Anda di halaman 1dari 17

NASKAH DRAMA BAHASA INDONESIA

Judul :
Kelompok : 2 (dua)
Peran/tokoh :
1. Arvis Ardiansyah as Aksara Genandra
2. Alya Febri Utami as Kaynala Adinata
3. Ibrahim Muhammad Mafaz as Sabiru Dirgantara
4. Annisa Rahmadani as Alethia Alena
5. Choirun Najwa as Adinda Valentina
6. Ayumi Raisya Sabrina as Sheila
7. Atikah Nur Amalina as Rachel
8. Tiara Ayu Lestari as Kiara
9. Hany Wahyuningsih as Bu Hanna
10. Indah Ziadatun Solikhah as Bu Nadia (Kepala Sekolah)
11. Wahyu Uswatun Janah as Bu Suci (Guru BK)
12. Adhim Faiz Nasrullah as Pak Gun
13. Zidni Ahmad as Pak Rahmat
14. Zenita Ayuni Pasha
Scene 1
Selamat siang pemirsa,
Surabaya, CNE Indonesia: Berita Terkini dari SMA Nawa Sena. Peringkat paralel pertama untuk
kelas 11 IPA kembali diraih oleh Aksara Genandra untuk kesekian kalinya. Disusul Sabiru
Dirgantara di peringkat kedua. Alethia Alena sebagai peringkat ketiga. Dan Adinda Valentina,
penari balet nasional yang baru saja menyumbang medali emas dalam Asian Elite Dance
Competition (AEDC) tahun lalu, menduduki peringkat empat. Sampai tahun ini belum ada yang
menyaingi pencapaian empat besar tersebut. Kerja keras yang luar biasa ini juga diapresiasi
oleh direktur SMA Nawa Sena, …

Kay buru-buru menutup laptopnya. Memandang shock dengan berita yang barusan dilihatnya
tadi. Gadis itu menghela nafas dan menatap ragu amplop coklat di atas meja, lalu mengeluarkan
kertas di dalamnya.

Kaynala: “Selamat! Anda dinyatakan lolos seleksi masuk SMA Nawa Sena…

Scene (Di Lapangan)


Pertama masuk sekolah Kay sudah merapalkan doa agar dia bisa betah, untungnya Kay memiliki
teman yang sudah dia kenali sejak Taman Kanak Kanak.
Sheila: “KAYYY!!” (memanggil dari jauh sambil berlari)
Iya, mereka adalah teman kay. Kay sudah membayangkan se-asik apa masa SMA di
Nawa Sena ini bersama teman lamanya ini.
Tiba tiba ada bola basket melayang ke kepala Kay dan membuyarkan akan angan angan
tentang SMA Nawa Sena. Tanpa disadari seseorang sudah ada didepannya untuk membantu
membereskan buku yang berserakan.
Sabiru: “Maaf maaf.”
Kaynala: “Makasih.”
Kaynala menelan ludah, ternyata Sabiru Dirgantara si mantan ketua OSIS yang
dibicarakan semua orang.

Scene 3 (Di Kelas)


Bu Suci : “Owalah Sa, dadi bocah kok kebangeten. Sudah tau sebentar lagi ujian! Kamu ini nanti
lulus mau jadi apa? Mbok yo istighfar, le, tobat!”
Aksara : “Astaghfirullahaladzim, sudah bu.”
Bu Suci : “Nama Gusti Allah jangan dibuat main-main, Sa! Kalo nanti sudah kena azab, baru tau
rasa kamu!”
Aksara : “Diazab atau tidak, memangnya ibu yang menentukan?”
Bu Suci : “Jangan kurang ajar kamu! Jangan mentang-mentang nilai kamu bagus, lantas kamu
bersikap seenaknya seperti ini! Denger kamu, Sa?!”
Aksara : “Denger, bu.”
Bu Suci : “Sudah duduk sana.”

Aksa melangkah menuju kursinya di pojok. Belum sampai tiga langkah, bau benda itu
tercium sangat tajam. Wajah Bu Suci memerah dan tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Dipukulnya papan tulis dengan penggaris.

Bu Susi: “AKSARA GENANDRA MEROKOK DIMANA KAMU!!!”


Aksa menghentikan langkahnya, lalu merigoh sakunya dan mengeluarkan satu pack
rokok.
Aksara: “Kenapa, bu? Mau ikut?”
(melenggang pergi)

Scene 4 (Di Minimarket)


Saat perjalanan pulang, Kay mendapat pesan dari mamahnya, bahwa mamahnya
menitip sabun cair di minimarket dekat sekolah. Setelah membaca pesan dari mamahnya, Kay
langsung menuju ke minimarket dekat sekolah. Cewe itu mendorong pintu kaca minimarket
perlahan, dalam sekali lirik, Kay sudah menemukan rak peralatan mandi dan menuju ke tempat
berbagai brand sabun cair. Dia mengirimkan pesan ke mamahnya untuk menanyakan merek,
ketika ekor matanya menangkap seseorang yang mencurigakan berdiri di pojok. Kay mengenali
tag yang ada di pundak kiri seorang gadis. Itu tag milik SMA Nawa Sena, dengan bordiran
menunjukkan angka XII. Kay memperhatikan kalo gadis itu berusaha memasukkan sebungkus
makanan ringan ke dalam ranselnya. Mata Kay otomatis mencari CCTV tapi tidak menemukan.
Sementara si gadis sudah selesai menjalankan aksinya dan melangkah ke pintu keluar. Tanpa
piker panjang Kay mengikuti gadis itu. Jemari Kay reflex mencekal pergelangan tangannya.
Ale: “Apaan sih.”
Kaynala: “Maaf… aku barusan liat…”
Ale: “Lo mungkin gatau gue siapa, tapi lo boleh tanya siapa gue di Nawa Sena. Jangan sekali kali
cari masalah sama gue kalo lo mau hidup tenang.”
Ale: “Siapa nama lo?”
Kaynala: “K-Kay.”
Ale: “Oke, Kay. Semoga kita ngga perlu ketemu lagi kaya gini ya.”

Scene 5 (Di rumah)


Di seberang jalan sana, lurus menghadap rumahnya adalah bangunan nomer 21. Penghuninya
cowo berusia 17 tahun, kelas 12 SMA berinisial S. Mantan Ketua OSIS SMA Nawa Sena. Peringkat
paralel kedua. Atlet basket andalan sekolah. Cowo protagonist yang terlalu baik, terlalu sopan,
terlalu gentle.
Namanya Sabiru Dirgantara. Sosoknya memang mirip karakter utama yang biasanya ada
di fiksi remaja. Ganteng, cool, pintar, tapi dia cuma tetangga depan rumah cewe bermasalah
yang nyaris dikeluarkan dari sekolah.
Sabiru: “ALE ALEEE!!” (berlari masuk)
Sabiru: “Aksa belum masuk sekolah juga?”
Ale: “Ngga masuk sebulan pun dia tetep genius. Apa yang lo harepin?”
Sabiru: “Tapi minggu ini guru-guru banyak bahas bocoran soal. Buat try out senin besok.
Seenggaknya kita tahu beberapa hal yang dia gatau.”
Ale: “Kapan si lo nyerah buat ngalahin Aksa, Bi?”
Sabiru: “Lo tau sampai kapan.”
Ale: “Sampai lo jadi peringkat satu? Emangnya lo mampu?”
Sabiru: “Makanya doain.”
Ale: “Udahlah, terima kenyataan aja. Re emang lebih pinter dari--”
Sabiru: “Menurut Willian Steam, kecerdasan intelektual adalah kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap hal baru, sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menyesuaikan diri, Le,
sesuai tujuan. Selama gue punya tujuan yang jelas, suatu hari nanti gue bisa aja lebih cerdas dari
Aksa.”
Ale: “Menurut Steven Stein Howard Book, kecerdasan intelektual cuma berperan 6 persen dari
hidup lo. Setelah kita lulus perjuangan lo buat lebih cerdas dari Aksa bakal sia-sia. Hidup ngga
butuh pinter-pinter amat Bi, cuma butuh waras aja.”
Sabiru: “Iya, tapi biar gue waras, gue harus bisa ngalahin Aksa dulu.”
Ale: “Dih, ribet amat.” (melempar bolpoin)
Ale: “Tapi… menurut lo, senin nanti dia bakal masuk?”
Keenan: “Dia ngga pernah mbolos try out atau ujian, Le. Mana mungkin dia rela kalo gue yang
jadi peringkat satu kalo Aksa ga masuk?”
Sabiru: “Mama lo gimana? Ngga ada masalah lagi kan?”
Ale: “Mana pernah sih gue sama mama ga ada masalah?”
Sabiru: “Tapi serius Le, kalo ada apa-apa bilang ke gue. Jangan tiba-tiba berdarah-darah aja lo.”
Ale: “Rese, gausah ungkit-ungkit.”

Namanya Alethia Alana, si peringkat 3. Satu-satunya cewe yang cukup seram dengan
julukan nona preman di sekolah. Biang onar yang kesehatan mentalnya perlu dipertanyakan.
Juga sahabat (rahasia) Sabiru.

Scene 6 (Try Out Mandiri 3)


Try Out ini dibagi menjadi 2 sesi, pagi dan siang. Tidak ada sesi susulan, hal ini bisa menekan
angka siswa siswi untuk mbolos. Tiba-tiba Pak Rahmat, guru Matematika memasuki labkom.
Pak Rahmat: “Selamat pagi anak-anak!”
Siswa: “Pagi pak!!”
Pak Rahmat: “Hari ini kita akan melaksanakan TO Mandiri 3. Sebelum TO dimulai, marilah kita
berdoa menurut kepercayaan masing-masing, Berdoa mulai.”
Pak Rahmat: “Berdoa selesai. Silahkan login ke akun kalian masing-masing. Kertas buram akan
bapak bagikan dan kertas presensi diberikan ke nomor absen satu lalu ditandatangani. Ada
pertanyaan?”
Siswi: (angkat tangan) “Pak ada murid baru. Mungkin akunnya belum sinkron.”
Pak Rahmat: “Mana murid barunya?”
Kay: “S-Saya pak.” (angkat tangan)
Pak Rahmat: (Menghampiri computer Kay) Siapa nama kamu?”
Kay: “Kaynala Adinata.”
Pak Rahmat: “Kaynala? Unik ya nama kamu.”
Semua siswa di kelas itu mengerjakan dengan tenang.
Pak Rahmat: (Mengamati kertas absen) “Ini ada satu siswa yang tidak hadir.”
Pak Rahmat: “Aksa! Aksara Genandra!!!”
Siswa: “Aksa udah ga masuk sekolah dari 4 hari yang lalu pak!”
Pak Rahmat: “Apa alasan dia tidak berangkat sekolah?”
Semua siswa diam. Tidak ada yang menjawab, karena mereka pun tidak tahu apa alasan
sang paralel satu tidak berangkat sekolah padahal jelas-jelas sekolahnya sedang melaksanakan
Try Out.
Pak Rahmat: (Geleng-geleng kepala) “Hadeh anak ini memang.”

Scene 7 (Kantin)
Cerita-cerita tentang Aksa dengan cepat sampai ke telinga Kaynala. Yang paling terkenal adalah
cerita Aksa menyulut tawuran antar sekolah terbesar se-provinsi, sampai masuk koran dan
televisi. Tapi katanya, nama baik SMA Nawa Sena berhasil diselamatkan oleh orang tua Aksa
yang membayar cukup ke pihak media. Kata Rachel, tidak ada yang tahu orang tua Aksa. Setiap
pengambilan rapor dan acara perkenalan wali murid, tidak pernah ada yang mewakili. Seluruh
sekolah juga masih bertanya-tanya mengenai latar belakang cowo itu.

Kaynala: “Kok aku belum pernah ketemu anaknya sih, Chel.”


Rachel: “Ihhh, dari kemarin pertanyaan kamu sama aja, Aksa lagi Aksa lagi, awas naksir.”
Tania : “Mau dikenalin nih ceritanya?”
Kanala: “Hush, bukan gitu maksudnya!”
Sheila: “Lagian kalo mau kenalan, kamu harus kenalan sendiri mana ada yang berani ngenalin.”
(Tania, Rachel dan Sheila tertawa)
Kaynala: “Tapi kata kamu semua, dia ada di kelas sebelah. Harusnya aku udah pernah ketemu
dong”
Tania : “Gimana mau ketemu? Aksa aja jarang masuk sekolah.”
Kaynala: “Belum masuk?”
Rachel: “Bolos, kayak biasanya lah. Aku denger dari Biru pas ekskul kemarin. Kebetulan
barengan basket cheerleading.”
Kaynala: “Sabiru yang mantan ketos itu?”
Tania : “YANG GANTENG ITU!!!”
Sheila: “Yang di deketin Tania dari zaman dinosaurus ga dapet-dapet.”
Tania: “Astaga parah kamu Shei.”
Rachel: “Heh udah!”
Sheila: “Tapi kalian sadar nggak? Aksa jadi kalem sejak kelas 12.”
Rachel: “Aku rasa si gara-gara sekelas sama Biru. Kayanya guru-guru emang sengaja naruh
mereka sekelas.”
Tania: “Padahal dulu sering gebugin temen sekelas.”
Kaynala: “Ck ck ck gebugin temen sekelas? Udah kaya preman aja.”
Kaynala: “Sebiasa dia dapet peringkat pertama.”
Sheila: “Dasarnya udah pinter dari lahir, mau gimana lagi.”
Kaynala: “Emang peringkat pertama terus gitu?”
Rachel: “Tiap tahun, Kay. Coba deh kamu bayangin. Mulai dari kelas 10 namanya ga pernah
turun dari peringkat pertama paralel.”
Sheila: “Kira-kira dulu ibunya ngidam apa, ya?”
Tania: “Aku mau deh punya anak sepintar dia.”
Sheila: “Dih, amit-amit! Mending anak aku ga pinter-pinter amat, tapi berattitude.”
Tania: “Yeee belagu!” (menoyor jidat Saski)

Scene 8 (Pengumumuman Try Out)


Hari pengumuman try out 3 telah datang. Kay akhirnya mematri langkah keluar kelas.
Sebetulnya dia tidak butuh petunjuk arah lagi, karena murid-murid dari kelas lain sepertinya
juga sedang menuju ke papan pengumuman. Di sekolah Kay yang dulu, siswanya benar-benar
tidak peduli dengan pemeringkatan semacam ini. Rasanya jadi aneh.
Kay akhirnya menemukan papan pengumuman yang dimaksud di salah satu koridor utama.
Benar kata teman-temannya, koridor itu sudah penuh sesak oleh siswa-siswi. Kay perlu benar-
benar memperhatikan langkahnya agar tidak tertabrak. Beberapa menit kemudian, dua orang
guru muncul dari arah tangga. Kerumunan mulai ramai. Seorang ketua kelas memberi koor
anggota kelasnya untuk tenang dan menyisakan jalan. Salah satunya Sabiru, yang kata Kania
adalah ketua kelas 12 IPA 1. Kay berdiri di dekat dinding, mengawasi sosok cowok itu diam-
diam.
Bu Hannah dan seorang guru lagi akhirnya sampai di depan papan pengumuman. Ada 6 buah
kertas HVS yang akan ditempelkan. Baru kertas pertama yang ditempel, kerumunan histeris itu
mendadak sudah terdiam. Kasak-kusuk yang aneh dengan cepat merambat.
Kai mencoba berjinjit untuk melihat hasil siapa peringkat try out ini

Siswa : "Kay.. Kaynala?"


Siswa :"Kaynala siapa?"
Siswa :" ini yang anak baru itu!"
Jantung Kai serasa akan meloncat keluar dari dadanya.
Siswa : "Kamu yang namanya Kaynala, kan?"
Siswa :"Astaga, Kai!"Kamu peringkat pertamanya?"

Kai setengah mati ingin bilang tidak, tapi kertas pengumuman itu jelas-jelas mencetak namanya.
Tidak ada orang lain bernama Kaynala Adinata di sekolah ini. Antara dia benar-benar peringkat
pertama, atau mungkin ada kesalahan pada sistem penilaian.

Scene 9 (Pengumuman Les)


Setelah TO Mandiri 3 dilaksanakan, guru-guru menganggap para murid sudah adaptif dengan
sistem. Ini saatnya memulai program intensif bimbingan belajar persiapan UN. Dua jam
pelajaran sepulang sekolah, hari Senin sampai Kamis
Tapi bukan hanya itu berita buruknya.

Seluruh murid kelas 12 lantas dibagi menjadi 16 grup bimbel. Satu grup maksimal berisi 20 anak.
Setiap grup diberi nama: nol satu, nol dua, nol tiga, dan seterusnya.

Agar metode pembelajaran lebih efektif, grup-grup tersebut dibagi berdasarkan kemampuan
siswa. Siswa dengan range nilai paling tinggi akan masuk nol satu, dan berurutan terus sampai
rata-rata nilai terendah.
Tidak perlu ditanya, tentu saja namanya ada di nol satu, bersanding dengan nama-nama jenius
lain. Kay merapalkan segala macam doa waktu melihat siapa saja yang akan menjadi teman satu
grupnya nanti. Sabiru, Ale, Valen, dan tentu saja Aksa. Paket komplit. (hanya narasi)
Scene 10 (Les)
Belajar.
Valen menggigit bibir. Dalam kamus Valen, belajar bukan pilihan. Belajar adalah harga mati. 8
jam belajar di sekolah plus les privat tidak pernah menyentuh kata cukup baginya. Gadis itu
masih tidak bisa tidur di malam hari karena cemas waktu belajarnya kurang. Tidak jarang dia
harus bangun tengah malam untuk membuka buku, mengerjakan latihan soal, mencatat ulang
materi.
Tapi entah kenapa usaha mati-matiannya itu selalu gagal. Tidak peduli bagaimana masa
remajanya dihabiskan dengan belajar, peringkat Valen tidak pernah bisa menyentuh tiga besar.
4 semester, demi Tuhan. Sudah 4 semester, 2 tahun, 24 bulan, nyaris 732 hari. Tapi namanya
masih saja berhenti di nomor empat.

Tidak bisa dihitung dengan jari berapa kali Valen frustasi karena tidak tahu dimana letak
kesalahannya.
Gadis itu berhenti di depan pintu. Ini dia, ruang nol satu.

Pak Gun : “Skipp perkenalannya. Kalian ga akan butuh temen disini.”


Pertama kali nol satu dibuka oleh Pak Gun yang terkenal killer.
Pak Gun : “Kalian pasti sudah tau saya, Gunilam pengajar kimia kelas 12. Saya bertanggung
jawab atas grup ini mulai sekarang. Selamat datang di nol satu.”
Pak Gun : “Karena kalian berhasil masuk grup paling utama, saya anggap kalian semua anak-
anak superior, jadi saya harap kalian bisa fokus menghadapi UN nanti dan tidak
mempermalukan Nawa Sena. Di sini kita punya target nilai yang selalu berhasil tercapai setiap
tahun. Ada yang tahu berapa?"
Valen : "Minimal 38,5.”
Pak Gum : "Benar. Minimal 38,5. Itu artinya kalian tidak boleh salah lebih dari satu nomor di tiap
mata pelajaran. Sejak dulu peraih nilai tertinggi UN di Indonesia selalu berasal dari sekolah kita.
Lebih tepatnya, dari grup ini."
Pak Gum : "Tugas kita adalah bertahan. Kalian paham?"
Secara tiba tiba
Pak gun:" PERINGKAT PERTAMA!"
Kay:"Y-ya, Pak?"
Pak gun :"Lapisan logam apa yang bisa mencegah korosi?"
Kay: "..nikel?"
Pak gun : "RAGU-RAGU KAMU?"
Kay: "Nikel, Pak. Perak juga bisa, tapi-"
Pak gun: "Jawab dengan percaya diri! Kalau nggak yakin sama dirimu sendiri, silakan pilih grup
bimbel lain!"
Pak gun: "PERINGKAT DUA! Sebutkan unsur golongan alkali tanah!"
Sabiru: "Berilium, Magnesium, Kalsium,Stronsium, Barium, Radium."
Pak gun : "Logam atau nonlogam?"
Sabiru: "Logam."
Pak gun: "Tahu darimana?"
Sabiru: "Unsur logam umumnya berakhiran -um," jelasnya. "Pengecualian untuk Mangan."
Pak gun:"Good."
Pak gun: "PERINGKAT TIGA!, Kasih saya contoh reaksi adisi!"
Ale: "Reaksi alkena sama asam bromida, Pak!"
Pak gun: "Apa hasilnya? JANGAN SETENGAH-SETENGAH KALAU KASIH CONTOH!"
Ale: "Ampun, Paakkk.. Hasilnya haloalkana."
Pak Gum: "Benar! Jangan kebanyakan gaya kamu Ale!”
Pak gun: "VALEN! Benar atau salah, katalis menggeser arah kesetimbangan larutan?"
Valen: "Katalis kan cuma mempercepat tercapainya keseimbangan, Pak?"
Pak gun: "Seratus!"
Pak gun: "Tepuk tangan untuk teman-teman kalian!”

Kay menggelengkan kepala. Nol satu adalah definisi kelas gila yang dia temui. Dengan tiba tiba
Pak Gun mengeluarkan suara.
Pak Gun: “Dimana Aksa?”
Sabiru: “ Mungkin ga had---“
Tiba tiba seseorang ada diambang pintu dengan santainya.
Pak Gun : “AKSARA! Kamu tau ini jam berapa?”
Aksara : “ Jam 4 Pak.”
Pak Gun : “ Sudah tau ada kelas saya, masih sengaja terlambat kamu.”
Aksara :” Ga usah dibawa perasaan Pak, saya telat ga cuma di jam pelajaran Bapak saja, tapi
disemua mapel.”
Pak Gun :” Coba jawab pertanyaan saya. Kalau kamu bisa, silahkan duduk. Kalau tidak, tidak
usah repot repot ikut pelajaran saya.”
Pak Gun :” BAGAIMANA?”
Aksara:” DEAL.”
Pak Gun : “ Baik soalnya, teori gas mulia sudah ada sejak lama. Tapi kenyataannya, gas mulia
sendiri baru berhasil disintesis kurang dari seabad. Pertanyaannya pada tahun kapan?”
Aksara:”1962.”
Pak Gun :”Betul, tapi unsur gas mulia ada banyak. Yang tepat unsur gas mulia apa yang
disintesiskan tahun 1962?”
Aksara :” Xenon.”
Pak Gun :” Duduk!”

Scene 11
Setelah sibuk les dan belajar akhirnya Try out 4 sudah tinggal menghitung jam.
Semua murid sudah masuk kekelas masing masing dan di kelas nol satu Pak Rahmat sudah
mempersilakan murid-murid untuk login.
Kai: "McD Sarinah Tutup Setelah 30 Tahun Beroperasi..." -ketika ilustrasi yang dipasang justru
menghentikan detak jantungnya.
Ada foto beberapa pengunjung McD sedang menikmati hidangan mereka di lantai atas- tapi
entah bagaimana di sana ada Kai, mamanya, dan siluet punggung seorang cowok berseragam
Nawa Sena.
Satu laboratorium komputer langsung ricuh

Scene 12
Aksa: "Menurut kamu, foto tadi bisa muncul di soal kita, kebetulan atau enggak?"
Kay : "aku juga nggak tau! Foto itu nggak ada di internet, nggak ada di mana-mana, aku aja
nggak tau foto itu ada di muka bumi ini! Lagian darimana sih Bu Ayun bisa dapet foto itu?
Ngapain juga dijadiin ilustrasi soal?"
Aksa :" aku rasa foto itu emang bukan dari Bu Ayun."
Aksa :"kamu tau kan, guru mapel selalu setor soal TO ke operator CBT? Itu artinya soal-soal udah
siap di database komputer pusat seenggaknya seminggu sebelum TO. Kalau kita pilih waktu yang
tepat buat ngakses komputer pusat di labkom yang jelas-jelas murid bebas keluar masuk.. ya
ada kemungkinan soal itu diakses secara ilegal dari sana."
Kay :"Tunggu, tunggu. Jadi maksud kamu.. ini semua disengaja? ...nggak. aku ngasal 4 nomor.
Baca teks nggak masuk otak sama sekali jangan bilang.. ada yang sengaja masukin foto itu ke
sana biar nggak konsen ngerjain soal?"
Aksa : "kamu pasti tau ujian itu cuma 20% otak, 80% sisanya mental, kan?"
Aksa :"Sekali mentalmu goyah, kamu nggak bakal bisa fokus, dan semua materi yang dipelajarin
bakal jadi abu-abu. Ini adalah cara paling gampang pengaruhin mental orang?"
Kay "Anxiety attack- serangan cemas."Tapibemangnya ada orang yang seniat itu buat jatuhin
aku?"
Aksa :"Emangnya nggak ada? Kamu beneran nggak punya musuh? Orang yang pengen nilai mu
turun? Orang yang pengen kamu keluar dari tiga besar?"

Mata Kay eketika membulat.


Orang yang paling menginginkannya keluar dari tiga besar.

Scene 13
TO 3, 4 berjalan dengan lancar sampai kita lihat peringkat pada TO 5 yaitu
1. Aksara Genandra (98,75)
2. Adinda Valentina (96,45)
3. Kaynala Adinata (95,34)
Namun Dia tidak merasa puas atas hasil tersebut karena bukan keinginannya tetapi keinginan
orang tuanya.

Scene 14
Bu Nadia :"Ini sudah masuk jam pertama, Aletheia, bukannya kamu harusnya di kelas?"
Ale : "Saya baru aja ngelaporin ada celah di sistem keamanan try out, Bu Nadia, ini sejuta kali
lebih penting."
Bu Nadia :"Celah keamanan apa yang kamu maksud sebenarnya?"
Ale :"Ya kan udah saya bilang tadi, Bu, ada soal yang disabotase. Ada ilustrasi yang nggak perlu."
Bu Nadia :"Maksud kamu, ada konten kekerasan, pornografi, atau semacamnya?"
Ale :"Privasi."
Bu Nadia :"Privasi kamu?"
Ale :"Bukan-"
Kay :"Permisi? Bu Nadia?Eh.. maaf. Saya nggak tau kalau—"
Ale :"Sebenernya foto yang saya bahas dari tadi itu fotonya Kay, Bu."
Kay: "Duduk, Kay."
Bu Nadia : "Jadi, berdasarkan laporan kalian, ada murid yang menyabotase soal dengan
memasukkan foto Kay ke soal try out? Kamu yakin bukan Bu Ayun yang membuat soal itu, Kay?"
Kay :"Yakin, Bu. Saya udah ketemu Bu Ayun sebelum ke sini, dan beliau bilang harusnya nggak
ada teks tentang McD. Jadi ini bukan cuma masalah ilustrasinya, tapi bacaan soal juga
disabotase. Bu Ayun bilang nanti setelah jam kedua, beliau bisa cari naskah soal yang asli, jadi Bu
Nadia bisa lihat sendiri perbandingannya dengan yang komputer."
Bu Nadia : "Tapi kalau memang benar soal itu disabotase, apa motifnya?"
Kay :"Anxiety attack, Siapa pun.. siapa pun yang ngelakuin ini, mungkin tujuannya supaya fokus
saya hilang dan performa saya turun. Ibu sendiri juga tau gimana persaingan murid-murid untuk
masuk 3 besar.."
Bu Nadia :"Oke. Saya akan telusuri lebih lanjut masalah ini. Kalau memang benar semuanya
sesuai dugaan kalian, saya pastikan siapa pun pelakunya akan mendapat sanksi."
Kay :"Makasih banyak, Bu Nadia!"

Scene 15
Tidak lama setelah itu, Bu Nadia akhirnya memasuki kelas nol satu, menyebabkan keheningan
total.
Bu Nadia :"Selamat siang."
Siswa :"Siang, Bu.."
Bu Nadia : "Sehubungan dengan laporan yang diterima pihak sekolah, bahwa terdeteksi adanya
penyabotasean soal TO Mandiri 5 kemarin -kami sudah menyelidiki laporan tersebut dan
menemukan bukti-bukti terkait. Kami memutuskan sanksi sosial akan menjadi pilihan terbaik
saat ini. Siapa pun yang merasa sudah terlibat dalam penyabotasean soal TO Mandiri 5, saya
minta berdiri."
Bu Nadia : "Baik kalau begitu. Pak Gum, tolong tayangkan rekaman CCTV-nya."
Video itu menampilkan rekaman CCTV di laboratorium komputer beberapa hari lalu, di mana
seorang siswi sedang masuk ke laboratorium menggunakan hoodie hitam.
Bu Nadia :"Adinda Aletheia. Dengan berat hati, Ibu terpaksa menghukum kamu karena dugaan
sabotase soal TO Mandiri 5."

Scene 16
Sesudah Bu Nadia keluar kelas, Sabiru menyusulnya ke ruang kepala sekolah
Sabiru : " Bu ini ga adil Bu, cuma gara gara Hoodie yang dipakai sama bukan berarti dia salah."
Bu Nadia : "Saya nggak memvonis dia hanya gara-gara itu, Biru. Kamu pikir saya tidak berpikir
matang-matang? Semua kebijakan yang saya ambil ini demi kebaikan seluruh siswa. Saya
mendiskualifikasi Alethia dari TO Mandiri 6 karena saya ingin dia punya masa tenang. Saya
benar-benar kecewa dengan kamu, Kenan. Dulu kamu murid kebanggaan saya. Sekarang kamu
bahkan lebih parah dari siswa-siswa lain."
Bu Nadia :"Kalau kamu pikir hanya kamu yang peduli pada Aletheia, silakan kamu temani dia
selama masa tenangnya. Tidak perlu repot-repot belajar untuk TO Mandiri 6."

Scene 17
Bu Nadia :"Selamat siang."
Siswa :" Siang."
Bu Nadia :"Kali ini Ibu mengumpulkan kalian semua untuk membawa berita duka. Hari ini, telah
meninggal dunia siswi kelas 12 IPA 2, Kiara Prameswari"
Bu Nadia : "..tepatnya pada tanggal 12 Januari 2021 di rumah sakit.."

Kay seolah tidak percaya. Seolah tidak mengerti. Seolah marah.

Kay :"Dia.. bohong, kan?"


Bu Nadia :"Saya mewakili dewan sekolah, guru, dan seluruh jajaran staf Bina Indonesia
mengucapkan turut berduka ci-"

Kai bangkit berdiri dari kursinya.


Kay :"Ibu nggak akan mengumumkan penyebab kematiannya? Ibu benar-benar nggak akan
mengakui kerusakan otak yang dialami Thalia adalah dampak fatal dari sistem peringkat Bina
Indonesia?"
Siswa : "Kerusakan otak?"
Bu Hannah :" TENANG SEMUANYA!"
Bu Hannah :"Penyebab kematian adalah privasi keluarga, dan apa pun penyebabnya, saya bisa
nyatakan itu ada di luar tanggung jawab sekolah."
Kay :"Di luar, Kita semua belajar mati-matian karena sistem peringkat, dan Ibu bilang ini di luar
tanggung jawab sekolah?"
Bu Nadia :"Kamu tidak punya bukti penyebab kematiannya adalah kerusakan otak, Kaynala
Adinata, dan sekali pun itu benar, secara logika sekolah tidak pernah memaksa siswa belajar
secara langsung. 8 jam, 12 jam, itu pilihan kalian sendiri."
Kay :"Bu Nadia, tanpa mengurangi rasa hormat, saya menuntut sistem peringkat dihapus."
Bu Nadia :"Untuk mengubah sistem, kamu perlu mengajukan usul ke dewan sekolah melalui
regulasi yang sah." Jeda. "Dan kamu tidak bisa melakukan itu dengan satu suara."
Aksa:"Dua suara."
Satu aula kembali bertepuk tangan keras waktu Aksara Ganendra bangkit.
Ale :"Tiga."
Itu Alethia.
Sabiru:"Empat."
Kemudian Sabiru Dirgantara
Bu Nadia : "Jumlah suara minimal adalah 50% + 1, jadi saya terpaksa-"
Valen :"50% dana sekolah ini dari rekening Papa saya."
Adinda Valentina berdiri dari kursinya.
Valen : "Kalau saya bergabung, apa suara kami sudah cukup untuk mengubah sistem?"
Scene 18

Bu Hannah: "200 poin pelanggaran yang akan diakumulasikan ke nilai akhir ujian sekolah, sanksi
tipe B, dan.Atas dasar apa? Speak up soal busuknya sekolah ini? Atas dasar mengadakan
kericuhan-"
Ale :"Kericuhan?"
Bu Hannah :"ALETHEIA!"
Ale :"BU, SEKOLAH BARU AJA BUNUH SATU MURID!"
Bu Hannah :"KALIAN TIDAK PUNYA BUKTI APA PUN SOAL ITU! INI NAMANYA MENYEBARKAN
BERITA BOHONG!"
Bu Hannah :"Saya tau kalian marah. Saya juga tau sistem ini bukan sistem pendidikan yang baik."
Ale : "YA KALO GITU KENAPA "
Bu Hannah :"Tapi sistem ini sudah berjalan selama bertahun-tahun dan membawa sekolah kita
ke puncak! Ini dua bulan terakhir sebelum Ujian Nasional, Aletheia. Kalau sampai apa yang
terjadi pada Thalia diketahui media, masa depan ratusan murid dipertaruhkan. Sekolah hanya
berusaha melakukan yang terbaik-"

Kai :"Yang terbaik? Pura-pura semua baik-baik aja dan bilang apa yang terjadi sama Kiara bukan
salah sekolah, itu yang terbaik?" Gadis itu berdiri. "Kalau nggak ada yang ngungkap semuanya,
sampai kapan pun sistem ini bakal berjalan terus, Bu. Setiap ada murid yang kewalahan dan
jatuh, sekolah bakal cuma nutupin hal itu. Lagi.. dan lagi. Kasus kaya gini bakal terus terjadi dan
bakal ada Kiara-Kiara lain."
Bu Hannah : " Ibu tau perasaan kalian."
Bu Hannah: "Dua tahun lalu, ada protes yang hampir sama. Beberapa murid keberatan
mengenai variasi biaya SPP kelas 12 yang ditentukan dari hasil try out. Mereka dari jurusan IPS,
tapi protes itu berhasil mengumpulkan 50% + 1 suara dari total keseluruhan siswa."
Bu Hannah :"Sayangnya dewan langsung turun tangan. Mereka merinci kebijakannya jadi 50% +
1 dari total warga sekolah termasuk murid." guru dan staf, bukan hanya
Jeda.
Bu Hannah:"Seluruh pekerja waktu itu diancam dengan surat PHK."

SCENE 19

Kay bicara pada dinding meski dia tahu keempat orang lain di sana ikut mendengarkan. Aksa
yang sibuk memainkan pemantik apinya, Sabiru yang mempelajari file di atas meja, Ale yang
duduk di lantai sembari memutar-mutar deretan gelang di pergelangan tangan, dan Valen yang
menyilangkan kaki di atas sofa, fokus pada ponselnya.
Rasanya konyol mengingat bagaimana tempo hari mereka masih bersaing mati-matian untuk
berada di tiga besar, dan kini kelimanya justru menerima sanksi karena ingin sistem
pemeringkatan dihapuskan. Kay tidak pernah benar-benar memikirkannya, tapi ada begitu
banyak hal yang berubah dibandingkan tiga bulan lalu, sejak pertama kali dia menginjakkan kaki
di Nawa Sena.

Kay menghela nafas panjang


Kay :" Jadi protes ini gagal?"

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai