Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan praktikum Acara 1V Agroklimatologi dilatarbelakangi oleh


perlunya pengenalan analisis curah hujan wilayah kepada praktikan.
Pengenalan tersebut dilakukan agar praktikan mengetahui cara menghitung
nilai rata-rata curah hujan suatu wilayah. Selain itu, praktikum ini juga
dilakukan karena adanya hubungan antara curah hujan dengan rencana
kegiatan irigasi dan drainase yang dipelajari oleh praktikan sebagai
mahasiswa Teknik Pertanian. Dengan demikian, pelaksanaan praktikum ini
dapat menambah pengetahuan praktikan dalam menganalisis curah hujan
wilayah serta menerapkannya dalam bidang pertanian.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum Acara IV Agroklimatologi adalah untuk menentukan
nilai rata-rata curah hujan wilayah serta mempelajari hubungan curah hujan
dengan rencana kegiatan irigasi dan drainase.

1.3 Manfaat
Dengan dilaksanakannya praktikum ini, praktikan mendapat manfaat
berupa pengetahuan tentang cara membagi wilayah curah hujan dengan
beberapa metode, cara menghitung nilai rata-rata curah hujan suatu wilayah,
serta bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut di bidang pertanian,
khususnya dalam rencana kegiatan irigasi dan drainase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Curah hujan (mm) adalah parameter yang diukur berdasarkan ketinggian


air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak
meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm berarti terdapat air hujan setinggi
1 mm yang tertampung pada tempat yang datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak
ada yang menguap, mengalir dan meresap (Mulyono, 2014).
Berdasarkan letak astronomi Indonesia merupakan negara beriklim tropis
karena dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga mendapat penyinaran matahari
sepanjang tahun. Selain itu, menurut letak geografisnya Indonesia diapit oleh dua
benua dan samudera. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai daerah penemuan
sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dan sirkulasi zonal (Timur- Barat). Kedua
sirkulasi ini sangat mempengaruhi keragaman iklim Indonesia. keragaman iklim
tersebut berakibat pada beragamnya curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia.
Kajian iklim berupa curah hujan tersebut berkaitan dengan ketersediaan air yang
merupakan faktor penting dalam pertanian. Oleh karena itu, curah hujan perlu
dianalisis dengan pembagian wilayah yang tepat. (Dainty dkk, 2016).
Analisis curah hujan wilayah dalam praktikum ini menggunakan tiga
metode, yaitu metode aritmatika, metode poligon thiessen, dan metode isohyet.
Metode aritmatika adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
(Triatmodjo, 2013).

Metode poligon isohyet yang lebih memperhitungkan bobot dari masing-


masing stasiun yang mewakili luasan di sekitar. Pada suatu luasan di dalam DAS
dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili stasiun
tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata (Triatmodjo, 2013).
Metode isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan curah
hujan yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan dalam suatu
wilayah diantara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari
kedua garis isohyet tersebut (Lesawengan & Prasetyo, 2017)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop atau PC
sebagai alat komunikasi, koneksi internet untuk mengakses media e-learning
dan menghubungkan praktikan dengan asisten praktikum melalui zoom cloud
meeting, serta alat tulis untuk mencatat hal-hal penting selama praktikum.

1.2 Cara Kerja


Praktikum diawali dengan praktikan dan asisten praktium masuk pada
ruang zoom yang sudah dibuat. Setelah banyak orang tergabung dalam room,
presensi dibagikan untuk diisi oleh praktikan dan asisten praktikum sebagai
bukti kehadiran. Bersamaan dengan itu, acara praktikum dimulai oleh asisten
praktikum dan dilanjutkan dengan penjelasan materi praktikum. Lalu di akhir
acara praktikum diadakan sesi tanya jawab mengenai materi yang sudah
dibahas dan terkait format laporan. Selesai sesi tanya jawab, acara praktikum
ditutup dan diikuti dengan praktikan meninggalkan ruang zoom.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Analisis Data


Tabel 4.1.1 Hasil Analisis Curah Hujan menggunakan Metode Aritmatika
No Stasiun Curah Hujan
(mm)
1 P1 50
2 P2 60
3 P3 65
4 P4 70
5 P5 70
6 P6 80
7 P7 75
8 P8 85
9 P9 95
10 P10 90
11 P11 100
12 P12 110
13 P13 120
Jumlah 13 1070
Rata-rata: 82,30

Hasil analisa curah hujan berdasarkan rumus persamaan metode aljabar


adalah 1070 mm dibagi 13 sama dengan 82,30 mm.
Tabel 4.1.2 Hasil Analisis Curah Hujan Wilayah menggunakan Metode
Poligon Thiessen

No Stasiun Curah Hujan Luas Daerah A.P


(mm) (mm²)
1 P1 50 28 1400
2 P2 60 43 2580
3 P3 65 69 4485
4 P4 70 40 2800
5 P5 70 24 1680
6 P6 80 51 4080
7 P7 75 19 1425
8 P8 85 26 2210
9 P9 95 35 3325
10 P10 90 22 1980
11 P11 100 24 2400
12 P12 110 22 2420
13 P13 120 21 2520
Jumlah 13 1070 424 33.305
Rata-rata P : 78,54

Pada metode ini jumlah stasiun hujan adalah 13, jumlah hasil kali
luas daerah dengan curah hujan masing-masing stasiun adalah 33.305
mm3 sehingga didapatkan rata-rata curah hujan sebesar 78,54 mm.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Curah Hujan Wilayah menggunakan Metode
Isohyet

No Interval Pi Ai Pi.Ai
(mm) (mm²) (mm3 )
1 50-55 52,5 38 1995
2 55-60 57,5 29 1667,5
3 60-65 62,5 57 3562,5
4 65-70 67,5 52 3510
5 70-75 72,5 64 4640
6 75-80 77,5 40 3100
7 80-85 82,5 41 3382,5
8 85-90 87,5 52 4550
9 90-95 92,5 27 2497,5
10 95-100 97,5 37 3067,5
11 100-105 102,5 24 2460
12 105-110 107,5 19 2042,5
13 110-115 112,5 10 1125
14 115-120 117,5 4 470
Jumlah 494 38.070
Rata-rata : 77,06

Pada metode ini jumlah daerah yang mewakili adalah 14, dengan
interval 50 sampai 120, jumlah hasil kali luas daerah dengan curah hujan
mewakili masing-masing stasiun adalah 38.070 mm3, sehingga sesuai
persamaan didapatkan rata-rata curah hujan sebesar 77,06 mm.
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu
No Metode Rata-rata Curah Hujan
1 Aljabar 82,30 mm
2 Theissen 78,54 mm
3 Isohyet 77,06 mm
Tabel 4.2.1. Hasil Analisa Ketiga Metode

Rata-rata curah hujan wilayah yang didapat melalui metode aljabar


adalah 82,30 mm, melalui metode Thiessen adalah 78,54 mm, dan
melalui metode Isohyt adalah 77,06 mm. Berdasarkan praktikum ini
metode yang paling akurat yaitu metode Isohyet. Mengutip dari buku
Meteorologi Indonesia 2 Awan dan Hujan Monsun metode Isohyet
merupakan metode yang teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-
rata disuatu daerah dan apabila menggunakan metode ini stasiun hujan
yang ada harus banyak serta tersebar secara merata. Namun, kelemahan
metode isohyet adalah menggunakan rumus lebih banyak dibandingkan
dengan dua metode lain (Triatmodjo,2008).
Dalam praktikum ini metode aritmatika memperoleh hasil yang
lebih besar dari dua metode yang lainnya hal ini disebabkan karena rata-
rata curah hujan di setiap stasiun dibagi dengan jumlah stasiun (Lashari
dkk, 2017). Dari cara memperoleh hasil metode aritmatika merupakan
metode yang sederhana karena tidak membutuhkan banyak perhitungan
dibandingkan dua metode lainnya. Oleh karena itu, metode aritmatika
kurang akurat hasil analisisnya.
Pengolahan data curah hujan di kawasan yang datar sebaiknya
menggunakan metode polygon thiessen sedangkan pada kawasan
perbukitan dengan tingkat kerapatan stasiun curah hujan dengan
persebaran merata sebaiknya menggunakan metode isohyet (Pangaribuan
dkk, 2019). Dengan demikian, urutan metode analisis curah hujan dari
yang paling akurat adalah metode isohyet, metode poligon, dan metode
aritmatika.
Tingkatan curah hujan dalam suatu wilayah dapat dibagi dalam
beberapa kategori. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) tingkat curah hujan dibagi dalam 4 kategori antara
lain kategori rendah (1-100 mm), kategori menengah (101-300 mm),
kategori tinggi (301-400 mm), dan kategori sangat tinggi ( >401 mm)
(Lesawengan & Prasetyo, 2017). Berdasarkan data tersebut, maka hasil
analisis nilai rata-rata curah hujan di wilayah tersebut tergolong dalam
kategori rendah. Oleh karena itu, rencana kegiatan irigasi dan drainase di
wilayah tersebut perlu disesuaikan dengan tingkat curah hujan wilayah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan praktikan telah
meengetahui cara menghitung nilai rata-rata curah hujan wilayah dengan
metode aritmatika, poligon, dan isohyet. Selain itu, praktikan juga
mempelajari hubungan curah hujan dengan rencana kegiatan irigasi dan
drainase.

5.2 Saran
Saran dari praktikan untuk acara praktikum ini, yaitu dalam penjelasan
materi sebaiknya jangan terlalu cepat dan lebih mendetail sebab dalam
praktikum ini praktikan mempelajari hal baru sehingga perlu konsep awal
yang lengkap dan jelas. Saran lainnya adalah dalam pembuatan gambar
pembagian wilayah curah hujan kalau bisa diberikan video tutorialnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dainty, I., Abdullah, S.H., & Priyati, A. 2016. Analisis peluang curah hujan untuk
penetapan pola dan waktu tanam serta pemilihan jenis komoditi yang
sesuai di desa masbagik kecamatan masbagik kabupaten lombok timur.
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 4(1): 207-210.
Mulyono, D. 2014. Analisis karakteristik curah hujan di wilayah kabupaten garut
selatan. Jurnal Konstruksi, 13(1): 1-5.

Lashari, Kusumawardani, R., & Prakarsa, F. 2017. Analisa distribusi curah hujan
di area merapi menggunakan metode aritmatika dan poligon. Jurnal
Teknik Sipil & Perencanaan, 19(1): 39 – 43.

Lesawengan, R. N. S. & Prasetyo, S. Y. J. 2017. Pemetaan curah hujan


menggunakan metode isohyet kota semarang. Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.

Pangaribuan, J., Sabri, L. M., & Amarrohman, F. J. 2019 . Analisis daerah rawan
bencana tanah longsor di kabupaten magelang menggunakan sistem
informasi geografis dengan metode standar nasional indonesia dan
analythical hierarchy process. Jurnal Geodesi Undip, 8(1): 288-297.

Tjasyono,B .H .K. & Harijono, S. W. B. 2008. Meteorologi indonesia 2 awan dan


hujan monsun. Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Triatmodjo, B. 2013. Hidrologi terapan. Beta Offset Yogyakarta ,Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai