Anda di halaman 1dari 12

2.

2 Diagnosis Komunitas
2.2.1 Pengertian Diagnosis Komunitas
Diagnosis komunitas, sering disebut juga public health
assessment, adalah suatu kegiatan untuk menentukan masalah yang
terdapat dalam komunitas melalui suatu studi. Diagnosis komunitas
adalah suatu komponen penting dalam perencanaan program kesehatan.
Kegiatan ini menilai dan menghubungkan masalah, kebutuhan,
keinginan, dan fasilitas yang ada dalam komunitas. Dari hubungan
keempat hal tersebut, dipikirkan suatu solusi atau intervensi untuk
pemecahan masalah yang ada dalam komunitas tersebut.
Diagnosis komunitas disamakan dengan asesmen kebutuhan,
akan tetapi terdapat perbedaan yang jelas: suatu diagnosis komunitas
yang baik diharapkan dapat bersifat luas dan mencakup berbagai aspek
komunitas seperti budaya, struktur social, peran komunitas, dan lain
sebagainya; sebuah diagnosis komunitas yang baik harus dapat
memberikan suatu bayangan bagi para perencana program akan
bagaimana kehidupan di daerah tersebut, masalah-masalah kesehatan
yang penting, intervensi yang paling mungkin berhasil, dan cara evaluasi
program yang baik.
Kata “diagnosis” digunakan karena pada dasarnya proses
diagnosis komunitas didasarkan pada prinsip-prinsip diagnosis klinis;
perbedaannya adalah bahwa diagnosis komunitas diaplikasikan pada
komunitas dalam peran dokter yang lebih luas, sedangkan diagnosis
klinis diaplikasikan pada tingkat yang lebih personal. Perbandingan
diagnosis klinis dan diagnosis komunitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Perbandingan diagnosis klinis dan diagnosis komunitas

Diagnosis Klinis Diagnosis Komunitas


Pasien Komunitas
Dokter Dokter atau tenaga profesional
Pengumpulkan data dari anamnesis dan Pengumpulan data dari rekam medis, angka
pemeriksaan fisis mortalitas, angka morbiditas
Penentuan masalah individual Penentuan masalah komunitas
Penentuan pemeriksaan penunjang yang Penentuan studi atau eksplorasi yang akan
dibutuhkan dilakukan pada komunitas
Melakukan pemeriksaan klinis dan penunjang Melakukan survei, skrining, atau surveilans
Analisis dan interpretasi data Analisis dan interpretasi data
Menentukan diagnosis klinis Menentukan diagnosis komunitas
Memberikan terapi dan edukasi Merencanakan dan mengimplementasikan
pelayanan dan program untuk komunitas
Follow-up pasien untuk perbaikan klinis Follow-up dengan evaluasi program
Bila tidak ada perbaikan, pertimbangan untuk Bila tidak ada kemajuan, pertimbangan untuk
mengganti terapi ubah atau modifikasi program

2.2.2 Langkah-langkah Diagnosis Komunitas


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan diagnosis komunitas adalah sebagai berikut:
1. Definisi komunitas
Melalui data demografis, data kesehatan, data kualitatif ditentukan
komunitas yang spesifik.
2. Karakteristik komunitas
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah
kesehatan dalam komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting
dalam komunitas.
4. Penilaian masalah kesehatan terpilih
Masalah yang terpilih dianalisa dengan mempertimbangkan faktor-
faktor yang terkait dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana
intervensi.
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang
ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui
intervensi yang diberikan.

2.2.3 Tahapan Kerja Diagnosis Komunitas


Tahapan kerjanya adalah:
1. Menentukan area masalah yang dihadapi puskesmas. Area masalah
yang dimaksud bisa diambil dari program program yang dilaksanakan
di puskesmas. Untuk itu ada beberapa sumber untuk menentukan area
yaitu melihat data jangkauan pelayanan atau pencapaian program serta
menanyakan kepada pimpinan puskesmas yang dianggap sebagai
informan kunci.
2. Menentukan masalah yang spesifik yang ada di area tersebut. Cara
menentukannya adalah dengan menanyakan kepada dokter puskesmas
atau penanggung jawab program yang bersangkutan.
3. Membuat proposal sederhana untuk merumuskan langkah langkah
metode diagnosis komunitas mencakup sasaran, sampel, instrumen
yang dipakai dan batasan operasional data yang akan diambil.
4. Persiapan pengumpulan data di lapangan atau dari pengunjung
puskesmas.
5. Menganalisis data secara deskriptif dengan menggunakan program
analisis. Dalam diagnosis komunitas ini uji statistik inferens tidak
penting untuk dilakukan.
6. Membuat laporan untuk diseminasi ke pimpinan dan pengelola
program terkait di puskesmas.
2.2.4 Manfaat Diagnosis Komunitas
Setelah mendapatkan diagnosis komunitas, maka manfaat yang
bisa didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan dari komunitas
bersangkutan saat ini
Pertanyaan ini menekankan pada keadaan tingkat kesehatan
sebenarnya yang saat ini sedang dihadapi oleh komunitas
bersangkutan. Indikator kesehatan masyarakat yang dikumpulkan
dalam proses diagnosis komunitas akan memberikan gambaran
mengenai permasalahan kesehatan apa saja yang sedang dihadapi oleh
anggota komunitas. Mengingat cukup banyak masalah kesehatan
masyarakat yang dapat terjaring dalam tahap ini, maka perlu
ditetapkan permasalahan kesehatan yang bersifat prioritas serta
memerlukan penanganan segera.
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan komunitas ini
bisa ditingkatkan
Pada tahap ini team penilai harus menetapkan harapan mengenai
sejauh mana upaya perbaikan kondisi kesehatan ini ingin diperbaiki.
Memang sesuai kesepakatan internasional tentunya kita ingin
mencapai tingkat yang ditetapkan oleh target (misalnya MDG).
Namun harus diingat bahwa target tersebut masih sangat jauh
sehingga besar kemungkinan belum dapat dicapai dalam waktu
singkat. Penetapan ini harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
yang dimiliki oleh komunitas bersangkutan.
3. Untuk mengetahui bagaimana caranya untuk meningkatkan
kondisi kesehatan komunitas
Setelah team menetapkan tingkat kesehatan masyarakat yang ingin
dicapai dalam upaya peningkatan kondisi komunitas bersangkutan,
maka perlu dikembangkan beberapa pilihan cara untuk mencapai
harapan tersebut. Pilihan-pilihan ini sudah barang tentu mempunyai
konsekuensi mengenai sumber daya yang diperlukan, sehingga team
harus memilih cara solusi yang paling efektif dan paling efisien dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan.

2.3 Problem Solving Masalah Kesehatan Masyarakat


2.3.1 Definisi Problem Solving
Menurut Matlin (1989) dalam Miwa Patnani (2013), pemecahan
masalah diperlukan ketika seorang individu mempunyai keinginan untuk
meraih sebuah tujuan tertentu dan tujuan itu belum tercapai. Matlin (1989)
dalam Miwa Patnani (2013) mengemukakan bahwa dalam memecahkan
masalah, ada baiknya memperhatikan aspek-aspek dari masalah, yaitu:
1. Kondisi nyata yang dihadapi, misalnya seorang mahasiswa yang tidak
memiliki handphone padahal semua teman di kampusnya sudah
memiliki handphone. Mahasiswa ini sudah meminta dibelikan pada
orang tuanya, namun ternyata orang tuanya tidak memiliki dana yang
cukup untuk membeli handphone.
2. Kondisi yang diinginkan, misalnya mahasiswa tersebut di atas
menginginkan handphone model terbaru seperti yang dimiliki teman-
temannya
3. Aturan atau batasan yang ada, misalnya si mahasiswa tersebut
memegang teguh nilai, bahwa ia tidak boleh mendapatkan barang
dengan cara yang melanggar norma, seperti mencuri.
Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas akan
membantu seorang individu dalam menentukan pemecahan masalah
seperti apa yang akan dilakukan. Dalam contoh di atas, si mahasiswa
tersebut mungkin akan berusaha menabung, atau membeli dengan cara
angsuran disesuaikan dengan jumlah uang sakunya.
Pemecahan masalah merupakan keterampilan kognitif yang
bersifat kompleks, dan mungkin merupakan kemampuan paling cerdas
yang dimiliki manusia (Chi & Glaser dalam Matlin, 1989). Hal ini
mengingat ketika memecahkan masalah, seorang individu tidak hanya
perlu berfikir, tapi ia perlu berfikir kritis untuk dapat melihat suatu masalah
dan berfikir kreatif untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dalam
upaya memecahkan masalah yang dihadapi, seorang individu akan
melakukan langkah-langkah yang terkait dengan proses kognitif.
Penelitian yang dilakukan oleh Guilford dkk (Evans, 1992) dalam
Miwa Patnani (2013), menyimpulkan beberapa fungsi kognitif yang
terlibat dalam pemecahan masalah:
1. Berfikir cepat tentang karakteristik dari sebuah obyek atau situasi.
2. Klasifikasi obyek atau ide.
3. Membentuk atau menyusun hubungan antar obyek atau ide.
4. Berfikir tentang berbagai kemungkinan hasilnya.
5. Membuat daftar karakteristik dari tujuan dan menghasilkan solusi yang
logis.
Mengingat menyelesaikan masalah merupakan kemampuan
kognitif tingkat tinggi yang berifat kompleks, maka pasti ada perbedaan
kemampuan menyelesaikan masalah pada individu yang berbeda. Ada
sebagian individu yang tidak kesulitan dalam menyelesaikan masalah,
namun ada juga sebagian individu yang kurang mampu dalam
menyelesaikan masalah. Watson (dalam Evans, 1992) menjelaskan
beberapa kesulitan dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
1. Kegagalan dalam mengenali adanya masalah. Hal ini dapat terjadi jika
individu tidak merasakan adanya suatu kesenjangan antara kondisi
yang ideal dengan kondisi yang nyata.
2. Kegagalan dalam mendefinisikan masalah dengan benar. Hal ini
terjadi ketika individu mengetahui adanya masalah, namun ia tidak
memahami masalah yang sebenarnya.
3. Kegagalan dalam menggunakan informasi yang tersedia. Hal ini terjadi
jika individu tidak memiliki pengetahuan yang memadai terkait
dengan masalah yang dihadapi.
4. Kegagalan dalam mengenali atau mempertanyakan asumsi yang ada.
Hal ini terjadi jika individu tidak memahami adanya asumsi, teori atau
aturan yang terkait dengan masalah yang dihadapi.
5. Kegagalan dalam mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada.
Hal ini terjadi jika individu tidak memiliki kemampuan berfikir
divergen yang memungkinkannya untuk melihat berbagai alternatif
penyelesaian masalah.
2.3.2 Strategi Pemecahan Masalah
Strategi untuk memecahkan masalah biasanya dikategorikan
menjadi dua strategi, yaitu heuristik dan algoritma (Best, 1999 dalam
Miwa Patnani 2013). Algoritma adalah prosedur yang memberikan
jaminan adanya jawaban yang benar dari sebuah masalah. Algoritma ini
mungkin tidak selalu efisien, namun biasanya selalu berhasil dalam
menyelesaikan masalah. Contoh dari algoritma ini adalah sistem
prosedur, rumus dan sebagainya. Meskipun merupakan jawaban pasti
dari sebuah masalah, namun algoritma ini tidak selalu dapat digunakan,
terutama untuk masalah yang bersifat ill defined. Hal ini mengingat pada
masalah yang bersifat ill defined, ada berbagai macam alternatif
pemecahan masalah sehingga tentunya tidak memungkinkan ada suatu
prosedur khusus yang menjamin penyelesaian masalah. Dengan kondisi
seperti ini, diperlukan suatu strategi yang disebut heuristik, yaitu strategi
yang terbentuk berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah.
Strategi yang bersifat heuristik ini, biasanya bukan merupakan prosedur
atau rumus yang baku, namun lebih merupakan hasil kreativitas
berdasarkan pengalaman. Strategi ini tidak menjamin tercapainya
penyelesaian masalah, namun seringkali membuat penyelesaian masalah
menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
Bransford dan Stein dalam Miwa patnani (2013) menjelaskan
bahwa strategi umum dalam memecahkan masalah terdiri dari 5 langkah,
yaitu:
1. Identifikasi masalah.
Langkah pertama dalam upaya memecahkan masalah ini
kelihatannya adalah hal yang sederhana, namun pada kenyataannya,
memahami sebuah masalah adalah hal yang cukup menantang
mengingat untuk dapat memahami masalah diperlukan suatu daya
kreativitas, ketahanan dan kemauan untuk tidak terburu-buru dalam
menyelesaikan masalah. Banyaknya aspek yang terkait dengan
masalah yang dihadapi terkadang ikut menyulitkan seorang individu
dalam memahami suatu masalah. Ada beberapa kondisi yang
membuat seorang individu mengalami kesulitan dalam identifikasi
masalah, diantaranya:
a. Kurangnya pengalaman dalam mengidentifikasi masalah.
Seperti telah dijelaskan di awal, kemampuan menyelesaikan
masalah tampaknya baru sebatas pada masalah yang bersifat
well defined, karena masalah jenis inilah yang banyak dihadapi
dan diajarkan cara penyelesaiannya di bangku sekolah.
Sementara untuk masalah yang bersifat ill defined, tampaknya
masih cukup banyak yang kesulitan dalam menyelesaikannya.
Hal ini membuat pelajar atau mahasiswa akan merasa kesulitan
mengidentifikasi masalah yang serba tidak pasti ketika mereka
menghadapi situasi nyata dalam kehidupan.
b. Kurangnya pengetahuan yang terkait dengan masalah, sehingga
menyulitkan individu dalam memahami masalah dan melihat
alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah
c. Kecenderungan ingin cepat menemukan solusi, sehingga
terkadang individu tidak sabar dan tidak mau membuang waktu
untuk memahami masalah dengan lebih komprehensif.
d. Kecenderungan berfikir konvergen, sehingga individu tidak
dapat melihat berbagai kemungkinan untuk memecahkan
masalah. Cara berfikir konvergen ini dipengaruhi oleh
kecenderungan individu untuk melihat sebuah obyek hanya
memiliki satu fungsi saja, sehingga tidak melihat adanya
kemungkinan fungsi yang lain.
2. Representasi masalah atau penggambaran masalah
Representasi atau penggambaran masalah dapat berupa secara
sederhana membayangkan masalah yang ada, maupun menggunakan
alat bantu seperti grafik, gambar, daftar dan lain sebagainya.
Representasi masalah ini akan membantu individu untuk
memberikan makna pada masalah tersebut, yang pada akhirnya akan
membantu individu untuk memahami masalah dengan benar.
3. Pemilihan strategi pemecahan masalah
Untuk pemecahan masalah yang bersifat well defined, strategi
algoritma dapat dijadikan pilihan karena memberikan jaminan
tercapainya penyelesaian masalah. Namun untuk masalah yang
bersifat ill defined, strategi heuristik akan lebih memberi
kemungkinan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Beberapa
strategi yang bersifat heuristik diantaranya adalah:
a. Trial and error, yaitu dengan mencoba dan melihat hasilnya.
Upaya ini tidak berdasarkan pada prosedur atau aturan tertentu,
namun lebih pada melihat dan mengevaluasi hasil dari apa yang
telah dilakukan.
b. Membagi masalah ke dalam sub tujuan dan memecahkannya
satu demi satu. Dengan membagi masalah ke dalam sub yang
lebih kecil, akan lebih memungkinkan untuk mencapai
pemecahan masalah karena permasalahan yang harus
diselesaikan menjadi lebih kecil lingkupnya dan menjadi lebih
sederhana.
c. Menggunakan analogi, yaitu upaya untuk memecahkan masalah
yang kurang dipahami dengan membandingkannya dengan
masalah yang serupa yang pernah dipecahkan.
4. Implementasi strategi pemecahan masalah.
Kunci keberhasilan dari implementasi strategi adalah pemahaman
yang benar tentang masalah. Jika dalam implementasi ini ada
kesulitan, maka perlu dilihat kembali apakah masalah yang dihadapi
sudah dipahami dengan benar. Jika ada kesalahan, maka individu
tersebut perlu mulai lagi dari awal untuk mengidentifikasi dan
memahami masalah dengan benar, kemudian mencoba lagi strategi
pemecahan masalah yang sesuai.
5. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berarti evaluasi realitas, apakah strategi pemecahan
masalah yang diterapkan benar-benar sudah mengatasi masalah yang
dihadapi.
2.3.3 Langkah-Langkah Siklus Pemecahan Masalah
Ada beberapa versi langkah-langkah siklus pemecahan masalah,
ada yang terdiri atas 7 maupun 9 langkah. Namun yang menjadi prinsip
dasar adalah siklus tersebut terdiri atas beberapa langkah, mencakup
identifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan
melaksanakan pemecahan masalah, serta monitoring dan evaluasi. Yang
penting adalah memandang pemecahan masalah sebagai sebuah siklus,
karena kadang-kadang sebuah masalah memerlukan berbagai upaya
(lebih dari satu upaya) untuk menyelesaikannya, atau masalah yang
sudah diselesaikan tersebut berubah menjadi masalah lain yang harus
dipecahkan juga.
Langkah 1. Identifikasi masalah (Identify the problem)
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
dan klarifikasi masalah. Harus dibedakan antara masalah yang
sebenarnya dengan gejala atau simptom yang terlihat. Karena itu selalu
gunakan data yang valid untuk mendukung pernyataan masalah. Sebisa
mungkin hindari pernyataan tentang masalah secara subyektif.
Jenis data yang dikumpulkan tergantung dari masalah apa yang
dihadapi. Perlu dipertimbangkan jenis data serta sumber dan cara
mengumpulkannya. Apabila data yang valid tidak tersedia, dapat
ditempuh cara curah pendapat (brainstorming) untuk menentukan
permasalahannya.
Langkah 2. Analisis masalah (Explore the problem)
Bila masalah telah terdefinisi dengan jelas, maka masalah harus
digali lebih jauh lagi. Beberapa kriteria yang dapat digunaan untuk
menentukan besarnya masalah misalnya:
 ‘Seberapa besar dampak masalah?’
 ‘Apakah masalah juga berdampak pada orang lain?’
 ‘Siapa saja yang mengalami masalah?’
 ‘Apa yang mereka lakukan?’
Pada akhir langkah ini kita sudah harus dapat menentukan
prioritas masalah yang akan diselesaikan. Metode yang dapat digunakan
adalah dengan cara skoring apabila data lengkap atau dengan cara grup
nominal apabila data yang digunakan diperoleh dari curah pendapat.
Langkah 3. Menetapkan tujuan (Set goals)
Setelah dipilih masalah yang menjadi prioritas perlu ditentukan
tujuan yang ingin dicapai. Pada saat ini penting untuk
mempertimbangkan apakah tujuan tersebut bersifat jangka pendek atau
jangka panjang. Kadangkala, karena masalah yang timbul sedemikian
besar, kita jadi lupa memikirkan apa tujuan kita selanjutnya. Dengan
menentukan tujuan, bisa jadi muncul beberapa pemecahan masalah yang
saling terkait. Dengan demikian menentukan tujuan adalah bagian yang
sangat penting dari proses pemecahan masalah.
Langkah 4. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah (Look at
Alternatives)
Saat tujuan telah didefinisikan dan ditentukan dengan jelas,
langkah selanjutnya adalah mencari alternatif pemecahan masalah.
Semakin banyak solusi yang diajukan semakin besar kemungkinan
menemukan pemecahan masalah yang efektif. Salah satu metode adalah
brain-storm, yang bertujuan mengumpulkan ide dan alternatif
pemecahan masalah bersama-sama. Pada saat ini tidak perlu menilai
apakah ide pemecahan masalah yang diusulkan tersebut bermanfaat, atau
praktis, atau dapat dilaksanakan. Tuliskan semua ide yang muncul
selama proses brainstorm.
Langkah 5. Memilih Pemecahan Masalah (Select a possible solution)
Dari sejumlah alternatif pemecahan masalah kita dapat memilih
alternatif-alternatif mana yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, alternatif mana yang realistis, dan yang mana dapat
dilaksanakan. Cara yang dapat dilaksanakan adalah memprediksi
hasil/akibat dari masing-masing pemecahan masalah, serta
membandingkannya dengan pendapat orang lain. Bila semua
konsekuensi telah dibicarakan, kita dapat menggunakannya untuk
menentukan solusi mana yang paling relevan dan menghasilkan keluaran
terbaik.
Langkah 6. Melaksanakan Pemecahan Masalah (Implement a
possible solution)
Setelah solusi yang terbaik telah terpilih, rencana solusi tersebut
siap dilaksanakan. Pelaksanaan solusi tersebut perlu memperhatikan
prinsip-prinsip manajemen sebuah program. Aspek kepemimpinan serta
kegiatan pengawasan, pengarahan, motivasi dan komunikasi perlu
dijalankan dengan baik demi keberhasilan pelaksanaan rencana tersebut.
Langkah 7. Evaluasi (Evaluate)
Evaluasi untuk menilai keberhasilan pemecahan masalah amat
penting. Bila solusi tersebut, secara logika masalah dapat diatasi dan
tujuan tercapai. Bila kita tidak puas dengan hasilnya, maka langkah-
langkah siklus pemecahan masalah perlu diulangi kembali.

Daftar Pustaka

Budiningsih, Setyawati. 2013. Laporan Diagnosis Komunitas: Modul Ilmu


Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Budiningsih, Setyawati., Joedo Prihartono., Kekalih Aria. 2014. Diagnosis


Komunitas. Artikel. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Gibney, Michael J., Barrie M. Margetts., John M. Kearney., Lenore Arab. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Diterjemahkan oleh: Palupi Widyastuti., Erita
Agustin Hardiyanti. Jakarta: EGC.

Herqutanto., Judilherry Justam., Endang Basuki. 2014. Siklus Pemecahan Masalah


(Problem Solving Cycle). Artikel. Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.

McKenzie, James F., Robert R. Pinger., Jerome E. Kotecki. 2007. Kesehatan


Masyarakat: Suatu Pengantar Edisi 4. Diterjemahkan oleh: Atik Utami.,
Nova S. Indah Hippy., Iin Nurlinawati. Jakarta: EGC.

Patnani, Miwa. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Problem Solving pada


Mahasiswa. Jurnal. Fakultas Psikologi, Universitas YARSI.

Anda mungkin juga menyukai