Judul :
Kelompok : 2 (dua)
Peran/tokoh :
1. Arvis Ardiansyah as Aksara Genandra
2. Alya Febri Utami as Kaynala Adinata
3. Ibrahim Muhammad Mafaz as Sabiru Dirgantara
4. Annisa Rahmadani as Alethia Alena
5. Choirun Najwa as Adinda Valentina
6. Ayumi Raisya Sabrina as Sheila
7. Atikah Nur Amalina as Rachel
8. Tiara Ayu Lestari as Kiara
9. Hany Wahyuningsih as Bu Hanna
10. Indah Ziadatun Solikhah as Bu Nadia (Kepala Sekolah)
11. Wahyu Uswatun Janah as Bu Suci (Guru BK)
12. Adhim Faiz Nasrullah as Pak Gun
13. Zidni Ahmad as Pak Rahmat
14. Zenita Ayuni Pasha
Scene 1
Selamat siang pemirsa,
Surabaya, CNE Indonesia: Berita Terkini dari SMA Nawa Sena. Peringkat paralel pertama untuk
kelas 11 IPA kembali diraih oleh Aksara Genandra untuk kesekian kalinya. Disusul Sabiru
Dirgantara di peringkat kedua. Alethia Alena sebagai peringkat ketiga. Dan Adinda Valentina,
penari balet nasional yang baru saja menyumbang medali emas dalam Asian Elite Dance
Competition (AEDC) tahun lalu, menduduki peringkat empat. Sampai tahun ini belum ada yang
menyaingi pencapaian empat besar tersebut. Kerja keras yang luar biasa ini juga diapresiasi
oleh direktur SMA Nawa Sena, …
Kay buru-buru menutup laptopnya. Memandang shock dengan berita yang barusan dilihatnya
tadi. Gadis itu menghela nafas dan menatap ragu amplop coklat di atas meja, lalu mengeluarkan
kertas di dalamnya.
Kaynala: “Selamat! Anda dinyatakan lolos seleksi masuk SMA Nawa Sena…
Aksa melangkah menuju kursinya di pojok. Belum sampai tiga langkah, bau benda itu
tercium sangat tajam. Wajah Bu Suci memerah dan tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Dipukulnya papan tulis dengan penggaris.
Namanya Alethia Alana, si peringkat 3. Satu-satunya cewe yang cukup seram dengan
julukan nona preman di sekolah. Biang onar yang kesehatan mentalnya perlu dipertanyakan.
Juga sahabat (rahasia) Sabiru.
Scene 7 (Kantin)
Cerita-cerita tentang Aksa dengan cepat sampai ke telinga Kaynala. Yang paling terkenal adalah
cerita Aksa menyulut tawuran antar sekolah terbesar se-provinsi, sampai masuk koran dan
televisi. Tapi katanya, nama baik SMA Nawa Sena berhasil diselamatkan oleh orang tua Aksa
yang membayar cukup ke pihak media. Kata Rachel, tidak ada yang tahu orang tua Aksa. Setiap
pengambilan rapor dan acara perkenalan wali murid, tidak pernah ada yang mewakili. Seluruh
sekolah juga masih bertanya-tanya mengenai latar belakang cowo itu.
Kai setengah mati ingin bilang tidak, tapi kertas pengumuman itu jelas-jelas mencetak namanya.
Tidak ada orang lain bernama Kaynala Adinata di sekolah ini. Antara dia benar-benar peringkat
pertama, atau mungkin ada kesalahan pada sistem penilaian.
Seluruh murid kelas 12 lantas dibagi menjadi 16 grup bimbel. Satu grup maksimal berisi 20 anak.
Setiap grup diberi nama: nol satu, nol dua, nol tiga, dan seterusnya.
Agar metode pembelajaran lebih efektif, grup-grup tersebut dibagi berdasarkan kemampuan
siswa. Siswa dengan range nilai paling tinggi akan masuk nol satu, dan berurutan terus sampai
rata-rata nilai terendah.
Tidak perlu ditanya, tentu saja namanya ada di nol satu, bersanding dengan nama-nama jenius
lain. Kay merapalkan segala macam doa waktu melihat siapa saja yang akan menjadi teman satu
grupnya nanti. Sabiru, Ale, Valen, dan tentu saja Aksa. Paket komplit. (hanya narasi)
Scene 10 (Les)
Belajar.
Valen menggigit bibir. Dalam kamus Valen, belajar bukan pilihan. Belajar adalah harga mati. 8
jam belajar di sekolah plus les privat tidak pernah menyentuh kata cukup baginya. Gadis itu
masih tidak bisa tidur di malam hari karena cemas waktu belajarnya kurang. Tidak jarang dia
harus bangun tengah malam untuk membuka buku, mengerjakan latihan soal, mencatat ulang
materi.
Tapi entah kenapa usaha mati-matiannya itu selalu gagal. Tidak peduli bagaimana masa
remajanya dihabiskan dengan belajar, peringkat Valen tidak pernah bisa menyentuh tiga besar.
4 semester, demi Tuhan. Sudah 4 semester, 2 tahun, 24 bulan, nyaris 732 hari. Tapi namanya
masih saja berhenti di nomor empat.
Tidak bisa dihitung dengan jari berapa kali Valen frustasi karena tidak tahu dimana letak
kesalahannya.
Gadis itu berhenti di depan pintu. Ini dia, ruang nol satu.
Kay menggelengkan kepala. Nol satu adalah definisi kelas gila yang dia temui. Dengan tiba tiba
Pak Gun mengeluarkan suara.
Pak Gun: “Dimana Aksa?”
Sabiru: “ Mungkin ga had---“
Tiba tiba seseorang ada diambang pintu dengan santainya.
Pak Gun : “AKSARA! Kamu tau ini jam berapa?”
Aksara : “ Jam 4 Pak.”
Pak Gun : “ Sudah tau ada kelas saya, masih sengaja terlambat kamu.”
Aksara :” Ga usah dibawa perasaan Pak, saya telat ga cuma di jam pelajaran Bapak saja, tapi
disemua mapel.”
Pak Gun :” Coba jawab pertanyaan saya. Kalau kamu bisa, silahkan duduk. Kalau tidak, tidak
usah repot repot ikut pelajaran saya.”
Pak Gun :” BAGAIMANA?”
Aksara:” DEAL.”
Pak Gun : “ Baik soalnya, teori gas mulia sudah ada sejak lama. Tapi kenyataannya, gas mulia
sendiri baru berhasil disintesis kurang dari seabad. Pertanyaannya pada tahun kapan?”
Aksara:”1962.”
Pak Gun :”Betul, tapi unsur gas mulia ada banyak. Yang tepat unsur gas mulia apa yang
disintesiskan tahun 1962?”
Aksara :” Xenon.”
Pak Gun :” Duduk!”
Scene 11
Setelah sibuk les dan belajar akhirnya Try out 4 sudah tinggal menghitung jam.
Semua murid sudah masuk kekelas masing masing dan di kelas nol satu Pak Rahmat sudah
mempersilakan murid-murid untuk login.
Kai: "McD Sarinah Tutup Setelah 30 Tahun Beroperasi..." -ketika ilustrasi yang dipasang justru
menghentikan detak jantungnya.
Ada foto beberapa pengunjung McD sedang menikmati hidangan mereka di lantai atas- tapi
entah bagaimana di sana ada Kai, mamanya, dan siluet punggung seorang cowok berseragam
Nawa Sena.
Satu laboratorium komputer langsung ricuh
Scene 12
Aksa: "Menurut kamu, foto tadi bisa muncul di soal kita, kebetulan atau enggak?"
Kay : "aku juga nggak tau! Foto itu nggak ada di internet, nggak ada di mana-mana, aku aja
nggak tau foto itu ada di muka bumi ini! Lagian darimana sih Bu Ayun bisa dapet foto itu?
Ngapain juga dijadiin ilustrasi soal?"
Aksa :" aku rasa foto itu emang bukan dari Bu Ayun."
Aksa :"kamu tau kan, guru mapel selalu setor soal TO ke operator CBT? Itu artinya soal-soal udah
siap di database komputer pusat seenggaknya seminggu sebelum TO. Kalau kita pilih waktu yang
tepat buat ngakses komputer pusat di labkom yang jelas-jelas murid bebas keluar masuk.. ya
ada kemungkinan soal itu diakses secara ilegal dari sana."
Kay :"Tunggu, tunggu. Jadi maksud kamu.. ini semua disengaja? ...nggak. aku ngasal 4 nomor.
Baca teks nggak masuk otak sama sekali jangan bilang.. ada yang sengaja masukin foto itu ke
sana biar nggak konsen ngerjain soal?"
Aksa : "kamu pasti tau ujian itu cuma 20% otak, 80% sisanya mental, kan?"
Aksa :"Sekali mentalmu goyah, kamu nggak bakal bisa fokus, dan semua materi yang dipelajarin
bakal jadi abu-abu. Ini adalah cara paling gampang pengaruhin mental orang?"
Kay "Anxiety attack- serangan cemas."Tapibemangnya ada orang yang seniat itu buat jatuhin
aku?"
Aksa :"Emangnya nggak ada? Kamu beneran nggak punya musuh? Orang yang pengen nilai mu
turun? Orang yang pengen kamu keluar dari tiga besar?"
Scene 13
TO 3, 4 berjalan dengan lancar sampai kita lihat peringkat pada TO 5 yaitu
1. Aksara Genandra (98,75)
2. Adinda Valentina (96,45)
3. Kaynala Adinata (95,34)
Namun Dia tidak merasa puas atas hasil tersebut karena bukan keinginannya tetapi keinginan
orang tuanya.
Scene 14
Bu Nadia :"Ini sudah masuk jam pertama, Aletheia, bukannya kamu harusnya di kelas?"
Ale : "Saya baru aja ngelaporin ada celah di sistem keamanan try out, Bu Nadia, ini sejuta kali
lebih penting."
Bu Nadia :"Celah keamanan apa yang kamu maksud sebenarnya?"
Ale :"Ya kan udah saya bilang tadi, Bu, ada soal yang disabotase. Ada ilustrasi yang nggak perlu."
Bu Nadia :"Maksud kamu, ada konten kekerasan, pornografi, atau semacamnya?"
Ale :"Privasi."
Bu Nadia :"Privasi kamu?"
Ale :"Bukan-"
Kay :"Permisi? Bu Nadia?Eh.. maaf. Saya nggak tau kalau—"
Ale :"Sebenernya foto yang saya bahas dari tadi itu fotonya Kay, Bu."
Kay: "Duduk, Kay."
Bu Nadia : "Jadi, berdasarkan laporan kalian, ada murid yang menyabotase soal dengan
memasukkan foto Kay ke soal try out? Kamu yakin bukan Bu Ayun yang membuat soal itu, Kay?"
Kay :"Yakin, Bu. Saya udah ketemu Bu Ayun sebelum ke sini, dan beliau bilang harusnya nggak
ada teks tentang McD. Jadi ini bukan cuma masalah ilustrasinya, tapi bacaan soal juga
disabotase. Bu Ayun bilang nanti setelah jam kedua, beliau bisa cari naskah soal yang asli, jadi Bu
Nadia bisa lihat sendiri perbandingannya dengan yang komputer."
Bu Nadia : "Tapi kalau memang benar soal itu disabotase, apa motifnya?"
Kay :"Anxiety attack, Siapa pun.. siapa pun yang ngelakuin ini, mungkin tujuannya supaya fokus
saya hilang dan performa saya turun. Ibu sendiri juga tau gimana persaingan murid-murid untuk
masuk 3 besar.."
Bu Nadia :"Oke. Saya akan telusuri lebih lanjut masalah ini. Kalau memang benar semuanya
sesuai dugaan kalian, saya pastikan siapa pun pelakunya akan mendapat sanksi."
Kay :"Makasih banyak, Bu Nadia!"
Scene 15
Tidak lama setelah itu, Bu Nadia akhirnya memasuki kelas nol satu, menyebabkan keheningan
total.
Bu Nadia :"Selamat siang."
Siswa :"Siang, Bu.."
Bu Nadia : "Sehubungan dengan laporan yang diterima pihak sekolah, bahwa terdeteksi adanya
penyabotasean soal TO Mandiri 5 kemarin -kami sudah menyelidiki laporan tersebut dan
menemukan bukti-bukti terkait. Kami memutuskan sanksi sosial akan menjadi pilihan terbaik
saat ini. Siapa pun yang merasa sudah terlibat dalam penyabotasean soal TO Mandiri 5, saya
minta berdiri."
Bu Nadia : "Baik kalau begitu. Pak Gum, tolong tayangkan rekaman CCTV-nya."
Video itu menampilkan rekaman CCTV di laboratorium komputer beberapa hari lalu, di mana
seorang siswi sedang masuk ke laboratorium menggunakan hoodie hitam.
Bu Nadia :"Adinda Aletheia. Dengan berat hati, Ibu terpaksa menghukum kamu karena dugaan
sabotase soal TO Mandiri 5."
Scene 16
Sesudah Bu Nadia keluar kelas, Sabiru menyusulnya ke ruang kepala sekolah
Sabiru : " Bu ini ga adil Bu, cuma gara gara Hoodie yang dipakai sama bukan berarti dia salah."
Bu Nadia : "Saya nggak memvonis dia hanya gara-gara itu, Biru. Kamu pikir saya tidak berpikir
matang-matang? Semua kebijakan yang saya ambil ini demi kebaikan seluruh siswa. Saya
mendiskualifikasi Alethia dari TO Mandiri 6 karena saya ingin dia punya masa tenang. Saya
benar-benar kecewa dengan kamu, Kenan. Dulu kamu murid kebanggaan saya. Sekarang kamu
bahkan lebih parah dari siswa-siswa lain."
Bu Nadia :"Kalau kamu pikir hanya kamu yang peduli pada Aletheia, silakan kamu temani dia
selama masa tenangnya. Tidak perlu repot-repot belajar untuk TO Mandiri 6."
Scene 17
Bu Nadia :"Selamat siang."
Siswa :" Siang."
Bu Nadia :"Kali ini Ibu mengumpulkan kalian semua untuk membawa berita duka. Hari ini, telah
meninggal dunia siswi kelas 12 IPA 2, Kiara Prameswari"
Bu Nadia : "..tepatnya pada tanggal 12 Januari 2021 di rumah sakit.."
Bu Hannah: "200 poin pelanggaran yang akan diakumulasikan ke nilai akhir ujian sekolah, sanksi
tipe B, dan.Atas dasar apa? Speak up soal busuknya sekolah ini? Atas dasar mengadakan
kericuhan-"
Ale :"Kericuhan?"
Bu Hannah :"ALETHEIA!"
Ale :"BU, SEKOLAH BARU AJA BUNUH SATU MURID!"
Bu Hannah :"KALIAN TIDAK PUNYA BUKTI APA PUN SOAL ITU! INI NAMANYA MENYEBARKAN
BERITA BOHONG!"
Bu Hannah :"Saya tau kalian marah. Saya juga tau sistem ini bukan sistem pendidikan yang baik."
Ale : "YA KALO GITU KENAPA "
Bu Hannah :"Tapi sistem ini sudah berjalan selama bertahun-tahun dan membawa sekolah kita
ke puncak! Ini dua bulan terakhir sebelum Ujian Nasional, Aletheia. Kalau sampai apa yang
terjadi pada Thalia diketahui media, masa depan ratusan murid dipertaruhkan. Sekolah hanya
berusaha melakukan yang terbaik-"
Kai :"Yang terbaik? Pura-pura semua baik-baik aja dan bilang apa yang terjadi sama Kiara bukan
salah sekolah, itu yang terbaik?" Gadis itu berdiri. "Kalau nggak ada yang ngungkap semuanya,
sampai kapan pun sistem ini bakal berjalan terus, Bu. Setiap ada murid yang kewalahan dan
jatuh, sekolah bakal cuma nutupin hal itu. Lagi.. dan lagi. Kasus kaya gini bakal terus terjadi dan
bakal ada Kiara-Kiara lain."
Bu Hannah : " Ibu tau perasaan kalian."
Bu Hannah: "Dua tahun lalu, ada protes yang hampir sama. Beberapa murid keberatan
mengenai variasi biaya SPP kelas 12 yang ditentukan dari hasil try out. Mereka dari jurusan IPS,
tapi protes itu berhasil mengumpulkan 50% + 1 suara dari total keseluruhan siswa."
Bu Hannah :"Sayangnya dewan langsung turun tangan. Mereka merinci kebijakannya jadi 50% +
1 dari total warga sekolah termasuk murid." guru dan staf, bukan hanya
Jeda.
Bu Hannah:"Seluruh pekerja waktu itu diancam dengan surat PHK."
SCENE 19
Kay bicara pada dinding meski dia tahu keempat orang lain di sana ikut mendengarkan. Aksa
yang sibuk memainkan pemantik apinya, Sabiru yang mempelajari file di atas meja, Ale yang
duduk di lantai sembari memutar-mutar deretan gelang di pergelangan tangan, dan Valen yang
menyilangkan kaki di atas sofa, fokus pada ponselnya.
Rasanya konyol mengingat bagaimana tempo hari mereka masih bersaing mati-matian untuk
berada di tiga besar, dan kini kelimanya justru menerima sanksi karena ingin sistem
pemeringkatan dihapuskan. Kay tidak pernah benar-benar memikirkannya, tapi ada begitu
banyak hal yang berubah dibandingkan tiga bulan lalu, sejak pertama kali dia menginjakkan kaki
di Nawa Sena.
TAMAT