Anda di halaman 1dari 41

PT PLN NUSANTARA POWER

PERATURAN DIREKSI PT PLN NUSANTARA POWER

Nomor : 0035.P/019/DIR/2023

TENTANG

PERATURAN PELAKSANA TATA LAKSANA PERGUDANGAN DAN PENERIMAAN JASA


PT PLN NUSANTARA POWER

DIREKSI PT PLN NUSANTARA POWER

Menimbang a. bahwa pedoman tata laksana pergudangan Perusahaan telah diatur


dalam Keputusan Direksi Nornor 096.K/020/DIR/2010 Prosedur Tata
Laksana Pergudangan PT Pembangkitan Jawa Bali;
b. bahwa pengelolaan pergudangan di PT PLN Nusantara Power
semakin kompleks sehingga diperlukan penyempurnaan mekanisme
sistem tata laksana pergudangan yang selaras dengan Integrated
Management System (IMS);
c. bahwa Penerimaan Jasa di Lingkungan PT PLN Nusantara Power
belum diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Direksi sehingga perlu
dirumuskan agar pelaksanaan penerimaan jasa dapat berjalan lebih
efektif;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b dan c di atas, perlu
dilakukan perubahan atas Keputusan Direksi Nomor
096.K/020/DIR/2010 tentang Prosedur Tata Laksana Pergudangan
guna mendukung kegiatan bisnis Perusahaan dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Mengingat 1. Anggaran Dasar PT PLN Nusantara Power;


2. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0182.P/DIR/2022 tentang
Kebijakan Strategis Keselamatan dan Kesehatan Kerja, keselamatan
lnstalasi, dan Keselamatan Masyarakat Umum;
3. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 687.K/DIR/2010 tentang
Sistem Tata Kelola Pergudangan di Lingkungan PT PLN (Persero);
4. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
003.P/019/DIR/2019 tentang lmplementasi PJB IMS 2.0 di PT PJB;
5. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
052.P/019/DIR/2019 tentang Pedoman Pembayaran dan Penerimaan
PT Pembangkitan Jawa-Bali;
6. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0014.P/019/DIR/2021 tentang Penarikan Aset PT Pembangkitan
Jawa-Bali;
7. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
034M.P/019/DIR/2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT
Pembangkitan Jawa-Bali;
8. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0037.P/019/DIR/2021 tentang Penerapan Tanda Tangan Elektronik
{TTE) di PT Pembangkitan Jawa-Bali;
9. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0024.P/019/DIR/2022 Tentang Peraturan Pelaksana lmplementasi
Manajemen Aset Pembangkitan PT Pembangkitan Jawa-Bali;
10. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0040.P/019/DIR/2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT
Pembangkitan Jawa-Bali;
11. Peraturan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0098.P/019/DIR/2022 tentang Kewenangan Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa PT Pembangkitan Jawa-Bali;
12. Keputusan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
001.K/553/DIR/2012 tentang Pembersihan Limbah di lingkungan PT
Pembangkitan Jawa-Bali.
13. Keputusan Direksi PT Pembangkitan Jawa-Bali Nomor
0049.K/020/DIR/2012 tentang Kebijakan Lingkungan, Keselamatan
dan Kesehatan Kerja PT Pembangkitan Jawa-Bali.

Memperhatikan Akta Notaris Shahreza Annaz, S.H., M.Kn., Nomor 8 tanggal 24 Agustus 2023.

MEMUTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKSI PT PLN NUSANTARA POWER TENTANG


PERATURAN PELAKSANA TATA LAKSANA PERGUDANGAN DAN
PENERIMAAN JASA PT PLN NUSANTARA POWER

Pasal 1
Ketentuan Umum

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Alamat Penyimpanan adalah suatu informasi yang memberikan petunjuk atau mengarahkan
pada lokasi dari penyimpanan dari suatu barang/material yang merujuk pada Bin Location atau
rak yang digunakan.
2. Serita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB) adalah dokumen yang sudah tertandatangani baik
secara fisik maupun secara elektronik yang tersertifikasi dan diterbitkan oleh Tim Pemeriksa
Barang.
3. Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan (SAPP) adalah berita acara yang dibuat untuk menyatakan
bahwa pekerjaan yang diperjanjikan telah selesai dilaksanakan dan setelahnya tidak ada lagi
keterkaitan pihak satu dengan lainnya kecuali ketentuan garansi barang/jasa yang lazim di
pasaran.
4. Bin Location adalah kode tempat penyimpanan pada rak.
5. Bon Penerimaan Barang (BPB) adalah form yang dicetak dari Sistem lnformasi Terpadu (SIT
ERP) sebagai bukti valid telah diterimanya material sesuai surat perjanjian/kontrak/surat
pesanan yang digunakan sebagai dasar pembayaran ke penyedia barang/jasa yang berisikan
daftar barang yang diterima dan tanda tangan tim penerima barang.
6. Bon Pengembalian Barang adalah form yang digunakan untuk mengembalikan barang pada
SIT ERP.
7. Bon Permintaan Barang secara Manual adalah form yang diterbitkan Fungsi Gudang di Unit
untuk mengeluarkan barang secara manual/emergency.
8. Buku Panduan SIT ERP adalah pedoman yang menjelaskan mengenai Gudang secara teknis
mengenai penggunaan SIT ERP.
9. Direksi adalah Direksi PT PLN Nusantara Power.
10. Formulir Penerimaan Jasa adalah bukti bahwa Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan (SAPP)
telah ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Barang/Jasa dan selanjutnya akan dilakukan
penerimaan secara sistem oleh Fungsi Akuntansi.
11. Integrated Management System (IMS) adalah cetak biru perusahaan yang menyelaraskan
dimensi corporate strategic, risk, regulation, capability, standard dan KPI yang terangkum
dalam Business Architecture dengan Data Architecture, Application Architecture dan
Technology Architecture.
12. Kantor Pusat adalah Kantor Pusat PT PLN Nusantara Power.
13. Form Pernyataan Kesesuaian Dokumen adalah dokumen yang dibuat oleh Tim pemeriksa
kualitas barang dan atau Jasa untuk mengesahkan kesesuaian antara dokumen fisik asli yang
diserahkan Penyedia barang/jasa kepada Pengguna barang/jasa (untukjasa) dan fungsi
gudang (untuk barang/material) dengan dokumen yang di-upload pada sistem oleh Penyedia
barang/jasa.
14. Pengguna Barang/Jasa adalah pihak yang berwenang menggunakan, mengelola dan
memelihara asset perusahaan agar senantiasa dapat dipergunakan dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya guna menunjang aktifitas perusahaan, dalam hal ini adalah Direksi, Direktur
Utama, Direktur Terkait atau Pejabat struktural satu tingkat di bawah Direksi, Pimpinan Unit,
yang menggunakan dan/atau menerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari
barang/jasa yang dihasilkan dari proses Pengadaan Barang/Jasa.
15. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas {PT), Sadan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan hukum publik lainnya, Sadan Usaha Milik Daerah
(BUMD), lembaga, konsorsium, Joint Operation, Koperasi, Firma, Commanditaire Vennotschap
(CV), persekutuan perdata (Maatschap), badan usaha luar negeri dan/atau perorangan yang
kegiatan usahanya menyediakan barang/jasa.
16. Pergudangan adalah suatu area/lokasi/tempat yang terbuka atau tertutup dan diperlukan untuk
menyimpan barang/material dan di dalamnya terdapat kegiatan administrasi serta tenaga kerja
untuk melakukan kegiatan-kegiatan pergudangan yang merupakan suatu titik awal dalam
pengelolaan, pengendalian, dan transaksi barang persediaan.
17. Perusahaan adalah PT PLN Nusantara Power (PT PLN NP).
18. Petugas Gudang adalah seseorang atau tim yang merupakan bagian dari struktur yang memiliki
tugas untuk melakukan pengelolaan proses bisnis pada fungsi Gudang.
19. Sistem lnformasi Terpadu untuk Enterprise Resource Planning (SIT ERP) adalah Sistem
lnformasi Terintegrasi untuk mengelola database Supply Chain Management di PT PLN
Nusantara Power.
20. Tanda Tangan Elektronik (TTE) adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai
alat verifikasi dan autentifikasi.
21. Tanda Tangan Elektronik (TTE) Tersertifikasi adalah TTE melalui Sistem Elektronik yang
berlaku
pada Perusahaan yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.
22. Tim Pemeriksa Kualitas Barang adalah Tim yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Unit/
Pengguna Barang untuk melakukan Pemeriksaan barang sesuai dengan Purchase Order (PO).
23. Tim Pemeriksa Kualitas Jasa adalah Tim yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pimpinan Unit/
Pengguna Jasa untuk melakukan pemeriksaan Jasa Sesuai dengan Purchase Order (PO).
24. Unit adalah Unit-Unit di lingkungan Perusahaan yang terdiri dari Unit Pembangkitan, Unit
Pelaksana Pembangkitan, Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan, Unit Maintenance,
Repair and Overhaul, Unit PJB Academy, Unit Pelaksana Proyek, dan Unit-Unit lainnya yang
dibentuk sesuai dengan kebutuhan bisnis Perusahaan.

Pasal2
Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan ditetapkannya Peraturan ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengelolaan gudang dan penerimaan jasa agar memenuhi ketentuan yang berlaku serta
meningkatkan kinerja dan efektifitas pengelolaan gudang dan penerimaan jasa.

Pasal3
Ruang Lingkup

(1) Ruang lingkup Peraturan ini meliputi:


a. Pergudangan
b. Penerimaan Barang/Material
c. Penyimpanan Barang/Material
d. Pengeluaran dan Mutasi Barang/Material
e. Pengembalian Barang/Material ke Gudang (Return)
f. Stock Opname
g. Penerimaan Jasa
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal4
Ketentuan Lain-lain

(1) Tata cara penggunaan teknologi, aplikasi dan proses bisnis dalam rangka untuk mendukung
pelaksanaan Peraturan ini dituangkan dalam Integrated Management System (IMS) yang
berlaku di Perusahaan.
(2) Dokumen Formulir, Serita Acara, serta hal teknis lainnya dalam rangka untuk mendukung
pelaksanaan Peraturan ini dituangkan dalam Integrated Management System (IMS) yang
berlaku di Perusahaan.

Pasal5
Ketentuan Penutup

(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan ini akan ditetapkan
kemudian oleh Direksi.
(2) Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Direksi Nomor 096.K/020/DIR/2010 tentang
Prosedur Tata Laksana Pergudangan PT Pembangkitan Jawa-Bali serta ketentuan-ketentuan
lain yang bertentangan dengan Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Bidang yang melaksanakan fungsi Supply Chain Management sebagai pemilik proses
bertanggung jawab melakukan monitoring dan evaluasi setiap tahun secara berkala terhadap
Peraturan ini.
(4) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini, akan ditinjau kembali dan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 29 Desember 2023
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

DAFTARISI

BAB I PERGUDANGAN 2
1.1 Manajemen Pergudangan 2
1.2 Fungsi Pergudangan 2
1.3 Jenis dan Bentuk Gudang 2
1.4 Fasilitas dan PeraIatan Gudang 3
1.5 Pengamanan, Keselamatan Dan Kenyamanan 5
BAB II PENERIMAAN BARANG/MATERIAL 8
2.1 Prosedur Penerimaan dari Fungsi Pembelian 8
2.2 Prosedur Penerimaan Barang/Material Dari Mutasi Antar Unit... 12
BAB Ill PENYIMPANAN BARANG/MATERIAL 14
3.1 Metode Penyimpanan Dan ldentitas Barang/Material. 14
3.1.1 Prosedur Penyimpanan Barang/Material 15
3.1.2 ldentitas (Pencatatan) Barang/Material 17
3.2 Metode Perawatan Dan Penanganan Barang/Material 19
BAB IV PENGELUARAN DAN MUTASI BARANG/MATERIAL.. 23
4.1 Pengeluaran Barang/Material Untuk Pemakaian Unit.. 23
4.2 Pengeluaran Barang/Material Untuk Mutasi (Transfer) 23
BAB V PENGEMBALIAN BARANG/MATERIAL KE GUDANG (RETURN) 24
5.1 Pengembalian Barang/Material Ke Gudang (Return) 24
5.2 Tujuan Pelaksanaan Pengembalian (Return) Ba rang/material. 24
5.3 Prosedur Pengembalian Barang/Material (Return) Karena Kelebihan Atau Sisa
Pemakaian Dalam Pelaksanaan Pekerjaan 24
5.4 Prosedur Pengembalian Barang/Material (Return) Karena Hasil Pembongkaran Atau
Barang Bekas Pakai 24
5.5 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Layak Pakai 25
5.6 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Layak Repair .. 25
5. 7 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Rusak (Tidak
Bisa Digunakan) 26
BAB VI STOCK OPNAME 27
6.1 Pemahaman Urn um 27
6.2 Ruang Lingkup Stock Opname 27
6.3 Metode Dan Waktu Pelaksanaan Stock Opname 28
6.4 Keanggotaan Tim Stock Opname 28
6.5 Klasifikasi Kriteria Status Barang/Material. 29
6.6 Tindak Lanjut Pasca Pelaksanaan Stock Opname 31
BAB VII PENERIMAAN JASA 32

1
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BABI
PERGUDANGAN

1.1 Manajemen Pergudangan


Manajemen pergudangan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen material
yang di dalamnya terdapat kegiatan pengelolaan atau maintenance seluruh transaksi
barang persediaan yang meliputi penerimaan, penyimpanan, perawatan, pengamanan,
pemindahan/mutasi, pengendalian persediaan, pengeluaran, pengembalian/retum
barang/material, stock opname, serta penghapusan material.

1.2 Fungsi Pergudangan


Secara umum, fungsi dan peran suatu sistem pergudangan adalah:
a. Melakukan tata usaha (administrasi) atas barang/material yang masuk dan keluar
gudang;
b. Melakukan penyimpanan barang/material secara teratur dan tertib, sehingga
barang/material terhindar dari kerusakan/kehilangan dan dapat memberikan pelayanan
dengan cepat;
c. Melakukan perawatan atas barang/material selama penyimpanan, mengatur dan
Memelihara tempat penyimpanan barang/material;
d. Merencanakan tempat yang memenuhi syarat untuk barang/material yang belum
mendapatkan tempat yang semestinya, dan merencanakan waktu penerimaan
barang/material yang akan masuk ke gudang;
e. Mengadakan pencatatan barang/material.

1.3 Jenis dan Bentuk Gudang


Secara fisik dan fungsi gudang dibedakan menjadi:
a. Gudang tertutup, yaitu:
1. Gudang yang beratap dan berdinding samping, memakai pintu dan jendela serta
adanya ventilasi.
i. Gudang Spare Part
a. Gudang Spare Part
Contoh: Material mechanical, electrical, consumable, dll
b. Gudang Spare Part Terkondisi (suhu dan kelembaban terjaga)
Contoh: Material control instrument, relay, power supply, dll
ii. Gudang Kimia dan Pelumas
Dilengkapi oleh saluran drainase, bak penampung, eyewash, exaust fan,
fasilitas APO Kimia, papan MSDS (Material Safety Data Sheet), rambu kimia.
2. Gudang yang beratap tetapi tidak berdinding samping
Contoh: Gudang penyimpanan tabung gas
b. Gudang terbuka ialah suatu lapangan terbuka yang digunakan untuk menyimpan
barang/material yang tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca. Gudang terbuka terbagi
dalam 2 jenis yaitu:

2
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

1. Gudang terbuka yang diolah


Adalah suatu lapangan terbuka yang sudah diratakan. Permukaanya diperkeras atau
dilapisi alat/bahan lain sehingga siap untuk menerima beban/muatan yang akan
diletakkan di atasnya. Gudang terbuka yang diolah ini mempunyai konstruksi yang
baik artinya mempunyai sistim pengeringan yang baik sehingga bila terkena hujan
dapat segera kering sehingga selalu terbebas dari air. Fungsi pengerasan pada
gudang terbuka jenis ini memberikan perlindungan pada tempat penempatan
barang/material dan memudahkan pelaksanaan kerja dengan alat maupun dengan
tenaga manusia.
2. Gudang terbuka yang tidak diolah
Pembuatan gudang jenis ini tidak memerlukan tenaga dan biaya yang besar.
Pemakaian tanahnya tidak memerlukan pengolahan. Permukaan tanah tidak perlu
selalu dirapikan atau dibuat dengan suatu sistim pengeringan khusus. Gudang
terbuka jenis ini harus mempunyai:
a) tempat untuk bongkar/muat
b) tempat untuk memeriksa barang/material yang masuk/keluar
c) tempat untuk kegiatan administrasi

1.4 Fasilitas dan Peralatan Gudang


Untuk mengoptimalkan fungsi dan peran sistem pergudangan, maka diperlukan kondisi fisik
bangunan yang memadai dan dukungan fasilitas serta peralatan dengan desain yang
memadai, baik untuk fungsi penerimaan, penyimpanan, perawatan, pengamanan dan
keamanan serta fungsi pengeluaran dan ekspedisi.
Fasilitas dan peralatan gudang yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas dan Prasarana Pendukung
Kebutuhan dasar pelaksana gudang (pegawai) harus tersedia dengan baik dan standar
yang memadai. Oleh karena itu dalam merencanakan tata ruang gudang harus
dipertimbangkan kebutuhan pegawai yang antara lain kamar mandi, toilet, peralatan
P3K, dan ketersediaan kantin. Letak kamar mandi, toilet, peralatan P3K dan kantin
hendaknya tidak terlalu jauh dari gudang sehingga tidak memerlukan waktu dan tenaga
yang cukup besar jika memerlukannya.

b. Ruang Penerimaan Barang


(ImportArea)
Adalah ruangan yang berada dalam area gudang dan terpisah dengan tempat
penyimpanan barang/material atau yang lazim disebut dengan "Area Material
Karantina". Area ini berfungsi sebagai tempat penerimaan awal. Area ini merupakan
tempat kedatangan barang/material secara fisik sebelum dilakukan proses pemeriksaan
(quality control) sampai dengan diterbitkannya Bon Penerimaan Barang dan dilakukan
transaksi penerimaan secara sistem akuntansi maupun SIT ERP. Barang/material
dalam kondisi ini disebut 'Material dalam Karantina'.
Area ini sekaligus berfungsi sebagai tempat pemeriksaan barang oleh Tim Pemeriksa
Kualitas Barang/Jasa, khususnya untuk barang/material yang tidak memerlukan
pengetesan secara sistem.

3
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

Untuk memudahkan identifikasi dan efektifitas proses, area ini dibagi menjadi beberapa
area. Masing-masing area dilengkapi dengan identitas area dan daftar barang yaitu:
1. Area untuk barang yang baru datang yang menunggu proses pemeriksaan
2. Area untuk barang yang sudah dilakukan pemeriksaan, yang terdiri dari:
a. barang diterima, siap untuk ditransaksikan dan ditentukan Bin Locationnya di
gudang sebagai barang persediaan.
b. barang ditolak, untuk dikembalikan ke pihak Penyedia Barang.
3. Area untuk barang titipan. Barang titipan adalah barang/material yang sudah datang
di gudang tetapi belum bisa diterima secara fisik karena adanya kekurangan jumlah
(kuantitas) yang dikirim atau kekurangan persyaratan administrasi.

c. Ruang Pengeluaran Barang (ExportArea)


Adalah ruangan atau area yang terpisah dengan area penyimpanan barang/material
yang berfungsi sebagai tempat transaksi penyerahan barang/material dari petugas
gudang kepada pengguna barang/material. Ruangan ini juga berfungsi sebagai tempat
transit sementara untuk barang/material yang sudah ditransaksikan pengeluarannya
melalui SIT ERP dan sudah dikeluarkan dari bin location, namun masih menunggu
pengambilan oleh pengguna barang/material. Dengan demikian selain petugas gudang
dilarang masuk di area penyimpanan barang/material.

d. Sarana Sistem lnformasi Terpadu (SIT)


Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses bisnis sistem pergudangan adalah
tersedianya Sistem lnformasi Terpadu (SIT) baik ERP maupun aplikasi pendukung
lainnya yang handal dan online serta mencakup semua aspek transaksi yang ada.
Dengan adanya Sistem lnformasi Terpadu yang baik, andal dan online, proses
monitoring, pengendalian dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, tepat, akurat dan
menyeluruh. Tidak semua proses bisnis yang ada dapat difasilitasi oleh Sistem lnformasi
Terpadu (SIT), sehingga hal-hal yang tidak difasilitasi oleh Sistem lnformasi Terpadu
(SIT) tetap dilaksanakan secara manual, baik secara seri maupun pararel.

e. Rak
Salah satu fasilitas yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses
penyimpanan barang/material.

f. Ganjal/Bantalan
Untuk pengamanan penyimpanan barang/material dari pengaruh lingkungan dan untuk
menambah penguatan dalam penumpukan serta memudahkan penanganan
pengangkatan dan pengangkutan, maka diperlukan ganjal/bantalan sesuai dengan
kebutuhan. Ganjal/bantalan berfungsi sebagai spacers (pengisi antara).
Adapun jenis bantalan (ganjal) yang dipergunakan adalah:
1. Bantalan Lantai
Bantalan berupa lembaran (triplek, papan, plat besi, dll) yang bertujuan untuk
memberikan pengamanan terhadap barang/material yang mudah rusak karena
kelembaban lantai, contohnya adalah bahan kertas, tekstil dll.

4
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

2. Bantalan Panjang (balok panjang)


Digunakan sebagai bantalan lantai, yang bertujuan untuk memberikan kekuatan
pada kemampuan tumpukan, terutama untuk barang dengan bentuk tak menentu
atau barang yang mudah hancur.
3. Bantalan Pendek (balok pendek)
Digunakan sebagai penopang peti-peti sehingga memudahkan forklift untuk
mengangkatnya.

g. Pengikat
Terbuat dari plastik, kawat, karet, kain goni, tali rafia, rantai atau material lainnya yang
digunakan untuk mengikat kelompok barang/material menjadi satu.

h. Pallet
Digunakan sebagai alas untuk penumpukan barang/material seperti semen, minyak
dalam drum, barang dalam peti, kotak atau material lainnya sehingga memudahkan
proses mobilisasi menggunakan forklift untuk penghematan waktu dan tenaga. Ukuran
pallet harus disesuaikan dengan konstruksi serta maksud dan tujuan penggunaannya.

i. Alat Bantu Teknik Gudang


Keberadaan alat bantu teknik dalam sistem pergudangan sangat diperlukan untuk
memudahkan handling baik dalam proses penerimaan, penyimpanan, pemindahan dan
pengeluaran barang/material di gudang. Alat bantu teknik dalam sistem pergudangan
antara lain:
1. Alat bantu teknik moving
Traktor, forklift, kereta dorong roda empat dan roda dua, kereta dengan tenaga,
kereta dengan alat untuk menaikkan, derek, roda pemisah, crane dll.
2. Alat bantu bantu teknik non
moving
Timbangan duduk, alat ukur panjang (meteran), literan, mikrometer atau
schuifmatten, pompa tangan, gergaji besi, gunting, tang kombinasi, palu, linggis,
catut, kemoceng, majun, alat penyedot debulvacuum cleaner dengan hose yang
cukup, dll.

1.5 Pengamanan, Keselamatan Dan Kenyamanan


Keamanan dan keselamatan dalam sistem pergudangan mutlak diperlukan dalam
mengelola material gudang. Keamanan dan keselamatan ini meliputi keamanan dan
keselamatan untuk petugas selaku pelaksana dan penanggung jawab pergudangan,
maupun terhadap barang/material yang disimpan dalam gudang.
Petunjuk dan ketentuan-ketentuan mengenai pengamanan, keamanan dan keselamatan
baik terhadap petugas maupun barang/material harus mudah dimengerti dan dilaksanakan.
Pengamanan pada suatu komplek pergudangan meliputi:
a. Pengamanan Internal
Merupakan sistem pengamanan terhadap gangguan internal. Gudang harus selalu
dalam keadaan terkunci apabila tidak ada petugas gudang yang sedang bekerja di
dalamnya. Untuk kegiatan di luar jam kerja hanya dibatasi untuk orang-orang tertentu
5
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

saja. Petugas gudang harus ikut mengawasi dan bertanggung jawab secara langsung.
Contoh pengamanan internal: segel plastik, access control, CCTV

b. Pengamanan Eksternal
Merupakan sistem pengamanan terhadap gangguan eksternal, yang berupa pagar dan
pintu keluar masuk yang dibatasi seminimal mungkin. Pengangkut barang/material yang
keluar masuk harus diperiksa terlebih dahulu dan hanya boleh membawa
barang/material yang dilengkapi dengan dokumen yang sah. Dalam sistem
pengamanan gudang harus dilakukan penjagaan yang optimal dan menjadi satu
kesatuan dalam sistem penjagaan komplek perusahaan.

c. Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran dan Kecelakaan


Seperti halnya di tempat lain, bahaya kebakaran dan kecelakaan sangat rentan terjadi
di area pergudangan, baik yang disebabkan oleh faktor manusia, lingkungan,
peralatan bahkan dari barang/material sendiri. Sistem LK3 harus menjadi bagian yang
penting dalam sistem pergudangan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan terkait
dengan keamanan dan keselamatan adalah sebagai berikut:
1. Jalan dan pintu dibuat dengan lebar minimal 3,60 (tiga koma enam puluh) meter
atau
disesuaikan dengan kondisi gudang sehingga memudahkan mobil pemadam
kebakaran atau petugas pemadam untuk masuk dan keluar gudang;
2. Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang tepat dan dilakukan
pengecekan secara berkala oleh petugas yang berwenang;
3. Petunjuk dan tata cara memadamkan kebakaran harus dibuat dengan jelas dan
seringkas mungkin. Tempat-tempat yang mempunyai potensi mudah terbakar harus
diberi tanda;
4. Tempat sampah harus tersedia dan dibersihkan secara berkala;
5. Barang/material yang mudah meledak atau mudah terbakar harus ditempatkan
tersendiri yang terpisah dari gudang lainnya;
6. Barang/material yang mengandung racun atau bahan kimia berbahaya harus
mendapat perlakuan dan penanganan secara khusus;
7. Penggunaan peralatan dan sarana kerja harus sesuai dengan Standard Operation
Prosedure (SOP) yang ada;
8. Tersedianya alat-alat pelindung diri (APO) yang standar, meliputi sarung tangan,
safety shoes, masker tutup hidung, safety helmet, kaca mata, sumbat telinga, dll;
9. Tata ruang dan penempatan rak harus memperhatikan sistem LK3;
10. Menerapkan sistem SS;
11. Tersedianya alat komunikasi;
12. Diupayakan tidak ada tiang-tiang di dalam gudang sehingga tidak mengganggu
penempatan rak, barang/material, ruang gerak petugas gudang maupun peralatan
gudang serta arus kegiatan gudang lainnya;
13. Sistem penerangan, emergency lamp dan sirkulasi udara harus cukup. Penerangan
sangat bermanfaat untuk menjaga keamanan dan memperlancar jalannya sistem
pergudangan. Kelembaban udara sangat berpengaruh pada kualitas

6
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023
barang/material yang disimpan. Oleh karena itu suhu ruang gudang harus dapat
dipertahankan.

7
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

14. Daya pikul lantai. Rencana penggunaan gudang sangat menentukan daya pikul
lantai. Diupayakan agar lantainya tidak rusak karena beban berat barang/material
yang disimpan, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan aktivitas di gudang. Pada
umumnya batas kekuatan daya pikul lantai berkisar antara 0,5 sampai 1 Ton per
meter bujur sangkar;
15. Ukuran bangunan atau lapangan. Dimensinya bergantung pada rencana peruntukan
bangunan tersebut untuk menyimpan berapa banyak material yang akan disimpan
agar tidak terjadi pemborosan.
16. Jalur evakuasi dalam keadaan darurat harus jelas dan tidak terhalang.

8
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BAB II
PENERIMAAN BARANG/MATERIAL

Penerimaan barang/material adalah salah satu fungsi dalam sistem pergudangan. Penerimaan
barang/material merupakan kegiatan awal dalam sistem pergudangan yang termuat dalam proses
bisnis manajemen material.
Penerimaan barang/material dalam sistem pergudangan berasal dari beberapa sumber, antara lain:
a. Penerimaan dari fungsi pembelian
b. Penerimaan dari mutasi (transfer) antar gudang (internal Unit, antar Unit, PLN Nusantara
Power
Group, PLN Group).

2.1 Prosedur Penerimaan dari Fungsi Pembelian


a. Monitoring dan SchedulingRencana Kedatangan Barang/Material
1. Petugas gudang melakukan monitoring dan merencanakan penerimaan
barang/material yang akan diserahkan oleh Penyedia Barang. Perencanaan
penerimaan barang/material dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kalender sebelum kedatangan barang/material.
2. Tujuan monitoring dan perencanaan adalah:
a. mengetahui bahwa akan ada barang/material yang masuk ke gudang;
b. melakukan persiapan sarana dan prasarana yang diperlukan, serta
merencanakan jadwal dan sumber daya yang dibutuhkan.
3. Monitoring dan perencanaan jadwal kedatangan barang/material disajikan secara
informatif sehingga dapat diketahui oleh semua petugas gudang dan pihak terkait
yang berkepentingan.
4. lnformasi jadwal kedatangan barang/material dapat diperoleh dari:
a. review aplikasi sistem monitoring yang ada.
b. tembusan atau foto copy Surat Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat
Perjanjian/Purchase Order (PO) yang diperoleh dari bagian pengadaan
barang/jasa, baik dari Unit maupun Kantor Pusat;

b. Penerimaan Kedatangan Barang/Material Tahap Awai


1. Tindakan Penyedia Barang:
a. Menyerahkan barang/material sesuai dengan pesanan;
b. Menyerahkan Nata/Surat Jalan/Surat Pengantar Barang serta dokumen•
dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Surat Pesanan/Surat Perintah
Kerja/Surat Perjanjian/Purchase Order (PO);
c. Penyerahan dilakukan di Ruang Penerimaan Barang (Import Area);
Menandatangani Formulir Pemeriksaan Fisik Kedatangan Barang sesuai
dengan ketentuan Formulir yang berlaku di PT PLN Nusantara Power.
d. Apabila Penyedia Barang mengirim barang tanpa dilengkapi dokumen sesuai
kontrak, maka Penyedia Barang menandatangani Formulir Penitipan Barang
Sementara sesuai dengan ketentuan formulir yang berlaku di lingkungan PT
PLN Nusantara Power.

9
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

2. Tindakan Petugas Gudang:


a. Melakukan pemeriksaan fisik (visual) dan kelengkapan dokumen yang meliputi:
1. kualitas fisik barang/material;
2. kuantitas barang/material sesuai Surat Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat
Perjanjian/Purchase Order (PO);
3. kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan, antara lain: copy Surat
Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat Perjanjian/Purchase Order (PO),
Nata/Surat Jalan/Surat Pengantar Barang, Sertifikat, manual book dan
dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan;
4. mengisi dan menandatangani Formulir Pemeriksaan Fisik Kedatangan
Barang atau Formulir Penitipan Barang Sementara sesuai pada ketentuan
formulir yang berlaku di lingkungan PT PLN Nusantara Power.
b. Menandatangani Nata/Surat Jalan/Surat Pengantar Barang dan Formulir
Pemeriksaan Fisik Kedatangan Barang. Formulir Pemeriksaan Fisik Kedatangan
Barang digunakan sebagai bukti kedatangan barang/material bahwa barang yang
diterima sementara telah memenuhi persyaratan fisik dan kelengkapan dokumen
sebagaimana angka 2.a;
3. Melakukan pencatatan penerimaan barang tahap awal, yang dalam hal ini disebut
barang/material dalam karantina;
4. Menempatkan barang/material dalam area material karantina/ruang penerimaan
barang (Import Area) di sub area barang/material sebelum dilakukan pemeriksaan,
untuk menunggu tahapan pemeriksaan selanjutnya;
5. Apabila hasil pemeriksaan fisik dan kelengkapan dokumen menyatakan tidak atau
belum memenuhi syarat, maka barang/material dinyatakan belum datang,
selanjutnya barang/material beserta dokumen diserahkan kembali ke pihak
Penyedia Ba rang;
6. Sehubungan dengan angka 5 di atas, dan dengan pertimbangan tertentu apabila
pihak Penyedia Barang tidak membawa kembali barang/material yang dikirim, maka
barang tersebut dapat dititipkan di gudang PT PLN NP dengan status sebagai
"barang titipan" dan ditempatkan di area karantina di sub area titipan. Segala risiko
(kerusakan) yang mungkin terjadi terhadap barang titipan menjadi tanggung jawab
pihak Penyedia Barang. Dalam hal ini Penyedia Barang harus mengisi dan
menandatangani Formulir Penitipan Sementara;
7. Selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah kedatangan barang/material,
petugas gudang memberitahukan kepada Tim Pemeriksa Kualitas barang/material
tentang adanya kedatangan barang/material dimaksud agar segera dilakukan
pemeriksaan.

c. Pemeriksaan dan Pengecekan Kualitas Barang/Material


1. Setelah barang/material yang dikirim oleh Penyedia Barang diterima pada tahap
awal oleh petugas gudang sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1 huruf b
angka 3 tersebut di atas, selanjutnya Tim Pemeriksa Kualitas Barang melakukan
pemeriksaan secara teknis yang meliputi pemeriksaan kuantitas dan kualitas
barang/material serta dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam Surat
Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat Perjanjian/Purchase Order (PO);
1
0
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

2. Proses pemeriksaan kuantitas dan kualitas barang/material dilaksanakan secara


bersama-sama oleh petugas gudang, Tim pemeriksa kualitas barang dan Penyedia
Barang;
3. Pemeriksaan terhadap barang/material yang tidak memerlukan pengetesan lebih
lanjut dilakukan di ruang penerimaan barang (import area). Sedangkan waktu dan
tempat pelaksanaan pemeriksaan terhadap barang/material yang memerlukan
pengecekan lebih lanjut akan ditentukan kemudian oleh Tim pemeriksa kualitas
barang.
4. Pemeriksaan dan Pengecekan kualitas barang/material dapat mencakup:
a. Pemeriksaan visual untuk memastikan bahwa tidak terdapat cacat/cacat
tersembunyi, kesesuaian dimensi dan kelengkapan yang disyaratkan pada
barang/material yang datang;
b. Test operasional secara individu, apabila diperlukan untuk barang/material yang
berjenis alat/peralatan untuk mengetahui dan memastikan bahwa
barang/material tersebut dapat berfungsi secara normal;
c. Test sistem apabila barang/material tersebut perlu diuji coba secara online.
Pelaksanaannya menyesuaikan jadwal operasional Unit dan kesepakatan antara
Penyedia Barang dan Tim pemeriksa kualitas barang;
d. Barang/material yang memerlukan tes terkait metalurgi atau kimia, maka
pelaksanaannya dilakukan di laboratorium independen.
5. Hasil pemeriksaan dan pengecekan yang melalui proses pengetesan sebagaimana
dimaksud dalam angka 4 di atas harus dibuktikan dengan dokumen hasil
pengetesan yang resmi berupa berita acara, sertifikat atau dokumen lainnya, yang
selanjutnya dilampirkan pada Serita Acara Pemeriksaan Barang;
6. Tim pemeriksa kualitas barang menerbitkan Serita Acara Pemeriksaan Barang
berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengecekan sebagaimana dimaksud pada
angka 4 dan menyatakan bahwa barang/material dimaksud dapat diterima atau
ditolak;
7. Serita Acara Pemeriksaan barang sebagaimana angka 5 harus diterbitkan pada
hari dan tanggal saat pelaksanaan pemeriksaan dan ditandatangani oleh semua
anggota Tim Pemeriksa Kualitas barang atau sekurang-kurang 50% + 1 dari
seluruh jumlah anggota Tim Pemeriksa Kualitas barang.
8. Susunan penandatangan yang wajib dicantumkan dalam Serita Acara (BA) yaitu:
1) Ketua Tim Pemeriksa Barang (Wajib)
2) Sekertaris Tim Pemeriksa Barang (Wajib)
3) Anggota (Salah satu Wajib)
4) Direksi Pekerjaan (Pengguna Barang) (opsional)
9. Petugas gudang harus menerbitkan Bon Penerimaan Barang selambat-lambatnya 2
(dua) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya Serita Acara Pemeriksaan
Barang.
10. Dalam hal penandatangan Bon Penerimaan Barang dilakukan oleh Petugas Gudang,
yang menerimakan dan atau melakukan pencatatan pada SIT ERP.

IO
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

d. Hal-hal yang harus diperhatikan pada Pemeriksaan Barang/Material


1. Waktu yang diperlukan untuk proses pelaksanaan penerimaan barang/material
selambat-lambatnya adalah 14 (empat belas) hari kalender, terhitung sejak tanggal
kedatangan barang/material di gudang sampai dengan tanggal diterbitkannya Serita
Acara Pemeriksaan Sarang.
Apabila pelaksanaannya melebihi batas waktu tersebut, maka barang/material
dianggap telah diterima dan pihak Penyedia Sarang berhak meminta Serita Acara
Pemeriksaan Sarang.
2. Ketentuan sebagaimana angka 1 di atas tidak berlaku terhadap barang/material
yang memerlukan proses pengetesan secara online di Unit atau di instansi
independen, karena pengetesan independen memerlukan waktu pengetesan yang
bergantung pada jadwal operasional Unit atau jadwal instansi terkait.
3. Apabila terjadi keterlambatan pengiriman barang/material oleh Penyedia Sarang,
dengan cara melihat selisih antara tanggal kedatangan barang dan kelengkapan
dokumen pada Surat Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat Perjanjian/Purchase
Order (PO) dengan tanggal yang tercantum pada Nota/Surat Jalan/Surat
Pengantar Sarang, maka petugas gudang harus menginformasikan keterlambatan
tersebut kepada Tim Pemeriksa Kualitas barang/material.
4. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara barang/material yang dipesan dengan
barang/material yang dikirim, maka:
a. Tim Pemeriksa Kualitas barang berhak menolak dan meminta agar Penyedia
Sarang segera mengganti barang/material dimaksud sesuai dengan yang
tercantum pada Surat Pesanan/Surat Perintah Kerja/Surat Perjanjian/Purchase
Order(PO);
b. Tim Pemeriksa Kualitas barang berhak menerima dengan syarat:
1. peralatan tersebut dapat digunakan setelah dilakukan pengetesan secara
individu maupun sistem;
2. adanya informasi tertulis dari pabrikan, berkaitan dengan ketidaksesuaian
barang/material yang dikirim;
3. memberikan catatan tersendiri pada Serita Acara Pemeriksaan Sarang
tentang ketidaksesuaian barang/material dimaksud.
5. Tim Pemeriksa Kualitas barang berhak meminta informasi ringkas mengenai tata
cara pengoperasian barang/material apabila barang/material yang datang berupa
alaUperalatan, informasi tambahan mengenai apakah barang/material tersebut
perlu penanganan secara khusus karena sifatnya yang mudah terbakar/meledak
atau mudah berubah warna/bentuk karena suhu penyimpanan yang tidak sesuai
dan informasi-informasi lainnya yang dianggap perlu (perlu jika disebutkan dalam
kontrak).
6. Apabila Serita Acara diterbitkan secara elektronik maka lampiran dokumen hasil
pengetesan dan dokumen kelengkapan lainnya agar dilengkapi dengan form
pernyataan kesesuaian dokumen.
7. Tim pemeriksa kualitas barang memiliki kewenangan untuk melakukan upload pada
sistem aplikasi yang mendukung Serita Acara, atas dokumen Serita Acara sesuai
SIT ERP dan dokumen pendukung lainnya sesuai surat perjanjian atau kontrak.

11
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

8. Dalam dokumen BAPP dapat diberikan informasi lainnya seperti hari keterlambatan,
pencapaian SLA, progress pekerjaan dan catatan tambahan lainnya.

e. AdministrasiPenerimaan di Gudang Penerima


1. Menyampaikan Serita Acara Pemeriksaan Barang dan Bon Penerimaan Barang
yang telah selesai dibuat kepada Penyedia Barang dan pelaksana pengadaan
barang/material segera setelah diterbitkannya Serita Acara Pemeriksaan Barang
dan Bon Penerimaan Barang atau selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender
serta mendokumentasikan salinan Serita Acara Pemeriksaan Barang dan
Bon Penerimaan Barang, termasuk dokumen hasil pengetesan dan dokumen
terkait lainnya, sebagai arsip gudang.
2. Melakukan pembukuan penerimaan barang/material dan melakukan proses
penerimaan pada SIT ERP menjadi barang persediaan gudang.
3. Melakukan pencatatan penerimaan barang/material pada kartu gantung transaksi
penerimaan kedalam sistem persediaan (akuntansi) di SIT ERP.
4. Membuat laporan dalam mutasi harian penerimaan ( Stock Count
Harian).

f. Penerimaan secara Fisik di Gudang Penerima


Setelah dilakukan penerimaan secara administrasi maka petugas gudang akan
melakukan penerimaan secara fisik. Hal-hal yang harus dilakukan dalam penerimaan
secara fisik adalah:
1. Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan (peralatan supporting) untuk
mengangkat dan memindahkan barang/material pada rak barang/material yang telah
tersedia.
2. Meletakkan barang/material ke dalam rak barang/material sesuai dengan kondisi,
jenis barang/material dan bin location yang telah ditentukan.
3. Memberi label identitas pada barang sesuai dengan sistem SIT ERP.

2.2 Prosedur Penerimaan Barang/Material Dari Mutasi Antar Unit


Petugas gudang harus melaksanakan tindakan dan prosedur administrasi sebagai berikut:
a. Melakukan persiapan-persiapan seperlunya terkait rencana penerimaan
barang/material, berdasarkan pemberitahuan dari pihak terkait berupa tembusan Surat
Pengantar/Nota Dinas.
b. Melakukan pemeriksaan terlebih dahulu barang/material yang datang termasuk jumlah
dan kondisi/mutu barang/material bersama-sama pihak terkait.
c. Melakukan penyelesaian administrasi penerimaan barang/material yang meliputi:
1. Menandatangani penerimaan pada Surat Jalan/Surat Pengantar Barang dari Unit
lain tersebut berdasarkan waktu penerimaan tersebut (setelah selesai
pemeriksaan barang/material dimaksud dan sesuai);
2. Membuat Bon Penerimaan Barang;
3. Melakukan proses penerimaan pada SIT ERP menjadi persediaan gudang;
4. Segera mencatat pemasukan barang/material tersebut pada kartu gantung dan
merangkum untuk dibuat laporannya.

12
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

d. Melakukan penerimaan fisik barang/material:


1. Menyiapkan segala sesuatunya (peralatan supporting) untuk mengangkat dan
memindahkan barang/material pada rak barang/material yang telah disiapkan;
2. Meletakkan barang/material kedalam rak barang/material sesuai dengan kondisi
dan jenis barang/material sesuai bin location yang telah ditentukan;
3. Memberi label identitas pada barang sesuai dengan sistem SIT ERP.
e. Membuat laporan pergerakan barang/material pada periode tersebut.

13
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BAB Ill
PENYIMPANAN BARANG/MATERIAL

Ruang lingkup dalam prosedur penyimpanan pada bagian ini meliputi:


1. Metode penyimpanan dan identitas barang/material
2. Metode perawatan dan penanganan barang/material

3.1 Metode Penyimpanan Dan ldentitas Barang/Material


Sasaran yang hendak dicapai dalam sistem penyimpanan barang/material adalah:
a. Menciptakan penyimpanan serta penyusunan barang/material yang rapi dan tertib;
b. Memudahkan pencarian lokasi setiap jenis barang/material yang disimpan dengan
cepat dan tepat;
c. Memastikan bahwa setiap jenis barang/material yang disimpan selalu dalam keadaan
baik, tidak mengalami kerusakan, dan siap untuk dipergunakan sewaktu-waktu jika
dibutuhkan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi Perusahaan;
d. Menghindari risiko kerugian Perusahaan yang disebabkan oleh kerusakan mutu
barang/material karena salah penanganan;
e. Menciptakan iklim kerja yang tertib, sehat dan menyenangkan;
f. Meningkatkan efisiensi kerja serta pelayanan yang lancar.

Agar tercapai sasaran tersebut di atas, maka terhadap semua barang/material yang akan
disimpan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, terutama untuk beberapa hal
sebagai berikut:
a. ukuran barang (besar atau kecil)
b. volume barang (berat atau ringan)
c. jumlah barang (banyak sedikit)
d. sifat-sifat khusus barang (beracun, mudah pecah, mudah terbakar, dsb)

Dengan demikian dapat direncanakan metode penyimpanan barang/material yang sesuai


dengan kondisi gudang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode penyimpanan
barang/material sesuai dengan kondisi gudang adalah:

a. Denah atau tata ruang gudang


Denah atau tata ruang gudang perlu diatur dan direncanakan sedemikian rupa
sehingga tersedia lorong yang cukup lebar sehingga dap\t dilalui oleh berbagai macam
bentuk alat angkut atau alat-alat kerja lainnya yang diperlu,an.

b. Tata letak penempatan rak dan barang/material dalam rak


1. Agar barang/material di gudang dapat ditata secara sistematis dan teratur, maka
perlu direncanakan tata letak rak-rak barang/material yang sesuai.
2. Penempatan rak-rak di dalam gudang harus diatur dengan baik dan efisien.
3. Setiap gudang diberi nomor secara berurutan. Demikian juga dengan rak-rak
barang/material, petak-petak pada tiap-tiap rak, lantai rak dan deretan rak harus

14
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

diberi nomor dengan huruf atau angka-angka yang jelas. Nomor-nomor tersebut
sangat penting untuk menentukan lokasi dari jenis barang/material yang akan
disimpan di dalam gudang
4. Penempatan fisik barang harus sesuai dengan bin location di sistem.

c. Metode penanganan
1. Metode penanganan barang/material yang dimaksud oleh pedoman ini termasuk
cara yang akan digunakan untuk menangani/merawat barang/material yang sudah
diterima di gudang, agar kondisi dan kualitasnya tetap terjaga, tidak rusak seiring
waktu dan siap dipakai setiap saat apabila diperlukan. Dalam merawat
barang/material perlu diperhatikan penanganan terhadap barang/material yang
mudah berkarat, barang/material yang tidak tahan terhadap udara lembab,
barang/material yang tidak tahan terhadap udara panas, barang/material yang dapat
merusak lingkungan, barang/material yang berbahaya dan mudah terbakar.
2. Penanganan/perawatan barang/material sebagaimana dimaksud angka 1 di atas
harus direncanakan supaya kualitas barang/material tetap terjaga dan tidak
berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Alat kerja atau alat angkut


1. Alat kerja atau alat angkut yang akan digunakan harus dapat berfungsi untuk
memobilisasi dari semua barang/material yang disimpan digudang dan harus
disesuaikan dengan kondisi barang/material yang akan dimobilisasi/diangkat
maupun diangkut.
2. Tidak diperbolehkan menggunakan alat angkaUangkut dengan kondisi yang sudah
tidak layak pakai karena sudah usang, rusak, patah atau kerusakan lainnya yang
dipaksa untuk digunakan.
3. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya, misalnya alat tang tidak boleh
digunakan sebagai palu atau yang lain-lain. Hal-hal seperti ini seharusnya tidak
terjadi apabila sebelumnya sudah direncanakan dengan baik mengenai semua
kebutuhan alat angkaUangkut di gudang yang memadai.

3.1.1 Prosedur Penyimpanan Barang/Material


a. Hal pokok dalam proses penyimpanan barang/material di gudang adalah
Alamat
Penyimpanan.
1. Alamat Penyimpanan/lokasi barang/material sangat penting dalam prosedur
penyimpanan barang/material di gudang karena akan mempermudah
pencarian dan mencegah terjadinya duplikasi barang/material.
2. Metode Alamat Penyimpanan barang di gudang dilakukan dalam 2 cara,
yaitu metode alamat penyimpanan secara fisik dan secara SIT ERP.
3. Metode Alamat Penyimpanan material secara SIT ERP, secara detail sudah
dijabarkan dalam sistem pengoperasian SIT ERP di stream material
management modul warehousing.
b. Metode alamat penyimpanan barang/material secara fisik adalah sebagai
berikut:
15
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

1. Penyusunan rak-rak berdasarkan kaidah sebagai berikut:


a. Efisiensi;
b. SS (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke)/5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin);
c. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
2. Pemasangan tanda-tanda nomor kode deretan rak dan nomor urut rak
a. Pada rak yang ditempatkan terdepan dari tiap-tiap deretan rak, di bagian
tengah lantai teratas dipasang tanda nomor kode deretan rak.
b. Pada sisi rak bagian tengah lantai teratas yang menghadap lorong
dipasang tanda nomor kode urutan rak dalam deretan rak tersebut,
dimulai dari rak yang terdepan secara berurutan sampai kepada rak
yang paling belakang.
c. Untuk setiap deretan rak, namer urutan rak dimulai dengan nomor satu.
3. Pemasangan tanda-tanda nomor kode pada setiap rak
a. Setiap rak dilengkapi dengan tanda nomor lantai dan berurutan mulai
dari bawah ke atas.
b. Tanda nomor tersebut dipasang pada ujung rak yang menghadap ke
lorong.
c. Pada setiap lantai rak, dipasang tanda nomor rak secara berurutan mulai
dari sisi lorong sebelah kiri sampai dengan sisi lorong sebelah kanan,
memutar dan berakhir pada rak di bagian belakang/membelakangi rak
pertama.
4. Sistem penyimpanan barang/material di atas rak.
a. Susunan penyimpanan barang/material pada rak dilakukan menurut
ukuran ringan dan beratnya atau besar dan kecilnya barang/material.
b. Susunan penyimpanan barang/material pada rak dimulai dari
barang/material yang terkecil atau teringan pada rak terdepan sampai
barang/material yang terbesar atau terberat pada rak paling belakang.
c. Barang/material yang pemakaiannya sering (fast moving) disimpan pada
tempat yang tidak jauh dari pintu gudang, sedangkan barang/material
yang pemakaiannya jarang (slow moving) ditempatkan agak jauh dari
pintu gudang.
d. Penyusunan barang/material di dalam kotak rak harus rapi dan teratur,
sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan mudah dan cepat.
e. Barang/material yang berat disimpan di lantai rak paling bawah.
5. Sistem nomor kode lokasi.
Setelah semua barang/material yang disimpan di atas rak telah selesai
disusun dan tanda nomor gudang serta deretan rak, nomor lantai rak dan
nomor rak juga telah selesai dipasang, maka pada barang/material tersebut
dibuatkan kartu gantung barang/material. Pada bagian kanan atas kartu
gantung tersebut ditulis nomor kode lokasi yang diambil dari kode-kode rak
yang bersangkutan, yang terdiri dari:

16
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nornor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

a. Natasi pertama Namor gudang


b. Natasi kedua Nomor deretan dan tingkat lantai rak
c. Natasi ketiga Nomor dari baris pada rak
d. Notasi keempat Nomor dari petak rak
Contah kade lokasi: I . A 2 . 2 . 2

~=::~:k 0
~0 /
Baris pada rak nornor 2
Pada baris rak nomor 2 di petak nornor 2
6. Sistem nornor kode gudang
Untuk mengetahui lokasi gudang dimana suatu barang/material ditempatkan
dan untuk keperluan proses kamputerisasi (SIT ERP), setiap gudang harus
mempunyai Nomar Kade Gudang sendiri-sendiri. Kade gudang ini terdiri
dari
4 karakter numerik dan harus dimulai dari huruf G (Gudang). Pemberian
nornor kade gudang ini diatur sendiri aleh masing-masing Unit. Berikut
contoh pemberian nornor Kode Gudang:
a. GG01 : Gudang Gresik 01
b. GG02 : Gudang Gresik 02
c. GP01 : Gudang Paitan 01
d. GP02 : Gudang Paitan 02

3.1.2 ldentitas (Pencatatan) Barang/Material


Untuk setiap jenis barang/material yang disimpan di dalam gudang harus
mempunyai identitas yang baku, standar dan terpala, diantaranya meliputi:
a. Nama (item name)
b. Deskripsi (spesifikasi barang/material)
c. Manufacturerlpabrikan
d. Part number
e. Satuan
f. Peruntukan (equipment, engine, entitas Unit)
g. Pengkadean khusus (stock code)
Seperti halnya metode pada alamat penyimpanan, metode identitas barang/material
di gudang juga dilakukan dalam 2 (dua) metode:
a. Metode identitas barang/material secara sistem informasi terpadu (SIT ERP).
b. Metode identitas barang/material di gudang secara manual (fisik), yaitu identitas
barang/material yang harus ditulis secara manual, yaitu sebagai berikut:
1. Label Barang, yaitu identitas yang ditempelkan pada masing-masing item
barang/material yang format standarnya diatur dalam form IMS berlaku di
PT PLN Nusantara Power. Label barang juga dapat memanfaatkan
teknologi terkini untuk membantu proses identifikasi dan administrasi
gudang lainnya lebih cepat dan akurat, seperti barcode system dan lainnya.

17
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

2. Kartu Gantung Barang, yaitu kartu yang digantungkan pada lokasi


barang/material dan mudah dilihat, yang format standarnya diatur dalam
form IMS berlaku di PT PLN Nusantara Power.
Penyeragaman kartu gantung
Warna Kartu gantung untuk barang/material umum menggunakan warna
rose (merah jambu) dan untuk spare part menggunakan warna hijau. Kartu
gantung tersebut berisi tentang deskripsi barang/material secara lengkap
serta riwayat mutasi barang/material. Secara detail kartu gantung memuat:
a. Untuk barang/material umum
Bagian atas kartu memuat:
1. Nama barang, yaitu nama/uraian barang/material yang harus ditulis
secara lengkap sesuai deskripsinya
2. Stock code, yaitu nomor kode barang/material sesuai stock code
yang telah dibuat
3. Satuan, yaitu satuan barang (buah, Kg, Meter, dll)
4. Lokasi, yaitu nomor lokasi barang/material
5. Nomor Kartu, yaitu nomor dari lembar-lembar kartu yang dipakai
untuk tiap jenis barang/material; (kartu yang sudah penuh harus
dikeluarkan dan diganti dengan kartu baru)
Bagian mutasi, memuat:
1. Tanggal, yaitu tanggal masuk dan keluar (tanggal mutasi)
2. Nomor bon, yaitu nomor bukti mutasi (nomor kontrak, dll)
3. Masuk, yaitu lajur penerimaan
4. Keluar, yaitu lajur pengeluaran
5. Sisa Persediaan, yaitu lajur untuk sisa persediaan
6. Catatan, yaitu lajur untuk catatan yang perlu.
b. Untuk spare part
Bagian atas kartu memuat:
1. Nama spare part, yaitu nama/uraian barang/spare part yang harus
ditulis secara lengkap sesuai deskripsinya
2. Mesin dan tipe, yaitu nama dan tipe mesin untuk mana spare part
tersebut akan dipergunakan
3. Kade pabrik, yaitu nomor yang ditetapkan oleh pabrik untuk spare
part tersebut
4. Nomor stock code, yaitu nomor kode barang/spare part sesuai
stock code yang telah dibuat
5. Satuan, yaitu satuan barang (buah, Kg, Meter, dll)
6. Lokasi, yaitu nomor lokasi barang/material
7. Nomor Kartu, yaitu nomor dari lembar-lembar kartu yang dipakai
untuk setiap jenis barang/material (kartu yang sudah penuh harus
dikeluarkan dan diganti dengan kartu baru)
Bagian mutasi memuat:
1. Tanggal, yaitu tanggal masuk/keluar (tanggal mutasi)
2. Nomor ban, yaitu nomor bukti mutasi (Nomor kontrak, dll)

18
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

3. Masuk, yaitu lajur penerimaan


4. Keluar, yaitu lajur pengeluaran
5. Sisa persediaan,yaitu lajur untuk sisa persediaan
6. Catatan, yaitu lajur untuk catatan yang perlu
3. Kartu gantung dibuat setelah spare part disusun pada lokasinya.
4. Setiap kali ada mutasi barang/material (masuk atau keluar), pada saat itu
juga harus dicatat tanggal, nomor ban, jumlah barang/material yang
diterima atau dikeluarkan. Selanjutnya jumlah akhir barang/material
setelah mutasi harus disesuaikan/dicatat.
5. Petugas gudang yang mencatat pada kartu gantung harus membubuhkan
parafnya pada kartu gantung tersebut, setelah mutasi dan penyesuaian
jumlah akhir barang/material setelah mutasi selesai dikerjakan.
Jumlah akhir persediaan barang/material menurut kartu gantung harus di
eek
dengan kondisi fisik barang/material yang sebenarnya. Apabila terdapat
selisih, harus segera dilakukan koreksi.

3.2 Metode Perawatan Dan Penanganan BaranglMaterial


Agar barang/material yang disimpan di gudang tidak cepat rusak, maka perlu dipelihara atau
dirawat dengan baik secara berkala dan periodik. Cara perawatan barang/material harus
sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan untuk masing-masing
karakteristik, sifat dan jenis barang/material yang disimpan, sebagai berikut:
a. Baranglmaterial yang sangat berbahaya dan mudah
terbakar
1. Jenis barang-barang yang berbahaya dan mudah terbakar diantaranya adalah:
a. Nitrogen, Butan, Acrosal, Ethanol
b. Propane, Parafin, Spiritus
c. Acetylene, Oxygen
d. Premium, HSD dll.
2. Cara penyimpanan dan perawatan barang/material sebagaimana dimaksud angka 1
tersebut adalah:
a. Harus disimpan ditempat khusus, terpisah dari gudang barang/material yang
lain b. Ruang penyimpanan harus memiliki sirkulasi udara yang baik
c. Tidak terkena sinar matahari secara langsung
d. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan tanda peringatan berbahaya
e. Apabila disimpan dalam jumlah besar, sebaiknya disimpan dalam storage tank,
tabung atau dalam drum di gudang beratap
f. Khusus untuk ethanol harus hati-hati saat pengangkutan atau pemindahan.
Simpan ethanol pada ruangan teduh dan berventilasi dengan suhu ruangan
disesuaikan dengan standar yang berlaku
g. Jauhkan barang/material tersebut dari sumber nyala api dan suhu panas
h. Lakukan pengukuran untuk mencegah electrostatic sesuai dengan standar
pelaksanaan yang berlaku
i. Tutup rapat ruang penyimpanan dengan tetap memperhatikan kebutuhan
ventilasi udara
j. Kondisi tabung dalam posisi berdiri dan terikat agar tabung tidak jatuh
19
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

b. Barang/material yang tidaktahan lembab


Jenis barang/material yang tidak tahan terhadap kelembaban diantaranya:
a. Welding electrode, oil seal.
b. Semen, bahan bahan isolasi, barang/material dari kayu, karet, komponen listrik
dll.
Penyimpanan dan perawatan barang/material sebagaimana dimaksud angka 1,
harus ditempatkan di tempat yang udaranya kering dengan kelembaban 40-60%.

c. Barang/material yang tidak tahan udara panas atau dingin


1. Jenis barang/material yang tidak tahan udara panas atau dingin diantaranya adalah
relay listrik, mater listrik, dll.
2. Cara penyimpanan dan perawatan atas barang/material sebagaimana dimaksud
angka 1 harus disimpan dalam ruangan dengan suhu ±20°C konstan dan kering
serta terlindung dari debu.

d. Barang yang mudah berkarat


1. Jenis barang/material yang mudah berkarat diantaranya adalah suku cadang mesin,
material yang tidak di-impregir atau tidak dicat, dll.
2. Cara penyimpanan dan perawatan atas barang/material sebagaimana dimaksud
angka 1 harus diolesi minyak atau gemuk/grease pelindung terhadap karat atau
memakai zat penahan karat selama dalam penyimpanan.

e. Barang penghantar
1. Jenis barang/material penghantar diantaranya adalah kawat, barang dari aluminium,
penghantar, dll.
2. Cara penyimpanan dan perawatan atas barang/material sebagaimana dimaksud
angka 1 tidak boleh disimpan bersentuhan dengan besi, oleh karenanya pada rak
besi harus diberi alas dan penghalang kayu atau hardboard.

f. Barang yang dapat merusak lingkungan


1. Jenis barang yang dapat merusak lingkungan diantaranya adalah cairan HCI, KOH,
NaOH, H2S04, cairan acid atau bahan kimia lainnya.
2. Risiko dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari barang/material sebagaimana
dimaksud angka 1 tersebut adalah:
a. Bila sering terhirup atau tertelan dapat menyebabkan iritasi pada hidung,
tenggorokan dan gangguan pada saluran pernafasan atau kerusakan paru paru,
bronchitis kronis, dan keracunan.
b. Bila terkena kulit dapat menimbulkan Iuka bakar.
c. Bila terkena mata dapat menimbulkan iritasi, perih, pandangan kabur, bahkan
kebutaan.
d. Pada konsentrasi 1000-2000 ppm sangat berbahaya meskipun penghirupan
hanya sebentar.
e. Menyebabkan penyakit dermatitis apabila sering kontak dengan kulit.

20
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

3. Cara penyimpanan dan perawatan atas barang/material sebagaimana dimaksud


oleh butir 1 tersebut adalah:
a. Barang/material tersebut harus disimpan diruang penyimpanan yang terpisah
dari barang lain.
b. Ruang penyimpanan mempunyai sirkulasi udara yang baik.
c. Harus hati-hati saat proses pengangkutan dan pemindahan.
d. Waspadai terhadap kebocoran gas.
e. Jauhkan dari bahan kimia oksidator dan bahan Alkali, Sianida dan Sulfida.
f. Lakukan pemeriksaan terhadap tangki penyimpanan H2S04.
g. Gunakan Alat Pelindung Diri (APO) seperti sarung tangan karet kedap air,
sepatu karet, kacamata pelindung muka dan masker.
h. Tempat penyimpan harus tahan korosi (Plastik/Stainless Steel) yang dilengkapi
dengan lubang pengeluaran.
i. Tutup kemasan dengan rapat
j. Pisahkan dari bahan kimia asam kuat, logam, senyawa Organohalogen dan
Nitro.
k. Lakukan inspeksi periodik terhadap kebocoran wadah, sebab dapat merusak
lantai.

g. Barang spesifik kontrol


Untuk menjamin barang/material spesifik kontrol tidak cepat rusak dan tetap berfungsi
sebagaimana mestinya, maka cara penyimpanan dan perawatannya adalah sebagai
berikut:
a. Gudang penyimpan mempunyai suhu ruang 18
°C
b. Jauhkan dari sumber nyala api yang panas
c. Sediakan peralatan pemadam kebakaran C02 atau powder dan busa
d. Bebas dari kotoran/debu, ruang penyimpanan harus tertutup dan ber AC
e. Jauhkan dari bahan kimia yang berpotensi penyebab korosi
f. Simpan barang/material spesifik kontrol diruangan yang mempunyai sinar
terang/lampu TL
g. Tersusun rapi (tidak boleh ditumpuk terlalu banyak)
h. Lakukan pengecekan kondisi barang/material secara rutin
i. Penempatan barang/material Dial Gauge harus dalam posisi vertikal

h. Bahaya bahan kimia :


1. Bahaya yang dapat ditimbulkan atas bahan kimia kurilex adalah:
a. Baik kristal maupun larutannya bersifat iritan bila terkena mata dan kulit
b. Dapat menyebabkan keracunan bila terkena air dan terserap ke dalam kulit
atau terhirup
c. Bila terkena pada bagian tidak terlindungi akan menyebabkan gangguan pada
kesehatan yang serius
2. Cara penyimpanan dan perawatan atas bahan kimia kurilex adalah:
a. Harus hati-hati saat proses pengangkutan dan pemindahan
b. Simpan di tempat yang kering atau jauh dari air, karena kristal dapat meleleh

21
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DI R/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

c. Simpan pada ruangan yang dingin dan berventilasi


d. Dilarang makan/minum atau merokok ketika sedang menggunakan barang
terse but
e. Hindari kontak langsung dengan mata dan kulit
f. Hindari jangan sampai terhisap dalam pernafasan
g. Wadah bekas bahan kimia tidak boleh digunakan sebagai tempat minum
h. Simpan dalam wadah tertutup untuk nanti dibuang dan sisanya disemprot dengan
air
i. Bersihkan bagian yang terkena tumpahan untuk mencegah kontak dengan kulit
atau mata
j. Tumpahan dapat diserap oleh air atau bahan yang tidak mudah terbakar
k. Gunakan Alat Pelindung Diri (APO) seperti sarung tangan karet kedap air,
sepatu karet, kacamata, pelindung muka dan masker
I. Sediakan alat angkut forklift serta alat ukur (timbangan)

22
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BAB4
PENGELUARAN DAN MUTASI BARANG/MATERIAL

Pada dasarnya pengeluaran barang/material dari gudang adalah suatu transaksi pelayanan
terhadap permintaan akan kebutuhan barang/material untuk Unit, baik untuk kegiatan pemeliharaan
atau untuk kegiatan pendukung operasional maupun kegiatan lainnya.
Namun tidak menutup kemungkinan pengeluaran barang/material dari gudang tidak untuk
digunakan di Unit yang bersangkutan tapi digunakan di Unit lain, sehingga secara umum
pengeluaran barang/material dari gudang dibedakan menjadi:
1. Pengeluaran untuk pemakaian Unit.
2. Pengeluaran untuk mutasi (transfer) ke gudang lain, baik di internal Unit maupun keluar Unit.

4.1 Pengeluaran Barang/Material Untuk Pemakaian Unit


a. Semua proses pengeluaran barang/material untuk pemakaian Unit dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang tertera dalam IMS yang berlaku di PT PLN Nusantara Power.
b. Semua transaksi pengeluaran barang/material dari gudang harus melalui Sistem
lnformasi Terpadu (SIT ERP).
c. Pengeluaran barang/material dari gudang secara manual hanya diperbolehkan untuk
memenuhi kebutuhan yang sifatnya emergency. Kategori kebutuhan emergency adalah:
1. Kebutuhan barang/material untuk memenuhi atau menanggulangi Unit dalam
keadaan emergency.
2. Kebutuhan barang/material yang mendesak yang apabila tidak segera dipenuhi,
akan mengakibatkan:
a) Unit tidak dapat beroperasi.
b) Unit shutdown.
c) Unit derating ~ 20% dari kapasitas sesuai kesepakatan dalam Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
d) Akan memberikan dampak terhadap keselamatan kerja yang meliputi
keselamatan jiwa, lingkungan dan instalasi.
3. Kebutuhan barang/material di luar jam kerja normal atau hari Ii bur, karena
terkendala autorisasi.
4. Terjadi gangguan pada SIT ERP.

4.2 Pengeluaran Barang/Material Untuk Mutasi (Transfer)


a. Pengeluaran barang/material untuk mutasi (transfer) adalah pengeluaran barang
persediaan dari gudang untuk disalurkan atau didistribusikan ke gudang lain baik di
internal Unit atau ke Unit lain atau Unit eksternal PT PLN Nusantara Power.
b. Proses pengeluaran barang/material untuk mutasi dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang tertera dalam IMS yang berlaku di PT PLN Nusantara Power.
c. Mutasi dibedakan menjadi:
1. Pemindahan barang persediaan antar gudang dalam satu Unit.
2. Pemindahan barang persediaan antar Unit.
3. Pemindahan barang persediaan dari atau keluar PT PLN Nusantara Power.

23
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BABV PENGEMBALIAN
BARANG/MATERIAL KE GUDANG
(RETURN)

5.1 Pengembalian Barang/Material Ke Gudang (Return)


Pengembalian barang/material ke gudang (return) dibedakan menjadi:
a. Pengembalian barang/material ke gudang karena kelebihan atau sisa pemakaian dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
b. Pengembalian barang/material ke gudang karena hasil pembongkaran atau
barang/material bekas pakai.

5.2 Tujuan Pelaksanaan Pengembalian (Return) Barang/material


a. Meningkatkan efisiensi biaya pemeliharaan Unit, khususnya biaya pemakaian
barang/material.
b. Mengetahui dan memastikan nilai kebutuhan barang/material secara nyata.
c. Menertibkan proses transaksi penerimaan dan pengeluaran barang/material di gudang
sehingga tercapai tingkat persediaan barang/material yang optimal.
d. Memastikan bahwa barang/material yang dikeluarkan dari gudang benar-benar dipasang
atau difungsikan di Unit.
e. Supported implementasi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
f. Mencegah kemungkinan terjadi praktek-praktek yang tidak sehat antara pihak-pihak
terkait.

5.3 Prosedur Pengembalian Barang/Material (Return) Karena Kelebihan Atau Sisa


Pemakaian Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua proses pengembalian barang/material (return) dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang tertera dalam IMS berlaku di PT PLN Nusantara Power.
b. Barang/material yang telah dikeluarkan dari gudang untuk pemakaian Unit dan
mengakibatkan terjadinya kelebihan dari pemakaian suatu pekerjaan, maka kelebihan
atau sisa barang/material tersebut wajib dikembalikan ke gudang.
c. Pengembalian (return) barang/material karena kelebihan pemakaian dari suatu
pekerjaan dilakukan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak pekerjaan
dinyatakan selesai (Closing Work Order).
d. Pengembalian barang/material dilaksanakan oleh petugas peminta barang/material.

5.4 Prosedur Pengembalian Barang/Material (Return) Karena Hasil Pembongkaran Atau


Barang Bekas Pakai
a. Semua barang/material yang telah dikeluarkan dari gudang adalah untuk pemakaian
atau penggantian di Unit terhadap barang/material bekas pakai hasil pembongkaran
atau penggantian wajib dikembalikan ke gudang, kecuali barang/material consumable
habis pakai.

24
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

b. Pengembalian (return) barang/material bekas pakai hasil penggantian di Unit


dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak pekerjaan
dinyatakan selesai (Closing Work Order).
c. Pengembalian barang/material (return) dilaksanakan oleh petugas peminta
barang/material.
d. Petugas gudang secara aktif melakukan monitoring dan pengendalian terhadap
pengeluaran barang/material di gudang, pengembalian (return) barang/material bekas
pakai dan mengkomunikasikannya kepada peminta barang.

5.5 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Layak Pakai
a. Barang/material bekas pakai (return) hasil pembongkaran dengan status layak pakai,
harus disimpan dan dicatat secara tertib dan baik di gudang;
b. Dilakukan identifikasi dan klasifikasi dalam penyimpanan barang/material layak pakai
tersebut;
c. Selalu dalam monitoring dan pengendalian oleh petugas gudang;
d. Nilai ekonomis barang/material dalam klasifikasi Kapitalisasi (PSAK) dalam
penyimpanannya adalah nilai perolehan yang sudah disusutkan;
e. Nilai ekonomis barang/material dalam klasifikasi Non Kapitalisasi (PSAK) dalam
penyimpanannya adalah nol rupiah;
f. Terhadap pengeluaran barang/material layak pakai dari penyimpanan baik untuk
pemakaian Unit sendiri maupun untuk pemakaian Unit lain harus dilakukan pencatatan
pergerakannya (mutasi) secara detail dan tertib.

5.6 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Layak Repair
a. Barang/material bekas pakai (return) hasil pembongkaran dengan status layak repair,
harus disimpan dan dicatat secara tertib dan baik di gudang;
b. Dilakukan identifikasi dan klasifikasi dalam penyimpanan barang/material layak repair
tersebut;
c. Selalu dalam monitoring dan pengendalian oleh petugas gudang;
d. Nilai ekonomis barang/material dalam klasifikasi Kapitalisasi (PSAK) dalam
penyimpanannya adalah:
- Nilai akutansi= nilai perolehan yang sudah disusutkan.
- Nilai persediaan gudang = 0 rupiah
e. Nilai ekonomis barang/material dalam klasifikasi Non Kapitalisasi (PSAK) dalam
penyimpanannya adalah nol rupiah baik dari sisi nilai akuntansi maupun nilai persediaan
gudang;
f. Nilai ekonomis barang/material setelah dilakukan repair adalah:
1. Nilai ekonomis untuk barang/material klasifikasi kapitalisasi dalam penyimpanan
adalah:
- Nilai akuntansi= nilai perolehan yang sudah disusutkan ditambah nilai repair
- Nilai persediaan gudang = nilai biaya repair
2. Nilai ekonomis untuk barang klasifikasi Non Kapitalisasi dalam penyimpanan adalah
sebesar nilai biaya repair.

25
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

g. Harus dilakukan pencatatan pergerakannya (mutasi) secara tertib dan baik terhadap
pengeluaran barang/materialyang akan dilakukan repair.
h. Peminta barang akan melakukan tinjauan secara tekno-ekonomi sebelum melakukan
repair.

5.7 Penanganan Barang/Material Bekas Pakai (Return) Dengan Status Rusak (Tidak Bisa
Digunakan)
a. Barang/material bekas pakai (return) hasil pembongkaran dengan status tidak bisa
digunakan (rusak) harus tersimpan dan tercatat secara tertib serta terpisah dengan
yang lain.
b. Dilakukan identifikasi dan klasifikasi dalam penyimpanan barang/material dimaksud.
Masing-masing dibuatkan kartu catatan untuk control (dicatat estimasi volume dalam kg)
dan barang/material tersebut diklasifikasi menjadi:
1. besi tua
2. tembaga tua
3. kuningan tua
4. aluminium tua
5. non logam
6. campuran
c. Penanganan Barang/Material bekas pakai (return) dengan status rusak (tidak bisa
digunakan) mengacu pada Peraturan tentang Pembersihan Limbah yang berlaku di
Perusahaan.
d. Selalu dalam monitoring dan pengendalian oleh petugas gudang.
e. Nilai buku barang/material tersebut adalah nol rupiah.
f. Barang/material siap untuk dilelang atau dijual sesuai prosedur yang berlaku.

26
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BABVI STOCK
OPNAME

6.1 Pemahaman Umum


a. Secara umum mekanisme pelaksanaan pemeriksaan terhadap persediaan gudang
dibedakan menjadi:
1. Stock Count yaitu pemeriksaan yang bersifat harian dan berskala kecil yang hanya
dilakukan oleh petugas gudang.
2. Stock Opname pemeriksaan yang bersifat berkala dan berskala besar yang
dilakukan oleh Tim.
b. Stock Count
Adalah pemeriksaan rutin harian terhadap kesesuaian fisik dan catatan terhadap jumlah
stock suatu item barang/material atau stock on hand (SOH). Stock Count hanya
dilakukan untuk barang/material yang ada pergerakan mutasinya baik keluar maupun
masuk dan dilaksanakan pada akhir jam kerja atau di awal jam kerja hari berikutnya,
dengan tujuan:
1. Memberi kepastian bahwa tidak terjadi selisih antara fisik dan catatan terhadap
jumlah stock (SOH) untuk setiap item barang/material yang tersimpan di gudang;
2. Memudahkan saat pelaksanaan stock
opname;
3. Memudahkan dan mempercepat daya telusur terhadap penyebab kemungkinan
terjadinya selisih antara fisik dan catatan terhadap jumlah stock (SOH) untuk setiap
item barang/material yang tersimpan di gudang.
4. Formulir (checklist) stock count sesuai dengan ketentuan formulir yang berlaku di
Lingkungan PT PLN Nusantara Power.
c. Stock Opname
Adalah pemeriksaan rutin secara berkala, menyeluruh dan detail terhadap kondisi
semua item barang persediaan di gudang, yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun, dengan tujuan untuk:
1. Memastikan bahwa barang/material yang tersimpan di gudang dalam kondisi baik
dan siap untuk difungsikan di Unit;
2. Memastikan bahwa barang/material yang tersimpan di gudang adalah benar-benar
yang masih dibutuhkan oleh Unit;
3. Memastikan bahwa tidak terjadi selisih antara fisik dan catatan terhadap jumlah
stock
(SOH) untuk setiap item barang/material yang tersimpan di gudang.

6.2 Ruang Lingkup StockOpname


a. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap kondisi item barang/material yang tersimpan di
gudang, apakah dalam kondisi baik atau tidak, baik ditinjau dari sisi fisik maupun
fungsi.
b. Melakukan pengecekan terhadap setiap kondisi item barang/material yang tersimpan
digudang, apakah barang/material tersbut benar-benar masih dibutuhkan oleh Unit.

27
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023
c. Melakukan penghitungan terhadap jumlah setiap item barang/material yang tersimpan
secara fisik di gudang, kemudian mencocokkan terhadap jumlah item barang/material
tersebut dalam sistem pencatatan.

28
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

d. Melakukan pendataan dan melakukan jurnal terhadap hasil pemeriksaan baik secara
manual maupun melalui sistem yang sudah ada.
e. Melakukan penelusuran apabila terjadi perbedaan (selisih) jumlah antara fisik dan
catatan;
f. Membuat laporan secara terstruktur, detail dan sistematis untuk disampaikan kepada
pihak manajemen;
g. Mengusulkan penghapusan terhadap barang/material yang telah dinyatakan tidak layak
pakai karena rusak kepada manajemen;
h. Mengusulkan pembursaan atau penghapusan terhadap barang/material yang sudah
dinyatakan tidak layak pakai karena obsolete atau expired date kepada manajemen.

6.3 Metode Dan Waktu PelaksanaanStock Opname


a. Manajemen Unit bertanggung jawab atas pelaksanaan stock opname;
b. Pembina pelaksanaan stock opname sebagaimana dimaksud dalam huruf a adalah
bidang yang membawahi fungsi Supply Chain Management (SCM) atau manajemen
material (MM) di PT PLN Nusantara Power Kantor Pusat;
c. Unit membentuk Tim dalam pelaksanaan stock opname;
d. Tim bertanggung jawab membuat laporan hasil stock opname kepada manajemen
Unit, selanjutnya manajemen Unit melaporkan hasil stock opname kepada
manajemen Kantor Pusat (Fungsi Akuntansi dan Fungsi SCM atau MM);
e. Stock opname dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
f. Dalam rangka penutupan buku Stock opname dilakukan secara serentak untuk
semua item barang/material di gudang dan dilaksanakan pada setiap akhir tahun;
g. Dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis barang/material yang banyak dan
beragam, maka stock opname dapat dilaksanakan secara bertahap dengan skala
prioritas berdasarkan area, bidang, waktu atau yang lainnya;
h. Untuk efektifitas pelaksanaan harus dibuatjadwal pelaksanaan secara detail, jelas
dan target penyelesaiannya;
i. Manajemen Unit melaporkan hasil stock opname ke manajemen Kantor Pusat cq.
direktur teknis yang membidangi Fungsi Keuangan dengan tembusan kepada direktur
teknis yang membidangi Operasional Pembangkit;
j. Fungsi pembina Stream Supply Chain Management Kantor Pusat akan melakukan
tindak lanjut terhadap hasil stock opname Unit sesuai dengan aturan yang berlaku.

6.4 KeanggotaanTim Stock Opname


a. Kerangka Susunan Tim
Susunan Tim Unit sekurang-kurangnya terdiri dari Pembina, Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, dan Anggota.
b. Tim Unit
a. Pembina : Pimpinan Unit atau Senior Manajer atau Manajer Unit
b. Ketua : Pejabat Struktural 1 (Satu) tingkat di bawah Pimpinan Unit yang
membawahi Fungsi Akuntansi
c. Wakil Ketua : Pejabat Struktural 1 (Satu) tingkat di bawah Pimpinan Unit yang
membawahi Fungsi Pemeliharaan

29
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

d. Sekretaris : Pejabat Struktural 2 (Dua) tingkat di bawah pimpinan unit yang


membawahi Fungsi Inventory Control
e. Anggota
1. Fungsi dari Pengguna barang/material sesuai bidang
2. Fungsi Inventory Control
3. Fungsi Gudang
4. Fungsi Akuntansi

c. Persyaratan Anggota Tim


1. Pengguna barang/material adalah Senior Teknisi yang memahami dan mengetahui
fungsi dan manfaat dari barang/material/spare part, yang terdiri dari bidang elektrik,
kontrol, dan mekanik untuk masing-masing entitas Unit.
2. Fungsi Gudang adalah staf gudang yang mengetahui dan memahami sistem
administrasi gudang, baik secara Sistem lnformasi Terpadu (SIT ERP) maupun
secara fisik lapangan.
3. Inventory Control adalah staf inventory dan kataloger yang mengetahui dan
memahami manajemen inventory dan katalog.
4. Akuntansi adalah staf akuntansi yang mengetahui dan memahami sistem Akuntansi
Material dalam SIT ERP.

d. Fungsi dan Tugas Anggota tim


1. Melakukan review dan identifikasi barang/material secara fisik untuk mengetahui
dan memastikan status fungsi dan manfaat barang/material sesuai kriteria.
2. Menghitung dan mencocokan jumlah stock (SOH) barang/material antara kondisi
fisik di gudang dan catatan yang ada.
3. Mengidentifikasi dan mendata barang/material duplikat.
4. Membuat rekomendasi terhadap status barang/material yang meliputi asas manfaat
dan fungsinya.
5. Membuat Laporan dan Serita Acara Stock Opname untuk disampaikan kepada
manajemen Unit maupun manajemen Kantor Pusat.
6. Membuat usulan penghapusan atau pembursaan barang/material sesuai kriteria
hasil stock opname kepada manajemen.
7. Melakukan koreksi pencatatan atau pembukuan berdasarkan hasil stock
opname.

6.5 KlasifikasiKriteriaStatus Barang/Material


a. Barang/Material Status Rusak (kode "R")
Adalah barang/material yang secara fisik maupun fungsi sudah menurun atau rusak
sehingga tidak dapat digunakan dan tidak bisa di-repair.
b. Barang/Material Status Bagus tetapi tidak dapat digunakan (kode "T")
Adalah barang/material yang secara fisik maupun fungsi masih baik tetapi tidak
digunakan lagi karenainduknya sudah tidak ada lagi di Unit atau sudah berubah design
atau sudah mengalami modifikasi.

30
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

c. Barang/Material Status dapat di-repair (kode "P")


Adalah barang/material yang secara fisik maupun fungsi sudah rusak tetapi masih
dapat digunakan apabila dilakukan repair.
d. Barang/Material Status Baik (kode "B")
Adalah barang/material yang secara fisik maupun fungsi masih baik dan siap untuk
digunakan secara langsung maupun difungsikan sebagai critical parts/ material
cadanganlstrategic spares.

Dalam hal kategori atas kriteria Status barang/material yang lebih mendetail dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Barang/Material Status Rusak (kode "R")


1. Persediaan Material Baru, Rusak Tidak Bisa Diperbaiki (Kategori 5 I
K5)
Adalah persediaan material telah menurun kondisinya atau rusak dan tidak layak
pakai dan tidak bisa diperbaiki atau tidak ekonomis jika diperbaiki atau dibursakan
sehingga direncanakan diusulkan untuk dihapus.
2. Persediaan Material Bekas, Rusak Tidak Bisa Diperbaiki (Kategori 8 I
K8)
Adalah persediaan material bekas yang berasal dari kegiatan pemeliharaan maupun
investasi yang sudah rusak dan tidak layak pakai dan tidak ekonomis jika
diperbaiki.

b. Barang/Material Status Bagus tetapi tidak dapat digunakan (kode "T")


1. Persediaan Material Baru, Bursa (Kategori 4 / K4)
Adalah persediaan material yang akan dibursakan ke unit lain kerena kelebihan atau
ketinggalan teknologi atau tidak digunakan lagi di unit yang bersangkutan, tetapi
masih layak pakai di unit lain.

c. Barang/Material Status dapat di-repair (kode "P")


1. Persediaan Material Baru, Rusak Bisa Diperbaiki (Kategori 3 I
K3)
Adalah persediaan material baru yang telah menurun kondisinya atau rusak dan
tidak layak pakai, tetapi bisa diperbaiki.
2. Persediaan Material Bekas, Rusak Bisa Diperbaiki (Kategori 7 I K7)
Adalah persediaan material bekas yang berasal dari kegiatan pemeliharaan
maupun investasi yang sudah rusak dan secara teknis dan ekonomis masih bisa
diperbaiki.

d. Barang/Material Status Baik (kode "B")


1. Persediaan Material Normal (Kategori 1 I K1)
Adalah persediaan material baru yang masih dalam kondisi baik.
2. Persediaan Material Retrovit (Kategori 2 I K2)
Adalah apabila persediaan material berasal dari persediaan baru yang telah
dilakukan perbaikan atau kondisi (retrovit).
3. Persediaan Material Bekas, Layak Pakai (Kategori 6 / K6)
31
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023
Adalah persediaan material bekas yang berasal dari kegiatan pemeliharaan maupun
investasi yang masih bagus dan layak pakai.

32
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

6.6 Tindak Lanjut Pasca Pelaksanaan Stock Opname


a. Untuk Sarang/Material Kategori "R"
1. Serdasarkan Serita Acara Tim Stock Opname, Unit mengusulkan penarikan aktiva
(penghapusan asset material) ke Kantor Pusat.
2. Kantor Pusat akan melakukan penarikan aktiva (penghapusan aset material)
dengan mengacu pada Peraturan yang berlaku di Perusahaan.

b. Untuk Sarang/Material Kategori 'T'


1. Serdasarkan Serita Acara Tim Stock Opname, Unit mengusulkan ke Kantor Pusat
untuk dioptimalkan pemanfaatannya secara internal di PT PLN Nusantara Power
maupun PLN Group.
2. Kantor Pusat akan melakukan optimalisasi pemanfaatan terhadap material kategori
"T" secara bertahap di internal PT PLN Nusantara Power kemudian PLN Group.
3. Apabila dari hasil optimalisasi pemanfaatan belum didapatkan hasil yang sesuai
dengan rencana, maka akan dilakukan penyusunan ulang rencana optimalisasi.
Namun apabila masih belum didapat hasil yang optimal akan dilakukan penarikan
aktiva sesuai Peraturan yang berlaku di Perusahaan.

c. Untuk Sarang/Material Kategori "P"


1. Serdasarkan Serita Acara Tim Stock Opname, Unit mengajukan usulan repair ke
Kantor Pusat dan menganggarkan biaya repair dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) tahun berikutnya.
2. Pelaksanaan repair agar mengacu sesuai aturan yang berlaku.

d. Untuk Sarang/Material Kategori "S"


1. Unit melakukan pemanfaatan barang/material untuk pemeliharaan dalam rangka
menunjang keandalan dan efisiensi Unit; atau
2. Dipergunakan sebagai barang cadangan/strategic spares.

e. Serdasarkan Serita Acara Tim Stock opname, Unit bersama-sama dengan Kantor
Pusat melakukan penggabungan untuk barang/material duplikat.

f. Serdasarkan Serita Acara Tim Stock Opname, Unit atas persetujuan Kantor Pusat
melakukan adjustment terhadap perbedaan jumlah antara fisik barang dengan catatan
dalam sistem SIT ERP.

g. Serdasarkan Serita Acara Stock Opname, Unit melakukan revisi database terhadap
perubahan data pergudangan dalam SIT ERP (khususnya bin location), untuk
barang/material yang mengalami perubahan atau pemindahan tempat penyimpanan
secara fisik.

33
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

BAB VII
PENERIMAAN JASA

Penerimaan Jasa adalah salah satu fungsi dalam Proses Pengadaan Jasa dan merupakan kegiatan
akhir dalam proses pengadaan jasa.

Ketentuan ketentuan dalam prosedur penerimaan jasa adalah sebagai berikut:


a. Semua proses pada prosedur penerimaan jasa dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
tertera dalam Integrated Management System (IMS). Termasuk didalamnya urutan proses dan
manual book yang menggunakan SIT ERP.
b. Tugas dan Wewenang Panitia Pemeriksa Kualitas Jasa dalam prosedur penerimaan jasa
mengacu kepada Peraturan Direksi tentang Kewenangan Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa yang berlaku di PT PLN Nusantara Power.
c. Selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah diterimakannya Serita Acara Serah Terima
(BAST) Pekerjaan dan dokumen-dokumen pendukung lain (sesuai dengan
persyaratan/kontrak), Pengguna Jasa dan direksi pekerjaan harus memberitahukan kepada
Tim Pemeriksa Kualitas Jasa tentang adanya penerimaan pekerjaan agar segera dilakukan
pemeriksaan.
d. Waktu yang diperlukan untuk menerbitkan Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan (SAPP)
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender, terhitung sejak diterimakannya dokumen
penyelesaian pekerjaan dari penyedia kepada direksi pekerjaan.
Apabila pelaksanaan penerimaan jasa melebihi batas waktu tersebut, maka pekerjaan jasa
dianggap telah diterima dan pihak penyedia pekerjaan berhak meminta Serita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (SAPP) dan Formulir Penerimaan Jasa.
e. Ketentuan sebagaimana huruf d di atas tidak berlaku terhadap pelaksanaan penerimaan jasa
yang memerlukan proses pengetesan secara online di Unit atau di instansi independen, karena
pengetesan independen memerlukan waktu pengetesan yang bergantung pada jadwal
operasional Unit atau jadwal instansi terkait.
f. Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan (SAPP) dan Formulir Penerimaan Jasa menjadi syarat
dalam melakukan pembayaran.
g. Dalam SAPP wajib ditandatangani oleh Direksi Pekerjaan dan Ketua Tim Pemeriksa Kualitas
Jasa (mandatory).
Dokumen SAPP berlaku apabila sudah ditandangani secara elektronik (TTE) tersertifikasi atau
secara manual oleh Tim Pemeriksa yang berjumlah maksimal 5 orang atau minimal ~+1 dari
jumlah anggota Tim Pemeriksa Kualitas Jasa.
h. Susunan penandatangan yang wajib dicantumkan dalam Serita Acara (BA) yaitu:
1. Ketua Tim Pemeriksa Kualitas Jasa (Wajib)
2. Sekertaris Tim Pemeriksa Kualitas Jasa (Wajib)
3. Anggota (Salah satu Wajib)
4. Direksi Pekerjaan (Pengguna Barang/Jasa) (Wajib)
i. Bidang yang membawahi Fungsi Akutansi melakukan pencatatan atas Formulir Penerimaan
Jasa di SIT ERP. Penerbitan atas Formulir Penerimaan Jasa yang sudah ditandatangani
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya Serita
Acara Penyelesaian Pekerjaan (SAPP).
34
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN Nusantara Power
Nomor : 0035.P/019/DIR/2023
Tanggal : 29 Desember 2023

j. Tim Pemeriksa Kualitas Jasa Menyampaikan Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan dan Formulir
Penerimaan Jasa yang telah diterbitkan kepada penyedia jasa dan pelaksana pengadaan
barang/jasa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender sejak ditanda tangani oleh Tim Pemeriksa
Kualitas Jasa, serta mendokumentasikan salinan Serita Acara Penyelesaian Pekerjaan dan
Formulir Penerimaan Jasa, termasuk dokumen hasil pengetesan dan dokumen terkait lainnya
sebagai arsip bersama Tim Pemeriksa Kualitas Jasa.
k. Apabila Serita Acara diterbitkan secara elektronik maka lampiran dokumen hasil pengetesan dan
dokumen kelengkapan lainnya agar dilengkapi dengan form pernyataan kesesesuaian dokumen.
I. Tim Pemeriksa Kualitas Jasa memiliki kewenangan untuk melakukan upload pada sistem
aplikasi yang mendukung Serita Acara atas dokumen Serita Acara sesuai SIT ERP dan
dokumen pendukung lainnya sesuai surat perjanjian atau kontrak.
Dalam dokumen SAPP dapat diberikan informasi lainnya seperti hari keterlambatan,
pencapaian SLA, progress pekerjaan dan catatan tambahan lainnya.

35

Anda mungkin juga menyukai