Anda di halaman 1dari 11

Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No.

1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP RUGI-RUGI DAYA


LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER DI PT. PLN (PERSERO) UP3
MAKASSAR UTARA

Nasir Malik1, Zulhajji2, Nurul Wahidah3,


1
Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Makassar
m.nasir.malik@unm.ac.id
2
Teknik Elektro, Universitas Negeri Makassar
zulhajji@unm.ac.id
3
Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Makassar
nurulwahidah900@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar persentase ketidakseimbangan beban dan besar nilai rugi-
rugi daya listrik pada Penyulang Baddoka PT. PLN (Persero) UP3 Makassar Utara di Rayon Daya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data menggunakan statistik deskriftif.
Data penelitian diperoleh dengan teknik observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh: a)
persentase ketidakseimbangan rata-rata pada Penyulang Baddoka sebesar 29 %, dan b) total rugi-rugi
daya yang terjadi pada penyulang Baddoka sebesar 742.149 kVA.

Kata Kunci: Ketidakseimbangan, Penyulang, Rugi-Rugi Daya.

THE EFFECT OF UNBALANCED LOAD ON ELECTRICAL POWER LOSSES IN THE PRIMARY


DISTRIBUTION NETWORK AT PT. PLN (Persero) UP3 MAKASSAR UTARA

ABSTRACT
This study aims to determine the percentage of load imbalance and the value of electrical power losses at
the Baddoka Feeder PT. PLN (Persero) UP3 North Makassar in Rayon Daya. This study uses a
quantitative approach with data analysis using descriptive statistics. Research data obtained by
observation and documentation techniques. The results obtained: a) the average percentage of imbalance
in the Baddoka feeder is 29%, and b) the total power losses that occur in the Baddoka feeder is 742,149
kVA.

Keywords: Imbalance, Feeder, Power Loss.

149
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

PENDAHULUAN Makassar Utara memiliki 311.478 pelanggan,


dengan rincian: Rayon Karebosi 80.710
Kebutuhan listrik sangat dibutuhkan oleh
pelanggan, Rayon Daya 101.250 pelanggan,
semua lapisan masyarakat. Hampir setiap orang
Rayon Maros 70.365 pelanggan. dan Rayon
membutuhkan energi listrik untuk melakukan
Pangkep sebanyak 59.153 pelanggan [2].
kepentingannya masing-masing. Untuk
Peningkatan penggunaan energi listrik perlu
memenuhi kebutuhan listrik disemua sektor
diimbangi dengan pelayanan energi listrik yang
tersebut, diperlukan sistem penyediaan tenaga
unggul pada jaringan dan pelayanan distribusi.
listrik yang andal, yang dapat dipelihara dan
Kualitas energi listrik dari pangkal hingga ujung
didistribusikan secara merata ke seluruh wilayah
jaringan dievaluasi dengan melihat dampak
yang membutuhkan. Berdasarkan statistik PLN
ketidakseimbangan beban dan rugi-rugi daya
2019, pelanggan listrik Indonesia pada akhir
listrik pada jaringan distribusi primer PT. PLN
tahun 2019 sebanyak 75.705.614 pelanggan,
UP3 Makassar Utara, yaitu penyulang Baddoka
meningkat 5,65 pada akhir tahun 2018. Dan
PT. PLN (Persero) UP3 Makassar Utara di Rayon
hingga akhir Juni 2020, kami telah menjangkau
Daya
77,19 juta pelanggan PLN [1].
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
besar persentase ketidakseimbangan beban, besar
Pelayanan Pelanggan (UP3) Makassar Utara
rugi-rugi daya, dan pengaruh ketidakseimbangan
adalah salah satu perusahaan tenaga listrik yang
beban terhadap rugi-rugi daya listrik di
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik
Penyulang Baddoka PT. PLN (Persero) UP3
ke wilayah metropolitan Makassar, yang
Makassar Utara di Rayon Daya
mengambil sumber tenaga listrik dari pembangkit
Sistem distribusi merupakan salah satu
listrik yang terinterkoenksi Sulawesi Selatan dan
bagian dalam sistem tenaga listrik, yaitu dimulai
Barat.
dari sumber daya atau pembangkit tenaga
Wilayah kerja PT. PLN (Persero) UP3
listrik sampai kepada para konsumen. Sistem
Makassar Utara seluas 2.942,9-kilometer persegi,
tenaga listrik dikatakan sebagai kumpulan atau
panjang jaringan tegangan menengah 20 kV
gabungan yang terdiri dari komponen-komponen
sepanjang 1.395,92 km, gardu distribusi 2.330
atau alat-alat listrik seperti generator,
unit, panjang jaringan tegangan rendah sekitar
transformator, saluran transmisi, saluran
1.769,55 km.
distribusi dan beban yang saling berhubungan
Wilayah Makassar Utara bertanggung jawab
dan merupakan satu kesatuan sehingga
atas empat rayon, yaitu: Rayon Karebosi, Rayon
membentuk suatu sistem [3].
Daya, Rayon Maros dan Rayon Pangkep. PT.
Jaringan distribusi tenaga listrik biasanya
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
menggunakan tegangan yang lebih rendah dari
Pelanggan (UP3) Makassar Utara
tegangan saluran transmisi. Hal ini karena daya
mendistribusikan sistem tenaga listrik kepada
yang didistribusikan oleh masing-masing jaringan
pelanggan di dalam dan sekitar Makassar. Untuk
distribusi relatif lebih kecil dibanding dengan
itu PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
daya yang disalurkan saluran transmisi, dan juga
Pelanggan (UP3) Makassar Utara berupaya
menyesuaikan dengan tegangan pelanggan atau
mengoptimalkan kualitas daya jaringan distribusi
pengguna energi listrik. Tegangan jaringan
tenaga listrik di Makassar.
distribusi yang digunakan, yaitu 20 kV untuk
Secara umum, suatu sistem tenaga listrik
jaringan tegangan menengah (JTM) dan untuk
dianggap sebagai sistem yang baik jika
380/220 V jaringan tegangan rendah (JTR) [4].
memenuhi beberapa persyaratan seperti
Dengan demikian diperlukan gardu induk yang
keandalan, kualitas, dan stabilitas. Jika beban
berisi trafo step down untuk menurunkan
listrik pada setiap fasa sama, maka daya
tegangan dari saluran transmisi ke tegangan
dikatakan dalam keadaan setimbang.
distribusi primer 20 kV. Diperlukan pula trafo
Ketidakseimbangan beban pada sistem distribusi
distribusi step down dari 20 kV ke 380/220 V
tenaga listrik selalu terjadi, dan penyebab
sesuai tegangan pelanggan [5].
ketidakseimbangan beban adalah distribusi beban
Selanjutnya Sistem pendistribusian tenaga
listrik yang tidak merata antar tiap fasa (fasa R,
listrik juga dapat dibedakan menjadi dua macam,
fasa S, fasa T). Penggunaan energi listrik semakin
yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem
meningkat seiring dengan pertumbuhan
pendistribusian tak langsung. Sistem
penduduk Makassar dan peningkatan taraf hidup
pendistribusian langsung merupakan sistem
masyarakat. Berdasarkan data dari PT. PLN
penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara

150
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, jaringan dengan struktur seperti ini sangat buruk.
dan tidak melalui jaringan transmisi terlebih Karena apabila terjadi perbaikan pada salah satu
dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini titik akan menyebabkan seluruh jaringan harus
digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dipadamkan.
berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, Untuk kontinuitas penyaluran yang lebih
biasanya terletak daerah pelayanan beban atau baik, maka struktur jaringan seperti ini
dipinggiran kota. Sedangkan sistem dikembangkan menjadi struktur jaringan radial
pendistribusian tak langsung merupakan sistem ganda. Pada struktur radial jaringan ganda,
penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika setiap gardu distribusi mendapat suplay dari dua
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat- penyulang radial yang berasal dari GI atau
pusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga gardu distribusi lainnya. Dalam keadaan operasi
listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai normal maka gardu hanya mendapat suplay
jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan tenaga listrik dari satu penyulang saja. Namun
jaringan distribusi yang langsung menyalurkan apabila terjadi gangguan, maka jaringan akan
tenaga listrik ke konsumen. dipindahkan kepenyulang lainnya sehingga
Jaringan distribusi tenaga listrik berdasarkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat
besaran tegangan, dapat dibedakan atas, yaitu diperbaiki. Gambar 1. berikut memperlihatkan
sistem jaringan distribusi primer dan sistem Struktur jaringan distribusi radial.
jaringan distribusi sekunder. Sistem jaringan
distribusi primer atau sering disebut jaringan
distribusi tegangan tinggi (JDTT) ini terletak
antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang
memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari
tegangan terpakai untuk konsumen. Standar
tegangan untuk jaringan distribusi primer ini
adalah 6 kV, 12 kV, dan 20 kV (sesuai standar
PLN). Sedangkan Sistem distribusi sekunder atau
sering disebut jaringan distribusi tegangan
rendah, merupakan jaringan yang berfungsi
sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu Gambar 1. Struktur Jaringan distribusi Radial
pembagi atau gardu distribusi ke pusat-pusat
beban (konsumen tenaga listrik). Besarnya b) Struktur Jaringan Distribusi Lingkaran
standar tegangan untuk jaringan distribusi (Loop), merupakan struktur jaringan distribusi
sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem tertutup yang dimulai dari sumber daya besar
lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta (GI) kemudian melewati beberapa gardu gardu
440/550 V untuk keperluan industri. Besarnya distribusi kemudian kembali lagi menuju
tegangan maksimum yang diizinkan adalah +5% sumber semula. Kelebihan utama dari struktur
dan -10% dari tegangan nominalnya [6]. jaringan distribusi ini adalah apabila terjadi
Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai gangguan, maka gangguan tersebut dapat
tegangan jatuh (voltage drop) yang telah diisolir sehingga tidak mengganggu jaringan
ditetapkan, bahwa rugi-rugi daya suatu jaringan distribusi secara keseluruhan. Hal ini dapat
adalah 15%. Dengan adanya pembatasam terjadi karena pada struktur jaringan distribusi
tersebut stabilitas penyaluran daya ke pusat-pusat lingkaran ini terdapat dua titik yang dapat
beban tidak terganggu. disambungkan secara bergantian atau secara
Struktur jaringan distribusi dapat dibedakan bersamaan. Sehingga kontinuitas penyaluran
atas empat, yaitu: a) Struktur jaringan sudah cukup baik. Walaupun apabila terjadi
distribusi radial adalah struktur jaringan yang gangguan pada banyak titik pada
paling sederhana, baik ditinjau dari rangkaian/serentak, maka keseluruhan jaringan
perencanaannya maupun dari pengusahaannya. dapat terganggu juga. Gambar 2. berikut
Penyaluran tenaga listrik dari penyulang berada memperlihatkan Struktur jaringan distribusi
pada kondisi satu arah. Akibatnya apabila terjadi Lingkaran (Loop).
gangguan pada salah satu titik pada rangkaian
akan menyebabkan keseluruhan jaringan akan
terkena dampaknya. Dengan demikian
kontinuitas penyaluran tenaga listrik pada

151
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

d) Struktur Jaringan Distribusi Jala-jala


(Network), merupakan bentuk jaringan yang
paling rumit apabila dibandingkan dengan
struktur jaringan distibusi lainnya. Untuk setiap
gardu distribusi akan mendapat suplay tenaga
listrik dari dua atau lebih penyulang, sehingga
kontinuitas penyaluran tenaga listriknya jauh
lebih baik dibandingkan struktur jaringan
distribusi yang lain. Namun struktur jaringan
distribusi jenis ini memiliki biaya investasi yang
lebih mahal dibandingkan dengan struktur
Gambar 2. Struktur Jaringan Lingkaran (Loop) jaringan distribusi lainnya. Struktur ini biasanya
digunakan untuk daerah yang memerlukan
c) Struktur Jaringan Spindel, merupakan hasil
tingkat kontinuitas penyaluran tenaga listrik
pengembangan dari struktur jaringan distribusi
yang tinggi seperti pada daerah industri yang
radial dan struktur jaringan distribusi lingkaran.
memerlukan suplay konstan. Gambar 4 berikut
Pada struktur jaringan spindel ini penyulang
memperlihatkan Struktur jaringan distribusi
utama yang dipakai bertambah banyak
Jala-jala (Network)
jumlahnya serta memiliki penyulang cadangan.
Konfigurasi yang umum dipakai untuk struktur
jaringan distribusi spindel adalah tujuh buah
penyulang utama dan satu buah penyulang
cadangan. Gambar 3 berikut memperlihatkan
Struktur jaringan distribusi Spindel.

Gambar 4. Struktur Jaringan Jala-jala (Network)


Jaringan distribusi merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik. Sistem ini berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik sampai ke konsumen. Jadi dapat
disimpulkan bahwa fungsi distribusi tenaga
listrik adalah: melakukan penyaluran atau
pembagian tenaga listrik ke beberapa tempat
Gambar 3. Struktur Jaringan Spindel (Pelanggan), dan merupakan sub sistem tenaga
listrik yang langsung berhubungan dengan
Seluruh penyulang ini bertemu pada satu
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat
titik yang menghubungkan seluruh penyulang
beban (pelanggan) dilayani langsung oleh
penyulang utama dengan penyulang cadangan.
jaringan distribusi
Penyulang cadangan merupakan saluran khusus
Beban fasa seimbang adalah beban dimana
yang dilengkapi pemutus dan pemisah daya.
arus yang mengalir pada beban-beban simetris
Titik temu penyulang penyulang utama dengan
dan dihubungkan pada tegangan simetris pula.
penyulang cadangan berada pada sebuah gardu
Dalam menganalisis beban-beban seperti ini
hubung. Penyulang cadangan berfungsi sebagai
biasanya diasumsikan disuplai oleh tegangan
penyalur tenaga listrik darurat apabila saluran
simetris pula. Dengan demikian analisis dapat
penyulang utama ada yang mengalami
dilakukan secara per fasa saja, jadi dalam hal ini
gangguan. Dalam keadaan operasi normal, maka
beban selalu diasumsikan seimbang pada setiap
penyulang cadangan ini tidak terhubung dengan
fasa, sedangkan pada kenyataannya beban
beban.
tersebut tidak seimbang. Dalam hal ini
penyelesaiannya menggunakan komponen
simetris [7].

152
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Tiap-tiap fasa transformator dinyatakan sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang
dengan keadaan seimbang apabila memenuhi besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
syarat [7] berikut: a) Ketiga vektor arus dari ketidakseimbangannya.
masing-masing fasa (R, S, T) mempunyai nilai Dampak ketidakseimbangan beban
yang sama besar, b) Perbedaan sudut dari ketiga merupakan hal yang pasti terjadi pada distribusi
vektor fasa adalah masing-masing berbeda 120˚. tenaga listrik. Terutama pada sisi jaringan
Sebaliknya, apabila salah satu atau kedua syarat tegangan rendah. Semakin tingginya ketidak
diatas tidak terpenuhi, maka bisa dikatakan seimbangan beban maka akan semakin tinggi
bahwa trafo tersebut mengalami keadaan tidak pula arus yang timbul pada penghantar netral.
seimbang. Arus yang mengalir pada penghantar netral akan
Dilihat dari vektornya, ada beberapa hal menjadi rugi daya listrik pada jaringan, oleh
yang terjadi apabila transformator mengalami karena itu dalam pendistribusian tenaga listrik
keadaan tidak seimbang [7], yaitu: a) Vektor arus ketidakseimbangan beban harus diminimalisir
pada fasa R, S, dan T mempunyai nilai yang sama demi tercapainya efisiensi penyaluran daya listrik
besar tetapi sudut antar fasa satu dengan yang yang optimal.
lain tidak membentuk 120˚, b) Sudut pada vektor Susut distribusi tenaga listrik atau rugi daya
antar fasa sebenarnya sudah mementukb 120˚ listrik adalah berkurangnya daya dalam
namun nilai vektor pada fasa R, S, dan T terdapat penyaluran daya listrik utama ke suatu beban
perbedaan, dan c) Nilai vektor pada fasa R, S, yang diterima dalam hal ini konsumen [9]. Untuk
dan T terdapat perbedaan sekaligus sudut pada perhitungan rugi daya pada jaringan distribusi
vektor antar fasa tidak membentuk 120˚ dapat digunakan rumusk sebagai berikut:
ΔP = I2.R (1)
Keterangan:
ΔP = Rugi-rugi daya pada jaringan distribusi
(Watt)
I = Arus beban pada jaringan (Ampere)
R = Resistans (ohm)
Gambar 5. Vektor Arus Seimbang
Kerugian daya suatu saluran distribusi
Pada diagram vektor diatas menunjukkan merupakan perkalian arus pangkat dua dengan
bahwa vektor diagram arus dalam keadaan resistansi atau reaktansi dari saluran tersebut dan
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan
persamaannya [10] sebagai berikut:
ketiga vektor arus (IR, IS, IT) adalah sama dengan
nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Rugi-Rugi Daya Aktif = I2. R (2)
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 [8], Rugi-Rugi Daya Reaktif = I2.X (3)
yaitu: a) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak Keterangan:
membentuk sudut 120º satu sama lain, b) Ketiga I = Arus beban (Ampere)
vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut R = Resistans (Ohm)
120º satu sama lain, dan c) Ketiga vektor tidak X = Reaktansi induktor (Ohm)
sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu
sama lain. Seperti Gambar 6. berikut: Ketidakseimbangan beban terjadi karena
pembagian beban yang tidak merata antar tiap-
tiap fasa mengakibatkan arus beban tidak
seimbang pada masing-masing fasa. Analisis
ketidakseimbangan beban [11], sebagai berikut:
I𝑅 + I 𝑆 + I𝑇
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
(4)
𝐼𝑅
𝐼𝑅 = a.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑎 = (5)
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼
𝑆
Gambar 6. Vektor Arus Tidak Seimbang 𝐼S = a.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑏 = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 (6)
Diagram vektor pada Gambar 6 menunjukkan 𝑇𝐼
𝐼T = a.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑐 = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 (7)
vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya Dengan demikian rata-rata ketidak
(IR, IS, IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul seimbangan beban adalah [11]:

153
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

{|𝑎−1|+|𝑏−1|+|𝑐−1|} Untuk menilai performansi sistem distribusi


𝐼𝑘𝑒𝑡𝑑𝑘𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 3
𝑋 100% (8)
daya dan untuk menguji keefektifan perubahan-
Daya transforamator distribusi tiga fasa [12] perubahan yang direncanakan pada suatu sistem
dirumuskan sebagai berikut: pada tahap perencanaan, sangat penting untuk
dilakukan analisis aliran daya. Studi aliran daya
S = √3. V2. I2. 10-3 (9) (7) (9)
ini dilakukan untuk menentukan [13]: a) Aliran
Keterangan: daya aktif dan reaktif pada cabang-cabang
S = Daya Transformator (kVA) rangkaian, b) Tidak ada rangkaian yang
V2 = Tegangan sekunder (kV) mempunyai beban lebih dan tegangan busbar
I2 = Arus sekunder (A) dalam batas-batas yang dapat diterima, dan c)
Dengan demikian untuk menghitung arus beban Pengaruh penambahan atau perubahan pada suatu
penuh (Full Load) dapat menggunakan rumus: system.
(Ainul M., 2015) Metode aliran daya yang ada seperti Gauss
Seidel, Newton Rapson serta Fast-decouple pada
𝑆
𝐼𝐹𝐿 = (10) umumnya merupakan metode(2.10) yang digunakan
√3 𝑥 𝑉2
pada sistem transmisi sedangkan karakteristik
Keterangan: sistem distribusi berbeda dengan sistem
IFL = Arus Beban Penuh (A) transmisi. Sebagaimana diketahui karakteristik
S = Daya Transformator (kVA) dari sistem distribusi adalah pada umumnya
V2 = Tegangan Sekunder Transformator (kV) struktur jaringan radial, fasa tidak seimbang, serta
banyaknya jumlah dari cabang dan node. Dengan
Sedangkan persentase pembebanan
perbedaan tersebut maka metode aliran daya yang
transformator adalah sebagai berikut [12]:
ada pada sistem transmisi bisa menjadi gagal jika
𝐼𝑝ℎ
%𝑏 = (11) diterapkan pada sistem distribusi. Oleh karena itu
𝐼𝐹𝐿
diperlukan suatu metode untuk menganalisa
Keterangan: aliran daya yang sesuai dengan karakteristik
% b = Persentase Pembebanan (%) sistem distribusi [13].
Iph = Arus Phasa (A) Pengelompokkan beban listrik berdasarkan
IFL = Arus Beban Penuh (A) kelompok pelanggan [14] terdiri dari: a) Sektor
rumah tangga, b) Sektor komersial, c) Sektor
Aliran daya adalah studi yang dilaksanakan
industry, dan d) Sektor public.
untuk mendapatkan informasi mengenai aliran
Dalam sistem listrik arus bolak-balik (AC)
daya atau tegangan sistem dalam kondisi operasi
karakteristik beban listrik dapat diklasifikasikan
tunak. Informasi ini sangat dibutuhkan guna
menjadi tiga macam, yaitu: a) Beban Resistif
mengevaluasi kerja sistem tenaga dan
(R), yaitu beban yang terdiri dari komponen
menganalisis kondisi pembangkitan maupun
hambatan saja (resistance), seperti elemen
pembebanan. Analisa ini memerlukan pula
pemanas (heating element) dan lampu pijar.
informasi aliran dalam kondisi normal maupun
Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif
darurat [11].
saja dan mempunyai faktor daya sama dengan
Tujuan aliran daya adalah untuk mengetahui
satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya
besar vektor tegangan pada tiap bus dan besar
sebagai berikut:
aliran daya pada tiap cabang suatu jaringan untuk
satu kondisi beban tertentu dalam kondisi normal P = V.I (1 fasa) (12)
[11]. Pengkajian aliran daya sangat berguna P = √3 x VL x IL (3 fasa) (13)
untuk perencanaan dan perancangan ekspansi
Keterangan:
sistem tenaga dan juga digunakan untuk
P = Daya (watt)
menentukan kondisi operasi sistem yang paling
V = Tegangan 1 fasa (Volt)
efisien. Hasil paling mendasar dari pengkajian
VL = Tegangan 3 fasa (Volt)
aliran daya adalah besar dan sudut phasa dari
I = Arus 1 fasa (Ampere)
tegangan masing-masing bus serta aliran daya
aktif dan reaktif pada tiap saluran. Banyak IL = Arus untuk 3 fasa (Ampere)
program aplikasi dalam suatu area distribusi b) Beban Induktif (L), yaitu beban yang terdiri
otomatis, seperti optimasi jaringan, perencanaan dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu
Var, serta peralihan membutuhkan metode aliran inti, seperti: (coil), transformator, dan solenoida.
daya yang kokoh dan efisien [13]. Beban ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa

154
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

(phase shift) pada arus sehingga bersifat listrik Wattmeter. Daya Aktif pada beban yang
tertinggal sebesar 90̊ terhadap tegangan bersifat resistif (R), dimana tidak mengandung
(lagging). Hal ini disebabkan oleh energi yang induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus
tersimpan berupa medan magnetis yang akan se fasa, sehingga besar daya sebagai perkalian
mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang
tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini yang keduanya bernilai positif. Besar daya aktif
menyerap daya aktif dan daya reaktif. Persamaan (P) sebagai berikut.
daya aktif dan daya reaktif untuk beban induktif
adalah sebagai berikut: P = √3 x VL x IL x Cos.φ (18)

P = V x I x Cos φ (1 fasa) (14) Keterangan:


P = V x I x Sin φ (1 fasa) (14a) PAktif = Daya (Watt)
VL = Tegangan 3 fasa (Volt)
P = √3 x VL x IL x Cos φ (3 fasa) (15)
IL = Arus 3 fasa (Ampere)
P = √3 x VL x IL x Sin φ (3 fasa) (15a) cos φ = Faktor daya
Keterangan: b) Daya Reaktif (Q) adalah daya yang
P = Daya (watt) dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet
V = Tegangan 1 fasa (Volt) atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang
VL = Tegangan 3 fasa (Volt) bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah Volt
I = Arus 1 fasa (Ampere) Amper Reaktif (VAR). Untuk menghemat daya
IL = Arus untuk 3 fasa (Ampere) reaktif dapat dilakukan dengan memasang
φ = Sudut antara arus dan tegangan kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban
c) Beban Kapasitif (C), yaitu beban yang bersifat induktif. Hal serupa sering dilakukan
memiliki kapasitansi atau kemampuan untuk pada pabrik-pabrik yang mengunakan banyak
menyimpan energi yang berasal dari pengisian motor listrik sebagai beban. Persamaan daya
elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit. reaktif sebagai berikut:
Komponen ini dapat menyebabkan arus terdahulu
Q = √3 x VL x IL x sin φ (19)
terhadap tegangan (leading). Beban jenis ini
menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya Keterangan:
reaktif. Persamaan daya aktif dan daya reaktif Q = Daya Reaktif (VAR)
untuk beban Kapasitif adalah sebagai berikut: VL = Tegangan 3 fasa (Volt)
IL = Arus 3 fasa (Ampere)
P = V x I x Cos φ (1 fasa) (16)
Sin φ = Faktor daya
P = V x I x Sin φ (1 fasa) (16a)
P = √3 x VL x IL x Cos φ (3 fasa) (17) c) Daya Semu (S) adalah daya yang dihasilkan
P = √3 x VL x IL x Sin φ (3 fasa) (17a) dari perkalian tegangan (V) dan arus (I). Daya
nyata merupakan daya yang disalurkan oleh
Keterangan: pembangkit kepada konsumen. Satuan daya nyata
P = Daya (watt) adalah Volt Ampere (VA). Beban yang bersifat
V = Tegangan 1 fasa (Volt) daya semu adalah beban yang
VL = Tegangan 3 fasa (Volt) bersifat resistansi (R), contoh: lampu pijar,
I = Arus 1 fasa (Ampere) setrika listrik, kompor listrik dan lain sebagainya.
IL = Arus untuk 3 fasa (Ampere) Peralatan listrik atau beban pada rangkaian listrik
φ = Sudut antara arus dan tegangan yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat
Daya listrik adalah besarnya laju hantaran karena tegangan dan arus listrik se fasa perbedaan
energi listrik yang terjadi pada suatu rangkaian sudut fasanya adalah 0o dan memiliki nilai faktor
listrik. Dalam satuan internasional daya listrik daya adalah 1. Berikut ini persamaan daya semu:
adalah Watt (W) yang menyatakan besarnya S = √3 x VL x IL (20)
usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan
untuk mengalirkan arus listrik tiap satuan Keterangan:
waktu Joule/detik (J/s). Macam-macam daya S = Daya Semu (VA)
pada listrik [15] sebagai berikut: a) Daya Aktif VL = Tegangan 3 fasa (Volt)
(P) adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan IL = Arus 3 fasa (Ampere)
oleh beban. Satuan daya aktif adalah Watt (W)
dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur

155
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini merupakan penelitian A. Hasil Penelitian
kuantitatif, dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Sistem kelistrikan pada PT. PLN (Persero)
UP3 Makassar Utara Rayon Daya, dengan subjek UP3 Makassar Utara membawahi 4 rayon, yaitu:
adalah staff pada bagian jaringan distribusi di PT. Rayon Daya, Rayon Karebosi, Rayon Maros, dan
PLN (Persero) UP3 Makassar Utara sebanyak 3 Rayon Pangkep. PT. PLN (Persero) Rayon Daya
orang, sedangkan objek penelitiannya adalah memliki 13 penyulang terdiri dari: Penyulang
ketidakseimbangan beban sebagai independent Baddoka, Penyulang EFFEM, Penyulang KIMA,
variable dan rugi-rugi daya listrik sebagai Penyulang Sanmaru, Penyulang BTP-1,
dependent variable. Data dikumpulkan dengan Penyulang BTP-2, Penyulang BTP-3, Penyulang
menggunakan teknik observasi, dan dokumentasi. Poltek, Penyulang MTOS, Penyulang Unhas,
Teknik analisis data yang digunakan adalah Penyulang Wahidin, Penyulang Tamalanrea, dan
menggunakan beberapa persamaan sebagai Penyulang Paccerakkang.
berikut: Dalam penelitian ini dibatasi hanya satu
Menghitung Arus Beban Penuh [16]: penyulang yang paling sering mengalami
𝑆 ketidakseimbangan beban yaitu Penyulang
𝐼𝐹𝐿 = Baddoka yang memiliki panjang jaringan 9.229
√3 𝑥 𝑉𝐿 kms dan gardu/transformator distribusi sebanyak
Menghitung Persentase Pembebanan: 30 buah. Dengan rincian 2 buah transformator
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
berkapasitas 50 KVA, 9 buah tranformator
%b= 𝐼𝐹𝐿
𝑥 100% berkapasitas 100 KVA, 9 buah transformator
berkapasitas 160 KVA, 9 buah tranformator
Analisa beban tidak seimbang untuk setiap fasa berkapasitas 200 KVA, dan 1 buah tranformator
[17]: berkapasitas 250 KVA.
I +I +I
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑅 3𝑆 𝑇 Diantara 30 transformator yang terdapa pada
𝐼𝑅 Penyulang Baddoka, ada 9 buah transformator
𝐼𝑅 = a.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑎 =
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 yang mengalami ketidakseimbangan yang cukup
𝑆 𝐼 besar dan melebihi batas maksimum (>25%),
𝐼S = b.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑏 = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎
yaitu: 2 buah transformator berkapasitas 50 KVA,
𝑇𝐼 4 buah tranformator berkapasitas 100 KVA, 1
𝐼T = c.𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎, maka: 𝑐 = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎
buah tranformator berkapasitas 160 KVA, serta 2
Rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) buah tranformator berkapasitas 200 KVA.
adalah: Berdasarkan hasil analisis ketidak
{|𝑎−1|+|𝑏−1|+|𝑐−1|}
seimbangan beban, persentase pembebanan, dan
𝐼𝑡𝑑𝑘𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 = 3
𝑥100% rugi-rugi daya seperti pada Tabel 1.
Rugi daya listrik adalah [18]: TABEL 1. PERSENTASE KETIDAKSEIMBANGAN
BEBAN DAN RUGI-RUGI DAYA PENYULANG
Rugi-Rugi Daya Aktif = IN2. R BADDOKA
Daya Persentase (%) Rugi
Rugi-Rugi Daya Reaktif = IN2. X Nama
Trafo Pembebanan Ketidakseim- Daya
Trafo
(kVA) Trafo bangan Beban (kVA)
Pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap
200359
rugi-rugi daya listrik, menggunakan Analisis 50 22 181 26.122
PKDCOLA
Regresi Sederhana dengan persamaan: 200374
100 5 116 0.506
PKKI2
Y = a + bX. 200364
160 4 105 1.847
SPKB
Keterangan: 200372
50 31 66 16.900
PKKK2
Y = variabel kriterium 200357
100 11 45 0.981
X = variabel prediktor BPDK
a = bilangan konstan 201305
100 4 37 0.142
PKDKS
b = koefisien arah regresi linier 200349
200 64 34 71.334
P.PT1
200910
100 19 30 5.275
R.POLDA
200377
200 25 27 62.758
PKSK
200373
200 23 22 1.416
PKKI

156
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Daya Persentase (%) Rugi B. Pembahasan


Nama
Trafo Pembebanan Ketidakseim- Daya
Trafo
(kVA) Trafo bangan Beban (kVA) Pendistribusian tenaga listrik pada konsumen
200919 selalu diupayakan supaya arus yang mengalir
200 30 22 22.570
BKDP dalam keadaan seimbang. Beban seimbang
200355
P.BP1
200 34 21 88.456 merupakan keadaan dimana ketiga vektor arus
200365
100 26 19 0.110
atau tegangan sama besar dan ketiga vektor saling
PKCOLA membentuk sudut 120˚ satu sama lain. Jadi beban
200368
160 73 17 42.068 dikatakan tidak seimbang jika tidak memenuhi
KDAK2
201275
160 34 17 3.663 kedua kondisi tersebut.
PKKP
201176
Ketidakseimbangan beban inilah yang dapat
200 16 16 2.609 menimbulkan rugi-rugi daya, dimana rugi-rugi
SPVPS
200996 daya yang semakin meningkat dapat
160 29 15 3.755
KDASK3
200351 menyebabkan kerugian pada kedua belah pihak,
160 50 15 60.760
PGA yaitu konsumen maupun pihak Perusahaan Listrik
200354 Negara (PLN). Batas maksimum perbedaan
100 21 13 0.469
LAB.K
200379 beban tiap fasa yang dibolehkan sesuai peraturan
160 23 12 10.386
PCSS SPLN adalah sebesar 25% [19].
200350
P.PT2
200 53 12 71.472 Berdasarkan analisis data perhitungan pada
200375 hasil penelitian di atas, ada beberapa
200 33 10 22.443
PKHP transformator gardu distribusi dari 30
200382
PKPB
160 7 9 0.001 transformator gardu distribusi pada Penyulang
200363
160 26 8 13.233
Baddoka yang mengalami ketidakseimbangan
RSPC beban melebihi dari batas maksimum yang
200356
160 73 6 16.200 diperbolehkan (peraturan SPLN 25%) [20],
P.BP2
200378
250 38 6 65.500 seperti Tabel 2.
RCS
200348 TABEL 2. TRANSFORMATOR YANG TIDAK
100 52 6 1.701
PT.KLTY SEIMBANG PADA PENYULANG BADDOKA
200371 Daya
100 71 4 2.320 Nama Ketidakseimbangan
PKKK1 No Trafo
201252 Trafo Beban (%)
200 8 4 0.483 (kVA)
PDIG
200362 1 200359
100 18 2 0.081 50 181
SPAP PKDCOLA
Rata-Rata 30% 29% 742.149 2 200374
100 116
PKKI2
Berdasarkan hasil analisis data tersebut di 3 200364
160 105
atas, diketahui bahwa pembebanan trafo rata-rata SPKB
pada Penyulang Baddoka sebesar 30% dan masih 4 200372
50 66
PKKK2
di bawah standar pembebanan trafo yaitu 80%. 5 200357
Persentase ketidakseimbangan beban rata-rata 100 45
BPDK
pada Penyulang Baddoka sebesar 29 %. 6 201305
100 37
Sedangkan untuk rugi daya yang terjadi pada PKDKS
penyulang Baddoka sebesar 742.149 kVA. 7 200349
200 34
P.PT1
Pengaruh ketidak seimbangan beban 8 200910
terhadap rugi-rugi daya listrik dianalisis dengan 100 30
R.POLDA
menggunakan regresi linier sederhana dengan 9 200377
200 27
bantuan aplikasi Microsoft Excel. Adapun PKSK
hasilnya sebagai berikut: Tingginya ketidakseimbangan beban pada
Y = a + bX beberapa transformator gardu distribusi
Y = 125238 + 2828.4X disebabkan karena penggunaan beban listrik yang
tidak merata pada konsumen, mengakibatkan
Berdasarkan hasi analisis regresi linear timbulnya losses, ini sejalan dengan hasil
sederhana diperoleh hasil bahwa semakin besar penelitian dari [7], yang menyatakan bahwa
nilai variable independent (X), maka nilai ketidakseimbangan beban dapat berpengaruh
variable kriterium (Y) juga semakin meningkat. pada kualitas daya listrik.

157
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

SIMPULAN [6] S. Said, S. Bone, N. Hudaya, And N. K.


Hardi, “Analisis Sistem Kelistrikan Pada
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan
Penyulang Makassar Town Square (Mtos),”
pembahasan maka dapat disimpulkan:
Jurnal Teknologi Elekterika, Vol. 1, No. 1,
1. Diantara 30 transformator daya yang ada
Pp. 39–51, 2022.
pada Penyulang Baddoka terdapat 9
[7] G. A. Kartika Sari and S. T. Agus Supardi,
transformator yang mengalami
“Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan
ketidakseimbangan yang cukup besar dan
Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses
melebihi batas maksimum dari 25% dengan
Pada Trafo Distribusi Studi Kasus Pada Pt.
nilai persentase ketidakseimbangan rata-rata
Pln (Persero) Rayon Blora,” Universitas
pada Penyulang Baddoka sebesar 29 %,
Muhammadiyah Surakarta, 2018.
yaitu: 2 buah transformator berkapasitas 50
[8] I. A. Sofyan, T. J. Pramono, And S.
KVA, 4 buah tranformator berkapasitas 100
Purwanto, “Analisis Pengaruh Beban Tidak
KVA, 1 buah tranformator berkapasitas 160
Seimbang Terhadap Rugi-Rugi Dan Efisiensi
KVA, serta 2 buah tranformator berkapasitas
Pada Transformator Distribusi Di Penyulang
200 KVA.
Sunu,” Institut Teknologi Pln, 2020.
2. Nilai rugi daya pada penyulang Baddoka
[9] W. Susongko, I. N. Setiawan, And I. N.
sebesar 742.149 kVA
Budiastra, “Analisis Ketidakseimbangan
3. Ketidakseimbangan beban dapat mempenga
Beban Pada Jaringan Distribusi Sekunder
ruhi rugi-rugi daya listrik. Hal ini dapat
Gardu Distribusi Ds 0587 Di Pt. Pln
dilihat dari hasil analisis regresi linear
(Persero) Distribusi Bali Rayon Denpasar,”
sederhana ketidakseimbangan beban terhadap
Jurnal Spektrum, Vol. 3, No. 2, Pp. 26–34,
rugi-rugi daya listrik, semakin besar nilai
2016.
ketidakseimbangan beban suatu
[10] Azhari A And Rizal Azhari M, “Analisis
transformator maka akan berpengaruh pada
Rugi-Rugi Daya Jaringan Distribusi Primer
besarnya nilai rugi-rugi daya listrik yang
Penyulang Adhyaksa Makassar,” Universitas
terjadi pada transformator tersebut.
Muhammadiyah Makassar, Makassar, 2017.
DAFTAR PUSTAKA [11] Hendy and Wilhelmus, “Analisis Pengaruh
Beban Tidak Seimbang Terhadap Kualitas
[1] A. Duri, R. T. Mangesa, And U. S. Sidik, Daya Pada Jaringan Distribusi Radial di Area
“Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Atambua Kabupaten Belu,” Institut
Terhadap Pembebanan Dan Efisiensi Teknologi Nasional Malang, Malang, 2017.
Transformator Pada Gardu Distribusi Pt. Pln [12] Ainul M And Utami M, “Analisis Pengaruh
(Persero) Ulp Sungguminasa,” Universitas Beban Tidak Seimbang Terhadap Kualitas
Negeri Makassar, 2020. Daya Pada Jaringan Distribusi Radial di Area
[2] R. U. Dewi P, “Manajemen Clear Tamper Atambua Kabupaten Belu,” Politeknik
(Ct) Dan Penentuan Lokasi Titik Pelanggan Negeri Ujung Pandang, Makassar, 2015.
Pada Pt. Pln (Persero) Rayon Karebosi Area [13] I. S. Ardrianti, “Studi Aliran Daya Tiga Fasa
Makassar Utara,” Universitas Islam Negeri Untuk Sistem Distribusi Dengan Metode
Alauddin Makassar, 2019. Pendekatan Langsung,” Jurnal Teknik A,
[3] Y. Martua Tampubolon, “Perhitungan Susut Vol. 2, No. 29, 2008.
Daya Pada Jaringan Tegangan Menengah [14] A. Bintoro And S. Safwandi, “Klasifikasi
20kv Pada Penyulang Meranti di Pt. Pln Pengelompokan Dalam Melihat Kesesuaian
(Persero) Rayon Ampera Palembang,” Daya Pelanggan Kota Lhokseumawe,”
Politeknik Negeri Sriwijaya, 2014. Komik (Konferensi Nasional Teknologi
[4] T. A. A. Maulana, R. S. Lubis, I. D. Sara, J. Informasi Dan Komputer), Vol. 2, No. 1,
Teknik, F. Teknik, And U. S. Kuala, 2018.
“Analisis Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi [15] S. Sebrilliani, “Optimasi Pemasangan
Primer 20 Kv Pada Penyulang Ulee Kareng Kapasitor Pada Sistem Distribusi Makassar,”
Pt. Pln (Persero) Banda Aceh,” In Prosiding Universitas Hasanuddin, 2020.
Seminar Nasional Dan Expo Teknik Elektro, [16] I. Setiono and G. Prastyani, “Analisis Kinerja
2019, Pp. 82–89. Transformator Bank Pada Jaringan Distribusi
[5] A. R. Oktavianto, “Analisis Rugi-Rugi Daya Guna Mengurangi Susut Teknis Energi
Pada Jaringan Distribusi di Pt. Pln Surabaya Listrik,” 2017.
Selatan (Gardu Induk Sukolilo),” 2017. [17] M. A. Siregar, “Analisis Ketidakseimbangan

158
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 18, No. 1, Desember 2021
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Beban Pada Transformator Distribusi di Pt.


Pln (Persero) Rayon Panam Pekanbaru,”
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2013.
[18] R. A. Hidayah And A. Hamdadi,
“Perhitungan Rugi-Rugi Daya Dan Tegangan
Pada Penyulang Dayung Gis Kota Timur Pt.
Pln (Persero) Ultg Tragi Boom Baru
Palembang,” Sriwijaya University, 2019.
[19] S. S. Julius, M. Tabrani, And I. Yanuar,
Pengaruh Ketidakseimbangan Beban
Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Trafo
Distribusi. Surabaya, 2006.
[20] F. D. Safitri and H. Ananta, “Simulasi
Penempatan Transformator Pada Jaringan
Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan
Menggunakan Etap Power Station 12.6. 0,”
Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 4, No. 1, Pp.
12–24, 2020.

159

Anda mungkin juga menyukai