Masuk ke Surga merupakan harapan besar setiap Muslim.
Namun masuk ke Surga tidak bisa sendirian, perlu bantuan dari yang lain. Karenanya hidup berjama’ah merupakah sebuah kebutuhan bukan paksaan apalagi beban. Dan bila berjama’ah maka sudah seharusnya ada yang memimpin.
Dari sini bisa diambil pesan bagi semuanya, bahwa tujuan
Utama ada kepengurusan adalah untuk membantu agar semuanya bisa lebih mudah masuk ke Surga. Tinggal jama’ahnya siap atau tidak diatur?
Rasulullah saw itu mengajarkan berlindung dari Suu’il
Kibar. Dalam sudut pandang jam’iyyah, kadang orang tua menjadi tanggul yang menghalangi kegiatan.
Maka dalam berjama’ah harus ada keta’atan. Keta’atan ini
bukan karena yang menjadi pengurus anak atau sadara tetapi menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya, sampai kata Rasulullah meskipun yang memimpin seorang Abdun Habsiyun. Maka jadilah jama’ah palagi yang sepuh yang bisa mendorong memberikan semangat kepada yang muda untuk lebih maju. Bagi para Pengurus, maka ingatlah jabatan adalah, sesuatu yang berat. Sesuatu yang sangat berbahaya, sampai-sampai Rasulullah saw mengingatkan agar jangan meminta jabatan. Karenanya pula ada pembatasan kepemimpinan [masa jabatan].
Namun beliau pun juga menyampaikan bahwa jabatan ini
merupakan wasilah yang bisa mengantarkan kepada kedudukan yang mulia. Kelompok pertama yang akan mendapatkan naungan dari Allah adalah pemimpin yang Adil.
Jadi jangan sampai tidak mau menjadi pengurus, karena
merasa berat, tidak mampu, khawatir ini dan itu. Ingatlah akan pahala yang besar, maka in syaa Allah ingatan tersebut akan memudahkan Langkah ke depan dalam mengemban Amanah.
Mengapa Harus ada Pimpinan Tasykil Ummahat? Kenapa
tidak cukup dengan Pimpinan Tasykil bapak-bapak saja?
Di zaman Rasulullah saw tidak semua persoalan bisa
terjawab oleh beliau, maka hadirlah Aisyah untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan khusus dengan perempuan. Dalam Catatan sejarah, perempuan punya banyak peran seperti peran Khadijah, istri Fir’aun. Ada Progam Infaq 1KK 15rb / bulan. Ada buku bagus seperti Tarbiyatunnisa’ karya Kh. Aceng Zakaria. Al-Mar’atu Syaithonun, in addabtahaa fahiya Malaikatun
Maka bagi para pengurus Tasykil
1. Bekali diri dengan ilmu agar bisa menjadi teladan 2. Siapkan rencana untuk membina
Berjama’ah itu bukan sebatas ngumpul ngariung,
karenanya ada Asas yang harus dijaga, yakni Musyawarah.
Dalam Musyawarah nanti akan diajar untuk berpikir,
berargumentasi, menerima, lapang dada.
Ketika bermusyawarah janngan lupa prinsip memutuskan
aku tidak bermaksud lain kecuali mendatangkan kebaikan
bagi kalian, dan mendatangkan manfaat yang terus berlanjut, dan tidaklah aku bermaksud hanya untuk diriku sendiri sebagaimana yang aku mampu.
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. [Hud : 88]
1. Tujuannya adalah untuk ke Surga.
2. Senantiasa kedepankan Kemaslahatan. • Kegiatan ini harus mengandung nilai maslahat. • Bila bertemu antara maslahat dan madhorot, maka kedepankan menghilangkan madhorot. • Bila bertemu dua madhorot, maka pilih madhorot yang lebih ringan.