekasila.
Dua inilah yang menjadi pemantik kehebohan, menimbulkan banjir kritik dan
pro-kontra di masyrakat. Taruhanya sangat besar bila pro-kontra RUU HIP itu
dibiarkan tanpa terkendali. Ada potensi pertentangan ideologis yang amat
mungkin malah akan membawa bangsa ini mundur, dan butuh energi sangat besar
untuk mengembalikannya.
189
DAFTAR PUSTAKA
De Santo, John. 2019. Peran Guru pada Era Digital. Kompas, 19/6/2019. Hal. 7.
Prasetyo, Andhika. 2020. Jokowi Tegaskan Lagi Pancasila Sudah Final. Media
Indonesia, 20/6/2020. Hal. 1. Rahayu, Ani Sri, 2017. Pendidikan Pancasila &
Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Bumi Aksara.
Sahrasad, Herdi dalam Kompas. 2018. Kekhilafahan Virtual dan Ancaman Masa
Depan. Kompas, 23/11/2018. Hal. 7.
190
Samekto, Adji. 2020. Pancasila Ideologi dan Filosofi Terbaik Bangsa. Media
Indonesia, 20/7/2020. Hal. 1.
Sutrisno, Tri. 2020. Pancasila Filter Pengaruh Arus Globalisasi dan Informasi.
Media Indonesia, 17/7/2020. Hal. 3.
Zaini, A. Helmy Faishal. 2020. Islam dan Pancasila. Kompas, 25/6/2020. Hal. 6.
191
BENTURAN HAM DAN KETERLIBATAN SEKTOR BISNIS SERTA
SERANGANYA
Disusun oleh:
Munadi Abid
5371010121052
192
KATA PENGANTAR
Pujian serta rasa syukur terus di panjatkan kepada Ilahi Rabb yang senantiasa
memberikan beragam Hak dalam sendi-sendi kehidupan kepada seluruh ummat
manusia lintas agama,suku,budaya, dan warna kulit. Untuk itu saya menyusun
makalah ini sesuai judul atau pilihan tema dari Pak Dosen Dr. H. Muhammad
Aiz, MH Juga selaku Ketua STIT Al-Marhalah Al-Ulya.
Bagi saya dengan di Utusnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Salam untuk
menegakan Hak Asasi Manusia yang mana tidak hanya untuk Umat Islam
melainkan Juga kepada seluruh manusia, beranjak dari itulah saya berupaya
menghadirkan sumber-sumber HAM di negara kesatuan republik indonesia.
Saya berterima kasih kepada Para Sahabat-sahabat saya yang senantiasa
memotivasi diri saya agar bisa terus semangat mengikuti perkuliahan dengan
segala dinamika kehidupan.
Munadi Abid
193
BAB 13.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan pembela Hak asasi manusia dan lingkungan memainkan peran
yang penting dalam mengawasi, melaporkan para pelaku bisnis, korporasi dan
investor mengenai potensi dampak negatif dari aktivitas bisnis mereka : baik yang
berpotensi merusak lingkungan hidup, hak asasi manusia, bahkan keungan dan
keberlanjutan usaha.
Sayangya pembela HAM yang bekerja untuk mempromosikan penghormatan
pada hak asasi manusia dan mendorong pertanggungjawaban negara dan
perusahaan atas pelanggaran HAM kerap kali menghadpi berbagai risiko
keselamatan dan tantangan dalam kerja-kerja mereka. Di Sektor bisnis,
khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan, para pembela HAM sangat
rentan mengalami tindakan pembalasan dari pemerintah maupun perusahaan,
baik berupa penolakan, penganiyaan, ancaman, pemindaan, bahkan serangan
yang mematikan atau pembunuhan.
Organisasi Business & Human Rights Resource Centre (BHRC) mencatat sejak
2015 ada setidaknya 1200 kasus serangan terhadap pembela HAM, termasuk 400
kasus pembunuhan147. Pada contoh kasus lain serangan atau pelanggaran HAM
tak hanya menyasar kepada aktivis serta jurnalis, melaikan juga kepada
organisasi advokasi pertambangan, organisasi lingkungan, serta organisasi akar
rumput lainya. Dalam hal ini dilakukan misalnya dengan menghalangi
pendanaan, memasukkan ke dalam daftar hitam untuk menghalangi akses atas
147““Shared Space Under Pressure: Business Support for Civic Freedoms and Human Right
Defenders”
Business & Human Rights Resource Centre. Guidance for Companies (August 2018). Dapat
diakses
melalui https://www.business
humanrights.org/sites/default/files/documents/Shared%20Space%20Under%20 Pressure%20-
%20Business%20Support%20for%20Civic%20Freedoms%20and%20Human%20Rights%20Def
ender
s_0.pdf
194
informasi publik, serta membatasi area kerja termasuk focus issue dan kelompok
sasaran program advokasi buruh148
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelanggaran HAM terjadi kepada pembela HAM dalam
pusaran bisnis pertambangan, perkebunan, organisasi masyrakat sipil,
advokasi pertambangan,perkebunan.
2. Keterlibatan sektor bisnis dalam serangan terhadap HAM
3. Penggunaan Perundang-undangan dan kebijakan di sektor tambang
danperkebunan untuk menyerang pembela HAM dan membungkam
organisasi masyarakat sipil
4. Bentuk-bentuk Serangan kepada Pembela HAM dan Pengkerdilan Ruang
Kebebasan Sipil
C. Tujuan
148“Shared Space Under Pressure: Business Support for Civic Freedoms and Human Right
Defenders”
Business & Human Rights Resource Centre. Guidance for Companies (August 2018). Dapat
diakses
melalui https://www.business
humanrights.org/sites/default/files/documents/Shared%20Space%20Under%20 Pressure%20-
%20Business%20Support%20for%20Civic%20Freedoms%20and%20Human%20Rights%20Def
ender
s_0.pdf
195
BAB 13.2
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Konteks serta konteks mata rantai bisnis
sektor pertambangan dan perkebunan juga potensi resiko
terjadinya serangan terhadap pembela HAM.
Di pembahasan ini saya merujuk berdasarkan kepemilikan izin serta
kontrak, pemerintah mencatat sampai tahun 2018 setidaknya ada 2517 izin usaha
pertambangan sekitar 2500 perusahaan perkebunan di Indonesia-didominasi oleh
perusahaan kelapa sawit sejumlah 1756 perusahaan. 149. perihal kedua sektor
tersebut selama ini merupakan salah satu penyumbang terbesar pendapatan
negara, menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar menggerakan roda
perekonomian secara signifikan. Industri kelapa sawit sendiri menyerap 16 juta
pekerja 150.
Namun, di balik sejumlah manfaat tersebut, industri pertambangan serta
perkebunan mengandung berbagai persoalan sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Mulai dari lemahnya pengawasan dan juga konflik pengelolaan lahan, itupun
termasuk kontribusi mereka pada deforestasi, berbagai pelanggaran hak asasi
manusia seperti kekerasan, pengusiran paksa, kriminalisasi dan konflik sosial,
praktik pertambangan ilegal, serta korupsi yang teramat masif 151.
149 Extractive Industries Transparency Initiatives (EITI) Indonesia Report 2016 dapat diakses
melalui
https://eiti.org/document/2016-eiti-indonesia-report ; 2017
http://eiti.ekon.go.id/2017report/EITIBuku2.pdf ;
https://www.bps.go.id/statictable/2013/12/31/1668/jumlah-perusahaan-perkebunan-besar-
menurut-
jenis-tanaman-2000-2018-.html
150 Ansori, Munib. (3 Mei 2017). Indonesia Ajak Asean Lawan Kampanye Hitam Kelapa Sawit –
dan
Auriga (2019). Dapat diakses melalui https://www.jatam.org/wp-
content/uploads/2018/12/COALRUPTION.pdf
196
B. Kampanye dan Budaya Stigma Negatif terhadap Pembela
HAM,Organisasi Masyrakat Sipil dan serikat Buruh.
Pandangan atau persepsi negatif perihal peran dari pembela HAM,
Organisasi Masyarakat sipil juga serikat buruh kerap menciptakan sentiman dan
sikap anti HAM dari kalangan bisnis. Tercipta sikap aktif untuk mencegah
pekerja ambil bagian dalam proses perorganisasian, bergabung dengan serikat
buruh, pelecehan juga intimidasi, sampai pemberangusan serikat pekerja itu
sendiri. Kegiatan serikat buruh juga menjadi lebih sulit karena kebebasan
berekspresi serta mengemukakan pendapat dibatasi. Atau ada norma budaya yang
dipelihara oleh perusahaan untuk mengintimidasi buruh supaya tidak berbicara
dan itu mengemukakan pendapatnya secara terbuka.
Lebih dari itu, secara demografi pekerja tertentu ( perkerja perempuan, anggota
kelompok minortitas, migran, pekerja informal atau pekerja muda ) dipastikan
akan berhadapan dengan tantangan tertentu jika senantiasa dipinggirkan. Hal ini
pada gilirannya dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan
advokasi serta berjanringan dengan gerakan sosial serta HAM lainnya.
C. Penggunaan perundang-undangan serta kebijakan di sektor
tambang serta perkebunan untuk menyerang pembela HAM dan
membungkam organisasi masyrakat sipil
Adapun sejumlah ketentuan secara perundang-undangan yang acap kali
digunakan untuk melakukan kriminalisasi, diantaranya:
• Kitab Undang-undang Hukum Pidana khususnya pasal 368, 406, 160, 170 jo
55;
• UU No.18/2013 tentang Pencegahan Pemberantasan Perusakan Hutan: Pasal
82 ayat (1) dan (2) huruf c, Pasal 94 ayat (1);
• UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
• UU No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara , serta Lagu
Kebangsaan, Pasal 24 huruf (a) jo Pasal 66 ayat (2) huruf c, dan pasal 94 (1)
• UU No. 27/1999 tentang Perubahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
yang berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan Negara, pasal 107a.
197
Dari paparan serangkaian penggunaaan perundang-undangan telah kita ketahui
bahwasnya ketidak berpihakan serta lemahnya penegakan hukum dapat
merintangi bahkan membatasi peran para pembela HAM. Hal semakin relevan
ketika pemerintah melonggrakan banyak aturan, contohnya terkait hak buruh,
masyrakat adat, juga lingkungan, itu dalam rangka mendongkrak agar minat
investasi asing terus ada. Selain itu pula banyak pelaku bisnis yang sekedar
memastikan ketaatan hukum hanya pada sekumpulan hukum nasional tanpa
kembali kroscek kesesuaian aturan hukum tersebut dengan ukuran standar
internasional.
Jika kita mau membuka lembaran catatan dalam rentan tahun 2007-2010 sawit
Watch mencatat 2357 kasus kriminalisasi Petani Sawit akibat UU Perkebunan.152
Selain itu terdapat beberapa kebijakan yang merintangi juga menghambat para
pembela HAM dan CSOs.
152 Laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2.357 Kasus Kriminalisasi Petani
Sawit
Akibat UU Perkebunan, 25 April 2011, Dapat diakses melalui
https://disbun.kaltimprov.go.id/artikel/2-357-kasus-kriminalisasi-petani-sawit-akibat-uu-
perkebunan
153 Permendagri No.56/2017 dapat diakses melalui
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1051-2017.pdf
198
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2016 tentang Organisasi Kemasyarakatan
yang didirikan oleh Warga Negara Asing.
Dengan adanya ketentuan seperti itu justru memberikan kewenangan lebih
kepada pemerintah untuk melakukan pengawasan secara berjenjang, berawal atau
mulai dari tingkat pusat hingga kota (pasal 9 (1). Pengawasan dilakukan tidak
hanya oleh kementrian dalam negeri tetapi oleh Tim Terpadu beranggotakan
pejabat setingkat eselon 1 dari Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum
dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian
Agama, Mabes POLRI, Kejaksaan Agung RI, Mabes TNI hingga Badan Intelejen
Negara ( Pasal 14 ayat (1) ). Sementara itu, pihak Kementerian Luar Negeri
mengkoordinasikan Pengawasan terhadap ormas berbadan hukum yayasan asing
(pasal 11).
Ada hal yang perlu di cermati juga yakni keterlibatan aparatur atau Pengamanan
Negara seperti Polri, TNI dan BIN, ini suatu Problematik karena menggambarkan
tidak jelasnya mekdanisme pengawasan yang hendak dilakukan. Jika kita
merujuk pasal akan muncul pasal 3,Pasal 5, 6, 7 dan 8 yang pada Intinya
bersandar pada informasi serta pengaduan masyarakat. Karena tidak ada
penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana pengaduan dalam bentuk-bentuk
yang bisa terverifikasi kemudian bisa diteliti lebih jauh guna menghindari
kekeliruan maupun kesewang-wenangan.
Dari itu bisa berpotensi disalahgunakan dengan maksud serta tujuan untuk
menjadi alat kepentingan Politik Tertentu. Dengan adanya sejumlah aturan
tersebut yang berbentuk pengawasan terhadap organisasi masyarakat sipil
terjadilah secara signifikan risiko ancaman kepada para pembela HAM.
