Anda di halaman 1dari 12

akarta, CNBC Indonesia - Enam emiten baru telah mendarat di indeks LQ45

berdasarkan pengumuman IDX No. Peng-00018/BEI.POP/01-2023. Enam


emiten ini akan menjadi penghuni baru indeks LQ45 pada 01 Februari 2023.

Lalu bagaimana dengan valuasi dan prospek ke enam emiten tersebut untuk
tahun 2023?

1. ACES (PT Ace Hardware Indonesia Tbk) - Sektor Consumer Cyclicals

Terlihat kenaikan kinerja di Q3 2023 pada ACES jika melihat tabel di bawah
ini.

Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 9 9

Q2 7 5

Q3 3 6

Q4 22 -

Secara valuasi dapat diperhatikan pada tabel rasio-rasio dibawah ini:

Ratio ACES Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 486 -

BV 319.58 -

PBV 1.52 1

PER 17.77 12

GPM 48.31% >75%

NPM 7.19% >5%

ROE 8.56% >8.32%


ROA 6.59% >5,98%

DER 29.24% <100%

Cash Ratio 361.48% >100%

Dalam rasio diatas, ACES memang sudah cukup mahal dengan harga wajar
bukunya (BV) dimana harga sahamnya 486. Namun ACES berada di bisnis
consumer cyclical yang sedang bertumbuh bahkan naik dalam sektor
consumer, dimana harga wajar tidak selalu menjadi patokan valuasi.

ACES sendiri diketahui bergerak di bidang usaha perlengkapan rumah tangga


dan gaya hidup. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Perseroan
menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, perindustrian, jasa dan
perbengkelan.

Dalam prospek bisnisnya ACES masuk dalam data penjualan riil. Dimana
berdasarkan data dari Bank Indonesia dalam Data Penjualan Rill hingga
Desember 2022, kinerja penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif pada
Desember 2022. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR)
Desember 2022 diprakirakan tumbuh positif sebesar 2,7% (yoy). Kinerja
penjualan eceran yang tumbuh positif tersebut diprakirakan didorong oleh
tetap kuatnya pertumbuhan Subkelompok Sandang, Kelompok Barang
Budaya dan Rekreasi, serta Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.

Hal ini menandakan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi,
tercermin dalam IPR diprediksi naik pada Desember 2022. Selain itu juga
dibuktikan pada laporan keuangan Q3 2022 pada ACES mengalami kenaikan
laba. ACES membukukan laba bersih Rp351,71 miliar dan tumbuh 8,94%
sepanjang Q3 2022.

2. AKRA (PT AKR Corporindo Tbk) - Sektor Energy

Sama halnya dengan ACES yang mengalami kenaikan kinerja, AKRA pun
begitu. Terlihat pada tabel dibawah kenaikan kinerja AKRA selama periode
2022.

Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 15 21
Q2 12 26

Q3 12 30

Q4 16 -

Rasio AKRA bisa dilihat dalam tabel di bawah:

Ratio AKRA Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 1400 -

BV 503.92 -

PBV 2.78 1

PER 13.48 6

GPM 7.87% >75%

NPM 4.52% >5%

ROE 20.61% >8.32%

ROA 7.81% >5,98%

DER 143.72% <100%

Cash Ratio 37.64% >100%

AKRA secara harga wajar buku (BV) juga termasuk mahal, namun sektor
bisnis AKRA sedang seksi-seksinya. Bisnis AKRA Bergerak di bidang
Infrastruktur Logistik, Perdagangan dan Distribusi Bahan Kimia Dasar,
Distribusi BBM, dan Pertambangan dan Perdagangan Batubara. Rincian
bisnis AKRA:

 Pendistribusian bbm menggunakan kapal tanker, tongkang, jalur laut.


 Bisnis logistiknya, termasuk terminal tangki penyimpanan, transportasi
darat dan laut, dan penanganan pelabuhan.
 Distributor bahan kimia, untuk para industri seperti industri consumer
goods, tekstil, rayon, kaca, alumina, dll. AKRA juga punya terminal
tangki di Indonesia untuk bahan kimianya tersebut.
 Memiliki JIIPE berlokasi di gresik, JIIPE adalah kawasan terintegrasi
pertama di Indonesia, dengan luas total 3.000 hektar, terdiri dari
kawasan industri, pelabuhan serbaguna, pusat logistik, kawasan
berikat, area rekreasi, area komersial, dan kota mandiri. Tujuan utama
JIIPE adalah memberikan kontribusi positif terhadap efisiensi biaya
logistik.
 Lubricants, bisnis distribusi pelumas. Diketahui AKRA bisnis terhadap
transportasi laut dan kawasan industri, jadi pelumas ini juga untuk k
endaraan industri, kelautan, pertambangan, dan komersial.

AKRA memiliki bisnis yang cukup banyak dan saling berkaitan. Prospek bisnis
AKRA cukup menarik. AKRA pun baru saja berhasil menjual 42 hektare (ha)
lahan JIIPE sepanjang 2022 dengan membukukan pendapatan hingga Rp 1,4
triliun. Pabrik pengolahan (smelter) tembaga terbesar yang memiliki kapasitas
produksi sebesar 600.000 metrik ton (MT) saat ini sedang dibangun di
Kawasan JIIPE milik AKRA.

Selain itu, dari sektor transportasi dan logistik, sektor ini juga diprediksi hingga
akhir 2022 akan mencapai Rp 957,9 triliun setelah pada tahun sebelumnya
sebesar Rp 719,6 triliun.

Prediksi ini berdasarkan analisis SCI atas data Badan Pusat Statistik (BPS)
sampai triwulan III-2022. Data BPS menunjukkan sektor itu tumbuh tertinggi
dibandingkan sektor-sektor lainnya pada triwulan I-III tahun 2022, berturut-
turut sebesar 15,79 persen, 21,27 persen, dan 25,81 persen. Supply Chain
Indonesia (SCI) memprediksi kontribusi lapangan usaha atau sektor
transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
menembus angka Rp 1.090,2 triliun pada 2023.

3. ESSA - PT Surya Esa Perkasa Tbk - Sektor Basic Materials

ESSA memberikan kinerja positif pada kuartal III 2022. Terlihat pada
perbandingan kinerja tahun 2021 dan 2022.

Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 15 21
Q2 12 26

Q3 12 30

Q4 16 -

Rasio ESSA bisa dilihat dalam tabel dibawah:

Ratio ESSA Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 1015 -

BV 310.28 -

PBV 3.27 1

PER 7.47 20

GPM 46.35% >75%

NPM 18.79% >5%

ROE 43.77% >8.32%

ROA 16.63% >5,98%

DER 115.17% <100%

Cash Ratio 109.00% >100%

Secara valuasi nilai buku (BV) ESSA juga terbilang mahal, namun dilihat dari
kemampuan kasnya dalam membayar kewajiban jangka pendek, ESSA cukup
baik dengan Cash Ratio berada di 109%.

Secara sektoral PER ESSA masih dibawah rata-rata industri. Jika melihat
prospek bisnis ESSA, Konsumsi Gas Domestik Capai 68,66 Persen hingga
Juli 2022, Didominasi Sektor Industri. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) melaporkan serapan gas untuk domestik hingga Juli 2022
mencapai 3.716BBTUD atau 68,66%. Kenikan konsumsi gas tersebut dapat
meningkatkan kinerja pada ESSA.

ESSA memiliki dan mengoperasikan kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas)


domestik terbesar milik swasta di Indonesia. Bisnis utamanya adalah
pemurnian dan pengolahan gas bumi untuk menghasilkan LPG (campuran
Propane dan Butane) dan Kondensat dengan kapasitas 190 TPD (Ton Per
Day) LPG dan 500 bpd (barel per hari) Kondensat.

ESSA juga memiliki bisnis produksi Amonia. Ammonia adalah senyawa


anorganik berbentuk gas tidak berwarna, terdiri dari Nitrogen dan Hidrogen
dengan rumus NH3. Produk Amoniak yang dihasilkan PAU berbentuk cair,
disimpan dalam tangki atmosfir pada suhu -33 derajat C. Amoniak digunakan
sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk. Serta turunan lainnya
termasuk bahan peledak, pewarna, pembersih rumah tangga dan nilon.

4. SCMA (PT Surya Citra Media Tbk) - Media & Entertainment

Kinerja SCMA belum naik begitu signifikan, terlihat pada tabel EPS pada
periode 2021 dan 2022.

Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 4 4

Q2 5 4

Q3 5 3

Q4 4 -

Rasio pada SCMA:

Ratio SCMA Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 232 -

BV 102.64 -

PBV 2.26 1
PER 15.49 11

GPM 45.33% >75%

NPM 16.78% >5%

ROE 14.59% >8.32%

ROA 9.75% >5,98%

DER 33.17% <100%

Cash Ratio 132.41% >100%

Dari rasio diatas hal paling menonjol adalah hutang terhadap modalnya hanya
33.17% berarti kemampuan membayar kewajibannya cukup baik. Cash ratio
berada di 132.41% menandakan kas setara kas SCMA cukup kaya sehingga
mampu untuk melunasi kewajiban lancar.

Selain itu SCMA punya beberapa stasiun tv nasional seperti SCMA dan
Indonesiar. Dimana menurut survei Kementerian Kominfo adapun stasiun
televisi yang paling banyak diakses oleh responden survei ini adalah RCTI
dengan persentase 33,3%.

Di urutan selanjutnya ada SCTV, Indosiar, TV One, Trans TV, Trans 7, dan
Metro TV dengan rincian seperti terlihat pada grafik.

Diketahui bidang usaha Perseroan meliputi: Televisi; Digital dan Iklan Luar
Ruangan; serta Konten dan Lainnya. Perseroan berkomitmen untuk
memberikan tayangan, program, konten, dan layanan di bidang media yang
bermakna dan memperkaya gaya hidup pemirsa Indonesia.

Melalui dua saluran TV nasional terbesar di Indonesia, yaitu PT Surya Citra


Televisi (SCTV) dan PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), berita web portal
PT Kapan Lagi Network (KLY), video on demand platform PT Vidio Dot Com
(Vidio), dan entitas anak lainnya yang bergerak di bidang konten seperti PT
Sinemart Indonesia (SinemArt), PT Screenplay Produksi (SP), PT Screenplay
Sinema Film (SSF), PT Indonesia Entertainmen Grup (IEG), PT Indonesia
Entertainmen Produksi (IEP), dan entitas-entitas anak lainnya. Perseroan
terus mengasah kreativitas dan bekerja keras untuk menghadirkan tayangan
yang menghibur, serta informasi yang mengedukasi dan dipercaya
pemirsanya.
5. SIDO (PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk) - Sektor
Farmasi dan Kesehatan

Penurunan kinerja terjadi pada SIDO, dimana jika kita melihat kinerjanya pada
periode 2021 dengan 2022.

Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 9 10

Q2 8 5

Q3 12 9

Q4 13 -

Rasio SIDO bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Ratio SIDO Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 770 -

BV 117.5 -

PBV 6.55 1

PER 24.05 15

GPM 53.31% >75%

NPM 27.56% >5%

ROE 27.25% >8.32%

ROA 24.85% >5,98%

DER 9.65% <100%


Cash Ratio 287.76% >100%

Secara valuasi memang SIDO sudah cukup mahal. Namun SIDO termasuk
salah satu perusahaan bertumbuh, meskin kinerja pada tahun 2022
mengalami penurunan pada kuartal II dan III tahun 2022, namun investor
masih meyakini bahwa prospek bisnis SIDO masih cukup baik. Dimana ketika
kinerja kuartal II 2022 turun, harga saham SIDO juga turun hingga ke range
630, namun harganya kembali naik ke area 700 an karena kepercayaan
investor bahwa penurunan sebelumnya adalah harga diskon sahamnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produk domestik bruto (PDB) atas
dasar harga konstan (ADHK) dari industri kimia, farmasi, dan obat tradisional
sebesar Rp58,08 triliun pada kuartal III/2022. Nilai tersebut terkoreksi 3,50%
dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy)
yang sebesar Rp60,19 triliun.

Koreksi ini terjadi setelah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional berhasil
meraih kinerja positif sepanjang pandemi Covid-19. Hal itu mengingat
tingginya permintaan masyarakat untuk produk-produk dari industri ini selama
pagebluk. Hal ini yang membuat kinerja SIDO turun pada kuartal II dan III
tahun 2022.

SIDO memiliki ruang lingkup kegiatan usaha dalam perindustrian jamu dan
farmasi, perdagangan, pengangkutan darat, jasa, dan pertanian. Usaha
perindustrian meliputi usaha obat-obatan (farmasi), jamu dengan merek
TolakAngin dan Kuku Bima, bahan jamu, kosmetika, minuman dan makanan
yang berkaitan dengan kesehatan, serta alat-alat elektronik yang
berhubungan dengan kesehatan. Usaha perdagangan, termasuk dagang
impor, ekspor, interinsulair, keagenan, leverensir, grosir, pengadaan
(supplier), dan distributor.

Usaha pengangkutan darat meliputi ekspedisi dan pergudangan serta


transportasi pengangkutan dalam rangka menjalankan usaha perindustrian
dan perdagangan tersebut. Usaha pertanian meliputi konservasi tanaman
obat dan satwa untuk dipergunakan sebagai obyek penelitian bahan-bahan
jamu dan kosmetika.

6. SRTG (PT Saratoga Investama Sedaya Tbk) - Sektor Financial

Berbeda dari SIDO, kinerja SRTG pada kuartal III 2022 justru mengalami
kenaikan.
Kuartal EPS 2021 EPS 2022

Q1 85 263

Q2 1041 -19

Q3 -89 283

Q4 798 0

Rasio SRTG bisa kita lilhat pada tabel dibawah ini:

Ratio SRTG Standar Sektoral

Harga Closing per 26/01/2023 2470 -

BV 4595.98 -

PBV 0.54 1

PER 3.51 12

GPM - >75%

NPM 521.25% >5%

ROE 15.29% >8.32%

ROA 14.31% >5,98%

DER 6.84% <100%

Cash Ratio 5.45% >100%

Pada rasio diatas, terlihat jelas bahwa secara BV (Book Value) SRTG masih
dibilang murah karena harga sahamnya berada dibawah harga wajar
bukunya. Hal ini yang menarik dari SRTG.
SRTG bergerak di bidang investasi, salah satunya ada investasi ke
perusahaan batu bara yaitu ADRO, diketahui pada periode selama 2022 laba
SRTG meningkat tajam karena didukung investasi pada sektor komoditas
salah satunya batu bara. Kemudian SRTG juga ada investasi di MEDC
(Medco) pengilangan minyak dimana kemarin harga minyak dunia juga naik di
2022 dari awal januari 2022 hingga juni tahun 2022. Dimana ada MPMX juga
di bisnis otomotif, dimana sektor otomotif ini juga mengalami kenaikan pada
2022.

Rata-rata SRTG berinvestasi pada perusahaan cyclical atau bersiklus, dia


juga ada investasi pada pertambangan emas, dimana kita tahu emas sedang
naik-naiknya, emas sudah berada di lever US$ 1900 an, hal ini akan
berpengaruh pada laba Q4 2022 dan Q1 2023 SRTG.

Bisnis SRTG merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi.


Perusahaan berinvestasi dalam tiga sektor; konsumen, infrastruktur, dan
sumber daya alam. Portofolio investasi sumber daya alamnya termasuk
perusahaan yang bergerak dalam industri batu bara, seperti PT Adaro Energy
Tbk; perkebunan minyak kelapa sawit, seperti PT Provident Agro Tbk;
eksplorasi gas dan minyak bumi, seperti Interra Resources Ltd, dan
pertambangan tembaga dan emas, seperti Sihayo Gold Ltd.

Portofolio investasi infrastrukturnya mencakup perusahaan yang bergerak


dalam penyewaan menara telekomunikasi, seperti PT Tower Bersama
Infrastructure Tbk; industri pembangkit listrik, seperti PT Medco Power
Indonesia; pengilangan minyak, seperti PT Tri Wahana Universal; layanan
jalan tol dan konstruksi, seperti PT Nusa Raya Cipta Tbk, serta Seroja
Investment Ltd. Portofolio investasi konsumennya mencakup perusahaan
yang bergerak dalam industri otomotif, seperti PT Mitra Pinasthika Mustika
Tbk, dan properti, seperti PT Etika Karya Usaha.

Berdasarkan hasil pemaparan terhadap 6 emiten diatas, emiten-emiten


tersebut memiliki kinerja yang tidak terlalu buruk bahkan bisa dibilang masih
cukup baik sehingga layak mendarat di daftar indeks LQ45.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC


Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk
membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait.
Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak
bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang
timbul dari keputusan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai