Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SANITASI INDUSTRI

RESUME MATERI PENGAWASAN SANITASI INDUSTRI DI PERKOTAAN

Dosen Pengampu :
Winarko, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Syawalina Putri Fajar
P27833121067
Kelas :
D3-5B

PROGRAM STUDI SANITASI DIPLOMA TIGA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2023
A. STANDAR DAN PERSYARATAN LINGKUNGAN INDUSTRI
Bagi lingkungan kerja industri yang harus memenuhi standard dan persyaratan tersebut
meliputi:
a. Standar kesehatan lingkungan kerja :
1. Nilai ambang batas faktor fisik dan kimia. Faktor fisik seperti iklim kerja,
kebisingan, getaran, dan radiasi non-pengion, sedangkan faktor kimia contoh NAB
Bahan kimia
2. Indikator pajanan biologi, seperti nilai indikator pajanan biologi beberapa bahan
kimia di tempat kerja
3. Standar baku mutu kesehatan lingkungan, seperti media lingkungan air, media
lingkungan udara, media lingkungan tanah, media lingkungan pangan, sarana
bangunan, dan binatang pembawa penyakit
b. Persyaratan kesehatan lingkungan kerja :
1. Persyaratan faktor fisik. Faktor fisik contohnya pencahayaan dalam gedung maupun
luar industri, pajanan getaran seluruh tubuh periode 24 jam, persyaratan radiasi
radio dan gelombang mikro
2. Persyaratan faktor biologi. Pada faktor ini memiliki persyaratan seperti nilai
maksimal bakteri dan jamur di udara ruang kantor industri
3. Persyaratan penanganan beban manual, persyaratan ini dalam rangka mencegah
atau mengurangi risiko cedera pada tulang belakang atau bagian tubuh lain
4. Persyaratan kesehatan pada media lingkungan, terdiri dari media air, media tanah,
media pangan, sarana bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit
Dalam memenuhi standard dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja inustri harrus
dilakukan pemantauan secara berkala yang dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau
jika ada perubahan proses kegiatan industri yang berpotensi bahaya bagi kesehatan.
Pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan dan/atau dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki kompetensi di bidang hygiene industri,
kesehatan kerja dan /atau kesehatan lingkungan.

B. KUALITAS PENGAWSAN AIR


Media lingkungan air meliputi air minum dan air untuk keperluan higiene dan sanitasi,
baik kuantitas maupun kualitas. kecukupan air untuk keperluan higiene dan sanitasi dihitung
berdasarkan kebutuhan minimal dikaitkan dengan perlindungan kesehatan dasar dan higiene
perorangan. Ketersediaan air sebanyak 20 liter/orang/hari hanya mencukupi untuk kebutuhan
higiene dan sanitasi minimal, sehingga untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja yang
optimal diperlukan volume air yang lebih, yang biasanya berkisar antara 50-100 liter/orang
perhari.
Standar baku mutu (SBM) air minum meliputi kualitas fisik, biologi, kimia dan
radioaktivitas. Parameter wajib harus diperiksa secara berkala sesuai peraturan yang berlaku,
sedangkan parameter tambahan merupakan parameter yang wajib diperiksa hanya bagi
daerah yang mengindikasikan terdapat pencemaran kimia yang berhubungan dengan
parameter kimia tambahan tersebut. Parameter wajib untuk SBM Fisik air minum meliputi 8
parameter yaitu bau, rasa, suhu, warna, zat padat terlarut (TDS), dan kekeruhan. Penentuan
kadar maksimum bedasarkan pertimbangan kesehatan melalui tolerable daily intake sebesar
2 liter/perorang/hari dengan berat badan rata-rata 60 kg. SBM Biologi air minum ada 2
indikator untuk menilai kualitas biologi yaitu Escherichia coli dan Total bakteri koliform
yang harus tidak terdeteksi dalam 100 ml sampel air minum yang diperiksa.
Air untuk keperluan hygiene dan sanitasi di industri digunakan untuk pemeliharaan
kebersihan perorangan atau saat pekerja akan beribadah (wudhu) serta untuk keperluan
sanitasi seperti peturasan (urinoir) dan toilet. Dalam standar baku mutu parameter fisik air
wajib yang harus diperiksa untuk keperluan higiene dan sanitasi. Dari jumlah parameter sama
dengan air minum tetapi kadar maksimum yang diperbolehkan berbeda karena airnya tidak
untuk diminum tetapi hanya untuk berkumur. Berikut adalah tabel Standar Baku Mutu Fisik
Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi.

Selain itu, terdapat juga parameter SBM biologi air untuk keperluan higiene dan
sanitasi sama dengan untuk air minum tetapi kadarnya berbeda untuk total coliform karena
tidak digunakan untuk air minum. Pada parameter total coliform SBM kadar maksimum yang
diperbolehkan yakni 50 CFU/100ml dan Parameter E.coli kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 0 CFU/100ml. Adapun parameter kimia yakni seperti kadar pH yang
diperbolehkan 6,5 dan 8,5 dan parameter lainnya organik dan anorganik.

C. KUALITAS PENGAWASAN UDARA


Standar Baku Mutu (SBM) media udara meliputi standar baku mutu udara dalam ruang
(indoor air quality) dan udara ambien (ambient air quality). Sistem penghawaan merupakan
kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung
melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan. Kualitas lingkungan kerja
perkantoran wajib memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, dan
biologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bahaya fisik meliputi
tingkat kebisingan, intensitas pencahayaan, laju pergerakan udara, temperatur dan
kelembaban udara, Electromagnetic Field (EMF), dan Ultra Violet (UV) di lingkungan kerja
perkantoran. Bahaya kimia adalah kandungan zat kimia baik dalam bentuk padat
(debu/partikel/fiber), gas (uap/vapor zat kimia) maupun cair (cairan bahan kimia) diudara
lingkungan kerja perkantoran meliputi gas CO, Formaldehyde, CO2, Ozon, VOCs, O2, Debu
respirabel (PM10), dan Asbes. Bahaya biologi adalah kandungan mikroorganisme (bakteri
dan jamur) dalam udara dilingkungan kerja perkantoran.
Bising adalah suara yang tidak diinginkan. Bising diukur dalam satuan dBA (decibel
A). Bising diukur mempergunakan SLM (Sound level Meter). Cara mengukur kebisingan
SLM pada ketinggian telinga manusia +/- 1,50 m dari lantai kerja. Disain criteria65 dBA,
dengan ER (exchange rate 3 dBA).Standar kebisingan sesuai peruntukkan ruang perkantoran
sebagai berikut.

Pencahayaan harus memenuhi aspek kebutuhan, aspek sosial dan lingkungan kerja
perkantoran. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Aspek kebutuhan (visual performance) dan
harapan pemakai ruangan kantor intensitas pencahayaan harus terpenuhi untuk menunjang
kinerja, rasa nyaman, kesehatan, dan tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk
kenyamanan mata disyaratkan pencahayaan 300-500 lux, pekerjaan menggambar 500 lux,
meting room 300 lux, resepsionis 300 lux, koridor 100 lux, arsip 200 lux.
Temperatur ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan dan
kenyamanan pemakai ruangan. Untuk dapat memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan
suhu ruang perkantoran berkisar 23oC sampai 26oC. Agar suhu nyaman dapat tercapai
pengaturan suhu dilakukan perzona tidak terpusat (centralized). Hal ini agar pekerja
mempunyai fleksibilitas untuk menyesuaikan suhu ruangan yang juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan diluar gedung. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penempatan AC
diffuser agar tidak terjadinya gangguan kesehatan, yakni memperhatikan posisi AC blower
ini pada saat disain awal ataupun pada saat renovasi kantor.
Kelembaban ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan dan
kenyamanan pemakai ruangan. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan dalam ruang
perkantoran diperlukan kadar uap air dengan tingkat kelembaban 40-60% sedangkan untuk
lobi dan koridor adalah 30-70%. Debu di ruang perkantoran harus memenuhi aspek kesehatan
dan kenyamanan pemakai ruangan. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan dalam ruang
perkantoran kandungan debu respirabel (PM10) maksimal didalam udara ruangan dalam
pengukuran rata-rata 8 jam.
Pada ventilasi udara untuk mendapatkan tingkat kesehatan dan kenyamanan dalam
ruang perkantoran persyaratan pertukaran udara ventilasi untuk ruang kerja adalah 0,57
m3/org/min sedangkan untuk ruang pertemuan adalah 1,05 m3/min/orang. Sedangkan laju
pergerakan udara yang disyaratkan adalah berkisar antar 0.15 – 0.50 m/detik. Untuk ruangan
kerja yang tidak menggunakan pendingin harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari
luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang. Ruang yang menggunakan AC secara
periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan
cara membukan seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.
D. PENGAWASAN TANAH
Standar baku mutu media tanah yang berhubungan dengan kesehatan meliputi kualitas
tanah dari aspek biologi, kimia dan radioaktivitas. Sebagai indikator pencemaran radon
dengan satuan Bq/m3 tanah berkisar antara 100-300, di mana 3,7 Bq/m3 adalah setara dengan
1 pCi/L. Standar Baku Mutu (SBM) biologi tanah meliputi angka telur cacing (Ascaris
lumbricoides) dan fecal coliform yang mengindikasikan adanya pencemaran tanah oleh tinja.
Berikut adalah tabel SBM Biologi Tanah.

Persyaratan Kesehatan Lingkungan pada media tanah yakni sebagai berikut.


a) Memenuhi persyaratan konstruksi untuk jenis tanah peruntukan industri
b) Tidak tercemar oleh limbah domestik maupun industri baik berupa limbah padat, cair
maupun gas
c) Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa penyakit
d) Jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan kualitas tanah sesuai dengan
persyaratan teknis bangunan industri maka perlu dilakukan rekayasa atau remediasi
tanah agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan dampak kesehatan
pekerja.

E. PENGAWASAN SAMPAH
Sampah Spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Sampah Spesifik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
ini meliputi:
a) Sampah yang Mengandung B3;
b) Sampah yang Mengandung Limbah B3;
c) Sampah yang Timbul Akibat Bencana;
d) Puing Bongkaran Bangunan;
e) Sampah yang Secara Teknologi Belum Dapat Diolah; dan/atau
f) Sampah yang Timbul Secara Tidak Periodik.
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Spesifik dilakukan melalui:
1) Pengurangan yakni meliputi pembatasan timbulan Sampah Spesifik, pendauran
ulang Sampah Spesifik, dan/atau pemanfaatan kembali Sampah Spesifik.
2) Penanganan sampah spesifik meliputi kegiatan mulai dari pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir Sampah.
Produsen wajib melakukan penarikan kembali Sampah yang Mengandung B3.
Penarikan kembali dilakukan melalui fasilitas penampungan. Fasilitas penampungan harus
memenuhi ketentuan: terlindung dari air hujan dan panas; berlantai kedap air; dan memiliki
luas sesuai dengan volume Sampah yang Mengandung B3 yang ditampung.
Pada penyimpanan sampah dan sampah daur ulang
1) Mempunyai tempat penyimpanan sampah dan sampah daur ulang yang mencukupi
dan rapat vektor dan binatang pembawa penyakit
2) Mudah dan efektif untuk dibersihkan

F. PENGAWASAN MAKMIN
Standar baku mutu pada media pangan yakni pada SBM Fisik meliputi suhu
penyimpanan bahan pangan yang terbagi dalam 4 kategori pangan dan suhu penyimpanan
pangan siap saji yang juga terbagi dalam 4 kategori pangan siap saji yakni terdapat olahan
daging, telur dan susu, sayur dan buah, serta tepung dan biji-bijian. Standar baku mutu (SBM)
suhu penyimpanan pangan siap saji dapat dilihat pada Tabel, yang terdiri dari pangan kering,
pangan basah, pangan cepat basi dan pangan yang disajikan dalam keadaan dingin dengan
suhu yang berbeda untuk setiap kurun waktu penyajian.

Persyaratan kesehatan yang berhubungan dengan penyelenggara pangan dan


penjamah pangan, sebagai berikut.
1. Penyelenggara Pangan. Tersedianya kebijakan setempat, melakukan pencegahan
kontaminasi silang, sanitasi tempat penerimaan hingga penyajian pangan, dan
memastikan kondisi penjamah pangan dengan baik agar tidak terkontaminasi
2. Penjamah Pangan. Yakni bertanggung jawab terhadap keamanan pangan, bebas dari
penyakit dan dalam keadaan sehat, selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun, dan memakai APD lengkap.
3. Persyaratan yang berhubungan dengan waktu dan suhu pangan, yakni penjamah
pangan harus memperhatikan waktu dan suhu penggunaan hingga penyajian,
memiahkan tempat penyimpanan antara bahan baku dan siap saji, dan lainnya.
G. PENGAWASAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Vektor dan binatang pembawa penyakit di lingkungan kerja harus dikendalikan, agar tidak
menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit. Teknik pengendalian ada tiga macam sesuai
kebutuhan:
a) Pengendalian secara hayati atau biologi. Taktik ini memanfaatkan atau memanipulasi
musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian
hama ini juga yang mengikutsertakan organisme hidup, seperti halnya dengan
pengendalian hama dengan teknik jantan mandul, varietas tahan hama dan manipulasi
genetik.
b) Pengendalian secara Genetik. Teknik pengendalian serangga hama dengan
menggunakan jenisnya sendiri buka musuh alaminya, seperti penggunaan serangga
jantan mandul.
c) Pengendalian rekayasa dan modifikasi lingkungan. Mengendalikan tempat-tempat
perindukannya dengan cara mengubah atau memusnahkan tempat perindukkan,
seperti mengeringan atau mengalirkan drainase, 3M (menguras, mengubur, dan
menutup), dan lain-lain.
d) Pengendalian secara kimia, Pemakaian pestisida seperti Insektisida, Herbisida,
Fungisida, Bakterisida, Rodentisida dan Nematisida
Standar baku mutu (SBM) vektor meliputi vektor malaria (Anopheles spp), Aedes
aegypti, dan Culex sp. Untuk vektor malaria, ada 5 parameter yang terdiri dari jumlah gigitan
nyamuk permalam, angka paritas, kapasitas vektor, kemampuan nyamuk menginfeksi
perorang permalam dan indeks habitat dengan larva yang kesemuanya dikategorikan rendah
dan tinggi.
Standar baku mutu (SBM) vektor Aedes aegypti yang dibakukan hanya indeks
kontainer yaitu persentase kontainer yang mengandung larvaJika container tidak mengandung
larva maka dikategorikan rendah sehingga dapat diartikan baik karena tidak ada larva di
kontainer tersebut. Sebaliknya jika ditemukan atau positif terdapat larva maka diartikan ada
potensi perkembangbiakan vector. Standar baku mutu (SBM) untuk Culex sp ditentukan
berdasarkan nilai indeks container, yaitu persentase container di lingkungan kerja industri
yang terdapat larva di dalamnya. Jika indeks container tersebut kurang dari 1 maka dapat
dikatakan lingkungan kerja industri tersebut baik dan berisiko rendah untuk terjadinya
perkembangbiakan vektor Culex sp.
Selanjutnya, SBM binatang pembawa penyakit meliputi SBM tikus, lalat, dan lipas.
Setiap jenis binatang pembawa penyakit dikategorikan SBMnya rendah atau tinggi
berdasarkan persentase binatang yang dapat ditangkap sesuai jenis perangkapnya. SBM untuk
tikus yang dikategorikan ke dalam SBM rendah dan tinggi bergantung pada persentase tikus
yang tertangkap. Jika kurang atau sama dengan 1 persen maka dikategorikan rendah atau baik.
Sebaliknya jika persentase tikus yang tertangkap lebih besar dari 1 persen maka dapat
dikatakan lingkungan industri tersebut kurang baik.
Standar baku mutu (SBM) lipas/kecoa meliputi 4 jenis lipas yang dihitung berdasarkan
indeks populasi atau angka rata-rata populasi lipas setiap malam penangkapan. Ke empat jenis
lipas tersebut adalah Periplaneta Americana(PA), Blatella germanica (BG), Supella
longipalpa (SL), dan Blatta orientalis (BO). Kemudian, SBM untuk lalat yang dikategorikan
ke dalam SBM rendah dan tinggi bergantung pada persentase lalat yang menempel pada
flygrill. Jika kurang atau sama dengan 2 persen maka dikategorikan rendah atau baik.
Sebaliknya jika persentase lalat yang tertangkap lebih besar dari 2 persen maka dapat
dikatakan lingkungan industri tersebut kurang baik.

H. REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016: Tentang Standar Dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 48 Tahun 2016: Tentang Standar Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Perkantoran
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2020: Tentang Pengelolaan Sampah Spesifik

Anda mungkin juga menyukai