199
penganiyaan, dan juga penggunaan mekanisme hukum untuk membungkam serta
menghalangi kerja-kerja pembela HAM.
Salah satu cara yang paling umum digunakan oleh para penyerang HAM adalah
dengan mendelegitimasi kerja mereka dengan tujuan meruntuhkan reputasi dan
menciptakan citra negatif para Pembela HAM di depan publik. Serangan seperti
ini tidak hanya menyasar para aktivis perseorangan tetapi juga menyasar lembaga
besar yang sangat dikenal oleh publik seperti Greenpeace, Walhi, YLBHI, dan
Jatam.
Bahkan serita buruh Indonesia, termasuk di sektor pertambangan dan perkebunan
juga kerap kali menjadi sasaran framing dan stigma. Berbagai stigma yang umum
dikaitkan atau diletakan kepada serikat buruh misalnya: pembuat masalah, tukang
demonstrasi dan pemungut iuran, anarkis, biang keladi kemacetan, biang kerok,
perusak iklim investasi dan berbagai tuduhan lainnya. betapa kuatnya framing
dan stigma itu sehingga berdampak pada kelas pekerja itu sendiri yang kemudian
mempengaruhi sesama pekerja sehingga enggan untuk bergabung menjadi bagian
serikat pekerja.
Beberapa organisasi yang bekerja di sektor pertambangan seperti JATAM juga
mengalami serangan pembingkaian atau stigmatisasi. Citra yang diletakan
kepada JATAM adalah Provokator dan bagian dari konspirasi modal asing.
Tulisan-tulisan yang menyerang kredibilitas Jatam dapat dengan mudah diakses
di Internet. Salah satu tulisan di Kompasiana.com terang-terangan menuduh
JATAM sebagai bagian dari konspirasi Internasional154.
Seperti yang dialami oleh Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) dan Greenpeace juga kerap menjadi sasaran tuduhan dan kampanye
negatif dengan tuduhan sebagai antek asing dan penghambat investasi. Di tempat
154
Nita Au Batuwael, Jatam – Bagaimana NGO di Indonesia?, 26 Maret 2012, Dapat diakses
melalui
https://www.kompasiana.com/nitaaubatuwael/550ead73a33311b12dba830a/jatam-bagaimana-
ngo-
di-indonesia
200
lain, para pegiat lingkungan di daerah Banyuwangi menghadapi tuduhan
komunis, label yang melekat dan efektif digunakan selama Orde Baru berkuasa155
BAB 13.3
PENUTUP
c. Kesimpulan
Sampailah kita pada bab penutup saya memberikan kesimpulan sektor
Industri Pertambangan dan Perkebunan memiliki karakteristik kerentanan serta
risiko tinggi untuk terjadinya serangan atau tindakan pembalasan terhadap
pembela HAM.
Terdapatlah sejumlah indikasi awal yang mengarah pada kesimpulan mengenai
dugaan keterlibatan langsung maupun tidak langsung perusahaan tambang dan
perkebunan dalam serangan terhadap pembela HAM dan upaya-upaya
pengkerdilan ruang kebebasan ruang sipil.
