Anda di halaman 1dari 2

MENUMBUHKAN KEBIASAAN LITERASI KELUARGA UNTUK MENGHADAPI ERA

DIGITAL

Indonesia adalah salah satu negara yang masuk dalam peringkat lima besar negara dengan
jumlah penduduk terbanyak di dunia. Data dari worldmeter per tanggal 28 Juli 2023 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 277,7 juta jiwa atau tepatnya menduduki peringkat
keempat setelah Amerika Serikat. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia
membawa dampak dalam beberapa hal. Salah satunya adalah dalam penggunaan teknologi, utamanya
penggunaan gadget.

Wearsocial pada Januari 2017 mengungkapkan bahwa orang Indonesia mampu menghabiskan
waktu 9 jam dalam sehari untuk menatap layar gadget. Kemudian di tahun berikutnya yaitu 2018
lembaga riset digital marketing Emarketer menunjukkan data jumlah pengguna aktif gadget di
Indonesia sudah mencapai lebih dari 100 juta orang. Empat tahun kemudian, tepatnya di tahun 2022
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sebanyak 67,88% penduduk Indonesia yang berusia di atas
lima tahun sudah memiliki ponsel.

Melihat data animo masyarakat dalam penggunaan gadget yang begitu besar memberikan
dampak yang cukup signifikan dalam berbagai hal. Ini dikarenakan masyarakat menggunakan gadget
untuk berbagai aktivitas, seperti sarana komunikasi, hiburan (bermain game, mendengarkan musik,
menonton video), gaya hidup, bisnis, dan sebagainya. Sayangnya, penggunaan gadget yang terlihat
bisa membantu banyak hal dalam kehidupan ternyata juga membawa sisi gelap lainnya.

Sisi gelap penggunaan gadget tak jarang membuat masyarakat memiliki perilaku yang
cenderung negatif. Beberapa dampak tersebut diantaranya menurunnya daya analisis masyarakat
karena terlalu mudahnya untuk mendapatkan informasi, malas melakukan aktivitas, terganggunya
kesehatan mental masyarakat serta menurunnya kemampuan literasi masyarakat. Berkaitan dengan
menurunnya kemampuan literasi masyarakat ini juga menjadi pemicu semakin banyaknya orang yang
meninggalkan kebiasaan membaca buku.

Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 menyatakan bahwa
Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara dengan status tingkat literasi rendah. Data ini
didasarkan dari hasil tes yang diselenggarakan oleh PISA terhadap murid-murid berusia 15 tahun
yang dipilih secara acak untuk mengerjakan tes dalam bidang literasi dengan mata pelajaran utama
yaitu membaca, matematika (berhitung), dan sains. Lebih lanjut lagi data UNESCO (2012)
menunjukkan bahwa minat masyarakat Indonesia untuk membaca hanya sebesar 0,001% yang artinya
dari 1.000 orang di Indonesia hanya ada satu orang yang gemar membaca.

Bukankah sesuatu yang menyedihkan ketika melihat fakta-fakta yang telah dipaparkan di
atas? Bagaimana tidak? Data tentang penggunaan gadget melambung sangat tinggi. Bahkan Indonesia
bertengger di tangga atas, namun saat berbicara tentang literasi seketika Indonesia berada di tangga
dasar dan seolah-olah sulit untuk berpindah. Jika kondisi semacam ini terus berjalan, maka muncul
kekhawatiran Indonesia kesulitan untuk menghadapi tantang era digital.

Penggunaan gadget dan kemampuan literasi masyarakat bak dua sisi mata uang. Keduanya
tak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Semakin baik tingkat kemampuan literasi
masyarakat di suatu negara, maka akan membuat masyarakat semakin bijak dalam memanfaatkan
gadget. Namun sebaliknya, saat masyarakat tidak cukup berliterasi maka penggunaan gadget akan
rentan dengan ketidakmanfaatan. Untuk itu perlu rasanya menemukan formula yang tepat agar
pemanfaatan gadget dan literasi bisa berjalan seimbang.

Definisi literasi menurut Kemendikbud (2016) adalah kemampuan mengakses, memahami,


dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan berbicara. Lebih lanjut lagi literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, berkomunikasi, dan menghitung, serta membaca
agar dapat mengembangkan diri secara sosial, ekonomi, dan budaya dalam kehidupan modern
sehingga menjadi pribadi yang berkualitas. Merujuk dari definisi tersebut dapat terlihat betapa
pentingnya literasi bagi kehidupan dan perkembangan masyarakat.

Perlu rasanya sebelum sesorang menggunakan gadget mereka didasari dengan literasi yang
kuat. Jika fakta tentang pengguna gadget sudah dilakukan oleh anak sejak usia lima tahun, itu artinya
pondasi literasi harus ditanamkan sejak dini dari lingkungan terdekat mereka yaitu keluarga. Keluarga
menjadi garda utama pembentukan kebiasaan literasi sebelum anak mengenal gadget.

Ayah dan ibu harus bekerjasama dengan baik untuk membentuk kebiasaan literasi bagi
anak. Perilaku literasi yang bisa dilakukan orang tua sejak dini seperti membacakan dongeng bagi
anak, membuat jadwal untuk membaca buku, menyediakan beragam buku bacaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak, menstimulus anak untuk berbicara dengan menggunakan bahasa ibunya,
mengajak anak untuk melakukan kegiatan sains sederhana yang mampu menstimulus perkembangan
otak dan motoriknya, dan lain sebagainya. Dengan begini, anak dan orang tua telah bersama-sama
untuk menciptakan kebiasaan literasi yang nantinya akan memberikan dampak positif di masa depan.

Di masa depan, anak akan menghadapi era digital. Jika mereka sudah mendapatkan pondasi
kuat tentang literasi di rumah, maka mereka tak akan gagap saat menjalani kehidupan di era ini.
Kemampuan berpikir yang sudah terasah karena stimulus literasi sejak dini membuat mereka mampu
dengan bijak memilah dan memilih apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Mereka akan
menjadi generasi yang tidak hanya kritis dalam mengkritik sesuatu tetapi juga mampu memberikan
solusi bagi suatu permasalahan. Kesehatan jiwa dan raga mereka juga lebih terjaga, karena pikiran
dan fisik berfungsi dengan seimbang. Saat segala informasi dengan mudah masuk karena era digital
mereka tidak akan tergulung oleh zaman namun merekalah yang akan menjadi pengendali zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Membangun Kemampuan Literasi di Tengah Era Digital. 2022.
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/528370/membangun-kemampuan-literasi-di-
tengah-era-digital. Diakses tanggal 15 Oktober 2023

Hasanah, Uswatun. 2020. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai