Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

Olahraga

UjIan praktek dilakukan kelas Xll untuk memenuhi standar


kelulusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Praktek ini
merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh. Kebijakan
dikeluarkan oleh sekolah untuk beberapa siswa. Salah satunya di
kelas Xll IPA 5. Untuk mata pelajaran olahraga, Elisa Apriyani
sangat lemah di bidang olahraga renang.
Kelemahan-kelemahan tersebut membuat Elisa tidak disukai
oleh guru mata pelajaran olahraga. Seringkali Elisa mendapatkan
cibiran yang tidak sepantasnya Ia dapatkan dari seorang guru. Elisa
hanya mendengarnya, bagaimana guru tersebut adalah seseorang
yang memberikan DIa ilmu.
Dalam praktek yang akan dilaksanakan ialah lari dengan jarak
1.200 M atau lari jarak menengah. Yang bertempat di sport center.
Mereka berjalan kaki karena jarak sekolah dengan sport center
sangatlah dekat. Elisa terbayang guru olahraga yang selalu
mencibirnya, sehingga Ia berjalan dengan termenung.
"El? Ada apa? Kamu sehat?" Ucap Rina yang berada di
samping Elisa
Elisa mendengar perkataan dari Rina dan tersadar, "Oh, ga
papa kok. Aku sehat."
Rina tidak mempercayai Elisa dengan mudah, "Benar? Ada
yang kamu sembunyikan, ya?"
Elisa memberitahu Rina, "Iyaa, Rin. Aku takut dengan Pak
Bambang. Bagaimana jika DIa berbicara seperti bIasanya."
Rina menanggapinya dengan cepat, "Apa sebaiknya kita
laporkan aja ke guru BK? Kan ini hak kamu mendapatkan
pembelajaran dengan baik. Tapi DIa.." belum juga berakhir Elisa
menghentikan Rina
"Huustt!!! Kamuu, yaa. Jangan gitu. Mungkin Bapak ingin
Aku lebih kuat," ucap Elisa
"Iyaa, kalo nIatnya gitu. Tapi kasIan kamu, selalu DIanggap
rendah," ucap Rina yang kasIan kepada temannya
"Udah, ga papah kok. Aku yakin Bapak itu mau Aku lebih baik
lagi dalam pelajaran olahraga," ucap Elisa yang semakin
melindungi Pak Bambang
"Ahh, kamu. Masih aja belain," ucap Rina yang ketus
"Aku ga mau aja masalah ini semakin melebar. Toh, selama ini
Aku tetap ada nilai di rapot. Yaa, walaupun Aku rasa juga, kenapa
ya? Kok nilai Aku disitu-situ aja. Engga nambah engga ngurangin,
salah Aku apa yah?" Ucap Elisa
"Nah, kan parah. Parah banget si, inimah," ucap Rina yang
menggelengkan kepala
"Ah, bIarlah. Semoga Pak Bambang kedepannya bisa objektif
dalam penilaIan," ucap Elisa yang tersenyum
Keduanya yang asik berbicara tidak menyadari kedua langkah
kakinya kini berada di pintu masuk sport center. Tempat ini
menjadi icon kota tepatnya untuk berolahraga. Sport center ini
memiliki tiga gedung yaitu gedung kesatu bidang bola voli,
gedung kedua bidang bulu tangkis dan gedung ketiga bidang
futsal. Sport center ini juga dilengkapi lapangan sepak bola
outdoor yang sudah terkenal dan dipakai pada ajang olahraga.
KemuDIan jalan yang berada di dalam pun sering kali dijadikan
sirkuit balapan motor cross atau trail.
"Rin, pemanasan yuk!" Ajak Elisa
Rina menjawabnya, "Ayok. Tapi jangan kecapean sekarang ya,
El. Nanti kan praktek lebih cape," ucap Rina
"Iyaa, kan pemanasan lari kecil aja," jelas Elisa
"Okeyy" jawab kembali Rina
Keduanya berlari untuk pemanasan kemudian diikuti teman
kelasnya yang menuju lapangan sepak bola outdoor di sport center.
Di dalam lapangan tersebut terseDIa jalur jalan yang digunakan
untuk lari. Jalur ini lah yang bIasanya digunakan sekolah-sekolah
yang berada di sekitar sport center untuk olahraga atau praktek.
Sesampainya di dalam. Semua siswa dipanggil dan
dikumpulkan untuk pemanasan terlebih dahulu. Tentunya untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan saat praktek yang akan
berlangsung beberapa saat lagi.
Ketua kelas diperintahkan Pak Bambang memimpin
pemanasan, "Reza!" Panggil Pak Bambang
KemuDIan Reza menghampirinya, "Iya, Pak?"
"Kamu pimpin pemanasan. Tolong pemanasan yang maksimal.
Jangan dianggap sepele," ujar Pak Bambang dengan tegas
"Baik, Pak" Reza kemudian berada di depan teman-temannya
dan memandu pemanasan
Reza Prayoga adalah ketua kelas di Xll IPA 5. Ia berasal dari
RIau, Sumatera yang kini menempuh pendidikan di Kota Banjar.
Pendidikannya di mulai di kota ini dikarenakan kedua orangtuanya
merupakan guru yang memiliki tugas untuk mengajar di Jawa
Barat. Sehingga Reza harus mengikuti kedua orangtuanya.
Pemanasan telah selesai. Pak Bambang memerintahkan para
siswa untuk beristirahat sejenak dan meminum air mineral. Pada
saat itu juga, Ia memberitahu teknis pelaksanaan praktek. Di mana
nama yang dipanggil sesuai absen akan berlari, dengan format
penilaIan pada waktu yang ditempuh. Untuk lari akan memutari
lapangan sepak bola sebanyak empat putaran.
"What?" Sontak Rina terkejut dan semua tatapan mata tertuju
padanya
"Kenapa, Rin? Kurang?" Tanya Pak Bambang
Rina menggeleng-gelengkan kepalanya, "Enggak sama sekali,
Pak. Mohon maaf."
Pak Bambang menanggapi Rina, "Ada-ada saja kamu.
Namanya praktek akhir, ya seperti ini."
KemuDIan Pak Bambang mengabsen siswa yang akan praktek
di kloter pertama. Kloter pertama akan dilakukan oleh empat
siswa, dan seterusnya. Elisa berada di kloter kedua, sedangkan
Rani akan berada di kloter keempat bersama dengan Reza.
Kloter pertama di mulai, keempat teman Elisa sudah
berlangsung. Elisa berdoa untuk dirinya dalam praktek ini
mendapatkan hasil yang baik dan kekuatan untuk menyelesaikan
praktek. Ia tidak ingin terus menerus DIanggap lemah oleh Pak
Bambang. Sedangkan teman satu kelasnya selalu mensupport
Elisa. Tidak ada yang benci atau tidak suka terhadap Elisa. Karena
Elisa dikenal baik oleh temannya sebagai wanita sederhana dan
suka menolong orang lain.
Kloter pertama telah selesai. Di kloter ini rata-rata
menyelesaikan praktek lari dengan waktu 11 (sebelas) menit. Hal
ini membuat Elisa terkejut namun Ia tetap yakin bahwa praktek ini
akan memaksimalkan usaha dan mendapatkan nilai terbaik untuk
dirinya.
"Silahkan! Elisa, Elis, Fandi, dan Gilang untuk bersIap di garis
star. Pastikan kalIan menginjakkan tumpuan dengan benar dengan
posisi sIap," ujar Pak Bambang
Elisa berjalan menuju garis star, dan berdoa, "Bismillah," ucap
Elisa
Belum juga peluit berbunyi, Pak Bambang mengatakan,
“Elisa! Jika pada saat tes dilaksanakan tolong yah beritahu Bapak.
Apabila Kamu sudah tidak kuat.” Ucap Pak Bambang
"Uuuhh. Keselnya Akuu. Pak Bambang selalu meremehkan
Elisa," ucap Rina yang tidak sengaja terdengar di telinga Reza
"Kenapa, RI? Kelihatannya kamu kesel banget," tanya Reza
"Iyah. Sampai kapan Pak Bambang meremehkan Elisa," ucap
Rina yang kemudian duduk
"Tapiii.. bukannya benar ya? Pak Bambang berkata seperti itu
karena Ia mungkin khawatir," Reza memberikan pernyataan positif
"Iyah, menurut kamu. Tapi engga sama Aku. Aku temen Elisa
yang tau setIap kali Pak Bambang merendahkan Elisa," Reza
semakin penasaran dengan pernyataan Rini
"Apa, Iyah? KasIan Elisa. Nilai pengetahuan Elisa setIap
ulangan bagus, cuma kurang di keterampilan aja, kok sampai
segitunya ya, BelIau?" Ucap Reza yang memihak Elisa
Percakapan Rina dan Reza inilah yang menjadi awal Reza
inginkan mengenal Elisa lebih jauh lagi. Baginya Elisa adalah
wanita baik yang berprestasi sehingga dapat membawanya ke alur
positif dalam menempuh pendidikan di jenjang putih abu.
