Anda di halaman 1dari 10

RESUME PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

PERMENKES NO. 7 TAHUN 2019 TENTANG KESEHATAN


LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
PERMENKES NO. 1096 TAHUN 2011 TENTANG HYGIENE SANITASI
JASA BOGA
UNDANG UNDANG NO. 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN
SAMPAH
Dosen pengampu :
Zaeni Budiono, BE, S.IP, M.Si.

Disusun oleh :
YUSTIA FARDA PRIHATINGTYAS
P1337433119074

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021
A. PERMENKES NO. 7 TAHUN 2019 TENTANG KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini diselenggarakan melalui upaya penyehatan,


pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan terhadap lingkungan permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Dalam menjalankan fungsinya,
rumah sakit menggunakan berbagai bahan dan fasilitas atau peralatan yang dapat
mengandung bahan berbahaya dan beracun. Interaksi rumah sakit dengan manusia dan
-lingkungan hidup di rumah sakit dapat menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang
ditandai dengan indikator menurunnya kualitas media kesehatan lingkungan di rumah sakit,
seperti media air, udara, pangan, sarana dan bangunan serta vektor dan binatang pembawa
penyakit. Akibatnya, kualitas lingkungan rumah sakit tidak memenuhi standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang telah ditentukan.

Saat ini standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah
sakit telah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dan pedoman teknis terkait kesehatan lingkungan. Sementara disisi
lain masyarakat menuntut perbaikan kualitas pelayanan rumah sakit melalui perbaikan
kualitas kesehatan lingkungan. Untuk itu diperlukan ketentuan mengenai standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah sakit sebagai tindak lanjut
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.

Ketentuan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yang tertuang dalam


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dinilai perlu dilakukan pembaharuan/adaptasi standar
karena perkembangan persyaratan penilaian mutu kinerja antara lain Akreditasi Rumah
Sakit KARS/JCI, PROPER, Adipura, Kabupaten Kota Sehat dan Green Hospital. Dengan
demikian maka upaya kesehatan lingkungan di rumah sakit dimasa mendatang dapat
dilaksanakan sehingga memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan yang mencakup seluruh dimensi, menyeluruh, terpadu, terkini dan
berwawasan lingkungan

Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau


gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial di dalam lingkungan rumah
sakit. Kualitas lingkungan rumah sakit yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau
pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan pada
media air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, dan vektor dan binatang pembawa
penyakit. Standar baku mutu kesehatan lingkungan merupakan spesifikasi teknis atau nilai
yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung
terhadap kesehatan masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit. Sedangkan persyaratan
kesehatan lingkungan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada media
lingkungan di dalam lingkungan rumah sakit.

1. Standar Baku Mutu Air dan Persyaratan Kesehatan Air

Air untuk pemakaian khusus adalah air yang dibutuhkan untuk kegiatan yang bersifat
khusus di rumah sakit yang memerlukan persyaratan tertentu dan berbeda dengan air
minum. Standar baku mutu air untuk hemodialisis meliputi parameter biologi dan kimia,
sedangkan standar baku mutu air untuk kegiatan laboratorium meliputi parameter fisik,
biologi dan kimia.

Air untuk keperluan air minum, untuk higiene sanitasi, dan untuk keperluan khusus harus
memberikan jaminan perlindungan kesehatan dan keselamatan pemakainya. Air merupakan
media penularan penyakit yang baik untuk penyebaran penyakit tular air (water related
diseases). Untuk itu penyehatan air perlu dilakukan dengan baik untuk menjaga agar tidak
terjadi kasus infeksi di rumah sakit dengan menyediakan air yang cukup secara kuantitas
dan kualitas sesuai parameter yang ditetapkan. Secara kuantitas, rumah sakit harus
menyediakan air minum minimum 5 liter per tempat tidur per hari. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan ibu yang sedang menyusui, penyediaan volume air bisa
sampai dengan 7,5 liter per tempat tidur perhari.

2. Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan Udara


- Mikrobiologi

Standar baku mutu parameter mikrobiologi udara menjamin kualitas udara ruangan
memenuhi ketentuan angka kuman dengan indeks angka kuman untuk setiap
ruang/unit seperti table berikut :

Konsentrasi Maksimum
No Ruang Mikroorganisme (cfu/m3)
Per m3 Udara (CFU/m3)
1 Ruang operasi kosong 35
2 Ruang operasi dengan aktifitas 180
3 Ruang operasi Ultraclean 10

- Fisik
Standar baku mutu parameter fisik untuk udara menjamin kualitas udara ruangan
memenuhi ketentuan laju ventilasi, suhu, kelembaban, tekanan, pencahayaan,
kebisingan, dan partikulat sesuai dengan jenis ruangan, mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan

- Kimia
Standar baku mutu parameter kimia udara menjamin kualitas udara
dengan konsentrasi gas dalam udara ruangan tidak melebihi
konsentrasi maksimum. Kondisi kualitas udara ruang dan kegiatan di
ruang bangunan dan halaman di rumah sakit berpotensi menyebabkan
penularan penyakit. Untuk itu, ruang bangunan dan halaman di rumah
sakit harus memenuhi persyaratan kesehatan kualitas udara ruang.

3. Standar Baku Mutu Tanah dan Persyaratan Kesehatan Tanah


Standar baku mutu tanah ditetapkan untuk menjamin kualitas
tanah dalam rangka melindungi kesehatan komunitas rumah sakit.
Berbeda dengan media lingkungan yang lain seperti air, dan udara,
standar baku mutu tanah yang dapat ditetapkan berkaitan dengan
kesehatan masyarakat hanya standar baku mutu kimia tanah.
B. PERMENKES NO. 1096 TAHUN 2011 TENTANG HYGIENE
SANITASI JASA BOGA

Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas
dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha. Pengelolaan makanan
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah,
pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan, pengangkutan dan penyajian.
Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak yang digunakan dalam
pengolahan makanan, termasuk bahan tambahan makanan.

Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi
terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan
agar aman dikonsumsi. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga adalah bukti tertulis yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang terhadap jasaboga yang telah memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjamah Makanan adalah
orang yang secara langsung mengelola makanan. Kantor Kesehatan Pelabuhan, yang
selanjutnya disingkat KKP adalah unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan di wilayah
pelabuhan, bandara dan pos lintas batas darat.

Jasaboga berdasarkan luas jangkauan yang dilayani dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Jasaboga golongan A
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri atas golongan
A1, golongan A2, dan golongan A3.
2. Jasaboga golongan B
Jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat dalam kondisi tertentu.
3. Jasaboga golongan C
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat di dalam alat angkut umum
internasional dan pesawat udara.

Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha (pasal 3-pasal 7) dan sertifikat laik (pasal 8- pasal
11) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini jasaboga yang tidak
memenuhi higiene sanitasi dan cara pengolahan makanan yang baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, dapat dikenakan tindakan administratif oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP. Tindakan administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis atau pencabutan
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga
dikeluarkan setelah jasaboga memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

- Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku


- Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 cm dan 4 x 6 cm masing -masing sebanyak 2 (dua)
lembar
- Fotokopi sertifikat/pelatihan khusus
- Denah bagunan dapur
- Surat penunjukan tenaga sanitasi
- Fotokopi ijazah sanitasi
- Sertifikat khusus hygiene sanitasi penjamah

Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga tidak berlaku atau menjadi batal apabila:

- Terjadi pergantian pemilik


- Pindah lokasi/alamat
- Tidak melakukan kegiatan selama 1(satu) tahun berturut -turut atau
- Dinyatakan dicabut karena tidak laik higiene sanitasi atau menyebabkan terjadinya
Kejadian Luar Biasa keracunan makanan.

Persyaratan teknis higiene dan sanitasi:

a) Bangunan
- Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat
sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran lainnya.
- Halaman bersih, terpampang nama perusahaan beserta nomer ijin usaha, dan
sertifikat laik higiene sanitasi.
- Konstruksi bangunan kokoh dan aman.
- Lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup dan
mudah dibersihkan.
- Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
- Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan
yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air, berwarna
terang, dan minimal 2,4 meter di atas lantai.
- Pintu dan jendela dilengkapi alat anti serangga.
- Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif.
- Terdapat ventilasi dengan luas ventilasi 20% dari luas lantai.

b) Fasilitas sanitasi
- Terdapat termpat cuci tangan, air bersih, jamban dan peturasan, kamar mandi,
dan tempat sampah.
c) Peralatan
- Tersedia tempat cuci tangan beserta diterjen, peralatan makan disimpan pada
tempat yang terlindung dari pencemaran.
d) Keternagakerjaan
- Memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.
- Tidak memiliki penyakit menular dan memiliki buku pemeriksaan kesehatan.
- Menggunakan APD.
e) Makanan
- Makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari
cemaran fisik, kimia dan bakteri.
f) Pemeriksaan higiene sanitasi
- Pemerikaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium

Prinsip higiene sanitasi makanan:

1. Pemilihan bahan makanan.


2. Penyimpanan bahan makanan.
3. Pengolahan makanan.
4. Penyimpanan makanan jadi/masak.
5. Pengangukutan makanan.
6. Penyajian makanan.
C. UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sumber sampah adalah asal timbulan
sampah. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. Sistem
tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian
yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah
yang tidak benar.

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:

a. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik.

Sampah spesifik meliputi:

- Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;


- Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
- Sampah yang timbul akibat bencana;
- Puing bongkaran bangunan;
- Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
- Sampah yang timbul secara tidak periodik

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:

1) Pengurangan sampah meliputi kegiatan:

a. pembatasan timbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah; dan/atau

c. pemanfaatan kembali sampah.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka


waktu tertentu;

b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;

d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang


menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau
mudah diurai oleh proses alam. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan
sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah
diurai oleh proses alam.

2) Penanganan Sampah

Kegiatan penanganan sampah meliputi:


a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu;
c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
dan/atau
e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh


Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Peran dapat dilakukan melalui:

- Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah dan/atau pemerintah


daerah;
- Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
- Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.

Setiap orang juga dilarang:


- memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
- mengimpor sampah
- mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
- mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
- membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan
- melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
- membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah.

Anda mungkin juga menyukai