Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN


WARGA MISKIN PADA KOTA PEKALONGAN
Maymuunatu Labiybah Azzainabiy
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika
Universitas Dian NuswantoroSemaran, Jl. Nakula I No. 5 – 11 Semarang
Email:labiybah@gmail.com

ABSTRAK
Kemiskinan merupakan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi dalam
kehidupan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab dalam pengembangan
sumber daya manusia yang bertujuan dalam kesejahteraan rakyat dan mengentaskan
kemiskinan. Berbagai program dalam upaya penanggulangan kemiskinan pada Kota
Pekalongan memang telah banyak, tetapi berbagai bantuan yang sampai di tangan
rakyat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan karena penentuan
warga miskin yang belum optimal sehingga pemerintah dalam memberikan bantuan
kemiskinan masih belum sesuai dengan realita yang ada. Tujuan penelitian ini adalah
membuat sebuah sistem pendukung keputusan penentuan warga miskin sehingga dapat
menjadi alat bantu bagi Pemerintah Kota Pekalongan dalam hal penentuan warga miskin.
Subjek penelitian ini adalah sistem informasi penentuan warga miskin dengan
mengimplementasikan metode Simple Additive Weighting(SAW). Dan penelitian ini
menggunakan model waterfall yang meliputi analisa kebutuhan sistem, design atau
perancangan, coding, testing, implelemtasi, serta pemeliharaan. Sistem dibangun dengan
menggunakan bahasa pemrograman PHP menggunakan database MySQL. Hasil penelitian
ini berupa implementasi metode Simple Additive Weighting untuk penentuan warga miskin
di Kota Pekalongan yang telah melalui pengujian black box.

Kata kunci : SAW, penentuan warga miskin, pekalongan, PHP, MySQL

1. PENDAHULUAN aturan yang ditentukan oleh pemerintah


Kemiskinan merupakan masalah pusat.
multidimensi yang memerlukan Dalam melakukan pengolahan data
penanganan secara menyeluruh dan yang tepat diharapkan akan menghasilkan
bersama dengan mengedepankan manfaat yang besar bagi masyarakat jika
penghormatan, perlindungan, dan diolah dengan benar. Data yang
pemenuhan hak dasar manusia. Kemiskinan sebelumnya belum diolah dengan benar
terjadi bukan semata karena kurangnya maka itulah perlu diciptakannya sistem
pendapatan, tetapi karena tidak pendukung informasi yang mengolah data
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat secara efektif dan efisien, sehingga dapat
miskin untuk mempertahankan dan mencapai keunggulan kompetetif dengan
memenuhi kehidupan yang bermartabat hasil yang akurat. Tujuan utama dari sistem
sebagai bagian dari hak manusia yang perhitungan data ini adalah membantu
paling asasi. dalam proses pendataan warga miskin dan
Dengan adanya hal ini banyak untuk meminimalisasi terjadinya
program-program pemerintah yang dibuat, kesalahan-kesalahan dalam pendataan
untuk memperlancar program tersebut warga miskin, dan nantinya data tersebut
disetiap desa berkewajiban untuk mendata digunakan untuk mendukung program-
warga miskin yang pantas untuk program pemerintah bagi warga miskin.
mendapatkan bantuan langsung dari pusat. Model yang digunakan dalam
Adapun cara pendataan rakyat miskin sistem penghitungan data ini adalah SAW
tersebut biasanya harus sesuai dengan (Simple Additive Weighting). Simple
Additive Weighting (SAW) yang juga
dikenal sebagai pembobotan kombinasi yang dimakan, tingkat gizi, pakaian,
linier atau metode skoring adalah teknik sanitasi, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
yang sederhana dan paling sering Perdebatan cara pengukuran
digunakan dalam melakukan pengambilan kemiskinan itu terus berkembang.
keputusan yang didasarkan atas beberapa Pengukuran yang hanya mendasarkan pada
kriteria. indikator-indikator ekonomi telah tidak
SAW dipilih karena dapat dapat dipertahankan. Kritik-kritik yang
menentukan nilai bobot untuk setiap berkembang menunjukan bahwa selain
atribut, kemudian dilanjutkan dengan kemiskinan dari sisi ekonomi, perlu kajian
proses perangkingan yang akan menyeleksi terhadap pengukuran kemiskinan
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif, struktural, kultural, dan fungsional.
dalam hal ini alternatif yang dimaksut
adalah yang dikategorikan sebagai warga 2.2. Sistem Pendukung Keputusan
miskin berdasarkan kriteria-kriteria yang Sistem Pendukung Keputusan biasa
ditentukan juga disebut dengan istilah DSS. Pada awal
Dengan metode perangkingan tahun 1970 ada seorang ahli
tersebut, diharapkan penilaian akan lebih mendefinisikan sistem pendukung
tepat karena didasarkan pada nilai kriteria keputusan merupakan sekumpulan prosedur
dan bobot yang sudah ditentukan sehingga berbasis model unuk data pemrosesan dan
akan mendapatkan hasil yang lebih akurat penilaian guna membantu para manajer
terhadap siapa yang dikategorikan sebagai mengambil keputusan.
warga miskin. Ada beberapa tujuan dari sistem
pendukung keputusan, antara lain :
1. Membantu manajer memberikan
2. TINJAUAN PUSTAKA keputusan menyelesaikan masalah yang
2.1. Pengukuran Kemiskinan terstruktur dan tidak terstruktur.
Didalam menentukan 2. Memberikan dukungan atas keputusan
kebijaksanaan menyerang kemiskinan, manajer dan bukan dimaksutkan untuk
umumnya condong menggunakan kriteria- menggantikan fungsi manajer.
kriteria yang bernuansa pada ukuran- Komputer hanya dapat menyelesaikan
ukuran ekonomi, seperti pengukuran masalah yang terstruktur dan manajer
tingkat distribusi pendapatan dan 40 persen menyelesaikan masalah yang tidak
penduduk berpendapatan rendah (Esmara, terstruktur. Fungsi manajer dan
1976;Hasibuan,1993), tingkat kebutuhan komputer dapat menjadi satu untuk
dasar (Peraturan Menaker, 1997), luas menyelesaikan sebuah masalah.
pemilikan lahan (Griffin, 1981) dan 3. Meningkatkan efektivitas atas keputusan
sebagainya. Variabel-variabel yang yang diambil oleh manajer melebihi
digunakan umumnya adalah pengeluaran, daripada harus memperbaiki
penghasilan, pemakaian energi, proporsi efisiensinya dalam menyelesaikan suatu
penggunaan air bersih, tingkat pendidikan permasalahan.
yang ditamatkan, pemilikan lahan,
pemilikan radio, televisi dan lainnya. Dari uraian di atas menunjukan
Terdapat dua cara pengukuran bahwa tujuan dari DSS adalah untuk
kemiskinan yang digunakan oleh ara ahli memberikan kemudahan kepada manajer
dalam menentukan tingkat kemiskinan untuk mengambil keputusan dalam
suatu masyarakat. Pertama kemiskinan mengambil suatu masalah dengan seefisien
relatif, yang menganggap bahwa tingkat mungkin.
pendapatan bukanlah satu-satunya kriteria Jenis-jenis Keputusan Menurut
tingkat kemiskinan, namun ukuran ini Herbert A.Simon:
dapat menentukan faktor yang dominan 1. Keputusan Terprogram
karena mampu menunjukan potensi Bersifat berulang dan rutin sehingga
seseorang untuk memiliki barang-barang suatu prosedur pasti telah dibuat untuk
dan jasa-jasa. Kedua, kemiskinan absolut, menanganinya.
ditunjukan melalui tingkat konsumsi kalori 2. Keputusan Tak Terprogram
Bersifat baru dan tidak terstruktur dan 2.3. Simple Additive Weighting (SAW)
jarang konsekuen. Tidak ada metode Metode SAW sering juga dikenal
yang pasti untuk menangani masalah istilah metode penjumlahan terbobot.
ini. Konsep dasar metode SAW adalah
Ciri utama dari sistem pendukung mencari penjumlahan terbobot dari rating
keputusan adalah kemampuan untuk kinerja pada setiap alternatif pada semua
menyelesaikan masalah-masalah yang tidak atribut. Metode SAW membutuhkan
terstruktur. Pada dasarnya sistem proses normalisasi matriks keputusan (X)
pendukung keputusan merupakan ke suatu skala yang dapat
perkembangan dari sistem diperbandingkan dengan semua rating
terkomputerisasi. alternatif yang ada.
Menghasilkan keputusan yang baik Adapun langkah-langkahnya
di dalam sistem pendukung keputusan perlu adalah:
didukung informasi dan fakta-fakta yang 1. Memberikan nilai setiap alternatif (Ai)
berkualitas, diantaranya : pada setiap kriteria (Cj) yang sudah
a. Aksebilitas ditentukan, dimana nilai i=1,2,…m dan
Berkaitan dengan kemudahan dalam j=1,2,…n.
mendapatkan informasi karena akan 2. Memberikan nilai bobot (W) yang juga
berkaitan dengan aktifitas dari nilai didapatkan berdasarkan nilai crisp.
informasinya. 3. Melakukan normalisasi matriks dengan
b. Kelengkapan cara menghitung nilai rating kinerja
Atribut berkaitan dengan isi informasi ternormalisasi (rij) dari alternatif Ai
yang didalamnya tidak hanya pada atribut Cj berdasarkan persamaan
menyangkut volume tetapi juga yang disesuaikan dengan jenis atribut
kesesuaian dengan harapan si pemakai (atribut keuntungan/benefit =
sehingga seringkali kelengkapan ini MAKSIMUM atau atribut biaya/cost=
siukur secara kuantitatif. MINIMUM). Apabila berupa artibut
c. Ketelitian keuntungan maka nilai crisp (Xij) dari
Dalam tingkat ketelitian yang paling setiap kolom atribut dibagi dengan nilai
sering mengalami kesalahan adalah crisp MAX (MAX Xij) dari tiap kolom,
dalam pelaksanaan pengolahan data sedangkan untuk atribut biaya, nilai
dalam jumlah besar. Dua tipe crisp MIN (MIN Xij) dari tiap kolom
kesaalahan yang sering terjadi berkaitan atribut dibagi dengan nilai crisp (Xij)
dengan perhitungan. setiap kolom.
d. Ketepatan 4. Melakukan proses perankingan untuk
Berkaitan dengan kesesuain antara setiap alternatif (Vi) dengan cara
informasi yang dihasilkan dengan mengalikan nilai bobor (wi) dengan
kebutuhan pemakai. Sama halnya sulit nilai rating kinerja ternormalisasi (rij).
untuk diukur secara kuantitatif.
e. Ketepatan waktu 3. METODE PENELITIAN
Kualitas informasi sangat ditentukan 3.1. Jenis Penelitian
oleh ketepatan waktu penyampaiann dan Jenis data kualitatif dan
aktualisasinya. kuantitatif sebagai jenis data yang
f. Kejelasan digunakan dalam implementasi
Berkaitan dengan bentuk atau format penghitungan data warga miskin ini.
penyampaian informasi. Bagi seorang Dimana terdapat data kuantitatif berupa
pimpinan akan lebih berarti jika data bukan angka yang mengacu pada
penyampaian informasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan bukan angka seperti
grafik atau histogram daripada bentuk kondisi rumah, kondisi pangan, dsb.
kata-kata. Sedangkan data kualitatif berupa data
g. Fleksibilitas angka yang berupa pertanyaan jumlah
Tingkat adaptasi dari informasi yang penghasilan, keluarga, pengeluaran, dsb.
dihasilkan terhadapat kebutuhan
berbagai keoutusan yang akan diambil.
3.2. Objek Penelitian terkait yang ada di Bappeda Kota
Dalam membuat laporan tugas Pekalongan sebagai narasumber, guna
akhir ini penulis melakukan penelitian yang mendapatkan informasi tentang hal-hal
berkaitan dengan penghitungan data warga yang menjadi pertimbangan warga
miskin. Dimana data yang diperlukan miskin. Selain itu juga guna
dalam penelitian ini adalah data-data mendapatkan data-data kriteria warga
mengenai kriteria apa saja yang menjadi miskin serta data-data warga Kota
syarat dalam penyeleksian warga yang Pekalongan. Yang nantinya akan
dikategorikan sebagai warga miskin dan digunakan untuk keperluan penelitian
berapa presentase tiap kriteria tersebut. dan pengembangan perangkat lunak.
Data kriteria ini diperoleh dari Badan Studi literatur yang dilakukan mengenai
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota pemodelan dengan menggunakan
Pekalongan pada Bagian Perekonomian. Simple Additive Weighting (SAW).
2. Design
3.3. Metode Pengumpulan Data Proses desain akan menerjemahkan
Adapun metode yang digunakan syarat kebutuhan ke sebuah
penulis untuk mendapatkan data-data diatas perancangan perangkat lunak yang
adalah sebagai berikut : dapat diperkirakan sebelum dibuat
a. Metode Studi Literatur coding. Proses ini berfokus pada :
Dengan mengumpulkan dan struktur data, arsitektur perangkat lunak,
mempelajari literatur yang berkaitan representasi interface, dan detail
dengan pemodelan mengenai pemodelan (algoritma) prosedural. Tahap ini
dengan menggunakan Simple Additive dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
Weighting (SAW). fungsional dan non fungsional
b. Metode Wawancara perangkat lunak yang akan dibangun
Dengan melakukan wawancara dengan dan merancang perangkat lunak yang
bagian ekonomi Bappeda Kota dapat menyelesaikan permasalahan
Pekalongan guna mendapatkan yang ada dan memenuhi semua
informasi tentang hal-hal yang menjadi kebutuhan. Tahap ini berupa design
pertimbangan dalam penentuan warga interface aplikasi metode penghitungan
miskin. Selain itu juga guna warga miskin dengan menggunakan
mendapatkan data-data warga Kota metode SAW.
Pekalongan. Yang nantinya akan 3. Coding
digunakan untuk keperluan penelitian Coding merupakan penerjemahan
dan pengembangan perangkat lunak. design dalam bahasa yang bisa dikenali
Wawancara disini tidak untuk meminta oleh komputer. Dilakukan oleh
pendapat pribadi narasumber, melainkan programmer yang akan meterjemahkan
mengenai data yang ada pada bagian transaksi yang diminta oleh user.
ekonomi Pemerintah Pekalongan. Tahapan ini lah yang merupakan
tahapan secara nyata dalam
3.4 Metode Pengembangan Sistem mengerjakan suatu sistem. Dalam artian
Metode yang digunakan dalam penggunaan komputer akan
melakukan pengerjaan tugas akhir ini dimaksimalkan dalam tahapan ini.
adalah Waterfall Model model dengan 4. Testing
tahap-tahap seperti gambar berikut : Setelah kode program selesai dibuat,
Secara garis besar metode waterfall dan program dapat berjalan, testing
mempunyai langkah-langkah sebagai dapat dimulai. Testing difokuskan pada
berikut : logika internal dari perangkat lunak,
1. Analisa fungsi eksternal, dan mencari segala
Langkah ini merupakan analisa terhadap kemungkinan kesalahan. Tujuan testing
kebutuhan sistem. Pengumpulan data adalah menemukan kesalahan-
dalam tahap ini bisa malakukan sebuah kesalahan terhadap sistem tersebut dan
penelitian, wawancara atau study kemudian bisa diperbaiki. Testing dalam
literatur. Proses ini dilakukan dengan pembuatan sistem ini dilakukan dengan
melakukan interview kepada pihak yang cara blackbox.
5. Pemeliharaan menginputkan nilai bobot. Besarnya nilai
Perangkat lunak yang sudah bobot merupakan kesepakatan bersama dari
disampaikan kepada pelanggan pasti pihak-pihak yang berwenang. Nilai bobot
akan mengalami perubahan. Perubahan berguna untuk membuat nilai lebih dari
tersebut bisa karena mengalami kriteria itu, dimana masing-masing kriteria
kesalahan karena perangkat lunak harus mempunyai nilai bobotnya sendiri-sendiri.
menyesuaikan dengan lingkungan Dalam perhitungan ini, kriteria yang lebih
(periperal atau sistem operasi baru) diutamakan dan sangat menjadi acuan
baru, atau karena pelanggan kemiskinan diberi nilai lebih dari 1. Dan
membutuhkan perkembangan untuk kriteria yang tidak mempunyai bobot
fungsional. Dalam hal ini pemeliharaan lebih atau tidak diutamakan diberi nilai 1.
dilakukan pada database yang tiap Dengan kata lain tidak ada kriteria dengan
tahunnya akan mengalami perubahan. ilai bobot 0. Karena nilai akhir tidak
Perilaku yang dilakukan dapat berupa berpengaruh saat nilai bobot kriteria
me-backup setiap sebulan sekali. bernilai 1. Sebaliknya akan berpengaruh
dalam nilai akhir apabila nilai bobot krteria
. semakin besar atau lebih dari 1.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Input Sub Kriteria


Gambar 1. Input Sumber Kriteria
Sub kriteria merupakan bagian dari
Sumber kriteria merupakan asal tiap kriteria. Tiap kriteria memiliki sub
kriteria yang nantinya akan menjadi tempat kriteria atau dengan kata lain pilihan
dari kriteria-kriteria yang akan diinputkan. jawaban dari kriteria tersebut. Langkah
Karena selain dari usulan kota Pekalongan untuk menginput sub kriteria yaitu memilih
sendiri, terdapat berbagai macam kriteria kriteria lalu menginput nama sub kriteria
dari berbagai sumber. Untuk yang telah ditentukan.
membedakannya maka tiap sumber dipisah
sendiri-sendiri.

Gambar 2. Input Kriteria


Gambar 4. Input Nilai Sub Kriteria
Langkah penginputan data kriteria
yaitu pertama menginputkan nama kriteria, Sama halnya dengan kriteria, sub
lalu memilih sumber kriteria yang akan kriteria juga memiliki nilai. Dimana
diinputkan. Pilihan sumber kriteria semakin sub kriteria itu mengacu pada
merupakan hasil dari inputan sumber miskinnya orang tersebut maka nilai dari
kriteria sebelumnya. Selanjutnya yaitu sub kriteria itu semakin besar. Nilai sub
kriteria berdasarkan jumlah dari sub kriteria
dan dimulai dengan nilai 1.

Gambar 7. Input Data Jawaban


Gambar 5. Input Data Penduduk
Saat sumber kriteria dipilih maka
akan mucul tabel pertanyaan dan jawaban.
Penduduk merupakan alternatif dari
Dimana pertanyaan merupakan kriteria
perhitungan sistem ini. Dimana proses
yang telah diinputkan dan jawabannya
perangkingan tidak akan jalan apabila
merupakan sub kriteria yang telah
belum ada penduduk yang telah diinputkan.
diinputkan juga. Selanjutnya setelah semua
Form penduduk yang diinputkan yaitu no
diisi klik tambah. Begitu pula seterusnya.
KK, nama kepala keluarga, alamat,
kecamatan, kelurahan, dan jika ada foto

Gambar 8. Input Hasil Perangkingan

Gambar 6. Input Master Perangkingan Setelah semua diinputkan maka yang


terakhir adalah hitung perangkingan.
Master perangkingan merupakan tahap Dimana akan keluar data dengan nilai dan
akhir dari proses sistem ini. Istilah lain dari kesimpulan. Dan berikut grafik
master perangkingan yaitu mengisi perangkingannya :
jawaban-jawaban dari kriteria dengan
jawaban berupa sub kriteria dari tiap-tiap
penduduk dan dari berbagai sumber
kriteria. Jadi kita melakukan inputan
jawaba sejumlah dari jumlah sumber
kriteria. Langkah pertama yaitu memilih
penduduk yang akan diinputkan.
Setelah klik nama penduduk yang
akan di proses perangkingannya, maka
yang harus dilakukan yaitu memilih sumber
kriteria mana dulu yang akan dinputkan.
Gambar 9. Grafik Perangkingan
5. PENUTUP TEM+PENDUKUNG+KEPUTUSAN.d
Kesimpulan oc diakses tanggal 20 Juni 2013
Setelah melakukan analisis, Kamaludin, Asep. Sistem pendukung
perancangan, implementasi beserta keputusan dalam pemilihan alternatif
pengujian yang telah dilakukan, maka alat kontrasepsi menggunakan simple
dapat diperoleh kesimpulan terhadap additive weighting, Bandung, 2012.
sistem pendukung keputusan untuk Eniyati,Sri.Perancangan Sistem Pendukung
penentuan warga miskin yaitu sebagai Pengambilan Keputusan untuk
berikut : Beasiswa dengan metode SAW
1. Sistem yang dibuat hanya sebagai (Simple Additive Weighting).Semarang,
alat bantu untuk memberikan 2011.
informasi kepada user atau Turban, Efraim, et all. Decision Support
pemerintah sebagai bahan Systems and Intelligent Systems (Sistem
pertimbangan dalam menentukan Pendukung Keputusan dan Sistem
warga miskin. Yang nantinya akan Cerdas) edisi ketujuh jilid 1. Yogjakarta
sebagai acuan untuk program- : Andi Offset. 2005.
program kemiskinan yang ada. Kusumadewi, Sri, Sri Hartati, Agus
2. Metode Fuzzy Multiple Attribute Harjoko, Retantyo Wardoyo.
Decision Making (FMADM) dengan FuzzyMulti-Attribute Decision Making
metode Simple Additive Weighting (Fuzzy MADM). Yogjakarta: Graha
dapat diterapkan untuk menentukan Ilmu, 2006.
warga miskin. Pada kasus ini yaitu
pada kota Pekalongan.
3. Sistem ini dapat menangani dalam
penambahan atau perubahan kriteria
sehingga hasil perhitungan akan
tetap akurat.

Saran
Berdasarkan penelitian, masih ada
beberapa kekurangan yang terdapat
dalam aplikasi sistem tersebut. Beberapa
kekurangan tersebut dirangkum dalam
saran sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat dilakukannya
pengembangan lagi pada sistem ini
dengan menggunakan metode lain
seperti metode Weighted Product,
Electree.
2. Dapat dikembangkan lagi dengan
multiplatform, misalnya dalam
berbasis mobile atau android.
3. Untuk pengembangan selanjutnya
dapat dilakukan dalam cakupan yang
lebih luas lagi daripada kota.

6. DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Kota Pekalongan. Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) 2011-2015 Kota Pekalongan,
Pekalongan.2010.
http://betty_yudha.staff.gunadarma.ac.id/D
ownloads/files/14881/BAB+5+SIS

Anda mungkin juga menyukai