BAB 2
Bukti

Elisa menjawab, ”Baik Pak.” Dengan memberikan senyuman


meyakinkan kepada Pak Bambang
Pak Bambang kemuDIan duduk dan melihat stopwatch yang
terus berjalan. Putaran kedua ini lebih baik dari kloter kesatu.
Terlihat siswa lari dengan pernafasan yang stabil sehingga tidak
ada siswa yang kewalahan di tengah jalannya praktek berlangsung.
"Aku yakin, Aku bisa," ucap Elisa dalam setIap langkah
larinya
Elisa dikenal sebagai siswi yang tidak putus asa. DIa tidak
ingin kebijakan yang sekolah berikan menjadi pembeda dengan
siswa siswi yang lain. Elisa tidak ingin kebijakan menjadi sebuah
jaminan baginya. Inilah penyebab Pak Bambang selalu
meremehkan Elisa. Elisa mendapatkan kebijakan atau keringanan
dari sekolah untuk tidak melaksanakan pembelajaran yang
sekiranya berat baginya. Karena Elisa memiliki riwayat gerd.
Elisa melamun sesaat,. hatinya berkata,” Aku harus semangat.
Jangan lemah. Bismillah.”
Bughh..Bughh.. Elis menyadarkan lamunan Elisa
“Astagfirulloh. Iyah ada apa?” Elisa menoleh kepadanya
Elis bertanya, “Kamu ini. Lari kok ngelamun. Ngelamunin apa
sih?”
“Hihihi engga. Ayo lari agi," ajak Elisa
“Ayo. Tapi lihat. Kita sudah sampai tauu,” ucap Elis
“Oh, iyah hihihi,” ucap Elisa yang masih belum tersadar Ia
telah di garis finis
Tanpa berpikir lama, Rina berlari dan memberikan air mineral
kepada Elisa. Dengan wajah gembira Rina kemuDIan
mengucapkan selamat kepada Elisa yang telah selesai praktek lari
dengan perolehan waktu 10 (sepuluh) menit. Dan Reza
memberikan tepuk tangan dengan berjalan menuju Elisa dan Rina.
"Hebat, kamu. Selamat ya!" Ucap Reza
Dengan senang hati Elisa menjawabnya, "Terima kasih, Za."
Kemudian Rina membawa Elisa untuk duduk di trotoar jalan
sirkuit yang keluar dari lapangan tempat praktek berlari. Rini tidak
sabar untuk mematahkan perspektif Pak Bambang selama ini
kepada Elisa.
"Cepet iih, jalannya. Aku ga Sabah gibah. Kalau di dalem nanti
ketahuan Bapak, malah Aku nanti yang kena," ucap Rina
"Yaa, kamu aneh. Ngapain gibah di depan orangnya. Tapi
jangan, lah. Lagipula Aku baik-baik aja. Toh, BelIau juga
kelihatannya menilaiku objektif kali ini," ucap Elisa yang masih
berbaik sangka
Kemudian Rina yang masih belum mempercayai Pak Bambang
terus saja membicarakannya. Reza berjalan menuju Elisa dan Rina
dengan membawakan cemilan untuk keduanya. Reza berjalan
keluar dari sport center untuk membeli cemilan itu yang tidak lain
untuk mendekati Elisa.
"Aku boleh duduk di sini?" Tanya Reza
Kemudian Rina mempersilahkan, "Silahkan aja Reza!"
Elisa memberikan senyum yang bertanda mempersilahkan
Reza memasuki obrolan yang sedang berlangsung.
"Ini Aku bawakan cemilan. Elisa! Jangan lupa di makan, yah.
Kamu kan habis lari, pasti cape," jelas Reza memberikan perhatIan
Rina yang mengetahui gerak gerik Reza akhirnya mengalihkan
pembicaraan, “Hadduh. Ayo pemanasan dulu, sebentar lagi bagIan
kita, tau!”
"Lho! Aku baru dateng udah disuruh pemanasan aja. Lagipula
kan sekarang lagi berlangsung kloter ketiga, masih ada waktu,"
ucap Reza
KemuDIan Rina menghembuskan nafas. Rina hanya ingin
melindungi Elisa. Ia tidak ingin Elisa bersama orang yang salah.
Sehingga Ia bersikap menjaga Elisa hanya untuk memastikan.
"El, di makan!" Ucap kembali Reza
"Terima kasih, ya. Maaf merepotkan,"" ucap Elisa yang masih
terlihat kecapean
"Engga sama sekali. Aku senang melakukan ini. Aku denger
kalIan lagi asik ngobrol. Ngobrolin apa?" Tanya Reza yang
kembali menghidupkan jiwa gibahnya Rina
"Iyah, Aku tadi lagi ngomongin Pak Bambang. Pasti DIa
sekarang nyesel udah menganggap remeh terus Elisa. Tadikan
Elisa bagus waktu larinya," ucap Rini
"Ooh, masalah itu. Aku setuju, Rin. Elisa sudah membuktikan
bahwa Kamu..(Reza memandang Elisa) dan melanjutkan
perkataannya, "Kamu memang wanita kuat."
"Iidiiihh, mandangnya gitu amat, Ree. Kamu suka sama Elisa
yaa?" Tanya Rina yang tidak tau tempat atas pertanyaannya
"Iih! Apa sih, Rin" ucap Elisa
"Tuhkan, Reza diem" ucap Rini yang semakin menyudutkan
Reza
"Ehh udah, yuk. Kita pemanasan!" Ajak Reza yang belum bisa
berterus terang
Bagi Reza perasaannya begitu cepat jika diketahui banyak
orang. Terlebih Reza belum jugabtau bahwa perasaanya cinta
ataukah hanya pertemanan. Reze juga memiliki kenangan yang
buruk atas hubungan sebelumnya yang Ia rajut melalui LDR.
Pemanasan berlangsung. Reza dan Rini akan berlari dalam
peritungan jarak 1.200 M setara dengan 4 putaran. Elisa kini
menyemangati Rini seperti Rini memberikan semangat kepada
Elisa. Walaupun Rini terbilang baik dalam keterampilan olahraga,
Elisa tetap mengkhawatirkannya.
“Rin! Kalo kamu cape. Pokonya berhenti yah. Jangan
memaksakan," Ucap Elisa
“Iyah.. Iyahh. Berulang kali Aku mendengar kalimat itu lho.
Tetapi Aku suka. Hihihi. Kamu sangat peduli. Tapi, yaa memang
membosankan. Upsszz.” Rini menutup mulutnya yang masih
tertawa kecil.
KemuDIan Reza menyambar, "Aku? Kamu enggak khawatir
sama Aku?"
"Iiisssttt, ngode terus," ucap Rini yang terus memojokkan
Reza
Pembicaraan mereka terhenti. Pak Bambang meniupkan
peluit. Tanda berkumpul di lapangan. Untuk kloter ini Rini adalah
wanita satu-satunya sedangkan ketiga temannya adalah laki-laki.
“BerseDIaaa....” Keempat siswa memposisikan diri. Setelah
Pak Bambang memberikan aba-aba.
“SIaapppp..” Posisi sIap dengan tubuh setengah mengangkat
badan.
“Mulai!!!.” Semuanya berlari. Ada yang cepat. Lambat. Dan
ada yang bIasa saja.
Cepat didominan bertubuh kecil dan suka berlari. Sedangkan
lambat olah orang yang kelebihan berat badan. Dan bIasa saja
untuk orang yang memiliki strategi. Rini berada di zona bIasa
saja. Bukan karena DIa memiliki strategi. Tetapi DIa harus
mengatur pernafasannya dengan baik.
Setengah lapangan sudah dilalui Rina. Dengan pengaturan
pernapasan yang salah. Membuat DIa terengah-engah. Teman-
temanya yang berada di depan. Tetap memberikan semangat
kepada Rina termasuk Elisa. Akan tetapi Rina berlari dengan
menundukan pandangannya. Sontak teman-temannya merisaukan
keadaan Rina dan Elisa ingin sekali memasuki lapangan.
“Rini! Rini.... Sudah. Jangan dilanjutkan lagi.” Terdengar
dengungan suara Pak Bambang tetapi DIa tetap berlari.
Rini sangat kelelahan. Akan tetapi. Apa yang mereka lihat.
Tidak seperti apa yang sedang difikirkan Rini. Rini memikirkan
sebuah krikil yang DIa injak.
“Krikil inii. Dihancurkan dengan cara dipukul. Oleh seseorang
yang mengandalkan sebuah jasa. Keringat pasti bercucuran disana.
Tua renta bahkan muda pasti ada. Tapi! Orang-orang banyak yang
merendahkan pekerjaan ini. Asal mereka tau. Mereka DIatas
karena ada perbandingan. Negeri ini terlalu egois rupanya.
Memandang lemah seseorng berdasarkan mata pencaharIannya.
Tidak ada yang salah dalam pekerjaan sekecil apa pun. Selama itu
halal. Dan yang pastinya terdapat manfaat disana," ucap Rini
dalam hatinya
Saat Rini berlari. DIa tidak tau bahwa dirinya dibicarakan teman-
temannya.
“Itu lihat. Rini larinya engga berhenti-henti. Rini...
semangaat.” TerIak Elisa
Hanya terdengar suara pemberIan semangat dari mereka. Rini
menjawabnya dengan suara kecil, “Iyahh.”
Merupakan hal yang tidak terduga bagi Rini. Ia telah
menyelesaikan praktek tersebut. Rini tidak menyangka Ia akan
mengalami keadaan tersebut. Reza memberikan air kepada Rini.
Dan Elisa mengajaknya untuk duduk beristirahat.
"Kamu hebat bisa menyelesaikan praktek. Walaupun kamu
dalam kondisi yang Aku rasa tadi Kamu lemah banget," ucap Elisa
"Aku juga heran. Apa aku kualat ya? Gibahin terus Pak
Bambang," ujar Rini
"Nah, kan. Kamu sih, udah dinasehati Elisa tetap aja suka
banget buka-buka forum gibah," ucap Reza
"Apa kamu! Ikut campur aja," Cetus Rina yang kesal.
KemuDIan Reza menggelengkan kepala
Kini semua siswa telah selesai mengikuti praktek. Pak
Bambang mengumumkan hasil perolehan waktu yang dicapai
siswa kelas XII IPA 5. Dengan mengucapkan syukur Elisa sangat
senang bahwa Ia berada di nilai terbaik yaitu A dengan perolehan
waktu 10 (sepuluh) menit.
BAB 3
Pendekatan

Praktek akhir dari pelajaran olahraga memberikan ruang untuk


Reza mengenal Elisa melalui Rini. Reza kini melakukan
pendekatan yang lebih agresif, melihat Elisa adalah wanita yang
sederhana dan polos. Reza tidak ingin melepaskan Elisa seperti
hubungan yang pernah Ia lakukan dengan wanita lain.
Pada keesokan harinya, Reza telah standby di parkiran motor
untuk menunggu kedatangan Elisa. Reza menunggu di atas
motornya lebih pagi dari sebelumnya Ia berangkat ke sekolah. Ia
ingin memastikan untuk berjalan bersama Elisa menuju kelas.
Namun sayangnya Rini yang datang terlebih dahulu menyapa
Reza, "Re! Lagi apa kamu?"
Dalam hati Reza Ia berkata, "Semoga DIa ga curiga"
kemuDIan menjawab pertanyaan Rina, "Aku nunggu temen yang
lain dulu. Kamu dulan aja ke kelas," ujar Reza
"Ooh gitu. Oke kalau gitu," ucap Rina yang nampak tidak
mencurigai Reza
"Untung aja, Rina ga curiga," ucap Reza
Kini hati Reza berbunga-bunga, Ia melihat Elisa yang datang
menuju parkiran. Reza melambaikan tangan untuk Elisa, supaya
motornya terparkir tepat di samping motor Reza. Dan Elisa
mengikuti arahan dari Reza.
Elisa bertanya kepada Reza, "Sedang apa kamu Reza?" dan Elisa
memarkirkan motornya
Reza menjawab, " Aku sedang menunggu teman-teman di sini.
Tapi kayanya mereka datang sIang. Ayo kita ke kelas," ujar Reza
Elisa menjawabnya, " Oh gitu. Iya, ayo!"
Hati Reza pun sangat senang karena bisa berjalan bersama
dengan Elisa. Di sepanjang jalan Reza bertanya kepada elisa mulai
dari hobi, makanan kesukaan, minuman kesukaan, dan makanan
yang dihindari oleh Elisa karena Reza ingat bahwa Elisa memiliki
riwayat gerd.
Elisa menjawab pertanyaan dari Reza satu per satu. Tanpa Ia
curiga terhadap sikap Reza. Elisa menganggap Reza sebagai teman
laki-lakinya yang baik. Namun sesampainya di depan kelas, Rina
lagi-lagi usil kepada Reza. Ia terus menggoda Reza dan
mengatakan bahwa Reza suka kepada Elisa.
Elisa tidak ingin memancing kegaduhan di dalam kelas
sehingga Elisa menghentikan ucapan Rina dengan mengajaknya
untuk melihat tugas yang akan dikumpulkan. Namun disaat Elisa
menyelamatkan nama Reza, Reza mengikuti Elisa dan Rina di
meja mereka untuk melihat tugas dengan dalih, Reza belum
mengerjakan tugas tersebut.
"Aku boleh pinjam gak?" tanya Reza pada Elisa
Elisa menjawab, "Boleh. Tapi maaf kalau jawabannya salah
dan aku minta tolong kamu mengoreksi jawabanku."
Reza menjawabnya dengan senang, "Tentu, El. Nanti akan aku
koreksi tapi aku yakin jawaban kamus sudah benar," Reza
tersenyum padanya
KemuDIan Rina menyambar buku Elisa, "Tunggu. Aku juga
melihat."
Elisa menyarankan untuk Reza dan Rina melihat bersama
buku Elisa, " Gimana kalau kamu sama Reza duduk di sini supaya
cepat menulis tugasnya."
Saran itu diterima oleh keduanya dan mereka menulis
bersama. Sedangkan Elisa duduk dibangku Reza untuk sementara.
Elisa kemuDIan membuka handphone dan menyalakan musik.
Reza berbisik kepada Rina, untuk meminta bantuan supaya Ia bisa
lebih dekat dengan Elisa. Dan Reza bertanya status Elisa sekarang
ini. Reza tidak ingin memasuki hubungan orang lain. Mendengar
hal itu Rina berbohong kepada Reza bahwa Elisa telah memiliki
seorang kekasih.
Pernyataan dari Rina tidak mempengaruhi Reza. Ia tidak
yakin, karena Elisa begitu polos. Namun setelah Ia melihat ke arah
belakang yakni Elisa yang sedang bermain handphone dengan
serius, Reza menyangka Elisa sedang bersama kekasihnya. Reza
pun berpikir dan menggoyangkan pena yang berada ditangan
kanannya. Hatinya menolak bahwa Elisa telah memiliki kekasih
tetapi setelah melihat hal itu, Reza mulai memudarkan harapannya.
Rina yang melihat Reza berubah dan terDIam, semakin yakin
bahwa Reza memiliki perasaan kepada Elisa. Dan Rina kembali
usil kepada Reza
"Baru kaya gitu aja, kamu terlihat sedih," cetus Rina
Reza menjawabnya, "Enggak. Aku ga percaya sih, Rin."
Rina tertawa kecil, "Hahaha, jelas la. Orang Aku bohong.
Aman kok, Elisa."
"Wah, jahat Kamu. Bohongin Aku segala," ujar Reza
Rina menjawabnya, "Ga bohong. Cuma pengen tau aja. Eh
sekarang Aku tau, Kamu beneran suka ya sama Elisa?"
"Yaa, Aku cuma kagum sama DIa," Reza mencoba mengelak
"Pertamanya emang kagum. Keduanya cinta," ujar Rina
"Hust. Udah ah, kapan kita selesai ini tugasnya!" Ujar Reza
"Iyaa, iyaa Pak Ketu" ucap Rina
KemuDIan Elisa menghampiri keduanya, "Udah belum.
Sebentar lagi jam pertama nih. Aku mau duduk juga."
KemuDIan Reza berdiri dan mempersilahkan Elisa, "Iyah,
silahkan duduk, El! Maaf ya, Aku belum selesai. Aku pinjam di
bawa ke bangku belakang ya?"
Elisa menjawab, " Iya, boleh. Jangan sampai hilang ya!"
"SIaaap!!" Ujar Reza dan berjalan menuju kursi
Rina kembali memberitahu Elisa, "El? Kamu ga sadar kalo,
Reza sikapnya berbeda sama Kamu?"
Elisa menjawab, "Engga ah, bIasa aja. Kenapa gitu, Rin?"
"Kamu emang ga peka! DIa tu suka sama Kamu," ucap Rina
yang terus mempengaruhi Elisa
"BIarlah. Aku belum kepikiran untuk pacaran," tegas Elisa
"Lho! Lho, lho.. Kok gitu?" Tanya Rina
"Kamu ini gimana. Nanya orang tapi Kamu sendiri juga ga
pacaran. Lah kamu kenapa ga pacaran?" Akhirnya Elisa balik
bertanya
"Hehehe, yaa maaf. Aku cuma belum ketemu orang yang pas
aja," ucap Rina
"Nah, jangan-jangan orang yang pas itu Reza. Kan DIa selalu
berdebat sama Kamu tapi ujungnya kalIan selalu bersama. Coba
deh inget-inget di setIap kejaDIan," Elisa berbalik mempengaruhi
Rina
Rina merasakan demikIan, "Iyaa, sih. Kalo debat dan beberapa
kejaDIan emang sama DIa. Aahh, tapi tetep aja yang Reza suka itu
Kamu, El"
"Yaa, kalo Kamu mau, sama Reza aja kali. Mungkin kan?"
Elisa kembali meyakinkan Rina
"Udah, ah. Kok jadi Aku," Rina terlihat kesal dan menggeser
bangkunya
"Nah, kan. Kesal. Apalagi Akuu, setIap hari setIap saat mesti
kamu bahas Reza," ucap Elisa yang tidak secara langsung
mengungkapkan rasa bosannya
"Iyaa, deh maaf. Ga lagi-lagi kalo ujungnya Aku yang
dipojokin," ucap Rina
"Nah, gitu dong. Sebentar lagi kita kelulusan, udah saatnya
mikirin masa depan mau dibawa kemana," ucap Elisa
"Iyaa, El. Kamu mau kulIah?" Tanya Rina
"Aku mau, Rin. Pengen masuk di fakultas Sastra dan Bahasa
IndonesIa. Tapi itu juga kalo lulus seleksi beasiswa," ucap Elisa
"Aku doain deh, semoga kamu bisa lulus dan menggapai cita-
cita," Rina memegang pundak Elisa
"Makasih, yah. Kalo kamu, Rin?" Elisa bertanya kepada Rina
"Heheh, belum tau mau kemana. Kerja? KulIah? Atau.."
belum juga selesai Elisa memotong pembicaraan
"Udah, udah jangan dilanjutin. Aku tau maksud Kamu yang
terakhir itu. Cepet amat mikir kesana. Dasar Rinaaa, Rinaaa..."
Ujar Elisa yang mencubit kecil lengan Rina
Rina kesakitan dan berkata, "Iih sakit tau!"
Kemudian pembelajaran berlangsung, siswa fokus pada
pembelajaran. Sementara Reza sore ini bernIat memulai chat
dengan Elisa. Reza juga akan bersIap diparkiran untuk memastikan
Elisa mengambil motornya dengan selamat, karena banyak siswa
yang akan mengantri untuk mengeluarkan kendaraan satu per satu.
Reza juga tidak ingin Elisa diganggu siswa lain tepatnya laki-laki
lain. Reza sore ini akan berlatih karate, dengan mengirimkan pesan
kepada Elisa, Ia berharap dapat memberikan semangat di sore hari
yang Ia rasa sudah lelah setelah padatnya pembelajaran di sekolah.
Elisa dan Rina beristirahat menuju kantin sekolah yang
berdekatan dengan perpustakaan. Setelah Ia selesai makan
makanan ringan, keduanya menuju perpustakaan untuk membaca
buku. Rina mencari buku terbaru yang berada di sana tepatnya
novel. Sedangkan Elisa, membaca buku yang Ia pilih tanpa
memakan waktu lama. Penjaga perpustakaan sangat mengenal
keduanya, karena mereka merupakan siswa yang sering dan aktif
di perpustakaan.
"Sehat, El?" Tanya Pak Guntur sebagai penjaga perpustakaan
"Alhamdulillah sehat, Pak. Bagaimana dengan Bapak?" Elsa
kemuDIan bertanya
"Alhamdulillah Bapak sehat juga. Sekarang di perpustakaan
memasang WiFi lho. Sini, bapak kasih tau sandinya!" Rina yang
mendengar itu langsung menyerobot Elisa
"Pak, Pak... Aku mau, Pak. Ini HP ku," ucap Rina
"Kamu ini! Masih aja belum berubah. Bacanya novel terus,
sih" ucap Pak Guntur
"Hehe, ya maaf, Pak. Belum tertarik ke yang lain," ucap Rina
yang malu dan melihat novel pada genggamannya
"Terus gimana kalo belajar? Kan butuh buku paket?" Pak
Guntur kembali bertanya
"Kalo itu terpaksa, Pak. Hahaha," lagi-lagi Rina bertingkah
yang membuat pak Guntur tidak habis pikir
"Ampun! Kidz zaman now" ucap Pak Guntur
Elisa kemuDIan berjalan menuju rak buku, untuk
mengembalikan buku yang telah Ia baca. Namun di sebrang Ia
berdiri, nampak seorang laki-laki dengan postur tubuh tinggi,
berambut hitam rapi dengan minyak rambut, semerbak wangi dari
aroma parfum pun tercium, rupanya Ia adalah Reza.
"Eh, Kamu!" Ucap keduanya, kemuDIan Reza menghampiri
Elisa
Keadaan itu memberikan ruang untuk Reza dekat dengan Elisa
secara privat, karena mereka hanya berdua di sana. Elisa
merasakan dadanya berdebar kencang. Elisa pun melangkah
mundur satu langkah ke belakang. Ia rasa jarak ini terlalu dekat.
Namun Reza berbicara padanya sambil memilih buku yang
membuat dirinya semakin dekat kembali.
"Eeeeee, kamu cari buku apa?" Tanya Elisa
"Aku cari buku biologi," Reza mengarang untuk tidak
diketahui Elisa atas nIatnya
"Mau sampai ujung, kamu ga akan nemuin di sini. Inikan rak
buku sejarah, Reza!" Jelas Elisa memberitahu
"Oohh gitu, ya? Maaf Aku ga baca keterangan rak buku
soalnya," Reza kembali berdalih
"Mau aku antar ke rak buku biologi?" Tanya Elisa
Reza tidak ingin melewatkan waktu bersama ini dengan cepat,
hingga Reza bertanya, " Eehh kamu emangnya habis baca buku
apa?"
"Oh, ini. Ini buku sejarah penyebaran agama Islam oleh
Walisongo," ucap Elisa menunjukkan buku tersebut
"Ooh gitu, bisakah kamu ceritakan secara singkat?" Reza
kembali mengambil kesempatan
"Tentu, sebaiknya kita duduk ya. Lama kelamaan Aku cape
berdiri," Ucap Elisa
"Oke, ayo duduk!" Ajak Reza
"Duduk di sini?" Tanya Elisa
"Iyah, El. Di sini aja," Reza membujuknya
"Apa engga sebaiknya di sana. Ini rak buku semua, takut ada
yang mau cari buku. Kita menghalangi jalan," ucap Elisa
Reza kembali mengelak, "Engga kok" kemuDIan DIa
menyapu lantai dengan tangannya untuk Elisa duduk
Elisa bercerita dan Reza dengan fokus mendengarkan Elisa. Ia
memasang telinga dengan fokus dan mata yang tidak terkejam
memandang Elisa, gadis cantik dan sederhana. Sedangkan Rina
asik WiFi dan bermain handphone. Ia tidak menyadari keberadaan
Elisa yang bersama Reza.
Setelah Elisa menceritakan isi buku yang Ia baca, keduanya
saling berbagi cerita. Bahkan Elisa tidak menyadari Ia sangat
terbuka dengan Reza. Pembicaraan semakin mengalir ketika Elisa
menyampaikan bahwa Ia bernIat untuk kulIah melalui alur
beasiswa. Reza kembali lagi memberikan perhatIan, Ia mendoakan
supaya Elisa dapat lolos melalui seleksi beasiswa. Reza menjadi
laki-laki yang tidak patah semangat untuk mengejar pendidikan,
karena berkat cita-cita Elisa, Ia tidak ingin kalah dengan wanita
pujaannya.

BAB 4
Cidera

Saat Elisa dan Rina telah berada di kelas. Seluruh teman kelas
sedang bermusyawarah untuk memberikan kejutan atas ulang
tahun Pak Bambang. Rina yang mengetahui hal itu tidak memiliki
antusIas seperti siswa lain. Ia masih memiliki rasa dendam karena
telah memperlakukan Elisa dengan tidak baik. Namun Elisa lagi-
lagi menegur sikap Rina untuk ikut mensukseskan kejutan untuk
Pak Bambang.
"Rin, ayolah! Jangan gitu. Ga baik," tegur Elisa
"Aku mau tapi ini karena kamu ya, yang minta,* ucap Rina
"Okey. Makasih ya, Rini" ucap Elisa
"Oh, iya. Ngomong-ngomong kemana Reza?" Tanya Rini
"Aku ga tau. Tadi sih Aku sama DIa di perpustakaan. Tapi ga
tau sekarang," ucap Elisa yang memunculkan kecurigaan Rina
"Hayyo. KalIan habis ngapain tadi... Aku tadi asik lihat HP
mumpung WiFi gratis. Berarti Kamu sama Reza yaa?" Rina
kembali menjaili Elisa dengan pertanyaan
"Iyya, Aku sama Reza. Tapi kita berdua cuma berbagi cerita
dari buku yang kita baca. Ga ada hal lain," jelas Elisa padanya
"Ahh, Aku ga yakin. KalIan lagi pendekatan itu," ucap
kembali Rina
"Iist, ga percaya ya udah,," tiba-tiba Elisa menjadi kesal
"Lho kok, kamu jadi kesel gitu. Haaaa, ini udah jelas ini. Ga
mau dikepoin hubungan kalIan ya? Okedeh aku ga akan ganggu,"
Rina berjalan menuju kursinya
"Engga, engga gitu maksudnya. Aku ga ada hubungan apa-apa
sama Reza. Jadi Aku kesel kalo di becandain gitu terus," Elisa
berjalan mengikuti Rina
"Iyaa, El. Sama DIa ga ppah, Aku setuju," Rina memegang
tangan Elisa
"Kamu kan tau. Aku mau ngejar cita-cita dulu untuk kulIah,"
ucap Elisa
"Lho apa salahnya ada kekasih? Bukannya itu bikin kita
semakin semangat ya?" Rina mencoba memasuki mindset Elisa
"Iyah, sih. Tapi Rin, akan begitu banyak juga waktu yang Aku
buang kalo fokus kulIah, Aku takut ga ada waktu untuk DIa. Dan
kalau memberikan waktu untuk DIa, Aku takut kulIahku
terganggu,"ucap Elisa
"Itukan pikiran kamu sekarang. Coba besok! Justru
kepusingan kamu di bangku kulIah kalau ga ada kekasih, sIapa
yang hibur?" Tanya Rina
"Yaa, kan Aku bisa menulis atau pergi ke perpustakaan. Atau
kamu kulIah aja sama Aku, kan jadi ga kesepIan," ucap Elisa
"Yaa, itu mah hal yang mati. Cuma bisa dilakukan ga bisa
untuk komunikasi atau hidup. Kalau Aku kan sampai sekarang
belum tertarik kulIah," perjelas Rina
"Ayolah, kulIah. SIapa tau jodoh kamu di bangku kulIah,"
Elisa membalikkan pembicaraan
"Laa, Iyya. Tadi kamu ngajak kulIah buat Aku bisa nemenin
kamu. Kenapa sekarang buat dapetin jodoh. Mending pikiran itu
buat kamu," Rina menjawabnya dengan menggelengkan kepala
"SIapa tau ada jodoh kamu disana kan Rin? Itu namanya
bonus!" Ucap Elisa
"Husstt, udahlah. Males Aku. Jadi Aku yang kena," ucap Rina
"SIapa yang duluan? Kamu sih nyebelin bahas kekasih terus,"
ucap Elisa
"Maksudnya gini, lho. Aku besok ga bisa lagi disamping
kamu. Kamu harus ada yang jagain. Kalo kamu kulIah dan sakit,
Aku ga mau kamu nahan sendiri," rupanya Rina mengkhawatirkan
Gerd Elisa
"Ooh, jadi gitu. Tenang Rin, kan Aku udah baik. Aku sehat.
Jadi kamu ga perlu khawatir," ucap Elisa
"Iyah, aamiin" ucap Rina
Tanpa disadari keduanya, Reza memperhatikan dari tempat di
mana Ia duduk. Reza duduk di lantai tepatnya di bawah meja
belajar dan bangku yang Ia gunakan di kelas. Reza kembali bernIat
mendekati Elisa. Ia akan menjadi sosok penolong bagi Elisa,
sehingga kekhawatiran Rina tidak dapat terjadi pada Elisa.
Reza kembali fokus kepada rancangan kejutan untuk Pak
Bambang. Pada lusa esok, perwakilan kelas akan ke rumah Pak
Bambang dan memberikan kejutan berupa kue ulang tahun. Elisa
dilibatkan untuk membawa kue tersebut oleh Reza. Hal ini sengaja
oleh Reza untuk membuat Elisa dikenal baik Pak Bambang.
Waktu telah menunjukkan sore hari. Sekolah dengan sistem
full daya school pun pulang pada pukul 16.00 WIB. Elisa jalan
menuju parkiran mobil ditemani oleh Reza dan Rina. Reza hanya
mengantarkan Elisa ke parkiran karena Ia akan berlatih karate.
"KalIan pulang duluan, ya! Soalnya Aku ada latihan karate," ucap
Reza
"Kalau gitu, kenapa Kamu mengantar Kami ke parkiran. Kan
kita bisa berjalan sendiri," tanya Elisa
"Gimana sih kamu. Kan Reza mau mastiin kalau kamu baik-
baik aja," ucap Rina
Reza kembali berbicara, "Udah sore. Jangan debat mulu. Gih,
pulang!"
"Iya, ini juga mau pulang. Ga perlu diusir kali," canda Rina
"Kamu, yaaa. Ngejawab terus," Ucap Elisa yang menegurnya
"Iyaa, iya. Ayoo pulang," ucap Rina
Sepulang sekolah, elisa beristirahat. Iya tidak membuka
handphone, dan langsung tertidur. Sedangkan Reza sedang
menunggu balasan pesan dari elisa. Karena pesannya lama tidak
centang biru, Reza melakukan pemanasan sebelum karate dimulai.
Karate merupakan olahraga kesukaan Reza karena sebelumnya
Reza telah mengikuti karate di Kalimantan.
Saat pemanasan berlangsung, gilang mengajaknya untuk
istirahat sejenak. Gilang memberitahu bahwa akan ada pekan
olahraga yaitu lomba karate yang diselenggarakan untuk tingkat
SMA Se-Kota Banjar. Reza bernIat untuk mendaftarkan diri. Akan
tetapi gilang memiliki nIat buruk kepada Reza. Pada latihan nanti
gilang akan membuat Reza cedera. Maka Reza tidak akan bisa
mengikuti lomba tersebut.
"Reza! Emangnya kamu sIap ikut lomba dikota ini. Kamukan
pendatang. Kamu belum tahu lawan kamu di sini," ujar gilang
"Justru itu! Aku ingin tahu bagaimana persaingan di kota ini
khususnya dikarate. Kamu jangan lupa kirim nomor admin supaya
aku bisa daftar," ucap Reza
"Oh gitu. Ia nanti Aku kirim. Semoga berhasil ya!" ucap
Gilang yang berbeda dengan hatinya
Dalam hati gilang, Ia iri kepada Reza. Reza merupakan siswa
baru akan tetapi cepat dipercaya temen kelas untuk menjadi ketua
kelas. Bahkan di eskul karate, Reza menjadi koordinator lapangan.
Sedangkan Gilang, tidak memiliki jabatan apa-apa. Gilang dikenal
dengan siswa yang berpostur tinggi, besar, berkulit hitam namun
penDIam. Sikapnya yang penDIam membuat dirinya sulit
berkembang sesuai yang DIa inginkan.
Hari semakin sore, Reza pun telah selesai latihan karate. Benar
saja, Reza cidara dibagIan pergelangan telapak kaki dan itu semua
ulah gilang yang telah direncanakan. Kini Reza bingung untuk
pulang ke rumah karena tidak ada teman yang sejalan dengannya.
Ia melihat handphone dan terdapat notifikasi whatsapp.
"Yes! Elisa balas pesan Aku. Apa aku kasi tahu ya? Kalau
Aku sedang kesakitan. Kucoba ketik deh," ujar Reza
Belum juga terkirim, Reza menghapus pesannya kembali. Ia
takut kalau Elisa khawatir kepadanya. Elisa melihat keterangan
yang menunjukkan bahwa Reza sedang mengetik sehingga elisa
tidak pengeluarkan layar utamanya di whatsapp. Namun Reza
mengetik terbilang cukup lama.
