Anda di halaman 1dari 3

Rendahnya Minat Membaca pada Generasi Z

Oleh: Titi Rosdiana, M.Pd.

Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun

1997 sampai tahun 2012, ini rentang tahun yang digunakan di Indonesia

berdasarkan Data Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Indonesia. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini

merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin

berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan

Milenial.

Gen Z tumbuh beriringan dengan semakin melesatnya perkembangan

teknologi yang membuat akses untuk mendapatkan informasi sangat mudah, hal ini

disebabkan adanya jaringan internet yang menjadikan kunci untuk membagikan

sebuah informasi. Munculnya telepon seluler (ponsel) dengan beragam merek,

model, dan kecanggihannya menjadi kebutuhan utama bagi para Generasi Z.

Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil

mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara

tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Apalagi dengan adanya

COVID-19 yang membuat kegiatan pembelajaran terhenti di sekolah dan beralih di

rumah sehinga mengandalkan ponsel dan laptop untuk menunjang segala kegiatan

pembelajaran.

Gadget yang berupa ponsel, laptop, komputer, kamera digital, dan lain

sebagainya serta luasnya jaringan internet membuat Gen Z bisa bebas dan leluasa

untuk membuka akses hiburan tanpa batasan. Kebebasan inilah yang membuat Gen

1
Z sering lupa dalam menjalani kewajibannya utamanya sebagai pelajar. Mereka

menjadi lupa bahwa belajar dan membaca bisa menjadi satu hal yang penting untuk

membentuk karakter menjadi lebih baik.

Gen Z menjadi malas membaca karena sudah tersedia banyak akses

informasi untuk mendapatkan sebuah informasi. Akibatnya, Gen Z melakukan copy

dan paste semua tulisan di internet untuk dijadikan jawaban dari tugas-tugas

sekolah yang diberikan oleh guru. Menanamkan minat baca pada Gen Z menjadi

tantangan yang sangat berat untuk guru. Kesadaran pribadi menjadi sangat penting

untuk menumbuhkan lagi minat membaca di generasi Z.

Untungnya, diluncurkan Gerakan Literasi Sekolah pada tanggal 18

Agustus 2015 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang saat itu

menjabat, yaitu Bapak Anies Baswedan dengan tema Gerakan Literasi Sekolah

“Bahasa Penumbuh Budi Pekerti”. Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan

berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi

Pekerti. Mendikbud mengatakan, Permendikbud tersebut adalah sebuah upaya

untuk menumbuhkan budi pekerti anak. Menurut Pak Anies, "Kata yang dipakai

adalah ‘penumbuh’ karena kita hanya menumbuhkan, bukan menanamkan budi

pekerti.” Menumbuhkan budi pekerti, lanjutnya, berbeda maknanya dengan

menanamkan budi pekerti. "Langsung terbayang yang dilakukan adalah

memberikan ruang bagi tumbuhnya budi pekerti dari dalam diri si anak. Kalau

memanamkan berarti kita memasukkan dari luar diri si anak. Karena pada dasarnya

anak-anak itu sudah memiliki modal dasar budi pekerti,” ujarnya.

Imbas dari Gerakan literasi yang dicanangkan oleh Kemdikbud, Anies

Baswedan pada tahun 2015 adalah adanya Gerakan literasi dit tingkat nasional,

2
provinsi, kabupaten, kecamatan, sekolah, masyarakat, hingga dalam keluarga pun

ikut berliterasi. Salah satu buah karya dari gerakan litearsi yaitu Program Tantangan

Literasi Nusantara yang digagas oleh GLN Gareulis Jawa Barat. Pada tahun 2023

Talenta telah terlaksana hingga tahun ketiga. Semoga akan terus lestari

dilaksanakan pada tahun-tahun selanjutnya. Sukses untuk semua tim GLN Gareulis

dari Tingkat Kecamatan hingga Provinsi Jawa Barat. Salam Literasi !

Anda mungkin juga menyukai