Anda di halaman 1dari 204

PEMBELAJARAN PENGENALAN HURUF MELALUI METODE

PROYEK BERBASIS STEAM UNTUK ANAK USIA DINI KELOMPOK B

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH:

MAYA NUR AMELIA


NIM: 16070091
S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN PENGENALAN HURUF MELALUI METODE


PROYEK BERBASIS STEAM UNTUK ANAK USIA DINI KELOMPOK B

Disusun oleh:
Maya Nur Amelia
NIM: 16070091

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Euis Eti Rohaeti, M.Pd Dr. Lenny Nuraeni, M.Pd
NIP. 196812091993032002 NIDN. 0429018601

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Rohmalina, M.Pd
NIDN. 0414127709
MOTO

“Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai.”

Anies Rasyid Baswedan, S.E, M.P.P, Ph.D


LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang selalu memberikan rahmat, karunia

dan kebaikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan di waktu yang tepat. Penulis

menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak yang terlibat, dan melalui

perantara do’a dan dukungan mereka Allah menjadikan penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan

penulis untuk menguapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya.

2. Orangtua tercinta, Mamah dan Bapak (Ibu Siti Saadah dan Bapak Alit

Jamaludin) yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan baik moril

maupun materil kepada penulis sehingga dapat menuntaskan masa studi S1

dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Kakakku dan adikku, Asep Wildan Sawargani, Nurul Latifah, Suci Amalia

Nuraini dan Alif Akbar Pamungkas yang senantiasa mensupport penulis

selama menjalani masa kuliah.

4. Sahabatku, Nuraisyah Setiawati yang menemani penulis dari masa penulis

masih duduk di sekolah dasar, hingga hari ini.

5. Teruntuk kesebelasan PAUD Reguler 2016, Kakak Areu (Aryani Sri

Handayani), Lipow (Asliatie Oktavia), Inceus (Desilfa Dina Nur Fadli),

kakak Ori (Astry Aditya), Cica (Anisa Diara Putri), Uyan (Wulan

Purnamasari), Teyul (Yuliana Mei), Dede (Triana Octaviani), Kawe

(Astryansyah Nurinayah), Mpet (Fetty Fatimah) yang merupakan support


system penulis. Terimakasih karena sudah banyak membantu, memberikan

waktu, tenaga, pikiran, memotivasi, menjadi sahabat, pengingat, pendengar

cerita suka duka penulis selama 4 tahun berkuliah bersama, baik saat di

kelas, maupun saat di himpunan.

6. Teman-teman sekaligus keluarga keduaku di Cimahi, guru-guru RA At-

Taqwa Cerdas Nurani (Bu Estu, Bu Anggi, Bu Vivi, Bu Sofi, Bu Rinda, Bu

Viena, Bu Tita, Pak Irvan, Bu Caca, Bu Riri, Bu Vina), terimakasih untuk

supportnya.

7. Teman-teman yang juga kakak tingkatku, Rapi Halipani Matin dan Rini

Rahayu, terimakasih sudah memberikan semangat, serta berbagi ilmu dan

pengalamannya selama penulis mengerjakan skripsi.

8. Keluarga besar Yayasan Taman Pendidikan At-Taqwa Cerdas Nurani, yang

senantiasa memberikan do`a, semangat dan dukungan baik moril maupun

materil selama penulis menyusun skripsi, serta pihak-pihak lainnya yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikian karya ini penulis persembahkan untuk berbagai pihak yang

membutuhkan, semoga memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi yang

lainnya.

Cimahi, 12 Agustus 2023


Penulis

Maya Nur Amelia


NIM. 16070091
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
Nama : Maya Nur Amelia
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 26 Agustus 1995
NIM : 16070091
Agama : Islam
E-mail : mayanuramelia26@gmail.com
Alamat : Kp. Warung Jambe, RT. 001 / RW. 015
Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan
Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat.
II. PENDIDIKAN

SD Negeri 1 Rajamandala Kulon : 2002-2008


SMP Negeri 1 Cipatat : 2008-2011
SMK Negri 3 Cimahi : 2011-2014
IKIP Siliwangi : 2016-2023
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maya Nur Amelia


NIM : 16070091
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa dalam skripsi saya ini yang berjudul
“Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek Berbasis STEAM untuk
Anak Usia Dini Kelompok B” adalah penelitian atau karya tulis sendiri bukan hasil
peniru dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirukul berdasarkan kode etik ilmiah.

Cimahi, 12 Agustus 2023


Yang membuat pernyataan,

Materai

Maya Nur Amelia


NIM. 16070091
ABSTRAK

Maya Nur Amelia (2022) 16070091 ‘’Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui


Metode Proyek berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini kelompok B’’
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran
pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini
kelompok B, memaparkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran pengenalan huruf
melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B,
menguraikan kendala apa saja yang dialami saat pembelajaran pengenalan huruf
melalui metode proyek berbasis STEAM dan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi guru selama pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek
berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B. Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif dengan
data yang dihasilkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan penarik kesimpulan. Penelitian
ini dilaksanakan di RA At-Taqwa Cerdas Nurani dengan melakukan pembelajaran
pada kelompok B dengan jumlah siswa 29 orang yang dijadikan sebagai subjek
penelitian. Hasil penelitian ini mengungkapkan 4 temuan yaitu 1). Pembelajaran
pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM dilaksanakan
berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat. (2) Anak sangat antusias
dan tertarik dengan pembelajaran pengenalan huruf yang dilakukan melalui
kegiatan proyek berbasis STEAM yang dikerjakan secara berkelompok. (3) Pada
penyelesaian tugas proyek secara berkelompok, anak membutuhkan waktu dalam
memahami aturan penyelesaian tugas proyek yang disampaikan guru. (4) Guru
mengalami kendala dalam mengondisikan anak untuk bekerjasama menyelesaikan
tugas secara berkelompok di awal-awal pertemuan.
Kata Kunci: Pembelajaran Pengenalan Huruf, Metode Proyek berbasis
STEAM , Anak Usia Dini, Kemampuan Mengenal Huruf

i
ABSTRACT

Maya Nur Amelia (2022) 16070091 ‘’Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui


Metode Proyek berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini kelompok B’’. This
study aims to find out how to plan letter recognition learning through the STEAM-
based project method for early childhood group B, to explain the implementation
of letter recognition learning through the STEAM-based project method for early
childhood group B, to describe what obstacles are experienced when learning letter
recognition through the STEAM-based project method and explaining the
difficulties faced by teachers during letter recognition learning through the
STEAM-based project method for early childhood group B. To obtain data in this
study the authors used descriptive qualitative research methods with data
generated through observation, interviews and documentation. The data analysis
used was data reduction, data display and conclusion drawing. This research This
research was carried out at RA At-Taqwa Intelligent Conscience by conducting
learning in group B with 29 students who were used as research subjects. The
results of this study revealed 4 findings, namely 1). Learning letter recognition
through the STEAM-based project method is carried out based on the lesson plans
that have been made. (2) Children are very enthusiastic and interested in learning
letter recognition which is carried out through STEAM-based project activities that
are carried out in groups. (3) In completing project assignments in groups, children
need time to understand the rules for completing project assignments given by the
teacher. (4) The teacher has difficulty in conditioning the children to be willing to
work together to complete the task in groups.
Keywords: Learning Letter Recognition, STEAM-based Project Method, Early
Childhood, Ability to Recognize Letters

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kehadirat Allah.SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul “Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek Berbasis

STEAM untuk Anak Usia Dini kelompok B”.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) di IKIP Siliwangi pada tahun 2022.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat

banyak kekurangan, namun semoga tugas akhir ini masih dapat menebar manfaat

bagi para pembacanya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun yang disampaikan dengan baik. Sehingga mampu memotivasi penulis

menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Penulis menyadari bahwa dalam

pembuatan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan

motivasi dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Euis Eti Rohaeti, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I sekaligus

Rektor Ikip Siliwangi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

tugas akhir.

2. Ibu Dr. Lenny Nuraeni, M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas akhir.

3. Ibu Rochmalina, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini IKIP Siliwangi.

4. Bapak Dr. Asep Samsudin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP

iii
Siliwangi.

5. Segenap Dosen dan seluruh staf akademik IKIP Siliwangi yang selalu membantu

dan memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat

menunjang dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Anggita Pratiwi, S.Pd. Selaku Kepala RA At-Taqwa Cerdas Nurani yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah

yang Ibu pimpin.

7. Ibu Oktavika Dewi Rukmandari, S.Pd. selaku guru kelas kelompok B RA At-

Taqwa Cerdas Nurani untuk melaksanakan penelitian di kelas yang Ibu ajar.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Cimahi, 12 Agustus 2023


Penulis

Maya Nur Amelia


NIM. 16070091

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
MOTO
LEMBAR PERSEMBAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ..viix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
viii
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................xiv
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ..xvi
x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... 7
D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian....................................................................................... 9
F. Anggapan Dasar .......................................................................................... 9
G. Definisi Operasional .................................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 12
A. Pembelajaran Pengenalan Huruf ............................................................... 12
1. Pengertian Pembelajaran Pengenalan Huruf ............................................. 12
2. Pentingnya Pengenalan Huruf bagi Anak Usia Dini ................................. 14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Huruf .......... 17
B. Metode Pembelajaran PAUD .................................................................... 20
1. Pengertian Metode Pembelajaran PAUD .................................................. 20
2. Macam-macam Metode Pembelajaran PAUD .......................................... 22
C. Metode Proyek berbasis STEAM .............................................................. 23
1. Pengertian Metode Proyek berbasis STEAM ............................................ 23
2. Pembelajaran melalui Metode Proyek berbasis STEAM .......................... 31

v
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36
A. Metode Penelitian ...................................................................................... 36
B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 37
C. Teknik Penelitian....................................................................................... 37
D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 40
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 45
F. Langkah-langkah Penelitian ...................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 53
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................................. 53
1. Lokasi RA At-Taqwa Cerdas Nurani ........................................................ 53
2. Sejarah RA At-Taqwa Cerdas Nurani ....................................................... 53
3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan .......................................................... 56
4. Rombongan Belajar RA At-Taqwa Cerdas Nurani ................................... 58
5. Sarana dan Prasarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani ................................. 60
B. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian .................................................... 62
1. Skenario dan Implementasi Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B ... 64
2. Kendala-kendala yang Dialami Siswa Kelompok B Selama Pembelajaran
Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek Berbasis STEAM ................ 129
3. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Guru Selama Pembelajaran Pengenalan
Huruf melalui Metode Proyek Berbasis STEAM ................................... 131
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 132
1. Skenario dan Implementasi Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B . 132
2. Kendala-kendala yang Dialami Siswa Kelompok B dalam Pembelajaran
Pengenalan Huruf untuk Anak Usia Dini melalui Metode Proyek Berbasis
STEAM ................................................................................................... 143
3. Respon Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran Pengenalan Huruf Anak
Usia Dini Kelompok B melalui Metode Proyek Berbasis STEAM ........ 145
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 149
A. Kesimpulan.............................................................................................. 149
B. Saran ........................................................................................................ 151
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 153

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ........................................................... 40


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Guru ..................................................... 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak Kelompok B Kelas Dzulhijjah .... 42
Tabel 4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ra At-Taqwa Cerdas Nurani
.............................................................................................................. 57
Tabel 4.2 Data Siswa Kelas B Dzulhijjah 1 dan Dzulhijjah 2 .............................. 59
Tabel 4.3 Data Prasarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani....................................... 60
Tabel 4.4 Data Sarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani ........................................... 61
Tabel 4.5 Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle .... 85
Tabel 4.6 Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Detektif Tanaman .................................................................. 92
Tabel 4.7 Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan awal) pada
Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan Nama Tanaman
Obat .................................................................................................... 100
Tabel 4.8 Data Penilaian Kemampuan Mengenal huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Mengidentifikasi Tanaman Obat ......................................... 107
Tabel 4.9 Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Menandai Gambar Buah-buahan berdasarkan Ukuran ....... 114
Tabel 4.10 Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Membuat Salad Buah ........................................................120

vii
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lokasi RA At-Taqwa Cerdas Nurani ............................................... 53


Gambar 4.2 Guru dan Tenaga Pendidik di RA At-Taqwa Cerdas Nurani ........... 56
Gambar 4.3 Siswa Kelompok B kelas Dzulhijjah 1 dan 2 .................................... 59
Gambar 4 4 Perencanaan pembelajaran kelompok B kelas Dzulhijjah ................ 68
Gambar 4.5 Kegiatan Morning Briefing (Berbaris, Fisik-Motorik, Feeding Pets )
......................................................................................................... 78
Gambar 4.6 Kegiatan Hafalan dan Snack Time .................................................... 78
Gambar 4.7 Kegiatan mencari potongan Puzzle bergambar tanaman hias sesuai
huruf pada nama kelompok.............................................................. 82
Gambar 4.8 Proyek menyusun huruf dari nama Bunga pada Gambar Puzzle ...... 82
Gambar 4.9 Hasil kegiatan Proyek menyusun huruf dari nama Bunga pada Gambar
Puzzle ............................................................................................... 83
Gambar 4.10 Makan siang bersama ...................................................................... 84
Gambar 4.11 Kegiatan Detektif Tanaman Hias di Taman Sekolah ...................... 90
Gambar 4.12 Diskusi macam-macam tanaman hias yang ada di sekolah............. 91
Gambar 4.13Menyusun huruf dari nama tanaman hias pada kegiatan Detektif
Tanaman........................................................................................... 91
Gambar 4.14 Mengarsir tanaman hias pada kegiatan Detektif Tanaman ............. 92
Gambar 4.15 Diskusi macam-macam tanaman obat ............................................. 98
Gambar 4.16 Proyek menempelkan gambar dan tulisan tanaman obat ................ 99
Gambar 4.17 Kegiatan proyek menempel dan menggunting gambar dan nama
tanaman obat .................................................................................... 99
Gambar 4.18 Mewarnai gambar kunyit dengan pewarna alami ......................... 100
Gambar 4.19 Penjelasan aturan pengerjaan proyek mengidentifikasi tanaman obat
....................................................................................................... 105
Gambar 4.20 Proyek mengidentifikasi tanaman obat ......................................... 106
Gambar 4.21 Hasil proyek mengidentifikasi tanaman obat dan mencap dengan daun
sirih ................................................................................................ 107
Gambar 4.22 Diskusi mengelompokan gambar buah-buahan sesuai ukuran ..... 112
Gambar 4.23 Kegiatan menandai gambar buah-buahan berdasarkan ukuran ..... 113
Gambar 4.24 Kegiatan mewarnai gambar buah-buahan dengan teknik mewarnai
gradasi ............................................................................................ 113
Gambar 4.25 Membandingkan tekstur kulit buah apel dan buah naga ............... 118
Gambar 4. 26 Proses memotong buah apel dan berhitung saat mengambil potongan
....................................................................................................... 119
Gambar 4.27 Berbagi salad buah yang telah dibuat kepada guru-guru .............. 120

viii
xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol huruf pada Kegiatan


Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle ................. 87
Grafik 4.2 Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle .. 88
Grafik 4.3 Penilaian Kemampuan Menunjukkan Simbol-simbol Huruf pada Kolom
Worksheet dan Potongan Gambar Tanaman ......................................... 94
Grafik 4.4 Penilaian Kemampuan Mencocokan Susunan Huruf dengan Potongan
Gambar yang sudah disusun............................................................... 96
Grafik 4.5 Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf pada
Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan Nama Tanaman
Obat .................................................................................................... 102
Grafik 4.6 Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan Nama Tanaman
Obat .................................................................................................. 103
Grafik 4.7 Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf pada
Kegiatan Mengindentifikasi Tanaman Obat ................................... 109
Grafik 4.8 Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Mengidentifikasi Tanaman Obat ...................................... 109
Grafik 4.9 Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol huruf pada Kegiatan
Menandai Gambar Buah-buahan berdasarkan Ukuran .................... 115
Grafik 4.10 Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Menandai Gambar Buah-buahan berdasarkan ukuran ... 116
Grafik 4.11 Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf pada
Kegiatan Proyek Membuat Salad Buah ......................................... 122
Grafik 4. 12 Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dan Gambar pada Kegiatan
Proyek Membuat Salad Buah ........................................................ 122
Grafik 4.13 Penilaian kemampuan menunjuk simbol-simbol huruf pada
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis
STEAM .......................................................................................... 124
Grafik 4.14 Penilaian kemampuan mencocokan huruf dengan gambar pada
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis
STEAM .......................................................................................... 124

ix
xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Muatan Materi/Ajar TK B (Usia 5-6 Tahun) Kurikulum 2013 ....... 157
Lampiran 2 Kisi-Kisi Penelitian.......................................................................... 161
Lampiran 3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru.............................................. 166
Lampiran 4 Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak Kelompok B Kelas Dzulhijjah 169
Lampiran 5 RPPH Pertemuan Ke-1 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM.................................................. 170
Lampiran 6 RPPH Pertemuan Ke-2 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM.................................................. 170
Lampiran 7 RPPH Pertemuan Ke-3 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM.................................................. 170
Lampiran 8 RPPH Pertemuan Ke-4 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM.................................................. 170
Lampiran 9 RPPH Pertemuan Ke-5 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM.................................................. 170
Lampiran 10 RPPH Pertemuan Ke-6 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui
Metode Proyek Berbasis STEAM ............................................... 170
Lampiran 11 Surat Keterangan Pengesahan Dosen Pembimbing ....................... 170
Lampiran 12 Surat Keterangan Izin Penelitian ................................................... 170

x
xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah anugerah dari Allah yang pasti diharapkan oleh setiap

pasangan yang telah menikah. Anak bisa dikatakan suatu perantara bagi

para orangtua untuk mendapatkan pahala. Salah satu kewajiban orang tua

dalam menjadikan anak sehingga dapat bermanfaat bagi diri, serta

lingkungan sekitar adalah dengan memberikan pendidikan. Lingkungan

keluarga menjadi akar yang menentukan baik tidaknya pondasi yang anak

miliki untuk bekal mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan

masyarakat. Salah satu usaha orang tua dalam mendidik anak ketika berada

di masa usia dini adalah dengan memasukkan mereka ke sekolah.

Menurut hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan oleh

Bloom (Kurniasih, 2009) mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan

otak pada anak saat berusia 0 sampai 4 tahun mencapai 50%. Kemudian

pada usia 8 tahun, pertumbuhan sel jaringan otak anak sudah mencapai 80%.

Itu artinya, kecepatan kemampuan otak manusia dalam menyerap segala

bentuk stimulus atau pengalaman yang didapatkan dari lingkungan terjadi

saat ia berusia 0-8 tahun (The Golden Age). The Golden Age atau masa

emas, merupakan periode dimana anak usia dini sangat peka akan setiap

stimulus yang ia terima.

Menurut Kurniasih (Kurniasih, 2009), otak manusia bersifat

hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan, mereproduksi dan

1
2

merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang bersifat hologram ini

dipengaruhi oleh kinerja neuron. Dimana, semakin banyak stimulus yang

diterima oleh anak, maka sambungan antar neuron yang ada pada otak anak

akan terbentuk kuat. Ini akan membuat informasi yang diterima oleh otak

dari indera akan cepat diproses. Sebaliknya, semakin jarang seorang anak

distimulus, semisal disentuh, diajak bicara, diajak bermain dan bentuk

stimulus lainnya, maka sambungan-sambungan antar neuron di otak pun

akan mengalami atrofi (perontokan jaringan otak). Perontokan jaringan di

otak ini tentu saja akan berpengaruh pada kecepatan pemrosesan informasi

yang diterima oleh otak. Stimulus awal yang diberikan pada otak anak di

masa-masa awal kehidupan akan sangat mempengaruhi struktur fisik otak

anak, dan hal ini tentu saja akan sulit diubah di masa-masa kehidupan anak

selanjutnya.

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

pemberian stimulus pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap

anak, dari semenjak anak lahir hingga anak berusia 6 tahun sebagai bentuk

persiapan anak dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya (Kurniasih,

2009). Bentuk layanan PAUD yang diselenggarakan pada suatu lembaga

pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Permendikbud tahun 2014

dapat diselenggarakan dalam bentuk Taman Kanak-kanak (TK) / Raudhatul

Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman

Penitipan Anak (TPA), dan Satuan Pendidikan Sejenis (SPS). Aspek-aspek

perkembangan yang distimulus dalam pendidikan anak usia dini yaitu aspek
3

fisik-motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek sosial-emosional, aspek

moral-agama dan aspek seni (Permendikbud RI No. 137, 2014).

Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan

yang sangat mempengaruhi proses belajar anak. Dimana, perkembangan

bahasa pada anak usia dini sangat erat kaitannya dengan kemampuan anak

dalam menyampaikan pendapat atau pemikiran. Hal ini tentu saja akan

mempengaruhi kelancaran dari proses interaksi anak dengan orang-orang

disekitarnya, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan

masyarakat yang lebih luas. Dalam menstimulus perkembangan bahasa,

anak belajar melalui interaksi dengan orang-orang disekitarnya. Selain itu,

anak pun belajar memahami simbol-simbol huruf sebagai upaya untuk

memperoleh kosakata baru dan perspektif baru akan sesuatu hal yang

dilihatnya.

Pada Permendikbud No. 146 tahun 2014, upaya anak dalam

memahami simbol-simbol huruf merupakan bagian dari kemampuan anak

dalam mengenal keaksaraan awal. Adapun indikatornya meliputi

kemampuan dalam menunjuk berbagai simbol huruf (pra menulis),

membuat gambar dengan berbagai coretan/tulisan yang sudah berbentuk

huruf/kata, menulis huruf-huruf dari namanya sendiri, dan mencocokan

huruf dengan gambar.

Kemampuan anak dalam membaca menjadi hal yang dipikirkan oleh

para orangtua yang memiliki anak usia pra-sekolah kelompok B (5-6 tahun)

(Wulansuci dan Kurniati, 2019). Hal ini disebabkan karena orangtua merasa
4

khawatir jika disaat anak-anaknya masuk Sekolah Dasar (SD), dan anak-

anak belum bisa membaca, maka anak-anak akan kewalahan dan tertinggal

saat mengikuti kegiatan pembelajaran saat masuk SD. Dalam pendidikan

anak usia dini, sebelum anak bisa membaca suatu kata, anak terlebih dahulu

dikenalkan pada simbol-simbol huruf atau diajarkan untuk mengenal huruf.

Menurut Seefelt dan Wasik (Rahayuningsih dkk, 2019), kemampuan

mengenal huruf adalah kemampuan dalam mengenal tanda atau ciri suatu

aksara yang merupakan bagian dari abjad. Kemudian, Bromley

(Rahayuningsih dkk, 2019) menyatakan bahwa bahasa merupakan suatu

simbol teratur untuk menyampaikan ide atau informasi, baik dalam bentuk

visual ataupun verbal. Menurut Montessori (Paramita, 2018) mengenalkan

berbagai macam bentuk dan suara merupakan suatu usaha dalam

membentuk kesiapan anak untuk bisa membaca. Yusuf dan Syahrial

(Linawati, 2018) menyebutkan bahwa sebelum anak mampu membaca

suatu kata, mereka harus mampu terlebih dahulu mengeja huruf, menyusun

huruf menjadi suku kata, untuk kemudian pada akhirnya anak bisa membuat

suatu kata.

Dalam kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran menjadi salah

satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seorang anak dalam

memahami materi ajar yang disampaikan oleh guru. Metode pembelajaran

adalah suatu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada anak didik. Mengingat salah satu prinsip

pembelajaran anak usia dini adalah berpusat pada anak, dimana anak belajar
5

melakukan kegiatan yang dilakukannya secara langsung. Metode proyek

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran

anak usia dini, dimana metode ini mendorong untuk terciptanya suasana

bermain sambil belajar yang menjadi ciri utama kegiatan pembelajaran bagi

anak dan menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran (Novitasari, 2018).

Metode proyek menurut Herman dan Rusmayadi (2018) adalah

metode pembelajaran yang dapat melibatkan beberapa anak dalam suatu

kelompok untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Metode proyek

merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pendidikan anak usia dini. Pembelajaran dengan menggunakan metode

proyek akan mendorong anak terlibat aktif di dalam kegiatan pembelajaran.

Dan salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan dengan metode proyek

adalah pembelajaran berbasis STEAM.

STEAM merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu seperti:

Sains, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematika, yang bertujuan untuk

melatih anak berpikir dan melakukan pemecahan masalah sehari-hari

(Nurhikmayati, 2019). Adapun dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

aspek-aspek yang terdapat dalam STEAM dapat dijadikan acuan dalam

membuat ragam aktivitas belajar yang bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan mengenal huruf pada anak kelompok B dengan Pembelajaran

melalui Penggunaan Metode Proyek Berbasis STEAM.

Buinicountro (Nurhikmayanti, 2019) mengartikan bahwa STEAM

sebagai suatu kesatuan disiplin ilmu yang menyisipkan seni kedalam


6

kurikulum pembelajaran wilayah sains, teknologi, teknik (engineering), dan

matematika (STEAM), dimana STEAM merupakan pendekatan yang dapat

digunakan dalam pembelajaran PAUD guna menstimulus aspek kognitif,

afektif dan psikomotor anak usia dini. Adapun pembelajaran berbasis

STEAM diharapkan dapat menarik minat anak dalam mengikuti

pembelajaran.

Penerapan metode pembelajaran yang menarik diperlukan dalam

pembelajaran anak usia dini. Hal ini dikarenakan rentang waktu konsentrasi

anak masih pendek. Dimana, ini menyebabkan kefokusan anak dalam

melakukan kegiatan kecenderungan lebih mudah teralihkan. Sehingga,

upaya untuk meningkatkan ketertarikan anak terhadap pembelajaran perlu

dilakukan untuk memperpanjang konsentrasi anak, khususnya

pembelajaran dalam upaya mengembangkan kemampuan mengenal huruf

di salah satu RA yang menjadi tempat dilaksanakannya penelitian terkait.

Oleh karena itu, berdasarkan paparan diatas maka peneliti memutuskan

untuk mengambil judul “Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode

Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasi

permasalahan yang muncul ialah sebagai berikut :

1. Pembelajaran pengenalan huruf bagi anak kelompok B di RA At-Taqwa

Cerdas Nurani lebih fokus menggunakan buku baca dan kartu kata,

sehingga untuk anak-anak yang cenderung lebih aktif untuk bergerak dan
7

mudah teralihkan konsentrasinya pembelajaran yang dilakukan belum

bisa secara optimal menstimulus kemampuan mengenal huruf anak-anak.

2. Pembelajaran melalui metode Proyek berbasis STEAM belum

sepenuhnya diterapkan, hal ini dikarenakan keterbatasan guru dalam

memahami pembelajaran berbasis STEAM yang bisa diterapkan melalui

penerapan metode Proyek untuk anak usia dini.

3. Metode Proyek berbasis STEAM belum pernah digunakan sebagai

metode pembelajaran dalam mengenalkan huruf karena guru masih

terpaku dengan pandangan jika pembelajaran dengan metode Proyek

membutuhkan waktu yang cukup lama. Begitupun dengan pembelajaran

berbasis STEAM yang memerlukan banyak persiapan terkait dengan

komponen penyusun pembelajaran STEAM itu sendiri.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas maka dapat dirumuskan

masalah “Bagaimana pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B?”. Adapun

pembatasan masalah yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana skenario dan implementasi pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok

B?

2. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran pengenalan

huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini

kelompok B?
8

3. Kendala-kendala apa saja yang dialami siswa kelompok B selama

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

untuk anak usia dini kelompok B?

4. Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama pembelajaran

pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak

usia dini kelompok B?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menelaah:

1. Mengetahui skenario dan implementasi pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok

B.

2. Memaparkan respon guru dan siswa terhadap pembelajaran pengenala

huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini

kelompok B.

3. Menguraikan kendala-kendala yang dialami siswa kelompok B pada

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

untuk anak usia dini kelompok B.

4. Menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru selama

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

untuk anak usia dini kelompok B.


9

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan:

1. Bagi Guru yaitu sebagai bahan masukan bagi pendidik dalam

menerapkan pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek

berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B sehingga

meminimalisir kekurangan dalam pembelajaran

2. Bagi Peserta Didik yaitu sebagai upaya dalam memberikan kegiatan

pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mendorong anak untuk

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

3. Bagi pembelajaran pengenalan huruf pada anak usia dini yaitu sebagai

bahan masukan untuk menentukan langkah yang lebih optimal dalam

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan mengenal huruf anak

usia dini

F. Anggapan Dasar

1. Metode proyek adalah metode pembelajaran yang dapat melibatkan

beberapa anak dalam suatu kelompok untuk memecahkan persoalan

sehari-hari (Herman, & Rusmayadi, 2018).

2. Pembelajaran berbasis STEAM adalah pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu seperti: Sains, Teknologi,

Teknik, Seni, dan Matematika, yang bertujuan untuk melatih anak

berpikir dan melakukan pemecahan masalah sehari-hari (Nurhikmayati,

2019).
10

3. Kemampuan mengenal huruf masuk ke dalam aspek cakupan

perkembangan bahasa, yang tercakup dalam kemampuan mengenal

kekasaraan awal (Permendikbud RI No. 146, 2014).

4. Rosmala Dewi menyatakan bahwa otak anak berkembang pesat pada saat

anak usia dini, yakni usia 4-6 tahun (Imamah, & Muqowim, 2020).

G. Definisi Operasional

1. Metode Proyek berbasis STEAM

Metode Proyek berbasis STEAM adalah metode pembelajaran yang

dilakukan dengan melibatkan beberapa orang dalam satu kelompok

untuk melaksanakan suatu tugas yang diberikan oleh guru, dimana tugas

yang diberikan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan aspek

STEAM (Sains, Teknologi, Seni, Teknik dan Matematika). Dimana

aspek Sains merupakan kegiatan yang mendorong anak berpikir melalui

aktivitas mengamati dan melakukan percobaan. Aspek Teknologi

meliputi cara menggunakan suatu alat dan membuat suatu alat bekerja.

Aspek Teknik meliputi kegiatan dalam membuat kreasi dari bahan yang

ada dan melakukan pemecahan masalah melalui kreasi seni, dimana

kegiatan ini pada akhirnya membuat aspek seni pada STEAM erat

kaitannya dengan aspek Teknik. Aspek Matematika merupakan bagian

cara mengukur yang berkaitan dengan urutan, pola, bentuk, volume dan

ukuran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan

metode proyek berbasis STEAM ini terdiri dari tahap persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi. Tahap persiapan meliputi menetapkan tujuan


11

dan tema kegaiatan melalui metode proyek, merancang alat dan bahan

yang akan digunakan, merancang pengelompokan anak, membuat

rancangan kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tahap

pelaksanaan meliputi penyediaan alat dan bahan untuk kegiatan proyek,

menjelaskan cara pengerjaan proyek dan cara menggunakan alat dan

bahan yang digunakan dalam proyek. Selanjutnya tahap evaluasi

meliputi penilaian kemampuan anak melalui catatan hasil observasi dan

lembar penilaian yang memuat indikator dari kemampuan yang

distimulus melalui pembelajaran dengan menggunakan metode proyek

berbasis STEAM.

2. Kemampuan Mengenal Huruf

Kemampuan mengenal huruf adalah kemampuan mengenal bunyi huruf,

bentuk huruf, menyusun huruf menjadi sebuah kata, dan

merepresentasikan suatu simbol huruf dengan gambar. Adapun indikator

kemampuan mengenal huruf diantaranya anak mampu menunjukan

bentuk-bentuk simbol huruf (pra menulis), mampu membuat gambar

beberapa coretan atau tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata,

mampu menulis huruf-huruf dari nama sendiri, dan mampu

menghubungkan huruf dengan suatu gambar yang

merepresentasikannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Pengenalan Huruf

1. Pengertian Pembelajaran Pengenalan Huruf

Pembelajaran merupakan kegiatan yang menunjang kebutuhan di

dalam aspek pendidikan seseorang. Pembelajaran merupakan suatu

aktivitas yang prosesnya terdapat kegiatan belajar mengajar yang

melibatkan pendidik dan peserta didik dengan adanya sumber belajar

(Oktavia, 2020). Pengenalan huruf pada anak usia dini merupakan upaya

dalam menstimulus kemampuan anak mengenal simbol-simbol huruf

sebagai upaya untuk mempersiapkan anak membaca suatu kosakata.

Menurut Ehri dan Cormack (Masna, 2016), belajar huruf adalah

komponen hakiki dari perkembangan baca tulis. Menurut Seefelt dan

Wasik (Masna, 2016), pengertian kemampuan mengenal huruf adalah

kesanggupan melakukan sesuatu dengan mengenali tanda-tanda atau ciri-

ciri dari tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad

yang melambangkan bunyi bahasa. Anak bisa membaca beberapa kata

dan mengenal huruf cetak di lingkungan sebelum mereka mengetahui

abjad. Anak menyebut huruf pada daftar abjad, dalam belajar membaca

tidak memiliki kesulitan dari pada anak yang tidak mengenal huruf.

Tampubulon (Arief, 2014), menyatakan bahwa mengenal huruf

pada anak usia dini merupakan kegiatan fisik dan mental untuk

menemukan makna dari tulisan. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-

12
13

bagian tubuh khususnya penglihatan yang melakukannya, Dikatakan

kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan

ingatan terlibat di dalamnya, sehingga dari kegiatan fisik dan mental ini

dapat menemukan makna dari bacaan (Arief, 2014).

Shofi (Arief, 2014) mengemukakan bahwa mengenal huruf bagi

anak usia dini merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik

(gerakan dan ketajaman penglihatan), aktivitas mental (daya ingat) dan

pemahaman. Lebih lanjut Shofi (Arief, 2014) mengemukakan bahwa

setiap anak akan dapat membaca dengan baik bila mampu melihat huruf-

huruf dengan jelas dan dapat menggerakkan mata secara lincah,

memahami simbol-simbol bahasa secara tepat, dan memiliki penalaran

yang cukup untuk memahami bacaan.

Pemberian stimulasi untuk mengembangkan kemampuan

mengenal huruf sangat penting untuk dilakukan sejak dini. Sedangkan

membaca bagi anak usia dini menurut Hainstock (Arief, 2014)

merupakan pengenalan huruf-huruf atau bunyi huruf dengan cara

melihat, menyentuh dan mendengarkan setiap huruf yang diucapkan satu

persatu kemudian digabungkan untuk membentuk kata-kata pendek.

Bromley (Rahayuningsih, 2019) mengungkapkan bahwa bahasa sebagai

simbol yang teratur untuk memberikan ide maupun informasi yang terdiri

dari simbol-simbol visual maupun verbal.

Menurut Papalia (Rahayuningsih, 2019) fungsi simbolis

(simbolic function) adalah kemampuan menggunakan simbol, atau


14

representasi mental-kata, angka, atau gambar tempat seseorang

melekatkan makna. Hal yang paling penting dalam mengenalkan huruf

pada anak usia dini adalah pembelajarannya harus melalui proses

sosialisasi, tanpa membebani anak dan dengan kegiatan belajar yang

menyenangkan (Rahayuningsih, 2019).

Dalam permendikbud 146 tahun 2014 anak usia 5-6 tahun sudah

dapat menguasai indikator mengenal keaksaraan awal seperti anak

mampu menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis), membuat

gambar dengan beberapa coretan atau tulisan yang sudah berbentuk huruf

atau kata, menulis huruf-huruf dari namanya sendiri, dan

menghubungkan huruf dengan gambar. Sistem pembelajaran yang yang

berpusat pada anak melalui kelompok, anak didik saling berinteraksi

antara satu dengan lainnya sehingga masing-masing anak dapat belajar

dengan anak lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa peran seorang guru

adalah sebagai fasilitator dan motivator.

2. Pentingnya Pengenalan Huruf bagi Anak Usia Dini

Mengenal huruf merupakan salah satu fungsi tertinggi otak

manusia. Membaca adalah suatu proses rumit yang melibatkan aktivitas

auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan) untuk memperoleh makna

dari simbol berupa huruf atau kata. Aktivitas membaca dini menurut

Mediani (Arief, 2014) ini meliputi 2 proses yaitu :

a. Proses membaca teknis, yaitu suatu proses pemahaman hubungan

antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-


15

simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini

disebut sebagai pengenalan kata. Misalnya anak mengucapkan baik

dalam hati maupun bersuara seperti kata “adik minum” yang tercetak

merupakan proses membaca teknis.

b. Proses memahami bacaan, yaitu kemampuan anak untuk menangkap

makna kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan “ adik minum”

anak tahu bahwa yang minum bukan ayah atau adik dalam tulisan itu

tidak sedang makan. Penguasaan kosakata sangat penting dalam

memahami kata-kata dalam bacaan.

Mengingat betapa pentingnya belajar mengenal huruf bagi

individu, maka seyogyanya belajar membaca sudah mulai ditanamkan

sejak usia dini dengan harapan mereka kelak memiliki kegemaran

mengenal huruf. Mengenal huruf merupakan salah satu dari empat

keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut yaitu

keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan keterampilan menulis

(Arief, 2014). Hal tersebut senada dengan pendapat Montessori (Arief,

2014), bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah bisa diajarkan mengenal

huruf, bahkan membaca merupakan permainan yang menyenangkan bagi

usia dini.

Dalam Permendikbud 146 tahun 2014 tentang Kurikulum

Pendidikan Anak Usia Dini, dinyatakan bahwa untuk membuat anak

dapat berkembang secara optimal, maka perlu diperhatikan aspek-aspek

perkembangannya seperti agama-moral, fisik-motorik, sosial-emosional,


16

kognitf, bahasa dan seni. Terkait perkembangan anak dalam sisi bahasa

menurut Otto (Rahayuningsih, 2019) perkembangan bahasa anak ada

dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan merupakan

penyampaian informasi secara lisan atau langsung sedangkan tulis

merupakan cara penyampaian informasi secara tertulis.

Pada masa pertumbuhan, anak-anak terbiasa dengan huruf dan

bentuk-bentuk tulisan. Mereka kemudian belajar alpahabet. Anak-anak

mengembangkan keterampilan awal membaca dengan mencocokkan,

memilah dan membandingan bentuk-bentuk huruf. Menurut Efal

(Rahayuningsih, 2019), tahap perkembangan membaca seorang anak

antara lain tahap fantasi (magic stage), tahap pembentukan konsep diri

(self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage),

tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), dan tahap membaca

lancar (independen reader stage).

Berdasarkan tahapan tersebut anak usia 5-6 tahun seharusnya

sudah bisa membaca gambar karena pada Permendikbud 146 Tahun 2014

yaitu anak mampu menunjukan keaksaraan awal dengan menunjukan

bentuk-bentuk simbol (pra menulis) dan dapat membuat berbagai bentuk

karya seperti membuat gambar dengan beberapa coretan atau tulisan

yang sudah berbentuk huruf atau kata.

Mengajarkan anak pada simbol huruf dan menulis di Taman

Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan

pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar


17

hakiki dari pendidikan Taman Kanak Kanak sebagai sebuah taman

bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-

skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan

dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-

motorik dan seni (Arief, 2014)

Pembelajaran pengenalan huruf di Taman Kanak Kanak

hendaknya dapat diberikan secara terpadu dalam program

pengembangan kemampuan dasar, dalam hal ini bidang pengembangan

berbahasa (Masna, 2016). Dengan kemampuan yang dimiliki siswa

bdalam membedakan bentuk masing-masing huruf tersebut, merupakan

salah satu keahlian yang dibutuhkan bagi perkembangan membaca anak.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Huruf

Keberhasilan dalam mencapai sesuatu selalu dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Demikian juga dengan keberhasilan pembelajaran

mengenal huruf. Menurut Shofi (Arief, 2014) terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan mengenal huruf yaitu :

a. Kematangan mental. Kematangan mental sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar anak. Bila anak telah siap, maka

keberhasilan akan lebih mudah diraih. Sebaliknya bila anak belum

siap, maka pendidik perlu memberikan motivasi dan mengkondisikan

anak siap untuk belajar.

b. Kematangan visual. Bila kemampuan visual anak berkembang baik,

maka akan sangat membantu keberhasilan belajarnya. Karena dengan


18

kemampuan tersebut, anak akan dapat membedakan perbedaan

karakter masing-masing huruf secara baik.

c. Kemampuan mendengarkan. Kemampuan pendengaran yang bagus

juga sangat membantu keberhasilan belajar, karena belajar membaca

sangat berkaitan erat dengan masalah bunyi atau suara. Untuk dapat

membedakan bunyi huruf yang satu dengan yang lain, anak

membutuhkan pendengaran yang baik.

d. Perkembangan wicara dan bahasa. Perkembangan wicara dan bahasa

diperlukan ketika anak hendak mengucapkan sebuah kata atau

kalimat. Ketika anak belum mampu berbicara dengan baik,

pembelajaran mengenal huruf akan berhenti pada tahap mengenal

karakter huruf. Namun tidak ada salahnya pembelajaran mengenal

huruf dimulai sejak anak baru belajar berbicara.

e. Keterampilan berfikir dan mendengarkan. Keterampilan berfikir dan

mendengar yang baik, akan sangat membantu ketepatan daya tangkap

anak terhadap materi pembelajaran. Oleh karena itu mengasah

kepakaan bunyi sebaiknya dilakukan sejak dini dan dapat dimulai

sejak anak masih berusia nol sampai tiga bulan.

f. Perkembangan motorik. Perkembangan motorik anak terutama

motorik halusnya, berkaitan erat dengan keberhasilan mengenal

huruf. Karena kegiatan belajar mengenal huruf akan sangat efektif

bila dilakukan bersama-sama dengan kegiatan belajar menulis.

Perkembangan motorik halus yang baik akan sangat membantu


19

anak berlatih menuliskan segala hal yang sedang atau telah anak

pelajari dalam kegiatan belajar mengenal huruf.

g. Kematangan sosial dan emosional. Ketika anak telah memiliki

kematangan sosial emosional, maka emosi anak akan lebih mampu

bersabar sehingga anak mampu berkonsentrasi lebih lama.

h. Motivasi. Motivasi yang kuat akan mendorong keberhasilan yang

lebih baik. Pemberian motivasi kepada anak sebelum memulai

pembelajaran sangat penting dilkukan. Beberapa cara yang dapat

pendidik lakukan antara lain dengan menyediakan banyak buku-buku

yang menarik perhatian anak, memperhatikan betapa senangnya bila

kita bisa mengenal huruf dan mendapatkan banyak pengetahuan dari

buku yang kita baca.

Menurut Garcer (Arief, 2014) terdapat empat faktor lingkungan

anak yang perlu diperhatikan dalam pemerolehan membaca yaitu

:”clarity of presentation, repitation, reinforcement and words made

meaningful” Artinya bahwa penerapan empat faktor tersebut dalam

pembelajaran mengenal huruf yaitu :

a. Memberikan tulisan yang jelas dan menarik bagi anak oleh karena itu

perlu memberikan tulisan yang berwarna warni.

b. Diadakan pengulagan terhadap kata-kata atau huruf yang

diperkenalkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.


20

c. Memberikan reinforcement kepada anak pada saat mereka telah

berusaha melakukan kegiatan mengenal huruf sesuai dengan

kemampuan dan perkembangannya.

d. Memberikan bahan bacaan yang bermakna bagi anak.

Berdasarkan sudut pandang di atas mengindikasikan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal huruf saling

terkait antara faktor yang satu dengan yang lain. Kondisi psikis dan fisik

anak yang baik dapat diprediksikan berpengaruh pada tingkat kesiapan

mengenal huruf. Didukung pula dengan lingkungan yang kaya akan

bahan-bahan bacaan dan guru atau orang dewasa lainnya yang

mengajarkan kemampuan mengenal huruf dini perlu memberikan

harapan kepada anak tentang manfaat apa yang diperoleh apabila dapat

atau lancar membaca serta memberikan motivasi, semangat dan

perhatian kepada anak akan sangat membantu untuk mengembangkan

minat atau kegemaran mengenal huruf dini tentunya dengan cara yang

menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik dunia anak.

B. Metode Pembelajaran PAUD

1. Pengertian Metode Pembelajaran PAUD

Metode merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan

strategi atau perencanaan agar tujuan yang teah disusun tercapai secara

maksimal (Sriwahyuni dan Nofialdi, 2017). Sedangkan pengertian

pembelajaran menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

merupakan proses interaksi antara anak didik dan pendidik dengan


21

melibatkan orangtua serta sumber belajar pada suasana belajar dan

bermain di satuan atau program PAUD (Permendikbud, nomor 137

Tahun 2014). Penentuan tujuan pembelajaran merupakan syarat utama

bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan dalam

menyajikan materi pengajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh pendidik

untuk menyajikan materi pembelajaran guna mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut (Permendikbud, nomr 137 tahun 2014).

Menurut Mutiah (Sriwahyuni dan Nofialdi, 2017), anak usia dini

merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan

dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus),

kecerdasan (daya pikir dan daya cipta), sosial emosional, bahasa dan

komunikasi. Menurut Matini (Sriwahyuni dan Nofialdi, 2017), jika masa

usia dini pada anak tidak terstimulasi dengan baik, maka besar

kemungkinan tugas-tugas perkembangan kognitif tidak dapat dicapai


22

secara optimal atau bahkan dapat mengalami keterlambatan

perkembangan.

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini adalah cara yang

digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta

didik yang berumur dibawah 6 tahun untuk mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai perencanaan yang telah

dibuat agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

selanjutnya.

Adapun dalam pelaksanaan pembelajarannya dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual dan berpusat pada anak

sehingga anak dapat berpasrtisipasi aktif, serta memberikan keleluasaan

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis anak (Permendikbud, nomor

137 tahun 2014).

