Anda di halaman 1dari 147

delapan puluh menit Kantornya kecil, dengan seorang sekretaris, tidak

banyak klien. Carson pengacara kelas teri di sepanjang pantai itu,


menangani perceraian, real estate, kasus-kasus sepele. Dia berumur 48,
bercerai setidaknya dua kali, lahir di Pennsylvania, college di Furman,
kuliah hukum di Florida State, izin prakteknya dicabut sementara sebelas
tahun yang lalu karena mencampuradukkan dana klien-klien, lalu
memperoleh izin praktek kembali." "Baik, baik," kata Teddy. "Pukul 15.30,
dia meninggalkan kantor, mengemudi sejam ke penjara federal di Trumble,
Florida. Membawa surat-surat itu. Kami mengikuti namun kehilangan
sinyal waktu dia memasuki penjara. Sejak saat itu, kami telah
mengumpulkan informasi tentang Trumble. Penjara itu berpenjagaan
minimum, biasanya disebut sebagai kamp. Tidak ada dinding atau pagar,
para penghuninya narapidana berisiko sangat rendah. Ada seribu orang di
Trumble. Menurut sumber di Bureau of Prisons di Washington sini, Carson
sering berkunjung. Tak ada pengacara, atau orang, datang sesering Carson.
Sampai sebulan yang lalu dia datang sekali seminggu, sekarang paling tidak
tiga kali seminggu. Kadang-kadang empat. Semua kunjungannya adalah
pertemuan resmi pengacara-klien." "Siapa kliennya?" "Bukan Ricky. Dia
pengacara resmi tiga hakim." "Tiga hakim?" "Ya." "Tiga hakim di penjara?"
"Bedul. Mereka menyebut dirh Majelis." Teddy mem%jamkan mata
dan$ienggosok pelipis. Deville membiarkan situasi heninc$sejmnak, lalu
melanjutkan, "Carson di dalam penjqra selama 54 menit- dao ketika ie
keluer kami tak dapat menangkap sigyal dari amplop Saat itu, kami sudah
parkyr di s`mping mobmlnya. Dia berjalan se+!tar sa|u setengah meTer dari
ala| peneri}a kimi, dan ka-i yakin dia tak lem`awa sura$itu. Kami
membun|utinya kembali ke Jacksonville, kembali ke qantai. Faa parkir di
eekct tempap rernaoa Pete's Far and Grill, dia di sana Selama tiga jam.
Kami mmnggeledah mobilnya, menemukaN taskerjqnya. dan di
dalamnyaterdaPat deapan surat yang diAlamatkan ke ber`agai pia dh
seluruh`penjtpu negara. Semua wurat ditujukao ke luar penjara, tidak Ada
yag ke dalam. Rupany` Carson menjadi kubir sUrat untuk xara kliennya.
Tiga puluh mefit yang lal5, dia }asix di bar, lumayan mabuk, bertaruh untuk
perTandingan asket collage." "Pecundangn" "Persis." Si pecundang
trhuyung-huyung +eluar dari Pete's seTelah perpanjangan waktu keua
pertandingan di Pantai Barat. Spicer menebak tiga $ari empat pemenang.
Trevor dengan$patuh mengikutina, dan oenang seribudolar dalam
semamam.(Karena mabuk, dia pitak mau mengemudi. Dia diahan karena
menoemudi dalaM keqdaan mabuk tiga tahun ladu, peristiwa itu masi( jelas
dalam ingatannya, lagi puladi mana-mana ada polisy. BeRbagai restoran
dan bar di sekivar Sea Turtte Inn lenarmk banyak anak muda yang sering
bikin`onaz, smhingga menasik polisi jga. men. Namun jalan kak ternyaa
sulid Diaberhasil capai katornya berjqlan(luruske selatan, mekw ruiah-
rumah -usim panas kecil sewaan yan' tena^ 1 ean pondok-pondok
peristirahatan, semua gelap ^ '] senyap"karena sudah larut mclam. Dia
membawa taskerja bezisi surat-surat dari Trumble Dia terus maju, mencari-
c!ri vumahnya* Dia menyuberang jalan tanpa!!lasan, dan setengah blok
kemu`man menyebezajg lagi& Tak ada kendaraan yang J Melinas. Ketika
mulai berputar kembalil dia cuma duA(puluh meter dcrm seorang agen
yang merunduk di balik mobil yang diparkir. Pa3ukan tanpa suara
menga7asinya, tiba-tiba takut si pamabuk`tolnl itu tanpa sengaja
menEmukan mereka. . v Ak`irnya dia menyerah, dan beru{aha menemukan
kantornya Lagi. Dia -eMilh-milih kulca di tanfga depan, menjatuhkan tas
kerjanya dan melupakannya, ¦ lalu tai sampai saeni setela` membUka pintu
dia sudah berada di meja kerj!, terkapar dm ktrsi putir, tertidur pulas, pintu
depan$setenGah terbuka. Pintubelakang vidak terkunci semqlaman.
Mengikuti perintal dari`Langley Barr dan keloipoknya telah memasqki
kantor dan eemasang alat penyadap di berbagai benda.(Tidak ada sistem
alarm, tidak aa kunsi di jendela, tidak qda razan' berharga ya/g bisa
memancing pencurian. Telepon dan `inding ternyata gamtang disadap,
aikarenakan fakta bahwa tak seorafg pun di luar mengamati apa puN di
dalam kantorL. Treror Carson, pengacara dan penasihat (ukum. Tas
kerjan}q dibongkar, isinya dicatat sesuai ijstruksi Langley. La,gley
menginginkqo c`tatan leliti 198 ting surat-serat yang diambil si pengacara
dari Tromble. Setelah semua diperiksa dan difoto, tas itu diletakkan di dekat
kantornya. Dengkurannya keras sekali, dan tanpa henti. Tak lama sebelum
pukul 02.00, Barr berhasil menghidupkan Beetle yang diparkir di dekat
Pete's. Dia mengemudikannya ke jalan kosong dan meninggalkannya begitu
saja di depan kantor hukum tersebut, supaya beberapa jam lagi si pemabuk
mengucek-ngucek matanya dan memuji dirinya sendiri karena masih
sanggup mengemudi. Atau barangkali dia akan ketakutan karena telah
menyetir dalam keadaan mabuk lagi. Yang mana pun, mereka akan
mendengarkan. 199 Enam Belas T' IGA puluh tujuh jam sebelum jajak
pendapat di Virginia dan Washington dibuka, Presiden tampil dalam siaran
langsung televisi nasional untuk mengumumkan bahwa dia telah
memerintahkan serangan udara di dan sekitar kota Tunisia bernama Talah.
Unit teroris Yidal diyakini dilatih di sana, dalam kamp berlogistik lengkap
di pinggir kota. Maka rakyat pun asyik menonton satu lagi perang mini,
perang tombol tekan dan bom pintar, jenderal-jenderal purnawirawan
mengoceh di CNN tentang strategi ini atau itu. Di Tunisia masih gelap, jadi
tidak ada gambar. Para pensiunan jenderal dan pewawancara berotak
kosong mereka sibuk menduga-duga. Dan menunggu. Menunggu matahari
terbit supaya asap dan reruntuhan bisa disiarkan ke negara yang sudah
jenuh dengan peristiwa serupa. Namun Yidal punya sumber informasi,
kemungkinan besar Israel. Kamp tersebut kosong ketika bom-bom pintar
mendadak jatuh entah dari mana. Bom-bom itu mengenai sasaran,
mengguncang padang pasir, meluluhlantakkan kamp, namun tidak
membunuh seorang teroris pun. Beberapa bom meleset, satu nyasar ke
pusat kota Talah, menghantam rumah sakit. Satu bom lagi menghancurkan
rumah kecil tempat keluarga beranggota tujuh orang sedang tidur nyenyak.
Syukurlah mereka tidak pernah mengetahui apa yang terjadi. Televisi
Tunisia dengan cepat meliput rumah sakit yang terbakar itu, dan pada pagi
hari dj Pantai Timur, Amerika mengetahui bahwa bom-bom pintar itu
ternyata tidaklah terlalu pintar. Paling tidak lima puluh korban telah
dikeluarkan, semuanya rakyat sipil yang tak tahu apa-apa. Pagi hari itu,
tidak seperti biasanya, Presiden menghindari para reporter, dan tak dapat
dihubungi untuk dimintai komentar. Wakil Presiden, orang yang banyak
bicara ketika serangan dimulai, mengurung diri bersama stafnya di suatu
tempat di Washington. Mayat-mayat dikumpulkan, kamera-kamera
menyorot, dan menjelang siang reaksi dunia keras, brutal, dan senada. Cina
mengancam perang. Prancis tampaknya cenderung bergabung dengan
mereka. Bahkan Inggris pun mengatakan Amerika Serikat terlalu ringan
tangan. Karena para korban hanyalah petani-petani Tunisia, bukan warga
Amerika, para politisi dengan segera mempolitisir kejadian itu. Tudingan,
celaan, dan tuntutan penyelidikan yang biasa dilontarkan sebelum siang di
Washington. Dan di sirkuit kampanye, pihak-pihak yang rnasih bertarung
menyisihkan beberapa menit untuk berkomentar bahwa misi itu memang
sejak awal sudah buruk. Tak seorang pun di antara mereka akan melakukan
pembalasan senekat itu tanpa mi intelijen yang lebih baik. Bersamaan
dengan dihitung, nya jumlah korban, tidak saru kandidat pun berpendapat
serangan tersebut pantas dilancarkan dengan risiko seperti itu. Semua
mengutuk Presiden. Tapi Aaron Lake-lah yang paling menarik perhatian.
Dia jadi sulit bergerak tanpa menyenggol juru kamera. Dengan pernyataan
yang disusun hati-hati, dia berkata, tanpa teks, "Kita bodoh. Kita tak
berdaya Kita lemah. Kita seharusnya malu pada ketidakmampuan kita
melenyapkan pasukan kecil kumal yang terdiri atas kurang dari lima puluh
pengecut Anda tak bisa sekadar menekan tombol dan bersembunyi. Untuk
bertempur butuh nyali. Saya punya nyali. Saat saya jadi presiden, tak satu
pun teroris yang berlumuran darah rakyat Amerika akan selamat. Itu janji
saya." Dalam kemarahan dan kekacauan pagi itu, kata-kata Lake tepat
mengenai sasaran. Inilah orang yang tidak main-main dengan omongannya,
yang tahu persis apa yang akan dilakukannya. Kita takkan mengorbankan
petani-petani tak berdosa jika yang mengambil keputusan adalah orang
yang punya nyali. Lake-lah orang itu. Di bungker, Teddy bertahan
menghadapi satu badai . lagi. Intelijen buruk disalahkan jika ada musibah
apa pun. Kalau serangan sukses, para pilot dan tentara pemberani di darat
beserta komandan mereka dan politisi yang mengirim mereka ke
pertempuran yang dipuji-puji. Tapi kalau serangan gagal, yang biasanya
begitu, CIA yang disalahkan. Dia sudah menyarankan supaya serangan itu
tidak dilaksanakan. Israel punya kesepakatan, rapuh dan sangat rahasia
dengan Yidal—jangan bunuh kami, dan kami takkan membunuhmu.
Sepanjang targetnya warga Amerika dan sesekali Eropa, Israel tidak mau
terlibat. Teddy tahu ini, tapi itu informasi yang tidak diberitahukannya. Dua
puluh empat jam sebelum serangan, dia memberitahu Presiden, dengan
surat, bahwa dia ragu teroris tersebut ada di kamp ketika bom-bom
dijatuhkan. Dan, karena sasaran di dekat Talah, ada kemungkinan besar
terjadi kerusakan tambahan. Hatlee Beech membuka amplop cokelat itu
tanpa menyadari bahwa sudut kanan bawahnya agak kusut dan sedikit
rusak. Akhir-akhir ini dia membuka begitu banyak amplop pribadi sehingga
hanya melihat alamat pengirim untuk mengetahui dari siapa suratnya. Dia
juga tidak menyadari stempel pos Tampa-nya. Sudah beberapa minggu dia
tidak mendengar kabar dari Al Konyers. Dia membaca seluruh isi surat
tanpa berhenti, dan nyaris tak berminat pada fakta bahwa Al menggunakan
laptop baru. Sangat bisa dipercaya bahwa sahabat pena Ricky mengambil
selembar kertas surat dari Royal Sonesta di New Orleans, dan menulis surat
pada ketinggian 10.500 meter. Apakah dia naik penerbangan kelas satu? dia
bertanya dalam hati. Mungkin saja. Di kelas ekonomi tidak ada colokan
untuk komputer, kan? Al pergi ke New Orleans untuk urusan
bisnis,'menginap di hotel yang sangat bagus, lalu terbang dengan kelas satu
ke tujuan berikut. Majelis tertarik pada kondisi keuangan semua sahabat
pena mereka. Yang lain tak penting. Setelah membaca surat itu, dia
menyerahkannya pada Finn Yarber, yang sedang menulis surat lagi :
sebagai Percy yang malang. Mereka bekerja di ruang ) rapat kecil di pojok
perpustakaan hukum, meja mereka penuh map, surat dan bermacam-macam
kertas warna pastel lembut Spicer di luar, di mejanya, ] menjaga pintu dan
mempelajari skor pertandingan. "Siapa Konyers?" tanya Finn. Beech
membuka map-map. Mereka punya arsip " rapi setiap sahabat pena, lengkap
dengan surat-surat •] yang mereka terima dan salinan semua surat yang
mereka kirim. "Tak banyak yang kita ketahui," kata Beech. 'Ting- i gal di
daerah D.C., pasti nama palsu. Memakai jasa \ kotak pos. Rasanya itu surat
ketiganya." Dari map Konyers, Beech mengeluarkan dua surat pertama.
Yang tanggal 11 Desember berbunyi: Dear Ricky: Halo. Namaku Al
Konyers. Umurku lima puluhan. Aku suka jazz, film lama, Humphrey
Bogart, dan aku suka membaca biografi. Aku tidak merokok dan tidak
menyukai orang yang merokok. Hal-hal yang mengasyikkan menurutku
adalah makanan Cina yang dibawa pulang, anggur sedikit, nonton film
koboi hitam-putih dengan teman baik. Kabari aku. Al Konyers Surat itu
diketik pada kertas putih polos, sebagian besar memang begitu. Rasa takut
tersirat di antara setiap baris—takut ketahuan, takut memulai hubungan
jarak jauh dengan orang yang sama sekali tak dikenal. Setiap huruf dalam
setiap kata diketik. Dia bahkan tidak menandatangani surat itu. Tanggapan
pertama Ricky adalah surat standar yang sekarang sudah seratus kali ditulis
Beech: Ricky berusia 28 tahun, di klinik rehabilitasi, keluarga tak rukun,
paman kaya, dsb. Dan puluhan pertanyaan antusias yang sama: Seperti apa
pekerjaanmu? Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau suka
bepergian? Jika Ricky bisa mencurahkan isi hatinya, dia membutuhkan
balasan. Dua halaman omong kosong yang sudah lima bulan ditulis Beech.
Dia ingin sekali memfotokopi saja surat sialan itu. Tapi tidak boleh. Dia
terpaksa menulis sendiri setiap surat, pada kertas berwarna manis. Dan dia
mengirimi Al foto bocah tampan yang dikirimkannya juga pada yang lain-
lain. Foto itu umpan yang berhasil memikat sebagian besar dari mereka.
Tiga minggu berlalu. Tanggal 9 Januari, Trevor mengantarkan surat kedua
dari Al Konyers. Surat tersebut sebersih dan sesteril yang pertama, mungkin
diketik dengan memakai sarung tangan karet. Dear Ricky: Aku menyukai
suratmu. Harus kuakui mula-mula aku mengasihanimu, tapi kelihatannya
kau berhasil menyesuaikan diri dengan rehabilitasi dan tahu ke mana
tujuanmu. Aku tidak pernah punya masalah dengan obat-obatan dan
alkohol, jadi aku sulit memahaminya. Kedengarannya kau mendapatkan
perawatan terbaik. Kau tidak boleh sekeras itu pada pamanmu. Pikirkan apa
jadinya kau kalau tidak ada dia. Kau menanyakan banyak hal tentang aku.
Aku belum siap membicarakan banyak masalah pribadi, tapi aku
memahami keingintahuanmu. Aku menikah selama tiga puluh tahun, tapi
sekarang sudah tidak lagi. Aku tinggal di D.C., dan bekerja pada
pemerintah. Pekerjaanku menantang dan memuaskan. Aku tinggal
sendirian. Teman dekatku cuma sedikit dan memang itu mauku. Kalau
bepergian, biasanya aku ke Asia. Aku sangat suka Tokyo. Aku akan selalu
mengingatmu. Al Konyers Tepat di atas namanya yang diketik, dia
mencoretkan nama "Al", dengan pena bermata lancip. Surat tersebut sangat
tidak mengesankan karena tiga alasan. Pertama, Konyers tidak beristri, atau
paling tidak dia bilang begitu. Istri sangat penting untuk pemerasan.
Mengancam, akan memberitahu si istri, mengiriminya fotokopi semua surat
dari sahabat pena homo suaminya, dan uang pun mengucur. Kedua, Al
bekerja pada pemerintah, jadi barangkali tak punya banyak uang. Ketiga, Al
terlalu ketakutan. Meladeninya cuma akan membuang-buang waktu.
Mengorek informasi seperti mencabut gigi. Orang-orang seperti Quince
Garbe dan Curtis Cates jauh lebih asyik, karena mereka selama ini
bersembunyi dan sekarang ingin sekali keluar. Surat-surat mereka panjang-
lebar dan penuh fakta kecil yang mungkin dibutuhkan pemeras. Al tidak. Al
membosankan. Al tidak tahu pasti apa yang diinginkannya. Jadi Ricky
menaikkan taruhan dengan surat keduanya, surat sejenis yang makin
sempurna, sebab Beech makin berpengalaman. Ricky baru saja tahu bahwa
beberapa bulan lagi dia akan dibebaskan! Dan dia dari Baltimore.
Kebetulan sekali! Dan dia mungkin akan membutuhkan bantuan untuk
memperoleh pekerjaan. Paman kayanya tidak mau membantu lagi, dia takut
pada kehidupan di luar tanpa bantuan teman, dan tidak bisa mempercayai
teman-teman lamanya, karena mereka masih menggunakan obat-obatan
terlarang, dst., dst. i Surat itu tak dibalas, dan Beech menduga Al Konyers
ketakutan setelah membacanya. Ricky dalam perjalanan ke Baltimore,
cuma sejam dari Washington, dan itu terlalu dekat bagi Al. Sementara
menunggu jawaban dari Al, uang Quince Garbe mendarat, diikuti transfer
dari Curtis di Dallas, dan Majelis pun mendapat energi baru. Ricky
mengirimi Al surat yang dicegat dan dianalisis di Langley. Sekarang, tiba-
tiba, surat ketiga Al bernada sangat lain. Finn Yarber membacanya dua kali,
lalu membaca kembali surat kedua dari Al. "Kedengarannya seperti orang
yang berbeda, ya?" katanya. "Ya, memang," sahut Beech, memandang
kedua surat itu. "Kurasa si bocah tua itu akhirnya senang akan bertemu
dengan Ricky." "Kupikir dia bekerja pada pemerintah." "Katanya begitu."
"Kalau begitu, kenapa dia punya bisnis di Baltimore?" "Kita dulu bekerja
pada pemerintah, kan?" "Tentu." "Berapa gaji tertinggimu sebagai hakim?"
"Waktu aku jadi hakim kepala, gajiku 150.000." "Aku memperoleh
140.000. Beberapa birokrat pro- j fesional mendapat lebih dari itu. Plus, dia
tak me- \ nikah." "Itu masalah." "Yeah, tapi mari kita tekan terus.
Pekerjaannya 1 penting, artinya bosnya orang penting, banyak kolega, ¦
khas bintang Washington. Kita pasti akan menemukan kelemahannya suatu
saat nanti." "Betul juga," sambut Finn. Memang. Apa salahnya? Memang
kenapa kalau \ mereka agak terlalu mendesak, lalu Mr. Al jadi takut atau
marah dan memutuskan mencampakkan surat-surat itu? Kau tidak bisa
kehilangan apa yang tidak kaupunyaL Urusan ini melibatkan uang dalam
jumlah besar. Jangan setengah-setengah. Taktik agresif mereka
menghasilkan sukses spektakuler. Tiap minggu surat mereka makin banyak,
begitu juga rekening luar negeri mereka. Tipuan mereka tak bisa
dibuktikan, karena sahabat-sahabat pena mereka menjalani kehidupan
ganda. Korban-korban mereka tidak bisa bercerita pada siapa pun.
Negosiasi berlangsung kilat karena pasar sudah matang. Di Jacksonville
masih musim dingin, dan karena udara malam dingin dan laut terlalu sejuk
untuk direnangi, musim sibuk masih sebulan lagi. Di sepanjang Neptune
Beach dan Atlantic Beach terdapat ratusan rumah sewaan kecil, termasuk
sebuah rumah yang hampir persis di seberang kantor Trevor. Seorang pria
dari Boston menawarkan uang tunai $600 untuk dua bulan, dan si agen
langsung menyambarnya. Perabotan tempat itu sudah reyot. Karpet tuanya
sudah lusuh dan menyebarkan bau lembap permanen. Tempat yang
sempurna. Tugas pertama si penyewa adalah menutup jendela-jendela. Tiga
jendela menghadap ke jalan dan menampakkan kantor Trevor, dan selama
beberapa jam pertama pengintaian tampak jelas betapa sedikit klien yang
datang dan pergi. Sepi sekali bisnis di seberang sana! Kalau ada pekerjaan,
biasanya yang melakukannya si sekretaris, Jan, yang juga membaca banyak
majalah. Para penghuni lain tanpa ribut-ribut pindah ke mmah sewaan itu,
beberapa pria dan wanita yang membawa koper tua dan tas kain besar berisi
peralatan elektronik canggih. Perabotan yang sudah lapuk didorong ke
bagian belakang rumah, dan ruangan-ruangan di depan dengan cepat diisi
dengan bermacam-macam layar, monitor, dan peralatan penyadapan. Trevor
sendiri akan bisa menjadi studi kasus menarik bagi mahasiswa hukum tahun
ketiga. Dia tiba sekitar pukul 09.00, dan menghabiskan satu jam pertama
dengan membaca koran. Klien paginya tampaknya selalu datang pukul
10.30, dan setelah rapat setengah jam yang melelahkan dia siap untuk
makan siang, selalu di Pete's Bar and Grill. Dia membawa ponsel, untuk
membuktikan pada para bartender di sana bahwa dia orang penting, dan
biasanya menelepon dua-tiga pengacara lain, meskipun sebetulnya tak ada
urusan. Dia sering menelepon bandarnya. Lalu dia berjalan kaki pulang ke
kantor, melewati rumah sewaan tempat CIA memonitor setiap langkah
kembali ke meja kerja, dan tidur lagi. Dia beranjak sekitar pukul 15.00, lalu
bekerja keras selama dua jam. Setelah itu dia membutuhkan sebotol bir lagj
dari Pete's. Ketika mereka membuntutinya untuk kedua kalinya ke Trumble,
dia meninggalkan penjara itu setelah satu jam dan kembali ke kantor sekitar
pukul 18.00. Sementara dia makan malam di restoran tiram di Atlantic
Boulevard, sendirian, seorang agen memasuki kantornya dan menemukan
tas kerjanya. Di dalamnya terdapat lima surat dari Percy dan Ricky.
Komandan pasukan tanpa suara di Neptune Beach dan sekitarnya itu adalah
pria bernama Klockner, agen lapangan Teddy yang terbaik di bidang
pengintaian jalanan dalam negeri. Klockner diperintahkan untuk mencegat
semua surat yang melewati kantor pengacara itu. Ketika Trevor langsung
pulang setelah meninggalkan restoran tiram, kelima surat tersebut dibawa
ke rumah sewaan di seberang jalan dan semuanya dibuka, difotokopi, lalu
dikembalikan dan diletakkan lagi di dalam tas kerja Trevor. Tak satu pun
untuk Al Konyers. Di Langley, Deville membaca kelima surat itu begitu
datang melalui faks. Surat-surat tersebut dipelajari dua pakar tulisan tangan
yang sepakat bahwa Percy dan Ricky bukan orang yang sama. Mengguna-
k^comoh^contoh dari arsip pengadilan mereka, dirte^ aahWa P6fCy
Seb6tUlnya Hakim SS "«* — Hakim . R:ckY adalah kotak pos Aladdin
North di Alamat Beach. Yang mengherankan mekantor pos - v ^ kotak pos
di Atlantic Beach, *** ^a"ama tempat bernama Laurel Ridge. Tujuh Belas
UNTUK kunjungan berikutnya ke Langley, yang pertama dalam tiga
minggu, sang kandidat tiba dalam konvoi van hitam mengilat, semuanya
terlalu kencang, tapi siapa yang akan protes? Mereka diizinkan lewat dan
disuruh maju, semakin dalam memasuki kompleks itu, sampai mereka
berderum saat berhenti serentak di dekat pintu sangat besar, tempat segala
macam pria muda berwajah muram berleher kokoh menunggu mereka.
Lake ikut gelombang orang-orang memasuki gedung, para pendampingnya
ketinggalan ketika dia berjalan sampai akhirnya tiba bukan di bungker yang
biasa melainkan di kantor resmi Mr. Maynard, yang berpemandangan hutan
kecil. Orang-orang lain ditinggalkan di pintu. Kedua orang besar itu
bersalaman dengan hangat dan bahkan tampak senang bisa bertemu lagi.
Hal-hal penting didulukan. "Selamat untuk Virginia," kata Teddy. Lake
mengangkat bahu seolah tak yakin. "Terima kasih, untuk banyal hal"
"Kemenangan Anda sangat mengesankan, Mr. Lake," ujar Teddy.
"Gubernur Tarry bekerja keras di sana selama setahun. Dua bulan yang lalu
dia memiliki komitmen setiap kapten polisi di negara bagian itu. Dia
tampak tak terkalahkan. Sekarang, saya rasa dia memudar dengan cepat.
Sering tak menguntungkan jadi pemenang di tahap awal perlombaan."
"Momentum adalah binatang aneh dalam politik," komentar Lake bijak.
"Uang lebik aneh lagi. Saat ini, Gubernur Tarry tak bisa mendapatkan
sepeser pun, karena Anda sudah mengambil semuanya. Uang mengikuti
momentum." "Saya yakin akan mengatakan ini berkali-kali, Mr. Maynard,
tapi—yah, terima kasih. Anda memberi saya kesempatan yang nyaris tak
berani saya impikan." "Apakah Anda menikmatinya?" "Belum. Jika kami
menang, keasyikannya baru akan terasa." "Keasyikannya dimulai Selasa
depan, Mr. Lake, dengan Super Tuesday besar. New York, California,
Massachusetts, Ohio, Georgia, Missouri, Maryland, Maine, Connecticut,
semuanya dalam satu hari. Hampir enam ratus delegasi!" Mata Teddy
menari-nari seakan dia nyaris bisa menghitung suara-suara itu. "Dan Anda
menang di setiap negara bagian, Mr. Lake. Bisa Anda bayangkan?" "Tidak."
"itulah kenyataannya. Anda nyaris sejajar di Maine, entah kenapa, dan
menang tipis di California, tapi Anda akan menang besar Selasa depan."
"Kalau Anda percaya jajak pendapat," kata Lake, seakan dia sendiri tidak
mempercayainya. Kenyataannya, seperti semua kandidat, Lake kecanduan
jajak pendapat. Dia menang di California, negara bagian dengan 140.000
pekerja industri pertahanan. "Oh, saya mempercayainya. Dan saya percaya
akan terjadi sapu bersih di Super Tuesday kecil. Orang-orang di Selatan
menyukai Anda, Mr. Lake. Mereka menyukai senjata dan sikap keras dan
semacamnya, saat ini mereka sedang jatuh cinta pada Aaron Lake. Selasa
depan bakal mengasyikkan, namun Selasa berikutnya akan jadi pesta
dansa." Teddy Maynard meramalkan adanya pesta dansa, dan Lake mau
tidak mau jadi tersenyum. Beberapa jajak pendapat atas dirinya
menunjukkan kecenderungan yang sama, tapi rasanya jadi lebih
meyakinkan karena diucapkan Teddy. Dia mengangkat selembar kertas dan
membacakan data jajak pendapat terakhir dari seluruh negeri. Lake unggul
paling tidak lima poin di setiap negara bagian. Mereka mengagumi
momentum mereka beberapa menit, lalu Teddy berubah serius. "Ada
sesuatu yang sebaiknya Anda ketahui," katanya, dan hilanglah senyum itu.
Dia membalik selembar kertas dan membaca sekilas catatan di situ. "Dua
malam yang lalu, di Khyber Pass di pegunungan Afghanistan, sebuah misil
jarak jauh Rusia berhulu ledak nuklir dipindahkan dengan truk ke Pakistan.
Misil tersebut sekarang dalam perjalanan menuju Iran, entah digunakan
untuk apa di sana, Tuhanlah yang tahu. Misil itu berjarak tembak 4.800
kilometer, dan memiliki kekuatan empat bom nuklir. Harganya sekitar $30
juta dolar AS, dibayar dr muka oleh Iran melalui bank di Luxemburg. Uang
itu masih ada di sana, dalam rekening yang diyakini dikontrol orang-orang
Natty Chenkov.'* "Saya kira dia mengumpulkan barang, bukan menjual."
"Dia butuh uang, dan dia mendapatkannya. Malahan, barangkali dia satu-
satunya orang yang kami tahu yang mengumpulkan uang lebih cepat
daripada Anda." Teddy tidak pandai bercanda, tapi Lake tetap tertawa untuk
menjaga kesopanan. "Apakah misil itu operasional?" tanya Lake. "Kami
pikir begitu. Asalnya dari sekumpulan silo dekat Kiev, dan kami yakin
tahun pembuatan dan model misil itu baru. Dengan begitu banyaknya misil
di mana-mana, buat apa Iran membeli yang lama? Ya, bisa diasumsikan
misil itu seratus persen operasional." "Apakah ini yang pertama?" "Ada
beberapa suku cadang dan plutonium, ke Iran, Irak, India, dan negara-
negara lain, tapi menurut saya, ini misil pertama yang dalam keadaan utuh,
siap ditembakkan." "Apakah mereka ingin segera menggunakannya?"
"Kami rasa tidak. Tampaknya transaksinya dimotori oleh Chenkov. Dia
butuh uang untuk membeli bermacam-macam senjata lain. Dia menjual
barang-barangnya, yang tidak dibutuhkaimya." "Israel tahu soal ini?"
"Tidak. Belum. Anda harus berhati-hati dengan mereka. Semua berdasarkan
prinsip memberi dan menerima. Suatu hari nanti, jika kita membutuhkan
sesuatu dari mereka, barulah kita beritahukan transaksi ini." 215 Sesaat,
Lake ingin sekali menjadi presiden, dan segera. Dia ingin mengetahui
semua yang diketahui Teddy, lalu sadar dia mungkin takkan pernah bisa
melakukannya. Saat ini sudah ada seorang presiden, dan pria itu tak tahu
apa-apa, Teddy tidak membicarakan Chenkov dan misil-misil tersebut
dengannya. "Apa pendapat Rusia tentang kampanye saya?" dia bertanya.
pfe.-1 "Mula-mula, mereka tak peduli. Sekarang mereka mengawasi dengan
cermat. Tapi Anda harus ingat, sekarang tak ada lagi yang namanya suara
Rusia Para pelaku pasar bebas mendukung Anda sebab takut pada
Komunis. Para penganut garis keras takut pada Anda. Kompleks sekali."
"Dan Chenkov?" "Saya malu mengatakan kami tak sedekat itu dengannya,
belum. Tapi kami sedang mengusahakannya. Tak lama lagi kami akan
punya telinga di sana." Teddy melemparkan kertas-kertasnya ke meja kerja,
dan mendorong kursi rodanya ke dekat Lake. Kerut-kerut di keningnya
merapat, mengarah ke bawah. Alis tebalnya berkerut di atas matanya yang
sayu. "Dengarkan kata-kata saya, Mr. Lake " katanya, suara-m nya jauh
lebih serius. "Anda memenangkan pemilihan ini. Akan ada satu-dua
halangan, hal-hal yang tak bisa kita* ramalkan,, bahkan kalaupun bisa kita
tak berdaya mencegahnya. Kita akan mengatasinya bersama-sama.
Kerusakannya akan sedikit. Anda orang baru dan masyarakat menyukai
Anda. Anda luar biasa dan pandai berkomunikasi. Pertahankan
kesederhanaan pesan itu—keamanan kita terancam, dunia tak seaman yang
kelihatannya. Soal uang biar saya yang membereskan, dan saya jelas akan
terus membuat negara ketakutan. Misil di Khyber Pass itu, kita bisa saja
meledakkannya. Lima ribu orang akan terbunuh, lima ribu warga Pakistan.
Bom-bom nuklir meledak di pegunungan. Anda kira kita akan terbangun
dan mengkhawatirkan pasar uang? Tak mungkin. Saya akan mengurus
masalah ketakutannya, Mr. Lake. Anda menjaga diri dan bekerja keras."
"Saya sudah bekerja sekeras mungkin." "Bekerjalah lebih keras lagi, dan
jangan ada kejutan, oke?" "Tentu." Lake tidak tahu pasti apa yang dimaksud
Teddy dengan kejutan, tapi dibiarkannya saja. Cuma nasihat orang yang
lebih tua, barangkali. Teddy menjauh lagi. Ditekannya tombol-tombol dan
layar turun dari langit-langit. Mereka menonton film kasar seri kampanye
Lake berikutnya selama dua puluh menit, lalu berpisah. Lake ngebut dari
Langley, dua van di depan dan satu di belakang, semuanya melaju ke
Reagan National Airport, jetnya sudah menunggu di sana. Dia
menginginkan malam tenang di Georgetown, di rumah di mana dunia
tinggal di luar, tempat dia bisa membaca buku dengan tenang, tak ada yang
mengawasi atau mendengarkan. Dia merindukan menyusuri jalan-jalan tak
bernama, orang-orang dikenal, tukang roti Arab di M Street yang membuat
hagel sangat lezat, agen buku bekas di Wisconsin, warung kopi yang biji
kopinya dari Afrika. Bisakah dia menyusuri jalanjalan itu lagi, seperti orang
biasa, melakukan apa yang disukainya? Hatinya mengatakan tidak, hari-hari
itu sudah berlalu, mungkin untuk selamanya. Sementara Lake sedang dalam
perjalanan, Deville memasuki bungker dan memberi tahu Teddy bahwa
Lake telah datang dan pergi tanpa berusaha mengecek kotak pos. Sekarang
saat untuk brifing harian mengenai masalah Lake. Teddy ternyata
mencemaskan tindakan kandidatnya selanjutnya lebih dari yang
direncanakannya. Kelima surat yang dicegat Klockner dan kelompoknya
dari Trevor sudah diperiksa secara teliti. Dua ditulis Yarber sebagai Percy;
tiga lainnya oleh Beech sebagai Ricky. Kelima sahabat pena itu tinggal di
negara-negara bagian yang berlainan. Empat orang menggunakan nama
karangan; satu orang cukup berani untuk tidak bersembunyi di balik nama
alias. Semua surat tersebut pada dasarnya sama: Percy dan Ricky adalah
pria-pria muda bermasalah di klinik rehabilitasi, berusaha keras menjalani
hidup, keduanya berbakat dan tetap mampu berkhayal tinggi-tinggi, namun
membutuhkan dukungan moral dan fisik dari teman-teman baru karena
yang lama berbahaya. Mereka tanpa malu-malu mengungkapkan semua
kesalahan, kelemahan, dan kesedihan mereka. Mereka bercerita banyak
tentang kehidupan setelah rehabilitasi, harapan dan impian mengenai semua
hal yang ingin mereka lakukan. Mereka membanggakan kulit cokelat dan
otot mereka, tampaknya tak sabar untuk menanjakkan tubuh tegap baru
mereka pada para sahabat pena itu. Cuma satu surat yang meminta uang.
Ricky ingin meminjam seribu dolar dari koresponden bernama Peter di
Spokane, Washington. Dia mengatakan uang tersebut dibutuhkan untuk
membayar beberapa pengeluaran yang tidak dibayar pamannya. Teddy
membaca surat-surat itu lebih dari sekali. Permintaan uang itu penting,
karena hal itu mulai menjelaskan permainan kecil Majelis. Mungkin itu
tipuan kacangan yang diajarkan seseorang pada mereka, narapidana lain
yang sudah keluar dari Trumble dan sekarang keluyuran dengan uang hasil
menipu. Tapi masalahnya bukan jumlah uangnya. Itu permainan fisik—
pinggang yang lebih ramping, kulit cokelat, dan lengan berotot—dan
kandidat mereka terperangkap di tengah-tengahnya. Masih banyak hal yang
belum jelas, namun Teddy orang yang sabar. Mereka akan mengawasi surat-
menyurat ini. Potongan-potongan akan jatuh ke tempatnya masing-masing.
Dengan Spicer menjaga pintu ruang rapat, dan menantang siapa saja yang
akan menggunakan perpustakaan hukum, Beech dan Yarber sibuk menulis
surat. Kepada Al Konyers, Beech menulis: Dear Al: Terima kasih untuk
suratmu yang terakhir. Sangat besar artinya bagiku mendengar kabar dari-
mu. Aku merasa seperti tinggal di gua selama berbulan-bulan, dan sedikit
demi sedMt melihat cahaya. Surat-suratmu membantu membuka pintu itu.
Kumohon jangan berhenti mengirim surat. Aku minta maaf telah
membuatmu bosan dengan terlalu banyak masalah pribadi. Aku
menghormati privasimu dan berharap dulu aku tidak terlalu banyak
bertanya. Kelihatannya kau orang sangat perasa yang menyukai kesendirian
dan hal-hal halus. Aku memikirkan kau tadi malam waktu menonton Key
Largo, film lama Bogart dan Bacall. Aku seperti bisa merasakan masakan
Cina. Makanan di sini lumayan enak, menurutku, tapi mereka tak bisa
membuat masakan Cina. Aku punya ide bagus. Dua bulan lagi waktu aku
bebas, ayo kita sewa Casablanca dan African Queen, membawa pulang
makanan, membeli sebotol anggur nonalkohol, dan menghabiskan malam
yang tenang di sofa. Ya Tuhan, aku bersemangat sekali membayangkan
kehidupan di luar dan melakukan hal-hal nyata lagi. - Maafkan kalau aku
terlalu cepat, Al. Aku terpaksa hidup tanpa banyak hal di sini, dan itu bukan
cuma alkohol dan makanan enak. Tahu maksudku? Rumah pemasyarakatan
di Baltimore itu mau menerimaku kalau aku bisa memperoleh pekerjaan
paro waktu. Kau bilang kau punya beberapa bisnis di sana. Aku tahu aku
minta terlalu banyak karena kau tidak mengenalku, tapi bisakah kau
mengusahakan ini? Aku akan berterima kasih seumur hidup. Tolong segera
balas suratku, AL Surat-suratmu, serta harapan dan khayalan meninggalkan
tempat ini dua bulan lagi dengan pekerjaan di luar, membuatku tabah
menjalani saat-saat sulit. Terima kasih, sahabat. Love, Ricky Surat kepada
Quince Garbe nadanya sangat berbeda. Beech dan Yarber memikirkannya
beberapa hari. Konsep finalnya berbunyi: Dear Quince: Ayahmu punya
bank, tapi kau bilang kau cuma bisa memperoleh $10.000 lagi. Kurasa kau
bohong, Quince, dan aku marah sekali. Aku tergoda untuk mengirimkan
berkasmu pada ayah dan istrimu. Aku bersedia menerima $25.000, segera,
dengan instruksi transfer yang sama. Dan jangan mengancam akan bunuh
diri. Aku sama sekali tak peduli akan apa yang kaulakukan. Kita takkan
pernah bertemu, dan menurutku kau memang tidak waras. Transfer
uangnya, Quince, sekarang juga! Love, Ricky Klockner khawatir suatu hari
Trevor mengunjungi Trumble sebelum tengah hari, lalu mengeposkan surat
di suatu tempat sebelum kembali ke kantor atau rumahnya. Tak ada cara
untuk mencegatnya ketika dalam perjalanan. Pengacara itu harus membawa
suratnya pulang, dan membiarkannya semalaman supaya mereka bisa
mengolahnya. Dia khawatir, tapi di saat yang sama Trevor terbukti bukan
orang yang rajin. Dia menampakkan tanda-tanda kehidupan setelah tidur
pukul 14.00-nya. Jadi ketika dia memberitahu sekretarisnya bahwa dia akan
pergi ke Trumble pukul 11.00, orang-orang di rumah sewaan di seberang
jalan langsung beraksi. Seorang wanita setengah baya yang mengaku
bernama '¦¦ Mrs- Beltrone segera menelepon kantor Trevor, menjelaskan
pada Jan bahwa dia dan suami kayanya amat sangat membutuhkan
perceraian kilat Sekretaris itu memintanya menunggu, dan berteriak ke
ujung koridor menyuruh Trevor menunggu sebentar. Trevor sedang
mengumpulkan kertas-kertas dari meja dan memasukkannya ke tas kerja.
Kamera di langit-langit menampakkan ekspresi tidak senangnya karena
diganggu klien baru. "Dia bilang dia kaya?" teriak Jan, dan kerutan di
kening Trevor pun hilang. Dia duduk dan menunggu. Mrs. Beltrone
mencurahkan isi hatinya pada si sekretaris. Dia istri nomor tiga, sang suami
jauh lebih tua, mereka punya rumah di Jacksonville namun menghabiskan
sebagian besar waktu mereka di rumah di Bermuda. Juga ada rumah di Vail.
Mereka sudah lama merencanakan bercerai, semua telah disepakati, tak ada
pertengkaran, sangat lancar, membutuhkan pengacara hanya-untuk
membereskan suratnya. Mr. Carson sangat direkomendasikan, tapi mereka
harus bertindak cepat karena suatu alasan yang tak diungkapkan. Trevor
mengambil alih dan mendengarkan kisah yang sama. Mrs. Beltrone sedang
duduk di rumah sewaan di seberang jalan, berbicara berdasarkan naskah
karangan tim untuk kesempatan ini. "Saya betul-betul perlu menemui
Anda," kata wanita itu setelah bercerita lima belas menit. "Wah, saya sibuk
sekali," balas Trevor, sealah sedang membuka-buka halaman enam buku
jadwal harian. Mrs. Beltrone mengawasinya di monitor. Kaki pengacara itu
di meja kerja, matanya terpejam, dasi kupu-kupunya miring. Kehidupan
pengacara yang sibuk sekali. "Tolonglah," dia memohon. "Kami hams
menyelesaikan ini. Saya harus bertemu Anda hari ini." "Di mana suami
Anda?" "Dia di Prancis, tapi besok akan ada di sini." "Yah, uh, sebentar,"
gumam Trevor, mempermainkan dasi kupu-kupunya. "Berapa tarif Anda?"
tanya wanita itu, dan mata Trevor langsung terbuka. "Yah, ini jelas jauh
lebih rumit daripada sekadar perceraian damai. Saya terpaksa meminta
bayaran $10.000." Trevor meringis ketika mengatakannya, menahan napas
menunggu tanggapan. "Saya bawakan hari ini," kata wanita itu. "Bisakah
saya menemui Anda pukul satu?" . Trevor langsung berdiri, menjulang di
atas telepon. "Bagaimana kalau setengah dua?" tanyanya dengan susah
payah. "Saya akan datang." "Anda tahu di mana kantor saya?" "Sopir saya
bisa menemukannya. Terima kasih, Mr. Carson." Panggil saja aku Trevor,
dia nyaris mengatakannya. Tapi wanita itu sudah pergi. Mereka mengawasi
waktu pengacara itu meremas-remas tangan, lalu mengenalkannya,
mengertakkan gigi, mengatakan, "Yesr Dia mendapat mangsa besar. Jan
muncul dari koridor dan bertanya, "Bagaimana?" "Dia akan kemari pukul
setengah dua. Bersihkan tempat ini sedikit" "Aku. bukan pelayan. Kau bisa
minta uang muk I Aku harus membayar beberapa tagihan." a? i "Akan
kuminta uangnya." Trevor membenahi rak-rak buku, merapikan buku buku
yang sudah bertahun-tahun tak disentuhnya" mengelap papannya dengan
serbet kertas, menjejalkan map-map ke teri. Ketika dia menggarap meja
kerja-nya, Jan akhirnya merasa tidak enak juga dan mulai membersihkan
ruang depan. Mereka banting tulang sampai tidak sempat makan siang,
pertengkaran dan kerja keras mereka jadi tontonan hiburan di seberang
jalan. Tak ada tanda-tanda Mrs. Beltrone pada pukul 1330. "Mana dia?"
teriak Trevor dari ujung koridor tepat setelah pukul 14.00. "Mungkin dia
mengecek ke sana-sini, mencari referensi lagi," komentar Jan. "Apa
katamu?" seru atasannya. "Tak ada, Bos," "Telepon dia," perintahnya pada
pukul 14.30. "Dia tak meninggalkan nomor telepon." "Kau tidak minta
nomor teleponnya?" "Bukan itu kataku. Aku bilang dia tak meninggalkan
nomor telepon." Pukul 15.30, Trevor menghambur keluar dari kantornya,
masih berusaha keras memenangkan perdebatan dengan wanita yang paling
tidak sudah sepuluh kali dipecatnya dalam delapan tahun terakhir. Mereka
membuntutinya langsung ke Trumble. Dia i! i J**133'3 itu s^ma 53 menit,
dan pergi pukul 17.00 lewat, terlalu sore untuk mengeposkan otune Beach
maupun di Atlantic Beach, surat di Nep ke kantor dan meninggalkan tas
kerja Pia ke fcemudian, bisa ditebak, dia pergi ke Pete's ^u^minum-minum
dan makan malam. Delapan Belas UNIT dari Langley terbang ke Des
Moines, di sana para agen itu menyewa dua mobil dan sebuah van, lalu
mengemudi selama empat puluh menit ke Bakers, Iowa. Mereka tiba di kota
kecil tenang yang berselimutkan salju itu dua hari sebelum surat Ketika
Quince mengambilnya di kantor pos, mereka sudah tahu nama kepala
kantor pos, wah kota, kepala polisi, dan koki di kedai pancake di samping
toko pertukangan. Tapi tak seorang pun di Bakers tahu tentang mereka.
Mereka mengawasi Quince buru-buru pergi ke bank setelah meninggalkan
kantor pos. Tiga puluh menit kemudian, dua agen yang dikenal cuma
sebagai Chap dan Wes menemukan tikungan bank tempat Mr. Garbe, Jr.
berkantor, dan mereka memperkenalkan diri pada sekretarisnya sebagai
pemeriksa dari Bank Sentral Federal. Penampilan mereka memang resmi—
setelan hitam, sepatu hitam, rambut pendek, mantel panjang, gaya bicara
tegas, sikap efisien. Quince berkurung di dalam, dan mula-mula tampak
enggan keluar. Mereka mengatakan pada sekretarisnya bahwa mereka
datang karena ada masalah mendesak, dan setelah hampir empat puluh
menit, akhirnya pintu terbuka sedikit. Mr. Garbe kelihatan seperti habis
menangis. Dia pucat, terguncang, dan tidak suka harus menerima tamu.
Namun dia tetap menyilakan mereka masuk, terlalu kacau untuk minta
tanda pengenal. Dia bahkan tidak mendengar nama mereka. Dia duduk di
belakang meja kerja besar, dan memandang si kembar di hadapannya. "Apa
yang bisa kami bantu?" dia bertanya, tersenyum sangat samar. "Apakah
pintunya dikunci?" tanya Chap. "Tentu saja." Sepasang agen itu punya
kesan Mr. Garbe hampir selalu berkurung di balik pintu terkunci. "Orang
bisa mendengar kita?" tanya Wes. 'Tidak." Quince makin kacau sekarang.
"Kami bukan petugas bank sentral," Chap mem-beritahu. "Kami
berbohong." Quince tak yakin apakah mesti marah atau lega atau bahkan
ketakutan, jadi dia diam-saja sedetik, ternganga, bengong, menunggu
ditembak. "Ceritanya panjang," kata Wes. "Kalian punya waktu lima menit"
"Sebetulnya, kami punya waktu selama yang kami inginkan." "Ini kantorku.
Keluar." "Tak secepat itu. Kami tahu beberapa hal." "Akan kupanggilkan
satpam." "Tak usah." "Kami sudah melihat surat itu," kata Chap. "Yang
barusan kauambil dari kantor pos." "Aku mengambil beberapa surat." "Tapi
cuma satu yang dari Ricky." Bahu Quince merosot, matanya pelan-pelan
memejam. Lalu matanya membuka lagi dan memandang kedua tukang
siksa itu dengan ekspresi pasrah. "Siapa kalian?" gumamnya. "Kami bukan
musuh." "Kalian bekerja padanya, kan?" "Dia?" "Ricky, atau siapa pun
bangsat itu." "Tidak," jawab Wes. "Dia musuh kami juga. Anggap saja kami
punya klien yang keadaannya sama dengan kau, kurang-lebih. Kami disewa
untuk melindunginya." Chap mengeluarkan amplop tebal dari saku mantel
dan melemparkannya ke meja. "Isinya uang 25.000. Kirimkan pada Ricky."
Quince menatap amplop itu, mulutnya terbuka lebar. Otaknya yang malang
penuh sesak dengan begitu banyak pikiran sehingga dia jadi pusing. Jadi dia
memejamkan mata lagi, dan mengernyit kuat-kuat tapi sia-sia berusaha
menganalisis keadaan. Lupakan pertanyaan tentang siapa mereka.
Bagaimana mereka bisa membaca surat itu? Kenapa mereka menawarinya
uang? Seberapa banyak yang mereka tahu? Jelas dia tidak boleh
mempercayai mereka. "Uang itu untukmu" kata Wes.."Sebagai imbalan,
kami membutuhkan informasi." "Siapa Ricky?" tanya Quince, matanya
terbuka sedikit. "Apa yang kau tahu tentang dia?" Chap bertanya.
"Namanya bukan Ricky " 2?R "Betul." "Dia di penjara." "Betul," kata Chap
lagi. "Katanya dia punya istri dan, anak-anak." "Betul sebagian. Istrinya
sekarang sudah mantan. Anak-anaknya masih ada." "Katanya mereka
kekurangan, dan itulah sebabnya dia menipu orang-orang." "Tidak juga.
Istrinya cukup kaya, dan anak-anaknya mengikuti uangnya. Kami tak tahu
pasti kenapa dia menipu orang." "Tapi kami ingin menghentikannya," Chap
menambahkan. "Kami butuh bantuanmu." Quince mendadak sadar bahwa
untuk pertama kali seumur hidupnya, sepanjang umurnya yang 51 tahun,
dia berhadapan dengan dua makhluk hidup yang tahu dia homoseks. Sesaat
dia ingin membantahnya, mengarang cerita tentang bagaimana dia
mengenal Ricky, namun benaknya buntu. Dia terlalu takut sehingga tidak
sanggup berpikir. Lalu dia menyadari bahwa kedua orang ini, siapa pun
mereka, dapat menghancurkannya. Mereka mengetahui rahasianya, dan
mereka punya kekuatan untuk menghancurkan hidupnya. Dan mereka
menawarkan $25.000? Quince yang malang menutupi matanya dengan
buku-buku jari dan bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Chap dan Wes
merasa dia akan menangis. Mereka sebetulnya tidak peduli, tapi pria itu
tidak punya alasan untuk menangis. "Ini kesepakatannya, Mr. Garbe," kata
Chap. "Kauambil uang yang tergeletak di mejamu itu, dan beritahu kami
semua informasi tentang Ricky. Tunjukkan surat-suratmu. Tunjukkan
segalanya pada kami. Kalau kau punya arsip atau kotak atau tempat rahasia
di mana kau menyembunyikan sesuatu, kami ingin melihatnya. Setelah
mengumpulkan semua yang kami butuhkan, kami akan pergi. Kami akan
menghilang secepat kami datang, dan kau takkan tahu siapa kami atau siapa
yang kami lindungi." "Dan kalian akan menyimpan rahasia-rahasia itu?"
"Pasti." 'Tak ada alasan bagi kami untuk memberitahu siapa pun tentang
kau," tambah Wes. "Bisa kalian menghentikan dia?" tanya Quince,
memandangi mereka. Chap dan Wes terdiam sebentar dan berpandangan.
Sejauh mi respons mereka benar, tapi pertanyaan ini tak punya jawaban
pasti. "Kami tak bisa berjanji, Mr. Garbe," jawab Wes. 'Tapi kami akan
berusaha keras menghentikan bisnis si Ricky inf. Seperti kata kami tadi, dia
juga meresahkan klien kami." "Kalian harus melindungiku." »| "Kami akan
berusaha sebisa kami." Tiba-tiba Quince berdiri dan mencondongkan tubuh
ke depan dengan menumpukan tangannya di meja kerja. "Kalau begitu aku
tak punya pilihan," katanya. Dia tidak menyentuh uang di meja, tapi
melangkah ke lemari buku kuno dari kaca berisi buku-buku kusam dan tua.
Dengan sebuah anak kunci dia membuka lemari itu, dan dengan anak kunci
lain dia membuka lemari besi kecil dan* tersembunyi di rak kedua dari
lantai. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan map tipis seukuran surat, yang
pelan-pelan diletakkannya di samping amplop berisi uang. Persis ketika dia
membuka map tersebut, terdengar suara cempreng melengking dari
interkom, "Mr. Garbe, ayah Anda ingin bertemu Anda segera." Quince
terduduk tegak ketakutan, pipinya langsung pucat, wajahnya berkerut panik.
"Uh, bilang aku sedang rapat," katanya, berusaha meyakinkan tapi malahan
terdengar seperti alasan payah. "Anda saja yang bilang," kata wanita itu,
dan interkom berbunyi "klik", -w^i "Maaf," katanya, berusaha tersenyum.
Bankir itu mengangkat gagang telepon, menekan tiga angka, dan
membelakangi Wes dan Chap supaya mereka tidak bisa mendengar. "Dad,
ini aku. Ada apa?" katanya, menunduk rendah. jjK Lama hening ketika sang
ayah bicara di telinganya. Kemudian, "Tidak, tidak, mereka bukan dari
Bank Sentral. Mereka, uh, mereka pengacara dari Des Moines. Mereka
mewakili keluarga teman kuliahku dulu. Itu saja." Hening yang lebih
pendek. "Uh, Franklin Delaney, Dad pasti tak ingat. Dia meninggal empat
bulan yang lalu, tanpa surat wasiat, kacau-balau. Tidak, Dad, uh, tak ada
hubungannya dengan bank ini." Dia menutup telepon. Lumayan juga
ceritanya. Pintu terkunci. Itu yang penting. Wes dan Chap berdiri dan
berjalan beriringan ke tepi meja. Di sana mereka memajukan tubuh
bersama-sama ketika Quince membuka map. Benda pertama yang mereka
lihat adalah fotonya, dijepit ke lipatan I dalam map. Wes melepasnya pelan-
pelan, dan bertanya, "Ini yang namanya Ricky?" Ttulah dia," sahut Quince,
malu tapi bertekad membereskan urusan ini. "Pemuda yang tampan,"
komentar Chap, seolah mereka sedang memandangi halaman tengah
Playboy. Ketiganya mendadak merasa tidak enak. "Kalian tahu siapa Ricky,
kan?" tanya Quince. "Ya." "Kalau begitu beritahu aku." "Tidak, itu tak
termasuk dalam kesepakatan." "Kenapa sih kalian tak mau memberitahuku?
Aku kan sudah memberikan semua yang kalian inginkan." "Kesepakatan
kita tidak seperti itu." "Aku ingin membunuh bajingan itu." "Tenang, Mr.
Garbe. Kita sudah sepakat. Kau memperoleh uangnya, kami memperoleh
arsipnya, tak ada yang disakiti." "Mari kita kembali ke awalnya," kata
Chap, memandang pria kecil rapuh dan memelas di kursi yang kebesaran
itu. "Bagaimana mulainya?" Quince mengaduk-aduk isi map dan
mengambil sebuah majalah tipis. "Aku membelinya" di toko buku di
Chicago," dia, memberitahu, sambil menyodorkan majalah itu supaya
mereka bisa membacanya. Namanya Out and About, dan majalah itu
menyatakan diri sebagai terbitan untuk pria dewasa bergaya hidup
alternatif. Dia membiarkan mereka mengamati sampulnya, lantas membuka
halaman belakang. Wes dan Chap tidak mencoba menyentuhnya, namun
mata mereka melahap sebanyak mungkin. Sangat sedikit foto, hurufnya
kecil-kecil. Majalah itu sama sekali tidak porno. Di halaman 46 terdapat
seksi kecil iklan baris. Salah satunya dilingkari dengan pena merah.
Bunyinya: Pemuda kulit putih berusia 20-an mencari sahabat pena pria
ramah dan baik-baik berusia 40-an atau 50-an. Wes dan Chap membungkuk
lebih rendah untuk membacanya, lalu tegak bersama-sama. "Jadi kau
menanggapi iklan ini?" tanya Chap. "Ya. Aku mengirim surat pendek, dan
sekitar dua minggu kemudian aku mendapat kabar dari Ricky." "Apakah
kau punya kopi suratmu itu?" "Tidak. Aku tidak mengkopi surat-suratku.
Tak ada yang keluar dari kantor ini. Aku takut mengkopi di sini." Wes dan
Chap mengerutkan kening karena kesal, lalu sangat kecewa. Orang tolol
macam apa yang ada di hadapan mereka ini? "Maaf," kata Quince, tergoda
untuk menyambar uang di meja sebelum mereka berubah pikiran.
Melanjutkan ceritanya, dia mengambil surat pertama dari Ricky dan
memberikannya pada mereka. "Letakkan saja," kata Wes, dan mereka
membungkuk lagi, memeriksa tanpa menyentuh. Quince melihat mereka
membaca dengan pelan-pelan sekali dan penuh konsentrasi. Pikirannya
mulai jernih, dan secercah harapan muncul. Betapa enaknya jika dia bisa
mendapatkan uang itu dan tidak perlu mengkhawatirkan pinjaman gelap
lagi, setumpuk kebohongan lagi untuk menutupi jejak. Dan sekarang dia
punya sekutu, si Wes dan Chap ini, dan entah siapa lagi yang melawan
Ricky. Jantungnya agak tenang dan napasnya tidak menderu seperti tadi.
"Tolong surat berikutnya," kata Chap. Quince meletakkannya berurutan,
satu per satu, tiga berwarna lembayung muda, satu biru lembut, satu kuning,
semua dalam huruf besar yang ditulis tangan pelan-pelan. Setelah mereka
selesai membaca satu halaman, Chap dengan hati-hati menata surat berikut
dengan pinset. Jari-jari mereka tidak pernah menyentuh apa pun. Yang aneh
mengenai surat-surat itu, seperti yang dibisikkan Chap dan Wes belakangan,
semuanya amat sangat bisa dipercaya. Ricky terluka, tersiksa, dan sangat
membutuhkan teman bicara. Dia memelas dan menyentuh. Ada harapan
karena yang terburuk sudah lewat baginya dan dia tak lama lagi akan bebas
untuk menjalin persahabatan baru. Isi surat-surat itu luar biasa! Setelah
keheningan yang memekakkan telinga, Quince berkata, "Aku harus
menelepon." "Siapa?" "Bisnis." Wes dan Chap berpandangan tak yakin, lalu
mengangguk. Quince membawa telepon ke bufet dan memandangi Main
Street di bawah sambil bicara dengan bankir lain. Wes mulai menulis, pasti
persiapan untuk interogasi sebentar lagi. Quince berlama-lama di samping
rak buku, mencoba membaca koran, berusaha tidak memedulikan Wes. Dia
sudah tenang sekarang, berpikir. jernih, merencanakan tindakan selanjutnya,
tindakan setelah kedua tukang pukul ini pergi. "Apakah "kau mengirim cek
senilai $100.000?" tanya Chap. "Ya." Wes, yang wajahnya paling muram,
melotot kesal padanya, seakan mengatakan, "Tolol sekali." Mereka
membaca lagi, sesekali mencatat, berbisik-bisik dan bergumam di antara
mereka. "Berapa uang yang dikirim klien kalian?" Quince bertanya, cuma
ingin tahu. Wes makin muram dan menjawab, "Kami tak boleh
mengatakannya." Quince tidak heran. Bocah-bocah ini tak punya selera
humor. Mereka duduk setelah satu jam, dan Quince kembali ke kursi
bankirnya. "Beberapa pertanyaan saja," kata Chap, dan tahulah Quince
mereka akan bicara satu jam lagi. "Bagaimana caramu memesan tempat di
pelayaran homo itu?" "Ada di surat. Bandit ini memberitahuku nama dan
nomor telepon agen perjalanan di New York. Aku menghubungi mereka,
lantas mengirim uangnya. Gampang kok." "Gampang? Kau pernah
melakukannya sebelumnya?" "Kita di sini untuk membicarakan kehidupan
seksku?" "Tidak." "Kalau begitu tetaplah ke pokok permasalahan,1 235
Pkata Quince bagai jagoan sejati, dan perasaannya kembali enak. Jiwa
bankirnya mendidih sebentar. Lalu dia teringat sesuatu yang tak dapat
ditahannya. Dengan tampang serius, dia berkata, 'Tiket pelayaran itu masih
berlaku. Kalian ingin ikut?" Untungnya, mereka tertawa. Bercanda sejenak,
lalu kembali ke urusan semula. Chap bertanya, "Apakah kau
mempertimbangkan untuk memakai nama palsu?" "Ya, tentu saja. Bodoh
kalau tidak. Tapi aku belum pernah melakukan ini. Kukira orang itu
sungguhan. Dia di Florida, aku di kota kecil Iowa. Tak pernah terlintas di
benakku orang itu penipu." "Kami akan membutuhkan kopi semuanya ini,"
kata Wes. "Itu bisa jadi masalah." "Kenapa?" "Di mana kalian akan
memfotokopinya?" "Bank ini tak punya mesin fotokopi?" "Punya, tapi
kalian tak boleh mengkopinya di bank ini." "Kalau begitu akan kami bawa
ke tempat fotokopi." "Ini Bakers. Kami tak punya tempat fotokopi." "Kalian
punya toko peralatan kantor?" "Ya, dan pemiliknya berutang pada bankku
$80.000. Dia temanku di Rotary Club. Kalian tak boleh mengkopinya di
sana. Aku tak mau kelihatan dengan map itu." Chap dan Wes
berpandangan, lalu menatap Quince. Wes berkata, "Oke, dengar. Aku akan
di sini bersamamu. Chap akan membawa map itu dan mencari mesin
fotokopi." "Di mana?" "Toko obat," sahut Wes. "Kalian sudah menemukan
toko obatnya?" "Tentu, kami memerlukan pinset." "Mesinnya sudah
berumur dua puluh tahun." "Tidak, mereka punya mesin baru." "Kalian
harus hati-hati, oke? Apotekernya sepupu kedua sekretarisku. Ini kota yang
sangat kecil." Chap mengambil map itu dan berjalan ke pintu. Terdengar
bunyi "klik" keras waktu dia membuka kunci pintu, dan dia segera
dipandangi ketika melewati pintu. Meja sekretaris penuh wanita tua,
semuanya tidak melakukan apa-apa sampai Chap muncul, mereka terpaku
dan ternganga. Mr. Garbe tua tidak jauh dari situ, memegang catatan
rekening, pura-pura sibuk tapi sebetulnya ingin tahu juga. Chap
mengangguk pada mereka semua dan pergi, bisa dibilang lewat begitu saja.
Terdengar bunyi "klik" keras lagi waktu Quince mengunci pintu sebelum
sempat dimasuki siapa pun. Dia dan Wes bercakap-cakap dengan kaku
tentang berbagai hal selama beberapa menit, pembicaraan sering nyaris
berakhir karena tidak ada bahan. Seks terlarang membuat mereka bertemu,
dan jelas mereka harus menghindari topik tersebut. Kehidupan di Bakers
tidak menarik. Quince tidak mampu mengorek latar belakang Wes.
Akhirnya, dia bertanya, "Aku mesti bilang apa dalam suratku pada Ricky?"
Wes langsung bersemangat. "Yah, pertama-tama, aku akan menunggu.
Tunggu sebulan. Biarkan dia resah. Kalau kau cepat-cepat menanggapi, dan
dengan uang itu, dia bisa menganggap ini terlalu mudah." "Bagaimana
kalau dia marah?" "Tak akan. Dia punya banyak waktu, dan dia
menginginkan uang itu." "Kau melihat semua suratnya?" "Kurasa kami
punya akses ke sebagian besar." Quince dilanda rasa ingin tahu. Duduk
bersama orang yang sekarang tahu rahasianya yang paling dalam, dia
merasa bisa mendesak. "Bagaimana caramu menghentikannya?" Dan Wes,
karena alasan yang takkan pernah dimengertinya, menjawab datar, "Kami
mungkin akan membunuhnya saja." Sinar damai memancar dari mata
Quince Garbe, kilau tenang hangat menyebar ke seluruh wajahnya yang
tersiksa. Kerut-kerutnya memudar. Bibirnya membentuk senyum simpul.
Warisannya ternyata akan selamat. Setelah si tua tiada dan uangnya jadi
miliknya, dia akan terbang dari kehidupan ini dan hidup sesuai
keinginannya. "Bagus," katanya pelan. "Bagus sekali." Chap membawa
map itu ke kamar motel, tempat mesin fotokopi berwarna sewaan sudah
menunggu bersama para anggota unit lainnya. Tiga set kopi dibuat, dan tiga
puluh menit kemudian dia sudah di bank lagi. Quince memeriksa yang asli;
semua beres. Dengan hati-hati dia menyimpan map itu kembali, lalu berkata
pada para tamunya, "Kurasa sudah waktunya kalian pergi," Mereka pergi
tanpa bersalaman atau mengucapkan salam perpisahan. Apa yang mau
dikatakan? Sebuah jet pribadi menunggu di bandara setempat, yang
landasannya nyaris kurang panjang. Tiga jam setelah meninggalkan Quince,
Chap dan Wes melapor ke Langley. Misi mereka sukses besar. Ringkasan
rekening di Geneva Trust Bank itu diperoleh setelah menyuap $40.000
seorang pegawai bank Bahama, orang yang pernah mereka pakai. Boomer
Realty punya saldo $189.000. Pengacaranya memiliki sekitar $68.000
dalam rekeningnya. Ringkasan tersebut memuat semua transaksi—uang
yang ditransfer masuk, uang yang diambil. Orang-orang Deville berusaha
keras melacak asal semua transfer itu. Mereka tahu tentang bank Mr. Garbe
di Des Moines, dan mereka tahu bahwa satu lagi transfer $100.000 telah
dikirim dari sebuah bank di Dallas. Tapi mereka tidak dapat menemukan
siapa yang mengirim transfer tersebut. Mereka sedang sibuk menyelidik
ketika Teddy memanggil Deville ke bungker. York bersamanya. Meja penuh
dengan fotokopi arsip Garbe dan ringkasan bank. Tidak pernah Deville
melihat atasannya begitu kecewa. York juga tidak banyak bicara. York
terkena getah kasus Lake, meskipun Teddy menyalahkan dirinya sendiri.
"Informasi terakhir," kata Teddy pelan. Deville tidak pernah duduk selama
di bungker. "Kami masih melacak uang itu. Kami telah mengontak majalah
Out and About. Majalah itu diterbitkan di New Haven, perusahaan yang
sangat kecil, dan saya tidak yakin kita bisa menyusup. Kontak kita di
Bahama sudah dihubungi, kita akan tahu jika dan ketika ada penerimaan
transfer. Kita punya unit yang siap menggeledah kantor-kantor Lake di
Capitol Hill, tapi itu cuma untuk jaga-jaga. Saya tidak optimis. Kita
menugaskan dua puluh orang di Jacksonville.*' "Berapa orang kita yang
membayangi Lake?" "Baru saja dinaikkan dari tiga puluh menjadi lima
puluh." "Dia harus diawasi. Kita tak boleh lengah. Dia ternyata tidak seperti
dugaan kita, dan kalau kita lengah sejam saja, dia bisa mengirim surat, atau
membeli majalah lagi." "Kami tahu. Kami bekerja sekeras mungkin." "Ini
prioritas domestik tertinggi kita." "Saya tahu." "Bagaimana kalau kita
menyusupkan orang ke dalam penjara itu?" tanya Teddy. Itu ide baru,
diajukan York sejam yang lalu. Deville menggosok-gosok mata dan
menggigit-gigit kuku sebentar, lantas berkata, "Saya akan membereskannya
Kita harus memanfaatkan koneksi yang belum pernah kita gunakan."
"Berapa jumlah narapidana dalam sistem federal?" York bertanya. "Lebih
kurang 135.000," jawab Deville. "Kita tentu bisa menyelipkan satu orang
lagi, kan?" "Akan saya cek." "Kita punya kontak di Bureau of Prisons?"
"Itu teritori baru, tapi kami sedang mengusahakannya. Kami menggunakan
seorang teman lama di Kehakiman. Saya optimis." Deville meninggalkan
mereka sebentar. Dia akan dipanggil kembali sekitar satu jam lagi. York dan
Teddy akan mengajukan serangkaian pertanyaan, pikiran, dan tugas untuk
dilaksanakannya. "Aku tak suka ide menggeledah kantornya di Capitol
Hill," kata York. "Terlalu riskan. Lagi pula, butuh waktu seminggu. Orang-
orang itu punya arsip segunung." "Aku juga tak suka," sambut Teddy pelan.
"Kita suruh saja orang-orang kita di Dokumen menulis surat dari Ricky
pada Lake. Kita sadap amplopnya, kita lacak, barangkali surat itu akan
membawa kita ke arsipnya." "Itu ide yang bagus sekali. Beritahu Deville."
York mencatat di notes yang penuh catatan lain, kebanyakan sudah dicoret.
Dia mencoret-coret untuk mengisi waktu, lalu mengajukan pertanyaan yang
sejak tadi ditahannya. "Apakah kau akan mengonfrontasinya?" "Belum."
"Kapan?" "Mungkin takkan pernah. Mari kita cari informasi, kumpulkan
semua yang bisa kita kumpulkan. Dia tampaknya sangat tertutup dalam hal
kehidupan lainnya, barangkali masalah ini timbul setelah istrinya
meninggal. Siapa tahu? Mungkin dia bisa tetap menutupinya." "Tapi dia
harus tahu bahwa kau tahu. Kalau tidak, dia bisa saja mencoba lagi. Kalau
dia tahu kita selalu mengawasi, dia akan menahan diri. Barangkali." «T! „
rrv»v c^iusui Kelompok teroris t beraksi bulan lalu. Maniak-maniak di
Timur Tengah membentuk pasukan dan menimbun minyak. Dan kita duduk
di sini berjam-jam merancang perlawanan terhadap tiga hakim pidana yang
persis pada saat ini mungkin sedang enak-enakan main kartu." "Mereka tak
bodoh," kata York. "Memang, tapi mereka ceroboh. Jaring mereka telah
menangkap orang yang salah." "Kurasa kita memilih orang yang salah."
"Tidak, mereka yang begitu." Sembilan Belas MEMO tersebut tiba melalui
faks dari Re gional Supervisor, Bureau of Prisons, Wash ington. Faks itu
ditujukan kepada M. Emmitt Broon, sipir Trumble. Dalam bahasa yang
efisien tapi standar penyelia itu mengatakan dia telah memeriksa catatan
dari Trumble dan terusik melihat jumlah kunjungan seseorang bernama
Trevor Carson, pengacara tiga narapidana. Pengacara Carson tercatat
hampir setiap hari. Setiap narapidana memang punya hak konstitusional
untuk bertemu pengacaranya, tapi penjara juga punya wewenang untuk
mengatur kunjungan. Tak lama dari sekarang, kunjungan pengacara-klien
akan dibatasi pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, antara pukul 15.00 dan
18.00. Perkecualian akan diberikan jika ada alasan yang kuat.
Kebijaksanaan baru itu akan diterapkan untuk periode sembilan puluh hari,
setelah itu akan dikaji. Sipir tidak keberatan. Dia juga mulai curiga pada
kedatangan Trevor yang hampir setiap hari. Dia telah menanyai para
petugas depan dan penjaga untuk mengetahui apa persisnya penyebab
semua urusan hukum ini, tapi sia-sia. Link, penjaga yang biasanya
mengawal Trevor ke ruang rapat, dan yang biasanya mengantongi beberapa
puluh dolar pada setiap kunjungan, memberitahu sipir bahwa pengacara itu
dan Mr. Spicer membicarakan kasus, permohonan banding, dan
semacamnya. "Cuma omong kosong hukum," kata Link. "Dan kau selalu
memeriksa tas kerjanya?" tanya si sipir. "Selalu," jawab Link. Dengan niat
baik, sipir menelepon Mr. Trevor Carson di Neptune Beach. Teleponnya
dijawab seorang wanita dengan kasar, "Kantor pengacara." "Mr. Trevor
Carson ada?" "Siapa ini?" "Ini Emmitt Broon." "Yah, Mr. Broon, dia sedang
tidur." "Begitu. Bisakah Anda membangunkannya? Saya sipir penjara
federal di Trumble, dan saya hams bicara dengannya." "Tunggu sebentar."
mr>Dia harus menunggu lama, dan ketika kembali wanita itu berkata,
"Maaf. Saya tak bisa membangunkannya. Bagaimana kalau saya minta dia
menelepon Andar 'Tidak, terima kasih. Saya akan mengiriminya faks saja."
Ide tipuan balasan timbul dalam benak York waktu sedang bermain golf
hari Minggu, dan seiring berlanjutnya permamannya, sesekali di fairway,
tapi lebih 244 sering di pasir dan pepohonan, rencana tersebut terus
berkembang dan jadi brilian. Dia meninggalkan teman-temannya setelah
empat belas lubang dan menelepon Teddy. Mereka akan mempelajari taktik
lawan. Dan mereka akan dapat mengalihkan perhatiannya dari Al Konyers.
Tak ada ruginya. Surat itu dikarang York, dan diserahkan pada salah satu
pemalsu paling top di Dokumen. Sahabat pena itu dinamai Brant White, dan
surat pertamanya ditulis di kartu korespondensi sederhana, putih, tapi
mahal. Dear Ricky: Melihat iklanmu, aku menyukainya. Aku 55, sehat, dan
mencari lebih dari sekadar sahabat pena. Aku dan istriku baru saja membeli
rumah di Palm Valley, tidak jauh dari Neptune Beach. Kami akan ke sana
tiga minggu lagi, rencananya akan tinggal selama dua bulan. Kalau tertarik,
kirim foto. Jika suka apa yang kulihat, aku akan memberitahu lebih banyak.
Brant Alamat pengirimnya adalah Brant, Kotak Pos 88645, Upper Darby,
PA 19082. Untuk menghemat dua-tiga hari, bagian Dokumen
menstempelnya dengan cap pos Philadelphia, dan surat itu diterbangkan ke
Jacksonville tempat Agen Klockner mengantarkannya sendiri ke kotak kecil
Aladdin North di kantor pos Neptune Beach. Itu hari Senin. Setelah tidur
siang keesokan harinya, Trevor roeng245 ambil surat dan pergi ke barat,
keluar dari Jacksonville, menyusuri rute familier ke Trumble. Dia disambut
penjaga-penjaga yang sama, Mackey dan Vince, di pintu depan, dan dia
menandatangani buku catatan yang sama yang disodorkan Rufus ke
hadapannya. Diikutinya Link ke area pengunjung dan berjalan ke pojok
tempat Spicer menunggu dalam salah satu ruang rapat pengacara kecil.
"Aku dapat teguran," kata Link ketika mereka memasuki ruangan. Spicer
tidak mengangkat kepala. Trevor menyerahkan dua lembar uang dua
puluhan pada Link, yang secepat kilat mengambilnya. "Dari siapa?" tanya
Trevor, membuka tas kerja. Spicer membaca surat kabar. "Sipir." "Sialan,
dia sudah mengurangi jumlah kunjunganku. Apa lagi maunya?" "Masa kau
tak mengerti?" kata Spicer, tanpa menurunkan surat kabar. "Link ini gusar
karena tak memperoleh sebanyak kita. Betul, Link?" "Tepat. Aku tak tahu
permainan kotor macam apa yang kalian mainkan di sini, tapi kalau aku
memperketat pemeriksaanku, kalian akan kesulitan, kan?" "Bayaranmu
lumayan," kata Trevor. Ttu katamu." "Berapa yang kauinginkan?" tanya
Spicer, menatapnya sekarang. Kg?*"Seribu sebulan, tunai," sahut Link,
memandang j Trevor. "Akan kuambil di kantormu." "Seribu sebulan dan
surat-surat takkan diperiksa," kata Spicer. "Dan tidak memberitahu siapa-
siapa." "Yep." "Setuju. Sekarang pergi dari sini." Link tersenyum pada
mereka berdua dan meninggalkan ruangan. Dia mengambil posisi di depan
pintu, dan karena disorot kamera-kamera closed-circuit, kadang-kadang
melihat ke balik jendela. Di dalam, kegiatannya nyaris tidak berbeda.
Pertukaran surat terjadi lebih dulu dan hanya butuh sedetik. Dari map
manila lusuh, selalu map yang sama, Joe Roy Spicer mengeluarkan surat-
surat dan menyerahkannya pada Trevor, yang mengeluarkan surat-surat dari
tas kerja dan memberikannya pada kliennya. Ada enam surat yang harus
diposkan. Kadang-kadang jumlahnya bisa sampai sepuluh, jarang kurang
dari lima. Meskipun Trevor tidak punya catatan, atau fotokopi, atau
dokumen dalam file yang dapat dijadikan bukti bahwa dia memiliki
hubungan dengan tipuan Majelis, dia tahu ada dua puluh atau tiga puluh
korban potensial yang sedang disiapkan. Dia mengenali beberapa nama dan
alamatnya. Tepatnya 21, menurut catatan teliti Spicer. Dua puluh satu
prospek serius, dengan delapan belas lagi calon cadangan. Hampir empat
puluh sahabat pena yang saat ini masih bersembunyi, beberapa takut pada
bayangan sendiri, yang makin lama makin berani, ada juga yang sampai
nyaris merobohkan pintu karena begitu ingin bertemu Ricky atau Percy.
Yang sulit adalah bersabar. Tipuan ini berhasil, uang berpindah tangan,
godaannya adalah memeras mereka secepat-cepatnya. Beech dan Yarber
ternyata pekerja keras, asyik menggarap surat-surat mereka! selama berjam-
jam, sementara Spicer mengatur operasi. Butuh disiplin untuk memancing
sahabat pena baru, yang berduit, lalu memikatnya dengan kata-kata manis
untuk memperoleh kepercayaannya. "Bukankah sudah waktunya Jcita
menghajar?" tanya Trevor. Spicer sedang membuka surat-surat bara.
"Jangan bilang kau bangkrut," katanya. "Kau memperoleh lebih banyak
daripada kami." "Uangku tersimpan seperti kau. Aku cuma ingin punya
lebih banyak." "Aku juga." Spicer memandang amplop dari Brant di Upper
Darby, PA. "Ah, pendatang baru," dia bergumam, lalu membukanya. Dia
membacanya dengan cepat, dan terkejut dengan nadanya. Tak ada
ketakutan, tak ada kata-kata mubazir, tak ada mencoba-coba. Pria ini siap
beraksi. "Di mana Palm Valley?" tanyanya. "Sepuluh mil ke selatan pantai.
Kenapa?" "Seperti apa tempat itu?" "Kawasan lapangan golf berpagar untuk
pensiunan kaya, hampir semua dari Utara." "Berapa harga rumah-
rumahnya?" "Yah, aku belum pernah ke sana, oke? Pintu gerbangnya selalu
dikunci, penjaga di mana-mana seolah ada maling yang mau mencuri kereta
golf mereka, tapi—" "Berapa harga rumah-rumahnya?" "Tak kurang dari
sejuta. Aku pernah melihat pasangan memasang iklan penjualan rumahnya
dengan harga tiga juta." "Tunggu di sini," kata Spicer, mengumpulkan
arsipnya dan berjalan ke pintu. "Mau ke mana kau?" tanya Trevor.
"Perpustakaan. Setengah jam lagi aku kembali." "Aku banyak pekerjaan."
"Tidak. Baca saja koran." Spicer mengatakan sesuatu pada Link, yang
mengawalnya melewati area pengunjung dan keluar dari gedung
administrasi. Dia berjalan cepat di halaman rumput rapi. Matahari hangat,
dan para tukang kebun bekerja supaya memperoleh 50 sen per jam. Begitu
juga para petugas perpustakaan hukum. Beech dan Yarber sedang
bersembunyi di ruang rapat kecil mereka, beristirahat dari menulis surat
dengan bermain catur, ketika Spicer terburu-buru masuk, tidak biasanya
tersenyum. "Boys, kita akhirnya mendapat kakap," katanya, dan
melemparkan surat Brant ke meja. Beech membacakannya. "Palm Valley
adalah salah satu tempat main golf untuk orang kaya," Spicer menjelaskan
dengan bangga. "Rumah-rumahnya berharga sekitar tiga juta. Bocah ini
punya banyak uang dan tak suka menulis surat." "Dia memang sepertinya
tak sabaran," komentar Yarber. "Kita harus bergerak cepat," kata Spicer.
"Dia ingin turun tiga minggu lagi." "Bagaimana potensi labanya?" tanya
Beech. Dia sangat menyukai jargon investor jutaan. "Paling tidak setengah
juta," jawab Spicer. "Ayo kita tulis suratnya sekarang. Trevor menunggu."
Beech membuka salah satu dari banyak mapnya dan membentangkan
perlengkapannya; lembaran-lembaran kertas berwarna pastel lembut.
"Kurasa, aku akan memakai yang peach" katanya. "Oh, jelas," sambut
Spicer. "Harus peach." Ricky menulis versi lebih singkat surat kontak j
pertama. Dua puluh delapan tahun, lulusan college, ¦ dirawat di klinik
rehabilitasi tapi sebentar lagi dibebaskan, mungkin sepuluh hari lagi, sangat
kesepian, . ingin menjalin hubungan dengan seorang pria dewasa.
Menyenangkan sekali Brant akan tinggal di dekat sini, karena Ricky punya
saudara perempuan di Jacksonville dan akan tinggal bersama wanita itu.
Tak ada halangan, tak ada hambatan yang harus diatasi. Dia akan siap
menyambut Brant ketika Brant datang ke Selatan. Tapi dia ingin melihat
fotonya dulu. Apakah Brant betul-betul menikah? Apakah istrinya akan
tinggal di Palm Valley juga? Atau apakah istrinya akan tinggal di
Pennsylvania? Bukankah akan asyik, jika begitu? Mereka menyertakan foto
berwarna yang sudah ratusan kali mereka gunakan. Foto itu terbukti sukses.
Amplop peach itu dibawa Spicer ke ruang rapat pengacara tempat Trevor
tidur. "Poskan ini segera," bentak Spicer. Mereka membicarakan taruhan
basket- mereka selama sepuluh menit, lalu berpisah tanpa bersalaman.
Dalam perjalanan pulang ke Jacksonville, Trevor menelepon bandarnya,
bandar baru, lebih besar, karena sekarang dia sudah mahir. Saluran digital
memang lebih aman, tapi teleponnya tidak. Agen Klockner dan tim
operasinya mendengarkan seperti biasa, dan melacak taruhan Trevor.
Lumayan juga perolehanny $4.500 selama dua minggu terakhir. Sebagai
perbandingan, biro hukumnya menghasilkan $800 selama periode yang
sama. Selain telepon, di Beetle itu juga ada empat mikrofon, sebagian besar
tak terlalu penting tapi tetap operasional. Dan di bawah setiap bumper
dipasang pemancar, keduanya dihubungkan dengan sistem listrik mobil dan
diperiksa dua malam sekali ketika Trevor sedang minum atau tidur. Alat
penerima di ramah sewaan seberang jalan melacak Beetle itu ke mana pun
perginya. Sambil asyik sendiri di sepanjang jalan raya, berbicara di telepon
seperti orang penting, menghambur-hamburkan uang bagai penjudi lihai
Vegas, meneguk kopi mendidih dari toserba, Trevor memancarkan lebih
banyak sinyal daripada sebagian besar jet pribadi. 7 Maret. Super Tuesday
besar. Dengan penuh kemenangan Aaron Lake melintasi panggung di ruang
jamuan luas sebuah hotel di Manhattan, sementara ribuan hadirin bersorak,
rmisik menggelegar, dan balon-balon berhamburan dari atas. Dia menguasai
New York dengan 43 persen suara. Gubernur Tarry mendapat 29 persen,
dan para peserta lain sisanya. Lake memeluk orang-orang yang belum
pernah ditemuinya dan melambai pada orang-orang yang takkan pernah
ditemuinya lagi, lalu menyampaikan pidato kemenangan yang menggelora
tanpa teks. Lalu dia pergi ke L.A. untuk merayakan kemenangan lain.
Selama empat jam, sambil terbang dalam jet Boeing barunya yang mampu
mengangkut seratus orang dan disewa satu juta sebulan dengan kecepatan
tanah - kilometer per jam, 11.400 meter di atas dia dan stamya memonitor
hasil dari dua belas neT"' bagian yang berpatisipasi dalam Super Tuesday
bes^ Di sepanjang Pantai Timur, tempat jajak pendapat sudah ditutup ?
Lake menang tipis di Maine dan Connecticut, namun menguasai New York,
Massachusetts, Maryland, dan Georgia. Dia kalah 800 suara di Rhode
Island, dan memenangkan Vermont dengan selisih seribu Ketika dia terbang
di atas Missouri, CNN menyatakan dia pemenang di negara bagian tersebut
dengan keunggulan empat persen dari Gubernur Tarry. Ohio juga seperti itu.
Ketika Lake sampai di California, kehebohan sudah berakhir. Dari 591
delegasi yang diperebutkan, dia memperoleh 390. Dia juga memantapkan
momentum. Dan yang paling penting, Aaron Lake sekarang menguasai
uang. Gubernur Tarry kalah telak, dan semua taruhan sekarang dipasang
pada Lake. Dua Puluh ENAM jam setelah menyatakan kemenangan di
California, keesokan paginya Lake disibukkan dengan serangkaian
wawancara langsung. Dalam dua jam dia harus meladeni delapan belas
wawancara, kemudian terbang ke Washington. Dia langsung mendatangi
markas besar kampanyenya yang baru, di lantai dasar gedung perkantoran
besar di H Street, selemparan batu dari Gedung Putih. Dia mengucapkan
terima kasih pada para pegawainya, hampir tak ada yang sukarelawan. Dia
menerobos kerumunan, berjabat tangan, sambil terus bertanya dalam hati,
"Dari mana orang-orang ini datang?" Kita akan menang, katanya berulang-
ulang, dan semua orang percaya. Kenapa tidak? Dia rapat sejam dengan
orang-orang topnya. Dia punya $65 juta, tanpa utang. Tarry memiliki
kurang dan satu juta dan terus berusaha menghitung jumlah utangnya.
Kampanye Tarry malahan gagal menepati " tenggat waktu pengumpulan
laporan federal, karena pembukuannya begitu semrawut. Semua uang tunai
telah lenyap. Sumbangan berhenti Lake memperoleh ] semuanya. Nama
ketiga calon presiden diperdebatkan penuh semangat. Tugas itu
mengasyikkan, karena berarti I nominasi sudah di tangan. Pilihan pertama
Lake, Senator Nance dari Michigan, menimbulkan keributan karena pernah
melakukan transaksi bisnis kotor. Part-ner-partneroya keturunan Italia, dari
Detroit, dan Lake bisa membayangkan pers menelanjangi Nance habis-
habisan. Sebuah komite dibentuk untuk mempelajari isu tersebut lebih jauh.
Dan sebuah komite lagi dibentuk untuk mulai merencanakan kehadiran
Lake di konvensi di Denver Lake menginginkan penulis pidato baru,
sekarang, dan dia ingin orang itu mengerjakan pidato penerimaan. Dalam
hati Lake takjub sendiri dengan pengeluarannya. Ketua kampanyenya
mendapat bayaran $150.000 untuk tahun ini, bukan untuk dua belas bulan,
melainkan sampai Natal saja. Ada ketua urusan keuangan, kebijaksanaan,
hubungan media, operasi, dan perencanaan strategis, masing-masing
dikontrak sebesar $120.000 untuk bekerja sepuluh bulan. Setiap ketua
mempunyai dua atau tiga bawahan langsung, orang-orang yang nyaris tak
dikenal Lake, dan mereka digaji $90.000 per orang. Kemudian ada para
asisten kampanye, atau CA, bukan sukarelawan seperti yang dimiliki
kebanyakan kandidat, namun pegawai tulen yang masing-masing dibayar
$50.000 dolar dan mengurus kantor-kantornya. Jumlah mereka puluhan.
Lalu puluhan asisten dan sekretaris, hebatnya, tak ada yang digaji kurang
dari $40.000. Dan di atas semua penghamburan ini, Lake berkali-kali
berkata pada dirinya sendiri, kalau berhamil masuk Gedung Putih, aku akan
harus menyediakan pekerjaan untuk mereka di sana. Tanpa kecuali. Bocah-
bocah yang sekarang memakai lencana Lake berharap nanti akan punya izin
masuk ke Sayap Barat dan pekerjaan bergaji $80.000 setahun. Itu cuma
setetes air di lautan, katanya mengingatkan diri sendiri berulang kali.
Jangan pikirkan hal kecil ketika begitu banyak yang dipertaruhkan. Hal-hal
negatif disisihkan ke akhir pertemuan dan dibicarakan sebentar. Seorang
reporter Post menyelidiki karier bisnis Lake dulu. Tanpa berusaha terlalu
keras dia mengetahui soal GreenTree, pengembangan tanah yang gagal, 22
tahun lalu. Lake dan seorang partner membangkrutkan GreenTree, secara
legal merugikan para kreditor $800.000. Partnernya didakwa melakukan
penipuan kebangkrutan, tapi juri meloloskannya. Tidak ada yang
menyalahkan Lake, dan tujuh kali setelah itu rakyat Arizona memilihnya
sebagai wakil mereka di Kongres. "Aku akan menjawab pertanyaan apa pun
mengenai GreenTree," kata Lake. "Itu cuma transaksi bisnis jelek." "Pers
akan makin teliti," lata ketua hubungan media. "Anda orang baru dan belum
mselidiki cukup dalam. Sekarang waktunya mereka bersikap kejam."
"Sudah dimulai kok," kata Lake. "Tak ada yang perlu kusembunyikan."
Untuk makan malam dia dibawa ke Mortimer's, tempat kumpul-kumpul
paling penting saat ini, di Pennsylvania, tempat dia bertemu Elaine Tyner,
pengacara pengelola D-PAC. Sambil menikmati buah-1 buahan dan keju
cottage, wanita itu memaparkan \ keuangan PAC terbaru. Uang di tangan
$29 juta, tidak ada utang signifikan, uang terus mengalir, ber- J datangan
dari segala arah, dari berbagai tempat di I dunia. Menghabiskannya
merupakan tantangan. Karena dianggap "uang lunak", atau uang yang tidak
bisa langsung dimanfaatkan kampanye Lake, uang tersebut harus digunakan
untuk hal-hal lain. Tyner punya beberapa target. Yang pertama adalah seri
iklan generik yang mirip dengan iklan-iklan kiamat buatan Teddy. D-PAC
sudah membeli waktu tayang prima untuk musim gugur. Yang kedua, dan
yang paling menyenangkan, adalah Senat dan Kongres. "Mereka berbaris
seperti semut," katanya geli. "Menakjubkan apa yang bisa diakibatkan uang
beberapa juta." Dia bercerita tentang pemilihan anggota Kongres di sebuah
distrik di Northern California tempat seorang anggota lama, veteran dua
puluh tahun yang dikenal dan dibenci Lake, mengawali tahun dengan
keunggulan empat puluh poin atas seorang penantang tak dikenal. Si
penantang mengetahui soal D-PAC dan menyerahkan jiwa-raganya pada
Aaron Lake. "Kami bisa dibilang mengambil alih kampanyenya," dia
memberitahu. "Kami mengurus pidato, jajak pendapat, membuat semua
iklan cetak dan TV, kami bahkan menyewa staf baru untuknya. Sejauh ini
kami telah menghabiskan 1,5 juta, dan jagoan kami telah mengurangi
kekalahannya menjadi cuma sepuluh poin. Dan kami masih punya waktu
tujuh bulan." Secara keseluruhan, Tyner dan D-PAC ikut campur dalam tiga
puluh pemilihan anggota Kongres dan sepuluh anggota Senat. Tyner
mengharapkan bisa mengumpulkan $60 juta, dan di bulan November akan
sudah membelanjakan setiap sennya. Area ketiga "fokus"-nya adalah
memantau situasi negeri. D-PAC mengadakan jajak pendapat terus-
menerus, setiap hari, lima belas jam per hari. Jika buruh di Pennsylvania
barat resah karena suatu masalah, D-PAC pasti tahu. Jika kaum wanita di
Chicago dan sekitarnya menyukai atau tidak menyukai iklan Lake, D-PAC
mengetahuinya sampai ke persentase-, nya. "Kami tahu segalanya,"
sesumbarnya. "Kami seperti kakak, selalu mengawasi." Jajak pendapat
memakan biaya kira-kira $60.000 sehari. Tak ada yang bisa menyentuhnya.
Untuk masalah-masalah penting, Lake unggul sembilan poin dari Tarry di
Texas, bahkan di Florida, negara bagian yang belum dikunjungi Lake, dan
sangat dekat dengan Indiana, negara bagian asal Tarry. "Tarry capek," kata
Tyner. "Semangatnya padam, karena tadinya dia menang di New Hampshire
dan uang mengucur. Lalu Anda mendadak muncul, wajah bam, tanpa cacat,
pesan baru, Anda mulai menang, dan tiba-tiba uang mengikuti Anda. Tarry
tak mampu mengumpulkan $50 di acara penjualan kue gereja. Dia
kehilangan orang-orang penting karena tak sanggup membayar mereka, dan
karena mereka mencium adanya pemenang baru." Lake mengunyah
sepotong nenas dan menikmati kata-kata itu. Bukan omongan baru; dia
sudah mendengarnya dari orang-orangnya sendiri. Tapi ketika diucapkan
oleh orang yang sudah kenyang makan asam-garam seperti Tyner, kata-kata
tersebut terasa lebih meyakinkan. "Bagaimana angka Wakil Presiden?"
tanya Lake. Dia punya informasi sendiri, tapi karena alasan tertentu lebih
mempercayai Tyner. "Dia akan mengumumkan pencalonannya," katanya,
bukan informasi baru. 'Tapi konvensi akan seru. Saat ini, Anda cuma
ketinggalan beberapa poin untuk pertanyaan penting: Siapa yang akan
kaupilih November nanti?" "November masih jauh." "Ya dan tidak."
"Banyak yang bisa berubah," komentar Lake, memikirkan Teddy, dan ingin
tahu krisis macam apa yang akan dieiptakannya untuk menakut-nakuti
rakyat Amerika. Makan malamnya tidak banyak. Dari Mortimer's, Lake
diantar ke ruang jamuan kecil di Hay-Adams Hotel. Dia makan malam
dengan santai bersama teman-teman, 24 koleganya di Kongres. Cuma
beberapa orang di antara mereka yang mendukungnya ketika dia mulai
mengikuti pemilihan, tapi sekarang mereka semua berada di pihaknya.
Kebanyakan punya penyelenggara jajak pendapat sendiri. Dukungan telah
mengalir. Lake tidak pernah melihat teman-teman lamanya begitu gembira
berada di dekatnya. Surat itu dibuat di Dokumen oleh seorang wanita
bernama Bruce, salah satu dari tiga pemalsu paling andal CIA. Pada papan
di atas meja kerja di lab kecilnya terpampang surat-surat yang ditulis Ricky.
Contoh-contoh bagus, jauh melebihi yang dibutuhkannya. Dia tidak tahu
siapa Ricky, tapi tidak ragu bahwa tulisan tangan orang itu dibuat-buat.
Tulisannya cukup konsisten, contoh-contoh yang lebih bara jelas
menunjukkan keluwesan yang cuma bisa diperoleh karena sering
melakukannya. Kosa katanya biasa-biasa saja, tapi dia lalu curiga Ricky
berpura-pura. Straktur kalimatnya jarang salah. Brace menduga usianya
antara empat puluh dan enam puluh, pendidikannya minimal college. Tapi
bukan tugasnya menebak hal-hal seperti itu, setidaknya dalam kasus ini.
Dengan pena dan kertas yang sama dengan Ricky, dia menulis surat singkat
manis pada Al. Teksnya disiapkan orang lain, dia tidak tahu siapa. Juga
tidak peduli. Bunyinya, "Hei, Al, ke mana saja kau? Kenapa belum
kaubalas suratku? Jangan lupa padaku, ya." Surat seperti itulah, tapi dengan
kejutan kecil menyenangkan. Karena tidak boleh memakai telepon, Ricky
mengirimi Al kaset berisi pesan singkat dari dalam klinik rehabilitasi. Bruce
menulis surat tersebut pada selembar kertas, lalu menggarap amplopnya
selama sejam. Cap pos yang distempelkannya dari Neptune Beach, Florida.
Dia tidak mengelem amplop itu. Proyek kecilnya diperiksa, lalu dibawa ke
lab lain. Kasetnya diisi suara seorang agen muda yang belajar drama di
Northwestern. Dengan suara lembut tanpa aksen dia berkata, "Hei, Al, ini
Ricky. Kuharap kau terkejut mendengar suaraku. Di sini mereka tak
mengizinkan kami menelepon, aku tak tahu alasannya, tapi entah mengapa
kami boleh mengirim dan menerima kaset Aku tak sabar untuk keluar dari
tempat ini." Lal dia berceloteh selama lima menit tentang rehabilitasi nya
serta betapa dia membenci pamannya dan orang orang yang mengelola
Aladdin North. Tapi dia mengakui bahwa mereka berhasil menghilangkan
kecanduannya. Dia yakin nantinya takkan sedemikian benci pada tempat
ini. Seluruh omongannya hanya ocehan. Rencana setelah dia bebas tidak
dibicarakan, tidak ada petunjuk tentang ke mana dia akan pergi atau apa
yang akan dilakukannya, cuma ucapan samar tentang mengunjungi Al
kapan-kapan. Mereka belum siap menangkap Al Konyers. Satu-satunya
tujuan kaset itu adalah untuk menyembunyikan di dalamnya pemancar yang
cukup kuat untuk membawa mereka ke arsip tersembunyi Lake. Alat
penyadap kecil di dalam amplop terlalu riskan. Al mungkin cukup pintar
sehingga menemukannya. Di Mailbox America di Chevy Chase, CIA
sekarang mengontrol delapan kotak, disewa setahun oleh delapan orang
yang berlainan, masing-masing memiliki akses 24 jam seperti Mr. Konyers.
Mereka datang dan pergi setiap waktu, mengecek kotak, mengambil surat
yang mereka kirim untuk diri mereka sendiri, sesekali memeriksa kotak Al
kalau tidak ada yang melihat. Karena lebih mengetahui jadwal orang itu
daripada yang bersangkutan sendiri, mereka sabar menunggu sampai dia
selesai berkeliling. Mereka yakin Al akan pergi diam-diam seperti dulu,
berpakaian seperti pe-joging, jadi mereka menahan amplop berisi kaset itu
sampai hampir pukul 22.00 suatu malam. Lalu mereka meletakkannya di
kotak posnya. Empat jam kemudian, selusin agen mengawasi setiap
gerakannya, Lake si pejoging melompat dari taksi di depan Mailbox
America, melesat ke dalam, wajahnya tertutup ujung topi lari, pergi ke
kotak posnya, mengambil surat, dan bergegas kembali ke taksi. Enam jam
kemudian' dia meninggalkan Georgetown untuk sarapan bersama di Hilton,
dan mereka menunggu. Dia berpidato di hadapan asosiasi kepala polisi pada
pukul 09.00, dan seribu kepala sekolah menengah pada pukul 11.00. Dia
makan siang dengan Juru Bicara Parlemen. Dia melayani wawancara
melelahkan pada pukul 15.00, lalu pulang untuk berkemas. Jadwalnya
mengharuskannya berangkat dari Reagan National Airport pukul 20.00 dan
terbang ke Dallas. Mereka membuntutinya ke bandara, mengawasi Boeing
707-nya tinggal landas, lalu menghubungi Langley. Ketika dua agen Secret
Service tiba untuk memeriksa daerah sekitar townhouse Lake, CIA sudah di
dalam. Pencarian berakhir di dapur sepuluh menit setelah dimulai. Reseptor
kecil menangkap sinyal dari kaset. Mereka menemukannya di tempat
sampah, bersama tempat susu ukuran setengah galon yang sudah kosong,
dua bungkus oatmeal, beberapa serbet kertas kotor, dan Washington Post
edisi tadi pagi. Pelayan datang dua kali seminggu. Lake membiarkan
sampahnya untuk dibereskan wanita itu. Mereka tidak bisa menemukan
arsip Lake, karena dia memang tidak punya arsip. Pintar, dia membuang
barang bukti. Teddy nyaris lega ketika diberitahu. Tim itu masih I di dalam
tdwnhouse, bersembunyi dan menunggu Secret Service pergi. Apa pun
yang dilakukannya dalam kehidupan rahasianya, Lake berusaha keras untuk
tidak meninggalkan jejak. Kaset itu mengguncang Aaron Lake. Membaca
surat-surat Ricky dan memandang wajah tampannya membuat hatinya
bergetar. Pemuda itu jauh dan mereka mungkin takkan pernah bertemu.
Mereka bisa bersahabat pena, main kucing-kucingan dari jauh, dan bergerak
pelan, setidaknya begitulah yang ada dalam pikiran Lake awalnya. Tapi
mendengar suara Ricky membuatnya semakin dekat, dan Lake panik. Apa
yang beberapa bulan lalu mlakukannya karena sekadar ingin tahu, sekarang
mengandung kemungkinan-kemungkinan mengerikan. Urusan ini terlalu
riskan. Lake gemetar memikirkan kemungkinan ketahuan. Tapi rasanya itu
tetap mustahil. Dia aman di balik kedok Al Konyers. Ricky sama sekali
tidak tahu. Dalam kaset itu dia cuma menyebut-nyebut Al. Kotak pos
melindunginya. Tapi dia harus menghentikannya. Paling tidak untuk saat
ini. Boeing penuh sesak dengan orang-orang Lake yang dibayar mahal.
Tidak ada pesawat yang cukup besar untuk memuat seluruh rombongannya.
Kalau dia menyewa 747, dalam dua hari pesawat itu akan penuh dengan
CA, penasihat, konsultan, dan ahli jajak pendapat, belum lagi regu
pengawalnya dari Secret Service yang jumlahnya makin membengkak.
Makin banyak pemilihan pendahuluan dimenangkannya, makin berat
pesawatnya. Mungkin dia perlu kalah di beberapa negara bagian, supaya
bisa membawa bagasi. Dalam kegelapan pesawat, Lake meneguk jus tomat
dan memutuskan untuk menulis surat terakhir kepada Ricky. Al akan
mendoakan keberhasilannya, dan menyudahi korespondensi mereka begitu
saja. Apa yang bisa dilakukan anak itu? Dia tergoda untuk menulis surat
tersebut sekarang juga, duduk di kursi empuknya, kaki terjulur ke atas. Tapi
setiap saat asisten akan datang membawa laporan yang harus segera
didengar si kandidat. Dia tak punya privasi. Dia tak punya waktu untuk
berpikir, merenung, atau melamun. Semua khayalan menyenangkan
dibuyarkan jajak pendapat baru, berita paling akhir, atau kebutuhan
mendesak untuk mengambil keputusan. Dia tentu akan bisa bersembunyi di
Gedung Putih nanti. Banyak penyendiri pernah tinggal di sana. Dua Puluh
Satu KASUS hilangnya ponsel itu menarik perhatian para narapidana di
Trumble selama sebulan terakhir. Mr. T-Bone, anak jalanan kerempeng dari
Miami yang dihukum dua puluh tahun karena obat bius, memiliki telepon
tersebut dengan cara yang masih tidak jelas. Ponsel dilarang keras di
Trumble, dan cara dia memperolehnya menimbulkan lebih banyak
gunjingan daripada kehidupan seks T. Kait Beberapa orang yang pernah
melihatnya menggambarkannya, bukan di pengadilan, melainkan di sekitar
kamp, cuma sebesar stopwatch. Mr. T-Bone sering tampak bersembunyi di
tempat gelap, berjongkok, membungkuk dalam-dalam, membelakangi
dunia, bergumam ke telepon. Jelas dia masih memimpin operasi jalanan di
Miami. Lalu benda itu lenyap. Mr. T-Bone mengumumkan bahwa dia
mungkin akan membunuh siapa pun yang mengambilnya, dan ketika
ancaman kekerasan itu tidak berhasil, dia menawarkan hadiah uang $1.000.
Kecurigaan segera terarah pada penjual obat bius muda lain, Zorro, dari
daerah Atlanta yang sekeras daerah asal Mr. T-Bone. Pembunuhan
tampaknya akan terjadi, jadi para penjaga dan petugas di depan turun
tangan dan meyakinkan keduanya bahwa mereka akan dipindahkan jika
keadaan berkembang tak terkendali. Kekerasan tidak ditolerir di Trumble.
Hukumannya adalah pemindahan ke penjara berpengamanan menengah di
mana para narapidananya akrab dengan kekerasan. Mr. T-Bone diberitahu
seseorang tentang sidang mingguan yang diadakan Majelis, lalu tak lama
kemudian dia menemui T. Kari dan mengajukan tuntutan. Dia
menginginkan teleponnya kembali, plus ganti rugi sejuta dolar. KeUta kasus
tersebut akan disidangkan untuk pertama kalinya, asisten sipir datang ke
kafeteria untuk mengamati keadaan, dan sidang segera -ditunda Majelis.
Hal yang sama terjadi tepat sebelum sidang kedua. Tuduhan tentang siapa
yang memiliki atau tidak memiliki ponsel terlarang tidak boleh didengar
orang administrasi. Para penjaga yang mengawasi pertunjukan mingguan
itu takkan buka mulut. Hakim Spicer akhirnya meyakinkan konselor
penjara bahwa ada urusan pribadi yang harus dibereskan para penghuni
sendiri, tanpa campur tangan dari bagian depan. "Kami mencoba
menyelesaikan suatu masalah kecil," bisiknya. "Dan kami perlu
melakukannya secara pribadi." Permintaan itu sampai ke atas, dan pada
tanggal sidang ketiga kafeteria dipenuhi penonton, kebanyakan berharap
akan melihat pertumpahan darah. Satu-satunya petugas penjara yang ada di
ruangan itu seorang penjaga, duduk di belakang, setengah tidur. Kedua
pihak yang bertikai bukan baru sekali ini disidangkan, jadi tidak
mengejutkan ketika Mr. T-Bone dan Zorro bertindak sebagai pengacara
untuk diri mereka sendiri. Selama hampir sejam pertama Hakim Beech
sibuk berusaha menyuruh mereka memakai bahasa yang sopan. Akhirnya
dia angkat tangan. Penuntut melontarkan tuduhan-tuduhan liar, yang meski
dibantu seribu agen FBI sekalipun tidak j akan bisa dibuktikan.
Bantahannya sama keras dan ] sengitnya. Mr. T-Bone menang mutlak
dengan dua affidavit, ditandatangani para narapidana yang namanya
diungkapkan hanya pada Majelis, yang berisi pernyataan saksi mata yang
pernah melihat Zorro berusaha bersembunyi ketika bicara mengpnakan
telepon mungil. Respons marah Zorro menggambarkan affidavit itu dalam
bahasa yang belum pernah didengar Majelis. Pukulan telak datang tiba-tiba.
Mr. T-Bone, dalam tindakan yang pasti dikagumi pengacara paling licin
sekalipun, mengajukan dokumen. Catatan teleponnya telah diselundupkan
ke dalam penjara, dan dia menunjukkan bukti hitam di atas putih pada
pengadilan bahwa tepat 54 hubungan telepon telah dilakukan ke nomor-
nomor di Atlanta Tenggara. Para pendukungnya, jumlahnya memang besar
tapi kesetiaannya bisa lenyap dalam sekejap mata, melompat dan bersorak
sampai T. Kari menghantamkan palu plastiknya dan menyuruh mereka
diam. Zorro kesulitan menjawab, dan keraguannya menghabisinya. Dia
diperintahkan untuk menyerahkan telepon tersebut pada Majelis dalam 24
jam, dan membayar $450 pada Mr. T-Bone untuk tagihan interlokal. jika 24
jam berlalu tanpa telepon, masalah ini akan dilaporkan pada sipir, bersama
pemberitahuan dari Majelis bahwa Zorro memiliki ponsel ilegal. Majelis
lebih jauh memerintahkan keduanya saling menjaga jarak setidaknya 15
meter setiap saat, bahkan ketika makan. T. Kari mengetuk-ngetukkan palu,
dan kerumunan bubar dengan ribut. Dia memanggil kasus berikut, satu lagi
perselisihan judi yang sepele, dan menunggu para penonton pergi.
"Tenang!" teriaknya, dan suasana malahan semakin gaduh. Majelis kembali
membaca koran dan majalah mereka. "Tenang!" T. Kari berteriak lagi,
memukul-mukulkan palunya. "Diam," seru Spicer pada T. Kari. "Kau lebih
ribut dari mereka." "Ini tugasku," T. Kari balas membentak, ikal-ikal
wignya terpantul-pantul ke segala arah. Begitu kafeteria kosong, yang
tinggal hanya seorang narapidana. T, Kari memandang berkeliling dan
akhirnya bertanya padanya, "Kau Mr. Hooten?" "Bukan, Sir," jawab
pemuda itu. "Kau Mr. Jenkins?" "Bukan, Sir." "Kurasa juga begitu. Kasus
Hooten melawan Jenkins dengan ini dibatalkan karena kendalmadiran,"
kata T. Kari, dan dengan dramatis menulisnya di buku catatan. "Siapa kau?"
tanya Spicer pada pria muda itu, yang duduk sendirian dan memandang
sekitarnya seolah tidak yakin dia boleh berada di situ. Ketiga pria bertoga
hijau pucat itu sekarang menatapnya, begitu juga badut berwig abu-abu,
berpiama merah tua, dan bersepatu kamar mandi warna lembayung muda
tanpa kaus kaki itu. Siapa orang-orang ini? Pelan-pelan dia. bangun dan
maju dengan takut-takut sampai berdiri di hadapan ketiganya. "Aku' butuh
pertolongan," katanya, nyaris tak berani bersuara. "Kau punya urusan
dengan pengadilan?" geram T. Kari dari samping. 'Tidak, Sir." "Kalau
begitu kau harus—" "Tutup mulut!" tukas Spicer. "Sidang ditunda. Pergi."
T. Kari membanting buku catatan, menendang kursi lipat ke belakang, dan
bergegas keluar ruangan, sepatu mandinya meluncur di lantai, wignya
terpantul-pantul. Anak muda itu tampak hampir menangis. "Apa yang bisa
kami lakukan untukmu?" tanya Yarber. Dia memegang kardus kecil, dan
Majelis tahu dari pengalaman bahwa kotak itu berisi surat-surat yang telah
membawanya ke Trumble. "Aku butuh pertolongan," ulangnya. "Aku
masuk sini minggu lalu, «. dan teman sekamarku bilang kalian bisa
membantu permohonan bandingku." "Kau tak punya pengacara?" tanya
Beech. "Dulu punya. Dia tak begitu bagus. Dia penyebab aku di sini"
"Kenapa kau kemari?" tanya Spicer. "Aku tak tahu. Aku betul-betul tak
tahu." "Apakah kau disidangkan?" "Ya. Sidangnya lama." "Dan kau
dianggap bersalah oleh juri?" Aku dan beberapa lainnya. Mereka bilang
kami bagian dari sebuah komplotan." "Komplotan untuk melakukan apa?"
"Impor kokain." Narapidana obat bius lagi. Mereka tiba-tiba ingin segera
kembali menulis surat. "Berapa lama hukuman-mu?" tanya Yarber. "Empat
puluh delapan tahun." "Empat puluh delapan tahun! Berapa umurmu?"
"Dua puluh tiga." Acara menulis surat mendadak terlupakan. Mereka
menatap wajah mudanya yang sedih dan mencoba membayangkannya lima
puluh tahun yang akan datang. Dibebaskan pada usia 71; tak terbayangkan.
Ketiga anggota Majelis akan meninggalkan Trumble dalam usia yang lebih
muda daripada anak ini. "Ambil kursi," kata Yarber, dan bocah itu menarik
kursi terdekat dan meletakkannya di depan meja mereka. Bahkan Spicer
sekalipun bersimpati padanya. "Siapa namamu?" tanya Yarber. "Aku biasa
dipanggil Buster." "Oke, Buster, apa yang telah kaulakukan hingga
dihukum 48 tahun?" Ceritanya bagai air bah. Sambil meletakkan kotak di
lutut dan memandangi lantai, dia mulai dengan mengatakan bahwa dia
belum pernah berurusan dengan hukum, begitu juga ayahnya. Mereka
memiliki dok perahu kecil di Pensacola. Mereka memancing, berlayar, dan
mencintai laut, dan mengelola dok itu merupakan kehidupan yang
sempurna bagi mereka Mereka menjual sebuah perahu memancing bekas,
berukuran 15 meter, pada seorang pria dari Fort Lauderdale, orang Amerika
yang membayar tunai— J $95.000. Uang itu berasal dari bank, atau
setidaknya ; begitulah yang dikira Buster. Beberapa bulan kemudian, orang
tadi kembali untuk membeli perahu lagi, ukuran 11,4 meter yang
dibayarnya seharga $80.000. Membeli perahu dengan uang tunai tidak aneh
di Florida. Selanjutnya perahu ketiga dan keempat. Buster dan ayahnya tahu
tempat membeli perahu memancing bekas yang bagus, yang kemudian
mereka perbaiki dan renovasi. Mereka menikmati melakukan sendiri
pekerjaan itu. Setelah perahu kelima, polisi bagian narkotika datang.
Mereka mengajukan serentetan pertanyaan, mengancam, ingin melihat
catatan. Ayah Buster mula-mula menolak, lalu mereka menyewa pengacara
yang menyarankan mereka untuk tidak bekerja sama. Tak terjadi apa-apa
selama beberapa bulan. Buster dan ayahnya ditangkap pukul 03.00 hari
Minggu oleh segerombolan tukang pukul yang memakai rompi dan
membawa banyak sekali senjata. Mereka diseret setengah telanjang dari
rumah kecil mereka di dekat teluk, kilatan lampu menyambar-nyambar
tempat itu. Dakwaannya setebal 2,5 senti, 160 halaman, 81 dakwaan
berkomplot menyelundupkan kokain. Di dalam kardus ada salinannya.
Buster dan ayahnya nyaris tidak disinggung-singgung dalam 160 halaman
tersebut, tapi mereka tetap disebut terdakwa dan disatukan dengan pria yang
membeli perahu-perahu mereka dulu, bersama 25 orang lain yang belum
pernah mereka kenal. Sebelas orang Colombia. Tiga pengacara. Yang
lainnya dari South Florida. Jaksa menawari mereka kesepakatan—masing-
masing dua tahun sebagai imbalan untuk pengakuan bersalah dan kerja
sama melawan para terdakwa lain. Mengaku bersalah melakukan apa?
Mereka tidak berbuat salah. Mereka hanya kenal salah satu dari 26 teman
sekomplotan mereka. Mereka tidak pernah melihat'kokain. Ayah Buster
menghipotekkan kembali ramah mereka untuk memperoleh $20.000 agar
dapat membayar pengacara, tapi pilihan mereka jelek. Di persidangan,
mereka waswas ketika didudukkan bersama orang-orang Colombia dan
penjual obat bius sungguhan. Mereka berkumpul di satu sisi ruang sidang,
semua anggota komplotan, duduk berkelompok seolah mereka tadinya
organisasi pengedar obat bius kelas kakap. Di sisi lain, dekat juri, duduk
para pengacara pemerintah, kumpulan bangsat bersetelan hitam, sibuk
mencatat, memelototi mereka seakan mereka penyiksa anak kecil. Juri juga
melotot pada mereka. Selama tujuh minggu persidangan, Buster dan
ayahnya bisa dibilang tidak dipedulikan. Nama mereka disebut tiga kali.
Dakwaan utama pemerintah terhadap mereka adalah bahwa mereka
berkomplot dengan organisasi kelas kakap untuk membawa obat bius dari
Meksiko ke berbagai tempat di sepanjang semenanjung Florida. Pengacara
mereka, yang mengomel bayarannya kurang untuk persidangan tujuh
minggu, terbukti tak mampu menangkis dakwaan-dakwaan ngawur itu. Tapi
para pengacara pemerintah juga tidak terlalu pintar dan jauh lebih ingin
menangkap orang-orang Colombia. Tapi mereka tidak perlu membuktikan
terlalu banyak. Mereka telah memilih juri yang luar biasa. Setelah
berunding delapan hari, para anggota juri, yang jelas capek dan frustrasi,
berpendapat bahwa semua anggota komplotan bersalah untuk semua
dakwaan. Sebulan setelah mereka divonis, ayah Buster bunuh diri. Ketika
bercerita, anak itu tampak nyaris menangis. Tapi rahangnya menegang,
giginya mengertak, dan ia berkata, "Aku tak bersalah." Jelas dia bukan
narapidana pertama di Trumble yang menyatakan dirinya tidak bersalah.
Beech mengamati dan mendengarkan, lalu teringat pada seorang pria muda
yang dijatuhinya hukuman empat puluh tahun penjara karena mengedarkan
obat bius di Texas. Masa kecil terdakwa itu kacau, tidak berpendidikan,
catatan kejahatan remajanya panjang, pokoknya dia takkan punya masa
depan. Beech mengkhotbahinya dari tempat duduk hakim, tinggi dan agung
di atas, serta bangga pada diri sendiri karena telah menjatuhkan hukuman
seberat itu. Para pengedar obat bius sialan ini harus disingkirkan dari
jalanan! Orang liberal adalalT orang konservatif yang ditangkap. Setelah
tiga tahun di dalam penjara, Hatlee Beech gundah memikirkan banyak dari
orang-orang yang telah dipenjarakannya. Orang-orang yang jauh lebih
bersalah daripada si Buster ini. Anak-anak yang cuma iseng. Finn Yarber
melihat, mendengar, dan sangat kasihan pada pemuda itu. Semua orang di
Trumble punya kisah sedih, tapi setelah sebulan dia mendengarkannya,
hampir tak ada yang dipercayanya lagi. Tapi Buster bisa dipercaya. Selama
48 tahun mendatang, dia akan mengalah dan pasrah, semua atas tanggungan
pembayar pajak. Makan tiga kali sehari. Tempat tidur hangat di malam hari
—$31.000 setahun adalah perkiraan terakhir tentang biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah untuk seorang narapidana federal. Buang-buang
uang saja. Setengah dari semua penghuni Trumble mestinya tidak dipenjara.
Mereka bukan orang-orang berbahaya yang seharusnya dihukum dengan
ganti rugi dalam jumlah besar dan kerja sosial saja. Joe Roy Spicer
mendengarkan kisah memelas Buster, dan memperhitungkan manfaat bocah
itu di masa yang akan datang. Ada dua kemungkinan. Pertama, menurut
pendapat Spicer, telepon kurang digunakan dalam tipuan Angola. Majelis
adalah pria-pria tua yang menulis surat sebagai pria-pria muda. Terlalu
riskan untuk menelepon Quince Garbe di Iowa, misalnya, dan berpura-pura
jadi Ricky, pemuda 28 tahun yang segar bugar. Tapi jika bocah seperti
Buster bekerja pada mereka, mereka dapat meyakinkan semua korban
potensial. Di Trumble banyak anak muda, dan Spicer sudah
mempertimbangkan beberapa orang. Tapi mereka kriminal, dan dia tidak
mempercayai mereka. Buster baru ditangkap dari jalanan, tampaknya tak
bersalah, dan mendatangi mereka untuk minta bantuan. Bocah ini bisa
dimanipulasi. Kemungkinan kedua adalah pengembangan yang pertama.
Kalau bergabung dalam komplotan mereka, Buster bisa dipakai ketika Joe
Roy dibebaskan. Tipuan ini terlalu menguntungkan untuk diakhiri begitu
saja. Beech dan Yarber jago menulis surat, tapi tidak punya otak bisnis.
Mungkin Spicer bisa men didik si Buster muda ini untuk menggantikannya
dan untuk mengalihkan jatahnya ke luar. Siapa tahu. "Kau punya uang?"
tanya Spicer. "Tidak, Sir. Kami kehilangan segalanya." "Tidak ada keluarga,
paman, bibi, sepupu, teman yang bisa membantumu membiayai proses
hukum?" 'Tidak, Sir. Biaya apa?" "Kami biasanya meminta bayaran untuk
menelaah kasus dan membantu pengurangan hukuman." "Aku betul-betul
bangkrut." "Kurasa kami bisa membantu," kata Beech. Spicer memang
tidak pernah menangani pengurangan hukuman. Orang itu tamat sekolah
menengah saja tidak. "Semacam kasus pro bono, begitu maksudmu?" tanya
Yarber pada Beech. "Pro apa?" tanya Spicer. "Pro bono." "Apa itu?"
"Penanganan kasus hukum secara gratis," Beech memberitahu.
"Penanganan kasus hukum secara gratis. Siapa yang melakukannya?"
"Pengacara," Yarber menjelaskan. "Setiap pengacara diharap
menyumbangkan beberapa jam waktunya untuk membantu orang-orang
yang tak mampu membayarnya." "Itu bagian dari hukum publik Inggris
Lama," Beech menambahkan, semakin mengaburkan masalah. * smi tak
pernah terjadi, kan?" kata Spicer. "Kami akan menelaah kasusmu," kata
Yarber pada Buster. "Tapi jangan terlalu berharap." "Terima kasih." Mereka
meninggalkan kafeteria berbondong-bondong, tiga mantan hakim bermantel
hijau seragam paduan suara diikuti seorang narapidana muda ketakutan.
Ketakutan tapi juga penasaran. Dua Puluh Dua BALASAN Brant dari
Upper Darby, Pa., bernada mendesak: Dear Ricky: Wow! Bagus sekali
fotomu! Aku akan turun lebih cepat Aku akan berada di sana tanggal 20
April. Apakah kau sibuk? Kalau tidak, rumah bisa kita tempati berdua saja,
karena istriku akan tinggal di sini dua minggu lagi. Wanita yang malang.
Sudah 22 tahun kami menikah dan dia masih belum tahu. Ini fotoku. Yang
di belakang itu Lear Jet-ku, salah satu mainan favoritku. Kita bisa terbang
naik pesawat itu kalau kau mau. Tolong balas suratku segera. Salam, Brant
Tetap belum ada nama belakang, tapi itu bukan masalah. Mereka pasti bisa
mengetahuinya sebentar lagi. Spicer memeriksa stempel pos, dan sekilas
berpikir tentang betapa cepatnya surat itu sampai ke Jacksonville dari
Philadelphia. Tapi foto Brant menarik perhatiannya. Foto itu berukuran 10
kali 15 senti, sangat mirip iklan cara cepat kaya di mana si bintang
ditampilkan tersenyum bangga, diapit jetnya, Rolls Royce-nya, dan
mungkin istri terbarunya. Brant berdiri di samping pesawat terbang,
tersenyum, berpakaian rapi dengan celana pendek tenis dan sweter, tanpa
Rolls, tapi di sebelahnya ada wanita setengah baya yang menarik. Inilah
foto pertama, dalam koleksi mereka yang semakin banyak, di mana sahabat
pena mereka mengikutkan istrinya. Aneh, pikir Spicer, tapi Brant memang
menyebut-nyebut wanita itu dalam kedua suratnya. Tidak ada yang bisa
mengejutkannya lagi. Tipuan ini akan sukses untuk selamanya karena tak
habis-habisnya korban potensial yang bersedia mengabaikan risiko. Brant
sendiri fit dan kulitnya kecokelatan karena sinar matahari, rambut pendek
berwarna gelap dengan uban di sana-sini, dan kumis. Dia tidak terlalu
tampan, tapi Spicer tidak peduli. Kenapa pria yang memiliki begitu banyak
berbuat seceroboh ini? Karena dia selalu mengambil risiko dan tidak pernah
ketahuan. Karena begitulah cara hidupnya. Dan setelah mereka menguras
uangnya, Brant akan menahan diri sebentar. Dia akan menghindari iklan
baris, dan para kekasih anonim. Tapi tipe agresif seperti Brant pasti akan
segera kembali ke kebiasaan lamanya. Spicer menduga keasyikan
menemukan partner secara acak mengalahkan risikonya. Dia masih gusar
dengan fakta bahwa dia, dari semua orang, tiap hari harus berusaha berpikir
seperti homo. Beech dan Yarber membaca surat itu dan memandangi
fotonya. Ruang kecil yang penuh sesak itu senyap. Mungkinkah ini "si
kakap? "Bayangkan berapa harga jet itu," kata Spicer, dan mereka bertiga
tertawa. Tawa gelisah, seolah mereka tak yakin bisa mempercayainya.
"Beberapa juta," komentar Beech. Karena dia berasal dari Texas dan dulu
menikah dengan wanita kaya, kedua temannya berasumsi dia lebih tahu
tentang jet dibanding mereka. "Itu Lear kecil." Spicer cukup puas dengan
Cessna kecil, apa saja yang bisa membawanya tinggal landas dan pergi.
Yarber tidak menginginkan pesawat. Dia ingin tiket, kelas satu, di mana dia
disuguhi sampanye dan dua menu serta boleh memilih film. Kelas satu di
atas lautan, jauh dari negeri ini. "Ayo kita sikat dia," kata Yarber. "Berapa?"
tanya Beech, masih memandangi foto. "Paling tidak setengah juta," jawab
Spicer. "Dan kalau itu kita dapatkan, kita minta lagi lebih banyak." Mereka
diam, masing-masing asyik mengkhayalkan bagiannya dari setengah juta
dolar itu. Jatah Trevor yang sepertiga mendadak terasa menyesakkan. Dia
akan mengambil $167.000 lebih dulu, menyisakan $111.000 untuk mereka
masing-masing. Lumayan untuk narapidana, tapi mestinya jauh lebih
banyak. Kenapa pengacara itu memperoleh begitu banyak? "Kita harus
mengurangi bayaran Trevor," Spicer mengumumkan. "Sudah beberapa lama
masalah ini kupikirkan. Mulai sekarang, uangnya akan dibagi empat.
Jatahnya sama dengan kita." "Dia takkan mau," tukas Yarber. "Dia tak
punya pilihan." "Rencana Spicer tadi adil," kata Beech. "Kita yang bekerja,
tapi kok dia mendapat lebih banyak. Menurutku kita kurangi." "Akan
kulakukan Kamis ini." Dua hari kemudian, Trevor tiba di Trumble pukul
16.00 lebih sedikit dengan kepala pusing gara-gara mabuk, yang tidak
hilang setelah makan siang dua jam dan tidur satu jam. " Joe Roy tampak
sangat kesal. Dia menyodorkan surat untuk dikirimkan, tapi menahan
sebuah amplop besar berwarna merah. "Kami siap menghajar orang ini,"
katanya, mengetuk-ngetukkan amplop ke meja. "Siapa dia?" "Brant anu,
dekat Philadelphia. Dia bersembunyi di balik kantor pos, jadi kau perlu
mengoreknya." "Berapa?" "Setengah juta dolar." Mata merah Trevor
membelalak dan bibir keringnya ternganga. Dia langsung menghitung—
$167.000 masuk kantongnya. Karier berlayarnya mendadak semakin dekat.
Mungkin tidak tepat satu juta dolar yang diperlukannya sebelum dia
membanting pintu kantor dan berangkat ke Karibia. Mungkin setengahnya
saja sudah cukup. Sekarang dia sudah begitu dekat. "Kau bercanda,"
katanya, tahu pasti. Spicer tidak main-main. Spicer tidak punya selera
humor, dan jelas menganggap serius uangnya. 'Tidak. Dan kami mengubah
persentasemu." "Enak saja. Kesepakatan ya kesepakatan." "Kesepakatan
selalu bisa diubah. Mulai sekarang jatahmu sama dengan kami.
Seperempat." Tak mau." "Kalau begitu kau dipecat" "Kau tak bisa
memecatku." "Baru saja kulakukan. Apa kaukira kami tak mampu
menemukan pengacara busuk lain untuk membawakan surat kami?" "Aku
tahu terlalu banyak," kata Trevor, pipinya memerah dan lidahnya mendadak
terasa kering. "Jangan besar kepala. Kau tak seberharga itu." "Sebaliknya.
Aku tahu semua yang terjadi di sini." "Begitu juga kami, tolol. Bedanya,
kami sudah di dalam penjara. Kau yang akan paling rugi. Kalau macam-
macam denganku, kau akan jadi penghuni di sini juga." Rasa sakit
menghunjam kening Trevor dan dia memejamkan mata. Kondisinya sedang
tidak fit untuk berdebat. Kenapa dia sampai begitu malam kemarin di
Pete's? Dia harus waspada kalau menemui Spicer. Tapi sekarang dia malah
kecapekan dan setengah mabuk. Kepalanya pusing dan dia merasa mungkin
akan mual lagi. Dia menghitung Mereka memperdebatkan perbedaan antara
$167.000 dan $125.000. Terus terang, dua-duanya bagus menurut Trevor.
Dia tidak boleh mengambil risiko dipecat, karena dia telah beberapa gelintir
klien yang dimilikinya. Dia cuma sebentar di kantor; tidak mau mes* jawab
telepon mereka. Dia telah menemukan sumber uang yang jauh lebih kaya,
jadi persetan teri-teri di sepanjang pantai itu. Dan dia bukan tandingan
Spicer. Pria itu tak punya nurani. Dia licik, kotor, dan ingin menumpuk
uang sebanyak-banyaknya. "Beech dan Yarber menyetujui ini?" dia
bertanya, tahu mereka pasti mendukung, dan tahu kalaupun tidak, dia
takkan mengetahui perbedaannya. "Jelas. Mereka yang melakukan
segalanya. Kenapa kau memperoleh lebih banyak daripada mereka?"
Kedengarannya memang agak tidak adil. "Oke, oke," Trevor menyerah,
masih kesakitan. "Memang pantas kalian dipenjara." "Kau terlalu banyak
minum?" "Tidak! Kenapa kau bertanya?" "Aku kenal pemabuk. Banyak
pemabuk. Kau kelihatan kacau." "Terima kasih. Urus sendiri dirimu, jangan
ikut campur." "Setuju. Tapi tak ada yang mau punya pengacara pemabuk.
Kau mengurus semua uang kami, dalam kegiatan yang sangat ilegal. Salah
ngomong sedikit saja di bar, orang akan mulai bertanya-tanya." "Aku bisa
menjaga diri." "Bagus. Awasi belakangmu juga. Kita memeras orang,
menyakiti mereka. Kalau aku di pihak sana, aku pasti tergoda untuk datang
dan menyelidik sebelum memuntahkan uangku." "Mereka terlalu takut."
"Pokoknya tetaplah buka mata. Kau harus selalu awas dan waspada."
"Terima kasih banyak. Ada lagi?" "Yeah, aku punya beberapa pertandingan
untukmu." Beralih ke urusan penting. Spicer membentangkan surat kabar
dan mereka mulai memasang taruhan. Trevor membeli seperempat galon bir
di toko di perbatasan Trumble, dan meneguknya pelan-pelan sambil
mengeloyor kembali ke Jacksonville. Dia berusaha keras tidak memikirkan
uang mereka, namun pikirannya tak terkontrol. Di antara rekeningnya dan
rekening mereka, tersimpan $250.000 lebih di luar negeri, uang yang bisa
diambilnya kapan pun. Tambahkan setengah juta, dan, yah, dia tak bisa
menghentikan dirinya menghitung—$750.000! Dia takkan pernah ketahuan
mencuri uang kotor; itulah enaknya. Korban-korban Majelis tidak buka
mulut karena malu. Mereka tidak melanggar hukum. Mereka cuma takut. Di
lain pihak, Mejelis melakukan kejahatan. Jadi, mereka mau mengadu pada
siapa, kalau uang mereka lenyap? Dia harus berhenti memikirkan pikiran-
pikiran seperti itu. Tapi mana bisa mereka, Majelis, menangkapnya? Dia
akan berada di perahu layar yang terapung-apung di antara pulau-pulau
yang tak pernah mereka dengar. Dan ketika mereka akhirnya dibebaskan,
apakah mereka akan punya energi, uang, dan semangat untuk mencarinya?
Tentu saja tidak. Mereka sudah hia. Beech mungkin akan mati di Trumble.
"Stop," dia berteriak sendiri. Dia berjalan ke Beach Java untuk minum
tripleshot latte, dan kembali ke kantor dengan tekad melakukan sesuatu
yang produktif. Dia membuka' Internet dan menemukan nama beberapa
detektif swasta di Philadelphia. Sudah hampir pukul 18.00 waktu dia mulai
menelepon. Dua kali yang pertama dijawab mesin. Telepon yang ketiga, ke
kantor Ed Pagnozzi, dijawab detektif itu sendiri. Trevor menjelaskan bahwa
dia pengacara di Florida dan membutuhkan penyelidikan cepat di Upper
Darby. "Oke. Penyelidikan macam apa?" "Aku berusaha melacak surat,"
kata Trevor cepat. Dia cukup sering melakukan ini sehingga sudah lancar.
"Kasus perceraian yang lumayan besar. Aku mewakili istrinya, dan kurasa
suaminya menyembunyikan uang. Begitulah, aku butuh orang di sana untuk
menyelidiki siapa yang menyewa satu kotak pos tertentu." "Kau pasti
bercanda." "Yah, tidak, aku cukup serius." "Kau mau aku menyelidiki di
kantor pos?" "Ini kan cuma kerja dasar detektif." "Dengar, pai, aku sibuk
sekali. Telepon saja orang lain." Pagnozzi menghilang, pergi menangani
urusan yang lebih penting. Trevor memakinya pelan dan menekan nomor
berikut. Dia mencoba dua detektif lagi, dan menutup telepon ketika.mesin
yang menjawab. Besok dia akan mencoba kembali. Di seberang jalan,
Klockner mendengarkan perbincangan singkat dengan Pagnozzi tadi sekali
lagi, lalu menghubungi Langley. Potongan terakhir tekateki telah terungkap,
dan Mr, Deville pasti ingin segera mengetahuinya. Dengan mengandalkan
kata-kata manis, kepandaian menulis, dan foto memikat, tipuan ini tidaklah
rumit. Mangsanya adalah nafsu manusia dan imbalannya diperoleh dari
perasaan takut. Mekanismenya terungkap karena arsip Mr. Garbe, tipuan
balasan Brant White, dan surat-surat lain yang telah mereka cegat. Hanya
satu pertanyaan yang belum terjawab: Karena nama alias yang digunakan
untuk menyewa kotak pos, bagaimana Majelis bisa mengetahui nama asli
korban-korbannya? Hubungan-hubungan telepon ke Philadelphia baru saja
memberikan jawabannya pada mereka. Trevor menyewa detektif pribadi
setempat, jelas yang bisnisnya tidak seramai Mr. Pag~ozzi. Sudah hampir
pukul!22,00 aktu Deville akhirny` diizinkan menemui Teddy. Korea UTa2a
telah menembak seorangtentara AmeriKa lagi di DMZ( zona demiliterisasi,
dan Tefdy sibuk oengurus masalah itu sejak tengah harI. Dia sedcng makan
keju dan biskuit serta Men%'uk Diet Coke ketika Deville mastk
bungke.0Setelah brifmhg kilat, Tetdy berkata, "Sudah k5iira." Instkngnya
sangat tajam, terutamA mengenai hal=hal yang tulah terjadi. "Tentu saja ini
bezarti peng%cara itu bia Menyewa dutektif setempat ti 3ini unTuk
mengungkap idenpitas asli Al Koners," kata eville.("Tapi 2agaieqna
caranya?" "Kami bisa menebak beberapa cara. Pertama pengintaiao, sama
seperti kita mengetahui Lakd pesgi di!m-diam ke kota{nya. Awasi
kandorpos.Itu agak rikan( ka2ena kemungkinan besar akan ktahuan. Kedua,
penyuapan. LmmA ratus dolar"cukap untuk oembuka m}lut seorang
pegagai pos. Ketiwa, cta4an+omputer. Ini "ukan ma4eri rahasia. Salah sapt
agen kita baru saja mgnyusupi kgmPuter kantor pos pusat di Evansville,
Indiana, dan memperoleh daftar semua penyewaan kotak. Caranya coba-
coba, butuh waktu sekitar satu jam. Itu teknologi tinggi. Teknologi
rendahnya membobol kantor pos itu malam hari dan menggeledahnya. "Dia
bayar berapa untuk masalah ini?" "Entahlah, tapi kita akan segera
mengetahuinya saat dia menyewa detektif." "Dia harus diamankan."
"Dilenyapkan?" "Belum. Aku lebih suka membelinya dulu. Dia jendela
kita. Kalau dia bekerja pada kita, kita akan tahu semuanya dan
menjauhkannya dari Konyers. Bikin rencana." "Dan untuk
melenyapkannya?" "Lanjutkan dan rencanakan, tapi kita tak buru-buru.
Setidaknya belum." Dua Puluh Tiga SELATAN ternyata memang menyukai
Aaron Lake, yang suka pada senjata, bom, omongan keras, dan kesiapan
militer. Dia membanjiri Florida, Mississippi, Tennessee, Oklahoma, dan
Texas dengan iklan-iklan yang bahkan lebih berani daripada yang pertama.
Dan orang-orang Teddy membanjiri negara bagian-negara bagian yang
sama dengan lebih banyak uang daripada yang pernah berpindah tangan
pada malam sebelum pemilihan. Hasilnya adalah sapu bersih lagi, Lake
mendapat 260 dari 312 delegasi yang dipertaruhkan pada Super Tuesday
kecil. Setelah suara dihitung pada tanggal 14 Maret, 1.301 dari total 2,066
delegasi telah memutuskan. Lake menang mutlak atas Gubernur Tarry—
801 lawan 390. Perlombaan selesai, mencegah bencana yang tidak diduga.
Pekerjaan pertama Buster adalah memangkas rumput, dengan gaji awal dua
puluh sen per jam. Pilihan lain adalah mengepel lantai di kafeteria. Dia
memilih memangkas rumput karena menyukai sinar matahari dan bertekad
kulitnya tidak boleh jadi sepucat beberapa narapidana yang dilihatnya. Dia
juga tidak mau jadi gemuk seperti beberapa narapidana. Ini penjara, katanya
dalam hati berkali-kali, kok mereka bisa segemuk itu? Dia bekerja keras di
bawah sinar matahari terang benderang, mempertahankan kecokelatan
kulitnya, bertekad menjaga perutnya tetap datar, dan berusaha tidak patah
semangat. Tapi setelah sepuluh hari, Buster tahu dia takkan sanggup
bertahan sampai 48 tahun. Empat puluh delapan tahun! Membayangkannya
saja dia tidak kuat. Mana ada yang kuat? Dia menangis selama dua hari
pertama. Tiga belas bulan lalu, dia dan ayahnya mengelola dok mereka,
memperbaiki perahu-perahu, memancing dua kali seminggu di Teluk. Dia
bekerja pelan di sekeliling tepi lapangan basket dari beton tempat
permainan kasar sedang berlangsung. Lalu ke lapangan pasir tempat mereka
kadang-kadang main voli. Di kejauhan, seseorang tengah berjalan sendirian
di trek, pria berpenampilan tua dengan rambut beruban diekor kuda dan tak
berkemeja. Pria itu rasanya tak asing lagi. Buster mengerjakan kedua sisi
trotoar, mendekati trek. Orang yang berjalan sendirian itu Finn Yarber, salah
satu hakim yang berusaha membantunya. Dia menyusuri trek oval itu
dengan langkah mantap, kepala tegak, punggung dan bahu kaku dan.lurus,
memang tidak tampak atletis, tapi lumayan untuk ukuran pria 60 tahun. Dia
bertelanjang kaki dan punggung, keringat mengalir di kulitnya yang licin.
Buster mematikan Weed Eater dan meletakkannya di tanah. Ketika Yarber
sudah dekat, dia melihat anak itu dan menyapa, "Halo, Buster. Apa kabar?"
"Aku masih di sini," kata si pemuda. "Keberatan kalau aku berjalan
bersamamu?" "Sama sekali tidak," jawab Finn tanpa menghentikan
langkahnya. Mereka berjalan 200 meter sebelum Buster punya nyali untuk
bertanya, "Jadi, bagaimana dengan pengurangan hukumanku?" "Hakim
Beech sedang mempelajarinya. Proses hukumnya kelihatannya mulus,
bukan kabar baik. Banyak yang masuk sini dengan proses hukum cacat,
biasanya kami dapat mengajukan beberapa mosi dan mengurangi beberapa
tahun. Sedangkan kau tidak. Maaf." "Tak apa-apa. Apa artinya beberapa
tahun kalau kau dihukum 48 tahun? 28, 38, 48, apa bedanya?" "Kau masih
punya kesempatan pengurangan hukuman. Ada kemungkinan putusannya
bisa diubah." "Kesempatan kecil." "Kau tak boleh berhenti berharap,
Buster," tegur Yarber, suaranya sama sekali tidak terdengar meyakinkan.
Mempertahankan harapan berarti mempertahankan kepercayaan pada
sistem. Yarber jelas tidak mempercayai sistem sedikit pun. Dia telah dijebak
dan dilindas hukum yang pernah dibelanya. Tapi setidaknya Yarber punya
beberapa musuh, dan hampir bisa memahami mengapa mereka
mengincarnya. Si anak malang ini tidak berbuat salah. Yarber sudah
membaca cukup banyak arsipnya, sehingga percaya Buster betul-betul tidak
bersalah, satu lagi korban jaksa yang terlalu bersemangat. Tampaknya,
paling tidak dari catatan, ayah anak ini mungkin menyembunyikan uang,
tapi jumlahnya tidak banyak. Tidak sebanding dengan tuduhan konspirasi
setebal 160 halaman. Harapan. Memikirkan kata itu saja membuat dia
merasa seperti hipokrit. Pengadilan banding sekarang penuh dengan petugas
penegak hukum tipe sayap kanan, dan jarang kasus obat bius disidangkan
lagi. Mereka akan menolak mentah-mentah permohonan bocah ini, dan
berpendapat bahwa mereka membuat jalanan lebih aman. Yang paling
pengecut adalah hakim yang memimpin persidangan. Jaksa memang
bertugas mendakwa siapa saja, tapi hakim mestinya memilah-milah para
terdakwa. Buster dan ayahnya seharusnya dipisahkan dari orang-orang
Colombia dan komplotan mereka, dan dibebaskan sebelum persidangan
dimulai. Sekarang yang satu telah meninggal. Yang satu lagi hancur. Dan
tak seorang pun dalam sistem pidana federal memedulikannya. Itu cuma
salah satu konspirasi obat bius. Di belokan pertama trek oval, Yarber
mengurangi kecepatan lalu berhenti. Dia memandang ke kejauhan,
melewati lapangan rumput ke tepi batas pepohonan. Buster melihat ke sana
juga. Selama sepuluh hari ini dia mencari batas Trumble, dan melihat apa
yang tidak ada—pagar, kawat duri, menara penjaga. "Orang terakhir yang
meninggalkan tempat ini," kata Yarber, menerawang, "pergi dengan
menerobos pohon-pohon itu. Hutannya lebat beberapa mil, lalu kau akan
menjumpai jalan desa." "Siapa dia?" "Namanya Tommy Adkins. Dia bankir
di North Carolina yang tertangkap basah." "Dia kenapa?" "Dia jadi sinting
dan suatu hari pergi begitu saja. Orang baru tahu enam jam setelah dia
menghilang. Sebulan kemudian mereka menemukannya di kamar motel di
Cocoa Beach, bukan polisi melainkan pelayan. Dia bergelung bagai janin di
lantai, telanjang, mengisap jempol, akal sehatnya betul-betul lenyap.
Mereka memasukkannya ke rumah sakit jiwa." "Enam jam, heh?" "Yeah,
terjadi kira-kira setahun sekali. Salah satu penghuni pergi begitu sajaTLalu
polisi di kota asalnya diberitahu, namanya dimasukkan dalam komputer
nasional, tindakan biasa." "Berapa yang tertangkap?" "Hampir semuanya."
"Hampir." "Yeah, tapi mereka tertangkap karena melakukan hal-hal tolol.
Mabuk di bar. Mengemudikan mobil tanpa lampu belakang. Menemui pacar
mereka." "Jadi kalau pintar, orang bisa melakukannya?" 'Tentu.
Perencanaan cermat, sejumlah uang, pasti gampang." Mereka mulai
berjalan lagi, sedikit lebih pelan. "Mr. Yarber," kata Buster, "kalau dihukum
48 tahun, apakah kau akan kabur?" "Ya." "Tapi aku tak punya uang." "Aku
punya." "Kalau begitu kau akan membantuku." "Sabar. Tenang saja dulu.
Tenangkan diri. Kau agak lebih ketat diawasi karena kau orang baru, tapi
lama-lama kau akan dilupakan." Buster tersenyum. Hukumannya baru saja
berkurang banyak. • "Kau tahu apa yang terjadi kalau kau tertangkap?"
tanya Yarber. 'Yeah, mereka menambahkan beberapa tahun Masa bodoh.
Mungkin aku akan mendapat 58 tahun. Tidak, Sir, kalau tertangkap, aku
akan bunuh diri." "Aku juga akan berbuat begitu. Kau hams siap
meninggalkan negara ini." "Dan pergi ke mana?" "Ke suatu tempat di mana
kau tampak seperti penduduk setempat, dan di mana tak ada perjanjian
ekstradisi dengan Amerika Serikat." "Misalnya?" "Argentina atau Chili.
Kau bisa bahasa Spanyol?" "Tidak." "Mulailah belajar. Kau tahu, di sini ada
kursus bahasa Spanyol. Bocah-bocah Miami yang mengajarkannya."
Mereka berjalan satu putaran, sementara Buster merenungkan kembali masa
depannya. Kakinya terasa lebih ringan, bahunya lebih tegak, dan dia tidak
bisa menghentikan seringainya. "Kenapa kau membantuku?" tanyanya.
"Karena kau berumur 23 tahun. Terlalu muda dan terlalu bersih. Kau jadi
korban sistem, Buster. Kau berhak melawan. Kau punya pacar?"
"Begitulah." "Lupakan dia. Dia cuma akan bikin masalah. Lagi pula,
kaupikir dia mau menunggu selama 48 tahun?" "Dia bilang mau." "Dia
bohong. Pasti dia sudah mencari yang baru. Lupakan dia, kecuali kalau kau
mau tertangkap." Yeah, mungkin Yarber benar, pikir Buster. Dia belum
menerima surat dari gadis itu, dan walaupun pacarnya itu tinggal cuma
beberapa jam dari sini, dia belum datang ke Trumble. Mereka dua kali
bicara di telepon, dan yang dipedulikannya cuma apakah Buster dipukuli.
"Punya anak?" tanya Yarber. "Tidak. Setahuku tidak." "Bagaimana dengan
ibumu?" "Dia meninggal waktu aku masih sangat kecil. Ayah yang
membesarkanku. Kami cuma berdua." "Kalau begitu kau calon sempurna
untuk kabur." "Aku ingin pergi sekarang." "Bersabarlah. Ayo kita
rencanakan masak-masak." Satu putaran lagi, dan Buster ingin lari. Dia
tidak bisa mengingat hal-hal di Pensacola yang akan dirindukannya. Dia
mendapat nilai A dan B untuk pelajaran bahasa Spanyol di sekolah
menengah, dan meskipun sekarang tidak bisa lagi mengingatnya sepotong
pun, dulu dia tidak perlu bersusah payah ketika mempelajarinya. Dia cepat
memahaminya. Dia akan ikut kursus dan bergaul dengan orang-orang Latin
itu. Makin lama dia berjalan, dia makin ingin hukumannya dipastikan.
Lebih cepat lebih baik. Kalau gkan lagi, padahal dia tak yakin pada juri
berikutnya. Buster ingin berlari, mulai dari lapangan rumput, sampai batas
pepohonan, menerobos hutan menuju jalan desa di mana dia tidak tahu pasti
tentang tindakannya selanjutnya. Tapi kalau seorang bankir sinting bisa
kabur dan mencapai Cocoa Beach, dia juga bisa. "Kenapa kau belum
kabur?" dia bertanya pada Yarber. "Aku sudah memikirkannya. Tapi lima
tahun lagi mereka akan membebaskanku. Aku sanggup menunggu selama
itu. Saat itu aku akan berusia 65, sehat walafiat, dengan harapan hidup
enam belas tahun. Karena itulah aku bertahan, Buster, enam belas tahun
terakhir itu. Aku tak mau waswas terus." "Kau akan pergi ke mana?"
"Belum tahu. Mungkin desa kecil di pedalaman Italia. Mungkin
pegunungan di Peru. Aku bisa memilih berbagai tempat di seluruh dunia,
dan setiap hari aku berjam-jam mengkhayalkannya." "Jadi kau punya
banyak uang?" "Tidak, tapi sebentar lagi ya." Itu menimbulkan beberapa
pertanyaan, tapi Buster diam saja. Dia mulai belajar bahwa di penjara dia
harus menyimpan sebagian besar pertanyaannya. Setelah lelah berjalan,
Buster berhenti di dekat Weed Eater-nya. "Terima kasih, Mr. Yarber,"
katanya. "Sama-sama. Jangan bercerita pada siapa-siapa." "Tentu. Aku
selalu siap." Finn pergi, berjalan satu putaran lagi; celana pendeknya
sekarang basah kuyup dengan keringat, 293 ekor kuda abu-abunya terkulai
karena lemba mengamatinya pergi, kemudian memandang ke seberang
lapangan rumput ke pepohonan Saat itu, dia bisa melihat samnai k* \
Selatan. ? An*4i Dua Puluh Empat SELAMA dua bulan yang panjang dan
keras, Aaron Lake dan Gubernur Tarry bertarung sengit di 26 negara bagian
memperebutkan 25 juta suara. Mereka memaksa diri. mereka banting tulang
dengan kerja delapan belas jam sehari, jadwal gila-gilaan, bepergian tanpa
henti, kesintingan khas pemilihan presiden. Tapi mereka berusaha sama
kerasnya untuk menghindari debat langsung. Tarry tidak ingin
melakukannya di pemilihan awal, karena dia calon terdepan. Dia memiliki
organisasi, uang, jajak pendapat. Kenapa melegitimasi lawan? Lake tidak
ingin berdebat karena dia pendatang baru dalam kancah nasional, pemula
dalam kampanye tingkat tinggi, lagi pula lebih mudah bersembunyi di balik
teks dan kamera bersahabat serta membuat iklan kapan pun dibutuhkan.
Risiko-risiko debat langsung terlalu tinggi. Teddy juga tidak menyukainya.
Tapi kampanye berubah. Calon terdepan memudar, isu-isu kecil jadi besar,
pers dapat menc.ptakan krisis hanya karena bosan. Tarry memutuskan dia
membutuhkan perdebatan ' karena bangkrut, dan kalah dalam berbagai
pemilihan -pendahuluan. "Aaron Lake berusaha membeli pemilihan ini,"
katanya berulang kali. "Dan saya ingin mengkonfrontasinya, satu lawan
satu." Kedengarannya bagus, dan pers langsung menyambarnya. "Dia lari
dari perdebatan," seru Tarry, dan gerombolan nyamuk pers melahap itu
juga. "Gubernur sudah menghindari perdebatan sejak Michigan," adalah
respons standar Lake. Jadi, selama tiga minggu mereka bermain kucing-
kucingan sampai para pegawai mereka selesai membereskan urusan
detailnya. Lake sebetulnya enggan, tapi juga membutuhkan forum.
Meskipun dari minggu ke minggu terus menang, dia berhadapan dengan
lawan yang sudah lama memudar. Jajak pendapatnya dan jajak pendapat D-
PAC menunjukkan banyak pemilih tertarik padanya, tapi kebanyakan
karena dia baru dan tampan serta tampaknya pantas dipilih. Tanpa diketahui
orang luar, jajak pendapat juga menunjukkan hal-hal yang sangat samar.
Yang pertama adalah kampanye Lake yang cuma mengangkat satu isu.
Anggaran militer memikat para pemilih cuma beberapa lama, dan ada
pertanyaan besar, dalam jajak pendapat, tentang bagaimana posisi Lake
dalam isu-isu lain. Kedua, Lake masih lima poin di bawah Wakil Presiden
dalam pertarungan hipotetis November. Para pemilih memang bosan
dengan Wakil Presiden, namun setidaknya mereka tahu siapa dia. Lake
masih merupakan misteri bagi banyak orang. Juga, keduanya akan harus
berdebat beberapa kali sebelum November. Lake, yang sudah memperoleh
nominasi, memerlukan pengalaman itu. Tarry tidak membantu dengan
pertanyaan terus-menerusnya, "Siapa Aaron Lake?" Dengan sisa dananya
yang hanya sedikit, dia menyetujui pembuatan stiker bumper bertuliskan
pertanyaan yang sekarang terkenal—Siapa, Aaron Lake? (Teddy juga
menanyakan hal itu dalam hati hampir setiap jam, tapi karena alasan yang
berbeda.) Lokasi perdebatan adalah di Pennsylvania, di college Lutheran
kecil dengan auditorium nyaman, akustik dan cahaya bagus, penonton yang
tidak macam-macam. Detail-detail paling kecil sekalipun diributkan kedua
belah pihak, tapi karena sekarang mereka sama-sama membutuhkan
perdebatan, akhirnya tercapai kesepakatan. Format persisnya nyaris
menyebabkan adu tinju, tapi setelah dirundingkan, semua puas. Media
mengutus tiga reporter di panggung untuk mengajukan berbagai pertanyaan
langsung dalam satu segmen. Para penonton memperoleh dua puluh menit
untuk menanyakan berbagai hal, tanpa sensor. Tarry, pengacara,
menginginkan lima menit untuk pidato pembukaan dan sepuluh menit untuk
pernyataan penutup. Lake menginginkan tiga puluh menit perdebatan satu
lawan satu dengan Tarry, tanpa batas, tanpa penengah, hanya mereka berdua
yang bertarung habis-habisan tanpa peraturan. Ini menggentarkan kubu
Tarry, dan nyaris membuyarkan kesepakatan. Moderatornya seorang tokoh
radio pemerintah sepat, dan ketika dia berkata, "Selamat pagi, dan selamat
datang ke debat pertama dan satu-satunya antara Gubernur Wendell Tarry
dan Congressman Aaron Lake," sekitar 18 juta orang menonton. Tarry
memakai setelan biru laut pilihan istrinya, dengan kemeja biru dan dasi
merah-biru standar. Lake mengenakan setelan cokelat muda menawan,
kemeja putih berkerah lebar, serta dasi merah, merah tua, dan enam warna
lain. Seluruh» penampilannya diatur oleh konsultan mode, dan dibuat serasi
dengan warna panggung. Rambut Lake dicat. Giginya diputihkan. Dia
menghabiskan waktu empat jam untuk mencokelatkan kulit Dia tampak
langsing dan segar, serta tak sabar untuk tampil di panggung. Gubernur
Tarry sendiri pria yang tampan. Meskipun dia hanya empat tahun lebih tua
daripada Lake, kampanye telah menguras tenaganya. Matanya lelah dan
merah. Berat badannya naik beberapa kilo, terutama di wajah. Ketika dia
memulai pidato pembukaannya, butir-butir keringat bermunculan di kening
dan berkilat terkena cahaya. Orang-orang mengatakan kerugian Tarry lebih
banyak karena dia sudah kehilangan begitu banyak. Di awal Januari,
peramal-peramal yang seakurat majalah Time menyatakan dia pasti akan
dicalonkan. Dia sudah berusaha selama tiga tahun. Kampanyenya dibangun
dari bawah. Semua kapten polisi dan pekerja jajak pendapat di Iowa dan
New Hampshire pernah minum kopi dengannya. Organisasinya tanpa cacat.
Lalu datang Lake dengan iklan-iklan lihai dan pesona isu tunggalnya. Tarry
sangat membutuhkan penampilan luar biasa dirinya sendiri, atau kekacauan
total Lake. Dia tidak memperoleh keduanya. Berdasarkan undian dengan
koin, dia terpilih untuk tampil lebih dulu. Pidato pembukaannya buruk
sementara dia berjalan di panggung dengan kaku, berusaha keras tampak
rileks tapi melupakan catatannya. Dia memang pernah jadi pengacara, tapi
spesialisasinya sekuritas. Seiring lupanya dia pada satu demi satu poin-
poinnya, dia kembali ke tema umumnya—Mr. Lake ini berusaha membeli
pemilihan karena tak tahu apa-apa. Suasana panas segera berkembang. Lake
tersenyum tenang; anjing menggonggong kafilah berlalu. Pembukaan Tarry
yang lemah membangkitkan keberanian Lake, menimbulkan rasa percaya
dirinya, dan meyakiakannya untuk tetap berdiri di belakang podium yang
aman dan tempat catatannya berada. Dia mulai dengan mengatakan bahwa
dia di sini bukan untuk mengejek, dia menghormati Gubernur Tarry, tapi
mereka telah mendengarnya bicara selama lima menit dan tujuh belas detik
dan omongannya tidak ada yang positif. Dia lalu mengabaikan lawannya,
dan secara singkat membahas tiga isu yang harus dibicarakan. Pengurangan
pajak, perbaikan kesejahteraan, dan defisit perdagangan. Tak satu patah kata
pun tentang per-, tahanan. Pertanyaan pertama dari panel reporter ditujukan
pada Lake, dan berhubungan dengan surplus anggaran. Akan diapakan uang
itu? Pertanyaan itu tidak berbahaya, dilontarkan oleh seorang reporter yang
bersahabat, dan Lake menerkamnya. Menyelamatkan Jaminan Sosial,
jawabnya, lalu dengan pengetahuan mengesankan tentang masalah finansial
dia memberitahukan secara mendetail bagaimana uang itu akan digunakan.
Dia membeberkan berbagai angka, persentase, dan proyeksi, semuanya
tanpa teks. Jawaban Gubernur Tarry cuma memotong pajak. Kembalikan
uang itu pada orang-orang yang memperolehnya. Beberapa poin
dimenangkan dalam tahap tanya-jawab itu. Kedua kandidat telah
mempersiapkan diri dengan baik. Yang mengejutkan adalah bahwa Lake,
orang -yang ingin menguasai Pentagon, ternyata sangat mahir dalam semua
isu lain. Perdebatan berkembang jadi biasa. Pertanyaan-pertanyaan dari
para penonton sudah bisa ditebak. Gairah mulai timbul ketika para kandidat
diizinkan saling bertanya. Tarry memulai, dan seperti sudah diduga,
bertanya pada Lake apakah dia berusaha membeli pemilihan. "Anda tidak
memedulikan uang waktu uang Anda lebih banyak daripada siapa pun,"
balas Lake, dan hadirin jadi bergairah. "Saya tidak punya $50 juta," kata
Tarry. "Saya juga tidak," tukas Lake. "Uang itu lebih mendekati 60 juta, dan
datang lebih cepat daripada yang bisa kami hitung. Berasal dari para
pekerja dan orang-orang berpenghasilan menengah. Delapan puluh satu
persen dari para penyumbang kami adalah orang-orang yang mendapat
kurang dari $40.000 setahun. Ada masalah dengan orang-orang tersebut,
Gubernur Tarry?" "Mestinya ada batas mengenai jamlah yang boleh
dibelanjakan kandidat." "Saya setuju. Dan saya mendukung pembatasan
delapan kali di Kongres. Di lain pihak, Anda tak pernah menyinggung-
nyinggung tentang pembatasan sampai Anda kehabisan uang." Gubernur
Tarry memandang kamera dengan ekspresi Quayle, tatapan bengong kijang
menjelang tertabrak mobil. Beberapa orang Lake di antara hadirin tertawa
cukup keras supaya terdengar. Butir-butir keringat kembali tampak di
kening sang gubernur ketika dia membalik-balik kartu-kartu sontekannya
yang terlalu besar. Sebetulnya saat ini dia sudah bukan gubernur lagi, tapi
dia masih menyukai gelar itu. Sembilan tahun yang lalu, para pemilih di
Indiana menendangnya, hanya setelah satu kali masa tugas. Lake
menyimpan amunisi ini. Tarry lalu bertanya mengapa Lake mendukung 54
pajak baru selama empat belas tahun bertugas di Kongres. "Seingat saya tak
sampai 54," kata Lake. "Tapi banyak di antaranya adalah pajak-pajak untuk
tembakau, alkohol, dan perjudian. Saya juga menentang kenaikan pajak
penghasilan perorangan, pajak penghasilan korporasi, pajak pendapatan
pendahuluan federal, dan pajak Jaminan Sosial. Saya tak malu dengan
catatan itu. Dan bicara tentang pajak, Gubernur, selama empat tahun masa
tugas Anda di Indiana, bagaimana Anda menjelaskan fakta bahwa tingkat
pajak perorangan naik rata-rata enam persen?" Karena tidak segera dijawab,
Lake menerjang terus. "Anda ingin memotong belanja federal, tapi selama
empat tahun Anda di Indiana, pembelanjaan negara bagian naik delapan
belas persen. Anda ingin memotong pajak penghasilan korporasi, namun
selama empat tahun Anda di Indiana, pajak penghasilan korporasi naik tiga
persen. Anda ingin tunjangan sosial tak diperlukan lagi, tapi waktu Anda
jadi gubernur, jumlah penerima tunjangan itu di Indiana malah bertambah
40.000 orang. Bagaimana Anda menjelaskan ini?" Setiap hantaman dari
Indiana mengenai sasaran, dan Tarry tak berdaya. "Saya tidak setuju dengan
angka-angka Anda, Sir," katanya dengan susah payah. "Kami menciptakan
pekerjaan di Indiana." "Betulkah?" kata Lake sinis. Dia menarik selembar
kertas dari podiumnya seakan itu dakwaan federal terhadap Gubernur Tarry.
"Mungkin benar, tapi selama empat tahun masa tugas Anda, ada hampir
60.000 pengangguran," dia berkata tanpa melihat kertas tadi. Tarry memang
gagal sebagai gubernur, tapi keadaan ekonomi saat itu memang jelek. Dia
sudah pernah menjelaskan semua ini dan dengan senang hati akan
melakukannya lagi, tapi, ya ampun, waktunya di televisi nasional tinggal
empat menit. Dia jelas tidak boleh menyia-nyiakannya dengan membahas
masa tahi. "Perdebatan ini bukan tentang Indiana," katanya, dia berhasil
tersenyum. "Perdebatan ini menyangkut kelima puluh negara bagian.
Menyangkut para pekerja di seluruh negeri yang akan diharapkan
membayar lebih banyak pajak untuk membiayai berbagai proyek
pertahanan mahal Anda, Mr. Lake. Anda tak mungkin serius dalam hai
melipatgandakan anggaran Pentagon." Lake menatap tajam lawannya.
"Saya sangat serius. Dan jika Anda menginginkan militer yang kuat, Anda
akan serius juga." Dia kemudian menyemburkan serentetan statistik yang
bagai tak ada habis-habisnya, semuanya berhubungan. Hal itu merupakan
bukti nyata tentang ketidaksiapan militer kita, dan akhirnya angkatan
bersenjata kita akan didesak keras untuk menyerbu Bermuda, katanya
mengakhiri. Tapi Tarry punya hasil penyelidikan yang menunjukkan
sebaliknya, manuskrip tebal dengan kertas mengilap bikinan kelompok
pemikir beranggotakan para mantan laksamana. Dia melambaikannya
supaya tampak di kamera dan membantah bahwa peningkatan seperti itu
tidak diperlukan. Dunia dalam keadaan damai, dengan perkecualian
beberapa perang saudara dan regional, perselisihan yang tidak melibatkan
kepentingan nasional kita, dan Amerika Serikat jelas satu-satunya negara
adikuasa yang masih tersisa. Perang dingin tinggal sejarah. Cina masih
butuh waktu berpuluh-puluh tahun lagi untuk mampu menyamai kita.
Kenapa membebani pembayar pajak dengan puluhan miliar untuk piranti
keras baru? Mereka berdebat beberapa lama tentang cara membayarnya,
dan Tarry memperoleh kemenangan kecil. Tapi mereka membahas bidang
Lake, dan seiring dengan berjalannya perdebatan, terbukti bahwa Lake tahu
jauh lebih banyak daripada sang gubernur. Lake menyimpan senjata
pamungkasnya untuk saat terakhir. Dalam pidato penutupan sepanjang
sepuluh menit, dia kembali ke Indiana dan melanjutkan membeberkan
daftar kegagalan Tarry di sana selama masa tugas tunggalnya. Temanya
sederhana, dan sangat efektif: Kalau mengurus Indiana saja tidak mampu,
bagaimana dia mampu mengurus seluruh negeri? "Saya tidak mencemooh
rakyat Indiana," kata Lake. "Mereka sebetulnya malah bijaksana dengan
mengembalikan Mr. Tarry ke kehidupan pribadi setelah hanya satu kali
masa tugas. Mereka tahu dia tidak mampu. Itu sebabnya hanya 38 persen
yang mendukungnya ketika dia meminta empat tahun lagi. Tiga puluh
delapan persen! Kita harus mempercayai rakyat Indiana. Mereka kenal
orang ini. Mereka sudah melihatnya memerintah. Mereka melakukan
kesalahan, dan mereka menyingkirkannya. Akan menyedihkan jika seluruh
negeri sekarang melakukan kesalahan yang sama." Jajak pendapat langsung
menyatakan Lake menang mutlak. D-PAC menelepon seribu pemilih segera
setelah perdebatan Hampir 70 persen berpendapat Lake yang paling baik di
antara mereka berdua. Pada penerbangan larut malam dari Pittsburgh ke
Wichita, beberapa botol sampanye dibuka di Air Lake dan pesta kecil
dimulai. Hasil berbagai jajak pendapat perdebatan itu mengalir masuk,
makin lama makin bagus, dan suasana kemenangan terasa di mana-mana.
Lake tidak melarang alkohol di Boeing-nya, tapi tidak menyukainya.
Kalaupun ada anggota stafnya yang minum, itu selalu dilakukan dengan
cepat-cepat dan sembunyi-sembunyi. Tapi kadang-kadang ada saat-saat
yang perlu dirayakan. Dia menikmati dua gelas sampanye. Hanya orang-
orang terdekatnya yang hadir. Dia mengucapkan terima kasih dan memberi
selamat pada mereka. Sekadar untuk bersenang-senang, mereka menonton
cuplikan-cuplikan perdebatan itu sambil membuka sebotol lagi. Mereka
menghentikan gambar video setiap kali Gubernur Tarry tampak sangat
kebingungan, dan tawa mereka semakin keras. Tapi pesta itu singkat saja;
kelelahan melanda mereka. Berminggu-minggu orang-orang itu tidur lima
jam semalam. Kebanyakan bahkan tidur kurang dari itu pada malam
sebelum perdebatan. Lake sendiri kehabisan tenaga. Dia menghabiskan
gelas ketiga, sudah bertahun-tahun dia tidak minum sebanyak itu, dan
beristirahat di kursi kulit besar berselimut quilt tebal. Tubuh-tubuh
bergeletakan di mana-mana dalam kegelapan kabin. Dia tidak bisa tidur; dia
memang jarang bisa tidur di pesawat. Terlalu banyak yang harus dipikirkan
dan dicemaskan. Mustahil tidak menikmati kemenangan dalam perdebatan
tadi, dan sambil berbaring gelisah di balik quilt, Lake mengulangi kalimat-
kalimat terbaiknya malam ini. Tadi dia brilian, sesuatu yang tak pernah
diakuinya pada siapa pun. Nominasi ini miliknya. Dia akan jadi bintang di
konvensi, kemudian selama empat bulan dia dan Wakil Presiden akan
bertarung dalam tradisi Amerika yang teragung. Dinyalakannya lampu baca
kecil di atasnya. Seseorang membaca di ujung lorong, dekat dek
penerbangan. Penderita insomnia juga, satu-satunya orang lain yang
lampunya menyala. Yang lain-lain mendengkur di balik selimut, tidur
orang-orang muda tangkas yang bekerja penuh semangat. Lake membuka
tas kerja dan mengeluarkan map kulit kecil berisi kartu-kartu korespondensi
pribadinya. Ukurannya 10 kali 15 senti, tebal, berwarna offwhite, dan
bertulisan "Aaron Lake" di puncak dengan huruf Old English hitam tipis.
Dengan pena Montblanc antik dan besar, Lake menulis surat singkat kepada
teman sekamarnya ketika kuliah, sekarang profesor Latin di college kecil di
Texas. Dia menulis ucapan terima kasih kepada moderator debat, dan satu
lagi kepada koordinator Oregon-nya. Lake sangat menyukai novel-novel
karangan Clancy. Dia baru saja selesai membaca yang terbaru, yang paling
tebal, dan dia mengirimkan surat pujian pada penulis itu. Kadang-kadang
suratnya panjang. Karena alasan ini, dia punya kartu-kartu kosong, sama
ukuran dan warnanya, tapi tak bernama. Dia memandang berkeliling untuk
memastikan semua orang pulas, dan cepat-cepat menulis: dear Ricky:
Kurasa sebaiknya kita akhiri surat-menyurat kita. Kuharap kau berhasil
dengan rehabilitasimu. Salam, Al Dituliskannya alamat yang dituju pada
amplop polos. Dia hafal alamat Aladdin North itu. Lalu dia kembali ke
kartu-kartu bernama dan menulis serangkaian surat terima kasih kepada
para penyumbang besar. Dia menulis dua puluh surat sebelum keletihan
akhirnya menang. Dengan kartu-kartu masih di hadapannya, dan lampu
baca masih menyala, dia menyerah, dan beberapa menit kemudian tertidur.
Dia pulas tak sampai sejam ketika suara-suara panik membangunkannya.
Semua lampu menyala, orang-orang bergerak kian-kemari, dan ada asap di
dalam kabin. Semacam alarm berdering keras dari kokpit, dan begitu
kesadarannya pulih Lake menyadari hidung Boeing miring ke bawah.
Kepanikan segera melanda ketika masker-masker udara berjatuhan. Setelah
bertahun-tahun dia hanya setengah memperhatikan pramugari
mendemonstrasikan cara pemakaiannya sebelum tinggal landas, masker-
masker sialan itu akhirnya betul-betul akan digunakannya. Lake memasang
maskernya dan menarik napas kuat-kuat. Pilot mengumumkan mereka akan
mendarat darurat di St. Louis. Lampu berkedip-kedip, dan seseorang
menjerit. Lake ingin berjalan di kabin dan menenangkan semua orang, tapi
maskernya tidak bisa dibawa-bawa. Di area di belakangnya duduk dua
puluh reporter dan kira-kira sebanyak itu juga orang-orang Secret Service.
Mungkin masker udara di belakang sana macet, pikirnya, lalu merasa
bersalah. Asap makin tebal, dan lampu-lampu meredup. Setelah dilanda
panik, Lake berhasil berpikir rasional, meskipun cuma sesaat. Cepat-cepat
dikumpulkannya kartu-kartu korespondensinya beserta amplopnya. Yang
untuk Ricky cuma diperhatikannya sekilas, sekadar untuk dimasukkan ke
amplop bertujuan Aladdin North. Dilemnya amplop itu, dan dijejalkannya
mapnya ke tas kerja. Lampu berkedip-kedip lagi, lalu padam. Asap
memedihkan mata dan memanaskan wajah mereka. Pesawat menukik
dengan kecepatan tinggi. Lonceng peringatan dan sirene melengking dari
dek penerbangan. Ini tak mungkin terjadi, kata Lake dalam hati sambil
mencengkeram sandaran lengan. Aku akan terpilih sebagai presiden
Amerika Serikat. Dia teringat Rocky Marciano, Buddy Holly, Otis Redding,
Thurman Munson, Senator Tower dari Texas, Mickey Leland dari Houston,
temannya. Serta JFK, Jr., dan Ron Brown. Udara mendadak terasa dingin
dan asap menipis'.3 dengan cepat. Mereka berada di ketinggian kurang dari
3.000 meter, dan pilot entah bagaimana berhasil' menjernihkan udara kabin.
Pesawat mendatar dan dari jendela mereka dapat melihat lampu-lampu di
darat. 'Tolong tetap memakai masker oksigen," kata pilot dalam kegelapan.
"Kita akan mendarat beberapa menit lagi. Pendaratan akan mulus." Mulus?
Dia pasti bercanda, pikir Lake. Dia ingin pergi ke toilet Perasaan lega tapi
sangsi meliputi pesawat. Tepat sebelum roda pesawat menyentuh landasan,
Lake melihat kilatan lampu seratus kendaraan gawat darurat. Mereka
tersentak sedikit, pendaratan biasa, dan setelah mereka berhenti pintu-pintu
darurat membuka di ujung landasan. Orang-orang bergegas turun dengan
teratur, dan dalam beberapa menit mereka disambut regu penolong dan
segera dibawa ke ambulans. Api, dalam area bagasi Boeing, tenis meluas
ketika mereka mendarat. Ketika Lake berlari dari pesawat, pemadam
kebakaran bergegas mendatangi Boeing itu. Asap mengepul dari bawah
sayap. Cuma kurang beberapa menit, kata Lake dalam hati, dan kami bakal
mati. "Nyaris saja, Sir," kata seorang paramedis ketika mereka berlari
menjauh. Lake mencengkeram tas kerjanya, yang berisi surat-surat
kecilnya, dan untuk pertama kalinya gemetar ketakutan. Kecelakaan
tersebut, dan serbuan nonstop media yang tidak bisa dihindari setelannya,
mungkin tidak terlalu menaikkan popularitas Lake. Tapi publisitasnya jelas
tidak merugikan. Dia muncul di semua warta berita pagi, sesaat berbicara
tentang kemenangan mutlaknya atas Gubernur Tarry dalam perdebatan, dan
di saat berikutnya menceritakan secara mendetail penerbangan yang nyaris
merupakan penerbangan terakhirnya. "Saya rasa untuk sementara saya mau
naik bus saja," katanya sambil tertawa. Dia menggunakan humor sebisa
mungkin, dan bersikap seolah kecelakaan itu bukan apa-apa. Para anggota
stafnya punya cerita berbeda, tentang menghirup oksigen dalam gelap
sementara asap semakin tebal dan panas. Dan para reporter yang ikut dalam
pesawat merupakan sumber informasi yang penuh semangat, menceritakan
teror tersebut dengan terperinci. Teddy Maynard menonton semua itu dari
bungkernya. Tiga orangnya berada di pesawat itu, dan yang satu telah
meneleponnya dari rumah sakit di St. Louis. Peristiwa itu membingungkan.
Di satu pihak, dia masih percaya akan pentingnya Lake memperoleh kursi
kepresidenan. Keamanan negara tergantung pada hal itu. , , Di pihak lain,
kecelakaan akan merupakan bencana. Lake dan kehidupan gandanya akan
lenyap. Masalah besar terhapus. Gubernur Tarry telah belajar dari tangan
pertama mengenai pengaruh uang tanpa batas Teddy dapat membuat
kesepakatan dengannya tepat pada waktunya untuk menang pada bulan
November. Tapi Lake masih hidup, bahkan semakin kuat Wajahnya yang
kecokelatan terpampang di halaman depan semua surat kabar dan disorot
kamera dari jarak dekat. Kampanyenya berkembang jauh lebih cepat
daripada yang dibayangkan Teddy. Jadi mengapa suasana di bungker begitu
tegang? Kenapa Teddy tidak bergembira? Karena masih ada masalah
Majelis yang perlu dibereskan. Dan dia tidak bisa mulai membunuhi orang-
orang begitu saja. Dua Puluh Lima TIM di Dokumen menggunakan laptop
yang sama dengan yang mereka pakai untuk menulis surat terakhir pada
Ricky dulu. Surat ini dibuat Deville sendiri, dan disetujui Mr. Maynard.
Isinya: Dear Ricky: Kabar baik mengenai pembebasanmu ke rumah
pemasyarakatan di Baltimore. Beri aku beberapa hari dan kurasa aku akan
bisa menyediakan pekerjaan tetap untukmu di sana. Cuma sebagai pegawai
administrasi, gajinya tidak banyak, tapi merupakan awal yang bagus.
Kusarankan hubungan kita berkembang lebih lambat dari yang
kauinginkan. Mungkin •akan siang dulu, lalu kita lihat saja bagaimana
nanti. Aku bukan tipe yang terburu-buru. Kuharap kau baik-baik saja. Aku
akan me-nyuratimu minggu depan untuk memberitahukan detail-detail
pekerjaan tersebut. Tunggu saja.^ Cuma "Al" yang ditulis tangan, seperti
sebelumnya. Stempel pos D.C. dicapkan, surat itu diterbangkan dan
diantarkan langsung kepada Klockner di Neptune Beach. Trevor kebetulan
berada di Fort Lauderdale, tumben-tumbennya mengurus masalah hukum,
jadi surat tersebut tersimpan di kotak Aladdin North selama dua hari.
Ketika pulang dengan kecapekan, dia mampir sebentar di kantornya hanya
untuk bertengkar hebat dengan Jan, lalu bergegas keluar, naik mobil lagi,
dan langsung pergi ke kantor pos. Dia senang waktu melihat kotak posnya
penuh. Dia mencampakkan surat-surat sampah, kemudian mengemudi
setengah kilo ke kantor pos Atlantic Beach dan mengecek kotak pos untuk
Laurel Ridge, spa rehabilitasi mahal Percy. Setelah mengambil semua surat,
Trevor pergi ke Trumble, sehingga Klockner sangat kecewa. Dia menelepon
satu kali dalam perjalanan, ke bandarnya. Dia kalah taruhan $2.500 dalam
tiga hari gara-gara pertandingan hoki, olahraga yang tidak dikenal Spicer
dan karenanya dia tidak mau memasang taruhan pada olahraga itu. Trevor
memilih olahraga-olahraga favoritnya sendiri, dengan hasil yang bisa
ditebak. Spifer tidak menjawab panggilan lewat pengeras suara di halaman
Trumble, jadi Beech menemui Trevor di ruang pertemuan pengacara.
Mereka melakukan pertukaran yang biasa—delapan surat keluar, empat
belas surat masuk. "Bagaimana dengan Brant di Upper Darby?" tanya
Beech, memeriksa amplop-amplop. "Memangnya kenapa?** "Siapa dia?
Kami siap melabraknya." "Aku masih menyelidikinya. Aku ke luar kota
beberapa hari." wjjjN "Bereskan, oke? Orang ini bisa jadi mangsa paling
besar." "Akan kulakukan besok." Beech tidak suka bertaruh dan tidak ingin
main kartu. Trevor pergi dua puluh menit kemudian. Lama setelah saat
makan malam, dan lama setelah jam tutup perpustakaan, Majelis tetap
berkurung di kamar kecil mereka, tidak banyak bicara, tidak mau
berpandangan, masing-masing menatap dinding, tenggelam dalam pikiran
masing-masing. Di meja tergeletak tiga surat. Satu dari laptop Al, dengan
cap pos D.C. dua hari lalu. Yang satu lagi surat bertulisan tangan Al yang
mengakhiri korespondensinya dengan Ricky, cap posnya dari Salt Lake
City, tiga hari lalu. Keduanya berbeda 180 derajat, dan jelas ditulis oleh
orang yang berlainan. Ada yang mengutak-atik surat mereka. Surat ketiga
membuat mereka terpaku. Mereka membacanya berulang kali, sendiri-
sendiri, bersama-sama, dalam kesunyian, serentak. Mereka memegang
ujungnya, mengarahkannya ke cahaya, bahkan membaurnya. Tercium bau
asap sangat samar, sama dengan amplopnya dan surat lain dari Al kepada
Ricky. Ditulis tangan dengan tinta, surat itu bertanggal 18 April, pukul
01.20, dan ditujukan kepada seorang wanita bernama Carol. Dear Carol:
Malam yang luar biasa! Perdebatan tadi sukses besar, sebagian berkat kau
dan para sukarelawan Pennsylvania. Terima kasih banyak! Ayo kita ^
bekerja lebih keras dan memenangkan hal ini. i Kita unggul di
Pennsylvania, mari kita pertahankan. Sampai ketemu minggu depan. Surat
itu ditandatangani oleh Aaron Lake. Di bagian atas kartu itu tertulis
namanya. Tulisan tangannya sama dengan surat kaku yang dikirimkan Al
pada Ricky. Amplopnya dialamatkan kepada Ricky di Aladdin North.
Ketika membukanya Beech tidak melihat kartu kedua yang terselip di balik
yang pertama. Lalu kartu itu terjatuh ke meja, dan ketika mengambilnya dia
melihat nama Aaron Lake tertulis dengan tinta hitam. Itu terjadi sekitar
pukul 16.00, tidak lama setelah Trevor pergi. Selama lebih-kurang lima jam
mereka mempelajari surat itu, dan sekarang mereka hampir yakin bahwa (a)
surat laptop itu palsu, tanda tangan "AT'-nya dibuat oleh orang yang cukup
pandai memalsukannya; (b) tanda tangan "Al" palsu itu mirip sekali dengan
"Al" asli, jadi si pemalsu suatu saat memperoleh akses ke korespondensi
Ricky dengan Al; (c) surat-surat kepada Ricky dan Carol ditulis tangan oleh
Aaron Lake; dan (d) yang untuk Carol jelas dikhimkan pada mereka tanpa
sengaja. Di atas segalanya, Al Konyers ternyata sebetulnya Aaron Lake.
Tipuan kecil mereka telah menjaring politisi paling terkenal di negeri ini.
Bukti-bukti lain yang kurang penting juga mengarah pada Lake. Kedoknya
adalah perusahaan jasa kotak pos di area D.C, tempat di mana Congressman
Lake menghabiskan sebagian besar waktunya. Karena merupakan pejabat
hasil pemilu yang terkenal, yang nasibnya tergantung suara para pemilih,
dia tentu bersembunyi di balik nama alias. Dan dia menggunakan mesin
dengan printer untuk menutupi tulisan tangannya. Al tidak mengirimkan
foto, satu tanda lagi bahwa banyak yang harus disembunyikannya. Mereka
mengecek surat kabar beberapa hari terakhir di perpustakaan untuk
memastikan masalah tanggal. Surat bertulisan tangan itu diposkan dari St.
Louis sehari setelah perdebatan, ketika Lake di sana karena pesawatnya
terbakar. Lake tampaknya memang cocok kalau mengakhiri surat-
menyuratnya sekarang. Dia memulai korespondensinya sebelum ikut
pencalonan. Dalam'tiga bulan dia menguasai negeri ini dan jadi sangat
terkenal. Sekarang, kerugiannya akan sangat besar. Perlahan-lahan, tanpa
memedulikan waktu, mereka menyusun kisah Aaron Lake mereka. Dan
ketika kisah itu tampak sempurna, mereka berusaha mencari
kekurangannya. Kemungkinan terburuk diungkapkan oleh Finn Yarber.
Bagaimana kalau seseorang dalam staf Lake punya akses ke kertas
suratnya? tanyanya. Bukan pertanyaan yang jelek, dan mereka
membahasnya selama satu jam. Bukankah Al Konyers bisa saja melakukan
hal itu untuk menyembunyikan dirinya? Bagaimana kalau dia tinggal di
daerah D.C. dan bekerja pada Lake? Bagaimana kalau Lake, orang yang
sangat sibuk, mempercayai si asisten ini untuk menuliskan surat- i surat
pribadinya? Seingat Yarber, waktu masih menjadi hakim tinggi dulu, dia
tidak pernah memberikan | wewenang seperti itu pada asistennya. Beech tak
3 pernah membiarkan orang lain menuliskan surat pribadinya. Spicer tidak
pernah menggunakan omong kosong itu. Itulah gunanya telepon. Tapi
Yarber dan Beech kan tidak pernah mengetahui hebatnya tekanan dan
ketegangan kampanye kepresidenan. Dulu mereka memang sibuk, kenang
mereka sedih, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Lake.
Anggaplah pelakunya asisten Lake. Sejauh ini dia punya kedok sempurna,
karena hampir tidak ada yang diungkapkannya pada mereka. Tidak ada
foto. Hanya detail sangat samar tentang karier dan keluarga. Dia menyukai
film lama dan makanan Cina, hanya itulah yang berhasil mereka korek.
Konyers tercantum dalam daftar sahabat pena yang segera akan mereka
singkirkan karena dia terlalu penakut. Kalau begitu, mengapa dia
mengakhiri hubungan saat ini? Tak ada jawaban yang meyakinkan. Dan
argumen itu memang lemah. Beech dan Yarber menyimpulkan bahwa orang
dalam posisi Lake, yang berpeluang besar menjadi presiden Amerika
Serikat, tidak mungkin membiarkan orang lain menuliskan dan
menandatangani surat pribadinya. Lake memiliki seratus anggota staf untuk
mengetik surat dan memo, semua bisa ditandatanganinya dengan cepat
Spicer mengajukan pertanyaan yang lebih serius. Mengapa Lake
mengambil risiko dengan menulis tangan suratnya? Surat-surat sebelumnya
diketik pada kertas putih polos, dan dikirim dalam amplop putih polos.
Mereka bisa melihat dia pengecut dari alat tulis pilihannya, dan Lake sama
takutnya dengan orang-orang yang menjawab iklan mereka. Kampanyenya,
karena kaya, memiliki banyak pengolah kata, mesin tik, dan laptop, pasti
yang paling mutakhir. Untuk menemukan jawaban, mereka kembali ke
bukti kecil yang mereka punyai. Surat kepada Carol ditulis pukul 01.20.
Menurut sebuah surat kabar, pendaratan darurat terjadi sekitar pukul 02.15,
tak sampai sejam kemudian. "Dia menulisnya di pesawat," kata Yarber.
"Malam sudah larut, pesawat penuh orang, hampir enam puluh menurut
surat kabar, orang-orang ini kecapekan, dan mungkin dia tak bisa
memperoleh komputer." "Kalau begitu, kenapa tak menunggu?" tanya
Spicer. Dia sudah terbukti jago mengajukan pertanyaan yang tidak bisa
dijawab siapa pun, terutama dirinya sendiri. "Dia melakukan kesalahan.
Dikiranya dia pintar, dan mungkin memang benar. Entah bagaimana surat-
suratnya tercampur aduk." "Lihat secara keseluruhan," kata Beech.
"Nominasi telah di tangan. Dia baru saja membabat satu-satunya lawannya,
di hadapan penonton nasional, dan akhirnya dia yakin namanya akan
tercantum pada kertas pemilu November nanti. Tapi dia punya rahasia ini.
Dia punya Ricky, dan sudah berminggu-minggu memikirkan apa yang akan
dilakukannya dengan Ricky. Bocah itu akan dibebaskan, dia ingin bertemu,
dsb. Lake merasakan tekanan dari kedua pihak—dari Ricky, dan dari
kesadaran bahwa dia mungkin saja terpilih sebagai presiden. Dia menulis
surat yang nyaris tak mungkin ketahuan, lalu pesawatnya terbakar. Dia
melakukan kesalahan kecil, tapi kesalahan itu berubah jadi besar." "Dan dia
tak mengetahuinya," tambah Yarber. "Belum." Teori Beech masuk akal.
Mereka merenungkannya dalam keheningan yang menyesakkan di ruangan
kecil mereka. Kehebatan penemuan mereka membuat mulut dan pikiran
mereka terasa beku. Berjam-jam berlalu, dan pelan-pelan mereka
menerimanya. Untuk pertanyaan besar berikutnya, mereka berhadapan
dengan realitas menggelisahkan bahwa ada orang yang mengutak-atik surat
mereka. Siapa? Dan kenapa ada yang ingin berbuat begitu? Bagaimana
surat-surat itu dicegat? Teka-teki itu rasanya tak bisa dipecahkan. Sekali
lagi, mereka membicarakan skenario bahwa pelakunya adalah orang yang
sangat dekat dengan Lake, mungkin asisten dengan akses yang tanpa
sengaja menemukan surat-surat tersebut. Dan mungkin dia berusaha
melindungi Lake dari Ricky dengan mengambil alih korespondensi mereka,
bertujuan dengan satu cara, suatu hari nanti mengakhiri hubungan tersebut.
Tapi terlalu banyak hal yang tidak diketahui untuk membangun bukti.
Mereka menggaruk kepala dan menggigit kuku, lalu akhirnya mengakui
mereka harus membawanya tidur. Mereka tidak bisa merencanakan
tindakan selanjutnya, karena situasi di hadapan mereka mengandung lebih
banyak pertanyaan daripada jawaban. Mereka tak bisa tidur. Dengan mata
merah dan wajah kuyu mereka berkumpul kembali pukul 06.00 lebih
sedikit, ditemani kopi pahit yang mengepul-ngepul dari cangkir Styrofoam.
Mereka mengunci pintu, mengeluarkan surat-surat, meletakkannya persis di
tempatnya kemarin, dan mulai berpikir. "Kurasa kita harus menyelidiki
kotak pos di Chevy Chase itu," kata Spicer. "Penyelidikannya gampang,
aman, biasanya cepat. Trevor bisa melakukannya hampir di semua tempat.
Kalau kita tahu siapa penyewanya, banyak pertanyaan akan terjawab."
"Sulit dipercaya orang seperti Aaron Lake menyewa kotak pos supaya bisa
menyembunyikan surat-surat seperti ini," komentar Beech. "Bukan Aaron
Lake yang sama," kata Yarber. "Waktu menyewa kotak pos itu dan mulai
menulis pada Ricky, dia cuma anggota Kongres biasa, satu dari 435
anggota. Orang tak pernah mendengar tentang dia. Sekarang, situasi
berubah drastis." "Dan itulah sebabnya dia berusaha mengakhiri hubungan,"
kata Spicer. "Situasi sangat berbeda sekarang. Kerugiannya jadi jauh lebih
besar." Langkah pertama adalah menyuruh Trevor menyelidiki kotak pos di
Chevy Chase tersebut. Langkah kedua tidak sejelas itu. Mereka khawatir
dan berasumsi bahwa Lake adalah Al dan Al adalah Lake, mungkin
menyadari surat-suratnya kacau-balaik Dia memiliki puluhan juta dolar
(fakta yang jelas tidak lolos dari pengamatan mereka), dan dia dengan
mudah bisa menggunakan sebagian uang itu untuk melacak Ricky.
Mengingat luar biasanya taruhannya, jika menyadari kesalahannya, Lake
akan melakukan hampir segalanya untuk membungkam Ricky. Jadi mereka
berdebat apakah akan mengiriminya surat, berisi permohonan Ricky supaya
Al tidak meninggalkannya begitu saja. Ricky membutuhkan
persahabatannya, tidak lebih, dst. Tujuannya adalah memberi kesan bahwa
semuanya baik-baik saja, tidak ada yang tak beres. Mereka berharap Lake
akan membacanya dan menggaruk kepala, serta bertanya-tanya dalam hati
ke mana persisnya kartu sialan untuk Carol itu tersesat. Mereka
memutuskan surat seperti itu tidak bijaksana, sebab orang lain juga
membaca surat-surat mereka. Sampai tahu siapa dia, mereka tidak boleh
mengambil risiko dengan mengontak Al lagi. Mereka menghabiskan kopi
dan berjalan ke kafetaria. Mereka makan sendirian, sereal, buah-buahan,
dan yoghurt—makanan sehat, karena sekarang mereka akan hidup lagi di
dunia luar. Bersama-sama mereka berjalan kaki empat putaran tanpa
merokok, dengan langkah santai, kemudian kembali ke ruangan mereka
untuk melewatkan pagi hari dengan berpikir keras. Lake yang malang. Dia
tergesa-gesa dari satu negara bagian ke negara bagian berikut, dibuntuti
lima puluh orang, terlambat untuk tiga janji temu sekaligus, selusin ajudan
berbisik di kedua telinganya. Dia tidak punya waktu untuk memikirkan
dirinya sendiri. Dan Majelis punya waktu seharian, berjam-jam, untuk
berpikir dan menyusun rencana. Pertarungan yang tidak seimbang. Dua
Puluh Enam ADA dua jenis telepon di Trumble; aman dan tidak aman.
Dalam teori, semua telepon yang dilakukan di saluran tidak aman direkam
dan dianalisis kurcaci-kurcaci dalam bilik di suatu tempat yang tugasnya
hanya mendengarkan jutaan jam obrolan yang tak tentu juntrungannya.
Dalam kenyataan, sekitar setengah telepon betul-betul direkam, secara acak,
dan hanya kira-kira lima persen didengarkan orang yang bekerja di penjara.
Pemerintah federal sekalipun tidak mampu menyewa cukup banyak kurcaci
untuk mendengarkan semua percakapan tersebut. Para penjual obat bius
sudah lama diketahui mengarahkan geng mereka dari saluran tidak aman.
Bos-bos mafia sudah lama diketahui memerintahkan pembunuhan rival-
rival mereka. Kemungkinan ketahuan sangat kecil. Saluran aman jumlahnya
lebih sedikit, dan menurut hukum tidak boleh disadap. Saluran aman hanya
untuk menghubungi pengacara, dan selalu dikawal penjaga. Ketika
akhirnya tiba giliran Spicer untuk menggunakan saluran aman, penjaga
telah menjauh. "Kantor pengacara," terdengar sapaan kasar dari dunia
bebas. "Ya, ini Joe Roy Spicer, menelepon dari penjara Trumble, dan aku
perlu bicara dengan Trevor." "Dia sedang tidur." Saat itu pukul 13.30.
"Kalau begitu bangunkan bangsat itu," geram Spicer. 'Tunggu sebentar."
"Kau bisa bergegas? Aku menggunakan telepon penjara." Joe Roy
memandang sekilas sekelilingnya dan bertanya-tanya dalam hati, bukan
baru sekali ini, pengacara macam apa yang mereka miliki. "Kenapa kau
menelepon?" adalah kata-kata pertama Trevor. "Diam. Angkat pantatmu
dan segera bekerja. Ada urusan yang kami ingin cepat dibereskan." Saat itu,
rumah sewaan di seberang kantor Trevor sudah sibuk. Ini telepon pertama
dari Trumble. "Urusan apa?" "Kami ingin sebuah kotak pos diperiksa.
Dengan cepat. Dan kami ingin kau mengawasi penyelidikannya. Jangan
pergi sebelum selesai." "Kenapa aku?" 'Tokoknya lakukan saja, oke? Ini
mungkin yang paling besar." "Di mana?" "Chevy Chase, Maryland. Catat
ini. Al Konyers, Kotak 455, Mailbox America, Western Avenue 39380,
Chevy Chase. Kau harus sangat berhati-hati, sebab orang ini mungkin
punya beberapa teman, dan kemungkinan besar orang lain sudah
mengawasi kotak itu. Ambil uang kontan dan sewa beberapa detektif
andal." "Aku sedang sibuk sekali." "Yeah, sori aku membangunkanmu.
Lakukan sekarang, Trevor. Berangkat hari ini. Dan jangan pulang sampai
kau tahu siapa penyewa kotak itu." "Baik, baik." Spicer menutup telepon,
dan Trevor menaikkan kakinya ke meja lagi dan tampak kembali tidur. Tapi
dia sebetulnya sedang berpikir. Sesaat kemudian dia berteriak menyuruh
Jan mencari tahu soal penerbangan-penerbangan ke Washington. Selama
empat belas tahun jadi penyelia lapangan, Klockner belum pernah melihat
begitu banyak orang mengawasi satu orang yang melakukan begitu sedikit.
Dia menelepon Deville di Langley, dan rumah sewaan itu pun sibuk.
Sekarang waktunya Wes dan Chap beraksi. Wes menyeberangi jalan, lalu
melewati pintu yang berderit dan kusam masuk ke kantor Mr. L. Trevor
Carson, pengacara dan konsultan hukum. Wes mengenakan celana khaki
dan kaus rajut lengan panjang, sepatu loafer, tanpa kaus kaki. Sambil
tersenyum hambar padanya Jan tidak bisa menebak apakah dia penduduk
setempat atau turis. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jan. -V"^ "Saya
betul-betul harus bertemu dengan Mr. Carson," sahut Wes dengan nada
putus asa. "Anda sudah membuat janji?" Jan bertanya, seolah bosnya begitu
sibuk sampai dia tidak dapat mengingat pertemuan-pertemuannya. "Yah,
belum, ini semacam keadaan darurat." "Dia sibuk sekali," kata Jan, dan Wes
nyaris bisa mendengar tawa dari rumah sewaan di seberang. 'Tolonglah,
saya harus bicara dengannya." Jan membelalak dan bergeming. "Apa sih
masalahnya?" "Saya baru saja memakamkan istri saya," kata Wes, hampir
menangis, dan Jan akhirnya melunak sedikit "Saya turut berduka," kata Jan.
Pria malang. "Dia tewas dalam kecelakaan mobil di 1-95, di utara
Jacksonville." Sekarang Jan berdiri dan menyesal tadi tidak menyeduh kopi
baru. "Saya sangat prihatin," katanya. "Kapan kejadiannya?" "Dua belas
hari yang lalu. Seorang teman merekomendasikan Mr. Carson." Bukan
teman yang baik, Jan ingin berkomentar. "Anda mau minum kopi?" dia
menawarkan, menutup botol cat kukunya. Dua belas hari yang lalu,
pikirnya. Seperti layaknya sekretaris pengacara yang baik, dia membaca
berita kecelakaan di surat kabar dengan cermat Siapa tahu, mereka bisa saja
mendatanginya. Tapi kantor Trevor tak pernah didatangi. Sampai saat ini.
'Tidak, terima kasih," kata Wes. "Dia ditabrak truk Texaco. Sopirnya
mabuk." "Ya Tuhan!" Jan berseru, membekap mulutnya. Trevor sekalipun
mampu menangani yang satu ini. Uang dalam jumlah luar biasa, bayaran
besar, tepat di area penerimaan tamu ini, namun si tolol di belakang sana
mendengkur terus. "Dia sedang mengurus deposisi," katanya. "Saya lihat
dulu apakah dia bisa ditemui. Silakan duduk." Ingin rasanya Jan mengunci
pintu depan supaya pria itu tidak kabur. "Nama saya Yates. Yates Newman,"
Wes memberi-tahu, berusaha membantu. "Oh ya," kata Jan, buru-buru
menyusuri koridor. Dia mengetuk pintu Trevor dengan sopan, lalu
melangkah masuk. "Bangun, goblok!" desisnya dari balik gigi terkatup, tapi
cukup keras hingga Wes di depan bisa mendengarnya. "Ada apa?" tanya
Trevor, berdiri, siap berkelahi. Dia ternyata tidak tidur. Dia sedang
membaca People lama. "Kejutan! Kau punya klien." "Siapa?" "Pria yang
istrinya ditabrak truk Texaco dua belas hari yang lalu. Dia ingin
menemuimu sekarang juga." "Dia di sini?" "Yep. Sulit dipercaya, ya? Tiga
ribu pengacara di Jacksonville dan orang malang ini jatuh dari langit.
Katanya temannya merekomendasikanmu." "Kau bilang apa padanya?"
"Kubilang dia sebaiknya mencari teman baru." "Tidak, aku serius, apa yang
kaukatakan padanya?" "Kau sedang mengurus deposisi." "Sudah delapan
tahun aku tak mengurus deposisi. Usir dia." "Tenang. Aku akan
membuatkannya kopi. Bersikaplah seolah kau sedang membereskan urusan
penting di belakang sini. Bagaimana kalau kaubereskan tempat ini?"
"Kaupastikan saja dia tak pergi." "Sopir Texaco itu mabuk," katanya,
membuka pintu. "Jangan sampai ini lepas." Trevor terpana, ternganga,
matanya menerawang, otaknya yang tadinya pulas tiba-tiba bangun.
Sepertiga dari $2 juta, $4 juta, sialan, bahkan $10 juta jika sopir itu benar-
benar mabuk dan tuntutan ganti rugi berhasil. Dia ingin merapikan paling
tidak mejanya, tapi tak sanggup bergerak. Wes menatap ke luar jendela
depan, memandang rumah sewaan tempat teman-temannya memandanginya
Dia membelakangi keributan di ujung koridor, sebab berjuang menahan
tawa. Terdengar langkah kaki, lalu Jan berkata, "Mr. Carson akan menemui
Anda sebentar lagi." Terima kasih," kata Wes pelan, tanpa berbalik. Pria
malang ini masih berduka, pikir Jan, lalu pergi ke dapur yang kotor untuk
menyeduh kopi. Deposisi selesai dalam sekejap mata, dan para partisipan
lainnya lenyap tanpa jejak. Wes mengikuti sekretaris itu menyusuri koridor
menuju kantor Mr. Carson yang berantakan. Mereka berkenalan. Jan
menghidangkan kopi yang baru dibuat, dan setelah dia pergi, Wes
mengajukan pertanyaan yang tidak lazim. "Di sekitar sini ada tempat untuk
membeli latte pekat?" "Wah, tentu saja, ada," sahut Trevor dari seberang
meja. "Ada tempat bernama Beach Java beberapa blok dari sini." "Bisa
Anda menyuruhnya membelikan latte untuk saya?" Jelas. Apa saja! "Ya,
tentu. Tali atau grandel" "Tali." Trevor melompat keluar dari ruangannya,
dan beberapa detik kemudian Jan menyerbu pintu depan dan berlari di
jalan. Setelah wanita itu tidak kelihatan, Chap meninggalkan rumah sewaan
dan berjalan ke kantor Trevor. Pintu depan dikunci, jadi dia membukanya
dengan anak kuncinya sendiri. Di dalam, dipasangnya rantai pintu, jadi Jan
yang malang akan tertahan di teras sambil membawa secangkir latte
mendidih. Chap berjalan tanpa suara ke ujung koridor dan tiba-tiba
memasuki ruangan pengacara itu. "Maaf," kata Trevor. "Tidak apa-apa,"
kata Wes. "Dia bersamaku." Chap menutup dan mengunci pintu, lalu
mencabut pistol 9 milimeter dari jaket dan nyaris mengacungkannya ke
arah Trevor, yang matanya melotot dan jantungnya serasa berhenti
berdetak. "Apa—" susah payah dia berkata dengan suara melengking.
"Tutup mulut, oke?" kata Chap, menyerahkan pistol pada Wes, yang sudah
duduk. Mata liar Trevor mengikutinya, lalu pistol itu tidak kelihatan lagi.
Apa yang telah kulakukan? Siapa kedua tukang pukul ini? Semua utang
judiku sudah lunas. Dengan senang hati dia menutup mulut. Apa pun
keinginan mereka. Chap bersandar pada dinding, sangat dekat dengan
Trevor, seolah setiap saat akan menerkam. "Kami punya klien," katanya.
"Pria kaya, yang tersangkut dalam tipuan kecilmu bersama Ricky." "Oh,
Tuhanku," gumam Trevor. Mimpinya yang paling buruk. "Idenya memang
bagus," ujar Wes. "Memeras pria-pria homo kaya yang masih
menyembunyikan jati dirinya. Mereka tak bisa protes. Ricky sudah di
penjara, jadi apa ruginya buat dia?" "Hampir sempurna," sambut Chap.
"Sampai kau menangkap ikan yang salah, dan itulah yang telah
kaulakukan." ijJjB "Itu bukan tipuanku," kata Trevor, suaranya masih dua
oktaf di atas normal, matanya masih mencari-cari pistol tadi. 'Ta, tapi tipuan
itu takkan berhasil tanpa kau, kan?" tanya Wes. "Harus ada pengacara busuk
di luar untuk membawakan surat-surat itu. Dan Ricky membutuhkan orang
untuk mengurus uang dan menyelidiki sedikit" "Kalian bukan polisi, kan?"
tanya Trevor. "Bukan. Kami tukang pukul pribadi," jawab Chap. "Karena
kalau kalian polisi, aku tak yakin apakah mau bicara lebih banyak." "Kami
bukan polisi, oke?" Trevor bernapas dan berpikir lagi, proses bernapasnya
lebih cepat daripada proses berpikirnya, namun akal sehatnya muncul.
"Kurasa aku akan merekam ini," katanya. "Untuk jaga-jaga seandainya
kalian polisi." "Kubilang kami bukan polisi." "Aku tak mempercayai polisi,
apalagi FBI. FBI masuk begitu saja seperti kalian berdua,
mengacungacungkan senjata, dan bersumpah mereka bukan FBI. Pokoknya
aku tak suka polisi. Kurasa aku akan merekam pembicaraan ini." Jangan
khawatir, pai, mereka ingin mengatakannya. Semua ini direkam, langsung
dan dengan film berwarna digital high-density dari kamera mungil di langit-
langit beberapa kaki di belakang tempat mereka duduk. Dan ada beberapa
mikrofon di seluruh penjuru meja kerja Trevor yang berantakan, sehingga
ketika dia mendengkur atau bersendawa atau bahkan me-ngertakkan buku-
buku jarinya seseorang di seberang jalan mendengarnya. Pistol tadi muncul
kembali. Wes memegangnya dengan dua tangan dan memeriksanya dengan
teliti. "Kau tak boleh merekam apa pun," kata Chap. "Seperti kataku, kami
orang-orang swasta. Dan kami mengambil alih keadaan sekarang." Dia
maju selangkah. Trevor memandanginya, sambil mengawasi Wes yang
memegang pistol. "Kami datang dengan damai," kata Chap. "Kami punya
uang untukmu," kata Wes, dan menyingkirkan benda sialan itu. "Uang
untuk apa?" tanya Trevor. "Kami menginginkan kau di pihak kami. Kami
ingin memakai jasamu." "Untuk melakukan apa?" "Membantu kami
melindungi klien kami," jawab Chap. "Inilah pendapat kami. Kau terlibat
dalam rencana pemerasan yang dioperasikan dari dalam penjara federal,
dan kami menangkap basah dirimu. Kami bisa melaporkanmu ke FBI,
membuat kau dan klienmu ditangkap, kau akan dipenjara tiga puluh 329
bulan, mungkin di Trumble di mana kalian akan menyaru dengan pas. Izin
praktek pengacaramu otomatis akan dicabut, berarti kau akan kehilangan
semua ini." Chap melambaikan tangan kanannya dengan santai, menyapu
segala tetek-bengek, debu, dan tumpukan-tumpukan arsip lama yang sudah
bertahun-tahun tak disentuh. Wes langsung menyambar. "Kami siap
mendatangi FBI sekarang, dan bisa menghentikan surat-surat keluar dari
Trumble. Klien kami mungkin dapat dilindungi hingga tak disinggung-
singgung. Tapi ada elemen risiko yang tak mau diambil klien kami.
Bagaimana kalau Ricky punya kaki tangan lain, entah di dalam atau di luar
Trumble, orang yang belum kami temukan, dan dia entah bagaimana
berhasil membeberkan klien kami untuk balas dendam?" Chap sudah
menggeleng-geleng. "Terlalu riskan. Kami lebih suka bekerja denganmu,
Trevor. Kami lebih suka membelimu, dan membunuh tipuan itu dari kantor
ini." fil^ "Aku tak bisa dibeli," kata Trevor tak meyakinkan. "Kalau begitu
kau kami sewa beberapa lama, bagaimana?" usul Wes. "Bukankah
pengacara memang disewa per jam?" "Kupikir ya, tapi kalian memintaku
menjual klien." "Klienmu penjahat yang setiap hari melakukan perbuatan
kriminal dari dalam penjara federal. Dan kau sama bersalahnya dengan dia.
Jangan sok suci." "Begitu kau jadi penjahat, Trevor," kata Chap serius, "kau
kehilangan hak bersikap suci. Jangan ceramahi kami. Kami tahu
masalahnya cuma berapa banyak kami bersedia membayarmu." Trevor
melupakan senjata tadi sesaat, dan melupakan izin prakteknya yang
tergantung pada dinding di belakangnya, agak miring. Seperti yang sering
dilakukannya akhir-akhir ini ketika berhadapan dengan hal tidak enak
dalam praktek hukum, dia memejamkan mata dan memimpikan sekunar 12
meternya, berlabuh di air hangat dan tenang sebuah teluk tertutup, gadis-
gadis bertelanjang dada di pantai yang berjarak seratus meter darinya, dan
dia sendiri nyaris tak berpakaian, merasakan tiupan lembut angin,
menikmati rum, mendengarkan gadis-gadis itu. Dia membuka mata dan
mencoba memfokuskan pandangan pada Wes di seberang meja. "Siapa
klien kalian?" dia bertanya. "Tak secepat itu," tukas Chap. "Kita buat
kesepakatan dulu." "Kesepakatan apa?" "Kami memberimu uang, dan kau
bekerja sebagai agen ganda. Kami mendapat akses ke segala hal. Kami
memasang alat penyadap di mbuhmu waktu kau bicara dengan Ricky. Kami
melihat semua surat. Kau tak boleh bertindak sebelum kita
membicarakannya." "Kenapa kalian tak langsung memberikan uangnya
saja?" tanya Trevor. "Pasti jauh lebih mudah." "Kami sudah
memikirkannya," kata Wes. "Tapi Ricky bermain curang. Kalau kami
memberinya uang, dia akan kembali untuk minta lagi. Dan lagi" "Tidak."
"O ya? Bagaimana dengan Quince Garbe di Bakers, Iowa?" Oh, Tuhanku,
pikir Trevor, dan dia nyaris mengucapkannya keras-keras. Berapa banyak
yang mereka ketahui? Dia hanya sanggup berkata sangat lemah, "Siapa
dia?" "Sudahlah, Trevor," cemooh Chap. "Kami tahu di mana uang itu
disembunyikan di Bahama. Kami tahu tentang Boomer Realty, dan tentang
rekening rahasiamu, saat ini saldonya hampir $70.000." r$jM "Kami
menggali sedalam mungkin, Trevor," kata Wes, ikut bicara di saat yang
tepat. Trevor seperti menonton pertandingan tenis, maju-mundur, maju-
mundur. 'Tapi kami akhirnya menemui jalan buntu. Itu sebabnya kami
memeriukanmu." Sejujurnya, Trevor tidak pernah menyukai Spicer. Pria itu
dingin, kejam, dan jahat, berani-beraninya dia memotong persentase bagian
Trevor. Beech dan Yarber tidak apa-apa, tapi masa bodoh dengan mereka.
Lagi pula Trevor memang tidak punya banyak pilihan. "Berapa?" tanyanya.
"Klien kami bersedia membayar $100.000, tunai," kata Chap. 'Tentu saja
tunai," balas Trevor. "Seratus ribu dolar sih kecil. Itu cuma bayaran pertama
Ricky. Harga diriku jauh lebih dari 100.000." "Dua ratus ribu," kata Wes.
"Begini saja," potong Trevor, berusaha keras menenangkan debar
jantungnya. "Klienmu berani bayar berapa supaya rahasianya terkubur?"
"Dan kau mau menguburnya?" tanya Wes. "Yep." "Sebentar," kata Chap,
menyentakkan telepon mungil dari sakunya. Dia menekan beberapa angka
sambil membuka pintu dan melangkah ke koridor, lalu menggumamkan
beberapa kalimat yang hanya samar-samar didengar Trevor. Wes menatap
dinding, senjatanya diletakkan di samping kursinya. Trevor tidak bisa
melihatnya, meskipun sudah berusaha. Chap kembali dan menatap tajam
Wes, seolah alis dan kerut di dahinya bisa menyampaikan pesan penting.
Dalam suasana ragu-ragu sesaat itu, Trevor cepat-cepat bicara. "Kurasa
bayaranku sejuta dolar," katanya. "Ini bisa jadi kasus terakhirku. Kalian
memintaku mengungkapkan informasi rahasia klien, pelanggaran kode etik
pengacara yang cukup berat. Aku bisa langsung ditendang dari asosiasi
pengacara." Pemecatan dari asosiasi pengacara terlalu hebat bagi si Trevor
ini, tapi Wes dan Chap tidak menanggapinya. Tidak ada gunanya berdebat
mengenai seberapa penting izin prakteknya. "Klien kami akan membayar
satu juta dolar," kata Chap. Dan Trevor tertawa, tidak tahan. Dia terbahak-
bahak seolah barusan mendengar lelucon hebat, dan di rumah sewaan di
seberang jalan mereka tertawa karena Trevor tertawa. Trevor berhasil
mengendalikan diri. Dia berhenti tertawa tapi tidak bisa menghapus
senyumnya. Sejuta dolar. Tunai. Bebas pajak. Tersembunyi di luar negeri, di
bank lain, tentu saja, tak terjangkau IRS dan tangan-tangan lain pemerintah.
Lalu dia mengerutkan kening gaya pengacara, agak malu karena bereaksi
begitu tidak profesional. Dia akan melontarkan komentar cerdas ketika dari
depan terdengar tiga ketukan cepat di kaca. "Oh ya," katanya. "Pasti itu
kopinya." "Dia harus pergi," kata Chap. "Akan kusuruh dia pulang," kata
Trevor, berdiri untuk pertama kalinya, agak pusing. "Tidak. Untuk
selamanya. Singkirkan dia dari kantor ini." "Seberapa banyak yang
diketahuinya?" tanya Wes. "Otaknya sebeku es," sahut Trevor senang. "Itu
termasuk kesepakatan," kata Chap. "Dia harus pergi, sekarang juga. Banyak
yang harus kita bicarakan, dan kami tak mau dia ada di sini." Ketukan
makin keras. Jan sudah membuka kunci pintu tapi tertahan rantai. "Trevor!
Ini aku!" teriaknya di celah selebar lima senti. Trevor berjalan pelan
menyusuri koridor, menggaruk-garuk kepala, mencari kata-kata yang tepat.
Dia berhadapan dengan Jan dari balik kaca pintu depan, dan dia tampak
sangat bingung. "Buka," geram sekretarisnya. "Kopi ini panas." "Aku mau
kau pulang," katanya. "Kenapa?" "Kenapa?" "Ya, kenapa?" "Karena, yah,
uh—" Sesaat dia kehabisan kata-kata, lalu teringat pada uang itu. Kepergian
Jan termasuk dalam kesepakatan. "Karena kau dipecat," katanya. "Apa?"
"Kubilang kau dipecati" teriaknya, cukup keras supaya teman-teman
barunya di belakang bisa mendengar. "Kau tak bisa memecatku! Utangmu
padaku terlalu banyak." "Aku tak berutang apa-apa!" "Kau harus
memberiku seribu dolar untuk mengganti gajiku!" Jendela-jendela rumah
sewaan di seberang penuh dengan wajah-wajah yang tersembunyi di balik
tirai. Suara kedua orang itu menggema di jalanan yang sepi. "Kau sinting!"
jerit Trevor. "Aku tak berutang sepeser pun padamu!" "Seribu empat puluh
dolar, persisnya!" "Kau gila." "Dasar bangsat! Aku setia padamu selama
delapan tahun, menerima gaji minimum, lalu kau akhirnya mendapat kasus
besar, dan kau memecatku. Itukah yang kaulakukan, Trevor!?" "Begitulah!
Sekarang pergi!" "Buka pintu, pengecut sialan!" "Pergi, Jan!" "Tidak
sampai kuambil barang-barangku!" "Kembalilah besok. Aku sedang rapat
dengan Mr. Newman." Setelah berkata begitu, Trevor mundur selangkah.
Begitu melihat Trevor tidak mau membukakan pintu, kesabaran Jan habis.
"Bangsat!" jeritnya lebih keras lagi, lalu melemparkan latte ke pintu. Kaca
tipis rapuh itu bergetar tapi tidak pecah, dan langsung tertutup cairan
cokelat kental. Trevor, aman di dalam, tetap mengernyit dan melihat dengan
ngeri ketika wanita yang sangat dikenalnya itu mengamuk. Jan bergegas
pergi, mukanya merah padam, memaki-maki, dan menjauh beberapa
langkah sampai sebongkah batu menarik perhatiannya. Batu itu sisa proyek
pembangunan beranggaran kecil yang sudah lama terlupakan, dulu disetujui
Trevor karena Jan berkeras. Wanita itu menyambarnya, mengenakkan gigi,
memaki lagi, lalu melemparkannya ke pintu. Wes dan Chap sejak tadi
mengerahkan segenap kemampuannya untuk memasang tampang serius,
tapi ketika batu itu menghancurkan jendela pintu, mereka tak bisa menahan
tawa. Trevor berteriak, "Perempuan gila!" Mereka tertawa lagi dan
membuang muka, berusaha menenangkan diri. Setelah itu hening.
Ketenangan telah muncul di sekitar ruang penerimaan tamu. Trevor berdiri
di ambang pintu ruang kerjanya, sehat walafiat, tidak tampak terluka. "Maaf
atas kejadian tadi," katanya pelan, dan menghampiri kursinya. "Kau baik-
baik saja?" tanya Chap. "Tentu. Tidak masalah. Mau kopi biasa?" dia
bertanya pada Wes. "Lupakan saja." Detail-detailnya dibahas selama makan
siang. Trevor mendesak mereka makan di Pete's. Mereka menemukan meja
di belakang, dekat mesin-mesin pinball. Wes dan Chap memikirkan privasi,
tapi segera sadar bahwa tidak ada yang mendengarkan, karena tidak ada
yang melakukan bisnis di Pete's. Trevor menenggak tiga botol bir sambil
makan kentang goreng. Mereka memesan minuman ringan dan burger.
Trevor ingin memperoleh semua uang itu sebelum mengkhianati kliennya.
Mereka sepakat menyerahkan $100.000 siang itu, dan segera mentransfer
sisanya ke bank. Trevor minta bank yang berbeda, tapi mereka berkeras
tetap menggunakan Geneva Trust di Nassau. Mereka menenangkannya
bahwa akses mereka terbatas hanya untuk mengamati rekening itu; mereka
tidak bisa menyentuh dananya. Lagi pula, uangnya akan tiba di sana sore
nanti. Kalau mereka berganti bank, urusannya bisa makan satu-dua hari.
Kedua belah pihak tidak sabar untuk menuntaskan kesepakatan. Wes dan
Chap mengmginkan perlindungan penuh dan segera untuk klien mereka.
Trevor menginginkan hartanya. Setelah tiga botol bir dia sudah
membelanjakannya. Chap pergi lebih dulu untuk mengambil uang. Trevor
memesan sebotol lagi untuk di perjalanan, dan mereka naik ke mobil Wes
untuk berkeliling kota. Rencananya adalah menjumpai Chap di suatu
tempat dan menerima uang itu. Ketika mereka melaju ke selatan di
Highway AIA, di sepanjang pantai, Trevor mulai bicara. "Menakjubkan,
ya," katanya, matanya tersembunyi di balik kacamata hitam murahan,
kepalanya bersandar pada jok. "Apa yang menakjubkan?" "Risiko yang rela
diambil orang-orang ini. Klienmu, umpamanya. Orang kaya. Dia bisa
menyewa pemuda mana saja yang diinginkannya, tapi dia malah
menanggapi iklan di majalah homo dan menyurati orang yang sama sekali
tak dikenalnya." "Aku juga tak mengerti," kata Wes, dan sesaat kedua pria
normal itu sependapat. "Bukan tugasku bertanya-tanya." "Kurasa daya
tariknya karena tak dikenal itu," kata Trevor dan meneguk birnya sedikit.
"Yeah, mungkin saja. Siapa Ricky?" "Kau akan kuberitahu setelah uang itu
kudapat. Yang mana klienmu?" "Yang mana? Memangnya berapa korban
yang sedang kaugarap sekarang?" "Ricky giat akhir-akhir mi. Barangkali
sekitar dua puluh." "Berapa yang kauperas?" "Dua atau tiga. Bisnis yang
menjijikkan." "Bagaimana kau bisa terlibat?" "Aku pengacara Ricky. Dia
sangat cerdas, sangat bosan, entah bagaimana dia mendapat ide untuk
memeras pria-pria homo yang masih menyembunyikan kondisinya.
Bertentangan dengan akal sehatku, aku melibatkan diri." "Apakah dia
homo?" tanya Wes. Wes tahu nama cucu-cucu Beech. Dia tahu golongan
darah Yarber. Dia tahu siapa pacar istri Spicer di Mississippi sana. "Tidak,"
jawab Trevor. "Kalau begitu dia maniak." "Tidak, dia orang baik. Jadi, siapa
klienmu?" "Al Konyers." Trevor mengangguk dan mencoba mengingat
jumlah surat antara Ricky dan Al yang telah diurus-* nya. "Kebetulan
sekali. Aku merencanakan pergi ke Washington untuk menyelidiki latar
belakang Mr. Konyers. Bukan nama sebenarnya, tentu saja," "Jelas." "Kau
tahu nama aslinya?" "Tidak. Kami disewa orang-orangnya." "Menarik
sekali. Jadi tak satu pun dari kita mengetahui Al Konyers yang
sebenarnya?" "Tepat. Dan aku yakin keadaannya akan tetap seperti itu."
Trevor menunjuk sebuah toserba dan berkata, "Berhenti di situ. Aku mau
beli bir." Wes menunggu di dekat pompa bensin. Mereka sudah
memutuskan takkan berkomentar tentang kebiasaan minumnya sampai uang
berpindah tangan dan pengacara itu menceritakan semuanya. Mereka akan
memperoleh kepercayaannya dulu, lantas pelan-pelan berusaha
menyadarkannya. Mereka tidak ingin Trevor di Pete's tiap malam, minum
dan bicara terlalu banyak. Chap menunggu di mobil sewaan, di depan
Laundromat delapan kilometer di selatan Ponte Vedra Beach. Dia
menyerahkan tas kerja murahan tipis pada Trevor dan berkata, "Semua ada
di situ. Seratus ribu. Kutemui lagi kalian di kantor." Trevor tidak
mendengarnya. Dia membuka tas itu dan mulai menghitung uangnya. Wes
berbalik dan melaju ke utara. Sepuluh tumpuk $10.000, semuanya berupa
pecahan $100. Trevor menutup tas itu, dan menyeberang ke pihak mereka.
Dua Puluh Tujuh TUGAS pertama Chap sebagai paralegal baru Trevor
adalah merapikan meja depan dan menyingkirkan apa saja yang bersifat
feminin. Dimasukkannya barang-barang Jan ke kardus, mulai dari lipstik,
kikir kuku, permen kacang, sampai beberapa novel roman porno. Ada
amplop berisi $80 dan uang receh. Si bos mengatakan uang itu miliknya.
Chap membungkus foto-foto sekretaris itu dengan koran bekas dan dengan
hati-hati meletakkannya di dalam kotak lain, bersama pernik-pernik mudah
pecah yang biasa ada di meja depan. Difotokopinya semua buku janji Jan,
supaya mereka tahu siapa yang dijadwalkan muncul nanti. Jumlahnya
ternyata sedikit, dia tidak terkejut melihatnya. Tak ada satu pun pemunculan
di pengadilan. Dua janji temu di kantor minggu ini, dua lagi minggu
depannya, lalu kosong. Ketika Chap memeriksa kalender, jelas kelihatan
bahwa Trevor mulai mengurangi kegiatannya sekitar saat uang dari Quince
Garbe datang. Mereka tahu Trevor makin sering berjudi minggu-minggu
ini, dan mungkin makin sering minum juga. Beberapa kali Jan memberitahu
teman-temannya melalui telepon bahwa Trevor lebih lama di Pete's
daripada di kantor. Sementara Chap menyibukkan diri di mang depan,
mengemasi barang-barang Jan, mengatur meja, mengelap, menyedot debu,
dan membuang majalah-majalah lama, telepon sesekali berdering.
Tugasnya termasuk mengangkat telepon, dan dia selalu di dekat benda itu.
Sebagian besar telepon itu untuk Jan, dan dengan sopan dia menjelaskan
bahwa wanita itu sudah tidak bekerja di sana lagi. "Bagus untuk dia,"
rasanya merupakan tanggapan pada umumnya. Seorang agen yang
berpakaian seperti tukang kayu datang pagi-pagi untuk mengganti pintu
depan. Trevor mengagumi efisiensi Chap. "Kok kau bisa menemukan
tukang secepat itu?" tanyanya. "Tinggal cari di halaman kuning," jawab
Chap. Agen lain yang berperan sebagai tukang kunci datang setelah si
tukang kayu dan mengganti semua kunci di bangunan itu. Perjanjian
mereka mencakup kesepakatan bahwa Trevor tidak boleh menerima klien
baru selama paling tidak tiga puluh hari yang akan datang. Dia berdebat
lama dan ngotot tentang larangan itu, seolah dia punya reputasi luar biasa
yang hams dilindunginya. Pikirkan orang-orang yang mungkin
membutuhkanku, omelnya. Tapi mereka tahu seberapa sepi tiga puluh hari
terakhir ini, dan mendesaknya sampai dia mengalah. Mereka ingin
menguasai tempat ini. Chap menelepon klien-klien yang sudah dijadwalkan
datang dan memberitahu bahwa Mr. Carson akan sibuk di pengadilan pada
hari mereka dijadwalkan datang. 341 Penjadwalan ulang sulit, Chap
menjelaskan, tapi dia I akan menelepon mereka kalau Mr. Carson ada waktu
luang. "Aku tak tahu dia mau ke pengadilan," kata salah satu dari mereka.
"Oh ya," kata Chap. "Kasus ini benar-benar penting." Setelah daftar klien
dibabat habis, hanya satu kasus yang memerlukan pertemuan di kantor.
Kasus itu menyangkut tunjangan anak, dan Trevor sudah tiga tahun
mewakili wanita itu. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Jan
mampir untuk menimbulkan keributan, dan membawa pacarnya. Pemuda
itu kerempeng dan berjenggot kambing, memakai celana poliester, kemeja
putih, dan dasi. Chap menebak dia penjual mobil bekas. Dia pasti dengan
mudah bisa mengalahkan Trevor, tapi tidak mau berhadapan dengan Chap.
"Aku ingin bicara dengan Trevor," kata Jan, matanya memandangi mejanya
yang sudah ditata ulang. "Maaf. Dia sedang rapat." "Dan siapa kau?" "Aku
paralegal." "Yeah, minta gajimu dibayar di muka." "Terima kasih. Barang-
barangmu ada dalam dua kotak di sana itu," Chap memberitahu sambil
menunjuk. Jan melihat rak majalah telah dibersihkan dan dirapikan, tempat
sampah kosong, perabotan dipelitur. Tercium bau antiseptik, seolah mereka
mensterilkan tempat yang pernah didudukinya. Dia tidak dibutuhkan lagi.
"Bilang pada Trevor, dia berutang seribu dolar padaku dalam bentuk gaji
yang belum dibayarnya," katanya. "Baik," jawab Chap. "Ada lagi?" "Yeah,
klien baru kemarin itu, Yates Newman. Beritahu Trevor, aku sudah
memeriksa surat kabar. Selama dua minggu terakhir tak ada kematian akibat
kecelakaan di 1-95. Juga tak ada catatan tentang tewasnya wanita bernama
Newman. Ada yang tak beres." "Terima kasih. Akan kuberitahu dia." Jan
memandang berkeliling untuk teraldiir kali, dan mencibir lagi waktu
melihat pintu baru. Pacarnya melotot pada Chap seakan ingin mendekat dan
mematahkan batang lehernya, namun pelototannya berakhir waktu dia
berjalan ke pintu. Mereka pergi tanpa memecahkan apa-apa, masing-masing
membawa satu kotak sambil terseret-seret menyusuri trotoar. Chap
mengawasi kepergian mereka, lalu mulai menyiapkan diri untuk makan
siang. Makan malam kemarin tidak jauh-jauh, di restoran makanan laut
baru yang penuh sesak, dua blok dari Sea Turtle Inn. Melihat ukuran
porsinya, harganya keterlaluan, dan itulah sebabnya Trevor, si jutawan
terbaru di Jacksonville, bersikeras mereka makan di sana. Tentu saja dia
yang mentraktir, dia tidak sayang menghamburkan uangnya. Dia mabuk
setelah martini pertama, dan tak ingat apa yang dimakannya. Wes dan Chap
sudah menjelaskan bahwa klien mereka tidak mengizinkan mereka minum
alkohol. Mereka minum air dan terus memenuhi gelas anggur pengacara itu.
"Kalau aku sih lebih baik mencari klien lain saja," kata Trevor, tertawa
mendengar leluconnya sendiri. "Kalau begitu kurasa aku harus minum
untuk kita bertiga," katanya di tengah makan malam, lalu melaksanakan
omongannya. Mereka lega ketika mengetahui dia pemabuk yang tenang.
Mereka terus menuangkan minuman, ingin tahu sampai seberapa jauh dia
tahan. Trevor jadi lebih diam dan duduk makin merosot, dan lama setelah
makan hidangan penutup dia memberi pelayan tip $300. Mereka
membantunya masuk ke mobil dan mengantarkannya pulang. Pengacara itu
tidur sambil mendekap tas kerja baru tadi. Ketika Wes mematikan lampu,
Trevor terkapar di tempat tidur, memakai celana kusut dan kemeja katun
putih, dasi kupu-kupunya terbuka, sepatu masih di kaki, mendengkur, dan
memeluk erat tas kerja dengan dua tangan. Transfer tiba sebelum pukul
17.00. Uang itu telah sampai. Klockner menyuruh mereka membuat Trevor
mabuk, melihat bagaimana kelakuannya dalam kondisi itu, lalu mulai
bekerja pagi harinya. Pukul 07.30 mereka kembali ke rumahnya, membuka
pintu dengan anak kunci mereka, dan mendapati pengacara itu nyaris
seperti ketika mereka meninggalkannya. Sebelah sepatunya terlepas, dan
dia bergelung miring seperti bola dengan tas kerja terkempit. "Ayo! Ayo!"
teriak Chap sementara Wes menyalakan lampu, menaikkan kerai jendela,
dan menimbulkan kegaduhan sekeras-kerasnya. Trevor bergegas bangun,
lari ke kamar mandi, mandi kilat, dan dua puluh menit kemudian masuk ke
ruang kerja dengan dasi kupu-kupu baru dan tanpa kerut sedikit pmb
Matanya agak sembap, namun dia tersenyum dan bertekad menaklukkan
hari ini. Uang jutaan dolar membantunya. Tidak pernah dia mengatasi
pusing setelah mabuk secepat ini. Mereka sarapan muffin dan kopi pekat di
Beach Java, lalu menggarap kantornya dengan penuh semangat. Sementara
Chap mengurus bagian depan, Wes menahan Trevor di ruangannya.
Beberapa teka-teki terpecahkan selama makan malam. Nama-nama Majelis
akhirnya berhasil dikorek dari Trevor. Wes dan Chap berakting luar biasa
dengan pura-pura terkejut. "Tiga hakim?" ulang mereka serentak, dengan
ekspresi tak percaya. Trevor tersenyum dan mengangguk bangga, seakan
dia sendirian yang jadi arsitek tipuan hebat ini. Dia ingin mereka percaya
bahwa dia punya otak dan kemampuan untuk meyakinkan tiga mantan
hakim bahwa mereka bisa mengisi waktu dengan menulis surat pada pria-
pria homo kesepian supaya dia, Trevor, dapat memperoleh sepertiga hasil
pemerasan mereka. Bukan main, dia betul-betul jenius. Teka-teki lain tetap
tidak jelas, dan Wes bertekad tetap mengurung Trevor sampai dia punya
jawabannya. "Mari kita bicara soal Quince Garbe,"-katanya. "Kotak posnya
disewa sebuah perusahaan palsu. Bagaimana kau bisa tahu identitasnya
yang sebenarnya?" "Gampang," jawab Trevor, bangga sekali pada dirinya
sendiri. Sekarang dia bukan sekadar jenius, tapi jenius yang sangat kaya.
Kemarin dia bangun dengan kepala pusing, dan selama setengah jam
tergeletak di tempat tidur, mencemaskan kekalahan judinya, mencemaskan
praktek hukumnya yang makin suram, mencemaskan kondisinya yang
makin mengandalkan Majelis dan tipuan mereka. Dua puluh empat jam
kemudian, dia bangun dengan kepala lebih pusing, tapi terobati uang sejuta
dolar. Dia serasa di awang-awang, penuh semangat, dan tidak sabar untuk
menyelesaikan tugasnya supaya bisa melanjutkan hidup. "Aku menemukan
detektif swasta di Des Moines," katanya, sambil meneguk kopi dan
mengangkat kaki ke meja, ke tempat biasanya. "Kukirimi dia cek senilai
seribu dolar. Dua hari dia di Bakers—kau pernah ke Bakers?" "Yep."
"Tadinya aku takut akulah yang harus pergi. Tipuan berhasil kalau kau bisa
menjaring pria penting yang berduit Dia rela membayar berapa pun untuk
membungkammu. Begitulah, detektif ini menemukan pegawai pos yang
butuh uang. Wanita itu orangtua tunggal, banyak anak, mobil tua,
apartemen kecil, kau tahu seperti apa. Dia menelepon si pegawai malam
hari dan mengatakan akan memberinya $500 kalau dia bisa
memberitahukan siapa penyewa Kotak 788 atas nama CMT Investments.
Keesokan paginya dia menelepon wanita itu di kantor pos. Mereka bertemu
di tempat parkir waktu istirahat makan siang. Pegawai pos itu menyerahkan
secarik kertas bertulis-kan nama Quince Garbe, dan detektif itu
memberinya amplop berisi uang $500. Wanita itu tak pernah menanyakan
siapa dia." "Itu metode yang biasa?" "Dengan Garbe sukses. Curtis Cates di
Dallas, korban kedua kami, agak lebih rumit. Detektif yang kami sewa di
sana tak bisa menemukan orang dalam, jadi dia harus mengawasi kantor
pos sampai tiga hari. Menghabiskan biaya $1.800, tapi dia akhirnya melihat
orang itu dan memperoleh pelat nomor mobilnya. "Siapa berikutnya?"
"Mungkin pria dari Upper Darby, Pennsylvania. Nama aliasnya Brant
White, dan tampaknya dia prospek bagus." "Kau pernah membaca surat-
suratnya?" "Tidak. Aku tak tahu apa isinya; tak mau tahu. Begitu mereka
siap menghajar seseorang, mereka akan menyuruhku menyelidiki kotak
posnya dan nama aslinya. Itu kalau sahabat pena mereka menggunakan
nama palsu, seperti klienmu, Mr. Konyers. Kau akan takjub kalau tahu
berapa yang menggunakan nama asli mereka. Luar biasa." "Kau tahu kapan
mereka mengirim surat pemerasannya?" "Oh, yeah. Mereka memberitahuku
supaya aku bisa mengabari bank di Bahama bahwa sebentar lagi ada
transfer. Bank meneleponku begitu uangnya masuk." "Ceritakan padaku
tentang si Brant White di Upper Darby ini," kata Wes. Dia mencatat
berhalaman-halaman, seolah takut ada yang terlewati. Setiap patah kata
direkam empat mesin yang berbeda di seberang jalan. "Mereka siap
melabraknya, cuma itu yang kutahu. Dia tampaknya tak sabaran, karena
mereka baru bersurat-suratan beberapa kali. Beberapa korban mereka sulit
sekali, seperti mencabut gigi saja, kelihatan dari jumlah surat-surat itu."
'Tapi kau tak mencatat surat-surat itu?" "Tak ada catatan. Aku takut FBI
tiba-tiba datang membawa surat perintah penggeledahan, dan aku tak mau
ada bukti keterlibatanku." "Pintar, sangat pintar." Trevor tersenyum dan
menikmati kepandaiannya. "Yeah, well, aku banyak menangani kasus
kriminal. Setelah beberapa lama, aku mulai berpikir seperti aku kriminal.
Begitulah, aku belum memperoleh detektif yang tepat di wilayah
Philadelphia. Masih terus mencarinya." Brant White rekaan Langley. Trevor
boleh menyewa semua detektif di Northeast, tapi mereka takkan pernah
menemukan orang di balik kotak pos itu. "Malahan," dia melanjutkan, "aku
sedang bersiap-siap pergi ke sana sendiri waktu menerima telepon dari
Spicer yang menyuruhku ke Washington dan melacak Al Konyers. Lalu
kalian datang, dan, yah, selanjutnya sudah kauketahui." Suaranya
menghilang ketika dia sekali lagi memikirkan uangnya. Pasti cuma
kebetulan bahwa Wes dan Chap memasuki hidupnya hanya beberapa jam
sesudah dia diperintahkan menyelidiki klien mereka. Tapi dia tidak peduli.
Dia seperti bisa mendengar suara burung-burung camar dan merasakan
pasir panas di kakinya. Dia seolah dapat mendengar musik reggae dari band
di pulau, dan merasakan angin mendorong bbcJ»- t---^»~"Ada kontak lain
di luar?" tanya Wes. "Oh, tidak," sahutnya samar. "Aku tak membutuhkan
bantuan. Makin sedikit yang terlibat, makin lancar, operasinya." "Pintar
sekali," komentar Wes. Trevor bersandar makin dalam di kursinya. Langit-
langit di atasnya retak dan mengelupas, perlu dilapisi enamel lagi. Beberapa
hari yang lalu itu mungkin bisa membuatnya pusing. Sekarang dia tahu
langit-langit itu tak bakal dicat, kalau mereka mengharapkan dia yang
membayar tagihannya. Dia sebentar lagi akan meninggalkan tempat ini,
begitu Wes dan Chap selesai berurusan dengan Majelis. Dia akan
menyisihkan satu-dua hari untuk menyimpan arsip-arsipnya, karena alasan
yang tidak diketahuinya dengan pasti. Lalu dia akan menyumbangkan
buku-buku hiikurnnya yang sudah ketinggalan zaman dan tak pernah dibaca
itu. Pasti ada lulusan baru sekolah hukum tak berduit yang mengais-ngais
rezeki di pengadilan kota, dia akan menjual perabotan dan komputernya
dengan harga sangat murah pada bocah itu. Dan setelah semua urusan
beres, dia—L. Trevor Carson, pengacara dan penasihat hukum, akan pergi
dari kantor ini dan tak pernah mengingatnya lagi. Pasti akan merupakan
hari yang luar biasa. Chap membuyarkan lamunan singkat itu dengan
sekantong taco dan minuman ringan. Makan siang belum dibicarakan, tapi
Trevor sudah melihat jam tangan, ingin segera makan berlama-lama di
Pete's lagi. Sambil mengomel dia mengambil taco dan cemberut sebentar.
Dia butuh minum. ,v,,«.a. tak nHa salahnya berhenti minum alkohol selama
makan siang," kata Chap ketika mereka berkumpul di sekeliling meja
Trevor, sambil berusaha tidak menumpahkan kacang hitam dan daging
giling. "Terserah kalian," kata Trevor. "Aku bicara padamu," tukas Chap.
"Paling tidak selama tiga puluh hari mendatang." "Itu tak termasuk dalam
kesepakatan." "Sekarang ya. Kau harus .waras dan waspada." "Kenapa,
tepatnya?" "Karena klien kami menginginkannya. Dan dia membayarmu
sejuta dolar." "Apa dia ingin aku membersihkan gigi dua kali sehari dan
makan bayam?" "Akan kutanyakan." "Mumpung kau bicara dengannya,
suruh dia tutup mulut." "Jangan berlebihan, Trevor," kata Wes. "Kurangilah
minuman alkoholmu selama beberapa hari. Pasti berpengaruh baik
padamu." Uang itu membuatnya bebas, tetapi kedua orang ini mulai
membuatnya sesak. Sekarang mereka bersama-sama selama 24 jam, dan
tidak ada tanda-tanda mereka akan pergi. Malah sebaliknya yang terjadi.
Mereka semakin merapat. Chap pergi pagi-pagi untuk mengambil surat.
Mereka meyakinkan Trevor bahwa dia sangat ceroboh dalam melaksanakan
tugasnya, dan itulah penyebab mereka ,begitu mudah menemukannya.
Bagaimana kalau korban-korban lain mengintainya di luar sana? Trevor
tidak sulit mengetahui nama asli para korban. Bagaimana kalau mereka
begitu juga dalam menyelidiki orang di balik Aladdin North dan Laurel
Bridge? Mulai sekarang, Wes dan Chap akan bergantian mengambil surat.
Mereka akan mengacak semuanya, mendatangi kantor pos di waktu-waktu
yang berlainan, menyamar, pokoknya serbamisterius. Trevor aldiirnya
setuju. Mereka tampaknya memang bisa diandalkan. Empat surat untuk
Ricky sudah menunggu di kantor pos Neptune Beach, dan dua untuk Percy
di Atlantic Beach. Chap melakukan tugasnya dengan cepat, diiringi sebuah
tim, yang mengawasi siapa saja yang mungkin mengawasinya. Surat-surat
itu dibawa ke rumah sewaan tempat semuanya cepat-cepat Mibuka,
difotokopi, lalu dikembalikan ke keadaan semula. Fotokopinya dibaca dan
dianalisis agen-agen yang tidak sabar untuk melakukan sesuatu. Klockner
membacanya juga. Dari enam nama, mereka sudah pernah melihat lima di
antaranya. Semua pria setengah baya kesepian yang mencoba
mengumpulkan keberanian untuk mengambil langkah, selanjutnya dengan
Ricky atau Percy. Tidak ada yang tampak agresif. Salah satu dinding kamar
di rumah sewaan telah dicat putih dan di situ digambar peta besar lima
puluh negara bagian. Paku-paku merah digunakan untuk menandai para
sahabat pena Ricky. Hijau untuk Percy. Nama dan kota tempat tinggal
seluruh koresponden ditulis dengan tinta hitam di bawah paku. Jaringannya
makin luas. Ricky punya 23 pria yang mengiriminya surat; Percy punya 18.
Tiga puluh negara bagian tercakup. Makin lama Majelis makin lihai.
Mereka sekarang memasang iklan di tiga majalah, sejauh yang diketahui
Klockner. Mereka mempertahankan profil mereka, dan setelah surat ketiga
biasanya mereka tahu apakah seorang pendatang baru punya uang atau
tidak. Atau istri. Permainan mereka asyik ditonton, dan karena mereka
sekarang punya akses total terhadap Trevor, tak ada surat yang terlewatkan.
Surat hari itu dirangkum dalam dua halaman, lalu diserahkan pada agen
yang terbang ke Langley. Deville sudah memegangnya pada pukul 19.00.
Telepon pertama siang itu, pukul 15.10, masuk ketika Chap sedang
membersihkan jendela. Wes masih di ruangan Trevor, mencecarnya dengan
serentetan pertanyaan. Trevor capek. Dia ingin tidur siang dan sangat
membutuhkan minuman. "Kantor pengacara," jawab Chap. "Ini kantor
Trevor?" tanya penelepon itu. "Betul. Siapa ini?" "Siapa kau?" "Saya Chap,
paralegal baru." "Gadis itu kenapa?" "Dia tidak bekerja di sini lagi. Ada
yang bisa saya bantu?" __ "Ini Joe Roy Spicer. Aku klien Trevor, dan aku
menelepon dari Trumble." "Dari mana?" "Trumble. Penjara federal. Trevor
ada?" "Tidak, Sir. Dia di Washington, dan beberapa jam lagi akan kembali"
"Oke. Bilang dia aku akan menelepon lagi pukul lima." "Ya, Sir." Chap
meletakkan telepon dan menarik napas dalam-dalam, begitu juga Klockner
di seberang jalan. CIA baru sajamengalami kntak langsungpertamcnya
dengan salah satwan'gota Majel)s, Telepon kedqa masuk tepat pada pukul
17.00. Chap meng!ngkat talepon dan mengenami wuaraitu. Trevor
menunggu di ruangann9a. "Halo." "Tpevor,(ini Joe Roy Spic%r." "Halo,
Judg%." "Apa yang kaudapat di Washinfton" "Iami masih menyenidikioya.
Kasus ini sulmt, 4ari kam pasti bisa menemukannya."(Laa hening, seolah
Spicer tidak eenyu+ai kabar ini dan tidak tahu harus mengatakan apa.
"Berok kau datang?" "Qku akan sampai di s`na pukul tiga." "Bawa uAng
$5.000." "Lima ribu dolar?" "Begiu kataku. Ambil uanc itu(dan baga
kemazi. Semua dalam pacahan 20-an"dan 50/an." "Apa yang akan
kaulakukan—" "Jangan bafyak tanya. Trevob. Bawasaja ung sialan
itu.Masukkan ke a}plop bersama surat lain. Kau pernah mela{ukannya."
"Baik." Spicer menutup telepon tanpa!bicara laga. Lalu Trevnr
membicerakao keadaan ekonomi di Trumcle selama sejam. Uang tunai
dilarano. Setiap .arapidana punya pekErjaan dan upahoya likzedikan ke
rekeningnya. Penceluaran, seperti telepon interlokal, tagihan toko, biaya
fotokopi, prangko, semua di* u rekeningnya. Ua dlde°etkan ke Tapi uang
tunai ada, meskipun jarang v r, Uang tersebut diselundupkan masuk dan d'
atan kan, digunakan untuk membayar utang ?Sembunyi-menyuap penjaga
supaya mau menolong Tr^ dan melakukannya. Jika sebagai pengacarai di?T
takqt" menyelundupkannya, hak berkunjungnya akan Tu untuk selamanya.
Dia pernah meny^undtp^* dua kali, masing-masing $500, W^S^T8 10-an
dan 20-an. bentuk pecahan Dia tidak dapat membayangkan apa van* ,w
mereka lakukan dengan $5.000 Y 8 Dua Puluh Delapan SETELAH tiga
hari selalu bersama Wes dan Chap, Trevor membutuhkan jeda. Mereka
ingin sarapan, makan siang, dan makan malam bersama. Mereka ingin
mengantarnya pulang dan menjemputnya setiap hari, pagi-pagi sekali.
Mereka mengelola apa yang tersisa dari prakteknya—Chap si paralegal,
Wes si manajer kantor, mereka berdua menghujaninya dengan berbagai
pertanyaan yang tidak ada habisnya, karena pekerjaan membantunya
sebagai pengacara hanya sedikit. Jadi tidak mengherankan waktu mereka
bilang akan mengantarkannya ke Trumble. Dia tidak butuh sopir, Trevor
menjelaskan. Dia sudah sering ke sana, naik Beetle kecil andalannya, dan
dia akan melakukannya sendirian. Mereka jadi gusar, dan mengancam akan
menelepon klien mereka untuk minta petunjuk-"Telepon saja klien terkutuk
kalian, aku tak peduli," teriak Trevor pada mereka, dan mereka mundur.
"Klien kalian tak boleh mengatur hidupku." Tapi kenyataannya sebaliknya,
dan mereka semua tahu itu. Hanya uang yang penting sekarang. Trevor
sudah melakukan pengkhianatan. Dia meninggalkan Neptune Beach naik
Beetle, sendirian, dibuntuti Wes dan Chap dalam mobil sewaan mereka, dan
di belakang iring-iringan itu ada van putih berisi orang-orang yang takkan
pernah dilihat Trevor. Dia juga tidak ingin melihat mereka. Hanya karena
iseng, dia tiba-tiba membelok ke toserba untuk membeli bir, dan tertawa
ketika kedua mobil lainnya direm kuat-kuat dan nyaris bertabrakan. Begitu
sampai di luar kota, dia menyetir pelan sekali, meneguk bir, menikmati
privasinya, mengatakan pada dirinya sendiri dia sanggup mengalami semua
penderitaan ini selama tiga puluh hari mendatang. Dia sanggup mengalami
penderitaan apa saja demi sejuta dolar. Ketika dia mendekati wilayah
Trumble, perasaan bersalah melandanya untuk pertama kali. Bisakah dia
melakukan ini? Dia akan berhadapan dengan Spicer, klien yang
mempercayainya, narapidana yang mem-butahkaiinya, partner dalam
melakukan kejahatan. Mampukah dia memasang tampang tenang dan
bersikap seolah semuanya beres, sementara setiap patah kata ditangkap
mikrofon berfrekuensi tinggi di dalam tas kerjanya? Sanggupkah dia
bertukar surat-surat dengan Spicer seakan tak ada yang berubah, tahu surat-
surat itu sebetulnya dimonitor? Apalagi dia mencampakkan karier
hukumnya, yang dengan susah payah diperolehnya dan pernah
dibanggakannya. Dia menjual etiknya, standarnya, bahkan moralnya demi
uang. Apakah kata hatinya bisa dibeli dengan uang sejuta dolar? Sudah
terlambat sekarang. Uang telah tersimpan di bank. Dia meneguk bir dan
menyiram perasaan bersalah yang semakin memudar. Spicer bandit, begitu
juga Beech dan Yarber, dan dia, Trevor Carson, sama kotornya. Tak ada
kehormatan di antara pencuri, dia terus mengatakannya dalam hati. Link
mencium bau bir menguar dari tubuh Trevor ketika mereka menyusuri
koridor dan memasuki area pengunjung. Di ruang pengacara Trevor
memandang ke dalam. Dia melihat Spicer, agak tersembunyi di balik surat
kabar, dan mendadak dia gugup. Pengacara busuk macam apa yang
membawa alat penyadap elektronik ke pertemuan rahasia dengan klien?
Rasa bersalah menghantam Trevor bagai tinju, tapi dia tidak bisa berubah
pikiran sekarang. Mikrofonnya hampir sebesar bola golf, dan dipasang Wes
dengan cermat di dasar tas kerja kulit hitam Trevor yang sudah usang dan
lusuh. Alat itu sangat kuat, dan dengan mudah akan memancarkan apa saja
ke bocah-bocah tanpa nama di dalam van putih. Wes dan Chap ada di sana
juga, siap dengan earphone, tak sabar untuk mendengar semuanya. "Siang,
Joe Roy," sapa Trevor. "Sama-sama," balas Spicer. "Coba kulihat dulu tas
kerjamu," kata Link. Dia memandang sekilas, lalu berkata, "Kelihatannya
beres." Trevor sudah memperingatkan Wes dan Chap bahwa Link kadang-
kadang mengintip ke dalam tas kerjanya. Mikrofonnya ditutupi setumpuk
kertas. "Ada surat," Trevor memberitahu. "Berapa?" tanya Link. "Delapan."
"Kau punya surat?" tanya Link pada Spicer. "Tidak. Hari ini tak ada," jawab
Spicer. "Aku menunggu di luar," kata Link. Pintu ditutup; terdengar langkah
kaki, dan tiba-tiba suasana hening. Keheningan yang sangat panjang. Nihil.
Tak sepatah kata pun antara pengacara dan klien. Mereka terus menunggu
di dalam van putih, sampai mereka menyadari jelas ada yang tidak beres.
Ketika Link meninggalkan ruangan kecil itu, dengan cepat dan sigap Trevor
meletakkan tas kerjanya di luar pintu, di lantai, tempat benda itu berdiri
selama pertemuan pengacara-klien. Link melihatnya, dan tak ambil pusing.
"Kenapa kau berbuat begitu?" tanya Spicer. Tasnya kosong kok," kata
Trevor, mengangkat bahu. "Biar kamera closed-circuit melihatnya. Kita tak
menyembunyikan apa-apa." Trevor dilanda gelombang etik terakhir yang
singkat. Mungkin dia akan menyadap pembicaraan berikutnya dengan
kliennya, tapi yang ini tidak. Dia akan memberitahu Wes dan Chap bahwa
penjaga mengambil tas kerjanya, hal yang sesekali terjadi. "Terserahlah,"
kata Spicer, memeriksa surat-surat sampai menemukan dua amplop yang
sedikit lebih tebal. "Ini uangnya?" "Ya. Aku terpaksa menggunakan
beberapa pecahan seratusan." "Kenapa? Aku kan jelas-jelas bilang 20-an
dan 50-an." "Cuma itu yang bisa kudapatkan. Aku tak mengira akan
membutuhkan uang tunai sebanyak itu." Joe Roy mengamati alamat di
surat-surat lain. Lalu dia bertanya, agak ketus, "Jadi apa yang terjadi di
Washington?" "Kasusnya sulit. Salah satu perusahaan penyewaan kotak pos
di daerah pinggiran, buka 24 jam, tujuh hari seminggu, selalu ada yang
menjaga, banyak orang lalu-lalang. Keamanan ketat. Kami akan
membereskannya," "Siapa yang kaupakai?" "Suatu perusahaan di Chevy
Chase." "Sebutkan namanya." "Apa maksudmu, sebutkan namanya?"
"Beritahu aku nama detektif di Chevy Chase itu." Trevor terdiam; otaknya
membeku. Spicer punya maksud tertentu, mata hitamnya berkilat tajam.
"Aku tak ingat," kata Trevor. "Di mana kau menginap?" "Apa-apaan ini, Joe
Roy?" "Beritahu aku nama hotelmu." "Kenapa?" "Aku berhak tahu. Aku
klienmu. Aku yang membayar pengeluaranmu. Di mana kau menginap?"
"Ritz-Carlton." "Yang mana?" "Entahlah. Ritz-Carlton." "Ada dua Ritz-
Carlton. Yang mana?" "Aku tak tahu. Bukan di tengah kota." "Penerbangan
apa yang kaunaiki?" "Ayolah, Joe Roy. Ada apa sih?" "Perusahaan
penerbangan apa?" "Delta." "Nomor penerbangan?" "Aku tak ingat." "Kau
pulang kemarin. Tak sampai 24 jam yang lalu. Rerana nomor
penerbanganmu?" "Aku lupa." "Kau yakin pergi ke Washington?" "Tentu
saja aku pergi," tukas Trevor, tapi suaranya bergetar sedikit karena ragu-
ragu. Dia tidak menyiapkan kebohongannya, dan semua langsung buyar
begitu dia mengatakannya.' "Kau tak mengetahui nomor penerbanganmu, di
hotel mana kau menginap, atau nama detektif yang bersamamu dua hari
terakhir ini. Kau pasti mengira aku goblok." Trevor tidak menjawab. Dia
cuma bisa memikirkan mikrofon di dalam tas kerjanya dan betapa
beruntungnya dia tas itu ada di luar. Dia tidak ingin Wes dan Chap
mendengarnya diberondong seperti ini. "Akhir-aidiir ini kau banyak
minum, ya?" tanya Spicer, menyerang. "Ya," jawab Trevor, diam sebentar.
"Aku mampir ke toko dan membeli sekaleng bir." "Atau dua." "Ya, dua."
Spicer bertumpu pada sikunya, menyorongkan wajahnya ke tengah meja.
"Aku punya kabar buruk untukmu, Trevor. Kau dipecat." "Apa?" mf'
"Riwayatmu tamat. Berakhir, Untuk selamanya." "Kau tak bisa
memecatku." "Baru saja kulakukan. Berlaku segera. Dengan suara bulat
Majelis. Kami akan memberitahu sipir sehingga namamu akan dicoret dari
daftar pengacara. Begitu kau pergi nanti, Trevor, jangan kembali."
"Kenapa?" "Berbohong, terlalu banyak minum, ceroboh, tak bisa
dipercaya." Kedengarannya cukup benar, tapi Trevor tetap sulit
menerimanya. Tak pernah terlintas di benaknya mereka berani memecatnya.
Dia mengertakkan gigi dan bertanya, "Bagaimana dengan usaha kecil kita?"
"Penyelesaiannya gampang. Kau boleh simpan uangmu, kami akan
menyimpan uang kami." "Siapa yang akan mengurusnya di luar?" "Biar
kami yang memikirkannya. Kau boleh melakukan pekerjaan jujur, kalau
mampu." "Memangnya kau tahu pekerjaan jujur?" "Bagaimana kalau kau
pergi saja, Trevor? Berdiri dan keluarlah! Senang berurusan denganmu."
"Tentu," gumamnya, pikirannya kacau tapi dia lalu menyadari dua hal.
Pertama, Spicer tidak membawa surat-surat, baru kali ini terjadi setelah ber-
minggu-minggu. Kedua, uang itu. Untuk apa mereka membutuhkan
$5.000? Mungkin untuk menyuap pengacara baru. Mereka merencanakan
serangan mereka dengan baik, yang selalu merupakan keunggulan mereka,
karena mereka punya begitu banyak waktu. Tiga pria yang sangat pintar,
dengan banyak waktu kosong. Tidak adil. Harga diri membuatnya berdiri.
Dia mengulurkan tangan dan berkata, "Maaf ini harus terjadi." Spicer
menjabatnya dengan enggan. Cepatlah pergi dari sini, dia ingin berkata.
Ketika mereka berpandangan untuk terakhir kali, Trevor berkata, nyaris
berbisik, "Konyers-lah orangnya. Sangat kaya. Sangat berkuasa. Dia tahu
tentang kau." Spicer melompat berdiri seperti kucing. Dengan wajah
mereka hanya terpisah beberapa inci, dia juga berbisik, "Apakah dia
mengawasimu?" Trevor mengangguk dan* mengedipkan mata. Lalu
menyambar pintu. Diambilnya tas kerjanya tanpa bicara pada Link. Mau
bilang apa dia pada pengawal itu? Maaf, sobat tua, seribu dolar sebulan
yang kauperoleh di kolong meja baru saja dihentikan. Sedih? Kalau begitu
tanya saja pada Hakim Spicer kenapa itu terjadi. Tapi dia tidak
melakukannya. Kepalanya pusing dan nyaris berdenyut-denyut, dan alkohol
tidak membantu. Apa yang akan dikatakannya pada Wes dan Chap? Itulah
pertanyaan terpenting saat ini. Mereka akan mencecarnya begitu bisa
menemuinya. Dia berpamitan pada Link, Vince, Mackey, dan Rums di
depan, seperti biasa,, tapi sekarang untuk terakhir kali, dan berjalan ke
bawah sinar matahari panas. Mobil Wes dn Chap diparkir tiga mobil dari
Beetle-nya. Mereka ingin icara taPi pela$menunggu(sampai situasi aman.
Tanpa memedulikaf merekA Trefor melemparkan$t`s kmrja ke kursi
`enumpang dan masuk mobim. Konvoi mengikutinya
meninggalkan$penjara dan pelao-pelan melaju di jqlan rayamenujU
Jacksonvil|en Keputusan mereka menyingkkrkan Trevor$dipezolex setelAh
di`ertimbangkan ma3ak%masa+. Selama barjam-jam mereka(berkur5ng di
ruangan kecil mereka, mmmpelakari arsap Konyers sampai haFal setiep
patah kata dalam setiap surav.Mereka ferjalal bermil-mil di trek, bertig`,
menyusun skeNario terbaik. Mereka makan bersaMa, maif +artu bersama,
sambih membisikKan teori-teori baru tentang siapa yang mungkin
mengawasi surat`mereka. ^49 Trevor pelaku yang paling mungoin, dan
s`tu-satunya yang basa mreka kontrol. Kalau oorbin-kOrban mereka
bersikap ceroboh, mareka tidck bisa$melakukan"apa-cpa. Tapi
kalau(pengacaramereka tidak berhati-`ati, dia harus `ipecat. Lagi pule orang
itu memang tidak bisa dipercaya& BErapa sih penoacara bagus dan sibuk
yang rela mempertaruhkan karier mereka dengan terlibat dalam pemerasan
homo? Satu-satunya keraguan dalam memecat Trevor adalah ketakutan
tentang apa yang akan dilakukannya dengan uang mereka. Terus terang,
mereka yakin pengacara itu akan mencurinya, dan mereka tidak bisa
menghentikannya. Namun mereka bersedia mengambil risiko itu demi hasil
yang lebih besar dengan Mr. Aaron Lake. Untuk mencapai Lake, mereka
merasa harus menyingkirkan Trevor. Spicer menceritakan detail-detail
pertemuan mereka, kata demi kata. Pesan misterius Trevor di akhir
pertemuan mengejutkan mereka. Konyers mengawasi Trevor. Konyers tahu
tentang Majelis. Apakah itu berarti Lake tahu tentang Majelis? Siapa
sebenarnya Konyers? Kenapa Trevor membisikkannya dan kenapa dia
meletakkan tas kerjanya di luar? Dengan ketelitian yang hanya dapat
dimiliki sekumpulan hakim bosan, pertanyaan-pertanyaan itu dibahas. Lalu
strateginya. Trevor sedang membuat kopi di dapurnya yang sekarang bersih
dan mengilap ketika Wes dan Chap masuk tanpa suara dan langsung
menanyainya. "Apa yang terjadi?" tanya Wes. Mereka mengerutkan kening
dan menimbulkan kesan sudah beberapa lama gusar. "Apa maksudmu?"
tanya Trevor, seolah semua lancar. "Mikrofonnya kenapa?" "Oh, itu.
Penjaga mengambil tasku dan menaruhnya di luar." Mereka berpandangan
lagi. Trevor menuangkan air ke mesin pembuat kopi. Fakta bahwa sekarang
sudah pukul 17.00 dan dia membuat kopi tidak lolos dari pengamatan kedua
agen tersebut. "Kenapa dia berbuat begitu?" "Memang biasanya seperti itu.
Kira-kira sebulan sekali penjaga menahan tas kerja selama kunjungan."
"Apakah dia memeriksanya?" Trevor menyibukkan diri dengan mengamati
kopi menetes. Sama sekali tidak ada yang tak beres. "Dia memeriksa sekilas
seperti biasa, yang kurasa dilakukannya dengan mata terpejam. Dia
mengeluarkan surat-surat masuk, lalu mengambilnya. Mikrofonnya aman."
"Apakah dia melihat amplop-amplop tebal itu?" 'Tentu saja tidak. Tenang."
"Dan pertemuannya berjalan lancar?" "Biasalah, tapi Spicer tak punya surat
untuk dikirimkan, yang agak tak lazim akhir-akhir ini, tapi bisa saja terjadi.
Aku akan kembali dua hari lagi, dia akan menyodorkan setumpuk surat, dan
oeniaga bahkan takkan menyentuh tas kerjaku. Kau akan bisa mendengar
setiap patah kata. Mau kopi?" Mereka serentak tenang. "Terima kasih, tapi
kami hams pergi," kata Chap. Mereka harus membuat laporan, menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Mereka berjalan ke pintu, tapi Trevor menghentikan
mereka. "Dengar, fellas" katanya sangat sopan. "Aku sangat mampu
berpakaian sendiri, dan makan sereal sendirian, seperti yang bertahun-tahun
kulakukan. Dan aku ingin membuka kantorku di .sini tak lebih cepat dari
pukul sembilan. Karena ini kantorku, kita akan buka pukul sembilan, dan
tak semenit pun lebih awal. Kalian boleh datang kemari saat itu, tapi bukan
pukul 08.59. Jauhi rumahku, dan jauhi kantor ini sampai pukul sembilan.
Mengerti?" "Tentu," kata salah satu, dan mereka pun pergi. Bukan masalah
bagi mereka. Alat penyadap bertebaran di kantor, rumah, mobil, bahkan tas
kerjanya. Mereka tahu di mana dia membeli pasta gigi. Trevor
menghabiskan seteko penuh kopi itu dan otaknya menjernih. Lalu dia mulai
bergerak, semua direncanakan dengan cermat. Dia sudah mulai bersiap-siap
begitu meninggalkan Trumble. Dia menduga mereka mengawasi, di
belakang sana dengan bocah-bocah dari van putih. Mereka memiliki
berbagai perlengkapan, mikrofon dan alat penyadap, Wes dan Chap pasti
tahu cara menggunakannya. Uang bukan masalah. Dia berkata pada dirinya
sendiri bahwa mereka tahu segalanya, biarkan khayalannya berkembang ke
mana-mana dan asumsikan mereka mendengar setiap kata, membuntutinya
ke mana pun, dan selalu tahu persis di mana dia berada. Makin paranoid
dia, makin besar peluangnya kabur. Dia menyetir sejauh 25 kilometer lebih
ke mal di dekat Orange Park, di pemukiman di selatan Jacksonville. Dia
keluyuran, melihat-lihat etalase, dan makan piza di pujasera yang nyaris
kosong. Sulit untuk tidak melesat ke balik rak pakaian di toko dan
menunggu orang-orang yang membayanginya lewat. Namun dia menahan
diri. Di Radio Shack, dia membeli ponsel kecik Paketnya termasuk sebulan
sambungan jarak jauh dengan pelayanan setempat, dan Trevor memperoleh
apa yang mbutuhkannya. Dia pulang setelah pukul 21.00, yakin mereka
mengawasi. Dia menyalakan televisi dengan suara maksimal, dan membuat
kopi lagi. Di kamar mandi dia menjejalkan uangnya ke saku-sakunya.
Tengah malam, dengan rumah gelap dan sunyi serta Trevor tampaknya
pulas, dia menyelinap keluar dari pintu belakang dan hilang ditelan malam.
Udara segar, bulan purnama, dan dia berusaha sebisa mungkin agar
kelihatan seperti hanya akan berjalan-jalan di pantai. Dia memakai celana
kargo longgar dengan saku-saku dari pinggang ke bawah, dua kemeja
denim, dan jaket kebesaran dengan uang berjejalan di lapisan dalamnya.
Secara keseluruhan, Trevor menyembunyikan $80.000 di tabuhnya ketika
lontang-lantung ke selatan, sepanjang tepi air, seolah cuma berjalan-jalan di
pantai tengah malam. Satu setengah kilo kemudian langkahnya makin
cepat. Setelah lima kilo tenaganya habis, tapi dia perlu bergegas. Tidur dan
istirahat harus menunggu. Dia meninggalkan pantai dan memasuki lobi
kumuh motel murahan. Tidak ada kendaraan yang melintas di Highway
AIA; tidak ada yang buka selain motel itu dan toserba di kejauhan. Pintu
berderak cukup keras untuk membangunkan petugas motel. Dari suatu
tempat di belakang terdengar suara televisi. Seorang pemuda gendut berusia
tidak sampai dua puluh muncul dan berkata, "Selamat malam.
Membutuhkan kamar?" "Tidak, Sir," jawab Trevor, sambil pelan-pelan
mengeluarkan tangan dari saku dan menunjukkan segulung besar uang. Dia
mengambil beberapa lembar dan menjajarkannya dengan rapi di meja
layan. "Aku mau minta tolong." Si petugas menatap uang itu, lalu
membelalak. Di pantai memang ada bermacam-macam orang. "Kamar-
kamar di sini tak semahal itu," katanya. "Siapa namamu?" tanya Trevor.
"Oh, bagaimana ya. Panggil saja Sammy Sosa." "Baiklah, Sammy. Ini ada
seribu dolar. Uang ini jadi milikmu kalau kau mau mengantarkanku ke
Daytona Beach. Lama perjalanannya sembilan puluh menit." "Aku akan
butuh waktu tiga jam karena hams kembali kemari lagi." "Terserahlah. Itu
berarti lebih dari $300 per jam. Kapan terakhir kali kau memperoleh $300
sejam?" "Sudah lama. Aku tak bisa melakukannya. Kau tahu, aku mendapat
giliran kerja malam. Tugasku dari pukul sepuluh sampai delapan." "Siapa
bosmu?" "Dia di Atlanta." "Kapan dia terakhir datang?" "Aku tak pernah
bertemu dia." 'Tentu saja. Kalau punya tempat kumuh begini kenapa mau
repot-repot datang?" 'Tempat ini tak jelek-jelek amat kok. Kami punya TV
warna gratis dan sebagian besar AC-nya berfungsi." 'Tempat ini payah,
Sammy. Kau bisa mengunci pintu itu, mengantarkanku, dan kembali tiga
jam kemudian. Takkan ada yang tahu." Sammy memandang uang itu lagi.
"Kau melarikan diri dari polisi?" "Tidak. Dan aku tak bersenjata. Aku cuma
buru-buru." "Jadi apa masalahnya?" "Perceraian ribut, Sammy. Uangku
sedikit. Istriku menginginkan semuanya dan dia punya pengacara-
pengacara galak. Aku harus meninggalkan kota ini." "Kau punya uang, tapi
tak punya mobil?" "Dengar, Sammy. Kau mau atau tidak? Kalau tidak, aku
akan pergi ke toserba di ujung jalan itu dan menemukan orang yang cukup
pintar untuk menerima uangku." "Dua ribu." "Kau mau melakukannya
dengan bayaran dua ribu?" "Yep." B^, Mobilnya lebih jelek dari perkiraan
Trevor. Honda tua yang tidak pernah dibersihkan Sammy maupun kelima
pemiliknya sebelum ini. Tapi AIA sepi, dan jalanan ke Daytona Beach
memakan waktu tepat ?o menit. wa^U2403'20' Honda to berhenti di depan
kedai Jam' Trevor keluar. Dia berterima kasih pada Sammy, mengucapkan
selamat tinggal, dan memandanginya pergi. Di dalam, dia minum kopi dan
berbicara dengan pelayan cukup lama untuk membujuk wanita itu supaya
mengambilkan buku telepon setempat. Dia memesan pancake dan
menggunakan ponsel Radio Shack barunya untuk mengenal kota itu.
Bandara terdekat adalah Daytona Beach International. Beberapa menit
setelah pukul 04.00, taksinya berhenti di terminal pesawat umum. Puluhan
pesawat kecil berbaris rapi di lapangan. Dia memandanginya sementara
taksinya melaju pergi. Pasti salah satu bisa dicarter, katanya dalam hati. Dia
hanya butuh satu, mungkin yang bermesin ganda. Dua Puluh Sembilan
KAMAR belakang ramah sewaan itu telah diubah menjadi ruang rapat,
dengan empat meja lipat yang disatukan membentuk meja besar. Meja itu
tertutup berbagai surat kabar, majalah, dan kotak donat. Tiap pukul 07.30
Klockner dan timnya berkumpul sambil menikmati kopi dan kue-kue untuk
membahas tadi malam dan merencanakan hari ini. Wes dan Chap selalu
ada, dan enam atau tujuh agen lain bergabung dengan mereka, tergantung
siapa yang datang dari Langley. Para teknisi dari ruang depan sesekali ikut,
meskipun Klockner tidak mewajibkan. Karena Trevor sekarang sudah di
pihak mereka, hanya beberapa orang dibutuhkan untuk membuntutinya.
Atau begitulah perkiraan mereka. Pengintaian tidak mendeteksi adanya
gerakan di dalam rumahnya sebelum pukul 07.30, bukan hal yang ganjil
bagi orang yang sering tidur dalam keadaan mabuk dan bangun siang.
Pukul 08.00, sementara Klockner masih rapat di belakang, seorang teknisi
menelepon rumah itu dengan berpura-pura salah sambung. Setelah tiga
deringan, terdengar mesin penjawab dan Trevor memberitahukan dia tidak
berada di tempat, silakan tinggalkan pesan. Ini kadang-kadang terjadi kalau
dia berusaha tidur sampai siang, tapi biasanya telepon bisa
membangunkannya dari tempat tidur. Pukul 08.30, Klockner diberitahu
bahwa ramah tersebut sunyi senyap; tidak ada bunyi shower, radio, televisi,
stereo, tak ada suara kegiatan rutin biasa. Sangat mungkin Trevor teler di
rumahnya, sendirian, tapi mereka tahu tadi malam dia tidak pergi ke Pete's.
Dia pergi ke mal dan tampaknya pulang dalam keadaan waras. "Dia
mungkin masih tidur," kata Klockner, tidak khawatir. "Di mana mobilnya?"
"Di jalur masuk." Pukul 09.00, Wes dan Chap mengetuk pintu Trevor, lalu
membukanya karena tidak ada jawaban. Orang-orang di rumah sewaan
langsung bergerak ketika dilapori bahwa pengacara itu tidak kelihatan, dan
mobilnya masih ada. Tanpa panik Klockner menyuruh orang-orang ke
pantai, ke kedai-kedai kopi di dekat Sea Turtle, bahkan ke Pete's, yang
belum buka. Mereka menyisir area di sekitar rumah dan kantornya, berjalan
kaki dan bermobil, dan tidak melihat apa-apa. Pukul 10.00, Klockner
menelepon Deville di Langley. Pengacara itu hilang, begitulah pesannya.
Semua penerbangan ke Nassau diperiksa; tidak ditemukan apa pun, tidak
ada tanda-tanda orang bernama Trevor Carson. Kontak Deville di pabean
Bahama tidak bisa ditemukan, begitu juga penyelia bank yang pernah
mereka suap. Teddy Maynard sedang memimpin brifing tentang gerakan
pasukan Korea Utara waktu diinterupsi pesan mendesak bahwa Trevor
Carson, pengacara mabuk mereka di Neptune Beach, Florida, hilang.
"Bagaimana kau bisa kehilangan jejak orang tolol macam dia?" geram
Teddy marah pada Deville, sesuatu yang jarang terjadi. "Aku tak tahu."
"Aku tak habis pikir!" "Maaf, Teddy." Teddy mengubah posisi tubuhnya
dan mengernyit kesakitan. "Temukan dia, brengsek!" desisnya. Pesawatnya
jenis Beech Baron, pesawat bermesin ganda milik beberapa dokter dan
dicarter Eddie, pilot yang dibujuk Trevor supaya mau bangun pukul 06.00
dengan janji pembayaran di tempat dan lebih banyak lagi secara diam-diam.
Tarif resminya $2.200 untuk perjalanan bolak-balik antara Daytona Beach
dan Nassau—masing-masing dua jam, total empat jam dengan bayaran
$400 per jam, plus biaya untuk pendaratan, imigrasi, dan istirahat pilot.
Trevor memberikan $2.000 lagi untuk Eddie jika penerbangan segera
dilakukan. Geneva Trust Bank di tengah kota Nassau buka pukul 09.00
waktu bagian timur, dan Trevor sudah menunggu ketika pintu-pintunya
dibuka. Dia menyerbu kantor Mr. Brayshears dan minta segera dibantu. Di
rekeningnya tersimpan hampir sejuta dolar—$900.000 dari Mr. Al Konyers,
melalui Wes dan Chap; sekitar $68.000 dari kesepakatannya dengan
Majelis. 372 Sambil mengawasi pintu!, dia mendesak Brayshears untuk
membantunya memindahkan uang itu, dengan cepat. Uang itu milik Trevor
Carson sendiri. Brayshears tidak punya pilihan lain. Ada bank di Bermuda
yang dikelola temannya, dan Trevor tidak keberatan. Dia tidak
mempercayai Brayshears, dan berencana untuk terus memindahkan
uangnya sampai dia merasa aman. Sesaat, Trevor memandang penuh nafsu
rekening Boomer Realty, sekarang saldonya $189.000 plus pecahannya.
Saat itu dia bisa menyikat uang mereka juga. Mereka toh penjahat—Beech,
Yarber, si Spicer yang menyebalkan, semuanya kotor. Dan berani-beraninya
mereka memecatnya. Mereka membuatnya terpaksa kabur. Dia mencoba
membenci mereka sehingga mengambil uang mereka, tapi ketika ragu-ragu
dia kasihan juga pada ketiga mantan hakim itu. Tiga laki-laki tua yang
menghabiskan sisa hidup di dalam penjara. Sejuta sudah cukup. Lagi pula,
dia sedang buru-buru. Jika Wes dan Chap mendadak menyerbu dengan
membawa senjata, dia takkan terkejut. Dia mengucapkan terima kasih pada
Brayshears dan berlari ke luar gedung. Ketika Beech Baron meninggalkan
landasan Nassau International, Trevor tak bisa menahan tawa. Dia tertawa
karena pencuriannya, keberhasilannya lolos, kemujurannya, Wes dan Chap
dan klien kaya mereka yang uangnya sekarang berkurang satu juta, kantor
pengacara kecil kusamnya yang sekarang kosong. Dia tertawa karena masa
lalunya dan masa depannya yang cerah. Di ketinggian 900 meter dia
memandang air biru tenang Laut Karibia, Sebuah perahu layar terapung-
apung sendirian, kaptennya memegang kemudi, di dekatnya ada seorang
wanita berpakaian minim. Beberapa hari lagi dia akan seperti pria itu. Dia
menemukan bir di pendingin portabel. Dia meminumnya, lalu tertidur
pulas. Mereka mendarat di Pulau Tileuthera, tempat yang dilihat Trevor di
majalah wisata yang dibelinya tadi malam. Di sana terdapat pantai, hotel-
hotel, dan semua olahraga air. Dia membayar tunai Eddie, lalu menunggu
taksi lewat selama sejam di bandara kecil itu. Dia membeli pakaian di toko
turis di Governor's Harbour, kemudian berjalan kaki ke hotel di pantai. Dia
senang ketika sadar betapa cepat dia berhenti mengawasi belakangnya
karena takut dibuntuti. Mr. Konyers pasti punya banyak uang, tapi tak
seorang pun mampu membiayai pasukan rahasia yang cukup besar untuk
mengikuti seseorang sampai Bahama. Masa depannya akan penuh
kegembiraan. Dia tidak mau merusaknya dengan perasaan waswas. Dia
rninum rum di pinggir kolam renang secepat pelayan bar bisa
membawakannya. Pada usia 48 tahun, Trevor Carson menyambut hidup
barunya dalam kondisi yang hampir sama dengan ketika dia meninggalkan
hidup lamanya. Kantor pengacara Trevor Carson buka pada waktunya dan
beroperasi seolah tidak ada masalah. Pemiliknya telah kabur, namun
paralegal dan manajer kantornya tetap bekerja untuk menangani urusan apa
saja yang mungkin terjadi. Mereka memasang telinga di semua tempat yang
tepat, dan.tidak mendengar apa-apa. Telepon berdering dua kali sebelum
tengah hari, dua orang yang keliru memilih pengacara di halaman kuning.
Tak ada klien yang memerlukan Trevor. Tak ada teman yang menelepon
untuk mengetahui kabarnya. Wes dan Chap menyibukkan diri dengan
memeriksa beberapa laci dan arsip yang belum mereka periksa. Tidak ada
yang penting. Kru lain menyisir setiap inci rumah Trevor, terutama mencari
uang yang telah diterimanya. Tidak mengejutkan, mereka tidak
menemukannya. Tas kerja murahannya tersimpan di lemari, kosong. Tidak
ada jejak. Trevor pergi begitu saja, bersama uangnya. Pegawai perbankan
Bahama itu dilacak sampai New York, tempat yang sedang dikunjunginya
karena urusan pemerintah. Dia enggan terlibat dari jarak sejauh itu, namun
akhirnya menelepon beberapa orang. Sekitar pukul 13.00 dikonfirmasikan
bahwa uang itu telah dipindah. Si pemilik melakukannya sendiri, dan si
petugas tidak mau mengungkapkan lebih banyak. Ke mana uang itu pergi?
Uang itu dipindah melalui transfer, dan dia mau memberitahu Deville hanya
itu. Reputasi perbankan negaranya tergantung pada kerahasiaan, dan dia
cuma bisa mengatakan sebanyak itu. Dia memang korup, tapi dia punya
batasan. Pabean AS mau bekerja sama setelah mula-mula enggan. Paspor
Trevor di-scan di Nassau International tadi pagi, dan sejauh ini dia belum
meninggalkan Bahama, paling tidak secara resmi. Paspornya dimasukkan
daftar merah. Jika dia menggunakannya untuk memasuki negara lain,
Pabean AS akan mengetahuinya dalam dua jam. Deville menyampaikan
laporan singkat pada Teddy dan York, yang keempat kali hari itu, lalu
menunggu perintah lebih lanjut "Dia akan melakukan kesalahan," kata
York. "Dia akan menggunakan paspornya di suatu tempat, dan kita akan
menangkapnya. Dia tak tahu siapa yang mengejarnya." Teddy marah tapi
tidak mengatakan apa-apa. Lembaga yang dipimpinnya sanggup
menumbangkan beberapa pemerintahan dan membunuh raja-raja, tapi dia
selalu takjub pada fakta betapa hal-hal sepele sering membuat kacau.
Sedikit saja lengah dan pengacara tak berotak dari Neptune Beach lolos dari
jaring mereka, padahal selusin orang mengawasinya. Dia merasa tak ada
yang dapat membuatnya terperangah lagi. Pengacara itu tadinya akan
menjadi penghubung mereka, jembatan ke dalam Trumble. Untuk sejuta
dolar mereka mengira bisa mempercayainya. Tidak ada rencana cadangan
untuk mengantisipasi kepergian mendadak orang itu. Sekarang mereka
gelagapan untuk menyusun rencana tersebut. "Kita membutuhkan seseorang
di dalam penjara itu," kata Teddy. JBJ^v "Kita sudah dekat," jawab Deville.
"Kita sedang mengusahakannya dengan Kehakiman dan Bureau of
Prisons." IpK' "Seberapa dekat?" "Yah, mempertimbangkan apa yang
terjadi hari ini, saya rasa kita bisa punya orang di sana, di dalam Trumble,
dalam 48 jam." "Siapa dia?" "Namanya Argrow, sebelas tahun di CIA,
umur 39, kredibilitasnya mantap." "Kisahnya?" "Dia akan dipindah ke
Trumble dari penjara federal di Virgin Islands. Surat-suratnya akan
dibereskan Bureau di Washington sini, supaya sipir di sana tak curiga. Dia
cuma narapidana federal biasa yang minta pindah." "Dan dia siap
ditugaskan?" "Hampir. 48 jam." "Lakukan sekarang." Deville pergi, sekali
lagi dengan beban tugas sulit yang mendadak harus dibereskan dalam
waktu semalam. "Kita harus mencari tahu seberapa banyak yang mereka
ketahui," kata Teddy, nyaris menggumam. "Ya, tapi kita tak punya alasan
untuk berpikir mereka curiga," kata York. "Aku sudah membaca semua
surat mereka. Tak ada indikasi mereka punya minat lebih pada Konyers.
Pria itu cuma salah satu korban potensial mereka. Kita membeli si
pengacara untuk menghentikannya menyelidiki kotak pos Konyers. Dia
sedang di Bahama sekarang, mabuk dengan uangnya, jadi bukan merupakan
ancaman." "Tapi kita tetap harus menyingkirkannya," kata Teddy. Itu bukan
pertanyaan. "Tentu saja." "Aku akan merasa lebih baik setelah dia lenyap,"
kata Teddy. Seorang penjaga berseragam tapi tak bersenjata memasuki
perpustakaan hukum tengah hari. Mula-mula dia bertemu Joe Roy Spicer,
yang berada di samping pintu mangan. "Sipir ingin bertemu dengan kalian,"
kata penjaga itu. "Kau, Yarber, dan Beech." "Ada apa?" tanya Spicer. Dia
sedang membaca Field & Stream lama. "Bukan u nisanku. Dia menunggu
di depan." "Bilang kami sedang sibuk." 'Tak mau. Ayo kita pergi." Mereka
mengikutinya ke gedung administrasi. Dalam perjalanan, penjaga-penjaga
lain bergabung sampai mereka membentuk rombongan ketika keluar dari
lift dan berdiri di hadapan sekretaris sipir. Wanita itu seorang diri
mengantarkan Majelis ke kantor besar tempat Emmitt Broon sudah
menunggu. Setelah dia pergi, sipir tiba-tiba berkata, "Aku diberitahu FBI
bahwa pengacara kalian menghilang." Tidak tampak reaksi dari ketiganya,
namun masing-masing langsung memikirkan uang mereka yang
disembunyikan di luar negeri. Sipir melanjutkan, "Dia menghilang pagi ini,
dan ada uang yang lenyap. Aku tak tahu detail-detailnya." Uang siapa?
mereka ingin bertanya. Tidak ada yang tahu tentang dana rahasia mereka.
Apakah Trevor mencuri uang orang lain? "Kenapa kau memberitahu kami?"
tanya Beech. Alasan sesungguhnya adalah karena Departemen Kehakiman
di Washington meminta Broon menginformasikan kabar terakhir itu pada
ketiganya. Tapi alasan yang dikatakannya adalah, "Aku cuma merasa kalian
ingin mengetahuinya, siapa tahu kalian perlu meneleponnya." Mereka
sudah memecat Trevor kemarin, dan belum memberitahu bagian
administrasi bahwa pria itu sudah bukan pengacara mereka lagi. "Apa yang
akan kami lakukan tanpa pengacara?" tanya Spicer, seolah hidup tak bisa
berlanjut. "Itu masalah kalian. Terus terang, menurutku kalian sudah cukup
banyak pengalaman dalam urusan hukum bertahun-tahun." "Bagaimana
kalau dia menghubungi kami?" tanya Yarber, tahu pasti mereka takkan
mendapat kabar dari Trevor lagi. "Kalian harus segera memberitahuku."
Mereka setuju untuk berbuat begitu. Apa pun yang diinginkan sipir. Dia
mempersilakan mereka pergi. Kaburnya Buster segampang pergi ke toserba.
Mereka menunggu hingga keesokan paginya, sampai sarapan selesai dan
sebagian besar narapidana sibuk mengerjakan tugas-tugas sepele mereka.
Yarber dan Beech di trek, berjalan terpisah 200 meter hingga selalu ada
yang mengawasi penjara sementara yang lain mengawasi hutan di kejauhan.
Spicer berdiri di dekat lapangan basket, mengawasi penjaga. Tanpa adanya
pagar, menara, atau masalah keamanan mendesak, penjaga tidak terlalu
diperlukan di Trumble. Spicer tidak melihat satu orang pun. Buster
tenggelam dalam dengung berisik Weed Eater-nya, yang pelan-pelan
diarahkannya ke trek. Dia berhenti untuk menyeka muka dan memandang
berkeliling. Dari jarak 50 meter, Spicer mendengar mesin pemotong rumput
itu mati. Dia berbalik dan cepat-cepat mengacungkan jempol, tanda untuk
segera melakukannya. Buster masuk ke trek, menyusul Yarber, dan mereka
berjalan bersama beberapa langkah. "Kau yakin ingin melakukan ini?"
tanya Yarber. "Ya. Aku yakin." Anak itu tampak tenang dan siap. "Kalau
begitu lakukan sekarang. Pacu dirimu. Tapi tetap bersikap tenang." "Terima
kasih, Finn." "Jangan sampai tertangkap, Nak." "Tak akan" Di belokan,
Buster terus berjalan, keluar dari trek, menyeberangi rumput yang baru
dipotong, seratus meter ke semak-semak, lalu dia pun lenyap. Beech dan
Yarber melihatnya pergi, kemudian menoleh untuk melihat penjara. Spicer
berjalan tenang ke arah mereka. Tidak tampak kegaduhan di sekitar
halaman, asrama, atau bangunan lain di kawasan penjara. Tidak seorang
penjaga pun kelihatan. fe%>? Mereka berjalan sejauh hampir lima meter,
dua belas putaran, dengan langkah santai sembilan menit per kilometer, dan
ketika merasa sudah cukup mereka pergi ke ruangan mereka yang sejuk
untuk beristirahat dan mendengarkan berita kaburnya Buster. Baru berjam-
jam kemudian mereka akan mendengarnya. Langkah Buster lebih cepat.
Begitu masuk hutan, dia mulai berlari tanpa menoleh, ke belakang.
Berpedoman pada matahari, dia bergerak ke selatan selama setengah jam.
Hutannya tidak lebat; semak-semaknya jarang dan tidak memperlambat
langkahnya. Dia melewati pos pengintaian kijang enam meter di atas pohon
jati, dan tak lama kemudian menemukan jalan setapak yang menuju ke
barat daya. Di saku kiri depan celananya tersimpan uang $2.000, pemberian
Finn Yarber. Di saku depan lainnya ada peta buatan Beech. Dan di saku
belakang dia menyimpan amplop kuning yang dialamatkan kepada pria
bernama Al Konyers di Chevy Chase, Maryland. Ketiganya penting, tapi
amplop itu yang paling diperhatikan Majelis. Setelan sejam, dia berhenti
untuk beristirahat, dan memasang telinga. Highway 30 adalah patokan
pertamanya. Jalan raya itu membentang dari timur ke barat dan Beech
memperkirakan dia akan menemukannya dalam dua jam. Dia tidak
mendengar apa-apa, dan mulai berlari lagi. Dia harus cepat-cepat. Ada
kemungkinan ketidakhadirannya disadari setelah makan siang, ketika para
penjaga kadang-kadang mengitari area penjara untuk melakukan
pemeriksaan yang sangat longgar. Jika salah seorang dari mereka kebetulan
mencari Buster, mungkin akan timbul pertanyaan-pertanyaan lain. Tapi
setelah dua minggu mengawasi penjaga, baik Buster maupun Tvlajelis
merasa itu mustahil. Jadi dia punya waktu paling tidak empat jam. Dan
mungkin jauh lebih banyak, karena jam kerjanya berakhir pukul 17.00,
ketika dia hams mengembalikan Weed Eater-nya. Kalau dia tidak muncul,
mereka akan mencari di sekitar penjara. Dua jam kemudian, mereka akan
memberitahu kantor-kantor polisi di dekat penjara itu bahwa ada lagi yang
telah meninggalkan Trumble. Mereka tidak pernah bersenjata dan
berbahaya, dan tidak ada yang terlalu meributkannya. Tidak ada regu
pencari. Tidak ada anjing pem. buru. Tidak ada helikopter menderu-deru di
atas hutan. Sheriff county dan para anak buahnya akan patroli di jalan-jalan
utama dan memperingatkan warga supaya mengunci pintu. Nama si
pelarian masuk komputer nasional. Mereka mengawasi rumahnya dan
pacarnya, dan menunggunya melakukan tindakan bodoh. Setelah bebas
selama sembilan puluh menit, Buster berhenti sebentar dan mendengar
dengung truk delapan belas roda tidak jauh dari tempatnya. Hutan tiba-tiba
beralchir di selokan pembatas, dan tampaklah jalan raya. Menurut peta
Beech, kota terdekat berada beberapa mil ke barat. Rencananya adalah
berjalan kaki menyusuri jalan raya, menghindari lalu lintas dengan
menggunakan selokan dan jembatan, sampai ditemukan pemukiman. Buster
mengenakan seragam penjara berupa celana khaki dan kemeja lengan
pendek warna cokelat zaitun, warna keduanya jadi lebih gelap karena
keringat. Penduduk setempat tahu seragam penjara, dan jika dia terlihat
berjalan di Highway 30, pasti akan ada yang menghubungi sheriff. Pergilah
ke kota, kata Beech dan Spicer, dan cari pakaian lain. Lalu bayar toi karcis
bus, dan jangan pernah berhenti berlari. Dia harus merunduk di balik
pepohonan dan melompati selokan-selokan di pinggir jalan selama tiga jam
sebelum melihat bangunan pertama. Dia menjauhi jalan raya, dan
menerobos ladang hay. Seekor anjing va?0Tam.ke arahnya ketika dia
memasuki jalan satunvf!! • ?beraPa rumah. Di belakang salah Ya dla
melihat jemuran yang penuh dan tergantung diam karena tak ada angin. Dia
mengambil kaus lengan panjang merah-putih, lalu membuang kemeja
cokelatnya. Pusat kota tidak lebih dari dua blok toko, beberapa pompa
bensin, sebuah bank, semacam balai kota, dan sebuah kantor pos. Dia
membeli celana pendek denim, kaus, dan sepatu bot di toko diskon,
kemudian berganti pakaian di kamar mandi pegawai. Dia menemukan
kantor pos di dalam balai kota. Dia tersenyum dan berterima kasih pada
teman-temannya di Trumble ketika menyusupkan amplop berharga mereka
ke celah Luar Kota. Buster naik bus ke Gainesville, di sana dia membeli
karcis seharga $480 untuk pergi ke mana saja di Amerika Serikat selama
enam puluh hari. Dia menuju ke barat. Dia ingin menghilang di Meksiko.
Tiga Puluh PEMILIHAN pendahuluan Pennsylvania tanggal 25 April akan
menjadi usaha keras terakhir Gubernur Tarry. Tanpa terpengaruh
penampilannya yang mengecewakan dalam perdebatan dua minggu lalu, dia
berkampanye dengan semangat menggebu-gebu, tapi dengan uang sangat
sedikit. "Lake memiliki semuanya," katanya di setiap tempat yang
didatanginya, pura-pura bangga jadi si miskin. Dia berada di negara bagian
itu selama sebelas hari penuh. Kemampuan finansialnya merosot hingga
terpaksa bepergian naik mobil camper Winnebago besar, dia makan di
rumah para pendukungnya, menginap di motel murahan, dan tenaganya
terkuras karena harus bersalaman dan berjalan kaki mendatangi para
pemilih. "Mari kita bicara tentang isu-isu," dia memohon. "Jangan soal
uang." Lake juga bekerja sangat keras di Pennsylvania. Jetnya melaju
sepuluh kali lebih cepat daripada mobil Tarry. Lake menyalami lebih
banyak orang, berpidato lebih banyak, dan jelas menghabiskan uang lebih
banyak. Hasilnya sudah bisa ditebak. Lake memperoleh 71 persen suara,
kemenangan mutlak yang begitu memalukan Tarry sehingga dia secara
terbuka mengatakan berniat mengundurkan diri. Tapi pria itu bertekad
untuk bertahan paling tidak seminggu lagi, sampai pemilihan pendahuluan
Indiana. Stafnya telah meninggalkannya. Utangnya $11 juta. Dia diusir dari
markas besar kampanyenya di Arlington. Namun, dia ingin rakyat Indiana
yang baik mempunyai kesempatan melihat namanya di kertas pemilu. Dan
siapa tahu, jet baru mengilat Lake bisa saja terbakar, seperti yang telah
terjadi. Tarry memulihkan kekuatannya yang berkurang banyak, dan sehari
setelah pemilihan pendahuluan berjanji akan terus berjuang. Lake merasa
kasihan padanya, dan kagum pada tekadnya untuk bertahan sampai
konvensi. Tapi Lake, juga orang-orang lain, tahu peluangnya. Lake cuma
perlu empat puluh delegasi lagi untuk memperoleh nominasi, padahal yang
bisa diperebutkan masih hampir lima ratus. Perlombaan telah berakhir.
Setelah Pennsylvania, ^surat kabar-surat kabar di seluruh negeri
mengkonfirmasi nominasinya. Wajah tampan bahagianya muncul di mana-
mana, sebuah keajaiban politis. Dia banyak dipuji sebagai simbol mengapa
sistem bekerja—seorang tak dikenal dengan pesan yang sama sekali baru
dan menarik perhatian rakyat. Kampanye Lake membangkitkan harapan
setiap orang yang bermimpi ikut pemilihan presiden. Tidak perlu berbulan-
bulan menjelajahi pelosok lowa. Lompati saja New Hampshire, itu toh
hanya negara bagian kecil. Dan dia dituduh membeli nominasinya. Sebelum
Pennsylvania, diperkirakan dia menghabiskan $40 juta. Angka yang lebih
tepat sulit diperoleh, karena uangInya dihabiskan untuk begitu banyak hal.
$20 juta lagi dipakai D-PAC dan setengah lusin grup pelobi tingkat tinggi
lainnya, semuanya, bekerja untuk Lake. Sepanjang sejarah belum pernah
ada kandidat lain yang menghabiskan sebanyak itu. Kritik tersebut
menyentakkan Lake, dan menghantuinya siang-malam. Tapi dia lebih suka
memperoleh uang dan nominasi daripada alternatifnya. Uang dalam jumlah
raksasa bukan tabu. Pengusaha-pengusaha online menghasilkan miliaran.
Pemerintah federal, dari semua badan yang megap-megap, menunjukkan
surplus! Hampir setiap orang punya pekerjaan, hipotek yang bisa dibayar,
dan beberapa mobil. Jajak pendapat Lake yang nonstop membuatnya
percaya bahwa uang dalam jumlah raksasa bukan masalah bagi para
pemilih. Dalam pertarungan November melawan Wakil Presiden, Lake
sekarang bisa dibilang sama kuat. Dia kembali lagi ke Washington, dari
pertempuran di Barat, penuh kemenangan bagai pahlawan. Aaron Lake,
anggota Kongres biasa dari Arizona, sekarang menjadi bintang. Sambil
sarapan yang tenang dan sangat lama, Majelis membaca surat kabar pagi
Jacksonville, satu-satunya surat kabar yang diizinkan di Trumble. Mereka
sangat senang dengan kemenangan Aaron Lake. Mereka tbahkan bahagia
dengan nominasinya. Sekarang mereka termasuk pendukungnya yang
paling bersemangat. Terus, Aaron, terus. Berita kaburnya Buster nyaris tak
diperhatikan orang. Bagus, kata para narapidana. Dia cuma bocah yang
dihukum penjara lama. Terus, Buster, terus. Berita itu tidak dimuat dalam
surat kabar pagi. Mereka mengedarkannya, membaca setiap patah kata
kecuali iklan lowongan dan berita kematian. Mereka menunggu sekarang.
Tidak ada surat yang harus ditulis; tidak ada surat yang akan diterima
karena mereka telah kehilangan kurir. Tipuan mereka ditunda sampai
mereka mendapat.kabar dari Mr. Lake. Wilson Argrow tiba di Trumble naik
van hijau tak berpelat nomor, diborgol, dikawal dua marshal. Dia dan para
pengawalnya terbang dari Miami ke Jacksonville, tentu saja atas
tanggungan para wajib pajak Menurut surat-suratnya, dia sudah menjalani
empat bulan dari enam puluh bulan hukuman penjara karena penipuan
perbankan. Dia minta dipindahkan karena sebab-sebab yang masih belum
jelas, namun itu bukan urusan orang-orang di Trumble. Dia cuma tahanan
berisiko rendah biasa dalam sistem federal. Mereka memang selalu
berpindah-pindah. Dia berusia 39 tahun, duda cerai, lulusan college^ dan
alamat rumahnya, untuk catatan penjara, adalah di Coral Gables, Florida.
Nama aslinya Kenny Sands, sudah sebelas tahun di CIA, dan meskipun
belum pernah dipenjara, dia pernah diberi tugas-tugas yang lebih berat
daripada Trumble. Dia akan di sana selama satu-dua bulan, lalu minta
pindah lagi. Argrow bersikap sebagai narapidana kawakan yang tenang
ketika diproses, tapi perutnya sebetulnya mulas. Dia sudah diberitahu
bahwa kekerasan tidak ditolerir di Trumble, dan jelas dia bisa menjaga diri.
Tapi penjara tetap penjara. Dia mendengarkan pidato orientasi asisten sipir
selama sejam, lalu dibawa mengelilingi area penjara. Dia mulai rileks
ketika melihat sendiri Trumble. Penjaganya tidak bersenjata, dan
kebanyakan narapidananya tampak tidak berbahaya. Teman satu selnya
adalah pria tua berjanggut putih, penjahat kambuhan yang sudah merasakan
banyak penjara dan menyukai Trumble. Dia memberitahu Argrow bahwa
dia berniat mati di sana. Pria itu mengajak Argrow makan siang dan
menjelaskan menunya yang tidak bisa ditebak. Dia menunjukkan ruang
rekreasi, tempat berkelompok-kelompok pria gemuk berkumpul di
sekeliling meja lipat, mempelajari kartu mereka, di bibir masing-masing
terselip rokok. "Perjudian dilarang," kata teman seselnya sambil mengedip.
Mereka berjalan ke area angkat berat di luar, tempat pria-pria yang lebih
muda berkeringat di bawah sinar matahari, memoles kulit cokelat mereka
sementara otot-otot mereka membesar. Dia menunjuk trek di kejauhan dan
berkata, "Kau harus menyukai pemerintah federal." Dia menunjukkan
perpustakaan pada Argrow, tempat yang tak pernah didatanginya, dan
menunjuk sebuah sudut sambil memberitahu, "Itu perpustakaan hukum."
"Siapa yang menggunakannya?" tanya Argrow. "Biasanya di sini ada
beberapa pengacara. Saat ini kami punya beberapa hakim juga." "Hakim?"
"Ada tiga." Orang tua itu tidak berminat pada perpustakaan. Argrow
mengikutinya ke kapel, lalu mengitari area itu lagi. Argrow berterima kasih
padanya karena telah diajak keliling, lalu minta diri dan kembali ke
perpustakaan. Tidak ada siapa-siapa di sana selain seorang narapidana yang
sedang mengepel lantai. Argrow pergi ke sudut, dan membuka pintu
perpustakaan hukum. Joe Roy Spicer mengangkat kepala dari majalahnya
dan melihat seorang yang belum pernah dilihatnya. "Ada yang kaucari?" dia
bertanya, tanpa berusaha membantu. Argrow mengenali wajahnya dari
arsip. Seorang Hakim Perdamaian yang dipergoki mencuri keuntungan
bingo. Rendah sekali. "Aku orang baru," katanya, memaksa dirinya
tersenyum. "Baru datang. Ini perpustakaan hukum?" "Betul." "Kurasa siapa
saja boleh menggunakannya, heh?" "Kurasa," jawab Spicer. "Kau
pengacara?" "Bukan, bankir." Beberapa bulan lalu, Spicer pasti sudah
menawarkan bantuan hukum Majelis padanya, tentu saja secara ilegal. Tapi
sekarang tidak. Mereka sudah tidak membutuhkan lagi yang kelas teri
begini. Argrow memandang sekelilingnya dan tidak melihat Beech dan
Yarber. Dia minta diri dan kembali ke kamar. Kontak telah terjadi. Rencana
Lake untuk melupakan kenangan apa pun tentang Ricky dan korespondensi
mereka tergantung pada orang lain. Dia terlalu takut dan terlalu terkenal
untuk kembali menyelinap tengah malam, menyamar, naik taksi, melesat
melewati daerah pinggiran menuju kotak pos 24 jam. Risikonya terlalu
tinggi; lagi pula dia sangat ragu bisa lolos dari Secret Service lagi. Dia tidak
bisa menghitung jumlah agen yang sekarang ditugaskan untuk
melindunginya. Jangankan menghitung, melihat semuanya saja dia tidak
bisa. Nama wanita muda itu Jayne. Dia bergabung dengan kampanyenya di
Wisconsin dan dengan cepat berhasil masuk ke kalangan dalam. Mula-mula
sukarelawan, sekarang dia memperoleh $55.000 setahun sebagai asisten
pribadi Mr. Lake, yang mempercayainya seratus persen. Dia jarang
meninggalkan atasannya itu, dan mereka sudah dua kali berbincang-bincang
tentang pekerjaan Jayne di Gedung Putih nanti. Di saat yang tepat, Lake
akan memberi Jayne kunci kotak pos yang disewa Mr. Al Konyers, dan
memerintahkannya untuk -mengambil surat-surat, mengakhiri
penyewaannya, dan tidak memberikan alamat baru. Dia akan memberitahu
Jayne bahwa kotak itu disewanya untuk memonitor penjualan kontrak-
kontrak pertahanan rahasia, dulu waktu dia yakin Iran membeli data yang
seharusnya tidak boleh mereka lihat. Atait kisah seperti itulah. Jayne akan
mempercayainya karena wanita itu ingin mempercayainya. Kalau dia sangat
beruntung, takkan ada surat dari Ricky. Kotak itu akan ditutup untuk
selamanya. Dan jika memang ada surat, dan Jayne bertanya, Lake akan
mengatakan sama sekali tidak tahu siapa orang jayne takkan bertanya lebih
lanjut. Kesetiaan 111 adalah sifatnya. Lake menunggu saat yang tepat. Dia
menunggu terlalu lama. Tiga Puluh Satu SURAT itu sampai dengan selamat
bersama sejuta surat lain, berton-ton kertas yang dikirim ke ibu kota untuk
memperpanjang masa tugas pemerintah satu hari lagi. Surat itu disortir
menurut kode pos, lalu menurut jalan. Tiga hari setelah Buster
mengeposkannya, surat terakhir Ricky kepada Al Konyers berhasil tiba di
Chevy Chase. Regu pengintai yang melakukan pemeriksaan rutin Mailbox
America menemukannya Amplopnya dipelajari, lalu cepat-cepat dibawa ke
Langley.. Teddy sedang menunggu brifing berikutoya, sendirian di kantor,
ketika Deville bergegas masuk, memegang map tipis. "Kami memperoleh
ini tiga puluh menit yang lalu," katanya sambil menyerahkan tiga lembar
kertas. "Ini kopinya. Aslinya ada dalam map." Direktur mengatur kacamata
bifokalnya dan memandang kopi itu sebelum mulai membaca. Tampak cap
pos Jacksonville, seperti biasa. Tulisan tangannya sangat familier. Sebelum
membacanya dia sudah tahu surat itu berisi masalah serius. Dear Al: Dalam
surat terakhirmu kau berusaha mengakhiri korespondensi kita. Maaf, tak
segampang itu. Aku akan langsung ke pokok permasalahan. Aku bukan
Ricky, dan kau bukan Al. Aku di penjara, bukan di klinik mewah
rehabilitasi obat bius. Aku tahu siapa kau, Mr. Lake. Aku tahu tahun ini kau
sukses besar, baru saja mendapat nominasi dan segalanya, uang mengalir
deras ke kantongmu. Mereka menyediakan surat kabar di Trumble sini, dan
kami mengikuti kesuksesanmu dengan sangat bangga. ||||| Karena sekarang
aku tahu siapa Al Konyers sebenarnya, aku yakin kau ingin aku tutup mulut
tentang rahasia kecil kita. Dengan senang hati aku mau tetap diam, tapi kau
harus membayarku mahal. Aku butuh uang, dan aku ingin keluar dari
penjara. Aku dapat menyimpan rahasia dan tahu cara bernegosiasi. Uang
bukan masalah bagimu, karena kau punya begitu banyak. Pembebasanku
akan lebih rumit, tapi kau kan punya segala macam teman yang sangat
berkuasa. Aku yakin kau bisa mencari jalan. Aku tidak punya risiko apa
pun, dan aku tidak segan-segan menghancurkanmu kalau kau tidak mau
bernegosiasi denganku. Namaku Joe Roy Spicer. Aku narapidana di
Trumble Federal Prison. Pikirkanlah cara untuk menghubungiku, dan
lakukan dengan cepat Aku takkan ke mana-mana. Salam, Joe Roy Spicer
Brifing berikutnya dibatalkan. Deville mencari York, dan sepuluh menit
kemudian mereka berkumpul di bungker. Membunuh mereka adalah pilihan
pertama yang didiskusikan. Argrow mampu melakukannya dengan alat-alat
yang tepat; pil, racun, dan sebagainya. Yarber bisa meninggal dalam tidur.
Spicer bisa mati mendadak di trek. Beech si hipokondriak bisa memperoleh
resep yang salah dari apotek penjara. Mereka toh tidak terlalu fit atau sehat,
dan jelas bukan tandingan Argrow. Jatuh dari tempat tinggi, patah leher.
Begitu banyak cara untuk membuatnya tampak seperti kematian wajar atau
kecelakaan. Pembunuhan itu harus mlakukan segera, sementara mereka
masih menunggu jawaban dari Lake. Namun urusannya akan repot, dan
sangat kompleks. Tiga mayat sekaligus, di penjara tenang seperti Trumble.
Dan ketiganya sahabat karib yang sering bersama, dan mereka masing-
masing akan mati dengan cara-cara berlainan dalam jangka waktu yang
sangat singkat. Akan timbul kecurigaan besar. Bagaimana kalau Argrow
jadi tersangka? Latar belakangnya saja tidak jelas. Dan faktor Trevor
menakutkan mereka. Di mana pun pengacara itu berada, ada peluang dia
akan mendengar tentang kematian mereka. Berita tersebut akan
membuatnya makin ketakutan, namun mungkin juga membuatnya tak bisa
diduga. Ada kemungkinan dia tahu lebih banyak daripada yang mereka
kira. Deville akan menyusun beberapa rencana untuk mengeluarkan
mereka, tapi Teddy sangat enggan. Dia tidak keberatan membunuh
ketiganya, tapi tidak yakin itu akan melindungi Lake. Bagaimana kalau
Majelis telah memberitahu orang lain? Terlalu banyak yang tidak diketahui.
Susun rencana, begitu Deville diperintahkan, tapi rencana-rencana itu baru
akan digunakan kalau pilihan lain tidak ada. Semua skenario telah dibahas.
York mengusulkan surat itu dikembalikan ke kotak pos supaya Lake bisa
menemukannya. Lagi pula, ini kan masalahnya. "Dia takkan tahu harus
berbuat apa," kata Teddy. "Kita tahu?" "Belum." Pikiran bagaimana Aaron
Lake bereaksi terhadap serangan ini dan dengan suatu cara mencoba
membungkam Majelis-nyaris terasa menggelikan, namun pikiran itu
memang terasa adil. Lake yang membuat kekacauan ini; biarkan dia
membereskannya. "Sebetulnya, kita yang membuat kekacauan ini," kata
Teddy, "dan kita akan menyelesaikannya." Mereka tidak bisa meramalkan,
dan karena itu tidak bisa mengontrol, apa yang akan dilakukan Lake. Entah
bagaimana si tolol itu berhasil lolos dari jaring mereka cukup lama untuk
mengirim surat pada Ricky. Dan dia begitu bodoh sehingga Majelis
sekarang tahu siapa dirinya. Belum lagi fakta yang sudah jelas: Lake adalah
tipe orang yang diam-diam bersurat-suratan dengan sahabat pena homo. Dia
menjalani kehidupan ganda, dan tidak pantas dipercaya. Mereka
membicarakan sebentar rencana untuk mengkonfrontasi Lake. York sudah
menyarankan konfrontasi sejak surat pertama dari Trumble, namun Teddy
tidak yakin. Saat-saat dia tidak bisa tidur karena memikirkan Lake, dirinya
selalu dipenuhi pikiran dan harapan tentang menghentikan surat-me-nyurat
ini lama sebelum sekarang. Bereskan masalah ini tanpa ribut-ribut, lalu
bicara dengan si kandidat. Oh, betapa inginnya dia mengkonfrontasi Lake.
Dia ingin sekali mendudukkannya di kursi sebelah sana itu dan
menampilkan kopi semua surat sialannya di layar. Dan kopi iklan dari Out
and About tersebut. Dia akan memberitahunya tentang Mr. Quince Garbe di
Bakers, Iowa, idiot lain yang termakan tipuan, dan Curtis Vann Gates di
Dallas. "Kenapa kau bisa setolol itu!?" dia ingin berteriak pada Aaron Lake.
Namun Teddy tetap berpikiran jauh ke depan. Masalah-masalah dengan
Lake kecikjika dibandingkan dengan mendesaknya pertahanan nasional.
Rusia datang, dan kalau Natty Chenkov serta rezim barunya berkuasa,
dunia akan berubah untuk selamanya. Teddy pernah membungkam orang-
orang yang jauh lebih kuat daripada tiga hakim kriminal yang membusuk di
penjara federal. Perencanaan teliti merupakan keunggulannya. Perencanaan
yang sabar dan cermat. Pertemuan mereka diselingi pesan dari kantor
Deville. Paspor Trevor Carson telah di-scan di pos pemeriksaan
keberangkatan bandara di Hamilton, Bermuda. Dia pergi naik penerbangan
ke San Juan, Puerto Rico, dijadwalkan mendarat lima puluh menit lagi.
"Apa kita tahu dia di Bermuda?" tanya York. "Tidak," jawab Deville.
"Rupanya dia masuk tanpa menggunakan paspornya." "Mungkin dia tak
semabuk yang kita kira." "Apa kita punya orang di Puerto Rico?" tanya
Teddy, suaranya hanya sedikit lebih bersemangat. "Tentu," jawab Teddy.
"Mari kita kejar dia." "Apakah rencana-rencana untuk si Trevor sudah X
berubah?" tanya Deville. "Tidak, sama sekali tidak," kata Teddy. "Sedikit
pun tidak." Deville pergi untuk mengurus krisis terakhir Trevor. Teddy
memanggil seorang asisten dan memesan teh mint. York membaca lagi
surat itu. Setelah mereka tinggal berdua, dia bertanya, "Bagaimana kalau
kita pisahkan mereka?" "Ya, aku juga memikirkannya. Lakukan dengan
cepat, sebelum mereka sempat berunding. Kirim mereka ke tiga penjara
yang terpisah jauh, isolasi mereka beberapa lama, pastikan mereka tak
boleh menelepon, tak boleh bersurat-suratan. Lalu apa? Mereka masih
punya rahasia mereka. Salah satu dari mereka bisa menghancurkan Lake."
"Aku tak yakin kita punya kontak di Bureau of Prisons." "Itu bisa diatasi.
Kalau perlu, aku akan bicara dengan Jaksa Agung." "Sejak kapan kau
berteman dengan Jaksa Agung?" "Ini masalah keamanan nasional." "Tiga
hakim kotor di penjara federal di Florida bisa mempengaruhi keamanan
nasional? Aku ingin mendengar pembicaraan kalian." Teddy meneguk teh
dengan mata terpejam, sepuluh jarinya memegang cangkir. "Terlalu riskan,"
dia berbisik. "Kita bikin mereka marah, mereka makin kacau. Kita tak boleh
mengambil risiko." "Andaikan Argrow dapat menemukan catatan mereka,"
kata York. "Coba pikir—mereka bandit, kriminal. Takkan ada yang
mempercayai cerita mereka tentang Lake kalau mereka tak punya bukti.
Buktinya adalah dokumentasi, surat-surat, asli dan kopi korespondensi
mereka. Bukti itu ada di mana-mana. Kalau kita temukan, lalu kita ambil
dari mereka, siapa yang akan mendengarkan?" Teddy meneguk lagi dengan
mata terpejam, kembali berdiam diri lama. Direktur CIA itu mengubah
posisi duduknya sedikit dan meringis kesakitan. "Betul," katanya pelan.
'Tapi aku mengkhawatirkan seseorang di luar, orang yang tak kita ketahui.
Hakim-hakim ini selangkah di depan kita, dan akan selalu begitu. Kita
berusaha mengetahui apa yang sudah lama mereka ketahui Aku tak yakin
kita akan bisa menyusul mereka. Mungkin mereka sudah memikirkan
kehilangan arsip mereka. Aku yakin penjara punya peraturan yang
melarang penyimpanan arsip seperti itu, jadi mereka sudah
menyembunyikannya. Surat-surat Lake terlalu berharga untuk tidak
difotokopi dan disimpan di luar." 'Trevor kurir mereka. Kita sudah melihat
semua surat yang dibawanya keluar dari Trumble selama sebulan terakhir."
"Kita pikir begitu. Tapi kita tak tahu pasti." Tapi siapa?" "Spicer punya istri.
Wanita itu pernah mengunjunginya. Yarber akan bercerai, tapi siapa tahu
apa yang mereka lakukan. Istrinya datang dalam tiga bulan terakhir ini.
Atau mungkin mereka menyuap penjaga untuk mengurus surat-surat
mereka. Orang-orang ini bosan, pintar, dan sangat kreatif. Kita tak boleh
begitu saja berasumsi kita tahu segala rencana mereka. Dan jika kita
melakukan kesalahan di sini, kalau kita berasumsi terlalu jauh, Mr. Aaron
Lake akan ditelanjangi." "Bagaimana? Bagaimana cara mereka
melakukannya?" "Mungkin menghubungi reporter, memberinya surat satu
per satu sampai orang itu percaya. Bisa saja berhasil." "Pers akan kalap."
"Itu tak boleh terjadi, York. Kita tak boleh membiarkannya terjadi." Deville
terburu-buru kembali. Pabean AS telah diberitahu pihak berwenang di
Bermuda sepuluh menit setelah pesawat berangkat ke San Juan. Trevor
akan mendarat delapan belas menit lagi. Trevor cuma mengikuti uangnya.
Dengan cepat dia mempelajari dasar-dasar pentransferan uang, dan se^
karang mengasah kemampuannya itu. Di Bermuda, dia mengirim
setengahnya ke bank di Swiss, dan setengahnya lagi ke bank di Grand
Cayman. Timur atau barat? Itulah masalahnya. Penerbangan tercepat dari
Bermuda menuju London, tapi dia takut membayangkan harus menyusup
melalui Heathrow. Dia bukan buronan, setidaknya bukan buronan
pemerintah. Tidak ada dakwaan terhadapnya. Namun Pabean Inggris begitu
efisien. Dia akan ke barat dan mengadu nasib di Karibia. Dia mendarat di
San Juan dan langsung pergi ke bar, di sana dia memesan bir dalam gelas
tinggi dan mempelajari jadwal penerbangan. Tidak terburu-buru, tidak ada
tekanan, banyak uang. Dia bisa pergi ke mana saja, melakukan apa saja, dan
sampai kapan saja. Dia minum segelas bir lagi dan memutuskan
menghabiskan beberapa hari di Grand Cayman, dengan uangnya. Dia
mendatangi counter Air Jamaica dan membeli tiket, lalu kembali ke bar,
sebab sudah hampir pukul 17.00 dan dia punya waktu tiga puluh menit
sebelum boarding. Tentu saja dia memilih kelas satu. Dia naik pesawat
cepat-cepat supaya bisa minum lagi, dan ketika mengamati para penumpang
lain lalu lalang, dia melihat wajah yang pernah dilihatnya. Di mana ya?
Beberapa saat lalu, di suatu tempat di bandara. Wajah kurus panjang,
dengan janggut kecokelatan, dan mata sipit di balik kacamata hitam persegi.
Orang itu melirik Trevor cukup lama sampai pandangan mereka bertemu,
lalu membuang muka, memandang ke lorong, seakan tidak melihat apa-apa.
Tempatnya di dekat counter perusahaan penerbangan, ketika Trevor
berbalik pergi setelah membeli tiket. Wajah itu mengawasinya. Pria itu
berdiri di dekatnya, mempelajari pengumuman keberangkatan. Kalau kau
sedang melarikan diri, semua lirikan, pandangan kedua, dan tatapan sambil
lalu terasa mencurigakan. Kalau melihat wajah seseorang satu kau bahkan
tidak menyadarinya. Tapi kalau melihat lagi wajah itu setengah jam
kemudian, berarti ^yang sedang mengamati setiap gerak-gerikmu.
send6^1311 minum' Trevor memerintah dirinya dan mmta k0pi setelah
Pesawat tinggal landas, ^meminumnya cepat-cepat. Dia penumpang yang
turun dari pesawat di Kingston, dan berjalan cepat-cepat di terminal,
melewati imigrasi. Pria itu tidak tampak di belakangnya. Dia menyambar
dua tas kecilnya dan berlari menuju pangkalan taksi. f Tiga Puluh Dua foto
Tre m-. fotonya? K;, Menui SURAT KABAR Jacksonville itu tiba di
Trumble setiap pagi sekitar pukul 07.00. Empat eksemplar dibawa ke ruang
rekreasi, ditinggalkan di sana dan dibaca oleh narapidana yang
memedulikan kehidupan di luar. Biasanya hanya Joe Roy Spicer yang
menunggu pada pukul 07.00, dia mengambil satu surat kabar untuk dirinya,
karena perlu mempelajari pasar taruhan Vegas sepanjang hari.
Pemandangan itu jarang berubah: Spicer memegang cangkir tinggi
Styrofoam berisi kopi, kaki di meja kartu, menunggu Roderick si penjaga
membawakan surat kabar. Jadi Spicer yang pertama melihat berita itu, di
bagian terbawah halaman depan. Trevor Carson, pengacara setempat yang
menghilang tanpa alasan jelas, ditemukan meninggal di luar hotel di
Kingston, Jamaika. Kepalanya tertembak dua kali tadi malam, tak lama
setelah hari gelap. Spicer melihat berita itu tidak dilengkapi foto Trevor.
Kenapa surat kabar itu mesti punya fotonya? Kenapa orang mesti peduli
jika Trevor mati? irut pihak berwenang Jamaika, Carson adalah turis yang
rupanya dirampok. Sumber anonim yang berada di dekat lokasi kejadian
memberitahu polisi tentang identitas Mr. Carson, karena dompetnya hilang.
Sumber tersebut tampaknya tahu banyak. Paragraf yang menceritakan
karier hukum Trevor cukup singkat. Seorang mantan sekretaris, Jan anu,
tidak memberikan komentar. Berita itu diperoleh, dan ditempatkan di
halaman depan hanya karena korban seorang pengacara yang terbunuh.
Finn berada jauh di ujung trek, membelok di tikungan, berjalan cepat
dengan langkah-langkah kecil di udara pagi yang lembap, kemejanya sudah
dilepas. Spicer menunggu di dekat garis finis, dan menyodorkan surat kabar
itu tanpa bicara. Mereka menemukan Beech sedang antre di kafe-teria,
memegang baki plastik dan memandangi tumpukan telur orak-arik tanpa
nafsu. Mereka duduk bersama di pojok, jauh dari siapa pun, makan pelan-
pelan, berbicara dengan suara tertahan. "Kalau dia lari, dia lari dari siapa?"
"Mungkin Lake memburunya." "Dia tak tahu orang itu Lake. Dia tak tahu
apa-apa, kan?" "Oke, kalau begitu dia lari dari Konyers. Saat terakhir
kemari, dia bilang Konyers-lah mangsa kakap kita. Dia mengatakan
Konyers tahu mengenai kita, lalu keesokan harinya dia menghilang."
"Mungkin dia cuma ketakutan. Konyers mengonfrontasinya, mengancam
akan membeberkan perannya dalam tipuan kita, jadi Trevor, yang memang
tak stabil, memutuskan mencuri sebanyak mungkin dan menghilang."
"Uang siapa yang hilang, itu yang ingin kuketahui." 'Tak seorang pun tahu
tentang uang kita. Bagaimana bisa hilang?" 'Trevor mungkin mencuri dari
siapa saja yang bisa dicurinya, lalu menghilang. Sering terjadi. Pengacara
terlibat masalah, jadi kacau. Mereka merampok dana klien mereka dan
kabur." "Sungguh begitu?" tanya Spicer. Beech dapat memberikan tiga
contoh, dan Yarber menambahkan beberapa. "Jadi siapa yang
membunuhnya?" "Kemungkinan besar dia cuma berada di wilayah yang tak
aman." "Di luar Sheraton Hotel? Kurasa tidak." "Oke, bagaimana kalau
Konyers membungkamnya?" "Itu mungkin. Dengan suatu cara Konyers
memaksanya bicara, karena tahu Trevor kontak luar untuk Ricky. Konyers
menekannya, mengancam akan menangkapnya atau apa, dan Trevor
melarikan diri ke Karibia. Trevor tak tahu Konyers adalah Aaron Lake."
"Dan Lake jelas punya uang dan kemampuan untuk melacak pengacara
pemabuk." "Kita bagaimana? Saat ini, Lake tahu Ricky bukan Ricky, bahwa
Joe Roy ini orangnya, dan bahwa dia punya teman-teman di penjara/'
"Pertanyaannya, bisakah dia menyentuh kita?" "Kurasa aku akan tahu
duluan," kata Spicer sambil tertawa gugup. "Dan selalu ada kemungkinan
bahwa Trevor di Jamaika sana berada di tempat yang tak aman, mungkin
mabuk dan mencoba merayu wanita, hingga menyebabkan dirinya
tertembak." Mereka semua sepakat bahwa Trevor sangat mampu membuat
dirinya terbunuh. Semoga dia beristirahat dengan tenang. Tapi hanya kalau
dia tidak mencuri uang mereka. Mereka menyebar selama sekitar satu jam.
Beech pergi ke trek, untuk berjalan dan berpikir. Yarber bekerja, dua puluh
sen per jam untuk berusaha memperbaiki komputer di kantor pendeta.
Spicer pergi ke perpustakaan dan bertemu dengan Mr. Argrow yang sedang
membaca buku-buku hukum. Perpustakaan hukum terbuka, tidak perlu
membuat janji dulu, tapi ada peraturan tidak tertulis bahwa siapa pun
seharusnya paling tidak minta izin pada salah satu anggota Majelis sebelum
membaca buku-buku mereka. Spicer memutuskan membiarkannya. Mereka
saling mengangguk, lalu Spicer sibuk membenahi meja dan merapikan
buku. "Katanya kalian menangani masalah hukum," kata Argrow dari
seberang ruangan. Tidak ada orang lain di ruangan itu. "Di sini memang
banyak desas-desus." "Kasusku sedang naik banding." "Apa yang terjadi di
persidangan?" "Juri menganggapku bersalah untuk tiga dakwaan penipuan
bank, menyembunyikan uang di luar negeri, di Bahama. Hakim
memvonisku enam puluh bulan. Aku sudah menjalani empat bulan. Aku tak
yakin sanggup bertahan 56 bulan lagi. Aku butuh bantuan untuk
permohonan bandingku." "Pengadilan mana?" "Virgin Islands. Dulu aku
bekerja di bank besar di Miami. Banyak uang obat bius." Argrow lihai,
cepat, dan sangat ingin bicara—ini menjengkelkan Spicer, tapi hanya
sedikit. Omongan pria itu tentang Bahama menarik perhatiannya. 'Tadinya.
Entah kenapa, aku jadi menyukai pencucian uang. Tiap hari aku mengurus
puluhan juta, dan rasanya memabukkan. Aku sanggup memindahkan uang
kotor lebih cepat daripada bankir mana pun di South Florida. Sekarang pun
masih sanggup. Tapi aku memilih teman-teman yang salah, dan mengambil
pilihan-pilihan yang salah." "Kau mengakui dirimu bersalah?" Tentu." "Kau
termasuk golongan minoritas di sini." Tidak, aku memang salah, tapi
menurutku hukumannya terlalu berat. Ada yang bilang kalian bisa
mengurangi lama hukuman." Spicer tidak lagi memedulikan meja-meja
berantak-an dan buku-buku semrawut. Dia mengambil kursi dan
menyediakan waktu. "Kami bisa memeriksa surat-suratmu," katanya, seolah
dia sudah menangani ribuan permohonan banding. Dasar tolol, Argrow
ingin berkata. Kau dropout dari high school saat kelas sepuluh, dan mencuri
mobil waktu berusia sembilan belas. Ayahmu menggunakan koneksinya
dan membuat dakwaan dibatalkan. Kau membuat dirimu terpilih sebagai
Hakim Perdamaian dengan menggunakan suara orang-orang yang sudah
meninggal dan yang tidak datang, sekarang kau terperangkap di penjara
federal dan mencoba berperan sebagai jagoan. Dan sekarang kau punya
kemampuan untuk men jatuhkan presiden Amerika Serikat berikutnya, Mr.
Spicer, Argrow mengakui dalam hati. "Berapa biayanya?" tanya Argrow.
"Berapa yang kaupunyai?" tanya Spicer, persis pengacara sungguhan. "Tak
banyak." "Kupikir kau tahu cara menyembunyikan uang di luar negeri."
"Oh, aku tahu, percayalah. Dan aku pernah punya banyak uang, tapi
kubiarkan lenyap." "Jadi kau tak bisa membayar sedikit pun?" "Tak banyak.
Mungkin beberapa ribu." "Pengacaramu bagaimana?" "Dia membuatku
dipenjara. Aku tak punya cukup uang untuk menyewa pengacara baru."
Spicer memikirkan situasi ini beberapa lama. Dia sadar ternyata dia
memang kehilangan Trevor. Segalanya terasa jauh lebih gampang bila
mereka punya orang itu di luar untuk mengumpulkan uang. "Kau masih
punya kontak di Bahama?" "Aku punya kontak di seluruh penjuru Karibia.
Kenapa?" "Karena kau harus mentransfer uang itu. Di sini tak boleh ada
uang tunai." "Kau ingin aku mentransfer $2.000?" "Tidak. Aku ingin kau
mentransfer $5.000. Itu bayaran minimum kami." "Di mana bankmu?" "Di
Bahama." Mata Argrow menyipit. Alisnya berkerut, dan sementara dia
berpikir keras, Spicer juga melakukan 407 hal yang sama. Pikiran mereka
sedang dalam proses untuk bertemu. "Kenapa Bahama?" Argrow bertanya.
"Sama dengan alasanmu menggunakan Bahama." Pilriian-pikiran berputar
di kepala mereka. "Aku ingin tanya," kata Spicer. "Kau tadi bilang bisa
memindahkan uang kotor lebih cepat daripada siapa pun." Argrow
mengangguk dan berkata, "Tidak masalah." "Kau masih bisa
melakukannya?" "Maksudmu, dari dalam sini?" "Ya. Dari sini." Argrow
tertawa dan mengangkat bahu seolah itu gampang sekali. 'Tentu. Aku masih
punya teman-teman." 'Temui aku di sini sejam lagi. Aku mungkin punya
tawaran untukmu." Sejam kemudian, Argrow kembali ke perpustakaan
hukum dan mendapati ketiga hakim itu sudah mengambil posisi, di
belakang meja dengan kertas-kertas dan buku-buku hukum bertebaran,
seolah Mahkamah Agung Florida sedang bersidang. Spicer
memperkenalkannya pada Beech dan Yarber, lalu dia duduk di seberang
meja. Tidak ada orang lain di situ. Mereka berbicara sebentar tentang
permohonan bandingnya, dan Argrow pura-pura tidak mengetahui detail-
detailnya. Arsipnya sedang dikirim dari penjara lain, dan mereka tidak bisa
berbuat banyak tanpa arsip tersebut. Permohonan banding itu cuma topik
pembuka pembicaraan, dan kedua belah pihak mengetahuinya. "Mr. Spicer
memberitahu kami kau ahli dai memindahkan uang kotor," kata Beech.
"Begitulah, sampai aku tertangkap," jawab Argrow merendah. "Kuduga
kalian punya uang seperti itu." "Kami memiliki rekening bank di luar
negeri, uang yang kami peroleh dari memberikan bantuan hukum dan
beberapa hal lain yang tak bisa kami ceritakan. Seperti yang kau tahu, kami
tak boleh minta bayaran untuk bantuan hukum kami." "Tapi kami tetap
memintanya," tambah Yarber. "Dan kami dibayar." "Berapa isi rekening
ini?" tanya Argrow, tahu saldo kemarinnya sampai ke jumlah sennya.
"Sabar," kata Spicer. "Ada kemungkinan besar uang itu telah lenyap."
Argrow membiarkan kata-kata itu mengambang sedetik, dan menampakkan
tampang bingung. "Apa?" tanyanya. "Dulu kami punya pengacara," Beech
bercerita pelan-pelan, setiap kata ditimbang. "Dia menghilang dan mungkin
telah mengambil uang kami." "Begitu. Dan rekening ini di bank di
Bahama?" "Tadinya. Kami tak yakin uang itu masih di sana." "Kami ragu
uang itu masih ada," Yarber menambahkan. "Tapi kami ingin tahu pasti,"
timpal Beech. "Bank yang mana?" tanya Argrow. "Geneva Trust, di
Nassau," jawab Spicer, melirik kolega-koleganya. Argrow mengangguk
angkuh, seakan mengetahui rahasia-rahasia kotor bank tersebut. "Kau tahu
bank itu?" tanya Beech. "Jelas," sahut Argrow, dan membiarkan mereka
menunggu lama. "Dan?" kejar Spicer. Argrow dilanda perasaan sombong
karena tahu banyak, jadi dia berdiri dengan gaya dramatis dan mengitari
perpustakaan kecil itu beberapa saat, tenggelam dalam pikirannya, lalu
mendekati meja lagi. "Dengar, kalian ingin aku melakukan apa? Tak usah
kita berpanjang-panjang." Ketiga mantan hakim itu menatapnya, lalu
berpandangan, dan kelihatan jelas bahwa mereka tidak pasti tentang dua
hal: (a) seberapa mereka mempercayai orang yang baru mereka kenal ini,
dan (b) apa yang sebetulnya mereka inginkan» darinya. Tapi mereka
berpendapat uang itu toh sudah hilang, jadi tidak ada ruginya. Yarber
berkata, "Kami tidak terlalu canggih dalam urusan memindahkan uang
kotor. Itu bukan keahlian kami. Maafkan saja ke-kurangtahuan kami, tapi
adakah cara untuk mengetahui apakah uang itu masih di tempatnya
semula?" "Kami tak yakin apakah pengacara itu mencurinya," tambah
Beech. "Kalian mau aku memeriksa saldo rekening rahasia?" tanya Argrow.
"Ya, betul," jawab Yarber. "Kami kira kau mungkin masih punya teman
dalam bisnis ini," kata Spicer, mencoba-coba. "Dan kami juga ingin tahu
apakah ada jalan untuk melakukan ini." "Kalian beruntung," kata Argrow,
dan membiarkan kata-katanya mengendap. "Maksudmu?" tanya Beech.
"Kalian memilih Bahama." "Sebetulnya, pengacara itu yang memilih
Bahama, Spicer memberitahu. "Yah, bank-bank di sana lumayan longgar.
Banyak rahasia dibeberkan. Banyak pegawai disuap. Kebanyakan kegiatan
pencucian uang tak dilakukan di Bahama. Saat ini Panama tempat paling
top, dan tentu saja Grand Cayman masih tak tergoyahkan." Tentu, tentu,
mereka bertiga mengangguk-angguk. Luar negeri ya luar negeri, bukan?
Satu lagi contoh kebodohan mempercayai orang tolol macam Trevor.
Argrow mengamati wajah bingung mereka dan berpikir betapa tidak
tahunya hakim-hakim itu. Untuk ukuran tiga pria yang punya kemampuan
menghancurleburkan proses pemilihan presiden Amerika, mereka tampak
sangat naif. "Kau belum menjawab pertanyaan kami," kata Spicer. "Apa
saja mungkin di Bahama." "Jadi kau bisa melakukannya?" "Aku bisa
mencoba. Tak ada jaminan." "Begini saja," kata Spicer. "Kaucek rekening
itu, dan kami akan menangani permohonan bandingmu tanpa bayaran."
"Bukan kesepakatan yang jelek," kata Argrow. "Kami pikir juga begitu.
Setuju?" "Setuju." v, t»'*1 Sesaat mereka cuma berpandangan kaku, bangga
pada kesepakatan saling menguntungkan mereka, tapi tidak yakin siapa
yang hams bergerak lebih dulu. Akhirnya, Argrow berkata, "Ada yang
harus kuketahui tentang rekening itu." "Misalnya?" tanya Beech. "Misalnya
nama atau nomornya." "Rekeningnya atas nama Boomer Realty, Ltd.
Nomornya 144-DXN-9593." Argrow mencatatnya pada secarik kertas.
"Aku cuma ingin tahu," kata Spicer, sementara mereka memandanginya.
"Bagaimana kau akan berkomunikasi dengan kontakmu di luar?" 'Telepon,"
sahut Argrow tanpa mengangkat muka. "Jangan pakai telepon-telepon di
sini," kata Beech. Telepon-telepon di suri tak aman," tambah Yarber. "Kau
tak boleh menggunakan telepon-telepon ini," kata Spicer tegas. Argrow
tersenyum dan memaklumi kekhawatiran mereka, lalu menoleh ke belakang
dan mengeluarkan dari saku celananya semacam alat, lebih besar sedikit
daripada pisau lipat Dia memegangnya dengan ibu jari dan telunjuk, dan
berkata, Tni telepon, gentlemen." Mereka memandang tak percaya, lalu
mengawasi ketika pria itu dengan cepat membukanya dari atas dan bawah
serta dari satu sisi sehingga setelah selesai pun benda itu tampak tetap
terlalu kecil sebagai alat berkomunikasi. Tni digital," katanya. "Sangat
aman." "Siapa yang menerima tagihan bulanannya?" tanya Beech. "Aku
punya saudara laki-laki di Boca Raton. Telepon ini dan sambungannya
hadiah darinya." Dia melipatnya lagi dengan sigap, dan telepon itu pun
lenyap di depan mata mereka. Lalu Argrow menunjuk ruang rapat kecil di
belakang mereka, ruang kerja mereka. "Ada apa di situ?" tanyanya. "Cuma
ruang rapat," jawab Spicer. "Tak ada jendelanya, kan?" "Tak ada, cuma
jendela kecil di pintu." "Baik. Bagaimana kalau aku masuk ke sana,
menelepon, dan bekerja? Kalian bertiga di sini saja dan pasang mata. Kalau
ada yang memasuki perpustakaan, ketuk pintunya." Majelis langsung
setuju, meskipun tidak percaya Argrow akan berhasil. Telepon itu
disambungkan ke van putih, diparkir 2,5 kilometer dari Trumble, di jalan
berkerikil yang sesekali dibersihkan pemerintah daerah. Jalan itu terletak di
sebelah ladang hay milik seseorang yang belum pernah mereka lihat. Batas
daerah yang dimiliki pemerintah federal berada 400 meter, dari situ, tapi
dari tempat van itu berada tidak tampak adanya penjara. Hanya ada dua
teknisi dalam van, yang satu pulas di bangku depan, yang lain setengah
tertidur di belakang dengan headphone di kepala. Ketika Argrow menekan
tombol Send di alat kecil canggihnya, pesawat penerima di van menyala,
dan kedua pria itu langsung bangun. "Halo," katanya. "Ini Argrow." "Ya,
Argrow, di sini Chevy One, .silakan," kata teknisi di belakang. "Aku di
dekat ketiga badut itu, sedang beraksi, pura-pura menelepon teman-teman
di luar untuk memeriksa keberadaan rekening luar negeri mereka Sejauh ini
segala sesuatunya berjalan bahkan lebih ' lancar dari yang kuharapkan."
"Kedengarannya begitu." "Roger. Aku akan melapor lagi nanti." Dia
menekan tombol Endy namun tetap memegang telepon di telinga dan
tampak asyik berbicara. Dia duduk di tepi meja, lalu berjalan sedikit,
sesekali melirik Majelis dan sekitarnya. Spicer tidak bisa menahan diri
untuk tidak mengintip dari jendela pintu. "Dia sedang menelepon," katanya
penuh semangat. "Memangnya kaukira dia sedang melakukan apa?" tanya
Yarber, yang sedang membaca berbagai putusan pengadilan akhir-akhir ini.
Tenang, Joe Roy," kata Beech. "Uang itu lenyap bersama Trevor." Dua
puluh menit berlalu, dan keadaan jadi sedatar biasanya. Sementara Argrow
menelepon, para hakim itu mengisi waktu, mula-mula menunggu, lalu
kembali ke urusan yang lebih mendesak. Sudah enam hari Buster pergi
membawa surat mereka. Tidak ada kabar darinya, berarti bocah itu berhasil
lolos, mengirimkan surat kepada Mr. Konyers, dan saat ini berada di suatu
tempat yang jauh. Beri surat itu waktu tiga hari untuk tiba di Chevy Chase,
dan menurut perkiraan mereka, Mr. Aaron Lake sekarang pasti tengah
kalang kabut menyusun rencana untuk menghadapi mereka. Penjara telah
mengajar mereka untuk bersabar. Hanya satu tenggat waktu yang mereka
khawatirkan. Lake memperoleh nominasi, berarti rentan terhadap
pemerasan mereka sampai November. Jika dia menang, mereka punya
waktu empat tahun untuk memanfaatkannya. Tapi kalau kalah, dia akan
memudar dengan cepat, seperti yang lainnya. "Di mana Dukakis sekarang?"
Beech pernah bertanya. Mereka tidak mau menunggu sampai November.
Sabar memang perlu, tapi pembebasan lain lagi urusannya. Lake adalah
kesempatan emas, mereka untuk pergi dengan banyak uang. Mereka berniat
menunggu seminggu, lalu menyurati Mr. Al Konyers di Chevy Chase lagi.
Mereka belum tahu bagaimana cara menyelundupkannya ke luar, tapi
mereka pasti akan menemukan jalannya. Link, si penjaga di depan yang
berbulan-bulan disuap Trevor, adalah pilihan pertama mereka. Telepon
Argrow menambah pilihan mereka. "Kalau dia mengizinkan kita
menggunakannya," kata Spicer, "kita bisa menelepon Lake, menelepon
kantor kampanyenya, kantornya di Kongres, menelepon semua nomor yang
bisa kita dapatkan dari buku telepon. Tinggalkan pesan bahwa Ricky di
klinik rehabilitasi betul-betul perlu bertemu Mr. Lake. Dia akan ketakutan
setengah mati." "Tapi Argrow akan punya catatan telepon kita, atau
setidaknya saudaranya," kata Yarber. "Jadi? Kita bayar tagihannya, dan
memangnya kenapa kalau mereka tahu kita berusaha menelepon Aaron
Lake? Sekarang ini, setengah penduduk negeri ini berusaha meneleponnya.
Argrow tak bakal tahu kenapa kita melakukannya." Ide cemerlang, lama
mereka memikirkannya. Ricky di klinik rehabilitasi bisa menelepon dan
meninggalkan pesan. Spicer di Trumble bisa melakukan hal yang sama.
Lake yang malang akan dihantui. Lake yang malang. Begitu deras uang
mengalir ke kantongnya sampai dia tidak bisa menghitungnya. Sejam
kemudian, Argrow keluar ruangan dan di s memberitahu bahwa ada
kemajuan. "Aku harus m minggu sejam, lalu menelepon beberapa orang W
» katanya. "Bagaimana kalau kita makan" siang?" ' Mereka tidak sabar
untuk melanjutkan disku mereka, dan mereka melakukannya dengan penuh
semangat sambil makan coleslaw. Tiga Puluh Tiga SESUAI instruksi Mr.
Lake yang terperinci, Jayne mengemudi sendirian ke Chevy Chase. Dia
menemukan pusat perbelanjaan di Western Avenue itu, dan parkir di depan
Mailbox America Dengan kunci Mr. Lake, dia membuka kotak pos,
mengeluarkan delapan surat sampah, dan memasukkannya ke map. Tidak
ada surat pribadi. Dia berjalan ke meja layan dan memberitahu si pegawai
bahwa dia ingin menutup kotak pos atas nama atasannya, Mr. Al Konyers.
Pegawai itu menekan-nekan keyboard beberapa kali. Catatan menunjukkan
bahwa seorang pria bernama Aaron L. Lake menyewa kotak tersebut atas
nama Al Konyers sekitar tujuh bulan yang lalu. Sewanya telah dibayar
untuk dua belas bulan, jadi tidak ada utang. "Orang itu ikut pemilihan
presiden? tanya si pegawai sambil menyodorkan formulir ke seberang
me"Ya," jawab Jayne, membubuhkan tanda tangan pada tempat yang
ditunjuk"Tidak." Jayne pergi membawa map dan menuju selatan, kembali
memasuki kota. Dia tidak mempertanyakan kisah Lake yang katanya
menyewa kotak pos itu untuk secara diam-diam membeberkan penipuan di
Pentagon. Itu bukan masalah baginya, dia juga tidak punya waktu untuk
banyak bertanya. Lake membuat mereka bekerja keras delapan belas jam
sehari, dan banyak hal yang jauh lebih penting yang harus dipikirkannya.
Atasannya itu menunggu di kantor kampanyenya, sendirian. Seluruh
ruangan dan koridor di sekitarnya penuh asisten bermacam-macam bidang,
semua berlarian ke sana kemari seakan perang akan meletus. Namun Lake
menikmati semua kesibukan itu. Jayne menyerahkan map itu dan pergi.
Lake menghitung delapan pucuk surat sampah— taco delivery, jasa
interlokal, tempat cuci mobil, kupon-kupon untuk Ini-itu. Dan tidak ada
surat dari Ricky. Kotak itu telah ditutup, tidak ada alamat bara. Anak
malang itu harus mencari orang lain untuk membantunya menjalani hidup
baru. Lake memasukkan surat-surat sampah dan perjanjian pembatalan
tersebut ke mesin penghancur kertas kecil di kolong mejanya, lalu tepekur
sebentar untuk bersyukur. Nyaris tak ada hal negatif dalam hidupnya, dan
hanya beberapa kali dia melakukan kesalahan. Menyurati Ricky merupakan
perbuatan bodoh, namun dia berhasil lolos tanpa kurang suatu apa. Betapa
mujurnya! Dia tersenyum dan hampir tertawa sendiri, lalu melompat
bangun dari kursi, menyambar jas, dan berkeliling. Sang kandidat harus
menghadiri berbagai rapat, kemudian makan siang dengan para kontraktor
pertahanan. Oh, betapa mujurnya! Kembali di pojok perpustakaan hukum,
dengan ketiga teman barunya menjaga tempat itu bagai pengawal-pengawal
mengantuk, Argrow bermain-main dengan telepon cukup lama untuk
meyakinkan mereka bahwa dia telah menghubungi koneksi-koneksinya di
dunia perbankan luar negeri yang gelap dan misterius. Setelah dua jam
mondar-mandir, bergumam, dan menempelkan telepon ke kepala seperti
pialang panik, akhirnya dia keluar ruangan. "Kabar baik, gentlemen"
katanya sambil tersenyum lelah. Mereka berkerumun, ingin mendengar
hasilnya. "Uang itu masih ada," dia memberitahu. Lalu pertanyaan
terpenting, yang sudah lama mereka rencanakan, yang akan
mengungkapkan apakah Argrow penipu atau sungguhan. "Berapa?" tanya
Spicer. "Sekitar 190.000," sahut Argrow, dan mereka serentak
mengembuskan napas. Spicer tersenyum. Beech membuang muka. Yarber
memandang Argrow dengan kening berkerut, tapi ekspresi wajahnya ramah.
Menurut catatan mereka, saldonya $189.000, plus entah berapa tingkat
bunga yang dibayarkan bank. "Dia tak mencurinya," gumam Beech, dan
mereka mengenang almarhum pengacara mereka, yang tiba-tiba tidak
sejahat yang mereka kira semula. "Aku ingin tahu kenapa," kata Spicer,
nyaris tak terdengar. 'Yah, uangnya masih ada," kata Argrow. "Butuh
banyak tindakan hukum." Kelihatannya memang begitu, dan karena
ketiganya tidak bisa memikirkan komentar yang tepat, mereka diam saja.
"Kusarankan kalian memindahkannya, kalau kalian tak keberatan aku
mengatakannya," kata Argrow. "Bank ini terkenal bocor." "Dipindah ke
mana?" tanya Beech. "Kalau itu uangku, aku akan segera memindahkannya
ke Panama." Ini masalah baru, ide yang belum mereka pikirkan karena
terobsesi dengan Trevor dan pencuriannya. Namun mereka tetap
mempertimbangkannya dengan hati-hati, seolah hal tersebut sudah sering
dibicarakan. "Kenapa dipindah?" tanya Beech. "Tempat yang sekarang
aman, kan?" "Kurasa," jawab Argrow, bereaksi cepat. Dia tahu tujuannya,
mereka tidak. "Tapi kalian lihat betapa longgar kerahasiaannya. Aku tak
mau menggunakan bank-bank di Bahama sekarang ini, terutama yang satu
ini." "Dan kami tak tahu apakah Trevor memberitahu seseorang tentang
rekening kami," timpal Spicer, selalu ingin menjatuhkan pengacara itu.
"Kalau kalian ingin uang itu terlindung, pindahkan," saran Argrow.
"Prosesnya tak sampai sehari dan kalian takkan perlu mengkhawatirkannya
lagi. Dan manfaatkan uang itu. Rekening ini teronggok saja, bertambah
cuma beberapa sen dari bunga. Serahkan pada manajer dana dan biarkan
uang kalian bertambah lima belas atau dua puluh persen. Kalian toh takkan
menggunakannya dalam waktu dekat" Kaukira begitu, pai, pikir mereka.
Namun omongan Argrow memang masuk akal. "Dan kuduga kau bisa
memindahkannya?" tanya Yarber. "Tentu saja bisa. Sekarang kalian
meragukanku?" Mereka bertiga menggeleng. Tidak, mereka tidak
meragukannya. "Aku punya beberapa kontak hebat di Panama.
Pikirkanlah." Argrow melirik jam tangan seolah sudah tidak berminat lagi
pada rekening mereka dan punya seratus urusan mendesak di tempat lain.
Pukulan telak sebentar lagi akan dilontarkan, dan dia tidak mau terburu-
buru. ^fe "Kami sudah memikirkannya," kata Spicer. "Ayo kita pindahkan
sekarang." Argrow memandang tiga pasang mata di hadapannya, semuanya
balas memandangnya. "Ada masalah pembayaran," katanya, bagai pencuci
uang kawakan. "Pembayaran seperti apa?" tanya Spicer. "Sepuluh persen,
untuk transfernya." "Siapa yang mendapat sepuluh persen?" "Aku."
"Banyak sekali," komentar Beech. "Skalanya memang begitu. Jumlah di
bawah sejuta membayar sepuluh persen. Jumlah di atas seratus juta
membayar satu persen. Itu biasa dalam bisnis ini, dan itulah sebabnya
sekarang aku mengenakan seragam penjara, bukan setelan seribu dolar."
"Licik," tukas Spicer, orang yang menggelapkan keuntungan bingo dalam
acara amal. "Tak usah berkhotbah, oke? Kita bicara tentang pemotongan
sedikit uang yang jelas ternoda. Terserah kalian." Suara Argrow dingin,
veteran tanpa belas kasihan yang sering menangani transaksi-transaksi yang
jauh lebih besar. Jumlahnya hanya $19.000, dan ini dari uang yang mereka
yakin sudah lenyap. Setelah dipotong sepuluh persen untuk Argrow, mereka
masih punya $170.000, setiap orang kira-kira $60.000, dan mestinya lebih
banyak kalau saja si Trevor pengkhianat itu tidak memotong begitu banyak.
Lagi pula, mereka yakin sebentar lagi akan memperoleh sapi perahan yang
lebih gemuk. Uang di Bahama itu hanya uang saku. "Oke," kata Spicer
sambil memandang kedua temannya untuk minta persetujuan. Mereka
mengangguk perlahan. Ketiganya memikirkan- hal yang sama sekarang.
Jika pemerasan Aaron Lake berlangsung sesuai dengan khayalan mereka,
uang dalam jumlah raksasa akan mengalir ke kantong mereka. Mereka akan
membutuhkan tempat untuk menyembunyikannya, dan mungkin orang
untuk membantu mereka. Mereka ingin mempercayai Argrow. Mari kita
beri dia kesempatan. "Plus, kalian menangani permohonan bandingku,"
tambah Argrow. "Ya, kami akan menanganinya." W^^" Argrow tersenyum
dan berkata, "Lumayan juga ' kesepakatan ini. Biar kutelepon beberapa
orang lagi." "Ada satu hal yang harus kauketahui," kata Beech. "Oke."
"Nama pengacara itu Trevor Carson. Dia membuka rekening, mengurus
uangnya, melakukan semuanya sebetulnya. Dan dia dibunuh dua malam
lalu di Kingston, Jamaika." Argrow memandang wajah mereka dengan
tatapan bertanya. Yarber menyerahkan surat kabar, yang dibacanya dengan
sangat teliti. "Kenapa dia menghilang?" dia bertanya setelah lama diam.
"Kami tak tahu," jawab Beech. "Dia meninggalkan kota, dan kami
mendapat kabar dari FBI bahwa dia menghilang. Kami cuma berasumsi dia
mencuri uang kami." Argrow mengembalikan koran itu pada Yarber, dan
bersidekap. Dia memiringkan kepala, menyipitkan mata, dan berhasil
tampak curiga. Biarkan mereka kalut "Seberapa kotor uang ini?" tanyanya,
seolah ada kemungkinan dia tidak mau terlibat sama sekali. "Bukan uang
dari obat bius," sahut Spicer cepat-cepat, bersikap defensif, seakan uang
dari semua sumber lain pasti dianggap bersih. "Kami tak bisa
memberitahumu," jawab Beech. "Kita sudah sepakat," kata Yarber.
"Terserah kau mau menerimanya atau tidak." Hebat juga kau, bocah tua,
kata Argrow dalam hati. "FBI terlibat?" dia bertanya. "Hanya dengan
hilangnya pengacara itu," jawab Beech. "FBI tak tahu-menahu tentang
rekening di luar negeri itu." "Coba kuulangi. Urusan ini melibatkan
pengacara mati, FBI, rekening luar negeri yang menyembunyikan uang
kotor, betul? Apa sih yang kalian lakukan?" "Kau tak ingin tahu," tukas
Beech. "Kurasa kau benar." "Tak ada yang memaksamu terlibat," timpal
Yarber. Jadi harus diputuskan. Bagi Argrow, bendera-bendera merah telah
dikibarkan, ladang ranjau telah ditandai. Jika melanjutkan ini, dia
melakukannya dengan waspada, karena sudah diperingatkan bahwa ketiga
teman barunya mungkin berbahaya. Tentu saja ini bukan masalah bagi
Argrow. Tapi bagi Beech, Spicer. dan Yarber, pemberian kesempatan untuk
memasuki hubungan kerja sama mereka, seberapa kecil pun kesempatan itu,
berarti mereka menerima seorang konspirator lagi. Mereka takkan
memberitahu Argrow tentang tipuan mereka, dan jelas tidak tentang Aaron
Lake. Argrow juga tidak akan mendapat uang mereka lagi, kecuali kalau
orang itu menangani masalah transfer Tapi pria itu sudah tahu lebih banyak
daripada yang semestinya. Mereka tidak punya pilihan. Mereka
memutuskan itu juga karena kehabisan akal. Ketika ada Trevor, mereka
punya akses ke luar, hal yang baru mereka sadari sekarang. Setelah
pengacara itu pergi, dunia mereka menyempit. Meskipun tidak mau
mengakuinya, mereka melakukan kesalahan ketika memecatnya. Setelah
tahu tentang Lake, seharusnya mereka memperingatkan Trevor, dan
memberitahukan segala sesuatu tentang anggota, Kongres itu dan surat-
suratnya yang telah diutak-atik. Trevor memang jauh dari sempurna, tapi
mereka membutuhkan semua bantuan yang bisa mereka dapat. Mungkin
mereka akan mempekerjakannya lagi satu-dua hari kemudian, tapi itu tak
mungkin dilakukan lagi. Trevor pergi, dan kini untuk selamanya. Argrow
memiliki akses. Dia punya telepon dan teman-teman; dia punya nyali dan
tahu cara membereskan masalah. Mungkin mereka memang
membutuhkannya, tapi mereka akan melakukan ini pelan-pelan. Dia
menggaruk kepala dan mengerutkan kening seakan sakit kepala. "Jangan
beritahu aku apa-apa lagi," katanya. "Aku tak ingin tahu." Dia kembali ke
ruang rapat dan menutup pintunya, lalu duduk di pinggir meja dan sekali
lagi tampak seperti sibuk menelepon ke seluruh penjuru Karibia. Mereka
mendengarnya tertawa dua kali, mungkin bercanda dengan teman lama
yang kaget menerima teleponnya. Mereka mendengarnya memaki sekali,
tapi tidak bisa menebak siapa sasarannya atau apa alasannya. Suaranya
meninggi dan menurun. Meskipun sudah berusaha keras membaca putusan-
putusan pengadilan, membersihkan buku-buku lama, dan mempelajari pasar
taruhan Vegas, mereka tidak dapat mengabaikan suara dari ruangan tersebut
Argrow berakting lumayan hebat, dan setelah sejam berceloteh tidak keruan
dia keluar dan berkata, "Kurasa aku bisa menyelesaikannya besok, tapi
kami membutuhkan affidavit yang ditandatangani salah satu dari kalian
yang menyatakan kalian pemilik tunggal Boomer Realty." "Siapa yang akan
membaca affidavit itu?" tanya Beech. "Cuma bank di Bahama itu. Mereka
tahu nasib Mr. Carson, dan menginginkan verifikasi tentang kepemilikan
rekening itu." Mereka ngeri memikirkan harus menandatangani dokumen
yang berisi pengakuan bahwa mereka ada hubungannya dengan uang kotor
tersebut Tapi permintaan itu masuk akal. "Ada mesin faks di sini?" tanya
Argrow. 'Tidak, tidak untuk kita," jawab Beech. "Aku yakin sipir punya,"
kata Spicer. "Datangi saja dia dan bilang kau perlu mengirim dokumen ke
bank luar negerimu." Smdirannya pedas. Argrow melotot, lalu tidak
menanggapi. "Oke, beritahu aku cara mengirim affidavit itu dari sini ke
Bahama. Bagaimana cara kalian mengirim surat?" "Pengacara itu kurir
kami," Yarber berkata. "Surat-surat lain harus diperiksa." "Seberapa cermat
mereka memeriksa surat-surat hukum?" "Mereka meliriknya," jawab
Spicer.. "Tapi tak bisa membukanya." BSS* Argrow mondar-mandir
sebentar, berpikir keras. Kemudian dia menyelinap di antara dua rak buku,
sehingga tidak bisa dilihat dari luar perpustakaan hukum. Dengan sigap dia
membuka teleponnya, menekan angka-angka, dan menempelkannya ke
telinga. Dia berkata, "Ya, Wilson Argrow di sini. Jack ada? Ya, beritahu dia
ini penting." Dia menunggu. "Siapa Jack?" tanya Spicer dari seberang
ruangan. Beech dan Yarber mendengarkan tapi sambil mengawasi situasi.
acafa^^ di Boca" sahut Argrow. "Dia peng; Ulu k Tate- Dia akan
mengunjungiku besok.' Kau' dat Tn' dia berkata> "Hei, Jack, ini aku. 8
besok? Bagus, bisa kau kemari P^1' pagi? Bagus. Sekitar pukul sepuluh.
Aku akan mengirim surat. Bagus. Bagaimana kabar Mom? Bagus. Sampai
ketemu besok pagi." Prospek berlanjutnya lagi surat-menyurat menarik
perhatian Majelis. Argrow punya saudara pengacara. Di samping dia punya
telepon, otak, dan nyali. Pria itu memasukkan teleponnya ke saku dan
berjalan menjauhi rak. "Aku akan menyerahkan affida-v#-nya pada
saudaraku besok pagi. Dia akan mengirimnya dengan faks ke bank.
Siangnya uang itu sudah akan berada di Panama, aman dan bertambah lima
belas persen. Gampang." "Saudaramu bisa kami percayai?" tanya Yarber.
"Seutuhnya," jawab Argrow, nyaris tersinggung karena pertanyaan itu. Dia
melangkah ke pintu. "Sampai nanti. Aku mau mencari udara segar." Tiga
Puluh Empat IBU Trevor datang dari Scranton. Wanita itu ditemani
saudaranya, bibi Trevor yang bernama Helen. Mereka sama-sama berusia
tujuh puluhan dan cukup sehat Mereka tersesat empat kali antara bandara
dan Neptune Beach, lalu bolak-balik di jalanan selama sejam sebelum tanpa
sengaja menemukan rumah Trevor, tempat yang sudah enam tahun tidak
dikunjungi ibunya. Dia terakhir bertemu Trevor dua tahun lalu. Bibi Helen
paling tidak sudah sepuluh tahun tidak bertemu dengannya, tapi tidak
terlalu merindukan keponakannya itu. Si ibu memarkir mobil sewaan di
belakang Beetle kecil Trevor, dan menangis tersedu-sedu sebelum turun.
Kumuh sekali, kata Bibi Helen dalam hati. Pintu depan tidak dikunci.
Tempat tersebut terbengkalai, tapi lama sebelum pemiliknya kabur, piring-
piring telah menumpuk di bak cuci, sampah berserakan, mesin penyedot
debu tersimpan di lemari. Baunya membuat Bibi Helen keluar lebih dulu,
dan ibu Trevor segera mengikutinya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Mayatnya masih di Jamaika, di kamar mayat yang penuh, dan menurut pria
muda tidak ramah di Departemen Luar Negeri yang bicara dengannya,
biaya pemulangannya $600. Perusahaan penerbangan mau bekerja sama,
tapi administrasi di Kingston ruwet. Butuh waktu setengah jam untuk
menemukan kantornya. Saat itu, kabar telah menyebar. Chap si paralegal
menunggu di meja penerimaan, berusaha tampak sedih dan sibuk pada saat
yang bersamaan. Wes si manajer kantor berada di mang belakang, hanya
mendengar dan mengamati. Telepon berdering tanpa henti pada hari berita
kematian Trevor dimuat, tapi setelah beberapa ucapan belasungkawa dari
sesama pengacara dan satu-dua klien, telepon senyap kembali. Di pintu
depan terpampang karangan bunga muarahan, yang dibelikan CIA.
"Manisnya," kata ibunya ketika mereka berjalan di trotoar. Tempat kumuh
lagi, pikir Bibi Helen. Chap menyambut mereka dan memperkenalkan diri
sebagai paralegal Trevor. Dia sedang dalam proses menutup kantor, tugas
yang sangat sulit. "Mana perempuan itu?" tanya si ibu, matanya merah
karena habis menangis. "Dia pergi beberapa waktu lalu. Trevor
memergokinya mencuri." "Ya ampun." "Anda ingin kopi?" tanyanya. "Ya,
terima kasih." Mereka duduk di sofa berdebu dan tidak rata, sementara
Chap mengambilkan dari teko tiga cangkir kopi yang kebetulan baru dibuat.
Dia duduk di seberang mereka di kursi rotan yang goyah. Si ibu kalut. Si
bibi ingin tahu, matanya memandang ke sana-sini, mencari tanda-tanda
kemakmuran. Mereka tidak miskin, tapi di usia mereka, kekayaan takkan
pernah mereka miliki. "Saya sangat berduka atas kematian Trevor," kata
Chap. "Memang mengerikan," kata Mrs. Carson, bibirnya bergetar.
Cangkirnya bergoyang dan kopi tepercik ke gaunnya Dia tidak
menyadarinya. "Apakah dia punya banyak klien?" tanya Bibi Helen. "Ya,
dia sangat sibuk. Pengacara yang andal. Salah satu yang terbaik yang
pernah kukenal." "Dan kau sekretarisnya?" tanya Mrs. Carson. "Bukan,
saya paralegal. Malam hari saya kuliah hukum." "Kau menangani semua
urusannya?" Bibi Helen bertanya. "Yah, tidak juga," jawab Chap. "Saya
berharap itulah alasan kedatangan Anda kemari." "Oh, kami terlalu tua,"
kata ibunya. "Berapa banyak uang yang ditinggalkannya?" si bibi bertanya.
Chap menaikkan suaranya sedikit. Wanita tua ini mata duitan. "Saya tak
tabu. Saya tidak mengurus uangnya." "Siapa yang mengurusnya?" "Saya
rasa akuntannya." "Siapa akuntannya?" "Saya tak tahu. Trevor sangat
tertutup dalam banyak hal." "Memang," timpal ibunya sedih. "Waktu kecil
juga.*' Dia menumpahkan kopinya lagi, kali ini ke sofa. "Kau yang
membayar tagihan-tagihan tempat ini, kan?" tanya si bibi. "Tidak. Trevor
mengurus sendiri keuangannya." "Yah, dengar, anak muda, mereka minta
$600 untuk menerbangkannya pulang dari Jamaika." "Kenapa sih dia di
sana?" potong si ibu. "Berlibur sebentar," jawab Chap. "Dan ibunya tak
punya $600," Helen menyelesaikan omongannya tadi. "Aku punya kok."
"Oh, di sini juga ada uang," kata Chap, dan Bibi Helen tampak puas.
"Berapa?" tanyanya. "Sembilan ratus dolar lebih sedikit. Trevor senang
menyimpan uang kecil." "Berikan padaku," desak Bibi Helen. "Menurutmu
kami boleh mengambilnya?" tanya si ibu. "Sebaiknya Anda ambil," kata
Chap muram. "Kalau tidak, uang itu akan dihitung sebagai kekayaannya
dan IRS akan mengambilnya." "Apa lagi yang akan dihitung sebagai
kekayaannya?" tanya si bibi. "Semua ini," jawab Chap, melambaikan
tangannya ke' seluruh ruangan sambil menghampiri meja kerja.
Dikeluarkannya amplop kusut yang penuh dengan uang dalam berbagai
nilai nominal, uang yang baru saja mereka ambil dari rumah sewaan di
seberang jalan. Diberikannya amplop tersebut pada Helen, yang
menyambarnya dan menghitung isinya. "Sembilan ratus dua puluh, dan
uang kecil," Chap memberitahu. "Bank apa yang digunakannya?" tanya
Helen. "Saya tak tahu. Seperti kata saya tadi, dia sangat tertutup dalam hal
uangnya." Dan dari sudut pandang tertentu, Chap memang mengatakan
yang sebenarnya. Trevor memindahkan $900.000 dari Bahama ke Bermuda,
dan dari sana jejaknya menghilang. Uang itu sekarang tersembunyi di suatu
bank entah di mana, dalam rekening yang hanya bisa diakses Trevor
Carson. Mereka tahu dia menuju Grand Cayman, namun bankir-bankir di
sana terkenal dalam memegang kerahasiaan mereka. Penyelidikan intensif
selama dua hari tidak menghasilkan apa-apa. Si penembak Trevor
mengambil dompet dan kunci kamarnya. Sementara polisi memeriksa
lokasi kejahatan, penembak itu menggeledah kamar hotelnya. Di laci
tersembunyi uang kontan sekitar $8.000, dan tidak ada benda penting
lainnya. Tidak ada petunjuk tentang di mana Trevor menyimpan uangnya.
Orang-orang di Langley menyimpulkan bahwa entah mengapa, Trevor
curiga dirinya dibuntuti. Sebagian besar uangnya lenyap, meskipun
mestinya dia bisa menyimpannya di bank di Bermuda. Kamar hotelnya
tidak dipesan lebih dulu—dia datang begitu saja dan membayar tunai untuk
satu malam. Orang yang melarikan diri, memindahkan $900.000 dari satu
pulau ke pulau berikutnya, seharusnya punya bukti tentang kegiatan
perbankannya. Namun Trevor tidak memilikinya sepotong pun. Sementara
Bibi Helen asyik menghitung uang yang pasti merupakan satu-satunya jatah
mereka dari kekayaan Trevor, Wes memikirkan harta karun yang lenyap di
suatu tempat di Karibia itu. "Kita harus berbuat apa sekarang?" tanya ibu
Trevor. Chap mengangkat bahu dan menjawab, "Saya rasa Anda harus
memakamkannya." "Bisakah kau membantu kami?" "Sebetulnya itu bukan
tugas saya. Saya—" "Apakah sebaiknya dia kami bawa pulang ke
Scranton?" tanya Helen. "Terserah Anda." "Berapa biayanya?" tanya Helen.
"Saya tak tahu. Belum pernah saya mengurus hal seperti ini." "Tapi semua
temannya di sini," kata ibunya, menyeka matanya dengan tisu. "Sudah lama
dia meninggalkan Scranton," kata Helen, matanya memandang ke segala
arah, seakan ada kisah panjang di balik kepergian Trevor dari Scranton.
Pasti, pikir Chap. "Aku yakin teman-temannya di sini ingin mengadakan
acara, untuk mengenangnya," kata Mrs. Carson. "Sebetulnya, kami sudah
merencanakannya," kata Chap. "Aduh!" katanya, senang. "Ya, pukul empat
besok." "Di mana?" "Tempat yang bernama Pete's, beberapa blok dari sini."
"Pete's?" tanya Helen. "Tempat itu, yah, semacam restoran." "Restoran.
Kenapa tidak di gereja?" "Saya kira dia tak ke gereja." "Waktu masih keciL
ya," tukas ibunya sengit. Untuk mengenang Trevor, happy hour pukul 17.00
akan dimulai pukul 16.00, dan berlangsung sampai tengah malam. Bir lima
puluh sen, favorit Trevor. "Haruskah kami datang?" tanya Helen, merasa
bakal ada masalah. "Saya rasa jangan." "Kenapa?" tanya Mrs. Carson.
"Suasananya mungkin akan tak enak. Sekumpulan pengacara dan hakim,
Anda tahu sendiri bagaimana." Dia mengerutkan kening pada Helen, dan
wanita tua itu memahami maksudnya. Mereka bertanya tentang rumah
pemakaman dan pekuburan, Chap merasa semakin terseret ke dalam
masalah mereka. CIA membunuh Trevor. Apakah mereka berkewajiban
menguburkannya dengan pantas? Menurut Klockner tidak. Setelah wanita-
wanita itu pergi, Wes dan Chap menyelesaikan pembongkaran kamera,
kabel, mikrofon, dan alat penyadap. Mereka merapikan tempat itu, dan
ketika mereka mengunci pintu-pintu untuk terakhir kalinya, kantor Trevor
tidak pernah serapi itu. Setengah tim Klockner sudah meninggalkan kota.
Setengah lainnya memonitor Wilson Argrow di dalam Trumble. Dan
mereka menunggu. Setelah para pemalsu di Langley selesai membuat >,
arsip pengadilan Argrow, arsip itu dimasukkan ke kardus dan diterbangkan
ke Jacksonville dengan jet ¦ kecil bersama tiga agen. Di antara sekian
banyak 1 benda lainnya, kardus itu berisi dakwaan setebal 51 halaman yang
disampaikan di hadapan grand jury di Dade County, arsip korespondensi
berisi surat-surat dari pembela Argrow dan kejaksaan, map tebal berisi
berbagai mosi dan manuver prapersidangan lain, memo-memo penelitian,
daftar saksi, ringkasan persidangan, catatan persidangan, analisis juri,
ringkasan persidangan, laporan sebelum pengambilan putusan, dan
hukuman akhirnya sendiri. Arsip itu cukup teratur, meskipun tidak terlalu
rapi supaya tidak mencurigakan. Beberapa halaman kotor, dan ada yang
hilang, staples terlepas, sentiman-sentuhan kecil realitas yang dengan hati-
hati ditambahkan orang-orang Dokumen untuk menimbulkan kesan
autentik. Sembilan puluh persen di antaranya takkan dibutuhkan Beech dan
Yarber, namun ketebalannya membuatnya tampak meyakinkan. Bahkan
kardusnya pun tampak lusuh. Kardus itu dibawa ke Trumble oleh Jack
Argrow, pengacara real estate yang hampir pensiun dari Boca Raton,
Florida, dan saudara si narapidana. Sertifikat Pengacara Argrow telah difaks
ke birokrat Trumble, dan namanya tercantum dalam daftar pengacara yang
diizinkan datang. Jack Argrow sebetulnya Roger Lyter, sudah -tiga belas
tahun bergabung dengan CIA dan memiliki gelar hukum dari Texas. Dia
belum pernah bertemu dengan Kenny Sands, yang menyamar sebagai
Wilson Argrow. Keduanya bersalaman dan saling menyapa sementara Link
menatap curiga kardus di atas meja. "Apa isinya?" dia bertanya. "Catalan
pengadilanku," jawab Wilson. "Cuma surat-surat," tambah Jack. Link
merogoh kardus dan menggeser-geser beberapa map. dalam beberapa detik
pemeriksaan selesai dan dia pun keluar ruangan. Wilson menyodorkan
selembar kertas ke seberang meja, dan berkata, "hai affidavit-nya. Transfer
uangnya ke bank di Panama, lalu buatkan aku verifikasi tertulis supaya ada
yang bisa kutunjukkan pada mereka." "Berkurang sepuluh persen." "Ya, itu
yang mereka kira." Geneva Trust Bank di Nassau belum dihubungi. Sia-sia
dan riskan melakukannya. Tak satu bank pun mau mengeluarkan dana
dalam situasi yang diciptakan Argrow. Dan pertanyaan-pertanyaan akan
timbul jika dia mencobanya. Yang ditransfer ke Panama itu uang baru.
"Langley agak waswas," kata si pengacara. "Aku lebih cepat dari jadwal,"
tukas si bankir. Kardus itu dikosongkan di meja perpustakaan hukum.
Beech dan Yarber memilah-milah isinya sementara Argrow, klien baru
mereka, mengawasi sambil berpura-pura berminat. Spicer punya kegiatan
lain. Dia sedang asyik bermain poker mingguannya. "Mana laporan
penjatuhan hukumannya?" tanya Beech, mencari-cari. "Aku ingin melihat
dakwaannya," gumam Yarber. Mereka menemukan yang mereka inginkan,
lalu duduk di kursi untuk membaca sepanjang siang. PiHhan Beech cukup
membosankan. Pilihan Yarber tidak. Dakwaannya seperti cerita kriminal.
Argrow, bersama tujuh bankir lain, lima akuntan, lima pialang sekuritas,
dua pengacara, sebelas pria yang hanya disebut sebagai pengedar obat bius,
dan enam pria dari Colombia telah mengorganisir dan mengelola usaha
yang bertujuan mengubah uang hasil obat bius menjadi deposito-deposito
terhormat. Setidaknya $400 juta telah dicuci sebelum kelompok tersebut
disusupi, dan tampaknya posisi Argrow tepat di intinya. Yarber
mengaguminya. Jika separo saja dari tuduhan-tuduhan itu benar, berarti
Argrow pelaku keuangan yang sangat pintar dan berbakat. Argrow bosan
dengan suasana hening, dan menyingkir untuk berjalan-jalan di sekitar
penjara. Setelah selesai membaca dakwaan itu, Yarber menyela Beech dan
menyuruhnya membacanya Beech juga menyukainya. "Pasti," katanya, "dia
menyembunyikan sebagian uang itu di suatu tempat." "Jelas," Yarber
menyetujui. "Empat ratus juta dolar, dan itu hanya yang bisa mereka
temukan. Bagaimana dengan permohonan bandingnya?" "Kelihatannya tak
bagus. Hakimnya bertindak sesuai dengan aturan. Aku tak melihat ada
kesalahan." "Kasihan." "Kasihan apanya. Dia akan bebas empat tahun lebih
dulu dariku." "Kurasa tidak, Beech. Natal kemarin adalah Natal terakhir
kita di penjara." "Kau betul-betul percaya itu?" "Persis." Beech meletakkan
kembali dakwaan itu di meja, lalu berdiri, menggeliat, dan mondar-mandir.
"Mestinya sekarang kita sudah mendapat kabar," katanya, sangat pelan
meskipun tidak ada orang lain di situ. "Sabar." "Tapi pemilihan
pendahuluan sudah hampir berakhir. Dia hampir selalu di Washington.
Sudah seminggu surat itu diterimanya." "Dia tak bisa mengabaikannya,
Hatlee. Dia sedang memutar otak untuk tindakannya selanjutnya. Itu saja."
Memo terakhir dari Bureau of Prisons membingungkan sipir. Apakah
orang-orang di atas sana tidak punya kegiatan selain memandangi
peta0penjara-penjara federal!dan menen4ukan akan mengerjai icpa hari$ini
Dia punya saudar` yang memperolel $150.000 dqri menual lobil bekas,$dia
sendirk mendapat setengahnya dengan mmngurus penjara dan membaca
memo-memo toloL dari jos-bos yang digaji 100.000 dolar, padahal tmdak
melakukan sesuatu yang prouktif. ia {udah muak! REj Kunjungan
Pngacara,Penjara Federal Trumbe Abaikcn parintah ebElumnya, perintah
tersebut mem"ctasi kunjengAn pengacara pada hari Selasa, Kamis, dan
S!btu, dari pukul 15.00 sampai 16.00. Sekarang pdngacara diizinkan
burkunjung tujuh hari semingu,!dari pukUl 09.00 sampai 19.00. "Harus a`a
0engacaa mati supaya peraturan-peraturan bisa barubah," guamnya
pela..pTiga$Puluh Lima JAUH di gcrasi ruang bawah tanah, mereka
mendorong Deddy Maynardke dalamvan `!n mengunci pintunya York dan
Deville du$uk bersi}anya. Segrang sopmr dan pengawcl mengurus van,
yang dilengkapi televii, stereo, dan br kecildengan a)r botolan dan soda,
semuanya tiak(dipedulikan Teddy. Direktur CIA itu tidak banyak bicara,
dan tidak suka menghadapi satu jam mendatang. Dia capek—capek karena
pekerjaannya, capek karena perjuangannya, capek memaksa diri menjalani
satu hari lagi, lalu satu hari lagi. Berjuanglah enam bulan lagi, begitu
katanya dalam hati berulang kali, setelah itu menyerahlah dan biarkan orang
lain mengkhawatirkan cara menyelamatkan dunia. Dia akan pergi diam-
diam ke tanah pertanian yang kecil di West Virginia. Di sana dia akan
duduk di tepi kolam, memandangi dedaunan jatuh ke air, dan menunggu
akhir hayatnya. Dia begitu capek merasakan sakit ini. Di depan mereka ada
mobil hitam dan di belakang ada mobil abu-abu. Konvoi kecil itu melaju
mengitari Beltway, kemudian ke timur menyeberangi Roosevelt Bridge dan
memasuki Constitution Avenue. Teddy diam, jadi York dan Deville pun
begitu. Mereka tahu betapa atasan mereka itu membenci apa yang akan
dilakukannya. Dia berbicara dengan Presiden sekali seminggu, biasanya
Rabu pagi, selalu melalui telepon jika Teddy bisa menentukan. Terakhir
mereka bertemu sembilan bulan lahi waktu Teddy di rumah sakit dan
Presiden perlu di ben tahu sesuatu. Mereka biasanya sama-sama berhak
menentukan, tapi Teddy tidak senang berkedudukan sejajar dengan presiden
yang mana pun. Permintaannya akan dituruti, tapi memintanya
membuatnya merasa terhina. Selama tiga puluh tahun dia berurusan dengan
enam presiden, dan senjata rahasianya jadi andalannya Kumpulkan
informasi rahasia, timbun, jangan beritahu presiden semuanya, dan sesekali
bungkus mukjizat kecil dan antarkan ke Gedung Putih. Presiden yang ini
masih marah karena kekalahan memalukan bersangkutan dengan perjanjian
larangan uji coba nuklir yang ikut disabot Teddy. Sehari sebelum Senat
menolaknya, CIA membocorkan laporan rahasia yang menimbulkan
keprihatinan tentang perjanjian tersebut, dan Presiden pun dibantai habis-
habisan. Dia akan meninggalkan kursi kepresidenan, singa ompong yang
lebih memikirkan peninggalannya daripada masalah-masalah negara yang
mendesak. Teddy sudah pernah menghadapi singa-singa ompong, dan
mereka sangat mengesalkan. Karena tidak perlu memikirkan para pemilih
lagi, mereka berkutat dengan rencana besar mereka. Di akhir masa kejayaan
mereka, mereka suka bepergian, bersama banyak teman, ke berbagai negeri
asing dan mengadakan pertemuan puncak dengan singa-singa ompong lain
di sana. Mereka mengkhawatirkan perpustakaan kepresidenan mereka. Dan
foto-foto mereka. Dan biografi mereka, jadi mereka menghabiskan waktu
dengan para ahli sejarah. Seiring berjalannya waktu mereka jadi semakin
bijaksana dan filosofis, pidato mereka semakin hebat. Mereka bicara
tentang masa depan, tantangan-tantangan, dan bagaimana berbagai masalah
seharusnya ditangani, sengaja mengabaikan fakta bahwa mereka telah
diberi waktu delapan tahun untuk melakukan semua yang perlu dilakukan.
Tidak ada yang lebih buruk daripada singa ompong. Dan Lake akan seburuk
itu juga jika dan ketika punya kesempatan untuk berbuat begitu. Lake.
Penyebab Teddy pergi ke Gedung Putih, merunduk, merendahkan diri
sebentar. Mereka diizinkan masuk lewat Sayap Barat, Teddy hams menahan
kekesalan karena kursi rodanya diperiksa agen Secret Service. Mereka lalu
mendorongnya ke kantor kecil di samping ruang kabinet. Seorang sekretaris
yang sibuk memberitahu tanpa meminta maaf bahwa Presiden akan
terlambat. Teddy tersenyum, melambaikan tangan, dan menggumamkan
sesuatu yang intinya adalah presiden yang satu ini memang tidak pernah
tepat waktu dalam hal apa pun. Dia sudah menghadapi banyak sekretaris
cerewet seperti wanita itu, di posisi yang sama dengan posisinya sekarang,
dan yang lain sudah lama pergi. Wanita itu membawa York, Deville, dan
orang-orang lainnya pergi ke ruang makan, tempat mereka akan makan
sendirian. Teddy menunggu, seperti yang sudah dikiranya. Dia membaca
laporan tebal seolah waktu tak penting. Sepuluh menit berlalu. Mereka
menghidangkan kopi. Dua tahun lalu Presiden datang ke Langley, dan
Teddy membuatnya menunggu 21 menit. Saat itu Presiden membutuhkan
pertolongannya, ada masalah kecil yang perlu dibereskan. Satu-satunya
keuntungan jadi orang lumpuh adalah tidak perlu melompat berdiri saat
Presiden memasuki ruangan. Akhirnya orang itu datang bergegas-gegas,
miringi para asisten yang terbmt-birit, seolah ini akan membuat Teddy
Maynard terkesan. Mereka bersalaman dan saling menyapa dengan sopan,
sementara para asisten menghilang. Pelayan datang dan meletakkan piring-
piring kecil berisi salad sayuran di hadapan mereka. "Senang bertemu
denganmu," kata Presiden dengan suara lembut dan senyum semanis madu.
Simpan saja untuk televisi, pikir Teddy, dan tidak sanggup memaksa diri
membalas kebohongan pria itu. "Anda kelihatan sehat," katanya, hanya
karena itu memang ada benarnya. Rambut Presiden baru dicat, dan dia
tampak lebih muda. Mereka makan salad, dan keheningan menyelubungi
mereka. Tak satu pun menginginkan makan siang yang panjang. "Prancis
menjual mainan pada Korea Utara lagi," kata Teddy, menawarkan serpihan
informasi. "Mainan seperti apa?" tanya Presiden, meskipun tahu persis
mengenai jual-beli itu. Dan Teddy tahu dia tahu. "Radar stealth versi
mereka, yang sebetulnya tindakan bodoh, karena mereka belum
menyempurnakannya. Tapi Korea Utara lebih bodoh lagi karena mau
membayarnya. Mereka bersedia membeli apa pun dari Prancis, terutama
jika Prancis berusaha menyembunyikannya. Tentu saja Prancis tahu ini, jadi
semuanya serba diam-diam dan Korea Utara membayar mahal." Presiden
menekan tombol dan pelayan datang untuk mengambil piring-piring
mereka. Pelayan lain membawakan ayam dan pasta. "Bagaimana
kesehatanmu?" tanya Presiden. "Begitulah. Saya mungkin akan pergi
bersamaan dengan Anda." Berita ini menyenangkan mereka berdua,
prospek bahwa yang lain akan pergi. Tanpa alasan yang jelas, Presiden
lantas asyik bercerita panjang-lebar tentang wakil presidennya, dan betapa
hebat orang itu nanti di Ruang Oval. Dia mengabaikan makan siang dan
sangat bersungguh-sungguh ketika mengatakan betapa wakilnya itu sangat
baik, pemikir yang brilian, dan pemimpin yang andal. Teddy
mempermainkan ayamnya. "Bagaimana pendapatmu tentang pemilihan
presiden ini?" Presiden bertanya. "Sejujurnya, saya tak peduli," kata Teddy,
berbohong lagi. "Seperti kata saya tadi, saya akan meninggalkan
Washington bersamaan dengan Anda, Mr. President. Saya akan pergi ke
tanah pertanian kecil saya. Di sana tak ada televisi ataupun surat kabar, saya
cuma akan memancing sedikit dan banyak beristirahat. Saya lelah, Sir."
"Aaron Lake menakutkanku," kata Presiden. Kau tak tahu apa-apa, pikir
Teddy. "Kenapa?" tanyanya, sambil mengunyah makanannya. Makanlah,
biarkan dia bicara. "Isu tunggal. Hanya masalah pertahanan. Begitu diberi
sumber daya tak terbatas, Pentagon akan menghamburkan dana yang cukup
untuk memberi makan dunia ketiga. Dan semua uang ini membuatku
waswas." Sebelum ini kok tidak. Teddy sama sekali tidak menginginkan
perbincangan panjang dan tak berguna tentang politik. Mereka membuang-
buang waktu. Makin cepat dia menyelesaikan urusannya, makin cepat dia
bisa kembali ke Langley yang aman. "Saya kemari untuk minta
pertolongan," katanya perlahan. "Ya, aku tahu. Apa yang bisa kubantu?"
Presiden tersenyum dan mengunyah,, menikmati ayam dan kesempatan
langka berada di atas angin. "Ini agak tak biasa. Saya ingin meminta grasi
untuk tiga narapidana federal." Presiden berhenti mengunyah dan
tersenyum, bukan karena terkejut, melainkan karena bingung. Grasi
biasanya masalah sepele, kecuali kalau melibatkan mata-mata, teroris, atau
politisi bereputasi buruk. "Mata-mata?" tanya Presiden. "Bukan. Hakim.
Satu dari California, satu dari Texas, satu dari Mississippi. Mereka dihukum
bersama di penjara federal di Florida." "Hakim?" "Ya, Mr. President" "Aku
kenal orang-orang ini?" "Saya rasa tidak. Yang dari California pernah
menjadi hakim ketua Mahkamah Agung di sana. Dia ditarik, lalu punya
masalah sedikit dengan IRS." "Kurasa aku ingat." "Dia didakwa mengelak
membayar pajak dan dihukum tujuh tahun. Dia sudah menjalani dua tahun.
Yang dari Texas adalah hakim persidangan, ditunjuk di masa pemerintahan
Reagan. Dia mabuk dan menewaskan sepasang pejalan kaki di
Yellowstone." "Aku ingat, tapi samar-samar." "Kejadiannya beberapa tahun
lalu. Yang dari Mississippi adalah hakim perdamaian yang ketahuan
menggelapkan keuntungan bingo" "Aku pasti tak mendengar tentang yang
satu ini." Lama suasana hening sementara mereka memikirkan berbagai
pertanyaan. Presiden bingung dan tidak tahu mesti mulai dari mana. Teddy
tidak tahu pasti apa yang akan terjadi, jadi mereka menghabiskan makanan
dalam kesunyian. Tidak ada yang menginginkan hidangan penutup.
Permintaan itu enteng, setidaknya bagi Presiden. Ketiga narapidana itu bisa
dianggap tak dikenal, seperti juga korban-korban mereka. Jika terjadi
kesalahan, akibatnya akan cepat berlalu dan tidak menyakitkan, terutama
bagi politisi yang kariernya berakhir kurang dari tujuh bulan lagi. Dia
pernah ditekan untuk mengabulkan permintaan-permintaan yang jauh lebih
sulit. Selalu ada beberapa mata-mata Rusia yang mereka lobi supaya
dipulangkan. Ada dua usahawan Meksiko dipenjara di Idaho gara-gara
mengedarkan obat bius, dan setiap kali ada pembicaraan tentang suatu
perjanjian, grasi mereka selalu jadi masalah. Ada seorang Yahudi Kanada
yang dipenjara seumur hidup karena kegiatan spionase, dan Israel bertekad
mengeluarkannya. Tiga hakim yang tak dikenal? Presiden bisa
menggoreskan tanda tangannya tiga kali dan masalah akan selesai. Teddy
akan berutang budi padanya. Masalahnya sepele, namun tak ada alasan
untuk mempermudah urusan Teddy. "Aku yakin ada alasan yang kuat untuk
permintaan ini," katanya. "Tentu saja." "Masalah keamanan nasional?"
'Tidak juga. Cuma untuk menolong teman-teman lama." "Teman-teman
lama? Kau kenal orang-orang ini?" "Tidak. Tapi saya kenal teman-teman
mereka." Kebohongannya begitu mencolok sehingga Presiden nyaris bisa
melihatnya dengan mata terpejam. Bagaimana Teddy bisa mengenal teman-
teman tiga hakim yang kebetulan dipenjara bersama? Percuma saja
mencecar Teddy Maynard, cuma bikin frustrasi. Dan Presiden tidak mau
berbuat serendah itu. Dia tidak sudi meminta informasi yang takkan pernah
diperolehnya. Apa pun motif Teddy, orang itu akan membawanya sampai ke
liang kubur. "Ini agak membingungkan," komentar Presiden sambil
mengangkat bahu. "Saya tahu. Biarkan saja begitu." "Apa risikonya?" "Tak
banyak. Keluarga kedua anak yang tewas di Yellowstone itu mungkin akan
memprotes, dan saya takkan menyalahkan mereka." "Kapan kejadiannya?"
"Tiga setengah tahun yang lalu/' "Kau ingin aku memaafkan seorang hakim
federal Republik?" "Dia sudah bukan Republik lagi, Mr. President. Mereka
harus melepaskan diri dari politik begitu menduduki kursi hakim. Karena
sekarang dia dipenjara, mengikuti pemilu pun tak boleh. Saya yakin jika
Anda mengabulkan grasinya, dia akan jadi pengagum berat Anda." "Aku
yakin." "Jika akan membuat masalahnya jadi lebih mudah, orang-orang itu
akan setuju untuk meninggalkan negeri ini selama paling tidak dua tahun."
"Kenapa?" "Mungkin akan timbul kesan tak enak kalau mereka pulang ke
tempat asal mereka. Orang-orang akan tahu mereka dibebaskan lebih cepat.
Urusan ini bisa dilakukan dengan sangat diam-diam." "Apakah hakim dari
California itu akhirnya membayar pajak yang hendak dihindarinya?" "Ya."
"Dan apakah pria dari Mississippi itu mengganti uang yang dicurinya?"
"Ya, Sir." Semua pertanyaan tersebut tidak penting. Dia hanya harus
bertanya. Permintaan tolong terakhir berhubungan dengan spionase nuklir.
CIA punya laporan yang mendokumentasikan penyusupan luas mata-mata
Cina di dalam dan melalui semua tingkat program senjata nuklir AS.
Presiden mengetahui laporan tersebut hanya beberapa hari sebelum
dijadwalkan mengunjungi Cina untuk pertemuan puncak yang sangat
digembargemborkan. Dia mengundang Teddy makan siang, dan sambil
menikmati ayam dan pasta yang sama dia minta laporan itu disimpan dulu
selama beberapa minggu. Teddy setuju. Belakangan, dia ingin laporan
tersebut dimodifikasi supaya kesalahan lebih banyak ditimpakan pada
pemerintahan sebelumnya. Ketika laporan itu akhirnya dikeluarkan,
Presiden berhasil menangkis sebagian besar kesalahan. Spionase Cina dan
keamanan nasional, versus tiga mantan hakim tak dikenal. Teddy tahu dia
akan memperoleh pengampunannya. "Jika meninggalkan negara ini, mereka
akan pergi ke mana?" tanya Presiden. "Kami belum memastikan." Pelayan
menghidangkan kopi. Setelah dia pergi, Presiden bertanya, "Apakah ini bisa
merugikan Wakil Presiden?" Dengan wajah tanpa ekspresi juga, Teddy
menjawab, "Tidak. Bisa merugikan bagaimana?" "Mana aku tahu. Aku tak
tahu apa yang sedang kaurencanakan." "Tak ada yang perlu dikhawatirkan,
Mr. President. Saya cuma minta tolong sedikit. Jika mujur, masalah ini
takkan muncul dalam laporan apa pun." Mereka meminum kopi dan sama-
sama ingin pergi. Siang ini jadwal Presiden penuh dengan * urusan-urusan
yang jauh lebih menyenangkan. Teddy ingin tidur. Presiden lega
permintaannya begitu gampang. Teddy berpikir, Kalau saja kau tahu. "Beri
aku beberapa hari untuk memikirkan latar belakangnya," kata Presiden.
"Permintaan-permintaan seperti ini banyak sekali, kau pasti bisa
menduganya. Kelihatannya semua orang minta bagian, karena sekarang
hari-hariku sudah bisa dihitung." "Bulan terakhir Anda di sini akan jadi
bulan paling membahagiakan," kata Teddy sambil tersenyum, sesuatu yang
jarang terjadi. "Saya tahu karena sudah berhubungan dengan beberapa
presiden." Setelah bersama selama empat puluh menit, mereka bersalaman
dan berjanji akan bicara lagi beberapa hari yang akan datang. Ada lima
mantan pengacara di Trumble, dan yang terbaru tengah menggunakan
perpustakaan ketika Argrow masuk. Orang malang itu berkutat menyusun
argumen di buku catatannya, sibuk bekerja, pasti sedang menggarap
permohonan banding terakhirnya yang lemah. Spicer sedang menata buku-
buku .hukum dan berhasil tampak cukup sibuk. Beech di dalam ruangan,
menulis sesuatu. Yarber absen. Argrow mengeluarkan kertas putih terlipat
dari saku, dan memberikannya pada Spicer. "Aku baru saja bertemu dengan
pengacaraku," dia berbisik. "Apa ini?" tanya Spicer, memegang kertas tadi.
"Konfirmasi transfer. Uangmu sekarang di Panama." Spicer memandang si
pengacara di seberang ruangan, tapi orang itu tidak memperhatikan apa pun
selain buku catatannya. "Terima kasih," bisiknya. Argrow keluar ruangan,
dan Spicer membawa kertas itu pada Beech, yang mempelajarinya dengan
cermat. Jarahan mereka sekarang aman dijaga First Coast Bank of Panama.
Tiga Puluh Enam BERAT badan Joe Roy turun empat kilo lagi, merokok
hanya sepuluh batang sehari, dan berjalan kaki rata-rata 40 kilometer per
minggu di trek. Argrow menemukannya di sana, berjalan bolak-balik di
panas matahari siang. "Mr. Spicer, kita harus bicara," kata Argrow. "Dua
putaran lagi," kata Joe Roy tanpa menghentikan langkahnya. Argrow
memandanginya selama beberapa detik, kemudian berlari 50 meter sampai
menyusulnya. "Keberatan aku ikut?" tanyanya. "Sama sekali tidak." Mereka
berjalan ke putaran pertama, langkah demi langkah. "Aku barusan bertemu
pengacaraku lagi," Argrow memberitahu. "Saudaramu?" tanya Spicer,
terengah-engah. Langkahnya tidak seringan Argrow, pria yang dua puluh
tahun lebih muda. "Ya. Dia sudah bicara dengan Aaron Lake." Spicer
langsung berhenti seperti menabrak dinding. Dia melotot pada Argrow, lalu
melihat sesuatu di kejauhan. "Seperti kataku tadi, kita harus bicara."
"Kurasa begitu," kata Spicer. "Kutemui kau di perpustakaan hukum
setengah jam lagi," kata Argrow, dan melangkah pergi. Spicer
mengawasinya sampai dia lenyap. Tidak ada Jack Argrow, pengacara, di
halaman kuning Boca Raton, <lan ini awalnya menimbulkan kekalutan.
Finn Yarber sibuk menelepon dengan telepon tak aman, mencari di seluruh
South Florida. Ketika dia meminta sambungan ke Pompano Beach, operator
berkata, "Tunggu sebentar," dan Finn tersenyum. Dia mencatat nomor itu,
dan menghubunginya. Suara yang direkam berkata, "Anda telah
menghubungi kantor pengacara Jack Argrow. Mr. Argrow hanya bisa
ditemui dengan perjanjian, jadi silakan tinggalkan nama dan nomor telepon
Anda serta deskripsi singkat real estate yang Anda inginkan, kami akan
menghubungi Anda." Finn meletakkan telepon dan berjalan cepat-cepat
melintasi halaman menuju perpustakaan hukum tempat kolega-koleganya
menunggu. Argrow sudah terlambat sepuluh menit. Sesaat sebelum dia tiba,
mantan pengacara yang sama memasuki ruangan sambil membawa map
tebal, jelas siap menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencoba
menyelamatkan dirinya. Memintanya pergi bisa menimbulkan perkelahian
dan membangkitkan kecurigaan, lagi pula dia bukan tipe yang menghormati
hakim. Satu per satu mereka masuk ke ruang rapat kecil, tempat Argrow
bergabung dengan mereka. Ruangan tersebut terasa sesak ketika Beech dan
Yarber bekerja di situ, menulis surat. Dengan datangnya Argrow, yang
membawa kabar menyesakkan, belum pernah ruangan itu terasa begitu
penuh. Mereka duduk di sekeliling meja kecil, masing-masing bisa
mengulurkan tangan dan saling menyentuh. "Aku cuma tahu apa yang
diberitahukan padaku," Argrow memulai. "Saudaraku adalah pengacara
setengah pensiun di Boca Raton. Dia punya uang, dan selama bertahun-
tahun aktif dalam politik Partai Republik di South Florida. Kemarin dia
didekati orang-orang yang bekerja pada Aaron Lake. Mereka sudah
menyelidiki dan tahu bahwa aku saudaranya, dan bahwa aku di Trumble
sini bersama Mr. Spicer. Mereka berjanji, menyuruhnya bersumpah supaya
tutup mulut dan sekarang dia menyuruhku bersumpah supaya tutup mulut.
Karena sekarang semua sudah jelas dan terjamin kerahasiaannya, kurasa
kalian bisa bercerita." Spicer belum mandi. Kaus dan wajahnya masih
basah, tapi napasnya sudah lebih pelan. Beech dan Yarber tidak bersuara
sedikit pun. Majelis sama-sama terpesona. Teruskan, kata mata mereka.
Argrow memandang ketiga wajah itu, dan semakin berani. Dia merogoh
saku dan mengeluarkan selembar kertas, yang dibuka dan diletakkannya di
hadapan mereka. Itu kopi surat terakhir mereka kepada Al Konyers, surat
keluar, tuntutan pemerasan, ditandatangani Joe Roy Spicer, beralamat di
Trumble Federal Prison. Mereka sudah hafal kata-kata itu, jadi tidak perlu
membacanya lagi. Mereka mengenali tulisan tangannya, tulisan si Ricky
malang, dan sadar bahwa lingkaran telah terbentuk. Dari Majelis ke Mr.
Lake, dari Mr. Lake ke saudara Argrow, dari saudara Argrow kembali ke
Trumble, semua dalam tiga belas hari. Spicer akhirnya mengambil kertas
itu, dan membaca sekilas kata-katanya. "Kurasa kau tahu semuanya, ya?"
tanyanya. "Aku Ijak tahu seberapa banyak yang kuketahui." "Beritahu karni
apa yang mereka katakan padamu." "Kalian melakukan tipuan, kalian
bertiga. Kalian memasang iklan di majalah-majalah homo, kalian menjalin
hubungan dengan pria-pria tua, melalui surat, kalian entah bagaimana
mengetahui identitas asli mereka, lalu kalian peras uang mereka." "Itu
ringkasan yang cukup tepat," komentar Beech. "Dan Mr. Lake melakukan
kesalahan dengan menjawab salah satu iklan kalian. Aku tak tahu kapan dia
melakukannya, dan aku tak tahu bagaimana kalian tahu siapa dia
sebenarnya. Ada beberapa hal yang masih gelap, sepanjang
pengetahuanku." "Sebaiknya biarkan tetap begitu," kata Yarber. "Cukup
adil. Aku tak mengajukan diri untuk pekerjaan ini." "Apa yang akan
kaudapatkan dari semua ini?" tanya Spicer. "Pembebasan lebih cepat. Aku
akan di sini beberapa minggu lagi, lalu mereka akan memindahkanku. Aku
akan bebas akhir tahun nanti. Kalau saat itu Mr. Lake terpilih, aku akan
memperoleh pengampunan penuh. Lumayan, kan? Presiden yang
berikutnya berutang budi banyak pada saudaraku." "Jadi kau juru
rundingnya?" tanya Beech. "Bukan, aku pembawa pesannya." "Kalau
begitu bagaimana kalau kita mulai?" 453 "Kalian yang harus bergerak
duluan." "Kau sudah mendapat surat itu. Kami menginginkan uang dan
keluar dari tempat ini." "Berapa?" "Masing-masing dua juta," jawab Spicer,
dan kelihatan jelas bahwa ini sudah berkali-kali dibicarakan. Enam mata
mengawasi Argrow, menunggunya mengernyit, mengeratkan kening,
terkejut. Tapi tidak ada reaksi, hanya ada keheningan saat dia membalas
tatapan mereka. "Aku tak punya wewenang, oke? Aku tak bisa menerima
atau menolak tuntutan kalian. Aku cuma menyampaikan detail-detailnya
pada saudaraku." "Kami membaca surat kabar setiap hari," kata Beech. "Mr.
Lake punya lebih banyak uang daripada yang bisa dihabiskannya. Enam
juta cuma setetes air dalam ember." "Dia memiliki 78 juta di tangan, tanpa
utang," tambah Yarber. "Terserah apa katamu," kata Argrow. "Aku hanya
kurir, tukang antar surat, seperti Trevor." Mereka terpaku lagi, mendengar
nama almarhum pengacara mereka disebut. Mereka menatap tajam Argrow,
yang asyik memandangi kuku-kukunya, dan mereka bertanya-tanya dalam
hati apakah komentar tentang Trevor tadi diucapkan sebagai semacam
peringatan. Seberapa bahayanya permainan mereka sekarang? Mereka asyik
memikirkan uang dan kebebasan, tapi seberapa aman mereka saat ini?
Seberapa aman mereka nanti? Mereka akan selalu mengetahui rahasia Lake.
"Dan cara pembayarannya?'' Argrow bertanya. "Sangat sederhana," kata
Spicer. "Semua dibayar di muka, semua ditransfer ke tempat yang aman,
mungkin Panama." "Oke. Sekarang bagaimana dengan pembebasan
kalian?" tanya Argrow. "Memangnya kenapa?" tanya Beech. "Ada usul?"
"Tidak juga. Kami pikir Mr. Lake bisa mengaturnya. Dia punya banyak
teman akhir-akhir ini." "Ya, tapi dia belum menjadi presiden. Dia belum
bisa mengandalkan orang-orang yang tepat." "Kami tak mau menunggu
sampai Januari waktu dia dilantik," tukas Yarber. "Kami malah tak mau
menunggu sampai November untuk melihat apakah dia menang." "Jadi
kalian ingin dibebaskan sekarang?" "Secepatnya," sahut Spicer. "Apakah
penting bagaimana cara kalian dibebaskan?" Mereka berpikir sebentar, lalu
Beech menjawab, "Harus bersih. Kami tak ingin waswas sepanjang sisa
hidup kami. Kami tak mau selalu ketakutan." "Kalian ingin bebas
bersamaan?" "Ya," jawab Yarber. "Dan kami punya rencana .pasti tentang
bagaimana kami ingin melakukannya. Tapi, pertama-tama, kita perlu
menyepakati hal-hal yang penting—uang, dan kapan tepatnya kami pergi
dari sini." "Cukup adil. Dari sisi meja sebelah sini, mereka akan
menginginkan arsip-arsip kalian, semua surat, ; kartu, dan catatan tip*uan
kalian. Rupanya Mr. Lake harus memperoleh jaminan bahwa rahasianya
akan terkubur." "Kalau kami mendapat apa yang kami inginkan," kata
Beech, "dia tak perlu khawatir. Dengan senang hati kami akan melupakan
Aaron Lake. Tapi kami harus memperingatkanmu, supaya kau bisa
memperingatkan Mr. Lake, bahwa jika terjadi apa-apa pada kami, kisahnya
akan tetap bisa dibeberkan." "Kami punya kontak di luar," Yarber
memberitahu. "Namanya reaksi tertunda," tambah Spicer, seolah membantu
menjelaskan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. "Jika kami tertimpa sesuatu,
misalnya, yah, sama dengan nasib Trevor, beberapa hari kemudian bom
tunda itu akan meledak. Aib Mr. Lake tetap akan terbongkar." "Itu takkan
terjadi," kata Argrow. "Kau si pembawa pesan. Kau tak tahu apa yang akan
atau tidak akan terjadi," sambar Beech, memarahi. "Orang-orang ini juga
yang membunuh Trevor." "Kau tak tahu pasti soal itu." "Memang, tapi kami
punya pendapat." "Janganlah kita mempertengkarkan sesuatu yang tak bisa
kita buktikan, gentlemen" kata Argrow, menutup pertemuan. "Aku akan
bertemu saudaraku pukul sembilan pagi. Kita bertemu lagi di sini pukul
sepuluh." Argrow keluar ruangan, meninggalkan mereka duduk terpaku,
tenggelam dalam pikiran masing-masing, menghitung uang mereka tapi
takut untuk mulai membelanjakannya. Argrow menuju ke trek, tapi
berbelok ketika melihat sekelompok narapidana sedang ioging- Dia
mondar-mandir sampai menemukan tempat tersembunyi di belakang
kafeteria, lalu menelepon Klockner. Dalam waktu sejam, Teddy sudah
mendapat laporan itu. Tiga Puluh Tujuh BEL pukul 06.00 melengking di
seluruh penjuru Trumble, menyusuri koridor-koridor asrama, melintasi
halaman, mengitari gedung-gedung, masuk ke hutan yang mengelilingi
penjara itu. Bel tersebut berbunyi selama 35 detik tepat, sebagian besar
narapidana bisa memastikannya, dan ketika bunyinya berhenti tidak ada
yang masih tidur. Bel itu menyentakkan mereka, seolah banyak kejadian
penting hari itu, sehingga mereka hams bergegas dan bersiap-siap. Tapi
satu-satunya urusan mendesak hanya sarapan. V Bel tersebut mengagetkan
Beech, Spicer, dan Yarber, tapi tidak membangunkan mereka. Mereka tidak
bisa tidur, sebabnya sudah jelas. Mereka tinggal di asrama yang berlainan,
namun tidak mengherankan bila mereka bertemu di antrean kopi, pukul
06.10. Sambil membawa cangkir tinggi, dan tanpa bicara, mereka berjalan
ke lapangan basket tempat mereka duduk di bangku dan meneguk kopi di
keremangan pagi. Mereka memandangi halaman penjara; trek di belakang
mereka. Berapa hari lagi mereka akan memakai kemeja warna cokelat
zaitun dan duduk di bawah panas matahari Florida, dibayar beberapa sen
per jam tanpa melakukan apa pun, hanya menunggu, berkhayal, minum
bercangkir-cangkir kopi? Sebulan, atau dua bulan? Apakah hitungannya
sekarang hari? Berbagai kemungkinan itu menyebabkan mata mereka tak
bisa terpejam. "Cuma ada dua cara yang mungkin," kata Beech. Dia hakim
federal, dan mereka mendengarkan dengan cermat, meskipun masalahnya
sudah sering dibahas. "Yang pertama adalah kembali ke yurisdiksi yang
mengadili kita dan mengajukan mosi untuk pengurangan hukuman. Dalam
situasi yang sangat khusus, hakim persidangan kita memiliki wewenang
untuk membebaskan narapidana. Tapi itu jarang terjadi." "Pernah kau
melakukannya?" tanya Spicer. "Belum." "Brengsek." "Untuk alasan apa?"
Yarber bertanya. "Hanya kalau si narapidana memberikan informasi baru
tentang kejahatan-kejahatan lania. Jika si narapidana banyak membantu
pihak berwenang; hukumannya mungkin akan dikurangi beberapa tahun."
"Tak terlalu menjanjikan," komentar Yarber. "Cara yang kedua apa?" tanya
Spicer. "Kita dipindah ke lembaga pemasyarakatan, tempat yang sangat
menyenangkan, kita tak diharapkan hidup sesuai peraturan. Bureau of
Prisons memiliki wewenang tunggal dalam memindahkan narapidana: Jika
teman-teman baru kita di Washington menekan, Bureau dapat
mengeluarkan kita dari sini dan bisa dibilang melupakan kita." "Narapidana
tak perlu tinggal di lembaga pemasyarakatan?" tanya Spicer. "Perlu,
kebanyakan begitu. Tapi tempat-tempat itu berbeda. Ada yang dikunci saat
malam, dengan peraturan ketat Ada yang sangat longgar. Kau boleh
menelepon sekali sehari, atau sekali seminggu. Semua terserah Bureau."
'Tapi kita tetap akan jadi narapidana," kata Spicer. "Aku tak keberatan,"
kata Yarber. "Aku memang tak mau ikut pemilu lagi." "Aku punya ide,"
kata Beech. "Aku mendapatkannya tadi malam. Sebagai bagian dari
negosiasi kita, kita buat Lake sepakat mengampuni kita jika dia terpilih."
"Aku sudah memikirkan ide seperti itu juga," kata Spicer. "Aku juga," kata
Yarber. "Tapi peduli apa kalau kita punya catatan kriminal? Yang penting
kita keluar." "Tak ada salahnya memintanya," tukas Beech. Mereka
memusatkan perhatian pada kopi mereka selama beberapa menit. "Argrow
membuatku resah," kata Finn akhirnya. "Kenapa?" "Yah, dia datang kemari
entah dari mana, dan tiba-tiba jadi teman baik kita. Dia menangani uang
kita dengan menakjubkan, mentransfernya ke bank yang lebih aman.
Sekarang dia jadi penghubung untuk Aaron Lake. Jangan lupa, seseorang di
luar sana membaca surat kita. Dan orang itu bukan Lake" "Aku sih tak
mencurigainya," komentar Spicer. "Lake harus menemukan seseorang
untuk bicara pada kita. Dia memanfaatkan koneksinya, menyelidiki sedikit,
menemukan Argrow di sini, dan ternyata orang itu punya saudara yang bisa
mereka ajak bicara." "Apa menurutmu itu bukan terlalu kebetulan?" tanya
Beech. "Kau juga, heh?" "Mungkin. Finn pun benar. Kita tahu pasti, ada
orang lain terlibat." "Siapa?" "Itu dia masalahnya," kata Finn. "Itu sebabnya
sudah seminggu aku tak bisa tidur. Ada orang lain di luar sana." "Apa itu
betul-betul jadi masalah?" tanya Spicer. "Kalau Lake bisa mengeluarkan
kita dari sini, bagus. Kalau orang lain bisa mengeluarkan kita, memangnya
kenapa?" "Jangan lupa soal Trevor," kata Beech. "Dua peluru di kepala
belakangnya." "Tempat ini mungkin lebih aman dari yang kita kira." Spicer
tidak yakin. Dihabiskannya minumannya dan berkata, "Apa kalian benar-
benar berpikir bahwa Aaron Lake, orang yang sebentar lagi terpilih sebagai
presiden Amerika Serikat, mau repot-repot memerintahkan pembunuhan
pengacara kelas teri macam Trevor?" "Tidak," jawab Yarber. "Dia takkan
mau. Terlalu riskan. Dan dia takkan membunuh kita. Si orang misterius itu,
ya. Orang yang membunuh Trevor sama dengan yang membaca surat-surat
kita." "Aku tak yakin.' Mereka berkumpul di tempat yang sudah
diperkirakan Argrow, di perpustakaan hukum, dan mereka tampaknya
menunggu. Dia bergegas masuk, dan setelah yakin hanya ada mereka, dia
berkata, "Aku baru saja bertemu saudaraku lagi. Ayo kita bicara." Mereka
cepat-cepat masuk ruang rapat mereka, menutup pintu, dan berdesakan di
sekeliling meja. "Situasi akan berkembang sangat cepat," kata Argrow
gugup. "Lake akan membayar kalian. Uang itu akan ditransfer ke mana pun
yang kalian inginkan. Aku bisa membantu kalau kalian mau; jika tidak,
kalian boleh mengurusnya sesuai keinginan kalian." Spicer berdeham.
"Berarti masing-masing dua juta?" "Itu yang kalian minta. Aku tak kenal
Mr. Lake, tapi jelas dia bergerak cepat" Argrow melirik jam tangannya, lalu
menoleh ke pintu di belakangnya. "Ada beberapa orang dari Washington
ingin bertemu kalian. Orang-orang penting." Dia mencabut beberapa lipatan
kertas dari saku, membukanya, dan meletakkan selembar di hadapan
mereka masing-masing. "Ini grasi kepresidenan, ditandatangani kemarin."
Dengan sangat berhati-hati, mereka mengulurkan tangan, mengambil
kertas-kertas itu, dan berusaha membacanya. Surat-surat tersebut jelas
tampak resmi. Mereka terpesona melihat huruf-huruf tebal di bagian atas,
paragraf-paragraf panjang, tanda tangan efisien Presiden Amerika Serikat,
dan tak sepatah kata pun terucap. Mereka benar-benar terpana. "Kami
mendapat grasi?" Yarber akhirnya sanggup bertanya, suaranya kering. "Ya.
Dari Presiden Amerika Serikat." Mereka terus membaca. Mereka bergerak-
gerak gelisah, menggigit bibir, mengertakkan gigi, dan berusaha
menyembunyikan kekagetan mereka. "Kalian akan dijemput, diantar ke
kantor sipir, dan di sana orang-orang penting dari Washington itu akan
menyampaikan kabar baik ini. Pura-puralah terkejut, oke?" "Bukan
masalah." "Gampang." "Bagaimana kau bisa memperoleh kopi ini?" tanya
Yarber. "Semua ini diberikan pada saudaraku. Aku tak tahu bagaimana
baranya. Lake punya banyak teman yang berpengaruh. Yah, begini
kesepakatannya. Kalian akan dibebaskan dalam sejam. Sebuah van akan
membawa kalian ke Jacksonville, ke hotel tempat saudaraku akan menemui
kalian. Kalian akan menunggu di sana sampai transfer itu dikonfirmasi,
kemudian kalian akan menyerahkan semua arsip kotor kalian. Semuanya.
Mengerti?" Mereka mengangguk serentak. Untuk $2 juta, mereka boleh
mengambil semuanya. "Kalian akan sepakat untuk meninggalkan negara ini
secepatnya, dan tak kembali selama minimal dua tahun." "Bagaimana kami
bisa ke luar negeri?" tanya Beech. "Kami tak punya paspor, surat-surat."
"Saudaraku akan memberikan semua itu. Kalian akan diberi identitas baru,
dengan surat-surat lengkap, termasuk kartu kredit. Semua sudah menunggu
kalian." "Dua tahun?" ulang Spicer, dan Yarber menatapnya seolah dia
sudah kehilangan akal sehat. "Benar. Dua tahun. Itu termasuk kesepakatan.
Setuju?" "Entahlah," sahut Spicer, suaranya bergetar. Spicer belum pernah
meninggalkan Amerika Serikat. "Jangan tolol," bentak Yarber.
"Pengampunan penuh, sejuta dolar setahun untuk dua tahun tinggal di luar
negeri. Sialan, ya, kami akan menerima kesepakatan ini." Ketukan
mendadak di pintu mengagetkan mereka. Dua penjaga melongok ke dalam.
Argrow menyambar kopi grasi dan memasukkannya ke saku. "Kesepakatan
telah tercapai, gentlemen?" Mereka mengangguk mengiyakan, dan
ketiganya bersalaman dengannya. "Bagus," katanya. "Ingat, pura-pura
terkejut." Mereka mengikuti penjaga ke kantor sipir, lalu diperkenalkan
dengan dua pria berwajah sangat tegas dari Washington, satu dari
Kehakiman, satu lagi dari Bureau of Prisons. Sipir menyelesaikan
perkenalan kaku itu tanpa keliru menyebutkan nama, lalu menyerahkan
dokumen pada ketiganya. Dokumen itu versi asli surat-surat yang baru saja
ditunjukkan Argrow pada mereka. "Gentlemen" kata si sipir dengan gaya
sedramatis mungkin, "kalian baru saja diampuni oleh Presiden Amerika
Serikat." Dia tersenyum hangat, seolah karena dialah semua ini terjadi.
Mereka menatap grasi mereka, masih terkejut, masih pusing karena
berbagai pertanyaan, yang paling penting, Bagaimana Argrow bisa
mendului sipir menunjukkan dokumen-dokumen ini pada mereka? "Aku tak
tahu mesti bilang apa," gumam Spicer, lalu kedua temannya
menggumamkan sesuatu juga. Pria dari Kehakiman berkata, "Presiden
meninjau kasus kalian, dan beliau merasa hukuman kalian sudah cukup.
Beliau berpendapat lebih banyak yang bisa kalian berikan pada negara dan
masyarakat dengan kembali menjadi warga negara yang produktif." Mereka
melongo menatapnya. Apa si tolol ini tidak tahu mereka akan menggunakan
nama baru dan meninggalkan negeri ini dan masyarakatnya selama paling
tidak dua tahun? Siapa berada di pihak yang mana ini? Dan mengapa
Presiden memberikan pengampunan pada mereka, padahal mereka punya
cukup informasi untuk menghancurkan Aaron Lake, orang yang akan
mengalahkan Wakil Presiden? Lake ingin mereka dibungkam, bukan
Presiden. Ya, kan? Bagaimana Lake bisa meyakinkan Presiden untuk
mengampuni mereka? Bagaimana Lake bisa meyakinkan Presiden untuk
melakukan apa pun, pada saat kampanye sudah sampai tahap ini? Mereka
memegang erat-erat grasi mereka dan duduk terdiam, wajah mereka tegang,
sementara berbagai pertanyaan berputar dalam benak mereka. Pria dari
Bureau berkata, "Kalian seharusnya merasa dihormati. Grasi sangat jarang
diberikan." Yarber berhasil menanggapinya dengan anggukan cepat, tapi
saat itu pun dia berpikir, Siapa yang menunggu kami di luar? "Kurasa kami
shock," kata Beech. Ini baru pertama kali terjadi di Trumble, ada
narapidana-narapidana yang begitu penting sehingga Presiden memutuskan
untuk mengampuni mereka. Sipir cukup bangga pada ketiganya, namun
tidak yakin soal bagaimana saat ini sebaiknya diperingati. "Kapan kalian
ingin pergi?" tanyanya, seakan mereka mungkin ingin berpesta dulu.
"Segera," jawab Spicer. "Baik. Kami akan mengantarkan kalian ke
Jacksonville." 'Tak usah. Kami akan minta orang lain menjemput kami."
"Oke, kalau begitu ada urusan administrasi yang harus dibereskan."
"Cepatlah," kata Spicer. Mereka masing-masing diberi tas kanvas untuk
tempat barang-barang mereka. Ketika berjalan cepat melintasi halaman,
mereka bertiga tetap saling merapat dan melangkah seirama, dengan
seorang penjaga mengikuti di belakang, Beech berkata pelan, "Jadi, siapa
yang membuat kita diampuni?" "Bukan Lake," sahut Yarber, nyaris tidak
terdengar. "Tentu saja bukan Lake," tukas Beech. "Presiden takkan mau
melakukan apa yang diminta Aaron Lake." Mereka berjalan makin cepat.
"Apa bedanya?" tanya Spicer. "Ini tak masuk akal," timpal Yarber. "Jadi,
apa yang akan kaulakukan, Finn?" tanya Spicer tanpa menoleh. "Tinggal di
sini beberapa hari dan memikirkan situasi? Lalu setelah kauketahui siapa
yang bertanggung jawab atas grasi ini, kau mungkin tak mau menerimanya?
Yang benar saja." "Ada orang lain di balik semua ini," kata Beech. "Kalau
begitu aku cinta pada orang itu, oke?" kata Spicer. "Aku tak mau tinggal
lebih lama untuk bertanya ke sana-sini." Mereka membereskan barang-
barang secepat kilat, tidak meluangkan waktu untuk berpamitan pada siapa
pun. Lagi pula sebagian besar teman mereka tersebar di kamp. Mereka
harus bergegas sebelum mimpi ini berakhir, atau sebelum Presiden berubah
pikiran. Pukul 11.15, mereka berjalan melewati pintu depan gedung
administrasi, pintu yang mereka masuki bertahun-tahun yang lalu, dan
menunggu jemputan mereka di trotoar yang panas. Tak seorang pun
menoleh ke belakang. Van-nya dikemudikan Wes dan Chap, meskipun
mereka menggunakan nama lain. Begitu banyak nama yang mereka
gunakan. Joe Roy Spicer berbaring di bangku belakang, dan menutup
matanya dengan lengan, bertekad tidak mau melihat apa-apa sampai jauh.
Dia ingin menangis dan menjerit, namun terdiam karena eforia—eforia
dahsyat, kasar, menggelora. Dia menyembunyikan matanya dan tersenyum
konyol. Dia ingin minum bir dan mendambakan wanita, kalau bisa istrinya.
Dia akan segera menelepon wanita itu. Sekarang van meluncur. Aftf
Kebebasan yang begitu tiba-tiba mengguncang mereka. Kebanyakan
narapidana menghitung hari-hari, dan dengan berbuat begitu tahu pasti
kapan saatnya tiba. Dan mereka tahu ke mana mereka akan pergi, dan siapa
yang menunggu mereka di sana. Tapi Majelis tahu sangat sedikit, dan tidak
mempercayainya. Grasi ini tipu muslihat. Uang itu hanya umpan. Mereka
dibebaskan untuk dibunuh, sama seperti Trevor yang malang. Van akan
berhenti, dan kedua tukang pukul di depan itu akan menggeledah tas
mereka, menemukan arsip kotor mereka, lalu membunuh mereka di selokan
pinggir jalan. Mungkin. Tapi, saat ini, mereka tidak merindukan suasana
aman Trumble. Finn Yarber duduk di belakang sopir dan memandang
jalanan di depan. Dia memegang surat pengampunannya, siap
menunjukkannya pada siapa saja yang menghentikan mereka dan
mengatakan pada mereka bahwa mimpi ini sudah berakhir. Di sampingnya
duduk Hatlee Beech, yang setelah beberapa menit di jalan mulai menangis,
tidak keras, namun dengan mata terpejam rapat dan bibir bergetar. Beech
punya alasan untuk menangis. Dengan masa hukuman masih hampir
delapan setengah tahun lagi, grasi lebih berarti baginya dibanding kedua
koleganya. Tak sepatah kata pun diucapkan antara Trumble dan
Jacksonville. Ketika mereka mendekati kota itu, jalanan makin lebar dan
lalu lintas makin padat, ketiganya memandangi sekelilingnya dengan penuh
ingin tahu. Orang-orang melaju, bergerak k i an-kemari. Pesawat-pesawat di
atas. Perahu-perahu di sungai. Semua normal kembali. Mereka beringsut-
ingsut menerobos lalu lintas di Atlantic Boulevard, sangat. menikmati udara
yang menyesakkan karena polusi. Udara panas, turis-turis berkeliaran, para
wanita berkaki cokelat panjang. Mereka melihat berbagai restoran hidangan
laut dan bar dengan papan yang mengiklankan bir dingin dan tiram murah.
Ketika jalanan habis, pantai mulai terbentang, dan mereka berhenti di
bawah beranda Sea Turtle. Mereka mengikuti salah satu pengawal melintasi
lobi. Beberapa orang memandangi mereka, karena pakaian mereka masih
seragam. Setelah sampai di lantai lima, dan keluar dari lift, barulah Chap
berkata, "Kamar kalian di sini; yang tiga ini." Dia menunjuk ke ujung
koridor. "Mr. Argrow ingin bertemu kalian sesegera mungkin." "Di mana
dia?" tanya Spicer. Chap menunjuk lagi. "Di sana, di suite pojok. Dia sudah
menunggu." "Ayo," kata Spicer, dan mereka mengikuti Chap ke pojok, tas-
tas mereka bersenggolan. Jack Argrow sama sekali tidak mirip saudaranya.
Dia jauh lebih pendek, rambutnya pirang dan berombak, sedangkan rambut
saudaranya berwarna gelap dan menipis. Itu hanya pengamatan sekilas,
namun ketiganya menyadarinya dan belakangan menyinggungnya. Dia
cepat-cepat menjabat tangan mereka, tapi demi sopan santun saja. Dia
gelisah dan berbicara sangat cepat. "Bagaimana kabar saudaraku?"
tanyanya. "Baik," jawab Beech. "Kami bertemu dia tadi pagi," tambah
Yarber. "Aku ingin dia keluar dari penjara," bentak Jack, seolah mereka
yang memasukkannya ke sana. "Kalian tabu, itulah yang akan kuperoleh
dari kesepakatan ini. Akan kukeluarkan saudaraku dari penjara." Mereka
saling melirik; tak ada yang bisa dikatakan. "Silakan duduk," kata Argrow.
"Dengar, aku tak tahu bagaimana atau kenapa aku terlibat urusan ini, kalian
mengerti. Aku jadi sangat gugup. Aku di sini mewakili Mr. Aaron Lake,
orang yang kuyakini akan terpilih, dan menjadi presiden yang hebat Kurasa
setelah dia jadi presiden nanti, aku dapat mengeluarkan saudaraku dari
penjara. Tapi aku belum pernah bertemu Mr. Lake. Beberapa orangnya
mendekatiku sekitar seminggu yang lalu, dan memintaku terlibat dalam
urusan yang sangat rahasia dan sensitif. Itu sebabnya aku di sini. Aku
menolongnya, oke? Aku tak tahu apa-apa, kalian mengerti?" Kalimat-
kalimatnya pendek dan cepat. Dia bicara dengan tangan dan mulut tidak
bisa diam. Majelis tidak menanggapi, dan memang itulah yang diharapkan.
Dua kamera tersembunyi merekam apa yang terjadi dan segera
mengirimnya ke Langley, tempat Teddy, York, dan Deville melihatnya di
layar lebar di bungker. Ketiga mantan hakim tersebut, sekarang mantan
narapidana, tampak seperti tawanan perang yang baru dibebaskan, bingung
dan diam, masih berseragam, masih tak percaya. Mereka duduk rapat,
memandang Agen Lyter berakting dengan menakjubkan. Setelah berusaha
mengalahkan mereka dalam pikiran dan tindakan selama tiga bulan, senang
rasanya akhirnya bisa melihat mereka, Teddy mengamati wajah mereka,
dan dengan berat hati mengakui agak 470 mengagumi mereka. Mereka
cukup pintar dan mujur untuk menjaring korban yang tepat; sekarang
mereka bebas dan akan menerima imbalan besar untuk kecerdasan mereka.
"Oke, dengar, masalah pertama adalah uangnya," sembur Argrow. "Masing-
masing dua juta. Kalian ingin uang itu dikirim ke mana?" Tidak sering
mereka mendapat pertanyaan seperti itu. "Pilihannya apa?" tanya Spicer.
"Kalian harus mentransfernya ke suatu tempat," bentak Argrow.
"Bagaimana kalau London?" tanya Yarber. "London?" "Kami ingin uang
itu, seluruhnya, enam juta, ditransfer sekaligus, ke satu rekening, ke satu
bank di London," Yarber menjelaskan. "Kami bisa mentransfernya ke mana
pun. Bank apa?" "Bisakah kau membantu kami mengenai perinciannya?"
tanya Yarber. "Aku diberitahu kami boleh melakukan apa saja yang kalian
inginkan. Aku harus menelepon beberapa orang dulu. Bagaimana kalau
kalian pergi ke kamar, mandi, ganti pakaian. Beri aku waktu lima belas
menit." "Kami tak punya pakaian," kata Beech. "Ada beberapa barang di
kamar kalian." Chap mengantar mereka menyusuri koridor dan
menyerahkan kunci kamar. Spicer telentang di tempat tidur king size-nya
dan menatap langit-langit. Beech berdiri di depan jendela kamarnya dan
memandang ke utara, sepanjang bermil471 mil di pantai, air biru bergulung
lembut ke pasir putih. Anak-anak bermain di dekat ibu mereka. Pasangan-
pasangan berjalan sambil bergandengan tangan. Perahu nelayan melaju
pelan di horizon. Akhirnya bebas, katanya dalam hari. Akhirnya bebas.
Yarber berlama-lama mandi air panas—privasi sepenuhnya, tanpa batas
waktu, banyak sabun, handuk tebal. Seseorang meletakkan perlengkapan
pribadi komplet di meja rias—deodoran, krim cukur, alat cukur, pasta gigi,
sikat gigi, floss. Dia sengaja tidak bergegas, lalu mengenakan celana
pendek Bermuda, sandal, dan kaus putih. Dia akan jadi orang pertama yang
pergi, dan dia harus mencari toko pakaian. Dua puluh menit kemudian
mereka berkumpul lagi di suite Argrow, dan membawa arsip-arsip mereka
yang terbungkus rapi dalam sarung bantal. Argrow segugup tadi. "Ada bank
besar di London bernama Metropolitan Trust. Kami bisa mengirim uang itu
ke sana, lalu selanjutnya terserah kalian." "Bagus," kata Yarber.
"Rekeningnya atas namaku saja." Argrow memandang Beech dan Spicer,
mereka mengangguk mengiyakan. "Baik. Kuduga kalian sudah punya
rencana." "Betul," kata Spicer. "Mr. Yarber akan berangkat ke London siang
ini, dan sesampainya di sana dia akan pergi ke bank itu dan mengurus
uangnya. Jika semua lancar, kami akan berangkat segera setelah itu."
"Kujamin semua akan beres." ^T)an kami mempercayaimu. Kami cuma
berhati472 Argrow menyerahkan dua lembar kertas pada Finn. "Aku butuh
tanda tanganmu untuk memulai transfer dan membuka rekening." Yarber
mencoretkan namanya. "Kalian sudah makan siang?" tanyanya. Mereka
menggeleng. Mereka memang ingin makan, tapi tidak tahu pasti bagaimana
mengatakannya. "Kalian manusia bebas sekarang. Beberapa blok dari sini
ada restoran-restoran bagus. Pergilah bersenang-senang. Beri aku waktu
sejam untuk memulai transfer. Kita ketemu lagi di sini pukul setengah tiga."
Spicer memegang sarung bantal. Dia melambai-lambaikannya pada Argrow
dan berkata, "Ini arsip-arsipnya." "Baik. Lemparkan saja ke sofa di sana
itu." Tiga Puluh Delapan MEREKA berjalan kaki meninggalkan'hotel,
tanpa pengawal, tanpa pembatasan, namun dengan surat grasi di saku, untuk
berjaga-jaga. Dan meskipun matahari di dekat pantai lebih hangat, udaranya
jelas lebih segar. Langitnya lebih bersih. Dunia kembali indah. Harapan
terasa di mana-mana. Mereka tersenyum dan tertawa karena hampir semua
hal. Mereka berjalan-jalan di sepanjang Atlantic Boulevard, dan dengan
mudah membaur dengan para turis. Makan siang berapa steak dan bir di
kafe pinggir jalan, di bawah payung, jadi mereka dapat menonton orang-
orang berlalu-lalang. Mereka tidak banyak bicara ketika makan dan minum.
Tapi mereka melihat semuanya, terutama wanita-wanita muda bercelana
pendek dan berblus minim. Penjara telah mengubah mereka menjadi pria-
pria tua. Sekarang mereka merasakan dorongan kuat untuk berpesta.
Terutama Hatlee Beech. Dia punya kekayaan, status, dan ambisi, sebagai
hakim federal dia dulu memiliki apa yang tak mungkin hilang—jabatan
seumur hidup. Dia jatuh terempas, kehilangan segalanya, dan selama dua
tahun pertamanya di Trumble mengalami depresi. Dia sudah menerima
fakta bahwa dia akan mati di sana, dan serius memikirkan untuk bunuh diri.
Sekarang, di usia 56 tahun, dia keluar dari kegelapan dalam kondisi yang
luar biasa. Tubuhnya lebih kurus 7,5 kilogram, kuhtnya kecokelatan karena
terbakar matahari, kesehatannya bagus, dia sudah bercerai dari wanita yang
memiliki uang namun lainnya tidak, dan akan memperoleh harta karun.
Lumayan untuk ukuran laki-laki setengah baya, katanya dalam hati. Dia
merindukan anak-anaknya, namun mereka mata duitan dan melupakannya.
Hatlee Beech siap bersenang-senang. Spicer juga ingin berpesta, lebih
bagus kalau di kasino. Istrinya tidak punya paspor, jadi baru beberapa
minggu lagi wanita itu bisa bergabung dengannya di London, atau di mana
pun dia akan mendarat. Apakah di Eropa ada kasino? Beech bilang ada.
Yarber tidak tahu, dan tidak peduli. Finn yang paling tenang di antara
mereka bertiga. Dia minum soda, bukan bir, dan tidak begitu tertarik pada
tubuh-tubuh mulus yang berseliweran. Finn seolah sudah di Eropa. Dia
takkan meninggalkan Eropa, takkan kembali ke tanah airnya. Dia berusia
enam puluh, sangat fit, sekarang punya banyak uang, dan sebentar lagi akan
keluyuran di Italia dan Yunani selama sepuluh tahun yang akan datang. Di
seberang jalan, mereka menemukan toko buku kecil dan. membeli beberapa
buku pariwisata. Di toko yang khusus menjual perlengkapan pantai, mereka
membeli kacamata hitam yang sesuai selera. Lalu tiba saat mereka bertemu
Jack Argrow lagi, dan menyelesaikan transaksi. KJockner dan regunya
mengawasi mereka berjalan santai kembali ke Sea Turtle. KJockner dan
regunya sudah muak dengan Neptune Beach, Pete's, Sea Turtle, dan rumah
sewaan yang penuh sesak. Enam agen, termasuk Chap dan Wes, masih di
sana, semua sangat tidak sabar menunggu tugas berikutnya. Unit itu telah
menemukan Majelis, mengeluarkan mereka dari Trumble, membawa
mereka ke pantai, dan sekarang mereka hanya menginginkan ketiga pria itu
meninggalkan negeri ini. Jack Argrow belum menyentuh arsip-arsip
mereka, atau setidaknya begitulah kelihatannya. Semuanya masih
terbungkus sarung bantal, di sofa, persis di tempat Spicer meninggalkannya.
Transfernya sedang dalam proses," kata Argrow begitu mereka duduk di
suite-nya. Teddy masih mengawasi dari Langley. Ketiganya sekarang
mengenakan berbagai perlengkapan pantai. Yarber memakai topi
memancing dengan tudung selebar 15 sentimeter. Spicer memakai topi
jerami dan kaus kuning. Beech, si pendukung Republik, mengenakan celana
pendek khaki, kaus rajut lengan . panjang, dan topi golf. Di meja makan
terdapat tiga amplop besar. Argrow membagikannya pada Majelis, "Di
dalamnya, kalian akan mendapatkan identitas baru kalian. Akta kelahiran,
kartu kredit, kartu Jaminan Sosial." "Paspornya bagaimana?" tanya Yarber.
"Di kamar sebelah sudah disiapkan kamera. Paspor dan SIM butuh foto.
Prosesnya butuh waktu setengah jam. Juga ada $5.000 di amplop kecil di
dalam." "Aku Harvey Moss?" tanya Spicer, sambil membaca akta
kelahirannya. "Ya. Kau tak suka nama Harvey?" "Rasanya sekarang suka."
"Tampangmu memang tampang Harvey," komentar Beech. "Dan kau
siapa?" "Yah, aku James Nunley." "Senang bertemu kau, James." Argrow
tidak pernah tersenyum sedikit pun, tidak pernah rileks biar hanya sedetik
pun. "Aku perlu mengetahui rencana perjalanan kalian. Orang-orang di
Washington betul-betul ingin kalian meninggalkan negara ini." "Aku harus
menanyakan penerbangan ke London," kata Yarber. "Kami sudah
melakukannya. Penerbangan ke Atlanta -berangkat dari Jacksonville dua
jam lagi. Pukul tujuh lebih sepuluh malam ini, ada penerbangan dari Atlanta
ke London Heathrow yang tiba besok pagi-pagi." "Bisa kaupesankan aku
tiket?" "Sudah beres. Kelas satu." Finn memejamkan mata dan tersenyum.
"Dan kalian bagaimana?" tanya Argrow, memandang dua pria lainnya.
"Aku suka di sini," jawab Spicer. "Maaf. Kita sudah sepakat." "Kami akan
naik penerbangan yang sama besok siang," kata Beech. "Dengan asumsi
semua urusan Mr. Yarber beres." "Kalian ingin kami mengurus pemesanan
tiketnya?" "Ya, tolong." Chap masuk ke mangan tanpa suara, dan
mengambil sarung bantal dari sofa. Dia pergi bersama arisip-arsip itu.
"Mari kita buat fotonya," kata Argrow. Finn Yarber, sekarang bepergian
sebagai Mr. William McCoy dari San Jose, California, terbang ke Atlanta
tanpa insiden. Selama sejam dia berjalan-jalan di bandara, naik kereta api
bawah tanah, dan sangat menikmati keriuhan dan kegaduhan suasana di
tengah sejuta orang yang bergegas-gegas. Kursi kelas satunya berukuran
raksasa dan terbuat dari kulit Setelah minum dua gelas sampanye, dia mulai
pulas, dan bermimpi. Dia takut tidur karena takut terbangun. Dia yakin dia
akan kembali di tempat tidur tingkat, menatap langit-langit, kembali
menghitung hari di Trumble. Dari telepon umum di samping Beach Java,
Joe Roy akhirnya berhasil menghubungi istrinya. Mula-mula, wanita Itu
mengira teleponnya tipuan dan menolak menerima tagihan collect-nya..
"Siapa ini?" tanyanya. "Ini aku, Sayang. Aku sudah tak di penjara lagi."
"Joe Roy?" "Ya, sekarang dengarkan. Aku sudah keluar dari penjara, oke.
Kau mengerti?" "Mungkin. Di mana kau?" "Aku menginap di hotel dekat
Jacksonville, Florida. Aku dibebaskan dari penjara tadi pagi." "Dibebaskan?
Tapi bagaimana—" "Jangan tanya, oke. Akan kujelaskan semuanya nanti.
Aku akan berangkat ke London besok. Aku ingin kau pergi ke kantor pos
pagi-pagi sekali, dan minta surat permohonan untuk membuat paspor."
"London? Kau tadi bilang London?" "Ya." "Inggris?" "Tepat, ya. Aku harus
pergi ke sana sebentar. Itu bagian dari kesepakatannya." "Berapa lama?"
"Dua tahun. Dengar, aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku sudah bebas dan
kita akan tinggal di luar negeri dua tahun." "Kesepakatan apa? Kau kabur,
Joe Roy? Kau pernah bilang gampang kabur dari Trumble." "Tidak. Aku
dibebaskan." "Tapi masa hukumanmu masih dua puluh bulan lagi." "Sudah
tidak lagi. Dengar, ambil surat permohonan untuk membuat paspor dan
ikuti instruksinya." "Kenapa aku butuh paspor?" "Supaya kita bisa bertemu
di Eropa." "Selama dua tahun?" "Ya, benar." "Tapi Ibu sakit. Aku tak bisa
pergi begitu saja dan meninggalkan Ibu." Joe Roy ingin mengatakan
berbagai hal tentang mertuanya, tapi tidak jadi. Dia menarik napas panjang,
memandang jalanan sekilas. "Aku akan pergi," katanya. "Aku tak punya
pilihan." "Pulanglah," kata istrinya. "Tak bisa. Nanti kujelaskan." "Besok
kau kutelepon." Beech dan Spicer makan hidangan laut di restoran yang
penuh dengan orang-orang yang lebih muda. Mereka menyusuri trotoar dan
akhirnya menemukan Pete's Bar and Grill, di sana mereka menonton the
Braves dan menikmati musiknya yang ribut. Finn di suatu tempat di atas
Atlantik, mengikuti uang mereka. Petugas pabean di Heathrow hanya
memeriksa sekilas paspor Finn, yang merupakan mahakarya pemalsuan.
Paspor itu sudah lusuh dan telah menemani Mr. William McCoy berkeliling
dunia. Aaron Lake memang punya teman-teman yang berpengaruh. Finn
naik taksi ke Basil Street Hotel di Knightsbridge, dan membayar tunai
kamar paling kecil yang tersedia. Dia dan Beech memilih hotel itu secara
acak dari buku panduan wisata. Tempat itu bergaya lama, penuh barang
antik, dan setiap lantainya luas. Di restoran kecil di atas, dia sarapan yang
terdiri atas kopi, telur, dan sosis hitam, lalu pergi jalan-jalan. Pukul 10.00,
taksinya berhenti di depan Metropolitan Trust di The City. Resepsionis
tidak memedulikan pakaiannya—jins dan kaus lengan panjang—tapi ketika
menyadari Finn orang Amerika, dia mengangkat bahu dan tampak bisa
mentolerirnya. Mereka menyuruhnya menunggu sejam, namun dia sama
sekali tidak keberatan. Firm gugup, tapi 48A tidak memperlihatkannya. Dia
bersedia menunggu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan untuk
memperoleh uang itu. Dia sudah belajar cara bersabar. Mr. MacGregor yang
menangani transfer tersebut akhirnya datang. Uangnya baru saja tiba, maaf
atas penundaan ini. $6 juta telah menyeberangi Atlantik dengan selamat,
dan sekarang berada di daratan Inggris. Tapi tidak lama. "Saya ingin
mentransfernya ke Swiss," kata Finn, dengan sikap percaya diri dan tenang
yang pas. Siang itu, Beech dan Spicer terbang ke Atlanta. Seperti Yarber,
mereka menjelajahi bandara sampai puas sementara menunggu
penerbangan mereka ke London. Mereka duduk bersebelahan di kelas satu,
makan dan minum berjam-jam, menonton film, berusaha tidur sambil
menyeberangi lautan. Mereka terkejut ketika Yarber menunggu mereka saat
mereka melewati pabean di Heathrow. Pria itu menyampaikan kabar
gembira bahwa uang mereka telah datang dan pergi. Sekarang uang itu
berada di Swiss. Dia mengejutkan mereka lagi dengan usul agar mereka
segera pergi. "Mereka tahu kita di sini," katanya sambil menikmati kopi di
bar bandara. "Ayo kita tinggalkan mereka." "Menurutmu mereka
membuntuti kita?" tanya Beech. "Kita anggap saja begitu." "Tapi kenapa?"
tanya Spicer. Mereka mendiskusikannya selama setengah jam, 481 lalu
mulai mencari penerbangan-penerbangan..alitalia ke Roma menarik
perhatian mereka. Kelas satu, tentu saja. "Orang-orang di Roma memakai
bahasa inggris?" tanva Spicer saat mereka naik ke pesawat. "Mereka
memakai bahasa italia," sahut yarber. "Menurutmu Paus mau menemui
kita?" "Dia mungkin sedang sibuk." Tiga Puluh Sembilan BUSTER
menempuh jalan berliku-liku ke barat selama berhari-hari sampai akhirnya
berhenti di San Diego. Laut menarik perhatiannya, yang pertama dilihatnya
setelah berbulan-bulan. Dia berkeliaran di dok mencari pekerjaan apa saja
dan mengobrol dengan orang-orang biasa di situ. Seorang kapten perahu
carteran mempekerjakannya sebagai pesuruh, dan dia berganti perahu di
Los Cabos, Meksiko, di ujung selatan Baja. Pelabuhan di sana penuh
dengan perahu memancing mahal, jauh lebih bagus daripada yang dulu
diperdagangkan dia dan ayahnya. Dia bertemu beberapa kapten, dan dalam
dua hari mendapat pekerjaan sebagai kelasi geladak. Para pelanggannya
adalah orang-orang Amerika kaya dari Texas dan California, mereka lebih
banyak minum daripada memancing. Dia tidak digaji, namun bekerja untuk
memperoleh tip, yang jumlahnya berbanding lurus dengan jumlah minuman
para klien. Di hari sepi dia memperoleh $200; di hari ramai $500, tunai. Dia
tinggal di motel murahan, dan beberapa hari kemudian berhenti bersikap
waswas. Dengan segera Cabos menjadi rumahnya. Wilson Argrow tiba-tiba
dipindah dari Trumble dan dikirim ke lembaga pemasyarakatan di
Milwaukee, di sana dia tinggal satu malam persis sebelum pergi. Karena
tidak ada. dia tidak bisa ditemukan. Jack Argrow menemuinya di bandara
dengan membawa tiket, dan mereka terbang bersama ke D.C. Dua hari
setelah meninggalkan Florida, kakak-beradik Argrow itu, Kenny Sands dan
Roger Lyter, melapor ke Lang-ley untuk penugasan selanjutnya. Tiga hari
sebelum dijadwalkan meninggalkan D.C. untuk menghadiri konvensi di
Denver, Aaron Lake tiba di Langley untuk makan siang bersama Direktur.
Acara itu akan menyenangkan, sang kandidat penakluk sekali lagi berterima
kasih pada sang jenius yang memintanya ikut pemilihan. Pidato
kemenangannya sudah ditulis selama sebulan, tapi Teddy punya beberapa
usul yang ingin dibicarakannya. Lake diantar ke kantor Teddy, seperti
biasanya orang tua itu sedang menunggu dengan berselimutkan quilt. Dia
tampak begitu pucat dan lelah, pikir Lake. Para asisten menghilang, pintu
ditutup, dan Lake melihat tidak ada meja yang telah disiapkan. Mereka
duduk jauh dari meja, berhadap-hadapan, sangat dekat. Teddy menyukai
pidatonya dan hanya mengomentari beberapa hal. "Pidato-pidato Anda
semakin panjang," katanya tenang. Tapi*Lake ingin menyampaikan begitu
banyak hal akhir-akhir ini. "Kami masih mengeditnya," katanya. "Pemilihan
ini milik Anda, Mr. Lake," kata Teddy, lemah. "Saya merasa yakin, tapi
pertarungannya akan sengit." "Anda akan menang lima belas poin." Lake
berhenti tersenyum dan mendengarkan dengan cermat. "Itu, uh, lumayan
besar." "Anda unggul sedikit dalam jajak pendapat. Bulan depan giliran
Wakil Presiden. Kalian akan bergantian menang sampai pertengahan
Oktober. Lalu, akan ada situasi nuklir yang akan menakutkan dunia. Dan
Anda, Mr. Lake, akan jadi sang juru selamat." Prospek itu membuat sang
juru selamat sekalipun takut. "Perang?" tanya Lake pelan. "Bukan. Akan
ada korban-korban, namun bukan warga Amerika. Natty Chenkov akan
disalahkan, dan para pemilih di republik ini akan berbondong-bondong
mendatangi tempat jajak pendapat. Anda dapat menang sampai dua puluh
poin." Lake menarik napas dalam-dalam. Dia ingin bertanya lebih banyak,
mungkin bahkan memprotes pertumpahan darah itu. Namun pasti sia-sia
saja. Teror apa pun yang direncanakan Teddy untuk Oktober nanti sudah
dikerjakan. Tak ada apa pun yang bisa dikatakan atau dilakukan Lake untuk
menghentikannya. "Teruskanlah apa yang Anda lakukan sekarang, Mr.
Lake. Pesan yang sama. Dunia akan jadi jauh lebih gila, dan kita harus kuat
untuk melindungi cara hidup kita." "Pesan itu sejauh ini berhasil." "Lawan
Anda akan nekat. Dia akan menyerang Anda karena isu tunggal itu, dan dia
akan merengek-rengek tentang uang. Dia akan menghajar Anda dan
menang beberapa poin. Jangan panik. Dunia akan dijungkirbalikkan
Oktober nanti, percayalah." "Saya percaya." "Anda sudah memenangkan
pertarungan ini, Mr. Lake. Teruslah menyampaikan pesan yang sama." "Oh,
jelas." "Bagus," kata Teddy, dan memejamkan mata sebentar seolah ingin
tidur sejenak. Lalu dia membuka mata dan berkata, "Nah, mengenai topik
yang sangat berbeda, saya agak penasaran dengan rencana Anda setelah
memasuki Gedung Putih." Lake bingung, dan wajahnya menunjukkan hal
itu. Teddy meneruskan serangannya, "Anda butuh partner, Mr. Lake,
seorang ibu negara. Kehadirannya akan memperindah, menyegarkan, dan
menghiasi Gedung Putih. Seorang wanita cantik yang cukup muda untuk
melahirkan anak-anak. Sudah lama tak ada anak-anak di Gedung Putih, Mr.
Lake." "Anda pasti bercanda." Lake terperangah. "Saya menyukai Jayne
Cordell, staf Anda ini. Dia berusia 38 tahun, cerdas, pandai bicara, cukup
cantik, meskipun berat badannya perlu dikurangi 7,5 kilo. Perceraiannya
sudah dua belas tahun berlalu, dan sudah dilupakan. Saya rasa dia cocok
untuk menjadi ibu negara " Lake menelengkan kepalanya, dan mendadak
marah. Dia ingin menyemprot Tddy,"namun saat ini$mulutnya serasa
turku.Ci. Akhinya dia$bergumam, "Anda sudah sinting, ya? "Kamm tahu
tentcng Riciy, kata Teddy, sangat tenang, deng!n mata tijqm menUsuk mata
Lake. N!pas Laie terhenta, dan saat lengumbeskalnya dia berkata, "Oh,
Tuhanku." Dipandanginaa kakinya beberapa lal, tabuhnya menega.g karmna
shock. Untuk membuat keadaan semakin burk, Teddy mynyodorkan
selembar kerts. ake menrimaya,(dan lan'sung mengenalinya sebagai"kopi
sur`t terakhirnya kupada Ricky. Dear Ricky: Menqrutku sebaiknya kita
akhibi korespondensi kita. Kuha2ap kau berhaskl dengan reh!bilitasimu.
Sala}, Al Lakm Hampir berkata bahw` dia bisa mejelaskan semuanya;
keadaan!smb%nqrnya tid`k ceperti kelihatannya. Namun dia mumutuskan
tntuk tidak mefgatakan apa-apa, setidaknya selama bebvapa waktu.
Berbagai pertanyaan membanjiri benaknyaBerapa banyak }a~g mereka
ketahui? BagaiMa.a cara mereka menghadang surat-s}sadnya? SiApa lagi
yang tahu? Tetdy memjiarkannya mEnderita. Tidak perlu uru-buru. Setelah
pikirannya men jernih sedikit, naluri politisi Lake bangkit. Teddy
menawarkan jalan keluar. Teddy mengatakan, "Bermainlah bersamaku,
Nak, maka semuanya akan beres. Lakukanlah menurut caraku." Maka Lake
menelan ludah dan berkata, "Saya memang menyukai Jayne." "Tentu saja.
Dia sempurna untuk pekerjaan itu." "Ya. Dia sangat loyal." "Anda tidur
dengannya?" Tidak. Belum." "Mulailah segera. Gandeng dia selama
konvensi. Biarkan gosip muncul, biarkan alam bertindak. Seminggu
sebelum pemilihan, umumkan pernikahan Natal" "Besar atau kecil?"
"Besar-besaran. Pesta paling meriah tahun ini di Washington." "Saya suka
itu." "Segera buat dia hamil. Tepat sebelum pelantikan, umumkan bahwa
Ibu Negara sedang mengandung. Itu akan jadi .berita yang luar biasa. Dan
akan sangat menyenangkan kembali melihat anak-anak kecil di Gedung
Putih." Lake tersenyum dan mengangguk, tampak seperti menyukai ide
tersebut, lalu tiba-tiba mengerutkan kening. "Apakah orang lain akan tahu
tentang Ricky?" tanyanya. Tidak. Dia sudah dibungkam." "Dibungkam?"
"Dia takkan -menulis surat lagi, Mr. Lake. Dan Anda akan begitu sibuk
bermain dengan anak-anak Anda, sehingga tak punya waktu untuk
memikirkan orang-orang seperti Ricky." "Ricky siapa?" "Bagus, Lake.
Bagus " "Saya sangat menyesal, Mr. Maynard, Sangat menyesal. Ini takkan
terjadi lagi." Tentu saja. Saya punya arsipnya, Mr. Lake. Selalu ingat itu."
Teddy mendorong mundur kursi rodanya, seolah pertemuan sudah selesai.
"Saya sedang lemah waktu itu," kata Lake. "Sudahlah, Lake. Uruslah Jayne.
Belikan dia baju baru. Dia bekerja terlalu keras dan tampak lelah. Jangan
terlalu memaksanya. Dia akan jadi ibu negara yang hebat." "Ya, Sir." Teddy
sampai di pintu. "Jangan ada kejutan lagi, Lake." "Ya, Sir." Teddy membuka
pintu dan meluncur pergi. Akhir November, mereka menetap di Monte
Carlo, terutama karena keindahannya dan udaranya yang hangat; tapi juga
karena bahasa Inggris sering sekali dipakai di sana. Dan ada banyak kasino,
syarat utama Spicer. Baik Beech maupun Yarber tidak bisa mengetahui
apakah dia menang atau kalah, tapi teman mereka itu jelas menikmati
hidup. Istrinya masih merawat ibunya, yang belum meninggal juga.
Hubungan mereka tegang, karena Joe Roy tidak mau pulang, dan istrinya
tidak mau meninggalkan Mississippi. Mereka tinggal di hotel kecil tapi
nyaman di pinggir kota, dan biasanya sarapan bersama dua kali seminggu
sebelum sibuk dengan urusan masing-masing. Setelah berbulan-bulan dan
terbiasa dengan hidup baru mereka, mereka semakin jarang bertemu. Minat
mereka berbeda. Spicer ingin berjudi, minum, dan menghabiskan waktu
bersama wanita. Beech lebih menyukai laut dan menikmati memancing.
Yarber bepergian dan mempelajari sejarah Prancis Selatan dan Italia Utara.
Tapi mereka selalu tahu di mana teman-temannya berada. Jika satu
menghilang, yang dua ingin mengetahuinya Mereka tidak pernah membaca
berita tentang grasi mereka. Beech dan Yarber menghabiskan waktu
berjam-jam di perpustakaan di Roma, membaca berbagai surat kabar
Amerika setelah mereka pergi. Tak ada kabar mengenai mereka Mereka
tidak menghubungi siapa pun di tanah air. Istri Spicer mengatakan dia tidak
memberitahu siapa pun bahwa Spicer sudah keluar dari penjara Wanita itu
masih beranggapan dia kabur. Saat Thanksgiving Day, Finn Yarber
menikmati espresso di kafe pinggir jalan di pusat kota Monte Carlo. Cuaca
hangat dan cerah, dan dia cuma samar-samar ingat bahwa sekarang hari
besar penting di kampung halaman. Dia tidak peduli karena takkan pernah
kembali. Beech tidur di kamar hotel. Spicer di kasino tiga blok dari sini.
Tiba-tiba tampak seraut wajah yang samar-samar terasa tak asing. Secepat
kilat, pria itu duduk di depan Yarber dan berkata, "Halo, Finn. Ingat aku?"
Yarber dengan tenang meneguk kopi dan menatap wajah itu. Dia terakhir
melihatnya di Trumble. "Wilson Argrow, dari penjara" kata orang itu, dan
Yarber meletakkan cangkirnya sebelum menjatuhkannya. "Selamat pagi,
Mr. Argrow," kata Finn pelan, tenang, meskipun banyak hal lain yang ingin
dikatakannya. "Kuduga kau terkejut melihatku." "Ya, memang." "Asyik ya,
kemenangan mutlak Aaron Lake?" "Begitulah. Apa yang bisa kulakukan
untukmu?*' "Aku cuma ingin kau tahu kami selalu di dekat kalian, untuk
jaga-jaga seandainya kalian membutuhkan kami." Finn terkekeh, lalu
berkata, "Rasanya mustahil." Pembebasan mereka telah lima bulan berlalu.
Mereka berpindah-pindah negara, dari Yunani ke Swedia, dari Polandia ke
Portugis, pelan-pelan menuju ke selatan seiring perubahan cuaca.
Bagaimana Argrow bisa menemukan mereka? Tak mungkin. Argrow
mengeluarkan majalah dari balik jaket. "Aku tak sengaja melihat ini
minggu lalu," katanya, menyerahkan majalah itu. Majalah itu dibalik ke
halaman di bagian belakang tempat sebuah iklan baris dilingkari dengan
tinta merah: Pemuda kulit putih usia 20-an mencari pria Amerika baik-baik
dan bijaksana berusia 40-an atau 50-an untuk bersahabat pena Jelas Yarber
pernah melihatnya, namun dia mengangkat bahu seolah tidak tahu-menahu.
"Kelihatan familier, kan?" tanya Argrow. "Menurutku semuanya kelihatan
sama," sahut Finn. Dilemparkannya majalah itu ke meja. Majalah Out and
About edisi Eropa. "Kami melacak alamatnya sampai ke kantor pos di
Monte Carlo sini," kata Argrow. "Penyewaan kotak pos baru, dengan nama
palsu dan sebagairiya. Kebetulan sekali." "Dengar, aku tak tahu kau bekerja
pada siapa, tapi aku yakin sekati kami bukan di bawah yurisdiksimu. Kami
tak melanggar satu peraturan pun. Bagaimana kalau kau enyah saja?"
"Tentu, Finn, tapi $2 juta tak cukup, ya?" Finn tersenyum dan memandang
sekeliling kafe yang bagus itu. Dia meneguk kopi dan menjawab, "Orang
harus menyibukkan diri." "Sampai ketemu," kata Argrow, lalu beranjak
berdiri dan menghilang. Yarber menghabiskan kopinya seolah tidak terjadi
apa-apa. Dipandanginya jalanan dan lalu lintas sebentar, kemudian pergi
untuk mengumpulkan rekan-rekannya. Nama No. Anggota : Usia Jabatan
Alamat : Kode pos :.............., * Coret yang tidak perlu Tandai pengarang
yang Anda pilih ( ) John Grisham ( ) Sidney Sheldon ( ) Alistair MacLean (
) Jack Higgins ( ) Jeffry Archer ( ) Michael Crichton ( ) Sir Arthur Conan
Doyle ( ) Sandra Brown ( ) Steve Martini ( ) Irving Wallace ( ) Stephen
King ( ) Barbara Delinsky ( ) Barbara Taylor Bradford ( ) Erich Segal Ya,
catat nama saya sebagai anggota GRAMEDIA BOOK CLUB dan kirimi
saya informasi setiap kali ada buku baru karya pengarang favorit saya yang
terbit. Terlampir prangko balasan Rp 1000,Telp.:..................................
(Majelis) ( ) Pearl S. Buck ( ) Jackie Collins ( ) Rosamunde Pi leher ( )
Agatha Christie ( ) Danielle Steel ( ) Mary Higgins Clark ( ) James
Patterson ( ) Harold Robbins ( ) Ken Follet ( ) Mario Puzo ( ) Joseph Finder
( ) Carl S agan ( ) Rebecca Winters ( ) Thomas Harris ..........................
(Isikan jika Anda pernah terdaftar) .....tahun Tgl. Lahir: ...................
Pria/wanita* Pelajar/mahasiswa/karyawan/wiraswastawan/ ibu rumah
tangga* PT Gramedia Pustaka Utama Banian Promosi

Anda mungkin juga menyukai