Anda di halaman 1dari 15

BAB III

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN MULUT PADA MURID


SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I

3.1 Latar Belakang


Puskesmas Kasihan I adalah salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kota Bantul yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah Desa Bangunjiwo dan Desa Tamantirto. Puskesmas Kasihan I merupakan
salah satu dari 27 puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul, terletak di
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Letak puskesmas Kasihan I dengan
ibukota Kecamatan berjarak kurang lebih 5 km, dengan Desa Bangunjiwo
berjarak 300 meter dan dengan Desa Tamantirto berjarak 3 km. Puskesmas
Kasihan I terletak di Desa Bangunjiwo dan Puskesmas Pembantu ada 1 unit
terletak di Desa Tamantirto. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kasihan I
pada Tahun 2015 adalah 56.507 jiwa terdiri dari 28.057 laki-laki dan 28.450
wanita dengan kepala keluarga sebanyak 16.764.18
Masalah kesehatan gigi dan mulut termasuk dari 10 penyakit terbanyak di
daerah kerja Puskesmas Kasihan I. Keadaan tersebut menunjukan bahwa tingkat
kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut masyarakat kota Bantul masih perlu
mendapatkan perhatian khusus dari praktisi kesehatan. Pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut dapat dilakukan salah satunya dengan menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi karies pada penduduk
Indonesia mengalami peningkatan sebesar 53,2%. Penderita karies tertinggi pada
kelompok perempuan sebesar 70,7%.19
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kelompok usia yang
dapat digunakan untuk survei kesehatan rongga mulut pada suatu populasi yaitu
usia 5, 12, 15, 35-44, dan 65-74 tahun. Usia 12 tahun digunakan sebagai indikator
usia untuk memantau penyakit karies secara global karena semua gigi permanen
telah erupsi kecuali gigi molar ketiga. Usia 15 tahun juga direkomendasikan
karena gigi permanen yang sudah erupsi telah terpapar lingkungan di rongga
mulut (berbagai macam makanan) selama 3 sampai 9 tahun.20

53
54

3.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari berbagai cara diantaranya:
laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada, survailance epidemiologi atau
pemantauan penyebaran penyakit, survei kesehatan yang khusus diadakan untuk
memperoleh masukan perencanaan kesehatan, dan hasil kunjungan lapangan.
Puskesmas Kasihan I melakukan survey awal di wilayah Desa Bangunjiwo
dan Desa Tamantirto.
No Gambaran Masalah
1 Kurangnya tenaga kesehatan (dokter gigi 2, perawat 2)
2 Tidak ada kader, UKGS tidak ada
3 Fasilitas Kesehatan
4 Letak Geografis (dataran rendah, Fluor tinggi)
5 Jumlah Penduduk
6 Ekonomi (mayoritas buruh)
7 Pendidikan
8 Tingkat Karies
9 Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
10 Penyakit Jaringan Keras gigi
Gambar 3.1 Gambaran umum masalah yang terjadi di daerah kerja Puskesmas
Kasihan I

Berdasarkan hasil survey data diatas di dapatkan 10 masalah yaitu:


1. Kurangnya tenaga Kesehatan di Puskesmas Kasihan I yang hanya
berjumlah 2 dokter gigi dan 2 perawat
2. Tidak Adanya kader kesehatan gigi dan mulut dan tidak adanya UKGS
3. Kurangnya Fasilitas Kesehatan
4. Leteak Geografis di dataran rendah
5. Jumlah penduduk tinggi
6. Mayoritas Pekerjaan Buruh
7. Tingkat Pendidikan Rendah
8. Tingkat Karies Moderat
9. Gangguan Perkembangan dan erupsi gigi
10. Penyakit jaringan keras gigi

3.3 Tujuan Pemecahan Masalah


55

Memberikan informasi mengenai gambaran permasalahan Kesehatan gigi dan


mulut di Desa Bangunjiwo dan Desa Tamantirto serta meningkatkan pengetahuan
mengenai kesehatan gigi dan mulut.

3.4 Penetapan Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Dalam 
menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yaitu besarnya masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi
masyarakat, serta bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Cara pemilihan
prioritas masalah secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Scoring Technique dan Non Scoring Technique.
Pada Scoring Technique pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan
score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter
yang dimaksud adalah prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah,
kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase), keinginan masyarakat
untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need), keuntungan sosial
yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit), teknologi yang
tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility), dan sumber daya yang
tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources
availibility). Teknik ini dibagi menjadi enam, yaitu:

1) Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
b. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka
kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan
tersebut
56

c. Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan


sumber daya
d. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah
dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
2) Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)
Metode ini disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter
diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah.
Kriteria yang dipakai ialah:21
a. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah
b. Severity :Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan
casefatality rate masing-masing
c. Vulnerability : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
d. Community and political concern : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
e. Affordability : Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia
Metode ini menggunakan skor pada setiap variabel penilaian, dengan
menggunakan skor 1-10. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan
masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian
dilakukan dari satu parameter ke parameter lain. Hasilnya didapat dari perkalian
parameter tersebut. Penilaian dengan metode PAHO dilakukan oleh Tim (beberapa
orang) dan dibutuhkan ahli untuk menyatukan persepsi dari semua tim penilai,
karena kalau tidak maka akan banyak terjadi bias dalam penilaian.
Setelah masing-masing anggota memberikan penilaian maka diambil rata-rata,
57

bila ada anggota tim yang menilai ekstrim maka nilai ekstrim tersebut dibuang,
tidak masuk dalam rata-rata, selanjutnya nilai rata-rata tersebut dibulatkan.
3) MCUA (Multiple Criteria Utility Asessment Method)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima
kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot
penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk
menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan
justifikasi. Kriteria pada metode ini adalah:21
a. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
b. Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
c. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
d. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
e. Policy : Kebijakan pemerintah daerah atau nasional
4) Metode Hanlon
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat kelompok kriteria,
yaitu besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah (emergency),
kemudahan penanggulangan masalah (causability), dan faktor yang menentukan
dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor). Metode Hanlon merupakan
metode yang lebih tepat jika daftar outcome dari tujuan yang ingin dicapai
tersedia dari daftar prioritas yang ada dengan data yang memadai dan system
penilaian tujuan Metode Hanlon adalah meningkatkan pemahaman dan
keterampilan dalam meningkatkan penentuan masalah.
Penentuan bobot masing-masing komponen ditentukanoleh tim ahli (5-8
Keterangan:
orang). Formula Hanlon adalah sebagai berikut :
A= Besar masalah (0-10)
B= Berat/tingkat kegawatan (0-20)
C= Kemudahan penanggulangan (0-10)
D=PEARL(Propriety, Economic feasibility,
Acceptability, Resource ability, Legality) faktor (0
atau 1)
58

Bobot Masalah = (A+B)CxD)


3

1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah


Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena penyakit tersebut,
besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut,
besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah dilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang akan
diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk menyelesaikan
masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah)
4. Kelompok kriteria D = Pearl faktor, dimana :
P : Propriatness (kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan /
program / kegiatan instansi / organisasi terkait
E : Economic feasibility (kelayakan dari segi pembiayaan)
A : Acceptability (suatu penerimaan masyarakat dan instansi terkait / instansi
lainnya
R : Resource availability (ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah :
tenaga, sarana / peralatan, waktu)
L : Legality (dukungan aspek hukum / perundang-undangan / peraturan terkait
seperti peraturan pemerintah/juklak/juknis/protap)
5) Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 – 10.
C : Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)
A : Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi
serta penunjang pelaksana seperti peraturan)
R : Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
59

keahlian atau kemampuan motivasi)


L : Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas)
6) Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai
skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M : Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau
jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta
kepentingan instansi terkait
I : Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan mortalitas
serta kecendrungan dari waktu ke waktu)
V : Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitasnya dapat diketahui dari
perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan
(input) yang dipergunakan
C : Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
7) Matriks USG
Matriks USG dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah. Kepner
dan Tragoe (1981) menyatakan pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah
lainnya dapat dilihat dari tiga aspek berikut:21
1. Bagaimana gawatnya masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini terhadap
produktivitas, orang, dan / atau sumber dana dan daya?
2. Bagaimana mendesaknya dilihat dari waktu yang tersedia?
3. Bagaimanakah perkiraan yang terbaik mengenai kemungkinan berkembangnya
masalah?
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang
prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriuosness, dan growth.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
60

diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.


Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber
daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap
organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut. Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan prioritas
masalah, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Penggunaan skor
skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau pertumbuhan masalah
tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut.
Non Scoring Technique dilakukan bila tidak tersedia data pada saat
menetapkan prioritas masalah. Tehnik ini dibagi menjadi dua, yaitu:21
1) Metode Delbeq
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot
(yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan
kriteria besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada
kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait.16
Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
kecenderungannya dari waktu ke waktu. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana
yang diperlukan untuk mengatasi masalah baik dari segi instansi yang
bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang
terkena masalah.
Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta cara atau
metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti tersediannya
kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) dan
sebagainnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
A. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
61

B. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-
masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah
disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot
dan skor yang dipilih reratanya.
C. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan
jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.
2) Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah
yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Cara yang dilakukan pada metode ini yaitu, identifikasi masalah yang hendak/
perlu diselesaikan, membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang
dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan, kuesioner dikirim kepada
para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan
alternatif solusi penyelesaian masalah, pembentukan tim khusus untuk
merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman
kepada partisipan , dan partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan
skala prioritas alternatif pemecahan masalah yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.

No Prioritas masalah C P S M Total Prioritas


1 Kurangnya tenaga 2 2 3 1 8 6
kesehatan (dokter gigi 2,
perawat 2)

2 Tidak ada kader, UKGS 4 4 4 4 16 1


tidak ada

3 Fasilitas kesehatan 2 3 4 1 10 3

4 Letak geografis (dataran 1 1 1 1 4 9


62

rendah. Flour tinggi)

5 Jumlah penduduk 1 1 1 1 4 10

6 Ekonomi (mayoritas 3 3 2 1 9 4
buruh)

7 Pendidikan 3 3 2 1 9 5

8 Tingkat karies 2 3 3 3 11 2

9 Gangguan perkembangan 1 2 2 2 7 7
dan erupsi gigi

10 Penyakit jaringan keras 1 3 2 1 7 8


gigi

Tabel 3.1 Menentukan Prioritas Masalah Dengan Metode Bryant

Berdasarkan hasil scoring prioritas masalah pada Tabel 3.2 diatas


didapatkan prioritas masalah adalah Tidak adanya kader kesehatan dan Tidak
adanya Unit Kesehatan Gigi Sekolah.

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah prioritas masalah ditentukan maka saatnya untuk menentukan solusi


dari masalah tersebut, untuk menentukan solusi dari masalah tersebut tentu perlu
ada sebuah metode yang baik untuk menyelesaikannya salah satunya yaitu metode
problem solving cycle. Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah
proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan
masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala
dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Problem solving
cycle atau siklus solusi masalah merupakan siklus pemecahan masalah yang
terdiri dari beberapa langkah yaitu analisis situasi, identifikasi masalah, penentuan
prioritas masalah, alternatif pemecahan masalah, pelaksanaan solusi dan evaluasi.

3.6 Langkah Problem Solving Cycle


3.6.1 Analisis Situasi
63

Tujuan dari analisi situasi adalah untuk memahami masalah kesehatan secara
jelas dan spesifik, mempermudah penentuan prioritas, dan mempermudah
alternatif pemecahan masalah. Analisis situasi terdiri dari analisis derajat
kesehatan, analisis aspek kependudukan, analisis pelayanan/upaya kesehatan,
analisis perilaku kesehatan, dan analisis lingkungan.
3.6.2 Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan.
Cara perumusan masalah yang baik adalah rumusan tersebut jelas menyatakan
adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan
dapat pula secara Kuantitatif. Penentuan masalah dapat dengan cara
membandingkan dengan yang lain, memonitor tanda-tanda kelemahan,
membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian sebelumnya,
checklist, brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan.
3.6.3 Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan
oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Langkah
penentuan prioritas masalah terdiri dari :
 Menetapkan kriteria
 Memberikan bobot masalah
 Menentukan skoring setiap masalah

3.6.4 Alternatif Solusi


Alternatif solusi dapat diketahui dengan metode brainstorming.
Mempertimbangkan besaran masalah yang ada dengan dan menyesuaikan antara
masalah tersebut dengan kenyataan.
3.6.5 Pelaksanaan Solusi Terpilih
Solusi yang paling tepat dapat dipilih dengan menggunakan 2 cara yaitu
teknik skoring dan non skoring. Pada teknik skoring dilakukan dengan
memberikan nilai (skor) terhadap beberapa alternatif solusi yang menggunakan
64

ukuran (parameter). Pada teknik non scoring alternatif solusi didapatkan melalui
diskusi kelompok sehingga teknik ini disebut juga nominal group technique
(NGT).
Metode skoring diukur dengan cara masing-masing ukuran tersebut diberi
nilai berdasarkan justifikasi kita, bila alternative solusi tersebut realistis diberi
nilai 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai. Kemudian nilai-nilai
tersebut dijumlahkan. Alternatif solusi yang memperoleh nilai tertinggi (terbesar)
adalah yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua
memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya.
Metode non-skoring adalah memilih prioritas masalah dengan
mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap.
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah tekhnik non skoring.
3.6.6 Evaluasi Solusi Yang Dilaksanakan
Hasil yang harus di evaluasi adalah dengan 3 kriteria, yaitu:
 Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana (masalah terpecahkan)
 Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana dengan hasil
yang dicapai (tidak seluruh masalah teratasi)
 Hasil yang dicapai lebih dari yang direncanakan (masalah lain ikut
terpecahkan)
Berikut ini merupakan beberapa pemecahan masalah menggunakan metode
problem solving cycle untuk menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan mulut
yang ada di Puskesmas Cimahi Tengah. Prioritas masalah yang telah terpilih
dengan menggunakan metode Bryant adalah tingkat prevalensi karies pada wanita
usia produktif kehamilan sebesar 3,6 menurut kriteria WHO masuk dalam
prevalensi karies Moderat.
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria
matriks, dengan rumus:
M × I ×V
P=
C
65

Pengukuran efektivitas program berdasarkan:


a. Magnitude (M) :Besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan
b. Importancy (I) :Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Vulnerability (V) :Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Pengukuran efisiensi program berdasarkan cost (C), yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk menyelesaikan masalah. Seluruh kriteria diberikan skor dari 1 hingga 5,
berdasarkan tingkat besarnya masalah, kepentinganya, sensitifitasnya, dan
biayanya.

Alternatif Pemecahan Efektivitas Efisiensi Total Prioritas


M I V C
Masalah
Dokter gigi kecil 5 5 3 3 25 1
Pembuatan video edukasi 4 4 3 2 24 2
Tabel 3.2 Perhitungan Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas alternatif pemecahan masalah pada
Tabel 3.2 diatas, didapatkan pemecahan masalah yaitu dilakukan pembuatan
program dokter gigi kecil untuk anak SD di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I.

3.7 Pembahasan Rancangan Pemecahan Masalah


Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut yang ada di daerah kerja
Puskesmas Kasihan 1 yaitu belum tersedianya UKGS dan tidak adanya kader
kesehatan gigi dan mulut. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan
solusi atau pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil analisis
alternatif pemecahan masalah yang ada, maka pemecahan masalah yang dipilih
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara membuat video pelatihan
dokter gigi kecil dengan target anak Sekolah Dasar di wilayah Puskesmas Kasihan
1 Bantul Yogyakarta.
66

Perencanaan
Planning Program pelatihan dokter gigi kecil di SD wilayah
kerja Puskesmas Kasihan I melalui video
Organizing Puskesmas Kasihan I
Tria Pragita
Trianugrah
M Farras W
Herbowo
Siti Risa Maqdisa
Alqudsi Fajrianti
Actuating Deskripsi
67

Kegiatan  Pembuatan video yang


nantinya diberikan kepada
guru pendamping dalam
pembentukan dokter gigi
kecil.
 Evaluasi bertahap pada tiap
kegiatan yang dilakukan,
mulai dari pemberian video
pada guru hingga
pelaksanaan program awal.

Waktu Mei 2020


Tempat Di rumah masing-masing
Sasaran Seluruh siswa kelas IV hingga kelas
VI Tahun Ajaran 2020/2021
Biaya -
Controlling Puskesmas Kasihan I dan dokter gigi muda
UNJANI
Evaluasi Pendataan guru yang menjadi fasilitator
Menggunakan google formulir melalui whatsapp
Evaluasi 1: saat pemberian video ke guru SD
Evaluasi 2: saat pelatihan dokter gigi kecil
Evaluasi 3: saat program
Evaluasi dilakukan selama satu tahun pertama
Tabel 3.3 Rancangan Pemecahan Masalah

Anda mungkin juga menyukai