Anda di halaman 1dari 4

3.

Cara untuk menumbuhkan sifat takwa

Terdapat beberapa factor-faktor yang penting yang bisa menumbuh suburkan takwa,
mengokohkannya didalam hati dan jiwa seorang mukmin yaitu,1

A. Mu’ahadah (Mengingat Perjanjian)


Sebagaimana yang terdapat didalam firman Allah swt

‫َو َا ْوفُ ْوا ِب َعهْ ِد اهّٰلل ِ ِا َذا عَا َهدْ مُّت ْ َواَل تَ ْن ُقضُ وا ااْل َيْ َم َان ب َ ْعدَ ت َْو ِك ْي ِدهَا َوقَدْ َج َعلْمُت ُ اهّٰلل َ عَلَ ْيمُك ْ َك ِف ْياًل ۗ ِا َّن‬
‫اهّٰلل َ ي َ ْعمَل ُ َما تَ ْف َعلُ ْو َن‬
“Tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji. Janganlah kamu melanggar
sumpah(-mu) setelah meneguhkannya, sedangkan kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(Qs. an-nahal:91)

Cara mu’ahadah:
Hendaklah seorang mukmin berkholwat ( menyendiri) antara dia dan allah untuk
mengintropeksi diri seraya mengatakan kepada dirinya: “ wahai jiwaku sesungguhnya
kamu tidak berjanji kepada rabbmu setiap hari saat kamu berdiri membaca”

ۗ ُ ‫ ِااَّي كَ ن َ ْع ُبدُ َو ِااَّي كَ ن َ ْس َت ِعنْي‬ 


“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan.”

Wahai jiwaku, bukankah dalam munajat ini engkau telah berikrar tidak akan berhamba
selain kepada allah, tidak akan meminta pertolongan selain kepada-Nya. Jika memang
demikian berhati hatilah. Janganlah kau langgar janjimu setelah dia kau jadikan sebagai
pengawasmu,janganlah kau mundur dari jalan yang telah di tetapkan oleh islam setelah
kau jadikan allah sebagai saksimu. Janganlah engkau ingkar setelah engkau beriman,
janganlah tersesat setelah engkau mendapat petunjuk, dan janganlah menjadi fasiq setelah
berkomitmen barang siapa yang melanggar maka akibatnya akan menimpa dirinya,
barangsiapa yang tersesat maka kesesatannya itu akan menimpanya.
1
Abdullah Nasih ‘Ulwan, Tarbiah Ruhaniah Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa, Cet. II (Jakarta:Robbani
Press, 1993).Hal 8-17
B. Muroqobbah
Muroqabbah yaitu merasakan keagungan allah azza wajala disetiap waktu dan keadaan
serta meraskan kebersamaan nya dikala sepi ataupun ramai.
Landaasan muroqabbah dapat ditemukan dalam Qs. Asy-syura yaitu dalam firman:

ّ ٰ ‫اذَّل ِ ْي يَ ٰر َىك ِحنْي َ تَ ُق ْو ُم َوتَ َقل ُّ َب َك ىِف‬


‫السجِ ِد ْي َن‬
“(Dia) yang melihat ketika engkau berdiri (untuk salat). Dan, (melihat) perubahan
gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.”(Qs. Asy-syura :218-219)

Cara muroqobbah;
Sebelum memulai suatu pekerjaan dan disaat me ngerjakannya, hendaklah
seorang mu'min memeriksa di rinya... Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan
keta'atannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari popularitas, ataukah
karena dorongan ridlo allah dan menghendaki pahala-nya?
Jika benar-benar karena ridlo allah, maka ia akan melaksanakannya kendatipun
hawa nafsunya tidak setuju dan ingin meninggalkannya. Kemudian ia menguatkan niat
dan tekad untuk melangsungkan keta'atan kepada nya dengan keikhlasan sepenuhnya dan
semata-mata demi mencari ridlo allah.

Macam-Macam Muroqobah:
a. Muroqobah kepada allah dalam melaksanakan keta'atan adalah dengan ikhlas
kepada-nya.
b. Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan tau bat, penyesalan dan
meninggalkannya secara total.
c. Muroqobah dalam hal-hal yang mubah adalah de ngan menjaga adab-adab
terhadap allah dan bersyukur atas segala ni'mat-nya.
d. Muraqobah dalam musibah adalah dengan rido kepada ketentuan allah serta
memohon pertolongan dengan penuh kesabaran.
C. Muhasabah ( Intropeksi Diri)
Dasar muhasabah adalah firman allah dalam surah al hasyr:

‫آٰي َهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُوا ات َّ ُقوا اهّٰلل َ َولْ َت ْن ُظ ْر ن َ ْف ٌس َّما قَ َّد َم ْت ِل َغ ٍۚد َوات َّ ُقوا اهّٰلل َ ۗ ِا َّن اهّٰلل َ َخ ِبرْي ٌ ۢ ِب َما تَ ْع َملُ ْو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”(Qs.al-hasyr:18)

Seorang mu'min setiap pagi hendaknya mewajibkan diri dan meminta perjanjian
untuk memperbaiki niat, melaksanakan taat, memenuhi segala kewajiban dan
membebaskan diri dari riya. Demikian pula di sore hari, semestinya ia punya waktu untuk
berkholwat dengan dirinya guna memper hitungkan semua yang telah dilakukannya bila
yang dilakukannya itu kebaikan, maka hendaklah memanjatkan puji syukur kepada allah
atas taufiq-nya, seraya memuji keteguhan dan tambahan kebaikan kepada allah apa bila
yang dilakukan itu bukan kebaikan, maka hendaklah la bertaubat dan kembali ke jalan
allah seraya menyesal, memohon ampunan, berjanji untuk tidak mengulangi, serta
memohon perlindungan dan husnul khotimah kepada nya.

D. Mu'aqobah (Pemberian Sanksi)


Landasan mu'aqobah adalah firman allah azza wa jalla:

‫َولَمُك ْ ىِف الْ ِق َص ِاص َح ٰيو ٌة آّٰي ُ وىِل ااْل َلْ َب ِاب ل َ َعلَّمُك ْ تَتَّ ُق ْو َن‬
“Dalam kisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal
agar kamu bertakwa.”(Qs. Al-Baqarah:179)

Sanksi yang kita maksudkan sebagaimana diisyaratkan oleh ayat tersebut adalah:
apabila seorang mu'min men emukan kesalahan maka tak pantas baginya untuk
membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah
terlanggamnya kesalahan-kesalahan yang lain dan akan semakin sulit untuk
meninggalkannya. Sanksi ini harus dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan
sanksi yang haram, seperti membakar salah satu anggota tubuh, mandi di tempat yang
terbuka pada musim dingin, meninggalkan makan dan minum sampai membahayakan
dirinya.

E. MUJAHADAH (Optimalisasi).
Dasar mujahadah adalah firman Allah dalam surat Al -Ankabut:69

َ ‫َواذَّل ِ ْي َن َجا َهدُ ْوا ِف ْينَا لَهَن ْ ِديَهَّن ُ ْم ُس ُبلَنَاۗ َوا َِّن اهّٰلل َ ل َ َم َع الْ ُم ْح ِس ِننْي‬
“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah
benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”Qs. al-ankabut:69)

Makna Mujahadah sebagaimana disyari'atkan oleh ayat tersebut adalah: Apabila


seorang mu'min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi mela
ksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia
harus memaksa dirinya melakukan amal-amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya.
Dalam hal ini ta harus tegas, serius, dan penuh semangat sehingga pada akhimya ketaatan
merupakan kebiasaan yang mulla bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada
dirinya.

Anda mungkin juga menyukai