Elsa pun bergumam, " Ada apa dengan Reza? Apakah Dia
baik-baik saja? Eh sudahlah! Kok aku malah kepikiran Dia."
Kemudian Reza membalas pesan elisa, Reza hanya
mengatakan bahwa kini Ia telah selesai latihan karate dan akan
mampir terlebih dahulu ke toko kue untuk memesan kue ulang
tahun Pak Bambang. Elsa yang menerima pesan Reza merasa lega.
" Alhamdulillah. Berarti Reza baik-baik saja," ucap Elisa
yang masih berada di kamar
Elisa kemudian membalas pesan Reza dan mengatakannya
untuk berhati-hati di jalan karena hari semakin sore. Reza berusaha
menaiki motor dengan menahan segala rasa sakit. Sesampainya di
rumah Ia meminta bantuan kepada ayahnya untuk motor. Ayah
Reza terkejut melihat anaknya kesusahan di motor. Segera ayahnya
berlari membantu Reza.
" Kenapa kamu bisa begini?" tanya ayah
Reza menjawab, "Enggak apa apa, Ayah. Aku hanya cidera
saat latihan karate," kemuDIan Reza dipapah menuju rumah
Reza memasuki kamar dan membersihkan dirinya. Sementara
itu, ayah Reza sudah memanggilkan tukang pijet untuknya. Reza
yang sama sekali belum pernah diurut merasa kesakitan. Ia tidak
sengaja mengirimkan pesan voice note kepada Elisa yang isinya
suara Reza.
Elisa membuka pesan whatsapp yang masuk dari Reza, "Ini
Reza kenapa? Kok suaranya seperti kesakitan," kemuDIan elisa
mengirimkan pesan pada Reza
Pesan whatsap
"Reza? Apakah kamu baik-baik saja?"
Reza membalasnya, " Aku baik, Elisa." singkat pesan Reza
dan Ia menghapus voice note yang terkirim
Saat mendapati pesan dari Reza yang singkat, Elisa merasa
ada yang disembunyikan, "Reza kenapa ya?"
Kemudian Elisa elisa berjalan menuju cermin, dan duduk di
sana. Elisa berpikir apakah Reza marah kepadanya karena tidak
langsung membalas pesan sehingga Reza membalas pesan elisa
dengan singkat.
Tibalah notifikasi whatsapp dari Rina kepada elisa.
"Lagi apa Elisa?" pesan ini menunjukkan seakan-akan Rina
tahu apa yang dirasakan elisa
Elsa langsung melihat whatsapp dari Rina, Ia membalasnya.
" Aku lagi duduk. Kamu tahu enggak apa yang terjadi dengan
Reza?
Rina membalasnya, "Emangnya Reza kenapa?"
Elsa menjawab, "Kamu kok balik nanya. Tadi Aku lagi WA
sama Reza tapi DIa sempat mengirimkan voice note dengan suara
yang kesakitan. Coba kamu WA DIa."
Kemudian Rina membacanya, "Oke aku bantu kamu buat
cerita keadaan Reza sekarang."
Rina mengirimkan pesan kepada Reza, tetapi Reza telah tidur
untuk memulihkan kondisi tubuhnya yang lemah karena dipijet.
Sehingga Reza tidak membalas pesan dari sIapa pun. Hari berganti
dan Reza belum juga sehat. Ia harus beristirahat untuk memulihkan
kondisi badan. Semua teman kelasnya termasuk Rina dan elsa
bertanya-tanya. Wali kelas hanya memberitahukan keterangan
bahwa Reza sakit.
Rina bertanya kepada teman-temannya, dengan suara yang
sedikit kencang, " Reza sakit apa?"
Akan tetapi semuanya terdiam. Termasuk Gilang. Gilang yang
sebenarnya menjadi penyebab menyembunyikan kejaDIan kemarin
sore. Gilang takut hal itu akan menyebabkan DIa tidak disukai
temen satu kelasnya. Elisa masih penasaran dengan apa yang
terjadi kepada Reza hingga Ia memiliki nIat untuk bersilaturahmi
dan menjenguk Reza di keDIamannya bersama dengan Rina
sepulang sekolah.
" Kamu mau kan nanti bersamaku menjenguk Reza?" tanya
elisa
Rena menjawabnya, " Tentu mau dong. Reza kan anak orang
kaya. Pasti nanti kita disuguhi makanan yang enak-enak."
Elisa memperlihatkan wajah marah, " Kamu tu, ya! Harusnya
kita yang bawain makanan atau buah tangan."
Rina tertawa kecil, Hihi, maaf. Ya nanti kita beli makanan
untuk ke Reza. Kamu tahu enggak makanan kesukaan Reza?"
Elisa menjawabnya, " Aku tahu. DIa sangat suka gulai ikan
atau ayam. Tapi masa kita bawain itu?"
Rina menjawab, " Enggak apa-apa. Kalau itu memang
kesukaan DIa. BIar nanti DIa makan pakai nasi barangkali DIa
belum makan."
Elsa menjawab, " Iye juga sih. Bener apa kata kamu. Tapi
sebaiknya kita beli atau masak saja?"
Pertanyaan itu membuat Rina tertawa, " Pertanyaan kamu itu
sebenarnya kamu tahu jawabannya. Aku serahkan sama kamu dan
aku enggak iku campur ya."
Elisa kemudian berjalan, "Ya udah, iya. Asalkan kamu nanti
ikut bersamaku. Untuk jamnya kasih tahu."
Setelah pembelajaran selesai Elisa dan mampir ke pasar untuk
membeli ikan segar. DIa akan memasak gulai ikan untuk Reza.
Rina sebenarnya mengikuti di belakang motor elisa dan DIa
menertawakan elisa yang kini telah berubah menjadi peduli Reza.
Hal ini menandakan bahwa elisa telah memiliki perasaan kepada
Reza yang terlihat dari kekhawatiran dan perhatIan elisa.
Kini gulai telah sIap untuk di bawa ke keDIaman rumah Reza.
Elisa mengenakan baju gamis berwarna biru dongker dan
kerudung berwarna abu-abu. Rina kini telah berada di rumah elisa.
Rina akan membonceng Elisa untuk sampai di rumah Reza.
" Baik, kan Aku? Aku tahu kamu akan susah membawa gulai
itu jadi aku menjemputmu," ucap Rina
Elisa menjawab, " Baik banget. Terima kasih karena kamu
sahabat aku yang paling pengertIan."
Rina menjawab, " Iya dong. Sama-sama. Ngomong- ngomong
kamu kok cantik banget. Jangan-jangan kamu prepare buat Reza
ya?"
Elisa berpura-pura mencari jarum untuk mengalihkan
kecurigaan Rina, "Apa sih Kamu. BIasa aja kok! Kamu tahu
enggak di mana jarum pentulku?"
Rina bertanya, " Memangnya jarum pentul untuk apa?
Perasaan kamu udah rapi."
Elisa menjawabnya, "Engga buat apa-apa. Tapi aku
kehilangan jarum pentul. Takutnya nanti mengenai kaki."
Rina menjawab, "Sudahlah. Nanti kita kesorean sampai sana.
Takutnya hujan."
Elisa menjawab, "Iya, ayo!"
Kemudian keduanya perjalanan menuju keDIaman Reza yang
memiliki jarak tempuh dua puluh (20) menit dari rumah Elisa.
Keduanya tidak memberitahu terlebih dahulu bahwa mereka akan
ke rumah untuk bersilaturahmi.
Sesampainya Elisa dan Rina di keDIaman Reza, terlihat ayah
Reza sedang duduk di depan rumah bersama dengan Reza.
Kemudian Elisa merasa malu untuk menemui mereka. Ketika elisa
hendak menggugurkan nIat, Rina mencegahnya dan motor yang
mereka gunakan langsung memasuki parkiran rumah Reza. Reza
raut wajah bahagIa, DIa memberitahukan kepada ayahnya bahwa
mereka adalah teman sekolah Reza. Elisa dan Rina dipersilakan
untuk memasuki rumah. Elisa menghawatirkan Reza yang ternyata
jalan pun Reza harus dibantu berjalan. Akan tetapi elisa tidak dapat
bertanya langsung karena malu terdapat ayah Reza.
Kini mereka berada di ruang tamu. Dan ayah Reza
meninggalkan mereka untuk saling berbicara. Elisa dengan cepat
menanyakan keadaan Reza dan faktor apa yang menjadi penyebab
Reza seperti sekarang ini.
" Reza! Gimana khabar kamu sekarang? Kenapa kamu bisa
begini? Kemarin sepulang sekolah kamu mengatakan baik-baik
saja," ucap elisa yang hawatir
Belum juga dijawab oleh Reza, Rina berbicara, " itu El,
jangan lupa buah tangannya kasihkan Reza. Barangkali Reza
belum makan."
Elisa menjawab, "Eeh, iya lupa."
KemuDIan Reza tersenyum, " Kamu ini ada-ada saja. Kenapa
harus repot-repot. Tapi kebetulan juga, aku belum makan."
Rina menjawab Reza, "Naah, gimana kalau Elisa membantu
menyIapkan makanan untuk kamu, Za?"
" Dengan senang hati," ucap Reza
Kemudian Elisa menyIapkan makanan untuk Reza. Reza
nampak lahap memakan makanan yang dibawakan Elisa.
Sedangkan elisa dan Rina membIarkan terlebih dahulu Reza untuk
makan dengan tenang. Setelah Reza selesai makan, pembicaraan
dimulai kembali.
Reza bertanya, " ini masakan sIapa? Aku sangat suka. Apa ini
beli?"
Elisa tersipu malu, dan Rina menjawab pertanyaan Reza, "Itu
gak beli. Melainkan masakan Elisa. Dia sangat bersusah payah
menyIapkannya sepulang sekolah."
Elisa berkata, " Enggak. Biasa aja kok," kemuDIan elisa
mencubit Rina
"Ehh, iya kamu belum menjawab pertanyaan dari elisa. Kamu
kenapa Reza?" tanya kembali Rina
Kemudian menjawab pertanyaan kedua temannya, "
Sebenarnya Aku cedera saat latihan karate. Tadinya aku mau
mengikuti lomba karate tingkat SMA Se-Kota Banjar. Tapi sIapa
yang tahu, aku cedera saat latihan sore itu. Entah mengapa juga,
kalau aku merasa cedera ini di sengaja dan telah direncanakan
seseorang," hal itu membuat kedua temannya terkejut
"Yang benar! Siapa yang menjadi lawan latihan kamu
kemarin?" tanya Rina
"Kamu ini! Suka banget motong pembicaraan orang. BIarkan
Reza menjelaskan semuanya," ucap elisa yang kesal
"Hehehe, ya maaf. Habisnya aku kaget kalau itu benar-benar
terjadi," ucap Rina yang membuat tegang suasana Elisa
"Tapiii, jika benar? Apakah selama ini Reza memiliki musuh?"
ucap Elisa yang bertanya-tanya
"Udah-udah jangan nebak kaya gitu. Aku jelasin lagi ya. Jadi
sore itu aku latihan bersama Gilang dan gilang juga yang
memberitahu informasi lomba tersebut. Tapi pada saat kita duel,
aku merasakan ada yang berbeda. SetIap pukulan Gilang
sepertinya bukan untuk latihan karena terdapat energi emosi yang
sangat terpancar dari raut wajah Gilang. Seakan-akan DIa
membabi buta dan melukai Aku. Saat itu aku kesakitan dan hendak
memberitahu elisa tapi aku juga takut menjadi beban pikiran dan
menyusahkannya. KemuDIan aku terpaksa mengendarai motor
dengan rasa sakit," ucap Reza yang memijit bagIan yang sakit
Elisa menanggapi Reza, "Apakah kamu yakin! Kalau gilang
berlaku demikIan? Atau kah Gilang memiliki dendam."
Kemudian Rina ikut berbicara, "Kenapa gilang tidak berterus
terang di kelas. Kita menanyakan yang tahu Reza sakit apa tetapi
gilang DIam. Seolah-olah DIa menyembunyikan berita ini."
Reza menjawabnya, "Aku engga pernah ada masalah di
sekolah apalagi sama teman. Aku juga belum tahu kenapa gilang
kemarin berbeda. Tapi sudahlah, mungkin tubuh aku juga yang
lagi kurang vit sehingga tidak mampu menahan setIap pukulan."
Rina menyambar Reza, "Ooh, ngga bisa gitu dong. Ini harus
diusut sampai tuntas."
Kemudian elisa berkata, " sebaiknya besok kita tanyakan
langsung kepada Gilang. Untuk lebih pastinya. Oh.. ya Reza,
kelihatannya kamu belum sembuh total. Bagaimana dengan
rencana kita besok diulang tahun Pak Bambang?"
Reza menjawabnya, "Tenang aja elisa. Aku sudah memesan
kue untuk Pak Bambang kemarin saat aku menahan rasa sakit. Jadi
besok kamu tolong ya sukseskan."
Mendengar hal itu elisa merasa bersalah, "Kenapa kamu
melakukannya sendiri? Bahkan di saat kamu merasakan sakit."
Belum juga Reza menjawab tetapi Rina berkata, "Itu karena DIa
tidak ingin kamu repot dan khawatir terhadap keadaan DIa, itu
karena cinta."
Reza dan Elisa akhirnya terdiam, Elisa juga merasakan bahwa
dirinya berbeda kepada Reza. Sebelumnya Ia tidak pernah seperti
ini kepada laki-laki. Reza kemuDIan mencairkan suasana dengan
memerintahkan Elisa dan Rina untuk menyicipi makanan ringan
yang tersanding di meja.

BAB 5
Ulang Tahun

Hari ulang tahun Pak Bambang pun tiba. Seperti yang sudah
diamanahi oleh Reza kepada Elisa, maka pada hari itu
mempersiapkan kejutan untuk pak bambang bersama rina dan
teman-teman kelas. Saat itu elisa melihat jadwal mengajar dari pak
bambang supaya dapat tepat waktu mempersiapkannya.
Walaupun elisa diperlakukan Pak Bambang dengan tidak baik,
justru Elisa memperhatikan beliau. Elisa sering memperhatikan
waktu istirahat pak bambang yang ia adalah pulang ke rumah yang
berada di perum. Bahkan Elisa tahu nomor rumah dari Pak
Bambang. Elisa menjadi orang terdepan dalam mempersiapkan
kejutan ini.
Pada hari itu, gilang nampak ketakutan melihat Elisa dan Rina
yang sedang sibuk dalam mempersiapkan kejutan untuk pak
bambang bersama teman-teman kelasnya. Gilang takut bahwa
Elisa dan Rina akan memberitahukan kejadian yang sebenarnya
yang menyebabkan Reza sakit. Rina pun menoleh kepada Gilang,
dia memberikan tatapan yang tajam.
Rina berkata dalam hatinya, "Awas aja kamu! Sekarang masih
aman. Lihat aja nanti."
Kemudian Elisa melihat Rina yang sedang menatap ke arah sudut
kelas, tepat pada gilang. Gilang yang mengetahui Elisa sedang
mengawasi Rina, ia terburu-buru untuk keluar kelas sebelum elisa
menyadari Rina yang sedang melihat kepadanya.
"Aku harus cepat-cepat keluar ni. Kalau enggak, Elisa akan
membuka semuanya di hadapan teman-teman," gumam Gilang
Setelah gilang keluar dari kelas, Elisa mendapatkan pesan dari
Reza. Ia memberikan kabar bahwa kini keadaannya semakin
membaik, dan itu berkat dari perhatian Elisa. Kini pun Elisa tidak
lagi malu dan menutupi perasaannya kepada Reza.
Dalam pesan WhatsApp reza mengatakan:
Reza, "El, Alhamdulillah Aku udah sehat. Ini berkat kamu kemarin
ke sini dan perhatian kamu yang membuatku semangat untuk
sembuh."
Elisa menjawab, "Alhamdulillah. Senang mendengar kabar itu.
Semoga sehat selalu ya :)"
Reza membalasnya, "Kamu jangan kecapian dalam persiapan
untuk kejutan Pak Bambang. Minta tolong sama orang lain, kan
banyak taman kelas."
Elisa menjawab, "Persiapannya sudah selesai. Sepulang sekolah
kita akan ke rumah Pak Bambang yang berada di perum."
Reza pun teringat kepada Gilang, yang ia takutkan Rina akan
memberikan balasan kepada Gilang yang nantinya akan
membahayakan Elisa dan Rina. Reza pun kembali mengirimkan
pesan.
Reza kepada Elisa, "Tolong kamu berhati-hati dengan Gilang.
Sekarang belum ada Aku, kamu jangan bertindak gegabah apa lagi
Rina. Biar besok aja, saat aku berangkat sekolah, aku sendiri yang
akan bertanya kepada Gilang."
Elisa cepat membalas pesan Reza, "Iya Reza. Kalau itu mau kamu,
aku ikuti. Kamu cepat sehat lagi ya."
Reza menjawab pesan elisa, "Aku yakin akan cepat sembuh karena
kamu selalu di sampingku dan memahami setiap yang aku mau.
sebelumnya, Aku tidak pernah menemukan perempuan seperti
kamu. Kamu sangatlah spesial."
Elisa tersipu malu, ia bingung untuk mengatakan satu kata pun
dalam pesannya. Sedangkan hatinya sedang berbunga-bunga
bahkan jika ia memiliki wangi, akan terasa keharumannya. Inilah
yang dinamakan asmara.
Melihat elisa yang sangat fokus dengan handphonenya, Rina
mengintipnya dari belakang. Terlihat jelas nama reza dalam
whatsappnya yang disematkan.
Rina menggoda elisa, "Wuuiiihhh. Ada yang punya cowok spesial
ni."
Sontak membuat elisa terkejut, kemudian menutup aplikasi
whatsapp dengan segera.
Elisa berkata, "Apa si Kamu! Ngagetin aja."
Rina menjawabnya, "Justru harusnya aku yang bilang kaya gitu.
Aku kaget sekarang kamu..." Elisa kemudian memotong
pembicaraan Rina
Elisa berkata, " Iya Rin. Sekarang aku udah bisa jujur sama
perasaan aku sendiri. Ketika aku pura-pura menolak, rasanya
semakin kuat perasaan ini meyakinkanku."
Rina menanggapinya, "Bagus deh, kalau gitu. Jangan sampai kamu
menyesali apa yang sudah hadir di dalam kehidupan ini. Terimalah
ia."
Elisa menjawabnya, "Iya, Rin. Makasih ya, udah selalu
membersamai Aku selama ini.
Sore pun telah tiba, saatnya kini elisa bersama teman-temannya
menuju kediaman Pak Bambang. Untuk memberikan kejutan di
sore hari. Pada hari itu paky Bambang hanya mengajar sampai
pukul 14.00 WIB, kemungkinan sora ini Pak Bambang telah
beristirahat sehingga tidak mengganggu waktunya.
Elisa mengetuk pintu rumah pak bambang dan langsung
bersembunyi dibalik pagar. Elisa telah menyiapkan sebuah balon
bertuliskan happy birthday di depan pintu tersebut. Kemudian pak
bambang membuka pintu itu dengan terkejut melihat balon yang
cantik bertuliskan usianya sekarang. Ia menengok ke kanan ke kiri
namun tidak ada satu orang pundi sana. Sehingga pak bambang
memasuki rumahnya.
Setelah itu Elisa kembali lagi mengetuk pintu. Ia telah menyiapkan
sebuah kue ulang tahun yang lagi-lagi bertuliskan usia dirinya.
Tidak ada satu orang pun di sana, pak bambang pun kembali
memasuki rumah.
Kini memasuki ketukan yang ketiga. Elisa mengetuk pintu rumah
Pak Bambang telah dipersiapkan sebuah lagu untuk memperingati
hari ulang tahun pak bambang. Namun di kejutan yang ketiga ini
semua anak perwakilan kelas berada di depan pintu dengan
mengikuti iringan musik dan bernyanyi untuk pak bambang. Pak
Bambang keluar dari rumah dengan segera.
Pak bambang melihat satu persatu siswa yang memberikan dia
hadiah dengan mata berbinar menahan air mata haru. Namun di
antara siswanya, Elisa lah yang paling terdepan dan memegang
musik pengiring. Hatinya kini tidak karuan menahan kebahagiaan
yang ia terima. Setelah lagu selesai dinyanyikan, Pak Bambang
mempersilakan siswa-siswanya untuk memasuki rumah dan berdoa
bersama. Kini suasana menjadi khidmat dengan lantunan doa.
Mereka makan bersama kue dan saling tertawa. Pak Bambang
menceritakan kebingungannya menerima semua kejutan tersebut.
Namun pandangannya terhenti pada Elisa. Gadis itu tepat duduk di
bawah kursi yang di duduki dirinya. Ia mengelus kepala Elisa dan
meminta maaf atas segala ucapan dan sikap yang telah ia berikan
kepada Elisa selama ini.
"Elisa, maafkan Bapak. Bapak tidak menyadari betapa baiknya
kamu terhadap bapak, sekali lagi bapa minta maaf," ucap Pak
bambang yang menetaskan air mata
Elisa menunduk dan merasakan ketulusan ucapan dari Pak
Bambang segera ia menjawabnya, "Iya Bapak. Juga minta maaf
atas segala ucapan, sikap, dan perbuatan."
Pak Bambang semakin merasa bersalah, "Elisa! Kamu enggak
pantas mengatakan seperti itu. Karena kamu selama ini baik
kepada Bapak."
Mendengar keduanya yang berbicara, semua teman-teman elisa
ikut dan terhanyut dalam isak tangis, terlebih Rina yang merasakan
bagaimana perasaan elisa sahabatnya. Rina pun terisak-isak dalam
tangisannya.
Pak Bambang mengatakan, "Bapak sekarang akan menganggap
kamu seperti anak. Bapak akan menebus semuanya. Bapak akan
mengajarkan kamu di bidang olahraga apa saja yang kamu mau."
Elisa kemudian menatap pa bambang, "Terima kasih banyak,
Bapak."
Kemudian Pak Bambang menanyakkan Reza yang tidak terlihat di
rumahnya, "Reza kemana? Bukannya dia ketua kelas? Atau sedang
latihan karate?"
Semua siswa tidak ada yang menjawabnya, saat Elisa dan rina
bermain mata untuk kompromi, pa bambang melihatnya. Karena
Reza merupakan siswa kesayangan pa bambang sehingga ia
menanyakan keberadaannya.
"Elisa?" ucap pak bambang kemudian dilanjutkan, " Rina? Ada
apa sebenarnya?"
Kemudian Rina memberitahu kepada Pak Bambang, ia rasa
masalah ini akan selesai ditangan yang tepat.
Rina menceritakannya, " Reza sakit, Pak. Tapi dia sakit karena
pukulan gilang yang terlalu keras saat latihan karate di sore hari
dua hari yang lalu setelah Gilang memberitahu akan ada
perlombaan karate tingkat kota."
Pak Bambang yang sebagai guru olahraga sangat kecewa dengan
Gilang. Yang ia lakukan telah merugikan orang lain.
Bambang berkata, "Sekarang bagaimana kondisi reza? Untuk
besok bapak akan berbicara dengan gilang"
Elisa menjawabnya, " Alhamdulillah sudah membaik Pak.
Kemungkinan besok Ia akan berangkat sekolah."
Pak Bambang menggoda Elisa, " rupanya Elisa banyak tahu
tentang Reza. Ada apa Elisa?"
Tersipu malu Elisa memberikan jawaban dari raut wajahnya, apa
bambang pun berkata, " tidak apa-apa Elisa. Bapak juga pernah
muda, baguslah kamu dengan dia. Supaya ada yang melindungi."
Keesokan harinya, Gilang dipanggil oleh Pak Bambang di ruang
ekstra kulikuler karate untuk menanyakan kejadian yang menimpa
Reza. Betapa terkejutnya, Gilang menceritakan bahwa sore itu iya
iri kepada reza. Karena Reza lebih disukai teman-teman. Dengan
adanya informasi lomba karate maka Reza akan berlatih karate di
sore itu dan menjadi kesempatan Gilang untuk membalas rasa iri
tersebut. Reza yang melihat disebalik kaca hanya mengelus dada.
Ia tidak marah kepada Gilang sekalipun dia telah menyakitinya.
Reza telah memaafkan Gilang dan berdamai dengannya. Kejadian
yang menimpa Reza memanglah unsur kesengajaan dari seseorang.
Namun Reza menyadari satu hal yaitu cinta. cinta yang ia dapatkan
dari Elisa tanpa unsur kesengajaan. Dan Reza sangat mensyukuri
hal itu.
"Cinta kamu tanpa unsur kesengajaan. Bolehkah dengan sengaja
aku mengatakan, bahwa Aku cinta terhadapmu, Elisa?" Ucap Reza
di depan kelas tepat disaksikan teman satu kelas
"Elisa, jawab!" Ucap Rina yang menghancurkan pandangan
mereka yang sedang bertatapan
"Iya, Aku juga sayang sama Kamu, Reza" Ucap Elisa
Reza menjawabnya, "Terima kasih, Elisa."
"Justru, Aku yang berterima kasih. Kamu telah sanggup bersabar
dan menunggu perasaanku yang selama ini mempertanyakan
keseriusan atas cinta yang kamu tawarkan," ucap Elisa yang
semakin puitis
"Iya, Elisa. Sama-sama. Karena Aku yakin, perasaanku jatuh pada
orang yang tepat," ucap Reza.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai