Anda di halaman 1dari 8

PAPUA BARAT SEMPAT RUSUH,

SOSIALISASI 4 PILAR MPR DI NILAI GAGAL

Oleh:
EXZA DWY ANDHIKA
NIM. 2208010187

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARBARU
2023
PAPUA BARAT SEMPAT RUSUH,
SOSIALISASI 4 PILAR MPR DI NILAI GAGAL

WEST PAPUA SEVERE RIOT, SOCIALIZATION OF THE 4 PILLARS


OF THE MPR IS JUDGED TO HAVE FAILED

Exza Dwy Andhika1

Program Studi S.1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarbaru

ABSTRAK

Penggunaan istilah empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara untuk program sosialisasi telah
menimbulkan polemik dan perdebatan di masyarakat. Empat pilar tersebut meliputi Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dirumuskan oleh MPR RI. Tujuan telaah kasus ini adalah untuk
mendeskripsikan dampak sosialisasi Empat Pilar tersebut terhadap pemahaman persatuan an kesatuan di
masayarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa sosialisasi empat pilar berdampak pada ambiguitas
pemaknaan dan pemahaman baik dari masyarakat terhadap Pancasila sebagai dasar atau pilar kehidupan
bernegara dan berbangsa, serta penggunaan istilah empat pilar telah mengacaukan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat dalam memahami Pancasila.

Kata Kunci: Empat Pilar, Persatuan dan Kesatuan

ABSTRACT

The use of the term four pillars of national and state life for socialization programs has caused
polemics and debates in society. The four pillars include Pancasila, the 1945 Constitution, the
Republic of Indonesia, and Bhinneka Tunggal Ika which were formulated by the MPR RI. The aim
of this case study is to describe the impact of the socialization of the Four Pillars on the
understanding of unity and integrity in society. The results of the analysis show that the
socialization of the four pillars has an impact on the public's ambiguity in the meaning and good
understanding of Pancasila as the basis or pillar of state and national life, and the use of the term
four pillars has confused the public's understanding and knowledge in understanding Pancasila.

Keywords: Four Pillars, Unity and Oneness

1
Exza Dwy Anndhika, Mahasiswa Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
1. Pendahuluan terciptanya sistem politik yang demokratis, dan budaya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang politik demokratis adalah suatu kumpulan sistem
diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya yang
pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, adalah negara menopang terwujudnya partisipasi masyarakat.
besar yang didukung oleh sejumlah keunggulan,
mulai dari keunggulan geografis (Sumber
Kekayaan Alam), keunggulan demografis (Sumber 2. Kasus
Daya Manusia), keunggulan sosial budaya sampai Jakarta - Sehubungan dengan situasi Papua Barat
dengan keunggulan ideologis. dan Jawa Timur yang sempat rusuh, Forum
Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)
Kemajemukan sosial budaya yang dikristalisasikan mengkritik sosialisasi empat pilar kebangsaan yang
dalam bentuk nilai filsafat hidup bangsa (filsafat dijalankan MPR. Program itu dinilai gagal
Pancasila) adalah merupakan jati diri nasional, jiwa mewujudkan pemahaman persatuan dan kesatuan
bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita NKRI.
nasional sekaligus identitas dan integritas nasional,
serta diikat dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika "Program ini harus kita katakan gagal total untuk
dan rasa cinta tanah air bangsa dan menyebarluaskan nilai-nilai kebangsaan ketika
negara.Dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa sepanjang pelaksanaannya kasus-kasus yang
dan bernegara, bangsa Indonesia dilandasi oleh mencoreng nilai kebangsaan justru makin bertumbuh
nilai ideologi Pancasila, yang juga memiliki nilai subur. Lihat saja pada masa kampanye pemilu,
keunggulan. (Noor Syam, 2008:3).Rumusan sila- provokasi bernuansa SARA menjadi pengalaman
sila Pancasila tersebut dituangkan dalam Alinea IV sehari-hari dan melibatkan politisi-politisi yang
Pembukaan UUD 1945.. ditugaskan untuk menyebarluaskan program
kebangsaan empat pilar. Lalu muncul aksi seperti di
Gerakan reformasi yang digulirkan dan ditandai Jawa Timur dan Papua ini," tutur peneliti Formappi,
dengan jatuhnya Presiden Soeharto (21 Mei 1998), Lucius Karus, kepada wartawan, Selasa (20/8/2019).
pada hakikatnya merupakan tuntutan untuk
melaksanakan demokratisasi disegala bidang Rentetan demo di wilayah Papua dan Papua Barat
dengan cara menegakkan hukum dan keadilan, diduga dipicu bentrokan mahasiswa asal Papua
menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dengan aparat di Surabaya dan Malang, Jawa
memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Timur. Ada isu tindakan rasisme mewarnai
(KKN), melaksanakan Otonomi Daerah dan bentrokan itu. Aksi di Manokwari dan Sorong, Papua
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan Barat, berujung rusuh, sementara aksi di Jayapura,
daerah, serta menata kembali peran dan kedudukan Papua, berlangsungtertib.
TNI dan POLRI. Hilangnya orientasi masyarakat
dan bangsa Indonesia berdampak tumbuh suburnya
seks bebas, korupsi, konflik horisontal, "Lalu apa pertanggungjawaban MPR atas.kasus ini?
primordialisme, aksi teror, dan memunculkan Saya kira ke depannya, program ini mesti dievaluasi
gerakan separatisme dan lain-lain.Gerakan agar tak terjebak pada semacam formalitas yang
reformasi akan berhasil, apabila masyarakat menggerus anggaran dan membuang-buang waktu
memiliki pemahaman terhadap etika dan budaya saja,"gugatLucius.
politik. berdasarkan Pancasila untuk membangun
budaya politik yang demokratis yang menjadi 3. Dia menuntut anggota MPR untuk menjadi teladan
tuntutan reformasi.Sebab pertumbuhan dan dalam hal penegakan empat pilar kebangsaan yakni
perkembangan demokrasi pada suatu bangsa sangat Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
erat hubungannya dengan pertumbuhan dan Ika. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan juga harus
perkembangan etika dan budaya sosial politik dari benar-benar dipraktikkan oleh para anggota MPR.
bangsa yang bersangkutan. Semakin dewasa etika
dan budaya sosial politik suatu bangsa, maka "Nilai utama empat pilar mestinya harus benar-benar
demokrasi yang dibangun juga makin beretika dan dijauhkan dari motif politik pragmatis yang hanya
memiliki korelasi positif dengan pencapaian tujuan peduli pada kekuasaan saja. Ketika motif
pemerintahan demokrasi, yaitu kesejahteraan sosial kepentingan politik pragmatis yang menjadi dasar
bagi rakyat secara keseluruhan. sosialisasi empat pilar, maka MPR tak lebih dari
Budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip sekedar menjalankan proyek saja tanpa peduli
demokrasi adalah budaya politik yang dengan hasil nyata," kata Lucius.
termanifestasi melalui pemahaman warganya
melalui orientasi, pandangan, dan sikap individu Dimintai tanggapan secara terpisah, anggota MPR
terhadap sistem politiknya. Oleh karena itu, budaya dari Fraksi PAN Saleh Daulay memberi tanggapan
politik yang demokratis akan mendukung perihal keefektifan sosialisasi empat pilar dalam
kaitannya dengan kerusuhan yang sempat Ideologi sering kali dikaitkan dengan dunia politik,
terjadi di Papua. Menurut Saleh, kerusuhan itu karena memang sejak awal terminologi ideologi ada
perlu dilihat pada konteks masing-masing. dalam keterkaitan dengan dunia politik. Sebagai
pemikiran yang menyeluruh dan mendalam, ideologi
"Belum tentu terkait langsung dengan bertumpu atau bersumber pada suatu filsafat. Filsafat itu
persoalan sosialisasi empat pilar kebangsaan," dirumuskan menjadi cita-cita dengan suatu program
kata Saleh. untuk pencapaian tujuan. Ideologi merupakan gagasan-
gagasan pada filsafat sosial sebagai suatu rencana
Menurut Sekretaris Fraksi PAN MPR ini, sistematis mengenai cita-cita yang dijalankan oleh
sosialisasi empat pilar dilakukan dengan sekelompok atau golongan masyarakat tertentu.
jumlah yang terbatas, maka belum seluruh
lapisan masyarakat tersentuh oleh sosialisasi
Sebagai suatu ajaran, ideologi berfungsi sebagai: (1)
itu. Anggaran sosialisasi juga dinilainya kecil.
pengikat kelompok atau bangsa menjadi satu kesatuan
untuk mengejar cita-cita bersama; (2) pedoman untuk
"Dalam konteks itulah, MPR menyadari perlu
bertindak; (3) pendorong bagi suatu bangsa untuk
keterlibatan seluruh pihak dalam menanamkan
berjuang di dalam mengejar tujuan bersama.
nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan
ormas sangat diperlukan keterlibatan aktifnya. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Dengan begitu, cakupannya bisa menjadi lebih Indonesia, mulai di bahas ketika Badan Penyelidik
luas,"kataSaleh. Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) melaksanakan siding pertama. Sidang
BPUPKI dilaksanakan 2 (dua) kali, sidang pertama
4. Pembahasan
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, eidos dan tanggal 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua
logos. Eidos artinya melihat, memandang, pikiran, dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 1945 sampai dengan
idea atau cita-cita. Sedangkan logos, logia artinya tanggal 16 Juli 1945.Pada sidang pertama itulah, dibahas
ilmu. Secara sederhana ideologi diartikan sebagai: tentang dasar negara apa nanti yang digunakan apabila
apa yang dipikirkan, diinginkan atau dicitacitakan. Indonesia merdeka. Hal ini sebagai jawaban atas
Pada umumnya yang dimaksud dengan ideologi pertanyaan yang dilontarkan oleh ketua sidang Dr.
adalah seperangkat cita-cita, gagasan-gagasan K.R.T. Radjiman Wedyodi-ningrat. Ketua BPUPKI
yang merupakan keyakinan, tersusun secara melontarkan pertanyaan pertama dan utama yang harus
sistematis, disertai petunjuk cara-cara mewujudkan di jawab oleh para anggota BPUPKI, yaitu tentang apa
cita-cita tersebut. Ideologi adalah suatu gagasan dasar Negara Indonesia apabila merdeka dikelak
yang berdasarkan suatu idea-idea tertentu. Ideologi kemudian hari. Para anggota tersebut bekerja keras
merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan untuk menjawab pertanyaan itu, hingga akhirnya salah
nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Ideologi seorang anggota BPUPKI Soekarno mengemukakan dan
memuat orientasi pada tindakan, namun persepsi menjelaskan dasar negara Indonesia yang terdiri dari 5
yang menyertai orientasi, pedoman, dan komitmen (lima) sila, dan pada saat itu pula Soekarno
memiliki peran yang sangat penting dalam memperkenalkan 5 (lima) dasar negara bagi Indonesia
memberikan warna pada sikap serta tingkah laku merdeka dengan nama Pancasila.
saat melakukan tindakan, kegiatan ataupun
perbuatan dalam rangka mewujudkan atau
merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah falsafah (pandangan hidup), yang digali
ideologi itu.. dari nilai-nilai luhur masyarakat. Tatkala unsur-unsur
masyarakat yang direpresentasikan oleh para anggota
BPUPKI (kemudian menjadi Panitia Persiapan
Dengan demikian nampak bahwa ideologi Kemerdekaan Indonesia/PPKI) itu memutuskan untuk
bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka, membentuk diri sebagai bangsa, maka nilai-nilai luhur
tetapi ideologi merupakan sesuatu yang dihayati masyarakat itu diangkat dan diabstraksikan menjadi
menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pandangan hidup bangsa. Selanjutnya, setelah bangsa
pilihan yang jelas membawa komitmen untuk Indonesia bersepakat membentuk Negara Indonesia,
mewujudkannya, atau dengan kata lain apabila maka pandangan hidup bangsa itupun diangkat dan
seseorang memiliki kesadaran ideologis yang diabstraksikan lagi menjadi pandangan hidup negara.
mendalam, maka akan semakin tinggi pula rasa Nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup
komitmennya untuk melaksanakan ideologi bangsa, dan pandangan hidup negara itu telah
tersebut. Komitmen itu akan tercermin dalam mengalami sistematisasi, sehingga dapat disebut sebagai
sikap seseorang yang meyakini ideologinya ideologi bangsa dan ideologi negara.
sebagai ketentuan-ketentuan normatif yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan dasar atau
landasan dalam menjalankan pemerintahan negara. diharapkan selalu tetap komunika-tif dengan
Pancasila dalam hal ini tidak hanya sebagai suatu perkembangan masyarakatnya yang dinamis dan
pemikiran filsafat dan dasar negara, melainkan sekaligus memantapkan keyakinan masyarakat
berlanjut dalam bentuk gagasan bertindak yang terhadapnya. Oleh karena itu ideologi Pancasila harus di
kita sebut ideologi. Ideologi ini tidak saja budayakan dan di amalkan, sehingga akan menjiwai
berkaitan dengan kehidupan kenegaraan, serta memberi arah proses pembangunan dalam berbagai
melainkan juga kehidupan masyarakat. Dengan bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
demikian ideologi ini merupakan ideologi negara bernegara.
dan bangsa Indonesia, jadi merupakan ideologi
nasional. Berdasarkan analisis demikian dapatlah
Apabila ideologi Pancasila tidak dibudayakan dan
dikatakan bahwa ideologi nasional merupakan
diamalkan, maka nilai-nilai luhur Pancasila hanya
keseluruhan ide atau gagasan yang bersumber dan
menjadi cita-cita normatif saja dan tidak akan pernah
berdasar pada prinsipprinsip pemikiran (filsafat
menjelma jadi kenyataan keseharian dalam
bangsa: Pancasila) yang termaktup di dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan
Pembukaan dan Pasal-Pasal UUD 1945 sebagai
demikian tugas bangsa Indonesia termasuk generasi
pedoman yuridis konstitusional untuk pelaksanaan
mudanya sekarang ini adalah memperjuangkan agar
guna mencapai cita-cita dan nilai-nilai yang
nilai-nilai luhur Pancasila benar-benar dapat dirasakan
terkandung di dalamnya.
kehadirannya dalam realita kehidupan sehari-hari. Hal
ini sejalan dengan amanat bung Karno dalam pidatonya
Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia yang bersejarah pada tanggal 1 Juni 1945 pada sidang
ini, adalah kerangka berfikir yang senantiasa BPUPKI. Pada masa itu Bung Karno sudah
memerlukan penyempurnaan. Karena tidak ada memperingatkan bangsa Indonesia pada satu hal yang
satupun ideologi yang disusun dengan begitu maha penting: ”.... bahwa tidak ada weltanshaung dapat
sempurnanya sehingga cukup lengkap dan bersifat menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit dengan
abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi. sendirinya. Tidak ada weltanshaung dapat menjadi
Setiap ideologi memerlukan hadirnya proses kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya perjuangan”. Dalam kaitannya dengan hal itu, prestasi
dan tetap adaptif dengan perkembangan yang bangsa Indonesia untuk memperjuangkan dan
terjadi. Dalam hal ini, setiap warga negara mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam keseharian
Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini akan menentukan prestasi Pancasila ditengah percaturan
berhak ikut dalam proses merevitalisasi Ideologi ideologi dunia saat ini dan di masa mendatang.
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam kerangka ini kita wajib
Ajaran filsafat bernegara bangsa Indonesia yang
bersyukur karena Pancasila adalah ideologi
dibingkai dalam sebuah ideologi negara yang disebut
terbuka, sehingga Pancasila di harapkan selalu
Pancasila merupakan landasan utama semua sistem
tetap komunikatif dengan perkembangan
penyelenggaraan negara Indonesia. Hukum sebagai
masyarakat yang dinamis.
produk negara tidak dapat dilepas dari falsafah
negaranya. Dalam pandangan seperti ini, maka filsafat
Menurut Alfian (Wiyono,2012:5) suatu Ideologi hukum pun tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
terbuka memiliki tiga dimensi, yaitu: (1) dimensi filsafati dari negaranya.
realita, yakni bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam ideologi tersebut secara riil
Karena filsafat hukum Pancasila diterima dalam
berakar dan hidup dalam masyarakat; (2) dimensi
konsepsi pemikiran hukum dan dijadikan landasan
idealisme yaitu bahwa ideologi tersebut
normatif pembentukan dan pelaksanaan hukum, maka
memberikan harapan tentang masa depan yang
semua pola penyelenggaraan negara akan bertumpu pada
lebih baik; dan (3) dimensi fleksibilitas atau
Pancasila. Hal ini sejalan dengan pemikiran Notonagoro
dimensi pengembangan, yaitu bahwa ideologi
yang mengemukakan, bahwa sebagai konsekuensi
tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
pengembangan pemikiran.
maka pembukaan yang memuat Pancasila itu sebagai
staatsfundamental-norm. Konsekuensinya nilai-nilai
Perlu ditegaskan, pengertian Pancasila sebagai Pancasila, secara yuridis harus diderivasikan kedalam
ideologi terbuka ialah, bahwa nilai-nilai dasar UUD Negara Indonesia dan selanjutnya pada seluruh
Pancasila, intisari yang dikandung ideologi peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam
Pancasila tetap kita pegang teguh dan tidak boleh kedudukan seperti ini Pancasila telah memiliki legitimasi
berubah. Keterbukaan itu menyangkut penjabaran filosofis, yuridis dan politis. Dalam kapasitas ini
pelaksanaannya yang dapat disesuaikan dengan Pancasila telah diderivasikan dalam suatu norma-norma
kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi oleh dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
bangsa Indonesia dalam setiap kurun
waktu.Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
Terkait dengan hal itu, menurut Moh. Mahfud MD hukum merupakan produk legislasi yang dibuat secara
(Konggres Pancasila I, 2009) dalam pembentukan demokratis berdasarkan Pancasila.
negara hukum, maka Pancasila harus melahirkan
kaidahkaidah penuntun dalam pembuatan politik
Bentuk Negara Kesatuan adalah bentuk negara yang
hukum atau kebijakan negara lainnya yaitu: (1)
terdiri dari satu negara saja betapapun besar maupun
kebijakan umum dan politik hukum harus tetap
kecil, dan ke dalam maupun ke luar merupakan
menjaga integrasi atau keutuhan bangsa baik
kesatuan. Bila suatu negara tidak terjadi karena adanya
secara ideologi maupun secara teritori, (2)
beberapa negara yang bergabung dan oleh karenanya
kebijakan umum dan politik hukum haruslah
kedaulatan negara secara utuh dan bulat ada pada tangan
didasarkan pada upaya membangun demokrasi
pusat, maka bentuk negara ini disebut negara kesatuan
(kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara
(Sugandha,1981:2). Sedangkan Moh. Kusnardi dan
hukum) sekaligus, (3) kebijakan umum dan politik
Bintan R. Saragih (1994:207-208) menyatakan: “Disebut
hukum haruslah didasarkan pada upaya
negara kesatuan apabila kekuasaan Pemerintah Pusat dan
membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Pemerintah Daerah tidak sama dan tidak sederajat.
Indonesia, (4) kebijakan umum dan politik hukum
Kekuasaan Pemerintah Pusat merupakan kekuasaan yang
haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
menonjol dalam negara, dan tidak ada saingan dari
beragama yang berkeadaban.Sebenarnya secara
badan legislatif pusat dalam membentuk undang-undang,
eksplisit Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang
kekuasaan pemerintah yang ada di daerah bersifat
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
derivative (tidak langsung) dan sering dalam bentuk
menyatakan: ”Pancasila merupakan sumber segala
otonomi yang luas, dengan demikian tidak dikenal
sumber hukum negara”.Namun tidak dapat
adanya badan legislative pusat dan daerah yang
dipungkiri dalam kenyataannya masih banyak
sederajat, melainkan sebaliknya.
peraturan perundang-undangan yang tidak
bersumber dan bahkan bertentangan dengan nilai-
nilai luhur Pancasila, yang tentunya hal ini sangat
memprihatinkan dan harus segera diakhiri. Pembagian wewenang dalam Negara Kesatuan pada
garis besarnya telah ditentukan oleh pembuat undang-
Apabila kita telusuri proses perumusan Undang- undang di pusat, serta wewenang secara terperinci
Undang Dasar 1945, maka wajar apabila pada era terdapat pada propinsi-propinsi, dan residu powernya
reformasi ini MPR merubah UUD 1945. ada pada pemerintah pusat Negara Kesatuan. Adapun
Perubahan itu dibenarkan sepanjang penjabaran ciri-ciri Negara Kesatuan antara lain adalah: Pertama,
Pembuka-an UUD 1945 dan tentunya tidak boleh Mewujudkan kebulatan tunggal, mewujudkan kesatuan
ber-tentangan dengan Pembukaan UUD 1945. unity, negara tunggal yang monosentris (berpusat satu).
Dalam negara kesatuan tidak ada negara dalam negara,
dan tidak terdiri dari daerah-daerah yang berstatus
UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus negara bagian;Kedua, Hanya mempunyai satu negara
1945 diganti dengan Konstitusi Republik serta hanya mempunyai satu pemerintahan, satu kepala
Indonesia Serikat (KRIS) pada tanggal 27 negara, satu badan legislatur bagi seluruh daerah negara.
Desember 1949, kemudian KRIS ini diganti Wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu
dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) badan legislatif nasional/pusat. Menurut CF Strong
1950 pada tanggal 17 Agustus 1950, selanjutnya (2002:80) ada dua esensi negara kesatuan “The two
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD essential qualities of a unitary state may therefore be said
1945 diberlakukan lagi. Pada era reformasi UUD to be (1) the supremacy of the central parliament and (2)
1945 naskah asli, oleh MPR diubah 4 kali yaitu the absence of subsidiary sovereign bodies”, disini jelas
perubahan pertama tahun 1999, perubahan kedua bahwa dalam negara kesatuan terdapat supremasi
tahun 2000, perubahan ketiga tahun 2001 dan parlemen pusat, dan negara tidak mengakui badan
perubahan keempat tahun 2002.Dalam UUD 1945 pembentuk undang-undang selain yang ada di
setelah perubahan inilah, dinyatakan secara pusat.Ketiga, Hanya ada satu pusat kekuasaan yang
eksplisit pada Pasal 1 Ayat (3): " Negara Indonesia memutar seluruh mesin pemerintahan dari pusat sampai
adalah negara hukum". Sedangkan dalam Pasal 1 ke pelosokpelosok, hingga segala sesuatunya dapat
Ayat (2) UUD 1945 perubahan dinyatakan bahwa: diatur secara sentral, seragam dan senyawa dalam
" Kedaulatan berada di tangan rakyat dan keseluruhannya. Daerah tidak mempunyai hak untuk
dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar". mengurus sendiri daerahnya. Apabila segala sesuatu
Dengan demikian jelas bahwa Negara Kesatuan diatur oleh pemerintah pusat, maka negara kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila seperti ini disebut negara kesatuan dengan system
adalah negara hukum yang demokratis atau negara sentralisasi; Keempat, Pemerintah pusat mempunyai
demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Hal ini wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya
berarti, bahwa dalam NKRI kekuasaan tunduk kepada daerah berdasarkan hak otonomi. Pengaturan
pada hukum dan semua orang mempunyai oleh pusat kepada seluruh daerah tersebut lebih bersifat
kedudukan yang sama dihadapan hukum, serta koordinasi saja namun tidak dalam pengertian bahwa
segala-galanya diatur dan diperintahkan oleh mencapai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal
pusat. Daerah diberi kesempatan dan kekuasaan 17 Agustus 1945 seperti yang dituangkan dalam
untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Negara Pembukaan UUD 1945. Namun apabila bangsa
kesatuan yang seperti ini disebut negara kesatuan Indonesia tidak mampu mengelola kebhinnekaan
dengan sistem desentralisasi. tersebut, maka akan terjadi gejolak yang berkepanjangan
dan berakibat munculnya berbagai masalah,
keterpurukan, penderitaan dan perpecahan, yang pada
Dengan demikian jelas bahwa negara kesatuan
gilirannya dapat menghancurkan NKRI yang
tetap dipertahankan dengan memberikan otonomi
berdasarkan Pancasila.
yang seluas-luasnya kepada daerah. Yang lebih
penting dalam pemilihan semua bentuk negara
akan sangat erat kaitannya dengan struktur sosial Untuk mempertahankan NKRI, tiada lain bangsa
dan etnisitas masyarakat yang ada dalam negara Indonesia harus memperkuat faktor yang dapat
tersebut. Sebuah negara yang sangat tinggi tingkat mengintegrasikan bangsa Indonesia dan memperlemah
homogenitasnya tidak sulit mempraktekkan faktor yang dapat mengakibatkan disintegrasinya bangsa
federalisme, terutama yang menyangkut derajat Indonesia. Padahal secara faktual faktor yang dapat
pembilahan sosialnya. Sebaliknya dalam mengintegrasikan bangsa sekarang ini cenderung
masyarakat yang sangat tinggi tingkat fragmentasi melemah sedangkan faktor disintegrasi bangsa sangat
sosialnya, diperlukan sebuah pemerintahan terasa mengancam keutuhan NKRI.
nasional yang kuat.

Namun dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 5. Kesimpulan


dinyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia Kesimpulan dalam telaah kasus ini adalah dimana NKRI
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah sebagai negara bangsa adalah merupakan perwujudan
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang wawasan nasional yaitu sila Persatuan Indonesia yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Kemanusiaan yang adil dan beradab serta menjiwai dan
dengan undang-undang”. Substansi pasal ini dapat meliputi sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
memunculkan pemahaman, bahwa dengan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
dibaginya NKRI atas daerah-daerah provinsi dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagi
kabupaten serta kota, maka daerah yang dimaksud bangsa Indonesia yang sangat mendesak untuk dilakukan
dapat disamakan setingkat dengan negara bagian dalam rangka meneguhkan NKRI berdasarkan Pancasila
pada negara federal.Di samping itu, menurut Jimly adalah menegakkan supremasi hukum berdasarkan
Asshiddiqie (2002:22-23) merujuk Pasal 18 ayat Pancasila dengan tanpa pandang bulu dan
(5) UUD 1945 perubahan yang isinya: kontekstualisasi serta mengimplementasikan nilai-nilai
”Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi luhur Pancasila dalam semua peraturan
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang perundangundangan di Indonesia, serta dalam dunia
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pendidikan, karena dalam negara hukum peraturan
Pemerintah Pusat”, berarti pasal tersebut perundang-undangan akan menjadi landasan, dasar
mempunyai pengertian, bahwa otonomi yang hukum semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
seluasluasnya kecuali urusan yang oleh undang- Sedangkan pendidikan tidak hanya mencetak manusia-
undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah manusia yang cerdas, terampil namun juga
Pusat, juga mengandung konsekuensi pengertian mempertahankan, mengembangkan dan
kearah pengaturan yang bersifat federalistis. mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila yang
Asumsi dasarnya adalah bahwa kekuasaan asal merupakan ciri khas dan identitas bangsa yang ber
atau sisa (residual power) justru berada di daerah, Bhinneka Tunggal Ika.Adapun yang sangat penting
kecuali jika undang-undang menentukan lain. untuk diingat oleh seluruh bangsa Indonesia, bahwa:
Prinsip kekuasaan asal yang berada di daerah “Bangsa Indonesia akan besar dan kuat bukan oleh
(negara bagian) ini adalah prinsip yang biasa bangsa lain, tetapi oleh bangsa Indonesia sendiri. Namun
dikenal dalam lingkungan negara-negara yang bangsa Indonesia akan pecah dan hancur juga bukan
menganut federalisme. oleh bangsa lain tetapi oleh bangsa Indonesia sendiri”.

Para pendiri NKRI sejak awal menyadari bahwa 6. Daftar Rujukan


keberadaan masyarakat yang ber-bhinneka adalah Asshiddiqie. Jimly, 2006, Konstitusi dan
merupakan realita yang harus diakui, diterima dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sekretariat
dihormati oleh bangsa Indonesia. Para pendiri Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI
negarapun sadar, bahwa apabila bangsa Indonesia Budiardjo, Miriam, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
mampu mengelola dengan baik kebhinnekaan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia akan Mahfud MD, 2009, Pancasila Sebagai Hasil Karya dan
menjadi bangsa yang besar dan dapat segera Milik Bersama, Makalah Pelengkap Atas Naskah:
Keynote Speech” Yogyakarta: Konggres
Pancasila yang diselenggarakan dalam bentuk
kerjasama antara Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia dan Universitas Gajahmada,
Noor Syam. Mohammad, 2000, Penjabaran Filsafat
Pancasila dalam Filsafat Hukum, Cet. II,
Malang: Universitas Negeri Malang
Yudo Husodo, Siswono, 2005, Upaya
Meningkatkan Jati Diri Bangsa Dalam
Menghadapi Dinamika Global: dalam
Memelihara dan Menjaga Kemajemukan Dalam
NKRI, Jakarta: Menkopolhukam

Anda mungkin juga menyukai