Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ZALFAA YASA

KELAS : XII IPS 3


MAPEL : BAHASA INDONESIA
TUGAS : MENGANALISA ESAI

PARTITUR

PERNYATAAN PENDAPAT ( TESIS )

Setidaknya ada dua kontroversi yang menyelimuti Nobel Kesusastraan yang dianugerahkan
bersamaan kepada Olga Tokarczuk (2018) dan Peter Handke (2019) Kamis lalu (10/10).Pertama,
kritik terhadap ”lagi-lagi Eropa-Amerika”.
Meskipun setelah skandal pemerkosaan yang membuat penghargaan tahun lalu ditunda sempat ada
janji untuk melihat dunia secara luas dan beraneka.
Sejak 2013, penghargaan itu selalu dimenangi penulis Eropa-Amerika. Termasuk Kazuo Ishiguro
(2017) yang meskipun kelahiran Jepang, menulis dalam bahasa Inggris dan berkewarganegaraan
Inggris.
Kedua, Peter Handke dianggap dekat dan jadi pendukung Slobodan Milosevic yang dituduh sebagai
penjahat perang. PEN Amerika bahkan mengungkapkan kekecewaan atas pilihan Akademi Swedia
terhadap penulis Austria yang menulis dalam bahasa Jerman itu.

ARGUMEN

Di luar itu, membaca novel Flights karya Olga Tokarczuk, barangkali, bisa sedikit meredam dua
kontroversi tersebut. Dipilihnya Olga memang tak terlalu mengejutkan, kendati namanya tak terlalu
banyak diunggulkan. Terutama setelah tahun lalu novel tersebut memperoleh Booker Prize
Internasional.
”Hidup? Tak ada hal seperti itu; aku hanya melihat jalur-jalur, pesawat dan tubuh, dan perubahan
mereka di dalam waktu. Waktu, sementara itu, tampak serupa perangkat sederhana untuk mengukur
perubahan kecil, penggaris sekolah dengan skala sederhana — hanya memiliki tiga titik: lalu, kini,
dan akan.”
Novel penulis Polandia itu memang bisa diringkas sebagai kisah tentang ketercerabutan manusia,
yang tempat tinggal mereka hanyalah tempat-tempat persinggahan. Fragmen-fragmennya seperti
penjelasan tentang keterserakan ini. Rumah hanyalah salah satu tempat singgah, sebagaimana
bandara, tempat wisata, dan tentu saja lambung pesawat.
Buku itu bagi kebanyakan orang mungkin membingungkan. Apakah itu sebuah novel? Tak ada alur
tunggal yang jelas, seperti novel konvensional umumnya. Apakah itu kumpulan cerita pendek? Sulit
juga dikatakan demikian.Meskipun bagian-bagiannya berjudul, sering kali tak ada cerita di sana,
hanya deskripsi atau refleksi tentang sesuatu. Dari tendon achilles hingga tari perut, dari ulasan
tentang pulau hingga kereta untuk para pengecut.
Pada saat yang sama, bisa jadi justru kekacauan itu sangat akrab bagi pembaca masa kini. Bayangkan
kita membuka lini masa media sosial. Kita menelusuri banyak kisah, omelan, petatah-petitih,
provokasi, informasi, iklan, percakapan, apa pun dalam campur aduk yang tak beraturan. Kekacauan,
yang anehnya, bisa dinikmati banyak orang.
Itulah kenapa dalam kutipan yang saya catut, saya menerjemahkannya dari versi Inggris, ia
mengatakan hidup hanya ditandai oleh waktu. Persis media sosial: Segala hal patuh pada lini masa
dan tak memerlukan kerunutan dan kemanunggalan pembicaraan.
Jika pembicaraan di media sosial, terutama Twitter, Instagram, dan Facebook, dibayangkan sebagai
ekspresi terbaik zaman sekarang, saya bisa membayangkan bahwa Flights bisa menangkap hal itu.
Novel tersebut, sengaja atau tidak, seperti bicara dengan bahasa yang berlaku di masa kini.
Dengan cara seperti itulah novel tersebut juga menangkap ekspresi lain dari zamannya. Ketika ide
tentang dinding pembatas yang memisahkan satu negara dengan negara lain memuncak, ketika
imigrasi dipandang sebagai malapetaka, ketika yang asing dipandang sebagai musuh, novel tersebut
mencerahkan karena menjadi antitesis.

SIMPULAN ( PENEGASAN ULANG )

Jika kita mengikuti arus tren novel-novel itu, kita akan merasakan sejenis eksperimen yang semakin
menjauhi bentuk-bentuk kisah konvensional, yang menyiratkan drama dengan pembukaan, isi, dan
penutup. Novel-novel tersebut keluar dari konvensi-konvensi begini.
Akan tetapi, barangkali itulah ekspresi kita hari ini. Ekspresi di mana antitesis berlaku. Saat dinding
perbatasan didirikan, kita bicara dan mengintip pembicaraan lintas negara. Kita adalah manusia
terbang, secara fisik maupun mental. Terbang pula dari satu pembicaraan ke pembicaraan lain

PERNYATAAN PENDAPAT :
Ada dua kontroversi yang menyelimuti Nobel kesusastraan yang dianugerahkan bersama kepada Olga
tokarczuk dan Peter

ARGUMEN :
Novel penulis Polandia itu memang bisa diringkas sebagai kisah tentang ke tercerabutan manusia
yang tinggal mereka hanyalah tempat tempat persinggahan

SIMPULAN :
Kita adalah manusia terbang , secara fisik maupun mental , Terbang pula dari satu pembicaraan ke
pembicaraan lain

Anda mungkin juga menyukai