Jurnal
Djam’an M O D EL PE N G EM BA N G AN K Adminisistr
Satori, A PA SITAS MANA asi
Danny JEM E N Pendidikan
1 2013 SEK O LA H (SCHOOL CAPACITY
Meirawan, BUILDING) Vol.WII
dan Aan U N TU K M EN IN G K A TK A N M No. I
Komariah UTU PEN D ID IK A N Oklober
2013
Jurnal
Pendidikan
Lastinar
Pewarisan Nilai Servite Et Ilmu Sosial
Dewi
Amate dalam Pembelajaran Volume
2 2018 Siregar1,
Sejarah di SMA Santa Angela 27, Nomor
Agus
Bandung 2,
Mulyana
Desember
2018
Cucun
Sunaengsih
1, Mayang
Anggarani2, Mimbar
Principal Leadership in the
Mia Sekolah
Implementation of Effective
4 2019 Amalia3, Dasar, Vol.
School
Silmaulan 6(1) 2019,
Management
Nurfatmala 79-91
4 & Syifa
Diana
Naelin
Research Questions
Research Questions
"Apakah pendidikan karakter dalam budaya sekolah agama, melalui
penyediaan fasilitas ibadah, upacara keagamaan, dan simbol-simbol
keagamaan, memiliki efek prediktif terhadap karakter keagamaan
siswa yang digambarkan dengan kepatuhan dalam menjalankan ajaran
agama, praktik toleransi beragama terhadap orang lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain?"
Research Questions
Research Questions
Research Questions
Contribution/Purpose of study
mengembangkan model pengembangan kapasitas manajemen sekolah yang efektif dan efisien, yang
dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyelidiki secara
mendalam dan menganalisis secara intensif aneka aktivitas, permasalahan, dan dinamika pelaksanaan
manajemen sekolah untuk membangun suatu praktek manajemen yang lebih efektif, efisien, dan
bermakna
Contribution/Purpose of study
Tujuan penelitian dalam jurnal ini adalah untuk mempelajari bagaimana sekolah mentransmisikan nilai
dasar pendidikan Ursulin dalam pembelajaran, serta untuk memahami dampaknya terhadap kualitas
lulusan sekolah tersebut.
Contribution/Purpose of study
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan model pembentukan karakter religius dalam budaya
sekolah agama, dengan fokus pada pengaruh pendidikan karakter dalam budaya sekolah agama, melalui
penyediaan fasilitas ibadah, upacara keagamaan, dan simbol-simbol keagamaan, terhadap karakter
keagamaan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pembentukan karakter keagamaan siswa di
sekolah dasar.
Contribution/Purpose of study
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi manajemen sekolah yang efektif
berdasarkan kepemimpinan kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kepemimpinan kepala
sekolah dalam menciptakan budaya dan menggabungkan konsep kepemimpinan dan teknologi dengan
manajemen sekolah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana
implementasi manajemen sekolah yang efektif telah tercapai
Contribution/Purpose of study
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pendidikan karakter melalui
budaya sekolah di SMA Negeri 1 Dompu dan SMA Negeri 1 Kilo, Kabupaten Dompu, dan untuk
memeriksa dampak implementasi ini terhadap sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perkembangan budaya sekolah, termasuk perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi, dalam membangun karakter di SMA Negeri 1 Dompu. Hal ini juga menyelidiki
perbedaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah antara SMA Negeri 1
Dompu dan SMA Negeri 1 Kilo, yang bergantung pada peran kepala sekolah sebagai pemimpin.
Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi dampak pembentukan karakter melalui budaya sekolah,
seperti merawat kebersihan, kepatuhan pelayanan keagamaan, kesesuaian terhadap aturan,
saling menghormati, kejujuran, tanggung jawab, kebersamaan, dan partisipasi dan keterlibatan
pemangku kepentingan [1]. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang
efektivitas program pendidikan karakter di sekolah-sekolah ini dan peran budaya sekolah dalam
membentuk pengembangan karakter siswa
Contribution/Purpose of study
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi struktur kepemimpinan yang mendukung dan berbagi
dalam satu Pesantren Indonesia sebagai fungsi dari budaya sekolah dan kebijakan dan prosedur
pembelajaran profesional masyarakat.
Theory/Concept
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas manajemen sekolah, anta
Pendekatan Go-Pic, yang bertumpu pada empat aspek pusat perhatian manajemen sekolah yaitu goals, proses, input, dan
Konsep tiga segitiga sama sisi kapasitas yaitu kapasitas individu, kapasitas organisasi, dan kapasitas kepemimpinan. 3) Less
yang merupakan bentuk pengembangan kapasitas sekolah secara organisasional. 4) Selain itu, dalam jurnal ini juga diguna
konsep dan alat ukur standar yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas manajemen sekolah, seperti CPD (Continuo
Professional Development), CQI (Continuous Quality Improvement), vision, LO (Learning Organization), skills, resources, in
plan, dan kepemimpinan otentik
Theory/Concept
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan, antara lain:
1) Teori Pendidikan: Meliputi pandangan tentang proses pendidikan, pengendalian tingkah laku, peran pendidikan dalam m
kehidupan publik, dan peran pendidikan dalam membentuk kehidupan sosial. 2) eori Pembelajaran: Meliputi pemahaman
pentingnya membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik, memberikan gambaran yang jelas tentang tugas yang h
dikerjakan, menyadarkan peserta didik akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui dengan y
dipelajari, serta memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar. 3
Evaluasi Pendidikan: Meliputi pemahaman tentang evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai da
serta evaluasi pendidikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu
Theory/Concept
Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup Teori Sifat Kepribadian Gordon Allport : Teori ini menyatakan bahwa
diartikan sebagai suatu pemikiran atau konsep tentang apa yang dianggap penting bagi seseorang dalam hidupnya. Nilai ju
menempatkan dasar untuk memahami sikap, motivasi, dan persepsi individu, serta memengaruhi perilaku organisasi. Dala
penelitian ini, nilai-nilai yang terkait dengan budaya religius menjadi landasan dalam mewujudkan budaya sekolah agama
Theory/Concept
Theory/Concept
Theory/Concept
Studi ini didasarkan pada konsep budaya sekolah dan literatur komunitas pembelajaran profesional, mengeksplorasi kebija
praktik yang ada di sekolah sebagai kasus unik.
[1) Penelitian ini menekankan pentingnya budaya kolaboratif di sekolah, di mana guru dan administrator bekerja sama, be
sama lain, dan menganalisis dan mempengaruhi praktik profesional mereka untuk meningkatkan prestasi siswa. Konsep bu
kolaboratif didefinisikan sebagai cara guru dan administrator berpikir dan berperilaku dalam hal berbagi informasi tentang
mereka. Ini melibatkan proses sistematis kolaborasi, komunikasi yang baik, dan kerja sama di antara para pemangku kepe
seperti guru, administrator, siswa, orang tua, pemimpin sekolah, dan otoritas.
[2)Studi ini juga menyoroti perlunya struktur kepemimpinan yang mendukung dan berbagi dengan guru untuk menciptaka
pembelajaran profesional yang positif dan efektif untuk pengembangan Pesantren. Para pemimpin Pesantren harus beker
langsung dengan staf pengajar untuk memberikan kebijakan dan prosedur yang memiliki dampak langsung pada peningka
melalui upaya pembelajaran profesional kolaboratif.
Data Contex of Study Unit of Analysis
Methods
Methods
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode kausal komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat penelitian
dan meneliti sebab-sebab dari gejala-gejala tertentu. Sementara itu, metode
kausal komparatif merupakan penelitian dengan desain penelitian pencarian
empiris yang sistematis, di mana variabel independen diperlakukan secara
terkontrol oleh peneliti untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel
dependen secara langsung. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian berupa
angket disusun berdasarkan indikator penelitian untuk masing-masing
variabel, dan survei angket dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
pembentukan karakter dalam budaya sekolah agama sebagai variabel eksogen
dan karakter keagamaan siswa sebagai variabel endogen
Methods
Methods
Methods
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, melakukan wawancara
dengan tiga administrator dan lima guru dari Pesantren di Jambi, Indonesia.
Wawancara ditranskripsikan, diterjemahkan, dikodekan, dan dianalisis secara
tematis untuk mendapatkan informasi mendalam tentang struktur
kepemimpinan dan praktik dalam Pesantren. Para peneliti menggunakan
temuan dari wawancara untuk mengeksplorasi kebijakan dan prosedur yang
ada di sekolah sebagai kasus unik, berdasarkan konsep budaya sekolah dan
literatur komunitas pembelajaran profesional. Untuk memastikan kepercayaan
data, para peneliti menerapkan triangulasi, pemeriksaan anggota, dan
refleksivitas. Triangulasi melibatkan analisis pertanyaan penelitian dari
berbagai perspektif, sementara pemeriksaan anggota dan refleksivitas
membantu mengendalikan bias peneliti.Studi ini juga menekankan pentingnya
budaya kolaboratif di sekolah dan peran kepemimpinan bersama dalam
memfasilitasi peningkatan berkelanjutan dan mencapai tujuan kelembagaan.
Findings
Temuan penelitian ini adalah bahwa pengembangan kapasitas manajemen sekolah yang efektif dan efisien dapat dilakuka
melalui pengembangan kapasitas individu, organisasi, dan kepemimpinan. Pengembangan kapasitas individu dapat dilaku
melalui CPD (Continuous Professional Development) dan pengembangan diri secara individual dan kelompok. Pengemban
kapasitas organisasi dapat dilakukan melalui CQI (Continuous Quality Improvement), LO (Learning Organization), dan actio
plan yang terukur. Sedangkan pengembangan kapasitas kepemimpinan dapat dilakukan melalui kepemimpinan otentik, vi
dan 4CeeS untuk kepemimpinan bintang 5. Model pengembangan kapasitas manajemen sekolah yang efektif dan efisien d
dikembangkan dengan menggunakan metode R&D (Research and Development)
Findings
Findings
Findings
Pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SMA Negeri 1 Dompu berjalan dengan baik, didukung oleh ten
sekolah dan panitia sekolah. SMA Negeri 1 Dompu melakukan banyak kegiatan untuk mengembangkan budaya sekolah ya
diadopsi oleh para siswa.
Sebaliknya, pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SMA Negeri 1 Kilo tidak berjalan lancar karena
kurangnya dukungan dari tenaga sekolah dan panitia sekolah, serta kurangnya kegiatan untuk membangun budaya sekola
Perbedaan kondisi pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah antara SMA Negeri 1 Dompu dan SMA Neger
Kilo sangat bergantung pada peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam membangun budaya sekolah yang positif.
Dampak pembentukan karakter melalui budaya sekolah termasuk merawat kebersihan, keindahan dan kerapian, kepatuh
pelayanan keagamaan, kepatuhan terhadap aturan, saling menghormati, kesopanan, hubungan seperti keluarga, kejujuran
tanggung jawab, kebersamaan, pengarsipan dokumen yang rapi, infrastruktur pendidikan, dan partisipasi dan keterlibatan
pemangku kepentingan.
[1 Kepala sekolah memainkan peran penting sebagai inisiator dan motivator dalam menerapkan pendidikan karakter mela
budaya sekolah, menegakkan disiplin, mendesak dan memotivasi guru dan siswa, dan meningkatkan infrastruktur sekolah
[2 Krisis karakter dalam masyarakat Indonesia tercermin dalam berbagai insiden, seperti siswa sekolah menengah melakuk
seks pranikah, tingkat aborsi yang tinggi, dan intimidasi di sekolah.
Findings
Studi ini menemukan bahwa para pemimpin Pesantren perlu menyediakan struktur kepemimpinan yang mendukung dan
kolaboratif bagi guru untuk menciptakan komunitas pembelajaran profesional yang positif dan efektif.
Para pemimpin Pesantren harus bekerja secara langsung dengan staf pengajar untuk mengembangkan kebijakan dan pros
yang memiliki dampak langsung pada peningkatan sekolah melalui upaya pembelajaran profesional kolaboratif.
Studi ini menekankan pentingnya budaya sekolah dan literatur komunitas pembelajaran profesional dalam menginformas
para pemimpin pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam, tentang mekanisme yang dapat digunakan untuk memasti
keberhasilan implementasi kebijakan dan prosedur kepemimpinan dan budaya sekolah.
Para peneliti menggunakan triangulasi, pemeriksaan anggota, dan refleksivitas untuk memperkuat kepercayaan data
penelitian dan memastikan keakuratan temuan.
Pesantren di Jambi, Indonesia, dianggap sebagai sekolah populer di masyarakat dengan tradisi akademik yang baik,
sebagaimana diakui oleh beberapa peserta dalam sesi wawancara.
Future Research Direction
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa rekomendasi untuk penelitian di masa yang akan datang adalah:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan kapasitas manajemen sekolah dengan fokus pada aspek
yang belum tercakup dalam penelitian ini, seperti pengembangan kapasitas dalam hal pengelolaan keuangan sekolah,
pengembangan kurikulum, dan pengembangan teknologi informasi.
2. Melakukan penelitian tentang pengembangan kapasitas manajemen sekolah di berbagai tingkat pendidikan, seperti
SD, SMP, dan perguruan tinggi.
3. Melakukan penelitian tentang pengembangan kapasitas manajemen sekolah di berbagai wilayah di Indonesia, untuk
melihat perbedaan dan kesamaan dalam konteks pengembangan kapasitas manajemen sekolah.
4. Melakukan penelitian tentang pengembangan kapasitas manajemen sekolah dengan melibatkan berbagai stakeholder,
seperti guru, orang tua, dan masyarakat, untuk melihat dampak pengembangan kapasitas manajemen sekolah secara
holistik.
5. Melakukan penelitian tentang pengembangan kapasitas manajemen sekolah dengan menggunakan pendekatan yang
lebih kuantitatif, seperti eksperimen atau survei, untuk melihat efektivitas dari model pengembangan kapasitas
manajemen sekolah yang telah dikembangkan.
Future Research Direction
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, beberapa rekomendasi untuk penelitian di masa yang akan datang adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan kesadaran siswa atas
sejarah sekolah mereka, sehingga dapat memperkuat rasa kebanggaan dan identitas siswa terhadap sekolah mereka.
2. Meneliti lebih lanjut tentang bagaimana pembelajaran sejarah dapat lebih memperkuat nilai-nilai Servite et Amate
dalam kehidupan sehari-hari siswa, serta bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan ke dalam berbagai aspek
pembelajaran di sekolah.
3. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa
dalam pembelajaran sejarah, sehingga siswa dapat lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki pemahaman
yang lebih mendalam tentang sejarah.
4. Meneliti lebih lanjut tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran sejarah, seperti penggunaan media digital
dan platform pembelajaran online, untuk meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sejarah.
5. Melakukan penelitian untuk mengevaluasi efektivitas metode evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran sejarah,
serta mengidentifikasi metode evaluasi yang dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang
pemahaman siswa terhadap sejarah dan nilai-nilai yang ditanamkan.
Dengan melakukan penelitian-penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan metode
pembelajaran sejarah yang lebih efektif dan meningkatkan pemahaman serta apresiasi siswa terhadap sejarah dan nilai-
nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Ursulin.
Future Research Direction
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa rekomendasi penelitian yang dapat diajukan termasuk:
1. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pembentukan
karakter religius siswa di sekolah, selain dari fasilitas ibadah, upacara keagamaan, dan simbol-simbol keagamaan.
2. Melakukan studi komparatif antara sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam budaya sekolah agama
dengan sekolah yang tidak menerapkan pendidikan karakter tersebut untuk mengevaluasi efektivitasnya.
3. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi strategi implementasi yang efektif dalam memperkuat pendidikan
karakter dalam budaya sekolah agama.
4. Melakukan penelitian untuk mengeksplorasi dampak dari pembentukan karakter religius siswa terhadap prestasi
akademik, kesejahteraan siswa, dan hubungan antar siswa di sekolah.
Dengan melakukan penelitian lanjutan dan mendalam dalam bidang ini, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
mendalam dalam pengembangan karakter religius siswa di sekolah dasar.
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa rekomendasi untuk penelitian di masa yang akan datang meliputi:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi implementasi
manajemen sekolah yang efektif, termasuk peran teknologi, budaya organisasi, dan kepemimpinan kepala
sekolah 12. 2. Melakukan studi komparatif antara berbagai sekolah untuk memahami perbedaan dalam
implementasi manajemen sekolah yang efektif dan faktor-faktor yang memengaruhinya 3. 3. Melakukan
penelitian untuk mengembangkan model aplikatif dari kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan
manajemen sekolah yang efektif, dengan fokus pada pemanfaatan teknologi dan pengembangan budaya
organisasi 12. 4. Melakukan penelitian untuk mengevaluasi dampak dari implementasi manajemen sekolah yang
efektif terhadap kinerja siswa dan prestasi akademik 1.
Future Research Direction
Menyelidiki peran personel sekolah dan panitia sekolah dalam mendukung pelaksanaan pendidikan karakter melalui
budaya sekolah di berbagai sekolah dan daerah.
Mengeksplorasi dampak pendidikan karakter terhadap perilaku siswa, seperti kebersihan, kepatuhan pelayanan
keagamaan, kesesuaian terhadap aturan, saling menghormati, kejujuran, tanggung jawab, dan kebersamaan.
Periksa pengaruh kepala sekolah sebagai pemimpin dalam membangun budaya sekolah yang positif dan menerapkan
pendidikan karakter.
Menyelidiki efektivitas berbagai strategi dan kegiatan dalam mengembangkan budaya sekolah dan membentuk karakter
siswa.
Mengeksplorasi keterlibatan dan partisipasi pemangku kepentingan, seperti orang tua dan masyarakat, dalam
mendukung pendidikan karakter dan budaya sekolah.
Selidiki hubungan antara pengembangan budaya sekolah dan kinerja akademik dan kesejahteraan siswa secara
keseluruhan.
Memeriksa dampak infrastruktur sekolah dan lingkungan fisik terhadap perkembangan budaya sekolah dan pendidikan
karakter.
Jelajahi peran guru, terutama guru agama atau bimbingan spiritual, dalam mempromosikan pendidikan karakter dan
memanfaatkan fasilitas pendidikan.
Menyelidiki efektivitas metode evaluasi yang berbeda dalam menilai keberhasilan pendidikan karakter dan
perkembangan budaya sekolah.
Catatan: Sumber yang disediakan menawarkan wawasan tentang penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah
dan dampaknya. Berdasarkan temuan ini, penelitian masa depan dapat fokus untuk mengeksplorasi berbagai aspek
seperti peran pemangku kepentingan, strategi untuk mengembangkan budaya sekolah, pengaruh kepala sekolah, dan
efektivitas metode evaluasi.
Penelitian ini hanya berfokus pada dua sekolah khusus, SMA Negeri 1 Dompu
dan SMA Negeri 1 Kilo, di Kabupaten Dompu, yang dapat membatasi
generalisasi temuan ke sekolah atau daerah lain.
Studi ini bergantung pada metode kualitatif, seperti pengamatan, wawancara,
dan analisis dokumen, yang mungkin subjektif dan dipengaruhi oleh interpretasi
peneliti.
Studi ini tidak memberikan informasi terperinci tentang ukuran sampel atau
karakteristik peserta, yang dapat mempengaruhi keterwakilan temuan.
Studi ini tidak secara eksplisit membahas potensi bias atau keterbatasan dalam
pengumpulan atau analisis data, yang dapat memengaruhi validitas dan
keandalan hasil.
Studi ini tidak mengeksplorasi efek jangka panjang atau keberlanjutan dari
penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah, yang bisa menjadi
aspek penting untuk dipertimbangkan.
Jurnal Governansi Pertanyaan penelitian dari Tujuan penelitian dari artikel ini
artikel ini adalah adalah untuk mendeskripsikan
bagaimana implementasi implementasi program urban
program urban farming farming sebagai upaya menyediakan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan pada masa
kebutuhan pangan pada pandemi Covid-19, khususnya di
masa pandemi Covid-19 Kelurahan Jeruk, Surabaya. Program
di Kelurahan Jeruk, ini bertujuan untuk meningkatkan
Surabaya ketahanan pangan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat.
Teori yang digunakan dalam artikel ini mengacu Konteks penelitian dari
pada teori implementasi kebijakan yang diuraikan artikel ini adalah
oleh Horn (1975), yang berfokus pada enam faktor implementasi program
yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan urban farming sebagai
implementasi kebijakan. Keenam faktor tersebut upaya pemenuhan
adalah tujuan dan standar kebijakan, sumber daya kebutuhan pangan pada
kebijakan, karakteristik badan pelaksana, kualitas masa pandemi Covid-19
hubungan antar organisasi, disposisi pelaksana, serta di Kelurahan Jeruk,
kondisi politik, sosial, dan ekonomi Surabaya. Penelitian ini
berfokus pada bagaimana
program urban farming
diimplementasikan untuk
meningkatkan ketahanan
pangan di wilayah
perkotaan selama
pandemi, dengan
memanfaatkan lahan
kosong dan ruang terbuka
hijau untuk aktivitas
pertanian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program urban farming di Kelurahan Jeruk,
Surabaya, pada masa pandemi Covid-19 telah memberikan dampak positif secara sosial dan
ekonomi. Program ini berhasil meningkatkan ketahanan pangan dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat. Berikut adalah beberapa temuan utama dari penelitian:
1. Tujuan dan Standar yang Jelas : Program urban farming telah memiliki tujuan dan
standar yang jelas dalam upaya menyediakan kebutuhan pangan selama pandemi.
2. Sumber Daya yang Cukup : Implementasi program ini didukung oleh sumber daya
manusia, finansial, dan waktu yang cukup, memungkinkan pelaksanaan kegiatan urban
farming berjalan efektif.
3. Hubungan Antarorganisasi yang Baik : Terdapat koordinasi dan komunikasi yang baik
antara berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah setempat, komunitas, dan masyarakat,
yang mendukung suksesnya program.
4. Karakteristik Pelaksana yang Optimal : Pelaksana program memiliki pemahaman,
pendalaman, dan respon yang baik terhadap program urban farming, meskipun disposisi
pelaksana masih perlu ditingkatkan.
5. Kondisi Politik, Sosial, dan Ekonomi : Kondisi politik, sosial, dan ekonomi di Kelurahan
Jeruk mendukung implementasi program, namun masih perlu perbaikan dalam hal kondisi
politik untuk meningkatkan efektivitas program.
6. Perlu Sosialisasi Intensif : Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat,
memuat konsep inovasi, dan komunikasi yang baik untuk meningkatkan pemahaman dan
partisipasi masyarakat dalam program.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan gambaran tentang pentingnya program urban
farming dalam memenuhi kebutuhan pangan selama pandemi Covid-19 dan menyoroti
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program tersebut.
Findings
Hasil penelitian dari artikel ini menunjukkan bahwa implementasi program urban farming di
Kota Malang telah dilakukan sesuai dengan teori implementasi kebijakan yang diungkapkan
oleh Van Meter dan Van Horn. Program ini berhasil meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan keluarga serta memotivasi mereka untuk membentuk kelompok pertanian.
Implementasi program urban farming di Kelurahan Dinoyo dan Kelurahan Penanggungan
dilakukan dengan baik, mendukung pengembangan perekonomian dan kegiatan sosial di
Kota Malang. Masyarakat dapat meningkatkan pendapatan ekonomi secara mandiri dari hasil
panen, baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual. Lokasi pelaksanaan program urban
farming memanfaatkan lahan pekarangan kosong dan lahan pekarangan rumah warga
seoptimal mungkin
Findings
Hasil penelitian dari artikel ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dalam meningkatkan kesejahteraan
petani dilakukan melalui berbagai program, seperti peningkatan kapasitas kelembagaan
pertanian, peningkatan program dan informasi penyuluhan, serta pengembangan agribisnis.
Faktor pendukung implementasi kebijakan tersebut meliputi komunikasi, sumber daya dan
sarana prasarana, pemodalan petani, dan jumlah produksi. Namun, terdapat juga faktor
penghambat, seperti sumber daya manusia, iklim dan cuaca, berkurangnya luas lahan,
teknologi dan sarana prasarana, serta harga komoditi pasar. Saran yang diberikan untuk
mengatasi hambatan tersebut antara lain adalah melakukan pendekatan lebih kepada para
petani, melakukan pengecekan terlebih dahulu pada sarana prasarana yang akan disalurkan,
mengedepankan adaptasi dan mitigasi iklim, serta mengikuti laju perkembangan zaman
dengan turut aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian melalui kelompok tani.
Findings
Hasil penelitian dari artikel ini menunjukkan bahwa:
1. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Malang masih cukup mencukupi kebutuhan pangan
selama pandemi Covid-19, namun ada sebagian kecil yang mengalami kesulitan pangan.
2. Dampak Covid-19 terhadap ketersediaan pangan di Kabupaten Malang disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), gagal panen, dan menurunnya
daya beli masyarakat.
3. Terdapat penyesuaian pola konsumsi masyarakat, terutama dalam intensitas makan dan
komposisi menu, sebagai respons terhadap pandemi.
4. Tingkat ketahanan pangan berbeda-beda antara lapisan masyarakat, dengan kelas
menengah ke atas lebih mampu menghadapi dampak pandemi dibandingkan dengan kelas
bawah.
5. Sebagian besar rumah tangga mengalami kesulitan dalam mengakses pangan selama
pandemi, terutama dalam mencari bahan pangan pokok. Ketersediaan pangan pengganti juga
sulit diperoleh oleh sebagian besar rumah tangga.
6. Konsumsi pangan masih didominasi oleh beras, namun sebagian kecil masyarakat
memperoleh pangan dari hasil panen sendiri atau dengan bantuan keluarga.
7. Peran pemerintah dalam menjamin ketersediaan pangan dan stabilisasi harga sangat
penting untuk mengatasi kesulitan pangan yang dialami masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menyusun kebijakan terkait ketahanan
pangan selama pandemi Covid-19.
Findings
Hasil penelitian dari artikel ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara Civil Society dan
Militer dalam mewujudkan ketahanan pangan menjadi penunjang utama dalam pelembagaan
ketahanan pangan dan menjaga sustainability ketahanan pangan hingga level terendah,
khususnya di masa pandemi yang membatasi pergerakan dan keluwesan kebijakan ketahanan
pangan terdahulu
Findings
Temuan penelitian dari artikel ini mencakup beberapa aspek penting terkait evaluasi program
kebijakan di Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam rangka pengentasan
kemiskinan pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai. Beberapa temuan
tersebut antara lain:
1. Masih rendahnya ketahanan pangan masyarakat dan belum optimalnya produksi pertanian
di Kota Dumai, yang mencakup diversifikasi konsumsi pangan lokal, Sumber Daya Manusia
pertanian yang masih kurang, harga sarana produksi yang mahal, dan harga komoditi
pertanian yang rendah.
2. Faktor-faktor penghambat dalam terlaksananya program kebijakan, yang mencakup
regulasi di bidang pertanian yang belum mendukung sepenuhnya, serta kendala dalam
produksi pertanian yang belum maksimal.
3. Penelitian ini menggunakan metode triangulasi untuk pengumpulan data, yang meliputi
observasi, wawancara, dan dokumen, untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan
mendalam mengenai fenomena yang terjadi.
Findings
Temuan penelitian dari artikel ini mencakup beberapa poin penting terkait urgensi pengaturan
hak atas pangan warga negara dalam Amandemen Kelima UUD 1945, antara lain:
1. Pentingnya Amandemen Kelima UUD 1945 : Penelitian ini menemukan bahwa
amandemen kelima UUD 1945 sangat penting untuk memasukkan pengaturan yang tegas
terhadap penyediaan hak atas pangan warga negara. Hal ini didasarkan pada potensi untuk
menghilangkan dan mengurangi hak atas pangan yang menjadi sangat sulit diwujudkan
dalam kebijakan-kebijakan penguasaan tanpa adanya amandemen tersebut
2. Perbandingan dengan Penelitian Lain : Penelitian ini juga menemukan perbedaan
pendekatan dengan penelitian lain yang telah ada. Misalnya, penelitian ini lebih menekankan
pada amandemen formal oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai cara yang
paling tepat untuk memberikan hak atas pangan warga negara, berbeda dengan penelitian lain
yang mungkin lebih menekankan pada interpretasi hakim konstitusi atau aspek lain dari
perlindungan pangan.
3. Cara Mewujudkan Konstitusi Pangan : Salah satu temuan penting lainnya adalah
mengenai cara mewujudkan konstitusi pangan. Penelitian ini menyarankan penyediaan lahan
pertanian untuk lumbung pangan berkelanjutan sebagai salah satu cara yang harus dimuat
dalam konstitusi untuk mewujudkan hak atas pangan
Findings
Temuan penelitian dari artikel ini mencakup beberapa aspek penting terkait ketahanan pangan
di Finlandia, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketergantungan pada Impor : Finlandia menghadapi dilema dalam menjaga ketahanan
pangannya karena ketergantungan yang meningkat terhadap impor input pertanian, energi,
pakan ternak, dan mesin pertanian. Hal ini menimbulkan risiko terhadap ketahanan pangan
negara tersebut
2. Inovasi Produk Pangan : mengatasi Untuk kemandirian pada impor dan memperkuat
ketahanan pangannya, Finlandia berupaya meningkatkan inovasi dalam produk pangan dan
menjaga faktor input produksi pangan dalam negeri tetap stabil melalui penerapan Penelitian
dan Strategi Pangan untuk Finlandia 2021-2035.
3. Ketahanan Pangan yang Baik : Meskipun mampu menghadapi tantangan, Finlandia
memiliki ketahanan pangan yang baik, yang tercermin dari peringkatnya dalam Laporan
Global Food Security Index (GFSI) tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa Finlandia
memiliki sistem pangan yang relatif kuat dan Tangguh
4. Tantangan Ketahanan Pangan : Finlandia menghadapi tantangan dalam
mempertahankan ketahanan pangannya, termasuk perubahan dalam produksi makanan dan
jenis makanan, yang memerlukan strategi untuk memperkuat ketahanan pangannya.
5. Kekuatan Sistem Pangan Finlandia : Beberapa kekuatan sistem pangan Finlandia
termasuk pengetahuan akan nutrisi makanan, pengetahuan teknologi terbaik dalam bidang
pertanian, rantai pasok makanan yang pendek, produksi makanan yang aman dan transparan,
serta standar kesehatan hewan yang tinggi
Findings
Temuan penelitian dari artikel ini adalah bahwa untuk mengatasi permasalahan kelangkaan
jagung di masa mendatang, pemerintah perlu melakukan pembenahan data jagung nasional
yang mencakup kebutuhan data dan data produksi. Penguatan koordinasi antara Kementerian
Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan dapat menjawab permasalahan
ini. Data yang akurat menjadi kunci untuk merencanakan suatu kebijakan disertai dengan
mitigasi yang memadai. Selain itu, ditemukan juga bahwa perlunya adanya penguatan dan
koordinasi antara Kementerian Pertanian dengan BPS untuk melakukan pengawasan atas
penyusunan data kebutuhan dan produksi jagung nasional agar apabila diketahui adanya
potensi kelangkaan jagung di masa depan, keputusan dan mitigasi yang dilakukan dapat tepat
dan akurat
Findings
Temuan penelitian ini mencakup beberapa aspek penting terkait manajemen ketahanan
pangan dan program diversifikasi pangan di Sumatera Utara, antara lain:
1. Pengelolaan ketahanan pangan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara meliputi empat
fungsi utama: perencanaan ketahanan pangan, pengorganisasian ketahanan pangan,
pelaksanaan ketahanan pangan, dan pengawasan ketahanan pangan. Hal ini termasuk upaya
pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan minat masyarakat dalam konsumsi lokal,
pengembangan korporasi usaha tani, pemberdayaan masyarakat miskin melalui program aksi
Gerakan Masyarakat Mandiri Pangan (Gema Pangan), pengembangan lumbung pangan
masyarakat, dan Pemberdayaan serta Penanganan Daerah Rawan Pangan/Miskin (PDRP ). 2.
Terdapat kendala dalam program diversifikasi pangan, termasuk konversi lahan pertanian ke
nonpertanian yang sulit dikendalikan, degradasi sumber daya udara dan kinerja irigasi, serta
turunnya tingkat kesuburan fisik dan kimia lahan pertanian. Hal ini menunjukkan adanya
tantangan dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan local.
3. Upaya untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat alternatif
terhadap beras masih menghadapi tantangan, termasuk kurangnya minat masyarakat terhadap
produk pangan lokal yang belum siap olah. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi dan
promosi yang lebih intensif terhadap konsumsi pangan local.
4. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara telah melakukan
berbagai kegiatan untuk mendukung ketahanan pangan, termasuk pengembangan Koorporasi
Usaha Tani, pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Aksi Gerakan Masyarakat
Mandiri Pangan (Gema Pangan), dan pengembangan lumbung pangan
Future Research Direction
Implementasi Kebijakan,
Ketahanan Pangan,
Pandemi Covid-19,
Program Urban Farming.
Key Words
Implementasi, program
urban farming, di Kota
Malang.
Key Words
Implementasi Kebijakan,
Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian Kabupaten
Problolinggo,
Kesejahteraan
Key Words
Ketahanan Pangan,
Covid-19, Kabupaten
Malang
Key Words
Ketahanan Pangan,
Kolaborasi, Militer-Civil
Society
Key Words
Evaluasi, Kebijakan,
Pangan
Key Words
konstitusi pangan;
amandemen kelima UUD
1945; hak atas pangan.
Key Words
Ketahanan Pangan;
Global Food Security
Index (GFSI); Strategi
dan Kebijakan
Key Words
Cadangan pangan
pemerintah, kelangkaan
Jagung, ketahanan
pangan
Key Words
No Topik
Democracy 1
A Deliberative
10
11
12
13
14
15
1
Public Policy
B Deliberative
3
3
Policy Analysis
C Deliberative
2
3
Future
Hanya dengan mengenali bagaimana berbagai aktor memahami “publik” dan peran mereka dalam pengembangan kebijak
tata kelola deliberatif dalam konteks tertentu. Satu tugas penting untuk penelitian di masa depan adalah mengeksplorasi b
partisipatif yang ada melengkapi, bukannya merusak, upaya untuk pembahasan kebijakan publik yang lebih besar.
disarankan bahwa menggabungkan dua perspektif teoretis (Combining deliberative governance theory and discourse ana
disengaja' dan menyoroti hambatan kelembagaan (Discourse analysis (Analisis Wacana) Deliberative democracy Governan
(1) Dengan menunjukkan pentingnya masalah yang terlibat dalam 'mengikuti dari depan' dalam jenis minipublics yang tuju
telah menunjukkan bahwa praktik fasilitasi layak untuk dianalisis dan diselidiki lebih lanjut oleh demokrat deliberatif.......(2
melegitimasi proses politik di luar pembuatan kebijakan perwakilan
bagaimana bentuk artikulasi yang diambil oleh variabel-variabel tersebut berdampak pada hubungan antar ruang dan aku
gagasan tentang sistem deliberatif itu sendiri, melainkan menunjukkan bagaimana pendekatan sistemik membuka jalan un
sementara perspektif ini menghadirkan refleksi yang menarik tentang legitimasi proses partisipasi dan representasi sosial,
prinsip-prinsipnya secara bersamaan. Kami tidak tahu faktor apa yang mendorong artikulasi antara ruang dan aktor, kami
Artikel ini menyarankan (1) bahwa demokrat deliberatif yang berusaha memahami kondisi inklusi dalam ruang publik haru
'kapasitas' deliberatif memadai untuk menangkap apa yang dibutuhkan oleh partisipasi efektif, (2) bahwa mereka akan me
kerangka modal deliberatif, sebuah konsep yang lebih peka terhadap bagaimana norma mengkondisikan pengakuan penu
di bidang deliberatif yang konkret dapat memperkaya pemahaman kita tentang kondisi tersebut.
Untuk sarjana empiris, kasus yang disajikan di sini menunjukkan berbagai cara untuk mempelajari transmisi deliberatif. Me
timbal balik di antara situs-situs dalam spektrum dinamis dari publik ke ruang yang diberdayakan. Penelitian lebih lanjut d
yang kami temukan dan untuk menguji kemanjuran mengaktifkan, memperkuat, dan mempertahankan transmisi dengan
untuk menguraikannya – berfokus pada mekanisme yang berbeda atau mengumpulkan wawasan dari seluruh mekanisme
kontribusi penting di sepanjang jalan (Namun sedikit yang diketahui tentang mekanisme transmisi dalam sistem deliberati
Pesan mendasar dari artikel ini, bagaimanapun, adalah bahwa batas-batas sistem deliberatif harus diklarifikasi jika peruba
sebelumnya dari cita-cita deliberatif.
Penelitian di masa depan harus mencoba untuk menentukan apakah mekanisme kausal tertentu yang dikemukakan oleh t
teori alternatif, yang mengemukakan mekanisme yang berbeda, dapat menjelaskan efek yang sama baiknya. (Can Minipub
Penelitian di masa depan harus mencoba pengujian yang lebih langsung terhadap klaim inti tentang mekanisme yang beke
mempelajari informasi yang relevan tentang kebijakan yang mereka mereka bahas. Secara khusus, akan lebih baik jika pe
aspek-aspek deliberatif khusus dari minipublik.
Latihan demokrasi deliberatif harus dirancang ulang untuk memaksimalkan partisipasi demokratis. Untuk melakukan hal in
baru yang akan menguntungkan kedua kelompok tersebut. Untuk yang pertama, bentuk musyawarah yang lebih inklusif, m
berkontribusi dalam diskusi politik dan didengarkan oleh orang-orang yang memiliki otoritas politik atau kebijakan. Untuk
memberikan masukan bagi pengambilan keputusan yang demokratis tanpa risiko pengkambinghitaman atau politisasi....(2
bahwa latihan musyawarah harus disusun kembali untuk memprioritaskan kualitas inklusif, bukan pistemisnya. Dasar dari
musyawarah.
Mempertimbangkan meningkatnya minat terhadap metode musyawarah di antara para pembuat kebijakan di kesehatan d
pandangan dan preferensi peserta, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami bagaimana metode musyawa
hasil dari keputusan alokasi di bidang kesehatan
Upaya dan ruang lingkup desain NWP (National Water Plan) dapat tergerus oleh kurangnya definisi dan penyesuaian dala
membutuhkan posisi yang jelas pada isu-isu tertentu dengan kepentingan yang berbeda, seperti irigasi di sektor pertanian
mana yang akan mengatur dan memberi struktur pada implementasi NWP dalam dimensi yang mengancam prioritas air u
Republik. Tidak diragukan lagi, Universitas harus menyediakan spesialisnya yang terkait dengan pengelolaan air, tidak han
dalam argumentasi dan penalaran dalam proses pemahaman publik yang memang merupakan tantangan utama. Pendap
sudut pandang baru dan memungkinkan artikulasi kontribusi, pengetahuan, dan visi disipliner.
Kisi teoretis ini berpotensi berguna untuk penelitian lebih lanjut di mana berbagai proposal ahli teori, politisi atau aktivis s
dianalisis secara lebih rinci, menunjukkan misalnya bahwa 'elit' bukanlah kategori yang homogen tetapi dapat dipisahkan.
memungkinkan untuk mengklasifikasikan proposisi masa depan untuk mengintegrasikan DMP ke dalam sistem politik.
yang lebih kompleks, menggabungkan atau lebih jauh menghibridisasi aktor, peran, dan kekuatan (Gastil dan Richards20
melembagakan pendekatan sistemik terhadap partisipasi warga?
Oleh karena itu, analisis lebih lanjut harus lebih menekankan pada strategi pembingkaian dan retorika manipulatif yang m
peserta lain dan mempengaruhi pembentukan opini mereka. Mungkin ada beberapa faktor tertentu yang membatasi kem
(2) apakah kehadiran politisi memiliki efek yang berbeda di lingkungan daring dan tatap tatap muka dapat diperiksa dal
apakah durasi publik mini memiliki berpengaruh pada kualitas musyawarah. (4) Penelitian di masa depan dapat meneliti
politisi ikut serta dalam musyawarah bersama dengan warga negara. (5) Berdasarkan proses musyawarah Turku proses m
mini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, metode pemilihan politisi harus mencakup metode acak, se
ditunjuk oleh organisasi partai, maka politisi tersebut dapat cenderung mewakili kepentingan partai selama musyawarah
secara terbuka mengungkapkan sikapnya tentang topik mini-publik. Hal ini memberikan lebih banyak kebebasan kepada p
pembenaran yang muncul dalam musyawarah publik mini
Masa depan penelitian di masa depan harus mengeksplorasi populasi masyarakat yang beragam; dalam konteks di mana m
mungkin ada penekanan yang berbeda, yaitu penekanan pada kemampuan untuk ditindaklanjuti segera dan kekuatan yan
seimbang di antara para pemangku kepentingan
Para peserta musyawarah kami tidak memiliki keragaman sosio-demografis sosio-demografis yang bermasalah, karena ind
diskursif. Kekhawatiran lebih lanjut muncul dari terbatasnya kesetaraan akses ke forum bagi mereka yang memiliki komitm
keterwakilan komunitas etnis minoritas dan minoritas dan warga negara yang lebih muda mungkin mencerminkan bebera
dalam bahasa Inggris dan penggunaan sampel sampel yang tidak memuat nomor telepon seluler. telepon seluler. Fitur-fitu
mendatang.
(1) Untuk menilai sejauh mana minipublic benar-benar mengarah pada perubahan aturan dan kebiasaan politik, tampakny
pertimbangan). Bahkan ketika baik warga negara maupun pembuat kebijakan mempertimbangkan rekomendasi minipubli
konkret, minipublic mungkin masih berdampak kecil pada berfungsinya proses pembuatan kebijakan itu sendiri, terutam
penelitian empiris masa depan harus menganalisis jika dan dalam kondisi apa minipublic mengubah aturan formal dan p
dimensi struktural ini berarti menjalankan risiko untuk memutuskan studi publik mini dari fungsi sistem politik. (2) Pert
komparatif (dampak vs aktor lain yg terlibat dalam proses pembuatan kebijakan). Penelitian empiris komparatif yang m
penelitian publik mini dapat mengikuti upaya terbaru untuk menganalisis dampak kebijakan dari proses partisipatif lain
penelitian di masa depan dapat mengkaji secara lebih rinci mekanisme penjelas yang memicu (atau menghalangi) konse
tentang apakah minipublic penting untuk pembuatan kebijakan, kita juga perlu memahaminya dengan lebih baik bagaim
ini juga membuka jalan empiris dan teoretis baru tentang isu transmisi dari publik mini yang d
(Indigenous environment policy as a deliberative system) Meskipun peningkatan pemahaman tentang nilai-nilai lingkung
nilai ini ke dalam kebijakan lingkungan. Teori demokrasi deliberatif dapat membantu untuk lebih memahami masalah ini. P
berbeda dan menarik perhatian pada kontribusi demokrasi yang 'tak terlihat' ini pada sistem demokrasi yang lebih besar. K
nilai-nilai lingkungan Adat, dapat dipahami sebagai kelemahan dalam transmisi antara masyarakat Adat dan negara Ketiga
mengatasi beberapa hambatan dalam kebijakan lingkungan ini. Demokrasi deliberatif menarik perhatian pada hubungan l
pembuatan kebijakan adat tetapi sebagai pembuatan demokrasi.... Penelitian empiris lebih lanjut akan membantu meng
harus dilakukan oleh negara-warga negara pribumi agar suara mereka didengar
(1) Masalah dengan 'Kebijakan Lingkungan' Pribumi. (2) Demokrasi deliberatif (3) Sistem Musyawarah : Ruang privat, ruan
lingkungan adat antara ruang publik dan ruang yang diberdayakan dan bagaimana pengakuan ruang yang diberdayakan A
penekanannya adalah pada transmisi antara ruang publik dan yang diberdayakan tetapi itu adalah bagian dari masalah, m
besar tidak terlihat dalam sistem (4) Sistem deliberatif ganda - Fokus tulisan ini adalah pada hubungan Pribumi dengan ne
yang ada bersamaan dengan itu - Salah satu cara umum negara tidak mengakui ruang yang diberdayakan oleh masyarakat
memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat adat untuk merundingkan diri mereka sendiri (di dalam dan di antara rua
berunding dengan negara. . Hal ini tidak dilihat oleh negara sebagai pengambilan keputusan demokratis oleh masyarakat a
atau 'konsultasi', seperti yang dijelaskan oleh Hunt (2013) - Selain itu, upaya negara untuk 'memperbaiki' 'kebijakan' Adat
Kurangnya pengakuan terhadap ruang pemberdayaan Adat inilah yang menyebabkan potensi kelemahan transmisi pesan-
pengambilan kebijakan lingkungan. (5) Transmisi dalam sistem musyawarah (6) Transmisi dalam kebijakan lingkungan Prib
melalui forum musyawarah Adat (9) Transmisi melalui narasi diskursif. (10) Kesimpulan - Forum musyawarah adat yang be
memungkinkan ekspresi kontemporer dari demokrasi musyawarah adat yang selalu ada. 'Berbagi alasan' dengan negara m
lebih luas melalui penyertaan yang lebih besar dari pandangan lingkungan adat dengan cara yang berpotensi memiliki dam
white noise dari negara kolonial pemukim.
menyarankan dua tema utama untuk pekerjaan di masa depan dalam bidang ini. (1) adalah mendokumentasikan secara le
dipilih; (2) adalah menilai dampak efektif dari penggunaan musyawarah untuk merancang prosedur HTA dan paket manfa
perkembangan sejarah musyawarah dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan dan di bidang pilihan publik lain
dan kegagalan. (4) Eksplorasi lebih lanjut tentang cara terbaik untuk mengidentifikasi dan kemudian mengelola bukti yang
musyawarah untuk memikirkan tentang hal tersebut). (5) Pengembangan panduan tentang desain dan enggunaan proses
konsensus di antara para pengambil keputusan. (6) Metode yang efektif untuk memastikan, ketika representasi merupaka
yang dapat ditemukan di semua populasi, secara tepat diwujudkan dalam kelompok-kelompok musyawarah. (7) Sebuah ti
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, mencakup mekanisme seperti KTE, dan dengan penilaian efektivita
(1) PPA (Partisipatory Policy Analysis) berbeda dari "pemberdayaan," keterlibatan langsung warga dalam pembuatan kebi
visibilitas yang lebih besar di aula kekuasaan. (2) PPA, jelas deLeon, tidak sama denganpartisipasi dalam pembuatan kebija
mengharuskan analis bekerja secara ekstensif dengan para pemangku kepentingan untuk menentukan konteks-realitas-da
bekerja sama pemangku kepentingan untuk melakukan hal-hal berikut : Negosiasikan pemahaman tentang nilai-nilai yang
tentang arti informasi dan data yang ada digunakan dalam analisis; Uji alternatif menggunakan "model mental" peserta k
memastikan bahwa semua kepentingan utama dikonsultasikan dalam setiap langkah analisis kunci; Pastikan bahwa ide-id
Komunikasikan hasil dalam bahasa yang akrab bagi organisasi
Bagaimana seharusnya analisis kebijakan menanggapi perubahan konteks pembuatan kebijakan? (mengkaji tiga aspek ana
intervensi)..
(Bagaimana legitimasi intervensi kebijakan? Bagaimana intervensi politik yang efektif??). Kebijakan tidk lagi hasil politik te
kebijakan menjadi situs budaya politik (menegosiasikan nilai-nilai ) mengembangkan kepatuhan bersama?? Musyawarah k
berkolaborasi; politik dan pembuatan kebijakan tidak hanya tentang menemukan solusi tetapi tentang menemukan forma
(yg saling bergantung); Kepercayaan menjadi variabel kunci
Perlu memikirkan ulang agenda analisis keibjkan (1) Butuh Prevelensi baru : Berorientasi pada proses - "jaringan stakehold
Kepercayaan dan kepatuhan harus diatur - untuk mempengaruhi makna proses pembuatan kebijakan (karena ketidakpasti
proses : siapa yang menjamin kualitas keputusan yang dibuat?? Bagaimana kita harus menilai praktik baru ini?? Bagaiman
kebijakan??
Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan untuk penelitian selanjutnya. Apa yang dapat DPA/TT2.0 pelajari dari bidang
mempertahankan TT2.0 secara finansial? Bagaimana TT2.0 dapat mengintegrasikan penggunaan media sosial secara efekti
apa saja yang bisa disinggung selama proses DPA/TT2.0? Bagaimana praktik TT2.0 dapat beradaptasi dengan latar budaya
apakah analis kebijakan dapat berkolaborasi secara efektif dengan profesional keterlibatan publik dan penyelesaian sengk
orang di bidang ini telah dididik dan bekerja di domain yang hampir terpisah: analisis kebijakan, urusan publik, dan penyel
lebih erat dan berinteraksi satu sama lain secara lebih intensif. Dalam pengertian ini, TT2.0 menyediakan platform prospek
Meskipun tidak mudah, ini adalah langkah penting menuju penyelidikan kebijakan yang inklusif dan kolaboratif
No Topik/Teori
A Demokrasi Deliberatif 1
2
3
4
5
6
7
8
B Kebijakan publik 1
Deliberatif
C Analisis Kebijakan 1
Deliberatif
2
3
4
OK
Pertanyaan Penelitian
(a) Bagaimana berbagai aktor memahami “publik”, "musyawarah" dan peran mereka dalam pengembangan kebijakan (
deliberatif dalam konteks tertentu) (b) bagaimana tantangan-tantangan ini dikelola dengan baik - Untuk memberikan waw
dilakukan - Combining deliberative governance theory and discourse analysis
Praktik fasilitasi layak untuk dianalisis dan diselidiki lebih lanjut oleh demokrat deliberati.
faktor apa yang mendorong artikulasi antara ruang dan aktor, dan apa dampak hubungan ini terhadap representasi demok
Apa saja fitur transmisi dalam sistem deliberatif? Bagaimana mekanisme transmisi dalam sistem deliberatif? Bagaimana
Apa saja batas-batas sistem deliberatif yang harus diklarifikasi jika perubahan sistemik ingin memberikan kemajuan teoreti
Dapatkah musyawarah mempengaruhi opini publik? Lebih tepatnya bagaimana efek metode musyawarah terhadap pand
Bagaimana metode musyawarah dapat berkontribusi pada legitimasi dan dukungan publik publik
Bagaimana mengintegrasikan DMP (Musyawarah adat) ke dalam sistem politik? Bagaimana melembagakan pendekatan
pendekatan sistemik terhadap partisipasi warga?
Apakah kehadiran politisi memiliki efek yang berbeda di lingkungan daring dan tatap tatap muka? Apakah durasi (Musyaw
kepercayaan akan terlihat di kalangan masyarakat luas ketika politisi ikut serta dalam musyawarah bersama dengan warga
(a) Dalam kondisi apa (musyawarah-minipublic) mengubah aturan formal dan praktik informal dari proses pem
menghalangi) konsekuensi minipublic?? Apakah minipublic (musyawarah) penting untuk pembuatan kebijakan da
musyawarah (formal/informal) seperti apa yang dibutuhkan di desa? Bagaimana transmisi dari publik mini (m
Bagaimana sistem deliberatif (musyawarah) di Indonesia, di desa (Ende)?? Apakah demokrasi Pribumi sebagai
demokrasi yang 'tak terlihat' ini pada sistem demokrasi yang lebih besar??? Bagaimana Transmisi dalam sistem
Ende (sejarah)?? Bagaimana Transmisi musyawarah dalam kebijakan Bumdes? Bagaimana Transmisi melalui in
Bagaimana legitimasi ditangani dan kriteria keputusan dipilih dalam musyawarah??
Bagaimana seharusnya analisis kebijakan menanggapi perubahan konteks pembuatan kebijakan? (mengkaji tiga aspek a
(Bagaimana legitimasi intervensi kebijakan? Bagaimana intervensi politik yang efektif??
Jika pembuatan kebijakan berorientasi pada proses : siapa yang menjamin kualitas keputusan yang dibuat?? Bagaimana
legitimasi dalam praktik pembuatan kebijakan??
Bagaimana TT2.0 dapat mengintegrasikan penggunaan media sosial secara efektif dan efisien? Bagaimana seharusnya kit
DPA/TT2.0? Bagaimana praktik TT2.0 dapat beradaptasi dengan latar budaya atau politik yang berbeda?
1. Bagaimana legitimasi dalam perumusan kebijakan deliberatif pada proses pembentukan Badan Usaha Milik D
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi legitimasi dalam perumusan kebijakan deliberatif pada proses pem
3. Bagaimana dinamika dalam perumusan kebijakan deliberatif pada proses pembentukan Badan Usaha Milik Des
a. Apa saja nilai publik yang diperjuangkan dalam perumusan kebijakan deliberatif pada proses pembentukan B
b. Apa saja konflik nilai yang muncul dalam perumusan kebijakan deliberatif pada proses pembentukan Badan U
1. Apakah musyawarah penting untuk pembuatan kebijakan di Desa dan bagaimana itu mempengaruhi pembuatan kebija
2. Bagaimana sistem deliberatif (musyawarah) di Indonesia, di desa (Ende)?? Bagaimana Transmisi dalam sistem musyawa
yang dibutuhkan di desa?
3. Bagaimana transmisi dari (musyawarah) yang deliberatif ke proses pembuatan kebijakan di desa(Dalam kondisi apa (mu
pembuatan kebijakan??)?? Bagaimana Transmisi melalui institusi demokrasi yang ada saat ini?
4. Bagaimana mengintegrasikan Musyawarah adat (Sistem pengetahuan lokal) ke dalam sistem politik? Bagaimana metod
Bagaimana melembagakan pendekatan sistemik terhadap partisipasi warga?Apa saja tantangan dalam melembagakan pen
1. Apakah musyawarah penting untuk pembuatan kebijakan di Desa dan bagaimana itu mempengaruhi pembuatan kebija
2. Bagaimana transmisi dari (musyawarah) yang deliberatif ke proses pembuatan kebijakan di desa(Dalam kondisi apa (mu
pembuatan kebijakan??)?? Bagaimana Transmisi melalui institusi demokrasi yang ada saat ini?
3. Bagaimana mengintegrasikan Musyawarah adat (Sistem pengetahuan lokal) ke dalam sistem politik? mengidentifikasi si
4. Bagaimana metode musyawarah dapat berkontribusi pada legitimasi dan dukungan publik publik?? Bagaimana melemb
melembagakan pendekatan sistemik terhadap partisipasi warga?
1. Apakah deliberasi penting untuk pembuatan kebijakan di desa? Dan bagaimana itu mempengaruhi pembuatan kebijaka
2. Bagaimana Transmisi dari proses deliberasi ke proses pembuatan kebijakan di desa? Bagaimana transmisi dalam institus
3. Apakah proses deliberasi berkontribusi pada legitimasi dan dukungan publik? Apa saja tantangannya? (Masalah Peneliti
4. Bagaimana melembagakan pendekatan sistematik terhadap partisipasi warga? Apa saja tantangannya?(Masalah Pene
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis opini stakeholders tentang makna proses deliberasi dan relevansi serta kontribusinya terhadap proses pem
2. Mengevaluasi proses transmisi dari kegiatan musyawarah desa ke proses pembuatan kebijakan di desa
3. Mendeskripsikan proses transmisi musyawarah adat ke proses pengambilan keputusan dalam institusi adat di desa
4. Mengkonseptualisasikan hubungan institusi negara (desa) dan institusi adat dalam proses transmisi musyawarah ke pro
Metode
1. Analisis Stakeholders, Framework Analisis sosial, Framework analisis kebijakan publik, framework deliberative culture
2. In-deep Interview : Stakeholders opinions; Mekanisme musyawarah dan pengambilan keputusan dalam institusi negara
3. Dokumentasi :