155
Fadiyah Alaidrus, tirto.id, Jatam : Isu Komunis Budi Pego Bentuk Kriminalisasi Aktivis
Tambang,
201
Daftar pustaka
Shared Space Under Pressure: Business Support for Civic Freedoms and Human
Right Defenders”Business & Human Rights Resource Centre. Guidance for
Companies (August 2018). Dapat
diaksesmelaluihttps://www.businesshumanrights.org/sites/default/files/documen
ts/Shared%20Space%20Under%20Pressure%20%20Business%20Support%20f
or%20Civic%20Freedoms%20and%20Human%20Rights%20Defenders_0.pdf
Shared Space Under Pressure: Business Support for Civic Freedoms and Human
Right Defenders”Business & Human Rights Resource Centre. Guidance for
Companies (August 2018). Dapat diaksesmelalui https://www.business
humanrights.org/sites/default/files/documents/Shared%20Space%20Under%20
Pressure%20%20Business%20Support%20for%20Civic%20Freedoms%20and
%20Human%20Rights%20Defenders_0.pdf
Laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2.357 Kasus
Kriminalisasi Petani SawitAkibat UU Perkebunan, 25 April 2011, Dapat diakses
melalui
https://disbun.kaltimprov.go.id/artikel/2-357-kasus-kriminalisasi-petani-sawit-
akibat-uu-perkebunan
Extractive Industries Transparency Initiatives (EITI) Indonesia Report 2016
dapat diakses melalui https://eiti.org/document/2016-eiti-indonesia-report ; 2017
http://eiti.ekon.go.id/2017report/EITIBuku2.pdf ;
https://www.bps.go.id/statictable/2013/12/31/1668/jumlah-perusahaan-
perkebunan-besar-menurut-jenis-tanaman-2000-2018-.htmlAnsori, Munib. (3
Mei 2017). Indonesia Ajak Asean Lawan Kampanye Hitam Kelapa Sawit –
Perdagangan Internasional. http://www.neraca.co.id/article/84449/perdagangan-
internasional-
indonesia-ajak-asean-lawan-kampanye- hitam-kelapa-sawit
202
Permendagri No.56/2017 dapat diakses melalui
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1051-2017.pdf
Coalruption: Elit Politik dalam Pusaran Bisnis Batu Bara. Laporan Greenpeace,
ICW, Jatam, dan Auriga (2019). Dapat diakses melalui
https://www.jatam.org/wp-
content/uploads/2018/12/COALRUPTION.pdf
Nita Au Batuwael, Jatam – Bagaimana NGO di Indonesia?, 26 Maret 2012, Dapat
diakses melalui
https://www.kompasiana.com/nitaaubatuwael/550ead73a33311b12dba830a/jata
m-bagaimana-ngo-di-indonesia
Fadiyah Alaidrus, tirto.id, Jatam : Isu Komunis Budi Pego Bentuk Kriminalisasi
Aktivis Tambang,
203
“ HARMONISASI KEBEBASAN BERPENDAPAT dan KEWAJIBAN
BERETIKA DALAM DEMOKRASI ERA TEKNOLOGI”
Diajukan Sebagai
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
2022/2023
204
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “HARMONISASI KEBEBASAN
BERPENDAPAT dan KEWAJIBAN BERETIKA DALAM DEMOKRASI
ERA TEKNOLOGI” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
205
BAB 14.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai suatu sistem hasil cipta karsa manusia dalam
pengaplikasiannya demokrasi harus menerima realita bahwa tatanan
kehidupan akan terus mengalami perubahan, di era reformasi ini teknologi
kian maju salah satu dampak positifnya adalah kemudahan mengakses
informasi, salah satu platfrom untuk mengakses informasi bisa berupa media
sosial yang kemudian sangat digandrungi bahkan lintas usia, media sosial
membentuk superioritas baru dalam pembentukan ranah piblik dewasa ini,
dibandingkan dengan media konvensional, media sosial memiliki potensi
yang besar dalam produksi dan persebaran informasi secara lebih egaliter 156.
media sosial menjadi media baru dalam rangka pemanfaatan media
komunikasi. Pada mulanya komunikasi di media sosial hanya sebatas
interaksi perorangan kemudian dewasa kini kian berkembang dan beralih
fungsi hingga media sosial dimanfaatkan sebagai sarana untuk
menyampaikan pendapat, aspirasi ataupun respon berupa kritik, Dalam
media sosial, seseorang punya hak berpendapat yang sangat bebas hal ini
yang membuat permasalah baru muncul, munculnya berita bohong atau hoax,
ujaran kebencian maupun diskriminatif kelompok, bulyying dll, yang
kesemuanya itu merupakan tindakan dalam bermedsos yang tidak
mengindahkan aspek etika dalam kebebasan berpendapat.
Kebebasan berpendapat dan kewajiban untuk beretika, keduanya tidak
bisa dipisahkan dalam proses demokrasi, hal ini yang kemudian menjadi
alasan pentingnya mempelajari kedua aspek ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kebebasan berpendapat dalam demokrasi?
156 Rahmawati, D. (2014). Media sosial dan demokrasi di era informasi. Jurnal Vokasi Indonesia,
2(2), http://dx.doi.org/10.7454/jvi.v2i2.40
206
2. Bagaimana Negara Indonesia mengatur kebebasan berpendapat dalam
proses demokrasi?
3. Bagaimana aturan dalam kebebasan berpendapat ?
4. Apa saja permasalahan yang muncul akibat kebebasan berpendapat di
media sosial?
5. Bagaimana upaya negara dalam menangani dampak negatif akibat
kebebasan berpendapat di media sosial?
C. Tujuan
1 Mengetahui hal mendasar terkait kebebasan berpendapat dalam
demokrasi
2 Mengetahui tantangan demokrasi di era digital
3 Mengetahui pemaslahan Negara Indonesia dalam proses demokrasi di
era digital
4 Mengetahui cara negara menangani berbagai macam permasalahan
demokrasi akibat era digital
207
BAB 14.2
PEMBAHASAN
A. Kebebasan Berpendapat Dalam Sistem Demokrasi
Salah satu elemen penting demokrasi adalah kebebasan berpendapat,
dalam demokrasi kebebasan berpendapat sebagai sebuah bentuk partisipasi
publik untuk melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk politis yang terdapat
dalam sebuah tatanan negara dan juga dalam rangka pemenuhan hak – hak
hidupnya yang dijamin oleh negara, hal yang mendasar ini yang kemudian
menjadi gagasan Aristoteles dalam membentuk sebuah konsep pemerintahan
demokrasi, model rumah tangga yang menjadi analogi Aristoteles, ketika orang
tua memimpin rumah tangga untuk kepentingan anak-anaknya, dan bukan untuk
kepentingan orang tuanya saja, untuk memperoleh kebaikan dan keuntungan
bersama, dalam model demokrasi masyarakat yang demokratis adalah mereka
yang punya peran dalam terwujudnya demokrasi yang ideal, masyarakat dituntut
untuk menunjukkan partisipasinya baik itu dalam bidang politik maupun yang
lainnya, hal ini demi terwujudnya tujuan demokrasi yakni kebaikan bersama,
demokrasi memberikann ruang yang sebegitu luas bagi masyarakat untuk
mengutarakan pendapatnya, bekrekspresi, berkumpul serta berserikat, demokrasi
mengisyaratkan adanya keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan,
adanya persamaan hak diantara warga negara, adanya kebebasan dan
kemerdekaan yang diberikan pada atau dipertahankan dan dimiliki warga negara,
adanya sistem perwakilan yang efektif, dan adanya pemilihan yang menjadi
dihormatinya prinsip ketentuan mayoritas. 157 Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran
dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi,
merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan
157 Fatah, R.E.S. (1994). Masalah dan Prospek Demokrasi Indonesia. Ghalia Indonesia: Jakarta.
mencerdaskan kehidupan bangsa, 158 Kebebasan berpendapat dan berekspresi
mendorong terciptanya masyarakat yang maju yang terus berfikir seiring
berkembangnya zaman dan juga akan terciptanya negara yang maju dan
berkembang Kebebasan berpendapat dan berkespresi dinilai penting karena
empat hal yaitu:
159 Marwandianto dan Helmi Ardani Nasution, Hak atas Kebebasan Berpendapat dan Berekpresi
dalam Koridor Penerapan Pasal 310 dan 311 KUHP, Jurna Ham, Vol. 11, Nomor, 1 April 2020,
hlm. 2 , http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.1-25
209
memandang status didepan hukum (egaliter), Kebebasan berpendapat yang
emrupakan hak secara umum telah diatur dalam HAM hal ini tercantum dalam
pasal 1 dan 2 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia “ semua orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”,
“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum
di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-
usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan
lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik,
hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang
berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah
perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain.”
Kemudian dalam pasal lainnya yang terdapat dalam DUHAM sebagai salah satu
instrumen hukum internasional yang berkaitan dengan kebebasan berpendapat
secara khusus disebutkan dalam pasal 19 “setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hak ini termasuk kebebasan
mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk
mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-
pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas”. Sedangkan
dalam aturan hukum dalam negri jamiann hak dalam hal ini diterangkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) tentang hak asasi manusia terdapat
pada pasal 28 E sebagai berikut :
210
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F :
160 Hsb, M. (2021, April 24). HAM DAN KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM UUD
1945. AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum, 2(1), 29 - 40.
https://doi.org/https://doi.org/10.47776/alwasath.v2i1.135
211
cetak telah terdistrupsi oleh hadirnya media sosial, media sosial dapat diartikan
sebagai sebuah alat untuk berinteraksi dengan orang lain didunia online, media
sosial juga hadir dalam komunikasi dua arah, artinya antara orang yang
berkomunikasi dan objek orang yang dijadikan tujuan komunikasi mempunyai
hubungan timbal balik yakni objek komunikan dapat merespon kepada subjek.
Gambar 1.2 data tren pengguna internet dan media sosial pada tahun 2022
di Indonesia
(Sumber : https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-
digital-report-2022/)
212
Gambar 2.2 Pengaruh platform media sosial terhadap kebebasan
berpendapat didunia tahun 2019
(Sumber :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/06/14/survei-cigi-media-
sosial-dapat-meningkatkan-kebebasan-berpendapat)
213
dapat mengurangi kebebasan berpendapat sedangkan 25% responden
menganggap medsos tidak berdampak apapun. Pernyataan sebaliknya yang
menganggap medsos dapat mengurangi kebebasan berpendapat tertinggi terjadi
di Turki dengan 37% responden dan Rusia sebesar 27%. Sementara itu,
responden yang menganggap medsos tidak berdampak apapun paling banyak
terdapat di Jepang, yakni sebesar 62% dari total responden. 161
161 Dwi Hadya Jayani, “Survei CIGI: Media Sosial dapat Meningkatkan Kebebasan Berpendapat,”
last modified 2019, accessed June 28, 2022,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/06/14/survei-cigi-media-sosial-dapat-
meningkatkan-kebebasan-berpendapat
162 Rahmawati, D. (2014). Media sosial dan demokrasi di era informasi. Jurnal Vokasi Indonesia,
2(2), http://dx.doi.org/10.7454/jvi.v2i2.40
214
mengindahkan aspek etika hingga minimnya budaya literasi yang baik juga
menimbulkan dampak negatif laiinya yang berupa berita bohong atau hoax.
163 Hasfi, N., Sunyoto, U.,Santoso, H. P. (2017). Anonimitas di Media Sosial: Sarana Kebebasan
Berekspresi atau Patologi Demokrasi?. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(15),
https://doi.org/10.31315/jik.v15i1.2152.
215
Sebuah penelitian mengindentifikasi bahwa akun anonim memiliki
keterlibatan dalam memproduksi konten – konten sensitif berbau SARA terutama
dalam kontes politik, terutama yang terjadi saat pilpres tahun 2014 lalu, penelitian
ini menemukan bahwa akun Twitter anonim telah dipakai untuk alat kontestasi
politik antara pendukung Jokowi dan Prabowo. Akun anonim yang dalam
konteks negara demokrasi seharusnya dimanfaatkan publik untuk alat kebebasan
berekspresi tanpa rasa takut164 justru dimanfaatkan sebagai medium bagi elite
untuk sarana mencapai kekuasaan. Bahkan perdebatan politik antara akun Twitter
anonim justru menghadirkan kembali ideologi anti-demokrasi seperti
komunisme, fasisme dan zionisme yang dikemas dalam propaganda fear untuk
memunculkan ketakutan massa. Perdebatan politik juga bersifat elitis baik dari
perspektif isu yang dibawa maupun komunikator yang dilibatkan yang
memposisikan publik maya (netizen) hanya sebagai penonton perdebatan elite
semata. Dari sinilah peneliti berkesimpulan bahwa akun Twitter anonim dalam
konteks perdebatan politik selama pemilu presiden 2014 tidak mendorong proses
demokrasi namun menjadi patologi yang mendegradasi proses demokrasi. Dalam
penelitian ini patologi demokrasi dipakai untuk menggambarkan malfungsi
anonimitas akun Twitter yang seharusnya dapat dipakai sebagai sarana
menyuarakan kebebasan berekspresi publik tanpa rasa takut namun justru dipakai
untuk alat kepentingan kontestasi politik para elite.165
164 Akdeniz, Yaman. (2002). Anonymity, Democracy, and Cyberspace. Social Research, 69(1),
223-237
165 Hasfi, N., Sunyoto, U.,Santoso, H. P. (2017). Anonimitas di Media Sosial: Sarana Kebebasan
Berekspresi atau Patologi Demokrasi?. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(15),
https://doi.org/10.31315/jik.v15i1.2152.
216
Hate speech dalam bentuk provokasi dan semisalnya dapat memicu
terjadinya konflik, kebencian, bahkan bisa berujung pada tindakan kekerasan,
hate speech dalam dunia digital berupa konten – konten yang mengandung unsur
penghinaan, menghasut, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, pencemaran
nama baik dan hoax.
217
(Sumber : https://indonesiabaik.id/infografis/ujaran-kebencian-
tantangan-terbesar-negara-demokrasi-1)
Jika ditelaah konsep hate speech di media sosial dilakukan agar mereka
memiliki rasa aman menyampaikan sesuatu kebencian pada orang yang dibenci
karena mereka tidak akan berhadapan langsung dengan orang yang mereka benci,
hal ini juga dapat membentuk sebuah permasalahan mental, dengan berlindung
dibalik media untuk menjatuhkan seseorang.
218
kewajiban masyarakat serta sanksi dan pemidanaannya.166
Terdapat beberapa pasal di UU ITE yang berkaitan dengan konteks
demokrasi diantaranya Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 yang berbicara
mengenai mengenai kesusilaan, perjudian, penghinaan/pencemaran nama baik,
penyebaran kebencian,
Pasal 27
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.
(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau
pengancaman.
Pasal 28
166 Ikramina, T.Z.(2017) DAMPAK UU ITE DALAM DEMOKRASI DIGITAL: STUDI KASUS
KAMPANYE DIGITAL DALAM PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017, Thesis thesis
Universitas Airlangga.
219
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Pasal 29
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-
nakuti yang ditujukan secara pribadi.167
Peratuan ini dibuat dalam rangka melindungi hak warga negara agar
tetap bebas dalam melakukan partisipasi politik lewat media digital dan menjaga
agar hak warga negara tidak dilaksanakan dengan tidak adil. Hak individu
haruslah seimbang dan tidak boleh melanggar hak orang lain. Regulasi ini
menjaga agar praktek demokrasi tidak melanggar norma-norma yang ada.
220
3 Untuk memenuhi keadilan dan kepentingan umum sesuai dengan
pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
4 Tidak mengandung unsur propaganda.
5 Bersifat informatif dan bermanfaat.168
6 Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum
7 Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
8 Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum
9 Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa 169
168
Raskasih, F. (2020). BATASAN KEBEBASAN BERPENDAPAT MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK DALAM PERSPEKTIF HAM DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA
MENURUT UU ITE. Journal EQUITABLE, 5(2), https://doi.org/10.37859/jeq.v5i2.2462
169 Rusydi Sastrawan, Dwi Hadya Jayani, “Sejauh Mana Kebebasan Menyampaikan Pendapat”,
last modified 2019, accessed July 01, 2022, https://kumparan.com/rusydi_sastrawan/sejauh-mana-
kebebasan-menyampaikan-pendapat-1s3ghVhGvE0/1
221
sebagai penimbang baik buruknya sesuatu, sedangkan etika khusus adalah
pengimplementasian atas dasar prinsip – prinsip moral secara fungsional, etika
berpenapat sama halnya dengan etika komunikasi, Nilsen mengatakan bahwa
untuk mencapai etika komunikasi, perlu diperhatikan sifat-sifat berikut:
1. penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang
umur, status atau hubungannya dengan si pembicara,
2. penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud dan integritas orang
lain,
3. sikap suka memperbolehkan, keobjektifan, dan keterbukaan pikiran
yang mendorong kebebasan berekspresi,
4. penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional
terhadap berbagai alternatif, dan
5. terlebih dahulu mendengarkan dengan cermat dan hati-hati sebelum
menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan 171
Dalam amanah konstitusi, kebebasan berpendapat bukanlah kebebasan
absolut, tetapi tetap bersandar etika. Yang menuntun pada kebebasan yang
bertanggung jawab. Etika komunikasi penting diperhatikan dalam
menyampaikan pendapat, agar kritik dapat disampaikan dengan bijaksana
dengan mempertimbangkan aturan yang berlaku.
Aristoteles berpendapat terdapat tiga pondasi etika komunikasi yang
dapat dimanfaatkan sebagai landasan mengkritik yakni etos, pathos, dan logos.
• etos, dimaksudkan bahwa kritik yang disampaikan harus
memperhatikan nilai moral, kualitas dan kredibilitas yang berkaitan
erat dengan kejujuran orang yang mengkritik serta kemampuan atas
sesuatu yang disampaikan saat proses kritik.
• pathos berkaitan dengan kemampuan orang yang mengkritik mampu
membawa suasana emosional hingga kritik dapat dirasakan dengan
171 Nugroho, Y. (2008). Adopting Technology, Transforming Society: The Internet and the
Reshaping of Civil Society Activism in Indonesia. International Journal of Emerging
Technologies and Society 6 No.22
222
tepat.
• logos berkaitan substansi atau isi kritik, harus berdasarkan fakta serta
argumen yang logis
223
BAB 14.3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harmonisasi kebebasan berpendapat dan kewajiban beretika sangatlah
penting dalam bingkai demokrasi, karena keduanya merupakan korelasi yang
harus diimplementasikan dalam proses demokrasi.
224
DAFTAR PUSTAKA
226