Anda di halaman 1dari 14

A.

Metode Hanlon

Metode hanlon adalah metode yang lebih tepat jika daftar outcome dari tujuan yang ingin
dicapai tersedia dari daftar prioritas yang ada dengan data yang memadai dan system
penilaian.

Metode hanlon lebih tepat digunakan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan
dengan memperhatikan teknik responsive dimana tujuan yang dicapai dari program jelas
yang dituangkan dalam criteria dan faktor-faktor lain yang memungkinkan.

3 aspek penting dalam menetukan prioritas masalah pada metode hanlon:

• Besarnya masalah

• Keseriusan Masalah

• Efektif intervensi yang diberikan

Langkah-langkah metode hanlon

a. Menentukan rangking urutan dengan criteria spesifik

Rangking Besaran masalah Keseriusan masalah Effektivitas masalah


(% dari masalah (masalah dapat tertangai)
kesehatan)

9-10 > 25% Sangat serius 80-100% dapat ditangani

7-8 10-24,9% Relative serius 60%-80%

5-6 1-9,9% Serius 40-60%

3-4 0,1-0,09% Serius sedang 20-40%

1-2 < 0,01% Relative tidak serius 5-20%

0 Tidak serius < 5%


Besaran masalah Keseriusan masalah Kemudahan intervensi
dapat diperoleh didasarkan pada: dilakukan didasarkan
dari data dasar pada:
individu dan a. apakah Masalah menjadi
perhatian utama Faktor terkait dengan
masyarakat
masyarakat tinggi dan rendahnya
b. Apakah masalah
Intervensi potensial dapat
merupakan kebutuhan
masyarakat dilakukan.
c. Apa dampak ekonomi
yang timbul
d. Apa dampak terhadap
kualitas hidup..?
e. Apakah terdapat fasilitas
layanan rumah sakit..?

b. Memasukan nilai rangking dengan metode PEARL

• Propriety. Apakah program intervensi tepat mengatasi masalah yang ada.


• Ekonomis. Apakah yang ditimbulkan dampak ekonomi dari masalah kesehatan.
Apakah masalah ekonomi berdampak jika masalah tidak ditangani.
• Acceptability. Akankan masyarakat dapat menerima program yang diberikan..? atau
apakah masyarakat menginginkan/membutuhkan..?
• Resources. Apakah sumber daya tersedia atau potensial tersedia untuk pelaksanaan
program
• Legality. Apakah aktivitas program dapat diimplementasi sesuai ketentuan hukum
atau peraturan yang berlaku.

c. Menghitung prioritas dengan scoring

D = [A+(2xB)]x C

Dimana:

D = prioritas skor
A = besaran rangking masalah kesehatan

B = Keseriusan masalah kesehatan

C = Potensial tindakan dapat dilakukan

d. Mengrangking/mengurutkan masalah kesehatan.

• Dasar perhitungan skor dalam tahap 3 pada metode hanlon adalah

• mengkaji rangking dari masalah kesehatan

• Menentukan skor prioritas tertinggi

• mendapat rangking 1 kemudian prioritas keduan rangking 2 dan seterusnya.

Indikator A B C D
kesehatan Besaran Keseriusan Efektif Skor prioritas Rangking
masalah masalah (tindakan bias [A+(2xB)]C
dilakukan)

Cancer 8 10 6 165 3
Cerebrovaskuler 7 9 7 175 2
disease
Heart disease 10 10 7 210 1

PRIORITAS MASALAH

Penentuan prioritas masalah untuk mengetahui sejauh mana masalah itu penting dan apakah
masalah tersebut dapat teratasi.

Prioritas masalah dapat dikelompokkan menjadi beberapa bidang seperti masalah sosial
budaya, ekonomi, biologi, psikologi dan faktor lingkungan yang terkait dengan persepsi,
perbaikan manajemen

Hal yang penting untuk diketahui dalam prioritas masalah:

1. Masalah yang perlu diprioritaskan


2. Siapa yang melakukan prioritas masalah

3. Bagaimana metode untuk mengidentifikasi masalah

Masalah apa yang perlu diperioritaskan

• Prioritas merupakan sebuah proses individu atau kelompok dalam memberikan item
rangking

• Assessment Protocol for Excellence on Public Health (APEXPH) prioritas


merupakan proses generalisasi kelompok dimana masalah dalam organisasi or issu
masalah kesehatan yang dianggap perlu dan penting bagi organisasi atau
masyarakat.

Siapa yang melakukan prioritas masalah

• Setiap individu/partisipan umumnya merupakan masukan dalam proses prioritas


masalah. Hal yang penting dipahami dalam penentuan prioritas masalah adalah
orang yang menentukan prioritas masalah tidak terlibat langsung dalam upaya
intervensi sehingga penentuan prioritas masalah terhindar dari kepentingan yang
lain sehingga penentuan lebih objektif.

• Dalam kesehatan masyarakat penentuan prioritas dilakukan oleh organisasi yang


memiliki kewenangan dalam intervensi pemecahan masalah kesehatan masyarakat
seperti puskesmas, dinas kesehatan.

Bagaimana metode untuk mengidentifikasi masalah

• Penentuan metode dalam mengidentifikasi masalah kesehatan adalah analisis


kekuatan dan kelemahan.

• Metode mana yang tepat untuk digunakan.

• Metode yang memungkinkan untuk dilakukan


• Metode yang ada adalah item atau substansi yang memiliki nilai tertinggi dan issu
yang penting dalam masyarakat.

Prioritas masalah diberbagai negara

• Akses pelayanan

• Penyakit-penyakit kronis

• Respon masyarakat

• Aktivitas fisik/nutrisi

• Kesehatan ibu, bayi dan anak

Beberapa keadaan penting untuk merumuskan masalah:

• Definisi dan lingkup dari masalah kesehatan

• Masalah merupakan hal yang penting dan sering terjadi di masyarakat.

• Kerja sama lintas sektoral

• Masalah melibatkan beberapa tingkatan intervensi

• Perlunya peranan media

• Point Masalah kesehatan merupakan permasalahan kesehatan yang terjadi pada


negara-negara lain umumnya.

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

• Penentuan prioritas masalah berawal dari pendekatan kualitatif guna untuk


mengumpulkan informasi tentang invetarisasi determinan prioritas.

• Menentukan sumber-sumber yang ada.


• Berkolaborasi dengan kalangan profesionalisme, penguna pelayanan, dan
pengambil kebijakan.

• Adanya assessment, inventarisasi determinan dan sumber-sumber daya

• Alternative berbagai tawaran pemecahan masalah

4 Komponen dalam kegiatan assessment/pengkajian

1. Mengkaji indikator status kesehatan masyarakat.

2. Melakukan evaluasi terhadap sistem kesehatan yang berjalan saat ini

3. Mengkaji prilaku masyarakat dan kekuatan masyarakat dalam rangka pengambilan


kebijakan

4. Mengkaji pola kebijakan dan penentuan kemungkinan perubahan dengan


melibatkan masyarakat lokal atau pemerintah lokal.

B. DIAGRAM FISHBONE

A.1 Pengertian Diagram Fishbone

Diagram fishbone sering juga disebut dengan Diagram Ishikawa.


Penyebutan diagram ini sebagai Diagram Ishikawa karena model ini dikembangkan
oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar tahun 1960-an. Penyebutan diagram ini
sebagai diagram fishbone karena diagram ini menyerupai kerangka tulang ikan yang
bagian-bagiannya meliput kepala, sirip dan duri.

Diagram fishbone merupakan suatu alat vital untuk mengidentifikasi,


mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab
yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada dalam BPPK
Depkeu, konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalah mendasar
diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka
tulang ikannya.

Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori


penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi materials
(bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber
daya manusia), methods (metode), Mother nature/environment (lingkungan), dan
measurement (pengukuran). Keenam penyebab munculnya masalah ini sering
disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah selain 6M tersebut dapat dipilih
jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang berasal dari
6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat
digunakan teknik brainstorming.

A.2 Manfaat Diagram Fishbone

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik


pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau
manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat
penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

a. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.


b. Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis
permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada
masalah prioritas.
c. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan
tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama
secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.
d. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan menggunakan
teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai
penyebab munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk
menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama
termasuk menentukan penyebab yang dominan.
e. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan
penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah
mendapat dukungan dari anggota tim.
f. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan memudahkan
anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari
setiap penyebab yang telah ditentukan.
g. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan ini
akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.
h. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan
diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya

A.3 Kelebihan Diagram Fishbone

Dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang
terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab
masalah tersebut. Secara visual diagram fishbone jelas serta dapat menggali ide dari
pemikiran beberapa orang secara detail dengan mendasarkan pada a set of
categories yaitu 5M1E (man machine method material measurement environment).
Diagram fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi
permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut.
Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya,
diagram fishbone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan.

A.4 Kekurangan Diagram Fishbone

Diagram fishbone merupakan opinion based on tool dan di design


membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah
yang mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang
digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut.
Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin
yang terdaftar pada diagram tersebut. Diagram fishbone tidak dapat
menggambarkan hubungan atau keterkaitan antar variabel di dalamnya serta tidak
mampu menghubungkan dengan jelas korelasi antara sumber-sumber permasalahan
yang teridentifikasi tersebut.

A.5 Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone

a) Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone


meliputi kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala
ikan ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian
kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok
penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan
digunakan untuk menyatakan penyebab masalah.
b) Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi
yang ada dengan kondisi yang diinginkan. Masalah juga dapat didefinisikan
sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja sekarang dengan kinerja
yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian kanan
dari Diagram Fishbone atau ditempatkan pada kepala ikan.
c) Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh
atau berakibat pada permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan
teknik brainstorming.
d) Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah.
Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Penyebab masalah ini dapat
dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab masalah
tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan
sampai dengan lima level. Dapat digunakan metode Five Whys untuk
pendalaman penyebab masalah ini.
e) Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita
dapat menggambarkannya dalam Diagram Fishbone.

A.6 KASUS DIAGRAM FISHBONE

NO PENYEBAB MASALAH
1. SISTEM
1. Promosi program Bank Samsun kurang gencar
a. Keterbatasan media untuk promosi program
2. Tidak ada struktur organisasi yang jelas
2. MANUSIA
1. Pelaksana program Bank Samsun kurang aktif
a. Kurangnya rasa tanggung jawab pelaksana program
 Komitmen yang lemah
b. Upah untuk tenaga pelaksana kurang
 Sumber dana untuk upah minim
2. Banyak masyarakat belum mengerti tentang program
a. Masyarakat tidak paham dengan promosi yang dilakukan
 Media promosi program kurang mengena
3. Masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan
a. Kesadaran cinta lingkungan kurang
 Pengetahuan kurang tentang dampak membuang sampah
1) Informasi kurang
2) Masyarakat kurang aktif mencari informasi
b. Kurang tertarik terhadap program bank samsun
 Hasil yang didapatkan sedikit dari penjualan sampah
 Merasa ribet karena harus memilih-milih sampah yang dapat
dijual lagi
3. FASILITAS
1. Kurangnya lahan penampung sampah
 Tidak difasilitasi oleh instansi terkait
2. Pengangkutan sampah tidak rutin
a. Pelaksana program tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
 Pelaksana program sibuk dengan pekerjaan utamanya
4. HARGA
1. Nilai jual sampah sangat murah
Diagram Fishbone masalah sampah menumpuk

C. Contoh Kasus

• Seorang mahasiswa PKL di salah satu puskesmas (puskesmas mlati 1). Setelah pkl
mahasiswa mendapatkan data sebagai berikut:
• Jumlah penduduk 10.000 jiwa, luas wilayah kerja 12 desa, jumlah KK 2000 kk.
• Tenaga puskemas (Medis 2 orang, Perawat 3 orang, Nutrisi 3 orang, Administrasi 2
orang, kesehatan masyarakat 4 orang).
• Angka kematian (diare 5/100 org, malaria 6/100, hiv 3/100, DBD 8/100 orang)
• Tentukan prioritas masalah pada kasus tersebut:
D. PEMBAHASAN KASUS

Penentuan Prioritas Masalah Menggunakan Metode Hanlon


Angka Kematian

Diare 11/1000 1,1%


Malaria 10/1000 1%
HIV 15/1000 1.5%
DBD 10/1000 1%

A B D
Indikator C
(Besaran (Keseriusan (Skor Rangking
Kesehatan (Efektif)
Masalah) Masalah) Prioritas)
Diare 5 5 9 135 2
Malaria 5 7 4 76 3
HIV 6 9 2 48 4
DBD 5 9 7 16 1

Penentuan Penyebab Masalah Menggunakan Metode Fishbone


Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Griffin. 2003.Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga. Jakarta

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE. Yogyakarta

Stoner, James A.F. 1996.Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai