Olahraga Berujung Cinta
Olahraga Berujung Cinta
Olahraga
BAB 4
Cidera
Saat Elisa dan Rina telah berada di kelas. Seluruh teman kelas
sedang bermusyawarah untuk memberikan kejutan atas ulang
tahun Pak Bambang. Rina yang mengetahui hal itu tidak memiliki
antusIas seperti siswa lain. Ia masih memiliki rasa dendam karena
telah memperlakukan Elisa dengan tidak baik. Namun Elisa lagi-
lagi menegur sikap Rina untuk ikut mensukseskan kejutan untuk
Pak Bambang.
"Rin, ayolah! Jangan gitu. Ga baik," tegur Elisa
"Aku mau tapi ini karena kamu ya, yang minta,* ucap Rina
"Okey. Makasih ya, Rini" ucap Elisa
"Oh, iya. Ngomong-ngomong kemana Reza?" Tanya Rini
"Aku ga tau. Tadi sih Aku sama DIa di perpustakaan. Tapi ga
tau sekarang," ucap Elisa yang memunculkan kecurigaan Rina
"Hayyo. KalIan habis ngapain tadi... Aku tadi asik lihat HP
mumpung WiFi gratis. Berarti Kamu sama Reza yaa?" Rina
kembali menjaili Elisa dengan pertanyaan
"Iyya, Aku sama Reza. Tapi kita berdua cuma berbagi cerita
dari buku yang kita baca. Ga ada hal lain," jelas Elisa padanya
"Ahh, Aku ga yakin. KalIan lagi pendekatan itu," ucap
kembali Rina
"Iist, ga percaya ya udah,," tiba-tiba Elisa menjadi kesal
"Lho kok, kamu jadi kesel gitu. Haaaa, ini udah jelas ini. Ga
mau dikepoin hubungan kalIan ya? Okedeh aku ga akan ganggu,"
Rina berjalan menuju kursinya
"Engga, engga gitu maksudnya. Aku ga ada hubungan apa-apa
sama Reza. Jadi Aku kesel kalo di becandain gitu terus," Elisa
berjalan mengikuti Rina
"Iyaa, El. Sama DIa ga ppah, Aku setuju," Rina memegang
tangan Elisa
"Kamu kan tau. Aku mau ngejar cita-cita dulu untuk kulIah,"
ucap Elisa
"Lho apa salahnya ada kekasih? Bukannya itu bikin kita
semakin semangat ya?" Rina mencoba memasuki mindset Elisa
"Iyah, sih. Tapi Rin, akan begitu banyak juga waktu yang Aku
buang kalo fokus kulIah, Aku takut ga ada waktu untuk DIa. Dan
kalau memberikan waktu untuk DIa, Aku takut kulIahku
terganggu,"ucap Elisa
"Itukan pikiran kamu sekarang. Coba besok! Justru
kepusingan kamu di bangku kulIah kalau ga ada kekasih, sIapa
yang hibur?" Tanya Rina
"Yaa, kan Aku bisa menulis atau pergi ke perpustakaan. Atau
kamu kulIah aja sama Aku, kan jadi ga kesepIan," ucap Elisa
"Yaa, itu mah hal yang mati. Cuma bisa dilakukan ga bisa
untuk komunikasi atau hidup. Kalau Aku kan sampai sekarang
belum tertarik kulIah," perjelas Rina
"Ayolah, kulIah. SIapa tau jodoh kamu di bangku kulIah,"
Elisa membalikkan pembicaraan
"Laa, Iyya. Tadi kamu ngajak kulIah buat Aku bisa nemenin
kamu. Kenapa sekarang buat dapetin jodoh. Mending pikiran itu
buat kamu," Rina menjawabnya dengan menggelengkan kepala
"SIapa tau ada jodoh kamu disana kan Rin? Itu namanya
bonus!" Ucap Elisa
"Husstt, udahlah. Males Aku. Jadi Aku yang kena," ucap Rina
"SIapa yang duluan? Kamu sih nyebelin bahas kekasih terus,"
ucap Elisa
"Maksudnya gini, lho. Aku besok ga bisa lagi disamping
kamu. Kamu harus ada yang jagain. Kalo kamu kulIah dan sakit,
Aku ga mau kamu nahan sendiri," rupanya Rina mengkhawatirkan
Gerd Elisa
"Ooh, jadi gitu. Tenang Rin, kan Aku udah baik. Aku sehat.
Jadi kamu ga perlu khawatir," ucap Elisa
"Iyah, aamiin" ucap Rina
Tanpa disadari keduanya, Reza memperhatikan dari tempat di
mana Ia duduk. Reza duduk di lantai tepatnya di bawah meja
belajar dan bangku yang Ia gunakan di kelas. Reza kembali bernIat
mendekati Elisa. Ia akan menjadi sosok penolong bagi Elisa,
sehingga kekhawatiran Rina tidak dapat terjadi pada Elisa.
Reza kembali fokus kepada rancangan kejutan untuk Pak
Bambang. Pada lusa esok, perwakilan kelas akan ke rumah Pak
Bambang dan memberikan kejutan berupa kue ulang tahun. Elisa
dilibatkan untuk membawa kue tersebut oleh Reza. Hal ini sengaja
oleh Reza untuk membuat Elisa dikenal baik Pak Bambang.
Waktu telah menunjukkan sore hari. Sekolah dengan sistem
full daya school pun pulang pada pukul 16.00 WIB. Elisa jalan
menuju parkiran mobil ditemani oleh Reza dan Rina. Reza hanya
mengantarkan Elisa ke parkiran karena Ia akan berlatih karate.
"KalIan pulang duluan, ya! Soalnya Aku ada latihan karate," ucap
Reza
"Kalau gitu, kenapa Kamu mengantar Kami ke parkiran. Kan
kita bisa berjalan sendiri," tanya Elisa
"Gimana sih kamu. Kan Reza mau mastiin kalau kamu baik-
baik aja," ucap Rina
Reza kembali berbicara, "Udah sore. Jangan debat mulu. Gih,
pulang!"
"Iya, ini juga mau pulang. Ga perlu diusir kali," canda Rina
"Kamu, yaaa. Ngejawab terus," Ucap Elisa yang menegurnya
"Iyaa, iya. Ayoo pulang," ucap Rina
Sepulang sekolah, elisa beristirahat. Iya tidak membuka
handphone, dan langsung tertidur. Sedangkan Reza sedang
menunggu balasan pesan dari elisa. Karena pesannya lama tidak
centang biru, Reza melakukan pemanasan sebelum karate dimulai.
Karate merupakan olahraga kesukaan Reza karena sebelumnya
Reza telah mengikuti karate di Kalimantan.
Saat pemanasan berlangsung, gilang mengajaknya untuk
istirahat sejenak. Gilang memberitahu bahwa akan ada pekan
olahraga yaitu lomba karate yang diselenggarakan untuk tingkat
SMA Se-Kota Banjar. Reza bernIat untuk mendaftarkan diri. Akan
tetapi gilang memiliki nIat buruk kepada Reza. Pada latihan nanti
gilang akan membuat Reza cedera. Maka Reza tidak akan bisa
mengikuti lomba tersebut.
"Reza! Emangnya kamu sIap ikut lomba dikota ini. Kamukan
pendatang. Kamu belum tahu lawan kamu di sini," ujar gilang
"Justru itu! Aku ingin tahu bagaimana persaingan di kota ini
khususnya dikarate. Kamu jangan lupa kirim nomor admin supaya
aku bisa daftar," ucap Reza
"Oh gitu. Ia nanti Aku kirim. Semoga berhasil ya!" ucap
Gilang yang berbeda dengan hatinya
Dalam hati gilang, Ia iri kepada Reza. Reza merupakan siswa
baru akan tetapi cepat dipercaya temen kelas untuk menjadi ketua
kelas. Bahkan di eskul karate, Reza menjadi koordinator lapangan.
Sedangkan Gilang, tidak memiliki jabatan apa-apa. Gilang dikenal
dengan siswa yang berpostur tinggi, besar, berkulit hitam namun
penDIam. Sikapnya yang penDIam membuat dirinya sulit
berkembang sesuai yang DIa inginkan.
Hari semakin sore, Reza pun telah selesai latihan karate. Benar
saja, Reza cidara dibagIan pergelangan telapak kaki dan itu semua
ulah gilang yang telah direncanakan. Kini Reza bingung untuk
pulang ke rumah karena tidak ada teman yang sejalan dengannya.
Ia melihat handphone dan terdapat notifikasi whatsapp.
"Yes! Elisa balas pesan Aku. Apa aku kasi tahu ya? Kalau
Aku sedang kesakitan. Kucoba ketik deh," ujar Reza
Belum juga terkirim, Reza menghapus pesannya kembali. Ia
takut kalau Elisa khawatir kepadanya. Elisa melihat keterangan
yang menunjukkan bahwa Reza sedang mengetik sehingga elisa
tidak pengeluarkan layar utamanya di whatsapp. Namun Reza
mengetik terbilang cukup lama.
Elsa pun bergumam, " Ada apa dengan Reza? Apakah Dia
baik-baik saja? Eh sudahlah! Kok aku malah kepikiran Dia."
Kemudian Reza membalas pesan elisa, Reza hanya
mengatakan bahwa kini Ia telah selesai latihan karate dan akan
mampir terlebih dahulu ke toko kue untuk memesan kue ulang
tahun Pak Bambang. Elsa yang menerima pesan Reza merasa lega.
" Alhamdulillah. Berarti Reza baik-baik saja," ucap Elisa
yang masih berada di kamar
Elisa kemudian membalas pesan Reza dan mengatakannya
untuk berhati-hati di jalan karena hari semakin sore. Reza berusaha
menaiki motor dengan menahan segala rasa sakit. Sesampainya di
rumah Ia meminta bantuan kepada ayahnya untuk motor. Ayah
Reza terkejut melihat anaknya kesusahan di motor. Segera ayahnya
berlari membantu Reza.
" Kenapa kamu bisa begini?" tanya ayah
Reza menjawab, "Enggak apa apa, Ayah. Aku hanya cidera
saat latihan karate," kemuDIan Reza dipapah menuju rumah
Reza memasuki kamar dan membersihkan dirinya. Sementara
itu, ayah Reza sudah memanggilkan tukang pijet untuknya. Reza
yang sama sekali belum pernah diurut merasa kesakitan. Ia tidak
sengaja mengirimkan pesan voice note kepada Elisa yang isinya
suara Reza.
Elisa membuka pesan whatsapp yang masuk dari Reza, "Ini
Reza kenapa? Kok suaranya seperti kesakitan," kemuDIan elisa
mengirimkan pesan pada Reza
Pesan whatsap
"Reza? Apakah kamu baik-baik saja?"
Reza membalasnya, " Aku baik, Elisa." singkat pesan Reza
dan Ia menghapus voice note yang terkirim
Saat mendapati pesan dari Reza yang singkat, Elisa merasa
ada yang disembunyikan, "Reza kenapa ya?"
Kemudian Elisa elisa berjalan menuju cermin, dan duduk di
sana. Elisa berpikir apakah Reza marah kepadanya karena tidak
langsung membalas pesan sehingga Reza membalas pesan elisa
dengan singkat.
Tibalah notifikasi whatsapp dari Rina kepada elisa.
"Lagi apa Elisa?" pesan ini menunjukkan seakan-akan Rina
tahu apa yang dirasakan elisa
Elsa langsung melihat whatsapp dari Rina, Ia membalasnya.
" Aku lagi duduk. Kamu tahu enggak apa yang terjadi dengan
Reza?
Rina membalasnya, "Emangnya Reza kenapa?"
Elsa menjawab, "Kamu kok balik nanya. Tadi Aku lagi WA
sama Reza tapi DIa sempat mengirimkan voice note dengan suara
yang kesakitan. Coba kamu WA DIa."
Kemudian Rina membacanya, "Oke aku bantu kamu buat
cerita keadaan Reza sekarang."
Rina mengirimkan pesan kepada Reza, tetapi Reza telah tidur
untuk memulihkan kondisi tubuhnya yang lemah karena dipijet.
Sehingga Reza tidak membalas pesan dari sIapa pun. Hari berganti
dan Reza belum juga sehat. Ia harus beristirahat untuk memulihkan
kondisi badan. Semua teman kelasnya termasuk Rina dan elsa
bertanya-tanya. Wali kelas hanya memberitahukan keterangan
bahwa Reza sakit.
Rina bertanya kepada teman-temannya, dengan suara yang
sedikit kencang, " Reza sakit apa?"
Akan tetapi semuanya terdiam. Termasuk Gilang. Gilang yang
sebenarnya menjadi penyebab menyembunyikan kejaDIan kemarin
sore. Gilang takut hal itu akan menyebabkan DIa tidak disukai
temen satu kelasnya. Elisa masih penasaran dengan apa yang
terjadi kepada Reza hingga Ia memiliki nIat untuk bersilaturahmi
dan menjenguk Reza di keDIamannya bersama dengan Rina
sepulang sekolah.
" Kamu mau kan nanti bersamaku menjenguk Reza?" tanya
elisa
Rena menjawabnya, " Tentu mau dong. Reza kan anak orang
kaya. Pasti nanti kita disuguhi makanan yang enak-enak."
Elisa memperlihatkan wajah marah, " Kamu tu, ya! Harusnya
kita yang bawain makanan atau buah tangan."
Rina tertawa kecil, Hihi, maaf. Ya nanti kita beli makanan
untuk ke Reza. Kamu tahu enggak makanan kesukaan Reza?"
Elisa menjawabnya, " Aku tahu. DIa sangat suka gulai ikan
atau ayam. Tapi masa kita bawain itu?"
Rina menjawab, " Enggak apa-apa. Kalau itu memang
kesukaan DIa. BIar nanti DIa makan pakai nasi barangkali DIa
belum makan."
Elsa menjawab, " Iye juga sih. Bener apa kata kamu. Tapi
sebaiknya kita beli atau masak saja?"
Pertanyaan itu membuat Rina tertawa, " Pertanyaan kamu itu
sebenarnya kamu tahu jawabannya. Aku serahkan sama kamu dan
aku enggak iku campur ya."
Elisa kemudian berjalan, "Ya udah, iya. Asalkan kamu nanti
ikut bersamaku. Untuk jamnya kasih tahu."
Setelah pembelajaran selesai Elisa dan mampir ke pasar untuk
membeli ikan segar. DIa akan memasak gulai ikan untuk Reza.
Rina sebenarnya mengikuti di belakang motor elisa dan DIa
menertawakan elisa yang kini telah berubah menjadi peduli Reza.
Hal ini menandakan bahwa elisa telah memiliki perasaan kepada
Reza yang terlihat dari kekhawatiran dan perhatIan elisa.
Kini gulai telah sIap untuk di bawa ke keDIaman rumah Reza.
Elisa mengenakan baju gamis berwarna biru dongker dan
kerudung berwarna abu-abu. Rina kini telah berada di rumah elisa.
Rina akan membonceng Elisa untuk sampai di rumah Reza.
" Baik, kan Aku? Aku tahu kamu akan susah membawa gulai
itu jadi aku menjemputmu," ucap Rina
Elisa menjawab, " Baik banget. Terima kasih karena kamu
sahabat aku yang paling pengertIan."
Rina menjawab, " Iya dong. Sama-sama. Ngomong- ngomong
kamu kok cantik banget. Jangan-jangan kamu prepare buat Reza
ya?"
Elisa berpura-pura mencari jarum untuk mengalihkan
kecurigaan Rina, "Apa sih Kamu. BIasa aja kok! Kamu tahu
enggak di mana jarum pentulku?"
Rina bertanya, " Memangnya jarum pentul untuk apa?
Perasaan kamu udah rapi."
Elisa menjawabnya, "Engga buat apa-apa. Tapi aku
kehilangan jarum pentul. Takutnya nanti mengenai kaki."
Rina menjawab, "Sudahlah. Nanti kita kesorean sampai sana.
Takutnya hujan."
Elisa menjawab, "Iya, ayo!"
Kemudian keduanya perjalanan menuju keDIaman Reza yang
memiliki jarak tempuh dua puluh (20) menit dari rumah Elisa.
Keduanya tidak memberitahu terlebih dahulu bahwa mereka akan
ke rumah untuk bersilaturahmi.
Sesampainya Elisa dan Rina di keDIaman Reza, terlihat ayah
Reza sedang duduk di depan rumah bersama dengan Reza.
Kemudian Elisa merasa malu untuk menemui mereka. Ketika elisa
hendak menggugurkan nIat, Rina mencegahnya dan motor yang
mereka gunakan langsung memasuki parkiran rumah Reza. Reza
raut wajah bahagIa, DIa memberitahukan kepada ayahnya bahwa
mereka adalah teman sekolah Reza. Elisa dan Rina dipersilakan
untuk memasuki rumah. Elisa menghawatirkan Reza yang ternyata
jalan pun Reza harus dibantu berjalan. Akan tetapi elisa tidak dapat
bertanya langsung karena malu terdapat ayah Reza.
Kini mereka berada di ruang tamu. Dan ayah Reza
meninggalkan mereka untuk saling berbicara. Elisa dengan cepat
menanyakan keadaan Reza dan faktor apa yang menjadi penyebab
Reza seperti sekarang ini.
" Reza! Gimana khabar kamu sekarang? Kenapa kamu bisa
begini? Kemarin sepulang sekolah kamu mengatakan baik-baik
saja," ucap elisa yang hawatir
Belum juga dijawab oleh Reza, Rina berbicara, " itu El,
jangan lupa buah tangannya kasihkan Reza. Barangkali Reza
belum makan."
Elisa menjawab, "Eeh, iya lupa."
KemuDIan Reza tersenyum, " Kamu ini ada-ada saja. Kenapa
harus repot-repot. Tapi kebetulan juga, aku belum makan."
Rina menjawab Reza, "Naah, gimana kalau Elisa membantu
menyIapkan makanan untuk kamu, Za?"
" Dengan senang hati," ucap Reza
Kemudian Elisa menyIapkan makanan untuk Reza. Reza
nampak lahap memakan makanan yang dibawakan Elisa.
Sedangkan elisa dan Rina membIarkan terlebih dahulu Reza untuk
makan dengan tenang. Setelah Reza selesai makan, pembicaraan
dimulai kembali.
Reza bertanya, " ini masakan sIapa? Aku sangat suka. Apa ini
beli?"
Elisa tersipu malu, dan Rina menjawab pertanyaan Reza, "Itu
gak beli. Melainkan masakan Elisa. Dia sangat bersusah payah
menyIapkannya sepulang sekolah."
Elisa berkata, " Enggak. Biasa aja kok," kemuDIan elisa
mencubit Rina
"Ehh, iya kamu belum menjawab pertanyaan dari elisa. Kamu
kenapa Reza?" tanya kembali Rina
Kemudian menjawab pertanyaan kedua temannya, "
Sebenarnya Aku cedera saat latihan karate. Tadinya aku mau
mengikuti lomba karate tingkat SMA Se-Kota Banjar. Tapi sIapa
yang tahu, aku cedera saat latihan sore itu. Entah mengapa juga,
kalau aku merasa cedera ini di sengaja dan telah direncanakan
seseorang," hal itu membuat kedua temannya terkejut
"Yang benar! Siapa yang menjadi lawan latihan kamu
kemarin?" tanya Rina
"Kamu ini! Suka banget motong pembicaraan orang. BIarkan
Reza menjelaskan semuanya," ucap elisa yang kesal
"Hehehe, ya maaf. Habisnya aku kaget kalau itu benar-benar
terjadi," ucap Rina yang membuat tegang suasana Elisa
"Tapiii, jika benar? Apakah selama ini Reza memiliki musuh?"
ucap Elisa yang bertanya-tanya
"Udah-udah jangan nebak kaya gitu. Aku jelasin lagi ya. Jadi
sore itu aku latihan bersama Gilang dan gilang juga yang
memberitahu informasi lomba tersebut. Tapi pada saat kita duel,
aku merasakan ada yang berbeda. SetIap pukulan Gilang
sepertinya bukan untuk latihan karena terdapat energi emosi yang
sangat terpancar dari raut wajah Gilang. Seakan-akan DIa
membabi buta dan melukai Aku. Saat itu aku kesakitan dan hendak
memberitahu elisa tapi aku juga takut menjadi beban pikiran dan
menyusahkannya. KemuDIan aku terpaksa mengendarai motor
dengan rasa sakit," ucap Reza yang memijit bagIan yang sakit
Elisa menanggapi Reza, "Apakah kamu yakin! Kalau gilang
berlaku demikIan? Atau kah Gilang memiliki dendam."
Kemudian Rina ikut berbicara, "Kenapa gilang tidak berterus
terang di kelas. Kita menanyakan yang tahu Reza sakit apa tetapi
gilang DIam. Seolah-olah DIa menyembunyikan berita ini."
Reza menjawabnya, "Aku engga pernah ada masalah di
sekolah apalagi sama teman. Aku juga belum tahu kenapa gilang
kemarin berbeda. Tapi sudahlah, mungkin tubuh aku juga yang
lagi kurang vit sehingga tidak mampu menahan setIap pukulan."
Rina menyambar Reza, "Ooh, ngga bisa gitu dong. Ini harus
diusut sampai tuntas."
Kemudian elisa berkata, " sebaiknya besok kita tanyakan
langsung kepada Gilang. Untuk lebih pastinya. Oh.. ya Reza,
kelihatannya kamu belum sembuh total. Bagaimana dengan
rencana kita besok diulang tahun Pak Bambang?"
Reza menjawabnya, "Tenang aja elisa. Aku sudah memesan
kue untuk Pak Bambang kemarin saat aku menahan rasa sakit. Jadi
besok kamu tolong ya sukseskan."
Mendengar hal itu elisa merasa bersalah, "Kenapa kamu
melakukannya sendiri? Bahkan di saat kamu merasakan sakit."
Belum juga Reza menjawab tetapi Rina berkata, "Itu karena DIa
tidak ingin kamu repot dan khawatir terhadap keadaan DIa, itu
karena cinta."
Reza dan Elisa akhirnya terdiam, Elisa juga merasakan bahwa
dirinya berbeda kepada Reza. Sebelumnya Ia tidak pernah seperti
ini kepada laki-laki. Reza kemuDIan mencairkan suasana dengan
memerintahkan Elisa dan Rina untuk menyicipi makanan ringan
yang tersanding di meja.
BAB 5
Ulang Tahun
Hari ulang tahun Pak Bambang pun tiba. Seperti yang sudah
diamanahi oleh Reza kepada Elisa, maka pada hari itu
mempersiapkan kejutan untuk pak bambang bersama rina dan
teman-teman kelas. Saat itu elisa melihat jadwal mengajar dari pak
bambang supaya dapat tepat waktu mempersiapkannya.
Walaupun elisa diperlakukan Pak Bambang dengan tidak baik,
justru Elisa memperhatikan beliau. Elisa sering memperhatikan
waktu istirahat pak bambang yang ia adalah pulang ke rumah yang
berada di perum. Bahkan Elisa tahu nomor rumah dari Pak
Bambang. Elisa menjadi orang terdepan dalam mempersiapkan
kejutan ini.
Pada hari itu, gilang nampak ketakutan melihat Elisa dan Rina
yang sedang sibuk dalam mempersiapkan kejutan untuk pak
bambang bersama teman-teman kelasnya. Gilang takut bahwa
Elisa dan Rina akan memberitahukan kejadian yang sebenarnya
yang menyebabkan Reza sakit. Rina pun menoleh kepada Gilang,
dia memberikan tatapan yang tajam.
Rina berkata dalam hatinya, "Awas aja kamu! Sekarang masih
aman. Lihat aja nanti."
Kemudian Elisa melihat Rina yang sedang menatap ke arah sudut
kelas, tepat pada gilang. Gilang yang mengetahui Elisa sedang
mengawasi Rina, ia terburu-buru untuk keluar kelas sebelum elisa
menyadari Rina yang sedang melihat kepadanya.
"Aku harus cepat-cepat keluar ni. Kalau enggak, Elisa akan
membuka semuanya di hadapan teman-teman," gumam Gilang
Setelah gilang keluar dari kelas, Elisa mendapatkan pesan dari
Reza. Ia memberikan kabar bahwa kini keadaannya semakin
membaik, dan itu berkat dari perhatian Elisa. Kini pun Elisa tidak
lagi malu dan menutupi perasaannya kepada Reza.
Dalam pesan WhatsApp reza mengatakan:
Reza, "El, Alhamdulillah Aku udah sehat. Ini berkat kamu kemarin
ke sini dan perhatian kamu yang membuatku semangat untuk
sembuh."
Elisa menjawab, "Alhamdulillah. Senang mendengar kabar itu.
Semoga sehat selalu ya :)"
Reza membalasnya, "Kamu jangan kecapian dalam persiapan
untuk kejutan Pak Bambang. Minta tolong sama orang lain, kan
banyak taman kelas."
Elisa menjawab, "Persiapannya sudah selesai. Sepulang sekolah
kita akan ke rumah Pak Bambang yang berada di perum."
Reza pun teringat kepada Gilang, yang ia takutkan Rina akan
memberikan balasan kepada Gilang yang nantinya akan
membahayakan Elisa dan Rina. Reza pun kembali mengirimkan
pesan.
Reza kepada Elisa, "Tolong kamu berhati-hati dengan Gilang.
Sekarang belum ada Aku, kamu jangan bertindak gegabah apa lagi
Rina. Biar besok aja, saat aku berangkat sekolah, aku sendiri yang
akan bertanya kepada Gilang."
Elisa cepat membalas pesan Reza, "Iya Reza. Kalau itu mau kamu,
aku ikuti. Kamu cepat sehat lagi ya."
Reza menjawab pesan elisa, "Aku yakin akan cepat sembuh karena
kamu selalu di sampingku dan memahami setiap yang aku mau.
sebelumnya, Aku tidak pernah menemukan perempuan seperti
kamu. Kamu sangatlah spesial."
Elisa tersipu malu, ia bingung untuk mengatakan satu kata pun
dalam pesannya. Sedangkan hatinya sedang berbunga-bunga
bahkan jika ia memiliki wangi, akan terasa keharumannya. Inilah
yang dinamakan asmara.
Melihat elisa yang sangat fokus dengan handphonenya, Rina
mengintipnya dari belakang. Terlihat jelas nama reza dalam
whatsappnya yang disematkan.
Rina menggoda elisa, "Wuuiiihhh. Ada yang punya cowok spesial
ni."
Sontak membuat elisa terkejut, kemudian menutup aplikasi
whatsapp dengan segera.
Elisa berkata, "Apa si Kamu! Ngagetin aja."
Rina menjawabnya, "Justru harusnya aku yang bilang kaya gitu.
Aku kaget sekarang kamu..." Elisa kemudian memotong
pembicaraan Rina
Elisa berkata, " Iya Rin. Sekarang aku udah bisa jujur sama
perasaan aku sendiri. Ketika aku pura-pura menolak, rasanya
semakin kuat perasaan ini meyakinkanku."
Rina menanggapinya, "Bagus deh, kalau gitu. Jangan sampai kamu
menyesali apa yang sudah hadir di dalam kehidupan ini. Terimalah
ia."
Elisa menjawabnya, "Iya, Rin. Makasih ya, udah selalu
membersamai Aku selama ini.
Sore pun telah tiba, saatnya kini elisa bersama teman-temannya
menuju kediaman Pak Bambang. Untuk memberikan kejutan di
sore hari. Pada hari itu paky Bambang hanya mengajar sampai
pukul 14.00 WIB, kemungkinan sora ini Pak Bambang telah
beristirahat sehingga tidak mengganggu waktunya.
Elisa mengetuk pintu rumah pak bambang dan langsung
bersembunyi dibalik pagar. Elisa telah menyiapkan sebuah balon
bertuliskan happy birthday di depan pintu tersebut. Kemudian pak
bambang membuka pintu itu dengan terkejut melihat balon yang
cantik bertuliskan usianya sekarang. Ia menengok ke kanan ke kiri
namun tidak ada satu orang pundi sana. Sehingga pak bambang
memasuki rumahnya.
Setelah itu Elisa kembali lagi mengetuk pintu. Ia telah menyiapkan
sebuah kue ulang tahun yang lagi-lagi bertuliskan usia dirinya.
Tidak ada satu orang pun di sana, pak bambang pun kembali
memasuki rumah.
Kini memasuki ketukan yang ketiga. Elisa mengetuk pintu rumah
Pak Bambang telah dipersiapkan sebuah lagu untuk memperingati
hari ulang tahun pak bambang. Namun di kejutan yang ketiga ini
semua anak perwakilan kelas berada di depan pintu dengan
mengikuti iringan musik dan bernyanyi untuk pak bambang. Pak
Bambang keluar dari rumah dengan segera.
Pak bambang melihat satu persatu siswa yang memberikan dia
hadiah dengan mata berbinar menahan air mata haru. Namun di
antara siswanya, Elisa lah yang paling terdepan dan memegang
musik pengiring. Hatinya kini tidak karuan menahan kebahagiaan
yang ia terima. Setelah lagu selesai dinyanyikan, Pak Bambang
mempersilakan siswa-siswanya untuk memasuki rumah dan berdoa
bersama. Kini suasana menjadi khidmat dengan lantunan doa.
Mereka makan bersama kue dan saling tertawa. Pak Bambang
menceritakan kebingungannya menerima semua kejutan tersebut.
Namun pandangannya terhenti pada Elisa. Gadis itu tepat duduk di
bawah kursi yang di duduki dirinya. Ia mengelus kepala Elisa dan
meminta maaf atas segala ucapan dan sikap yang telah ia berikan
kepada Elisa selama ini.
"Elisa, maafkan Bapak. Bapak tidak menyadari betapa baiknya
kamu terhadap bapak, sekali lagi bapa minta maaf," ucap Pak
bambang yang menetaskan air mata
Elisa menunduk dan merasakan ketulusan ucapan dari Pak
Bambang segera ia menjawabnya, "Iya Bapak. Juga minta maaf
atas segala ucapan, sikap, dan perbuatan."
Pak Bambang semakin merasa bersalah, "Elisa! Kamu enggak
pantas mengatakan seperti itu. Karena kamu selama ini baik
kepada Bapak."
Mendengar keduanya yang berbicara, semua teman-teman elisa
ikut dan terhanyut dalam isak tangis, terlebih Rina yang merasakan
bagaimana perasaan elisa sahabatnya. Rina pun terisak-isak dalam
tangisannya.
Pak Bambang mengatakan, "Bapak sekarang akan menganggap
kamu seperti anak. Bapak akan menebus semuanya. Bapak akan
mengajarkan kamu di bidang olahraga apa saja yang kamu mau."
Elisa kemudian menatap pa bambang, "Terima kasih banyak,
Bapak."
Kemudian Pak Bambang menanyakkan Reza yang tidak terlihat di
rumahnya, "Reza kemana? Bukannya dia ketua kelas? Atau sedang
latihan karate?"
Semua siswa tidak ada yang menjawabnya, saat Elisa dan rina
bermain mata untuk kompromi, pa bambang melihatnya. Karena
Reza merupakan siswa kesayangan pa bambang sehingga ia
menanyakan keberadaannya.
"Elisa?" ucap pak bambang kemudian dilanjutkan, " Rina? Ada
apa sebenarnya?"
Kemudian Rina memberitahu kepada Pak Bambang, ia rasa
masalah ini akan selesai ditangan yang tepat.
Rina menceritakannya, " Reza sakit, Pak. Tapi dia sakit karena
pukulan gilang yang terlalu keras saat latihan karate di sore hari
dua hari yang lalu setelah Gilang memberitahu akan ada
perlombaan karate tingkat kota."
Pak Bambang yang sebagai guru olahraga sangat kecewa dengan
Gilang. Yang ia lakukan telah merugikan orang lain.
Bambang berkata, "Sekarang bagaimana kondisi reza? Untuk
besok bapak akan berbicara dengan gilang"
Elisa menjawabnya, " Alhamdulillah sudah membaik Pak.
Kemungkinan besok Ia akan berangkat sekolah."
Pak Bambang menggoda Elisa, " rupanya Elisa banyak tahu
tentang Reza. Ada apa Elisa?"
Tersipu malu Elisa memberikan jawaban dari raut wajahnya, apa
bambang pun berkata, " tidak apa-apa Elisa. Bapak juga pernah
muda, baguslah kamu dengan dia. Supaya ada yang melindungi."
Keesokan harinya, Gilang dipanggil oleh Pak Bambang di ruang
ekstra kulikuler karate untuk menanyakan kejadian yang menimpa
Reza. Betapa terkejutnya, Gilang menceritakan bahwa sore itu iya
iri kepada reza. Karena Reza lebih disukai teman-teman. Dengan
adanya informasi lomba karate maka Reza akan berlatih karate di
sore itu dan menjadi kesempatan Gilang untuk membalas rasa iri
tersebut. Reza yang melihat disebalik kaca hanya mengelus dada.
Ia tidak marah kepada Gilang sekalipun dia telah menyakitinya.
Reza telah memaafkan Gilang dan berdamai dengannya. Kejadian
yang menimpa Reza memanglah unsur kesengajaan dari seseorang.
Namun Reza menyadari satu hal yaitu cinta. cinta yang ia dapatkan
dari Elisa tanpa unsur kesengajaan. Dan Reza sangat mensyukuri
hal itu.
"Cinta kamu tanpa unsur kesengajaan. Bolehkah dengan sengaja
aku mengatakan, bahwa Aku cinta terhadapmu, Elisa?" Ucap Reza
di depan kelas tepat disaksikan teman satu kelas
"Elisa, jawab!" Ucap Rina yang menghancurkan pandangan
mereka yang sedang bertatapan
"Iya, Aku juga sayang sama Kamu, Reza" Ucap Elisa
Reza menjawabnya, "Terima kasih, Elisa."
"Justru, Aku yang berterima kasih. Kamu telah sanggup bersabar
dan menunggu perasaanku yang selama ini mempertanyakan
keseriusan atas cinta yang kamu tawarkan," ucap Elisa yang
semakin puitis
"Iya, Elisa. Sama-sama. Karena Aku yakin, perasaanku jatuh pada
orang yang tepat," ucap Reza.
Selesai.