Anda di halaman 1dari 7

Konsep Akuntansi Pendapatan

Sesuai amanah PP 71 Tahun 2010, disamping pemda diwajibkan untuk menyusun laporan
keuangan berbasis akrual (LO, Neraca, LPE, dan LAK), pemda juga diwajibkan menyusun
laporan keuangan berbasis kas (LRA dan LPSAL). Untuk itu, setiap terjadi transaksi yang
menyebabkan penerimaan kas, perlu tercipta dua akun pendapatan, yaitu akun pendapatan
yang akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau disebut dengan Pendapatan-LRA
dan akun pendapatan yang akan disajikan dalam Laporan Operasional atau disebut
Pendapatan-LO.

A. Definisi

Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/


Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Sedangkan definisi
Pendapatan-LO adalah semua hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.

Secara garis besar perbedaan Pendapatan-LRA dan Pendapatan-LO adalah:

PENDAPATAN - LRA PENDAPATAN - LO


Diukur dan diakui dengan basis dengan Diukur dan diakui dengan basis akuntansi
basis akuntansi kas akrual
Merupakan unsur pembentuk Laporan Merupakan unsur pembentuk Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Operasional (LO)
Berada dalam kelompok Bagan Akun Berada dalam kelompok Bagan Akun
Standar (BAS) Nomor 4 Standar (BAS) Nomor 8

B. Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi pendapatan menurut PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 tahun
2013 yaitu:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


 Pendapatan Transfer
 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Adapun rincian dari ketiga klasifikasi pendapatan tersebut adalah sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah


Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
DIpisahkan
Lain-lain PAD yang SAh
Pendapatan Transfer Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-lain Pendapatan Daerah Pendapatan Hibah
yang Sah Dana Darurat
Pendapatan Lainnya

C. Pengakuan
1. Pengakuan Pendapatan-LRA
Sejalan dengan ketentuan penatausahaan keuangan daerah dalam Pasal 187
ayat (2) Permendagri 13 Tahun 2006 beserta perubahannya, dimana terdapat 3
cara penerimaan pendapatan daerah, yaitu: (1) Disetor langsung ke BUD; (2)
Disetor melalui bendahara penerimaan; serta (3) Disetor melalui bank lain,
lembaga keuangan dan/atau kantor pos, sesuai IPSAP Nomor 2 serta Lampiran I
Permendagri 64 Tahun 2013, Pendapatan-LRA juga diakui pada saat:
a. Pendapatan di terima di Rekening Kas Umum Daerah, atau
b. Pendapatan diterima oleh bendahara penerimaan di SKPD, atau
c. Pendapatan diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.

Sehingga, ketika bendahara penerimaan menerima nota debit dari BUD atas
penyetoran pajak/retribusi oleh wajib pajak/retribusi langsung ke BUD, maka atas
dasar nota debit tersebut fungsi akuntansi dapat mencatat Pendapatan-LRA terkait.
Demikian pula, ketika bendahara penerimaan menerima uang tunai dari wajib
pajak/retribusi atas penyetoran pajak/retribusi, maka atas dasar dokumen
penerimaan uang tunai tersebut fungsi akuntansi juga dapat mencatat Pendapatan-
LRA terkait.
Pengakuan Pendapatan-LRA yang diterima oleh bendahara penerimaan juga
meliputi atas pendapatan kas yang diterima SKPD dan digunakan langsung tanpa
disetor ke RKUD maupun pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung
dimana untuk keduanya pada akhir periode tertentu dilaporkan kepada BUD
melalui dokumen pengesahan.
2. Pengakuan Pendapatan Daerah-LO
Berdasarkan SAP (PP No 71 tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun
2013), secara konseptual pendapatan berbasis akrual diakui saat:
a. Timbulnya hak atas pendapatan (earned);
b. Pendapatan direalisasi (realized), yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi.

Sejalan dengan konsep pendapatan berbasis akrual tersebut, berdasarkan


jenis pendapatannya, pengakuan Pendapatan-LO adalah sebagai berikut :

 PAD
 PAD dengan Penetapan
Pendapatan-LO dari PAD yang didahului dengan surat
ketetapan (seperti : Pajak Bumi dan Bangunan, TGR, Denda atas
keterlambatan pekerjaan, Denda Pajak/ Retribusi, dan berbagai
Pajak/Retribusi lainnya yang didahului dengan SKP-D/ SKR-D)
diakui ketika terbitnya Surat Ketetapan atas pendapatan terkait.
Pengakuan pendapatan sebelum diterimanya kas ini menimbulkan
konsekuensi pengakuan piutang.
 PAD tanpa penetapan
Pendapatan-LO dari PAD yang tanpa didahului dengan surat
ketetapan (seperti : Penerimaan dari Pajak yang bersifat self
assessment, Jasa Giro, Bunga Deposito, Komisi, Fasos/Fasum,
Hasil Pemanfaatan Kekayaan Daerah, dan berbagai Pajak/Retribusi
lainnya yang tidak didahului dengan SKP-D/SKR-D) diakui ketika
pembayaran telah diterima. Sehingga pengakuan Pendapatan-LO
untuk jenis pendapatan ini akan bersamaan dengan pengakuan
Pendapatan-LRA nya. Khusus untuk penerimaan pajak yang
bersifat self assessment, munculnya ketetapan kurang/lebih bayar
perhitungan pajak diakhir periode menimbulkan konsekuensi
pengakuan piutang/utang.
 PAD Hasil Eksekusi Jaminan
Pendapatan-LO dari hasil eksekusi jaminan diakui pada saat
pihak ketiga tidak menunaikan kewajibannya yaitu pada saat
dokumen eksekusi yang sah diterbitkan.
 Pendapatan Transfer
Pendapatan-LO dari penerimaan Transfer (seperti : Pendapatan Bagi
Hasil Pajak Provinsi, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana
Bagi Hasil, dsb) diakui ketika diterima nya kas pada RKUD.
Pengakuan Pendapatan Transfer-LO yang dilakukan pada saat
penerimaan kas (bukan ketika ketetapan mengenai alokasi diterbitkan)
dikarenakan terdapat persyaratan dan kondisi ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan realisasi transfer akan berbeda
dengan ketetapan alokasinya.
Namun demikian, pengakuan Pendapatan-LO untuk kurang/lebih salur
dana transfer dilakukan ketika ketetapan atas alokasi kurang/lebih salur
tersebut diterbitkan. Hal ini dikarenakan realisasi dari kurang/lebih salur
akan sama dengan nilai alokasinya.
 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan-LO dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah seperti
pendapatan hibah, diakui ketika diterimanya kas pada RKUD atau
diterbitkannya dokumen bukti serah terima/pengesahan hibah barang/jasa.
Adapun dokumen naskah perjanjian hibah belum dapat dijadikan dasar
pengakuan hibah karena terdapat persyaratan yang memungkinkan
realisasi hibah berbeda dengan naskah perjanjiannya.
Untuk penerimaan yang diperoleh dari kegiatan yang non-operasional
(seperti : surplus penjualan asset non-lancar, surplus penyelesaian
kewajiban jangka panjang, dll), Pendapatan Non-Operasional diakui ketika
dokumen berita acara kegiatan telah diterima.
D. Pengukuran Pendapatan
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (jumlah setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi.
E. Pencatatan Pendapatan
Pencatatan Pendapatan-LRA dalam Buku Jurnal dibuat dalam konteks pemda
sebagai entitas akuntansi anggaran, sedangkan pencatatan Pendapatan-LO dibuat
dalam konteks pemda sebagai entitas akuntansi keuangan.
Perlu dicatat bahwa ketika ada transaksi terkait pendapatan, maka
kemungkinannya adalah tunai atau kredit. Semua pendapatan selalu dicatat di buku
jurnal finansial untuk menghasilkan Laporan Operasional (LO) dengan menggunakan
akun Pendapatan-LO (Kode akun diawali angka “8“), sedangkan hanya yang
menyangkut pendapatan tunai yang juga dicatat di buku jurnal realisasi anggaran
dengan menggunakan akun Pendapatan-LRA (Kode akun diawali dengan angka “4”).
Khusus untuk akun Pendapatan-LO, disamping untuk mencatat transaksi dalam
bentuk uang (Cash) baik transaksi tunai maupun kredit, juga digunakan untuk
mencatat transaksi non-cash seperti hibah barang/aset.
Baik Pendapatan-LRA maupun Pendapatan-LO dicatat menggunakan mekanisme
double entry.
F. Sistem Akuntansi Pendapatan
1. Pihak-Pihak terkait
a. Untuk SKPD: Pihak Pihak Terkait Pihak Pihak yang terkait dalam sistem
akuntansi pendapatan pada SKPD antara lain Pejabat Penatausahaan
Keuangan SKPD (PPK-SKPD), Bendahara Penerimaan SKPD dan PA/KPA.
b. Untuk PPKD: Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan
pada PPKD antara lain Bendahara PPKD, Fungsi Akuntansi PPKD, dan PPKD
selaku BUD.
2. Dokumen yang Digunakan
a. SPKD

Kelompok Jenis Pendapatan Dokumen


Pendapatan
Pendapatan Asli Pajak Daerah SKP Daerah/SKR
Daerah Daerah/
Retribusi Daerah STS/TBP/Dokumen Lain
Hasil Pengelolaan yang dipersamakan
Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah

b. PPKD

Kelompok Pendapatan Jenis Pendapatan Dokumen


Pendapatan Asli Pajak Daerah Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKP) Daerah
Hasil Pengelolaan Hasil RUPS/Dokumen
Kekayaan Daerah yang yang dipersamakan
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang
Sah:
 Penjualan Aset yang Dokumen Kontrak
dipisahkan Penjualan/Perjanjian
Penjualan/Dokumen yang
dipersamakan
 Jasa giro/bunga Nota Kredit/sertifikat
deposito deposit/dokumen yang
dipersamakan
 Tuntutan Ganti Rugi SK Pembebanan/SKP2K /
SKTJM/ Dokumen yang
dipersamakan
Pendapatan Transfer Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat:
 Bagi Hasil Pajak PMK/Dokumen yang
 Bagi hasil bukan dipersamakan
Pajak
 DAU
 DAK
Pendapatan Transfer
Pemerintah Lainnya:
 Dana Otonomi PMK/Dokumen yang
Daerah dipersamakan
 Dana Keistimewaan
 Dana Penyesuaian
Pendapatan Transfer
Pemerintah Daerah
Lainnya:
 Pendapatan bagi Keputusan Kepala Daerah
hasil Pajak /Dokumen yang
 Bantuan Keuangan dipersamakan
Lain-lain Pendapatan Pendapatan Hibah Keputusan Kepala Daerah
Daerah yang Sah /Dokumen yang
Dana Darurat dipersamakan
Pendapatan Lainnya

3. Jurnal Standar
a. SKPD
1) Jurnal pendapatan yang didahului dengan adanaya penetapan
terlebih dahulu (earned).
G. Penyajian Pendapatan
Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sedangkan Pendapatan LO
disajikan di Laporan Operasional (LO).

Anda mungkin juga menyukai