Oleh :
Nama : Rezky Wulandari K
Nim : 210906501007
A. LATAR BELAKANG
Bulan Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
Januari 4.25 6.00 5.00 3.75 3.50
Februari 4.25 6.00 4.75 3.50 3.50
Maret 4.25 6.00 4.50 3.50 3.50
April 4.25 6.00 4.50 3.50 3.50
Mei 4.75 6.00 4.50 3.50 3.50
Juni 5.25 6.00 4.25 3.50 3.50
Juli 5.25 5.75 4.00 3.50 3.50
Agustus 5.50 5.50 4.00 3.50 3.75
September 5.75 5.25 4.00 3.50 4.25
Oktober 5.75 5.00 4.00 3.50 4.75
November 6.00 5.00 3.75 3.50 5.25
Desember 6.00 5.00 3.75 3.50 5.50
sumber: Badan Pusat Statistika,2023
Selama tahun 2018 bank indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI rate
hingga mencapai 6% pada akhir tahun 2018.pada awal tahun 2019 suku bunga
acuan BI rate tetap berada pada 6% hingga bulan juni. Selanjutnya pada bulan juli
2019 hingga juli 2022 bank indonesia kembali menekan suku bunga acuan BI
mencapai 3,5%. Kemudian pada bulan agustus tahun 2022 bank indonesia
kembalik menaikkan suku bunga acuan BI rate hingga mencapai 5,75%.
Bulan Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
Januari 3.25 % 2.82 % 2.68 % 1.55 % 2.18 %
Februari 3.18 % 2.57 % 2.98 % 1.38 % 2.06 %
Maret 3.4 % 2.48 % 2.96 % 1.37 % 2.64 %
April 3.41 % 2.83 % 2.67 % 1.42 % 3.47 %
Mei 3.23 % 3.32 % 2.19 % 1.68 % 3.55 %
Juni 3.12 % 3.28 % 1.96 % 1.33 % 4.35 %
Juli 3.18 % 3.32 % 1.54 % 1.52 % 4.94 %
Agustus 3.2 % 3.49 % 1.32 % 1.59 % 4.69 %
September 2.88 % 3.39 % 1.42 % 1.6 % 5.95 %
Oktober 3.16 % 3.13 % 1.44 % 1.66 % 5.71 %
November 3.23 % 3% 1.59 % 1.75 % 5.42 %
Desember 3.13 % 2.72 % 1.68 % 1.87 % 5.51 %
Sumber: Bank Indonesia ,2023
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain:
1. Manfaat Teoritis: Saya berharap penelitian ini dapat menambah kekayaan
penelitian teoritis terhadap perkembangan ilmu ekonomi.
2. Manfaat praktis:
(a) Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumen
pelengkap untuk memahami dampak kebijakan moneter diindonesia
(b) Bagi instansi terkait
Kajian ini memberikan informasi mengenai kebijakan moneter
diindonesia sebagai referensi.
(c) untuk penulis
Penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan untuk
menerapkan pengetahuan ini di universitas dan studi mandiri.
BAB 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN SEBELUMNYA
B. LANDASAN TEORI
KEBIJAKAN MONETER
Friedman (dalam Al Arif dan Tohari (2006)) menyatakan bahwa kebijakan moneter
masih diperlukan untuk merespon siklus dunia usaha, namun harus disesuaikan
dengan kondisi perekonomian dalam siklus usaha. Kebijakan moneter pada
perekonomian yang mengalami masa booming berbeda dengan kebijakan moneter
yang diterapkan pada perekonomian yang mengalami resesi. Bank Sentral dapat
memperpendek masa periode resesi dengan melakukan kebijakan moneter
ekspansif, sehingga perekonomian dapat pulih kembali (recovery). Sebaliknya,
Bank Sentral dapat mengatasi perekonomian yang sedang mengalami pemanasan
dengan cara menerapkan kebijakan moneter kontraktif. Artinya, kebijakan moneter
sangat diperlukan dan harus disesuaikan dengan skilus dunia usaha (Natsir, 2014 :
118).
Kebijakan moneter terbagi menjadi dua, yaitu kebijakan moneter kontraktif dan
ekspansif. Kebijakan moneter kontraktif bertujuan untuk menekan laju
perekonomian, kebijakan ini dilakukan jika JUB dianggap lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah uang yang ditetapkan atau dapat dikatakan saat itu
perekonomian mengalami tekanan inflasi. Sedangkan kebijakan moneter ekspansif
bertujuan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian (Natsir, 2014 : 116-117).
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank
Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan
antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar (JUB) dan suku bunga (BI
Rate/Repo Rate). (UU No.3 tahun 2004) (Indonesia, 2004). Kebijakan moneter
adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral)
untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992). Bank sentral adalah
lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu
bagian integral dari kebijakan ekonomi makro.
Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi
makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Kuncoro, 2004) dalam
jurnal ( (Nangarumba, 2016) Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan
bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku
bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu (Litteboy
and Taylor, 2006: 198) dan Mishkin (2004: 457).
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh Bank Sentral
atau Otoritas Moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku
bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan
(Warjiyo dan Solihin, 2003). Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan
ekonomi makro dan memiliki hubungan yang sangat terkait. Kebijakan moneter
diarahkan untuk mencapai stabilitas inflasi dan terciptanya sistem keuangan yang
dapat melaksanakan fungsi intermediasi secara seimbang. Kebijakan moneter
berpengaruh terhadap sektor riil dan keuangan melalui mekanisme berbagai jalur
transmisi kebijakan moneter yaitu jalur uang, kredit, suku bunga, nilai tukar yang
berlangsung melalui sistem perbankan (Warjiyo, 2004).
SUKU BUNGA
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya
tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (pasar uang).
Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang tersebut
mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan
mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dengan demikian akan
mempengaruhi GNP.
Menurut Kasmir (2012 : 114) bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa oleh
bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) yang harus di bayar nasabah kepada
bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) Suku bunga merupakan sejumlah
rupiah yang dibayar akibat telah mempergunakan dana sebagai balas jasa.
Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang
(kredit).(81234-ID-Kebijakan-Moneter-Pertumbuhan-Ekonomi-Da, n.d.)
Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan permintaan agregat/pengeluaran
investasi. Sebaliknya, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan peningkatan
permintaan agregat (Aryaningsih, 2008). Tingkat suku bunga digunakan
pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi
masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat
suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan
berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregatpun akan
berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi (Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra,
(2009
Kern dan Guttman (1992) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan
sebagaimana harga lainnya, maka tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari
pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan
jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004) adalah harga
dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh
debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997) suku bunga adalah harga yang
dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu.
Menurut Mishkin (2007), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayar atas penyewaan dana2 . Mishkin memandang suku bunga dari sisi
peminjam (borrower). Menurut Pindyck (2005), suku bunga adalah harga yang
dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Seperti harga pasar, penentuan
tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari loanable
funds.Sedangkan menurut Samuelson (2001), ”suku bunga adalah harga yang harus
dibayar karena meminjam uang untuk jangka waktu tertentu”.
INFLASI
"Teori Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar
batas kemampuan ekonominya dengan memfokuskan bagaimana perbuatan rezeki
antar golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan (I) lebih besar dari
jumlah barang yang tersedia (S)" (Putong, 2015). Inflasi didefinisikan dengan
banyak ragam yang berbeda, tetapi semua definisi itu mencakup pokok-pokok yang
sama.
Menurut Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa inflasi sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kenaikan tingkat harga umum. Maksud dari definisi tersebut
mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti dengan
semakin menurunnya nilai rill (intrinsic) mata uang suatu negara. Menurut Ackley
(1993) inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang- barang
dan jasa secara umum. Menurut Marcus (2001) inflasi merupakan suatu nilai
dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan,
maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang secara umum yang
berarti terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang.
Menurut Boediono (1999) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
menaik secara menyeluruh dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
mengakibatkan kenaikan pada sebagian besar harga barang-barang lain yaitu harga
makanan, harga makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, harga sandang,
harga kesehatan, harga pendidikan, rekreasi, dan olahraga, harga transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan.
Menurut Irving Fisher dalam buku Sadono Sukirno (2002:25), kenaikkan harga-
harga umum atau inflasi (P) disebabkan oleh tiga faktor yaitu jumlah uang beredar
(M), kecepatan peredaran uang (V), dan jumlah barang yang diperdagangkan (T).
Menurutnya inflasi adalah proses kenaikkan harga barang umum yang berlaku
dalam perekonomian. Veneris dan Sebol dalam Muana Nanga (2001:241)
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga
umum secara terus-menerus sepanjang waktu. Berdasarkan definisi tersebut,
kenaikkan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja,
tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
Secara umum inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan hargaharga barang dan
jasa secara terus-menerus pada waktu tertentu. Adapun beberapa definisi menurut
para ahli mengenai inflasi, Menurut Case dan Fair inflasi adalah kenaikan tingkat
harga keseluruhan. itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Inflasi dapat
diukur dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan
harga rata-rata selama beberapa periode tertentu. Menurut Karim secara umum
inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komodits dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu.Inflasi merupakan masalah yang selalu
dihadapi oleh perekonomian.
C. Kerangka berpikir
Negara Indonesia
Pemerintah
Suku Bunga
Kebijakan
Inflasi
Moneter
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
yang menggunakan data sekunder. Data yang meliputi time series yang diperoleh
dari lembaga atau instansi terkait. Penelitian kuantitaf merupakan sebuah penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas
hubungannya.Dimana digunakan untuk penelitian pada populasi yang
luas,teramati,terukur dan permasalahannya sudah jelas. Sumber data yang
digunakan berasal dari badan pusan statistik (BPS) dan bank Indonesia.
B. Populasi dan sampel
Populasi dapat diartikan sebagai keutuhan dari semua objek yang nantinya akan
diteliti.menurut Sugiyono (2005), populasi merupakan wilayah generelisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah suku bunga,inflasi dan jumlah
uang beredar.
Menurut Sugiyono (2016), sampel sebagai bagian dari jumlah dari kaakteristik
yang dimiliki oleh suatu populasi. Pengukuran sampel dilakukan melalui statistik
atau berdasarkan pada estimasi penelitian guna menentukan besarnya sampel yang
diambil dalam melaksanankan penelitian suatu objek. Sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu purposive
sampling. Sampel diambil dengan memperhatikan beberapa kriteria yang sesuai
dengan keperluan penelitian yaitu ketersedian data suku bunga,inflasi dan jumlah
uang beredar diindonesia yang diperoleh dari badan pusat statistik.
C. Definisi operasional dan pengukuran variabel
3. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan, berupa dugaan
ilmiah (yang tidak sewenang-wenang), dan kebenarannya masih belum terbukti
terlebih dahulu baru kemudian melalui studi atau penelitian. Pengujian hipotesis
adalah proses menilai kekuatan bukti dari suatu sampel dan memberikan dasar
untuk mengambil keputusan mengenai populasi. Tujuan pengujian hipotesis adalah
untuk memutuskan apakah hipotesis yang diuji ditolak atau diterima.
a. Uji koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana variabel endogen
mampu menjelaskan variabel eksogen secara simultan. Semakin tinggi nilai R2
maka semakin baik model prediksi model pencarian yang diusulkan. Uji koefisien
determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui dan memperkirakan besarnya atau
pentingnya kontribusi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1
berarti variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang diperlukan
untuk memprediksi variabel dependen. Namun jika nilai R2 menurun maka daya
penjelas variabel independen terhadap variabel dependen menjadi cukup terbatas
(Ghozali, 2016).
b. Uji Simultan (F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai
pengaruh secara simultan (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan
untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Pemakaiannya adalah 0,5 atau 5% jika nilai signifikan F <; 0,05 artinya variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan atau
sebaliknya (Ghozali, 2016). Uji konkurensi F (Concurrent test) digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang bersamaan atau bersamaan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
c. Uji Parsial ( T)
Menurut Ghozali (2016:97) menyatakan bahwa “uji-t pada hakikatnya
menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu variabel penjelas atau independen
secara individual menjelaskan perubahan variabel dependen”. Uji t ini digunakan
untuk menguji secara parsial koefisien regresi variabel independen terhadap
variabel dependen, khususnya untuk melihat pengaruh variabel profitabilitas
perusahaan dan umur perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan,
mengungkapkan modal intelektual masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyidin, M., Saleh, M., Muttaqim, H., Nova, N., & Khairani, C. (2022). Pengaruh
Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi di Indonesia. Journal of Business and
Economics Research (JBE), 3(2), 225-231.
Winarto, H., Poernomo, A., & Prabawa, A. (2021). Analisis Dampak Kebijakan Moneter
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. J-MAS (Jurnal Manajemen dan
Sains), 6(1), 34-42.
Assa, R. H., Rotinsulu, T. O., & Mandeij, D. (2020). Analisis Kebijakan Moneter Terhadap
Inflasi di Indonesia Periode: 2006.1–2019-2. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 20(01).
Rompas, W. F. (2018). Analisis pengaruh tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap
permintaan kredit pada perbankan di Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 18(2).
Maesaroh, I., & Triani, L. F. (2013). Determinant of the Amount of Money Circulating in
Indonesia (Review Money Supply (M2) 2006-2011). Sustainable Competitive
Advantage (SCA), 2(1).
Anggraini, D., & Rahayu, D. (2022). Jumlah Uang Beredar di Indonesia (Periode 2011Q1–
2019Q4). JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 5(1), 246-261.
Telaumbanua, R. (2021). “Faktor–faktor yang mempengaruhi Jumlah uang beredar di
Indoneisa. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Sosial Sains, 2(02).
Velia, V., & Daryono Soebagyo, M. E. (2022). Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter
Terhadap Inflasi Di Indonesia Melalui Pendekatan Model Mundell-Fleming
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rahmadani, F., & Aimon, H. (2022). Analisis Dampak Instrumen Kebijakan Moneter
Terhadap Stabilitas Perekonomian di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan
Pembangunan, 4(4), 21-28.
Fauzi, A., Damayanty, P., Pane, C. S., Julianti, E. A. C., Elok, G. P., & Rivai, I. (2023).
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI. Jurnal Ekonomi dan
Manajemen, 2(2), 50-58.