2. Macam-macam Metode Pembelajaran PAUD

Aprianti (Aprianti, 2020) menyebut beberapa metode

pembelajaran anak usia dini, antara lain:

a. Metode eksperimen merupakan metode yang dilakukan dengan cara

membuat dan melakukan suatu percobaan sains atau fenomena-

fenomena yang terjadi di sekitar anak.


23

b. Metode proyek merupakan metode yang diberikan dengan cara

memberikan suatu tugas untuk dikerjakan bersama dalam suatu

kelompok.

c. Metode bercakap-cakap, seperti kegiatan tanya jawab antara guru dan

siswa mengenai hal-hal yang sedang dibahas dalam pembelajaran.

d. Metode bercerita, seperti bercerita dengan cara membaca langsung,

menceritakan dongeng, bercerita dengan cara menggunakan ilustrasi

gambar, bercerita dengan menggunakan boneka, boneka jari dan

papan flanel.

e. Karyawisata, merupakan metode pembelajaran yang dilaksanakan

dengan cara melakukan kegiatan outing mengunjungi tempat yang

berkenaan dengan tema pembelajaran yang sedang diajarkan.

f. Metode pemberian tugas, yakni metode yang dilakukan dengan cara

memberikan tugas pada anak, baik diberikan secara individu maupun

kelompok.

g. Metode demonstrasi, merupakan metode yang dilakukan dengan cara

menjelaskan cara kerja suatu hal atau cara membuat sesuatu.

C. Metode Proyek berbasis STEAM

1. Pengertian Metode Proyek berbasis STEAM

Metode proyek menurut Herman dan Rusmayadi (2018) adalah

metode pembelajaran yang melibatkan beberapa anak dalam suatu

kelompok untuk memecahkan persoalan sehari-hari, dimana setiap anak

diberikan suatu pekerjaan untuk dikerjakan secara mandiri, yang mana


24

pekerjaan ini merupakan salah satu bagian dari proses pemecahan

persoalan yang sedang dihadapi oleh kelompoknya.

Melalui metode proyek, anak dilatih untuk dapat memecahkan

masalah sehari-hari yang ia hadapi. Dengan dihadapkan pada suatu

pembelajaran yang bersifat nyata dan dilakukan secara langsung tentu

saja akan mendorong terbentuknya pengetahuan anak melalui

pengalaman saat belajar dengan metode proyek ini. Sebab dengan

kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara langsung, anak akan lebih

paham dan mudah ingat dengan materi pembelajaran yang disampaikan

oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Dengan sistem pekerjaan seperti ini, tentu saja akan melatih anak

untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga

persoalan yang sedang dihadapi oleh kelompoknya dapat segera

terselesaikan. Selain itu, saat anak dilatih untuk bertanggung jawab

menyelesaikan pekerjaannya, disini anak pun dilatih untuk melakukan

proses berpikir kognitif, sebagai contoh anak harus bisa berpikir tentang

tindakan apa yang sebaiknya ia lakukan agar pekerjaan yang ia sedang

kerjakan cepat selesai.

Menurut Novitasari (2018), pendekatan pembelajaran melalui

kegiatan proyek merupakan salah satu strategi dalam membangun

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar anak, yakni

bermain sambil belajar. Hal ini senada dengan pernyataan Dockett

(Novitasari, 2018) yang menyatakan jika pembelajaran dengan


25

pendekatan proyek ini dapat mendorong terbentuknya pembelajaran

yang terpusat pada anak, dimana karakterisitik belajar anak adalah

belajar melalui kegiatan bermain.

Pembelajaran dengan metode proyek dapat mendorong anak

melakukan kegiatan dengan senang hati, sebab dalam kegiatan

pembelajaran, anak akan diberikan kebebasan dalam memilih pekerjaan

apa yang ingin ia kerjakan. Rasa senang yang terbentuk akan mendorong

sikap sukarela anak untuk melakukan pekerjaan yang merupakan bagian

dalam pengerjaan proyek yang sedang dikerjakan. Ini tentu saja akan

membentuk sikap tanggungjawab pada anak, sebab ia akan

menyelesaikan pekerjaannya tanpa merasa berat untuk melakukan

pekerjaan tersebut dikarenakan pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang

ia pilih sendiri.

Menurut Sari (Sari dan Astuti, 2017), pembelajaran proyek tidak

terlepas dari beberapa prinsip teori. Diantaranya teori kontruktivisme

yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky. Dimana Piaget

berpendapat bahwa pengetahuan anak dibangun atas pengalaman baru

yang dialami anak dan kemudian pengalaman tersebut anak proses

sebagai pengetahuan baru yang kemudian pengetahuan tersebut akan

dimodifikasi seiring dengan pengetahuan-pengetahuan yang anak

peroleh setiap ia menemukan pengalaman baru. Menurut Vygotsky (Sari

dan Astuti, 2017), berdasarkan teori kontruktivisme sosial yang ia

kemukakan, pengetahuan anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya


26

atau yang dikenal dengan sebutan scaffolding dan ZPD (Zone Of

Proximal Development).

Setiap anak memiliki kemampuan dalam melakukan suatu

pekerjaan, dimana kemampuan ini terbagi menjadi dua, yakni actual

development dengan potential development. Actual development

diartikan sebagai kemampuan anak untuk menyelesaikan sesuatu sendiri,

sedangkan potential development dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk untuk melakukan sesuatu dengan bantuan orang yang lebih

terampil. Adapun zona antara actual development dengan potential

development disebut Zone of Proximal Development (ZPD).

ZPD menitikberatkan bahwa interaksi sosial dapat membantu

perkembangan anak lebih cepat. Sebagai contoh, saat anak mengerjakan

suatu pekerjaan yang menurutnya sulit, ia akan lebih cepat belajar dalam

menyelesaikan masalahnya dengan bantuan orang lain yang lebih

terampil. Adapun jika ia mencoba untuk melakukannya sendiri,

perkembangan kemampuannya akan berjalan lebih lambat.

Adapun scaffolding adalah suatu usaha yang dilakukan, baik oleh

guru ataupun oleh teman sebaya dalam membimbing seseorang untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Scaffolding ini dilakukan dengan cara yang

bertahap, seperti memberi bantuan yang cukup banyak di awal

pengerjaan, kemudian secara bertahap mengurangi bantuan yang

diberikan guna memberikan kesempatan kepada seseorang tersebut


27

untuk melakukan tanggung jawabnya dengan penuh setelah ia mampu

melakukannya sendiri.

Menurut Dewey (Sari dan Astuti, 2017), pembelajaran berbasis

proyek ini sesuai dengan pernyataannya tentang pembelajaran bagi anak

yakni Learning by Doing. Dimana konsep Learning by doing ini sejalan

dengan karakteristik anak yang aktif dan senang mengeksplor

lingkungannya untuk mendapatkan pengetahuan baru. Adapun

penerapan metode proyek dapat dilakukan dengan hanya melibatkan satu

bidang studi atau melibatkan berbagai macam bidang studi yang berbeda.

Adapun pendapat Kilpatrick melalui pengembangan konsep

learning by doing (Sari dan Astuti, 2017), menyatakan bahwa

pembelajaran proyek ini dapat dilakukan guru dengan cara menyajikan

bahan-bahan ajar yang mendukung tersampaikannya materi

pembelajaran untuk kemudian bahan ajar tersebut anak gunakan secara

berkelompok untuk diolah sendiri guna mengerjakan proyek yang sudah

direncanakan oleh guru. Dalam hal ini, pembelajaran proyek

membangun kolaborasi antara guru dan anak didik, sehingga

pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru saja.

Dengan adanya suasana pembelajaran yang kolaboratif, akan

berdampak pada meningkatkanya komunikasi antara guru dan anak

didik, atau anak didik dengan anak didik lainnya yang sekelompok untuk

bersama-sama menyelesaikan proyek yang sedang dilakukan. Kemudian,

komunikasi yang terjadi akan mendorong terbentuknya sikap kerjasama


28

antar anggota kelompok dan rasa tanggungjawab dalam diri setiap

anggota kelompok.

STEAM merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

mengkaitkan antara pembelajaran Science, Technology, Engeenering,

Art, and Mathematics ke dalam suatu pembelajaran. STEAM muncul

setelah adanya konsep STEM, dimana setelah itu unsur seni dimasukan

untuk menciptakan pembelajaran inovatif dan kreatif bagi anak yang

mendorong kreativitas dan juga menyenangkan. Dalam pembelajaran,

STEAM dapat diterapkan di semua jenjang pendidikan. Pembelajaran

dengan penerapan STEAM tidak hanya akan menstimulus aspek kognitif

anak, melainkan aspek afektif dan psikomotor anak pun akan

berkembang (Nurhikmayati, 2019).

STEAM merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

dapat mendorong berkembangnya lifeskill (Hadinugrahaningsih, 2017).

Dimana pendekatan STEAM termasuk kedalam pengembangan

kurikulum 2013 dalam mempersiapkan pembelajaran abad 21 untuk

mempersiapkan generasi abad 21 yang penuh dengan tantangan. Dimana

dalam buku 21st Century Skills karangan Trilling dan Fadel, ada 3 subjek

utama dalam pembelajaran abad 21 (Hadinugrahaningsih, 2017), yakni:

a. Keterampilan belajar dan berinovasi yang mencakup cara berpikir,

cara bekerja, kreativitas dan inovasi. Cara berpikir meliputi

kemampuan berpikir yang terdiri dari berpikir kritis, berpikir kreatif,

mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Sedangkan


29

cara bekerja yakni kemapuan untuk bekerja di dunia global dan

digital, dimana siswa harus mampu berkomunikasi, bekerjasama, dan

berkolaborasi baik dengan individu maupun dengan komunitas

jaringan. Selain itu, siswa juga harus mampu menguasai alat-alat

bekerja.

b. Keterampilan menggunakan media informasi dan teknologi yang

meliputi kemampuan literasi informasi, literasi media, dan literasi

teknologi informasi dan komunikasi.

c. Keterampilan hidup dan berkarir, yang meliputi kemampuan untuk

hidup di dunia nyata yakni beradaptasi, fleksibilitas, inisiatif dan

pengarahan diri sendiri, interaksi sosial dan lintas budaya,

Produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan serta tanggungjawab.

Keterampilan abad 21 muncul dan berkembang dari pemikiran

jika pada zaman ini manusia hidup dalam lingkungan yang tidak terlepas

dari teknologi yang membuat banyaknya informasi, perkembangan

teknologi yang tinggi, serta percepatan komunikasi dan kolaborasi baru.

The Partnership for 21st century mengidentifkasikan “Learning

and Innovatin Skills”, yang merupakan 4 hal paling pokok yang harus

dimiliki, yaitu Creativity, Critical Thinking, Communication,

Collaboration (Wahyuningsih, dkk., 2020). Dimana, keterampilan abad

21 sering disebut sebagai 4Cs atau dalam bahasa Indonesia disingkat

dengan sebutan 4K, yaitu kreativitas, kritis, komunikasi, dan kerjasama.

Pembelajaran berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art,


30

and Mathematics) merupakan suatu pembelajaran yang dipersiapkan

untuk membentuk anak-anak sehingga mampu menghadapi

perkembangan dan kemajuan zaman di abad 21 (Wahyuningsih, dkk.,

2020).

Pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu

yang terdapat dalam STEAM akan mendorong anak-anak untuk

menghasilkan suatu produk belajar yang bermacam-macam sesuai

dengan kreativitas individu atau kelompoknya. Kemudian, kolaborasi,

komunikasi dan kerjasama akan tumbuh dari pembelajaran STEAM yang

dilakukan secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu proyek.

Selain itu, rasa tanggungjawab baik secara individu atau antar individu

saat bekerja dalam suatu kelompok akan terbentuk sebab mereka tahu

jika tugas yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang bermakna dan

penting bagi penyelesaikan proyek yang sedang mereka kerjakan.

Pembelajaran yang mendorong rasa ingin tahu anak mengenai

suatu sebab dan akibat dari sebuah fenomena, akan mendorong

kemampuan berpikirnya dalam hal berpikir kritis dan mencari

pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan anak merasa terlibat, sebab

fenomena yang dibahas dekat dengan kehidupannya dan ini berdampak

pada keinginan anak untuk memahami tentang apa yang sedang terjadi,

mencari penyebab-penyebabnya, mencari keterkaitan suatu kejadian,

juga berpikir akan solusi yang bisa dilakukan.


31

Pembelajaran dengan STEAM akan mendorong anak untuk

mengeksplorasi setiap kemampuan yang dimiliki masing-masing. Dan

ini tentu yang akan membuat munculkan suatu karya yang berbeda dari

setiap proyek yang dikerjakan inividu atau kelompok. Kemudian, karena

dalam Pembelajaran dengan STEAM ini dilakukan secara kelompok,

maka akan terbentuk kerjasama dan kolaborasi serta komunikasi yang

juga akan meningkatkan transfer ilmu antar satu anggota dengan anggota

lainnya.

2. Pembelajaran melalui Metode Proyek berbasis STEAM

Menurut Sudjiono (Sari dan Astuti, 2017) ada 3 cara dalam

menerapkan metode proyek, yaitu:

a. Pembelajaran Proyek Total

Pembelajaran proyek total merupakan pembelajaran proyek yang

meyatukan berbagai bidang studi yang memiliki keterkaitan satu sama

lain sehingga terkesan menjadi satu kesatuan pembelajaran yang utuh.

Adapun penerapan dalam pembelajaran melalui metode proyek total ini

terdapat pada pembelajaran tematik. Hal ini disebabkan oleh

karakteristik anak yang memandang segala sesuatu sebagai suatu

kesatuan (holistik), dimana dalam perkembangannya pun tidak dapat

dipisahkan antara satu perkembangan dengan perkembangan lainnya.

Adapun prinsip dalam pemilihan tema proyek diambil

berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, sehingga


32

menjadi pembelajaran yang mampu menstimulus perkembangan anak

berdasarkan pada tahapan pencapaian perkembangan anak.

b. Pembelajaran Proyek Parsial atau Bagan

Sudjiono (Sari dan Astuti, 2017) menyatakan bahwa

pembelajaran metode proyek parsial/bagan adalah pembelajaran yang

menggabungkan antara satu bidang studi yang berdiri sendiri dengan

bidang studi yang masih memiliki keterkaitan. Dalam pelaksanaannya,

bidang studi yang berdiri sendiri diberikan dengan model pembelajaran

lama, adapun bidang studi yang saling terkait diberikan dengan cara

proyek.

c. Pembelajaran Proyek Okasional

Sebagaimana namanya, pembelajaran proyek ini dilakukan hanya

pada saat kegiatan-kegiatan tertentu. Dan dalam pelaksanaannya sendiri

bisa berupa pembelajaran proyek parsial ataupun total. Pembelajaran

proyek okasional sendiri dapat dilakukan dalam satu bulan sekali,

pertengahan semester, atau setiap satu semester sekali (Sari dan Astuti,

2017). Sebagai contoh, saat tema pembelajaran tentang buah-buahan,

kegitatan proyek dapat dilakukan dengan cara membuat proyek cooking

class dengan bahan utama buah-buahan. Dimana dalam proyek cooking

class ini anak akan belajar untuk menyepakati minuman atau makanan

apa yang akan dibuat, lalu merencanakan bahan dan alat apa yang

digunakan. Kemudian membuat makanan atau minuman sesuai dengan


33

yang telah direncanakan secara bersama-sama dan mempresentasikan

hasil buatannya.

Beberapa ahli mengemukakan tujuan penerapan metode proyek

dalam menstimulus perkembangan anak usia dini. Masitoh, dkk

(Nurhalimah, 2012) menyatakan tujuan metode proyek adalah untuk

mengembangkan kemampuan anak dalam bersosialisasi, bekerjasama,

tolong menolong, disiplin, dan aspek moral anak. Dimana, bersosialisasi

dengan ank lain untuk berfikir bersama dalam memecahkan

permasalahan dalam kegiatan proyek yang dilakukan bersama-sama akan

mendorong anak untuk bekerjasama menyelesaikan proyek bersama

sebagai tujuan utama, sehingga sikap saling tolong menolong antar

anggota kelompok akan terbangun, kemudian menciptakan sikap disiplin

pada anak untuk menyelesaikan tugas masing-masing sesuai tanggung

jawabnya, dan mendorong anak untuk bisa saling menghargai antar

anggota kelompok dengan maksud agar proyek yang sedang dikerjakan

bersama bisa tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selanjutnya, menurut Moeslichatoen (Nurhalimah, 2012),

metode proyek memiliki tujuan untuk melatih anak dalam memperoleh

pengetahuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi anak

sehari-hari, baik merupakan permasalahan yang dihadapi sendiri maupun

permasalahan yang dihadapi dalam kelompok. Kemudian mendorong

anak untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan kelompok, melatih anak

bekerja dengan baik dan menyelesaikan pekerjaan.


34

Menurut Semiawan (Nurhalimah, 2012), metode proyek

bertujuan untuk memantapkan pengetahuan yang telah dilimiki anak,

memperluas wawasan yang dimiliki anak. Dimana, pengetahuan yang

telah diperoleh anak akan lebih bermakna dan kegiatan belajar mengajar

yang dilalui anak akan lebih menarik sehingga akan membuat anak lebih

bisa mennghargai lingkungannya, memahami, serta memecahkan

masalah yang dihadapi sehari-hari.

Pembelajaran melalui metode proyek berbasis STEAM akan

mendorong anak untuk mengekplorasi setiap kemampuan yang dimiliki

masing-masing. Dan ini tentu yang akan membuat munculkan suatu

karya yang berbeda dari setiap proyek yang dikerjakan individu atau

kelompok. Kemudian, karena dalam Pembelajaran dengan STEAM ini

dilakukan secara kelompok, maka akan terbentuk kerjasama dan

kolaborasi serta komunikasi yang juga akan meningkatkan transfer ilmu

antar satu anggota dengan anggota lainnya.

Manfaat dari pembelajaran melalui metode proyek berbasis

STEAM adalah dapat membangun kognitif anak dengan pembelajaran

yang bermakna, dan mendorong tumbuhnya softskill kerja sama,

kolaborasi, dan komunikasi, dikarenakan pembelajaran proyek berbasis

STEAM ini merupakan pembelajaran yang dilakukan secara

berkelompok dan inkuiri dalam membahas fenomena yang ada di sekitar

anak, anak membangun pengetahuannya sendiri dengan konsep-konsep


35

yang sebelumnya telah ia miliki dan pengetahuan yang ia dapatkan saat

bekerja kelompok.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data disajikan

secara deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln

(Moleong, 2019) adalah penelitian yang menggunakan latar belakang

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian Kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah, dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2019). Penelitian kualitatif biasa digunakan untuk meneliti sesuatu secara

mendalam, dan dimanfaatkan oleh peneliti untuk meneliti sesuatu dari segi

prosesnya (Moloeng, 2019).

Dalam penelitian kualitatif, manusia merupakan instrumen utama

dalam penelitian kualitatif. Dimana peneliti merupakan perencana,

pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia

menjadi pelapor penelitian, sehingga peneliti menjadi hal yang tidak bisa

terlepas dalam seluruh proses penelitian, seperti pada saat melakukan

pengumpulan data dilapangan, peneliti harus ikut berperan serta

(participant-observation). Pada penelitian kualitatif, metode yang biasa

36
37

dimanfaatkan dalam memperoleh data penelitian adalah wawancara,

pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian kualitatif lebih

mementingkan proses daripada hasil. Hal ini dikarenakan hubungan antara

hal-hal yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas terlihat apabila diamati

dalam proses (Moleong, 2019).

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif adalah peneltian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data

dari objek yang diteliti secara alamiah dan apa adanya melalui wawancara,

observasi dan pemanfaatan dokumen berkenaan dengan objek yang diteliti,

dimana peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data

penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ialah anak kelompok B di RA At-Taqwa

Cerdas Nurani yang berlokasi di jalan Lapang Tembak Selatan no. 20 RT

07/RW 9 Mekarsari, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota

Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Siswa kelompok B berjumlah 29 orang yang

terdiri dari 9 anak perempuan dan 20 anak laki-laki.

C. Teknik Penelitian

1. Wawancara

Wawancara adalah proses dalam memperoleh penjelasan untuk

mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab , bisa

sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media

telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai,


38

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (Sujarweni, 2014).

Wawancara juga merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi

secara mendalam tentang objek yang sedang diangkat dalam penelitian,

atau bisa juga merupakan proses dalam membuktikan informasi yang

telah diperoleh sebelumnya dengan teknik lain.

Selain itu, wawancara juga bisa digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

(Sugiyono, 2018). Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan

teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama

melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-

orang yang ada di lapangan yang menjadi lingkup penelitian (Sugiyono,

2018). Hasil pengumpulan data dari wawancara diharapkan dapat

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, yakni pembelajaran

melalui metode proyek berbasis STEAM dalam mengembangkan

kemampuan mengenal huruf kelompok B.

2. Observasi

Teknik observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan

informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran nyata dari suatu

peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk

membantu dalam mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi terhadap


39

aspek tertentu sebagai bahan untuk memberikan umpan balik atas

pengukuran yang dilakukan melalui observasi (Sujarweni, 2014).

Hasil observasi brupa aktifitas, kejadian, kondsi suatu objek atau

suasana tertentu yang digambarkan baik secara verbal maupun disajikan

secara tertulis. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti

adalah observasi partisipasi (participant-observation), dimana menurut

Bungin (Sujarweni, 2014) peneliti mengumpulkan data melalui

pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam keseharian

informan.

3. Studi Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, dalam penelitian

kualitatif data diperoleh melalui studi dokumentasi. Studi dokumentasi

merupakan metode pengumpulan data kualitatif dari sejumlah fakta

berupa data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi,

seperti surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal

kegiatan dan sebagainya (Sujarweni, 2014).

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observai dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sebab, hasil

observai dan wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau

didukung oleh dokumen atau catatan peristiwa dimasa lalu.Selain itu,

hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-

foto atau karya tulis akademik yang ada (Sugiyono, 2018). Namun meski

begitu, dalam studi dokumentasi perlu dicermati jika tidak semua


40

dokumen yang terdapat dilapangan memiliki kredibilitas yang tinggi,

semisal foto atau dokumen dibuat hanya untuk kepentingan tertentu saja

(Sugiyono, 2018)

D. Instrumen Penelitian

Tabel 3. 1
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Identitas Responden
Nama : Oktavika Dewi Rukmandari, S.Pd.
Umum : Guru Kelas B
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1 Pendidikan Anak Usia Dini

Pertanyaan Respon/ Jawaban

1. Dengan cara atau metode apa Ibu


mengembangkan kemampuan
mengenal huruf pada anak?
2. Apakah melalui pembelajaran yang
diberikan tujuan mengembangkan
kemampuan mengenal huruf anak
sudah tercapai?
3. Pembelajaran seperti apa yang Ibu
terapkan sebagai pembelajaran
pengenalan huruf kepada anak?
4. Apakah sebelumnya Ibu sudah
menggunakan pembelajaran
pengenalan huruf melalui metode
proyek berbasis STEAM?
5. Apa kendala yang Ibu hadapi dalam
menerapkan pembelajaran
41

pengenalan huruf melalui metode


proyek berbasis STEAM?
6. Bagaimana respon siswa selama
mengikuti pembelajaran
pengenalan huruf melalui metode
proyek berbasis STEAM?

Tabel 3. 2
Kisi-Kisi Pedoman Observasi Guru
Keterangan
No Aspek Yang Diteliti Indikator Ya Tidak
1. Skenario/Perencanaan 1. Guru membuat
perencanaan
pembelajaran berupa
Prota, prosem, RPPM,
dan RPPH
2. Implementasi/ 1. Guru melakukan setting
Pelaksanaan kelas berdasar
perencanaan yang sudah
dibuat
2. Guru menyiapkan alat
dan bahan yang
diperlukan sesua dengan
tema dan perencanaan
pembelajaran
3. Kendala- Kendala 1. Guru memahami
Guru pembelajaran
pengenalan huruf
melalui metode proyek
berbasis STEAM
42

2. Guru kesulitan
menciptakan
lingkungan belajar
yang kondusif
3. Guru dapat mengatasi
permasalahan yang
timbul

Tabel 3. 3
Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak Kelompok B Kelas Dzulhijjah
No. Aspek Yang Indikator Penilaian
Diteliti BB MB BSH BSB
1. a. Mengenal
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan 1. Anak mampu
untuk menunjukan
menunjukkan simbol dari huruf
bentuk-bentuk yang diucapakan
simbol huruf oleh guru.
(Pra menulis) 2. Anak mampu
menyebut simbol
huruf yang
ditunjuk oleh
guru.
3. Anak mampu
mengetahui
simbol huruf
yang harus
ditemukan dalam
potongan Puzzle
43

bergambar
tanaman hias.
4. Anak mampu
mengetahui
anggota
kelompoknya
berdasarkan
huruf yang
menjadi ciri
kelompoknya.
2) Membuat 1. Anak mampu
gambar menyusun nama
dengan tanaman hias dari
berbagai potongan huruf
coretan/tulisan yang sudah
yang sudah disediakan guru.
berbentuk
huruf/kata
3) Menulis huruf 1. Anak mampu
dari namanya menuliskan
sendiri namanya sendiri
pada lembar
kerja mewarnai
gambar bunga
matahari,
mengarsir
gambar bunga
anthurium,
mewarnai
gambar tanaman
44

kunyit dengan
pewarna alami,
mencap dengan
daun sirih, dan
mewarnai
gambar buah-
buahan dengan
teknik mewarnai
gradasi.
4) Kemampuan 1. Anak mampu
untuk menempelkan
mencocokan nama-nama
huruf dengan tanaman hias,
gambar tanaman obat,
dan tanaman
buah berdasarkan
huruf awalan dari
masing-masing
nama tanaman
yang terdapat
pada lembar
kerja.
2. Anak mampu
menempelkan
gambar macam-
macam tanaman
dengan tulisan
dari nama
tanaman
tersebut.
45

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018) analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan

setelah selesai di lapangan. Meski begitu, kenyataannya analisis data

kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data, daripada seelah

selesai proses pengumpulan data (Sugiyono, 2018). Pada saat wawancara,

peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.

Bila jawaban yang diwawancara setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap

memperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2018).

Menurut Mudjiarahardjo (Sujarweni, 2014), analisis data adalah

sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga diperoleh

suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui

serangkaian aktivitas tersebut, data yang diperoleh dari proses pengumpulan

data yang biasanya masih berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa

disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.

Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2018) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penyimpulan/verifikasi.


46

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh

sebab itu diperlukan pencatatan yang teliti dan rinci, sebab semakin lama

peneliti meneliti maka akan semakin banyak pula data yang diperoleh,

sehingga data perlu segera untuk direduksi. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya sehingga data yang diperoleh akan

memberikan gambaran yang jelas dan memepermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan (Sugiyono,

2018).

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan

yang akan dicapai, dimana tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah

pada temuan, seperti misalnya pada saat peneliti melakukan pengamatan,

peneliti menemukan hal-hal yang dipandang asing, tidak dikenal atau

tidak memiliki pola, justru itulah yang harus diberikan perhatian peneliti

dalam meeduksi data.

Menurut Sugiyono (2018), Reduksi data merupakan proses

berfikir sensitif yang memerlikan kecerdasan dan keluasan dan

kedalaman wawasan yang tinggi, sehingga bagi peneliti yang baru dalam

melaukan reduksi data apat mendiskusikan pada teman atau orang lain

yang dipandang ahli dan melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan

berkembang sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai

temuan dan pengembangan teori yang signifikan.


47

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan

penyajian data, dimana dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori

dan sejenisnya (Sugiyono, 2018). Menurut Miles and Huberman

(Sugiyono, 2018), dalam penyajian data pada penelitian kualitatif, data

disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

Dengan penyajian data, maka akan mempermudah peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang difahami tersebut. Selanjutnya Miles and

Huberman menyarankan, selain dengan teks naratif, data juga dapat

disajikan dalam bentuk grafik, matrik, network dan chart (Sugiyono,

2018).

3. Kesimpulan dan Verifikasi Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data pada penelitian kualitatif

menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2018) adalah melakukan

verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak didukung oleh bukti-bukti kuat

yang mendukung pada yahap pengumpulan data berikutnya. Namun

apabila dkesimpulan yang diperoleh mendapatkan bukti-bukti yang valid

dan konsisten pada saat peneliti kembali mengumpulkan data di

lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dikatakan sebagai

kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2018).


48

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dijelaskan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan dapat berkembang setelah peneliti berada dilapangan.

(Sugiyono, 2018).

Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang

jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan

memiliki dasar yang kuat. Meski begitu, kesimpulan awal tetap perlu

diverifikasi dengan teknik triangulasi sumber data dan metode, diskusi

teman sejawat, dan pengecekan anggota.

F. Langkah-langkah Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan

dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa

diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya

penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan

orang-orang/organisasi.

b. Memilih Lapangan

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian,

maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data,

dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah


49

(informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada konteks. Juga dengan

alasan-alasan pemilihan yang ditetapkan dan rekomendasi dari pihak

yang berhubungan langsung dengan lapangan, seperti dengan kualitas

dan keadaan sekolah. Selain didasarkan pada rekomendasi-

rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman

masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan

perbedaan dan kemampuan potensi yang dimilikinya.

c. Mengurus Perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran

kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang

digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang

bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi

keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal

atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi

sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.

d. Menjajagi dan Menilai Keadaan

Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal

legalisasi kegiatan kita, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah

proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan,

karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan

menetukan apakah lapangan merasa terganggu sehingga banyak data

yang tidak dapat digali/ tersembunyikan/ disembunyikan, atau

sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari


50

anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka

tidak merasa terganggu.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan,

ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan

patner kerja sebagai “mata kedua” kita yang dapat memberikan

informasi banyak tentang keadaan lapangan. Informan yang dipilih

harus benar-benar orang yang independen dari orang lain dan kita,

juga independen secara kepentingan penelitian atau kepentingan

karier.

f. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak

sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung

ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang

dibutuhkan. Peneliti sebagai intrumen utama dalam penelitian

kualitatif, meliputi ciri-ciri sebagai berikut :

1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala

stimulus dan lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu

penelitian;

2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek

keadaan yang dapat mengumpulkan data yang beragam sekaligus;

3) Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test

atau angket yang dapat mengungkap keseluruhan secara utuh;


51

4) Suatu interaksi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat

difahami oleh pengetahuan semata-mata;

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh;

6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

dari data yang diperoleh;

7) Dengan manusia sebagai instrumen respon yang aneh akan

mendapat perhatian yang seksama.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memahami dan Memasuki Lapangan

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara

terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar

terttutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang.

Penampilan, Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata

cara, dan budaya latar penelitian. Pengenalan hubungan peneliti di

lapangan, berindak netral dengan peranserta dalam kegiatan dan

hubungan akrab dengan subjek. Jumlah waktu studi, pembatasan

waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan.

b. Aktif dalam Kegiatan (pengumpulan data)

Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bahwa

hasil yang diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk

memenuhi hasil yang akurat maka pendekatan ini menempatkan


52

peneliti adalah instrumen utama dalam penggalian dan pengolahan

data-data kualitatif yang diperoleh. Berbeda dengan pendekatan

kuantitatif yang menafsirkan data-data kuantitatif (angka-angka) dari

alat yang berupa angket, penelitian kualitatif atau sering disebut

dengan metode naturalistik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Data diambil langsung dari setting alami;

2) Penentuan sampel secara purposif;

3) Peneliti sebagai instrumen pokok;

4) Lebih menekankan pada proses dari pada produk, sehingga bersifat

deskriptif analitik;

5) Analisa data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik

6) Menggunakan makna dibalik data.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian

1. Lokasi RA At-Taqwa Cerdas Nurani

Gambar 4. 1
Lokasi RA At-Taqwa Cerdas Nurani

Penelitian ini dilaksanakan di sebuah lembaga pendidikan swasta

yakni RA At-Taqwa Cerdas Nurani yang beralamatkan di jalan Lapang

Tembak Selatan no. 20 RT 07/RW 9 Mekarsari, Kelurahan Padasuka,

Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

2. Sejarah RA At-Taqwa Cerdas Nurani

Sejarah berdirinya RA At-Taqwa Cerdas Nurani tidak bisa

dilepaskan dari sejarah berdirinya masjid At-Taqwa Mekarsari. Masjid

At-Taqwa Mekarsari merupakan masjid yang didirikan diatas lahan yang

dulunya menjadi tempat hiburan untuk menonton layar tancap. Namun

dikarenakan kegiatan layar tancap tersebut sudah mulai menimbulkan

hal-hal yang tidak baik, maka pemilik lahan memutuskan untuk

53
54

mewakafkan lahan tersebut untuk dijadikan masjid, yang kemudian

masjid tersebut diberi nama Masjdi At-Taqwa. Adapun nama Mekarsari

sendiri adalah nama dari tempat keberadaan masjid At-Taqwa, yaitu

kampung Mekarsari yang berada di Kelurahan Padasuka, Kecamatan

Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Setelah masjid At-Taqwa berdiri di sekitar tahun 1990, dimulailah

aktifitas mengaji anak-anak yang berada di sekitar masjid At-Taqwa.

Dimulai dari satu orang anak yang diajak untuk belajar mengaji, yang

kemudian terus bertambah menjadi ratusan anak yang ikut mengaji di

masjid At-Taqwa yang kemudian tempat mengaji ini diberi nama Taman

Pendidikan At-Taqwa yang menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan

Taman Pendidikan At-Taqwa yang didirikan oleh Bapak Fahrul Jamal

sebagai Pembina Yayasan Taman Pendidikan At-Taqwa dan Ibu Dwi

Astuti Kesumawati sebagai ketua Yayasan Taman Pendidikan At-Taqwa.

Yayasan Pendidikan At-Taqwa menaungi 3 lembaga pendidikan,

yakni RA At-Taqwa Mekarsari (atau kini lebih dikenal sebagai RA At-

Taqwa Cerdas Nurani), MI Cerdas Nurani, dan MTs Cerdas Nurani

dengan penerapan kurikulum 2013 yang didukung oleh penerapan

kurikulum khas sekolah yakni kurikulum HCL (Habit, Character, Life

skill) yang mendorong anak-anak untuk menjadi anak-anak yang

memiliki kebiasaan baik, karakter baik, dan kemampuan dasar

berkehidupan agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang tidak hanya

mandiri, namun juga bertaqwa dan berkarakter mulia.


55

Pendidikan yang diselenggarakan di bawah naungan Yayasan

Taman Pendidikan At-Taqwa dilaksanakan secara berkesinambungan

untuk menunjang kebutuhan pendidikan dasar 9 tahun. Artinya, dalam

penyelenggaraan pendidikan dasar di RA At-Taqwa Cerda Nurani, MI

Cerdas Nurani, dan MTs Cerdas Nurani, Yayasan Taman Pendidikan At-

Taqwa memiliki tujuan penyelenggaraan pendidikan yang sama, yang

mana tujuan pendidikan ini terdapat pada Visi Misi Cerdas Nurani, 3

Nilai Cerdas Nurani, dan Ikrar Cerdas Nurani.

3. Visi dan Misi Cerdas Nurani, 3 Nilai dan Ikrar Cerdas Nurani

a. Visi dan Misi Cerdas Nurani:

1) Visi Cerdas Nurani

Terwujudnya pribadi dan masyarakat berkarakter mulia.

2) Misi Cerdas Nurani

Melaksanakan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai mulia.

b. 3 Nilai RA At-Taqwa Cerdas Nurani

1) Bersih

a) Berhati bersih

b) Berkata santun

c) Berprilaku bersih

2) Tertib

a) Taat san patuh

b) Saling menyayangi

c) Senang menolong
56

3) Disiplin

a) Belajar sungguh-sungguh

b) Mandiri

c) Bersyukur dan berdo’a

c. Ikrar Cerdas Nurani

1) Hati : Ihsan perbuatanku

2) 6 Prinsip : - Allah Tujuanku

- Malaikat mencatat perbuatanku

- Nabi Muhammad teladanku

- Al-Qur’an pedomanku

- Hari kemudian cita-citaku

- Ikhlas sikapku

3) 5 Langkah : - Pengabdian kepada Allah syahadatku

- Sholat karakterku

- Puasa bentengku

- Zakat keluarkan potensiku

- Haji derap langkahku

3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Gambar 4.2
Guru dan Tenaga Pendidik di RA At-Taqwa Cerdas Nurani
57

Pendidik merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan pendidik menjadi salah satu

faktor utama dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Dalam pendidikan anak usia dini, kriteria pendidik yang perlu

diperhatikan adalah kemampuan pendidik dalam memahami cara

mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Ini tentunya akan

membantu pendidik dalam merancang rencana pembelajaran mingguan

(RPPM) dan rencana pembelajaran harian (RPPH) yang memuat tentang

kegiatan-kegiatan yang bisa menstimulus kemampuan anak sesuai

dengan tema dan indikator kemampuan anak yang akan dinilai.

Adapun yang menjadi kriteria pendidik di RA At-Taqwa Cerdas

Nurani adalah pendidik memiliki kualifikasi pendidikan S1 PAUD atau

kualifikasi pendidikan yang relevan dengan PAUD atau berpengalaman

dalam mendidik dan mengajar anak usia dini. Jumlah pendidik dan

tenaga kependidikan di RA At-Taqwa Cerdas Nurani berjumlah 8 orang

yang terdiri dari 6 Guru, 1 Kepala Sekolah dan 1 Tenaga Administrasi

Sekolah.

Tabel 4. 1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ra At-Taqwa Cerdas Nurani
No. Nama Jenis Jenis PTK Jenjang
Kelamin Pendidikan
1. Anggita Pratiwi, S.Pd P Kepala Sekolah S1
2. Tri Sofia Rupi U, S.Si P Guru Kelas S1
3. Oktavika Dewi R, S.Pd P Guru Kelas S1
4. Tita Komariah, S. Ag P Guru Kelas S1
5. Viena Rara A, S.Hum P Asisten Guru S1
6. Irvan Rohmansyah, S.Pd L Asisten Guru S1
7. Rinda Wulandari, S.Pd P Asisten Guru S1
58

8. Maya Nur Amelia P Tenaga SMA


Administrasi
Sekolah

4. Rombongan Belajar RA At-Taqwa Cerdas Nurani

RA At-Taqwa Cerdas Nurani memiliki beberapa kelas yang mana

dibedakan berdasar usia. RA At-Taqwa Cerdas Nurani memiliki 3 kelas

yang terbagi menjadi 2 kelas B dengan rentang usia 5-6 Tahun dan 1 kelas

A dengan rentang usia 4-5 Tahun. Kelas B diberi nama kelas Dzulhijjah 1

dan Dzulhijjah 2, sedangkan kelas A diberi nama kelas Sya’ban. Kelas

Dzulhijjah 1 berjumlah 16 siswa dan Dzulhijjah 2 berjumlah 13 siswa,

sedangkan kelas Sya’ban terdiri dari 16 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti

memilih siswa kelas B RA At-Taqwa Cerdas Nurani, dimana dalam

penelitian ini peneliti menggabungkan siswa kelas Dzulhijjah 1 dan B

Dzulhijjah 2. Sehingga jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian

berjumlah 29 siswa, yang terdiri atas 9 siswa perempuan dan 20 siswa laki-

laki.

Pada penelitian ini, peneliti membagi kelompok B yang merupakan

gabungan dari kelas B1 dan B2 menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok yang

dibentuk terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa, yang mana diantara pada

masing-masing kelompok ada 2 atau 3 orang siswa yang memiliki

kemampuan mengenal huruf berada pada tingkat berkembang sesuai

harapan (BSH), dan 2 atau 3 lainnya memiliki kemampuan mengenal huruf

masih pada tahap mulai berkembang (MB).


59

Gambar 4.3
Siswa Kelompok B kelas Dzulhijjah 1 dan 2

Tabel 4. 2
Data Siswa Kelas B Dzulhijjah 1 dan Dzulhijjah 2
No Nama Jenis Kelamin
1 Aqila Virania Putri Perempuan
2 Azalea Khaliqa Candra Perempuan
3 Muhammad Naufal Alfarizqi Laki-laki
4 Alfachry Sakha Aditya Laki-laki
5 Alfiandra Beryl Sedayu Laki-laki
6 Arkhana Ziyaurahman Al Fatih Laki-laki
7 Arsakha Adhyatama Ardyansyah Laki-laki
8 Arshaka Daneswara Prastanto Laki-laki
9 Dafa Apriansyah Laki-laki
10 Gibran Adhyasta Pratama Laki-laki
11 Hafidz Aqiel Razendra Laki-laki
12 M. Arka Abassy Harsito Laki-laki
13 Maleeka Quinn Ainayya Nurizadia Perempuan
14 Nafisyah Nur Rizqia Abidah Perempuan
15 Shafura Azwa Nabawi Perempuan
16 Andikha Wira Putra Dessaratu Laki-laki
17 Annaya Khalila Sulaiman Perempuan
18 Arfyno Rafathara Saputra Laki-laki
19 Azka Azfar Rabbani Laki-laki
20 Arkhan AlifiandraPutra Irawan Laki-laki
21 Fajriansyah Putra Pratama Laki-laki
22 Fatih Zhafran Hibatullah Laki-laki
23 Azfar Rafardhan Putra Laki-laki
24 Inaya Azmi Athifa Perempuan
25 Kanya Jenitra Putri Arka Perempuan
26 Krishna Fahmi Khairi Laki-laki
27 Muhammad Alvin Hamizan Laki-laki
60

28 Queenzy Rashida Ufairah Juwanda Perempuan


29 Al Thufail Arkan Laki-laki

5. Sarana dan Prasarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani

Sarana dan Prasarana merupakan aspek yang penting dalam

terlaksananya kegiatan pendidikan. Hal ini dikarenakan, sarana dan

prasarana menjadi aspek penunjang dalam kelancaran dan kenyamanan

dalam proses pembelajaran baik bagi pendidik maupun bagi peserta didik.

Contoh Prasarana pembelajaran seperti gedung, kelas, lapangan, taman

bermain pun bentuk ruang lainnya yang bersifat menetap dan tidak bisa

dipindahkan. Sedangkan yang disebut Sarana, contohnya meja, kursi,

komputer, proyektor, printer, dan fasilitas penunjang pembelajaran lainnya

yang mudah untuk dipindahkan. Adapun data sarana dan prasarana yang

terdapat di RA At-Taqwa Cerdas Nurani disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 3
Data Prasarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani

Panjang Lebar
No Nama Prasarana
(m) (m)

1 Kelas Dzulhijjah 1 5 5
2 Kelas Dzulhijjah 2 5 5
3 Kelas Sya’ban 5 5
4 Aula 15 12
5 Kantor 7 5
6 Mesjid At-Taqwa 20 15
7 Toilet 1 1,5 1,5
8 Toilet 2 1,5 1,5
9 Toilet 3 1,5 1,5
10 Toilet 4 1,5 1,5
11 Gazebo 1 7 5
12 Gazebo 2 3 3
13 Gazebo 3 3 3
61

14 Gazebo 4 3 3
15 Area permainan outdoor 15 10
16 Lapangan 30 25
17 Area dapur Zamzam 10 10

Tabel 4. 4
Data Sarana RA At-Taqwa Cerdas Nurani

No Jenis Sarana Letak Kepemilikan Jml


1 Meja Siswa Dzulhijjah 1 Milik 5
2 Meja Guru Dzulhijjah 1 Milik 1
3 Papan Tulis Dzulhijjah 1 Milik 1
4 Lemari Dzulhijjah 1 Milik 1
5 Kursi Dzulhijjah 1 Milik 29
6 Jam dinding Dzulhijjah 1 Milik 1
7 Loker anak Dzulhijjah 1 Milik 2
8 Sapu Dzulhijjah 1 Milik 1
9 Pengki Dzulhijjah 1 Milik 1
10 Penghapus papan tulis Dzulhijjah 1 Milik 1
11 Spidol Dzulhijjah 1 Milik 1
12 Karpet Dzulhijjah 1 Milik 2
13 Rak Sepatu Dzulhijjah 1 Milik 1
14 Meja Guru Dzulhijjah 2 Milik 1
15 Loker Anak Dzulhijjah 2 Milik 2
16 Papan Tulis Dzulhijjah 2 Milik 2
17 Lemari Dzulhijjah 2 Milik 1
28 Sapu Dzulhijjah 2 Milik 1
19 Tempat Sampah Dzulhijjah 2 Milik 1
20 Pengki Dzulhijjah 2 Milik 1
21 Rak Sepatu Dzulhijjah 2 Milik 1
22 Penghapus papan tulis Dzulhijjah 2 Milik 1
23 Spidol Dzulhijjah 2 Milik 1
24 Lemari Mesjid At-Taqwa Milik 2
25 Tempat Sampah Mesjid At-Taqwa Milik 5
26 Jam dinding Mesjid At-Taqwa Milik 1
27 Rak buku Mesjid At-Taqwa Milik 2
28 Rak sepatu Mesjid At-Taqwa Milik 3
29 Karpet Mesjid At-Taqwa Milik 5
30 Perlengkapan Ibadah Mesjid At-Taqwa Milik 10
31 Meja guru Sya’ban Milik 1
32 Karpet Sya’ban Milik 2
62

33 Loker Sya’ban Milik 2


34 Rak sepatu Sya’ban Milik 2
35 Papan tulis Sya’ban Milik 1
36 Lemari Sya’ban Milik 2
37 Tempat Sampah Sya’ban Milik 1
38 Meja Sya’ban Milik 3
39 Meja Tamu Kantor Milik 2
40 Kursi Kantor Milik 3
41 Laptop Kantor Milik 1
42 Printer Kantor Milik 1
43 Dispenser Kantor Milik 1
44 Tempat Sampah Kantor Milik 1
45 Rak sepatu Kantor Milik 1

B. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian

Kemampuan mengenal huruf merupakan salah satu kemampuan

yang menjadi bagian dari perkembangan bahasa anak usia dini kelompok B

sebagai bekal kesiapan anak dalam menghadapi pembelajaran pada tingkat

sekolah dasar. Dalam pendidikan anak usia dini, kegiatan pembelajaran

yang diberikan kepada anak usia dini haruslah menarik dan menyenangkan.

Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik belajar anak usia dini, yakni belajar

sambil bermain dan bermain sambil belajar.

Rentang konsentrasi anak usia dini yang pendek, mendorong para

guru anak usia dini untuk menyajikan pembelajaran yang bisa menarik

konsentrasi dan kefokusan pada pembelajara, terutama pembelajaran

pengenalan huruf. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu

pengetahuan, berbagai metode pembelajaran dirancang sebagai cara guru

dalam menstimulus seluruh aspek perkembangan anak usia dini, tak


63

terkecuali perkembangan bahasa yang termasuk di dalamnya mencakup

kemampuan mengenal huruf anak usia dini.

Ketertarikan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi

salah satu faktor penentu dalam tersampaikannya materi ajar. Sehingga

perlu adanya pertimbangan dalam menentukan metode yang tepat dengan

mempertimbangkan karakteristik belajar anak-anak. Selain itu, dalam

mendukung keefektifan kegiatan pembelajaran di kelas, guru membuat

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) untuk kemudian

menjadi acuan dalam pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Harian (RPPH) yang digunakan guru sebagai acuan kegiatan pembelajaran.

Hal ini diketahui setelah adanya wawancara serta observasi terhadap guru

kelompok B kelas Dzulhijjah.

Rencana pembelajaran terkait pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B

memuat indikator-indikator yang berhubungan dengan kemampuan

mengenal huruf seperti kemampuan untuk menunjukkan bentuk-bentuk

simbol huruf (Pra menulis), kemampuan membuat gambar dengan berbagai

coretan/tulisan yang sudah berbentuk huruf/kata, kemampuan menulis huruf

dari namanya sendiri, kemampuan anak menulis huruf dari namanya sendiri

dan kemampuan untuk mencocokan huruf dengan gambar.

Berdasarkan data penelitian yang didapatkan melalui wawancara

serta observasi yang ditunjukan pada subjek penelitian yakni guru dan siswa

kelompok B RA At-Taqwa Cerdas Nurani Cimahi berjumlah 29 orang yang


64

dilakukan pada bulan Mei 2022 hingga bulan Juni 2022 terkait

pembelajaran melalui metode proyek berbasis STEAM untuk meningkatkan

kemampuan mengenal huruf anak kelompok B, maka diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut :

1. Skenario dan Implementasi Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui

Metode Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B

a. Skenario Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek

Berbasis STEAM pada Kelompok B

Dalam proses pembelajaran, perencanaan pembelajaran

menjadi hal penting yang harus dipersiapkan. Hal ini dikarenakan

rencana pembelajaran memuat hal-hal apa saja yang menjadi fokus

dalam kegiatan pembelajaran yang hendak dilakukan. Seperti salah

satunya adalah indikator penilaian dari kemampuan anak yang akan

di stimulus.

Indikator kemampuan mengenal huruf yang dijadikan sebagai

acuan pembelajaran akan memudahkan guru sebagai pengajar

menjadikan pembelajaran lebih tearah dan bermakna bagi anak usia

dini. Untuk perencanaan pembelajaran, guru terlebih dulu menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minguan (RPPM), yang

kemudian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH).

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui

Metode Proyek berbasis STEAM, guru melaksanakan kegiatan


65

dengan memerhatikan kebutuhan akan stimulus perkembangan siswa.

Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru

melakukan setting kelas agar sejalan dengan perencanaan yang sudah

dirancang. Selain itu, guru menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan.

Pada penelitian ini, guru menggunakan tema tanaman sebagai

materi ajar yang akan disampaikan dalam pembelajaran pengenalan

huruf melalui metode proyek berbasis STEAM. Alat dan bahan yang

dipersiapkan seperti gunting, lem, Puzzle gambar, lembar kerja, kartu

huruf, pewarna alami dari tanaman, berbagai macam tanaman hias,

tanaman obat dan berbagai buah-buahan yang akan dikenalkan pada

anak. Selain itu, guru juga menggunakan media pembelajaran video

dalam menyampaikan materi pembelajaran yang berkenaan dengan

tanaman, seperti video percobaan fotosintesis sederhana, video

pengesktrakan daun melati untuk menghasilkan parfum dan video

proses oksidasi pada buah apel.

Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap anak-anak

kelompok B RA At-Taqwa Cerdas Nurani dan wawancara yang

dilakukan kepada guru kelas kelompok B, didapatkan hasil

wawancara yang berkenaan dengan materi pembelajaran pengenalan

huruf yang diberikan sesuai dengan tema pembelajaran yang sudah

ditentukan di awal semester. Dalam membuat perencanaan

pembelajaran mingguan dan harian, guru kelas A dan kelas B


66

melakukan diskusi untuk menentukan materi apa yang akan

disampaikan berkenaan dengan tema pembelajaran terkait.

Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan agar kegiatan

pembelajaran bisa terarah sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Sebagaimana wawancara yang dilakukan kepada guru kelas

B, Ibu ODR saat ditanyakan perihal perencanaan pembelajaran.

“Dalam merencanakan pembelajaran, kita merancang RPPM dan

RPPH di minggu sebelum kegiatan pembelajaran. Kita melakukan

diskusi bersama guru kelas A. Ini dimaksudkan untuk menentukan

materi ajar apa saja berkenaan dengan tema pembelajaran yang akan

disampaikan pada setiap pembelajaran inti terkait pengenalan

kosakata baru dan pengenalan huruf. Setelah menentukan materi ajar,

baru kita menentukan metode pembelajaran dan indikator penilaian.

Karena disini kami pun menambahkan jam pembelajaran untuk kelas

sentra, maka materi ajar ini pun akan diberikan dengan kegiatan

pembelajaran yang lebih beragam sesuai dengan kelas sentra. Kelas

sentra yang diberikan seperti sentra persiapan, sentra sains, sentra

ibadah dan sentra seni. Kelas sentra ini diberikan selama 1 jam setelah

pembelajaran inti. Untuk guru pengajarnya kami bedakan antara satu

sentra dengan sentra lainnya. Ini dimaksudkan agar anak mengenal

semua guru dan guru pun mengenal seluruh karakter anak. Karena

kami berada di bawah naungan Kementrian Agama, dalam penentuan

indikator penilaian anak, kami merujuk pada indikator penilaian yang


67

terdapat pada raport hasil pembelajaran dimana terdapat muatan

pembelajaran dalam lingkup perkembangan yang berkenaan dengan

pendidikan agama islam. Cara ini mempermudah kami dalam

penilaian hasil perkembangan anak di setiap akhir semester. Adapun

indikator dari 6 aspek perkembangan yang terdapat pada penilaian

raport tetap merujuk pada Permendikbud No. 146 tahun 2014 tentang

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak dan Permendikbud

No. 137 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013.”

Dari paparan hasil wawancara guru kelompok B diatas dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, guru

mempersiapkan materi ajar seminggu sebelum kegiatan pembelajaran

melalui diskusi terlebih dahulu dengan guru kelompok A. Adapun

untuk kegiatan pembelajaran, dibedakan antara kelompok A dan

kelompok B. Hal ini dikarenakan perbedaan indikator kemampuan

anak yang dinilai antara kelompok A dan kelompok B.

Dalam pemilihan indikator kemampuan, guru bisa saja

menggunakan suatu indikator kemampuan pada suatu aspek

perkembangan anak secara berulang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih

mematangkan kemampuan anak berdasarkan indikator kemampuan

yang dipilih sebagai acuan penilaian. Dalam setiap RPPM yang

disusun, termuat indikator-indikator kemampuan berdasarkan 6 aspek

perkembangan yang sesuai dengan STTPA. Indikator kemampuan ini

kemudian dimuat dalam RPPH sebagai acuan penilaian harian. Untuk


68

kelas sentra, guru sentra diperbolehkan untuk menjadikan 1 atau 2

indikator kemampuan yang sudah disiapkan oleh setiap guru kelas

untuk dijadikan acuan penilaian untuk kelas sentranya.

Namun guru sentra pun diberi kebebasan untuk memilih

sendiri indikator kemampuan anak yang akan dinilainya berdasarkan

kegiatan yang akan dilakukan di kelas sentra, jika kegiatan yang

terdapat pada kelas sentra tidak mengikuti tema pembelajaran yang

sedang berlangsung. Seringnya, perbedaan indikator penilaian yang

tidak terkait dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung

terdapat pada sentra sains dan sentra ibadah. Untuk sentra sains,

biasanya mengambil indiator kemampuan yang berkenaan dengan

kegiatan-kegiatan yang merujuk pada percobaan sederhana. Untuk

sentra ibadah, perbedaan indikator kemampuan yang diambil

dikarenakan sentra ibadah lebih merujuk pada indikator penilaian

yang termuat dalam rapor penilaian bermuatan pendidikan agama

islam.

Gambar 4. 4
Perencanaan pembelajaran kelompok B kelas Dzulhijjah
69

Berdasarkan data-data yang didapat oleh peneliti melalui

wawancara, observasi serta studi dokumentasi selama penelitian

berlangsung di RA At-Taqwa Cerdas Nurani menunjukkan jika

perencanaan pembelajaran yang dibuat sudah baik dan sesuai dengan

standar perencanaan pembelajaran untuk anak usia dini.

Perencanaan pembelajaran membuat guru bisa mengantisipasi

kendala-kendala apa saja yang mungkin terjadi saat pembelajaran

berlangsung, terutama dalam pembelajaran yang menggunakan

metode proyek berbasis STEAM. Pengaturan setting kelas, bentuk

kegiatan yang akan dilaksanakan, karakteristik anak, alokasi waktu

pembelajaran, dan pengelompokan anak berdasarkan kemampuan

anak mengenal huruf tentu akan cukup berpengaruh pada kelancaran

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan keberhasilan mencapai tujuan

pembelajaran.

Sehingga, perencanaan yang dilakukan akan membuat

pembelajaran lebih sistematis, sebab terarah dalam pelaksanannya,

terutama dalam pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM yang mengharuskan anak-anak dengan

karakter yang berbeda belajar bekerjasama dalam satu kelompok

dengan melakukan proyek sederhana yang berkaitan dengan

pengenalan huruf.
70

b. Implementasi Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode

Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti di RA At-Taqwa Cerdas Nurani, dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pembelajaran khususnya pada kelompok B kelas

Dzulhijjah sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana

guru memberikan pengajaran selama di kelas. Kesesuaian antara

pembelajaran yang dilakukan dengan perencanaan yang telah dibuat

dapat dilihat melalui suasanan pembelajaran yang berlangsung secara

sistematis. Dalam melaksanakan pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM guru memerhatikan setting

kelas yang sesuai. Mulai dari tahap persiapan, guru menyediakan

media serta alat dan bahan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya.

Setelah alat dan bahan yang akan digunakan dalam

pembelajaran siap, selanjutnya guru menyiapkan kesiapan anak untuk

belajar. Dimana salah satunya adalah pengelompokan anak

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Setelah itu, guru

menjelaskan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan, serta

aturan yang harus diikuti selama kegiatan pembelajaran berlangsung

dari awal hingga akhir kegiatan penutupan.

Kelancaran pada pelaksanaan pembelajaran memiliki peran

yang penting dalam tersampaikkannya materi ajar kepada peserta


71

didik. Hal ini karena tujuan yang dirancang sebagai hasil

pembelajaran didapat melalui tahapan pelaksanaan. Sehingga,

pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan

pembelajaran yang telah dibuat sangat perlu untuk diperhatikan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1) Penyambutan Anak (60 menit)

Penyambutan anak di RA At-Taqwa Cerdas Nurani dimulai

pada pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 07.30 WIB. Pada

penyambutan di 30 menit petama, penyambutan dilakukan oleh

guru kelas masing-masing pada saat anak-anak memasuki area

sekolah dekat kelas. Ini dikarenakan pada jam ini biasanya guru

masih melakukan piket kelas dan anak-anak yang datang lebih awal

ke sekolah pun biasanya anak-anak yang ingin bermain terlebih

dulu dengan orangtuanya, sehingga sekolah memberi toleransi

untuk boleh mengantarkan hingga gerbang area sekolah dan

menemani bermain sebentar.

Selanjutnya pada pukul 07.00 WIB penyambutan dilakukan

oleh guru yang bertugas piket gerbang depan. Selain bertugas

untuk menyambut anak, petugas piket gerbang depan juga menjadi

tanda batas pengantaran anak. Sehingga tidak ada orangtua yang

megantarkan anak hingga masuk ke area sekolah. Hal ini dilakukan

untuk membuat anak lebih berani dan mandiri. Setelah anak

memasuki area sekolah, anak-anak diperkenankan untuk


72

menyimpan sepatu di rak sepatu dan menyimpan tas sendiri di

dalam lokernya. Setelah itu, anak-anak diperbolehkan untuk

bermain terlebih dahulu menggunakan sendal yang sudah disimpan

di sekolah hingga bel tanda mulai berbaris berbunyi pukul 07.30

WIB.

2) Kegiatan sebelum masuk kelas (45 menit)

Beberapa kegiatan yang dilakukan di RA At-Taqwa Cerdas

Nurani sebelum masuk kelas diantaranya kegiatan berbaris

(Morning Briefing), feeding pets, dan kegiatan fisik motorik di

lapangan. Rangkaian dalam kegiatan berbaris (Morning Briefing)

seperti mengucapkan kalimat syahadat, mengucapkan Visi-Misi,

Ikrar dan 3 Nilai Cerdas Nurani, senandung Asmaul Husna,

berdo’a, tepuk dan bernyanyi. Setelah berbaris, anak-anak berbaris

sembari memegang pundak teman untuk membuat kereta panjang

sebagai tanda akan dilaksanakannya kegiatan feeding pets atau

memberi makan hewan peliharaan yang ada di sekolah seperti ikan,

ayam, dan beberapa kucing.

Dalam kegiatan ini, anak-anak dibiasakan mengantri,

mengucapkan terimakasih saat diberi pakan hewan, dan

mengucapkan basmallah sebelum memberi makan sebagai salah

bentuk menyayangi ciptaan Allah SWT. Setelah memberi makan

hewan anak-anak diarahkan ke lapangan untuk bermain fisik

motorik Setelah rangkaian kegiatan sebelum masuk kelas


73

terlaksana, anak-anak dipersilahkan untuk berwudhu sebagai

persiapan sholat dhuha bersama di masing-masing kelas.

3) Kegiatan Pembuka (60 menit)

Pada pukul 08.15 WIB anak-anak memasuki kelas untuk

melaksanakan kegiatan sholat dhuha. Kegiatan sholat dhuha

dilakukan sebagai upaya untuk menghafal bacaan sholat. Karena

bacaan sholat diperdengarkan secara berulang, lama kelamaan

anak-anak terbiasa dengan bacaan sholat. Setelah melaksanakan

kegiatan sholat dhuha, anak-anak berdzikir bersama, dan berdo’a.

Adapun beberapa do’a yang diucapkan setelah selesai

sholat seperti do’a untuk orang tua, do’a keselamatan dunia akhirat,

do’a memohon kesehatan diri, dan do’a belajar. Setelah sholat

dhuha dan berdzikir, anak-anak melakukan hafalan surah-surah

pendek, do’a dan almafudzoh. Setelah melakukan hafalan, anak-

anak diberikan snack pagi sebagai salah satu fasilitas catering yang

diberikan sekolah.

4) Kegiatan Inti (120 menit)

Kegiatan inti dimulai pada pukul 09.00 WIB. Untuk

kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti terbagi menjadi 2. Yakni

kegiatan inti bersama wali kelas dari pukul 09.00 WIB hingga

pukul 10.10 WIB dan kegiatan inti bersama guru sentra hingga

pukul 11.00 WIB. Untuk kegiatan pembelajaran inti di kelas,

disesuaikan dengan jadwal pelajaran setiap harinya, seperti bahasa


74

inggris, bahasa sunda, pembelajaran khot (hijaiyah), menulis dan

berhitung.

Pada pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM, pembelajaran pengenalan huruf

diberikan secara klasikal dan berkelompok. Untuk pembelajaran

pengenalan huruf secara klasikal, anak-anak diberikan beberapa

kosakata yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas melalui

kegiatan tebak gambar, tebak kata dan tebak huruf.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf. Selain itu,

pengenalan huruf secara klasikal ini menjadikan anak saling

menstimulus kemampuan pengenalan huruf satu sama lain, melalui

jawaban-jawaban yang mereka berikan untuk pertanyaan

berkenaan dengan sesuatu yang sedang dibahas pada tema.

Setelah pembelajaran pengenalan huruf secara klasikal

diterapkan, selanjutnya guru menerapkan pembelajaran

pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM secara

berkelompok. Setiap kelompok berisikan 5-6 orang anak, dengan

kategori pengelompokan campuran antara anak yang memiliki

kemampuan mengenal huruf berada pada tahap Berkembang

Sesuai Harapan (BSH), dengan anak-anak yang kemampuan

mengenal hurufnya berada pada tahap Masih Berkembang (MB).


75

Pada pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM yang dilakukan secara berkelompok, guru

terlebih dahulu memberitahu gambaran mengenai proyek apa yang

harus diselesaikan oleh setiap kelompok dan aturan mainnya.

Setelah penjelasan diberikan, anak-anak dipersilahkan untuk

mengerjakan proyeknya dengan mengandalkan kerjasama antar

anggota kelompok.

5) Istirahat (60 menit)

Pada pukul 11.00 WIB anak-anak beristirahat untuk makan

siang bersama di gazebo atau di kelas masing-masing. Di RA At-

Taqwa Cerdas Nurani, snack pagi dan makan siang untuk anak-

anak dari hari Senin hingga hari Kamis akan disiapkan oleh tim

zamzam sebagai salah satu fasilitas yang diberikan sekolah. Untuk

hari Jum’at anak-anak diharuskan membawa bekal dari rumah

yang disebut sebagai “bekal sehat Ala Bunda”.

Untuk jajanan yang dibawa ana-anak, pihak sekolah telah

mengatur untuk hanya membawa jajanan berupa susu dan kue. Jika

anak-anak terlihat membawa jajanan lain seperti permen, coklat,

permen jeli, maka guru akan memberitahu anak untuk tidak

memakannya di sekolah karena khawatir mengundang anak lain

membawa jajanan yang tidak diperkenankan untuk dibawa ke

sekolah. Untuk aturan saat mengambil makan siang, anak-anak

akan dipersilahkan untuk mencuci tangan, duduk, dan berdo’a


76

terlebih dahulu. Selanjutnya, anak-anak yang sudah duduk rapi

akan dipanggil satu persatu untuk membawa makanannya.

Adapun aturan makan lainnya adalah anak-anak diharuskan

untuk menghabiskan makanan yang sudah disajikan untuknya di

piring masing-masing dan tidak menyisakannya sedikitpun. Ini

dimaksudkan untuk mengajari anak bertanggungjawab pada apa

yang sudah ia pilih (makanan) dan membiasakan anak untuk tidak

membuang-buang makanan. Setelah selesai makan, anak-anak

kelas B dipersilahkan untuk mencuci alat makannya sendiri di

washtafel. Jika jam makan siang sudah selesai. Anak-anak

diperkenankan untuk bermain di area permainan outdoor sembari

menunggu jam berwudhu sebagai bentuk persiapan sholat dzuhur

berjamaah di kelas.

6) Kegiatan Penutup (30 menit)

Setelah melaksanakan sholat berjamaah, berdzikir dan

berdo’a, guru mengajak anak-anak untuk mengulang kembali

beberapa hafalan surat, almahfudzoh dan do’a pendek yang

menjadi target hafalan. Setelah mengulang hafalan, guru bertanya

perihal kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan selama di

sekolah dan bertanya tentang perasaan anak-anak setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Setelah itu, guru mengajak anak untuk berdo’a sebelum

pulang. Setelah berdo’a, anak-anak dipersilahkan untuk memakai


77

sepatu sendiri dan berbaris di depan gerbang sebelum bel berbunyi.

Setelah bel berbunyi anak-anak diperkenankan untuk pulang dan

memberi salam kepada guru-gurunya.

Dalam implementasinya, pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM dilaksanakan secara

berulang. Ini dilakukan agar anak bisa lebih cepat dalam mengenal

huruf, mengingat salah satu karateristik belajar anak adalah melalui

pengulangan. Adapun implementasi pembelajaran melalui metode

proyek berbasis STEAM dalam setiap pertemuan diuraikan sebagai

berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pada awal kegiatan sekolah, yakni pukul 07.30-08.00 WIB,

anak-anak mengikuti rangkaian kegiatan morning biefing, seperti

berbaris, mengucapkan syahadat, membacakan visi-misi, ikrar dan

3 nilai Cerdas Nurani, melantunkan Asmaul Husna, berdo’a,

bernyanyi dan feeding pets. Setelah itu, pada pukul 08.00 WIB

anak-anak diarahkan untuk berwudhu dan masuk kelas untuk

melaksanakan sholat dhuha. Adapun setelah sholat dhuha, anak-

anak melakukan dzikir dan rangkaian do’a setelah sholat. Seteleh

selesai dzikir dan berdo’a, anak-anak dipersilahkan untuk

merapikan sejadah dan mukenanya sendiri ke dalam loker. Anak-

anak juga dipersilahkan untuk minum terlebih dahulu sebelum

masuk pada kegiatan awal pembelajaran.


78

Gambar 4.5
Kegiatan Morning Briefing (Berbaris, Fisik-Motorik,
Feeding Pets )

Kegiatan awal pembelajaran dibuka dengan kegiatan

bernyanyi dengan melingkar dan mengulang hafalan surat-surat

pendek, almahfudzoh, dan do’a-do’a. Setelah melakukan hafalan,

guru menjelaskan tentang tema tumbuhan yang akan disampaikan

pada pembelajaran dan melakukan tanya jawab. Adapun tema yang

akan disampaikan pada anak yakni tema tanaman. Setelah

pemaparan tema, anak-anak dipersilahkan untuk snack time selama

15 menit, yakni hingga pukul 09.00 WIB untuk menikmati snack

yang sudah disediakan sekolah.

Gambar 4. 6
Kegiatan Hafalan dan Snack Time
79

Pada pukul 09.00 WIB, anak-anak masuk pada kegiatan

pembelajaran inti. Adapun materi tanaman yang dibahas pada

pertemuan pertama adalah materi tentang macam-macam tanaman

hias, seperti bunga mawar, bunga melati, bunga anggrek, bunga

bugenvil, bunga matahari, dan bunga raflesia.

Untuk kegiatan pertama, guru mengenalkan pada anak-

anak mengenai bentuk-bentuk dari bunga mawar, bunga melati,

bunga anggrek, bunga bugenvil, bunga matahari, dan bunga

raflesia, sembari menunjukan tulisan dari nama bunga-bunga

tersebut. Saat kegiatan ini, guru menjelaskan beberapa manfaat

bunga dalam kehidupan sehari-hari, seperti dimanfaatkan untuk

dijadikan parfum melalui proses pengekstrakan yang melibatkan

berbagai macam alat yang anak-anak simak melalui video, menjadi

tempat makanan bagi lebah, sehingga lebih dapat menghasilkan

madu, dan sebagai makanan atau cemilan yang biasa kita makan

seperti contohnya kuaci yang berasal dari biji bunga matahari.

Setelah itu, guru mengajak anak untuk menyanyikan lagu “Lihat

Kebunku”.

Setelah menjelaskan tentang manfaat bunga, guru

mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan mengenal

hurufnya. Dimana, guru membagi 29 siswa yang merupakan

gabungan dari siswa kelompok B kelas Dzulhijjah 1 dan Dzulhijjah

2 ke dalam 6 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari


80

4 sampai 5 siswa. Dimana masing-masing kelompok terdapat 2

siswa dengan kategori kemampuan mengenal huruf Masih

Berkembang (MB), 1 sampai 3 siswa dengan kategori kemampuan

mengenal huruf sudah Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan 1

atau 2 siswa dengan kategori mengenal huruf sudah Berkembang

Sangat Baik (BSB). Adapun pengelompokannya, sebagai berikut:

 Kelompok 1 terdiri dari 1 siswa (Ar) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 2

siswa (Az dan Fa) dengan kategori kemampuan mengenal

huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 1 siswa (Fi)

dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang Sangat Baik

(BSB).

 Kelompok 2 terdiri dari 2 siswa (Dq dan Kr) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 2

siswa (Azf dan Ft) dengan kategori kemampuan mengenal

huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 1 siswa (Dh)

dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang Sangat Baik

(BSB).

 Kelompok 3 terdiri dari 1 siswa (Al) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 2

siswa (By dan Ark) dengan kategori kemampuan mengenal

huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 2 siswa (Sh dan


81

Kny) dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang

Sangat Baik (BSB).

 Kelompok 4 terdiri dari 1 siswa (In) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 3

siswa (Aq, Ma dan Da) dengan kategori kemampuan mengenal

huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 1 siswa (Ars)

dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang Sangat Baik

(BSB).

 Kelompok 5 terdiri dari 1 siswa (Hf) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 3

siswa (Aka, Akn dan Ask) dengan kategori kemampuan

mengenal huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 1

siswa (Abl) dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang

Sangat Baik (BSB).

 Kelompok 6 terdiri dari 2 siswa (Qu dan Gb) dengan kategori

kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang (MB), 2

siswa (Azl dan Alv) dengan kategori kemampuan mengenal

huruf Berkembang Sesuai harapan (BSH), dan 1 siswa (Ka)

dengan kemampuan mengenal huruf Berkembang Sangat Baik

(BSB).

Setelah melakukan pengelompokan, guru memberikan

nama pada setiap kelompok. Adapun asal dari nama kelompoknya

merupakan 6 dari 12 huruf yang masih sulit dihafal oleh 12 siswa


82

yang memiliki kemampuan mengenal huruf Masih Berkembang,

yakni huruf b, d, m, n, p dan q. Kemudian setelah memberitahu

nama masing-masing kelompok, guru memberikan tugas kepada

setiap kelompok untuk menyelesaikan suatu misi, yakni mencari 6

buah potongan Puzzle bergambar bunga yang memiliki tanda huruf

sesuai dengan nama kelompok mereka. Setelah itu, setiap

kelompok diminta untuk menyusun potongan Puzzle yang mereka

temukan pada worksheet berkolom yang memiliki angka 1 sampai

6.

Gambar 4.7
Kegiatan mencari potongan Puzzle bergambar tanaman hias sesuai
huruf pada nama kelompok

Gambar 4. 8
Proyek menyusun huruf dari nama Bunga pada Gambar Puzzle
83

Setiap kelompok diminta untuk menempel setiap potongan

Puzzle pada kolom sesuai dengan angka yang tertera pada potongan

Puzzle yang sudah mereka kumpulkan. Setelah menempel semua

potongan Puzzle, setiap kelompok diminta untuk menyusun huruf

dari nama bunga yang berasal dari gambar Puzzle yang sudah

disusun. Setelah itu menyelesaikan misi mencari potongan Puzzle,

menyusun Puzzle, dan menyusun huruf, selanjutnya guru

memberikan masing-masing kelompok sebuah gambar bunga

matahari untuk diwarnai dengan krayon atau pensil warna sesuai

dengan kreativitas kelompok. Kegiatan pembelajaran inti

berlangsung hingga pukul 11.00 WIB.

Gambar 4.9
Hasil kegiatan Proyek menyusun huruf dari nama
Bunga pada Gambar Puzzle

Pada pukul 11.00 WIB, siswa dipersilahkan mencuci tangan

dan berdo’a sebagai persiapan makan siang yang sudah disiapkan

oleh sekolah. Setelah makan siang, siswa diperbolehkan untuk

bermain permainan outdoor sembari menunggu waktu dzuhur. Saat

terdengar adzan dzuhur, siswa diarahkan untuk berwudhu sebagai


84

persiapan sholat dhuzur berjamaah. Setelah sholat dzuhur, siswa

bersiap untuk pulang. Siswa pulang pukul 12.30 WIB.

Gambar 4.10
Makan siang bersama

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan

pembelajaran dilakukan secara sistematis sesuai dengan

perencanaan yang dibuat. Dalam pembelajaran, pada saat kegiatan

mencari potongan Puzzle yang memiliki huruf sesuai dengan nama

kelompok dan menyusun potongan Puzzle sesuai angka yang

tertera pada woksheet berkolom dan berangka, semua anggota

kelompok kompak terlibat dalam kegiatan.

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan pertama yakni

terkait dengan kemajuan kemampuan mengenal huruf pada anak

kelompok B dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut

ini :
85

Tabel 4. 5
Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal) pada
Kegiatan Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - 7 Anak 14 Anak 8 Anak
untuk menunjukan (Al, (Dafa, (Dika,
menunjukan simbol Queen, Fahry, Shaka,
bentuk bentuk huruf yang Hafidz, Azwa, Fino,
simbol huruf sesuai Gibran, Azalea, Kanya,
(Pra menulis) dengan Arkana, Aqiela, Abang Al,
nama Krishna, Arka, Kakang,
kelompok Deqia) Maleeka, Anaya,
masing- Aska, Arsa)
masing Alvin,
Arkan,
Beryl,
Azfar,
Inaya,
Fatih)
2) Kemampuan Anak dapat 3 5 Anak 14 Anak 7 Anak
untuk menyusun Anak (Queen, (Dafa, (Dika,
mencocokan huruf dari (Hafid Gibran, Fahry, Shaka,
huruf dengan nama bunga z, Krisnha, Azalea, Fino,
gambar sesuai Arkan Deqia, Aqiela, Kanya,
dengan a, Al) Azwa) Arka, Abang Al,
gambar Maleeka, Kakang,
Puzzle yang Aska, Anaya)
86

telah Alvin,
kelompokny Arkan,
a susun Beryl,
Azfar,
Inaya,
Fatih,
Arsa)

Dilihat dari data diatas, maka dapat diketahui bahwa pada

kemampuan menunjukan bentuk-bentuk simbol huruf (pra

menulis), sudah tidak ada anak yang memiliki kemampuan Belum

Berkembang (BB). Sedangkan pada hasil penilaian Masih

Berkembang (MB) terdapat 7 anak. Hal ini terlihat pada saat anak-

anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai dengan nama

kelompoknya, dimana anak masih dibantu guru dengan cara

memberikan ciri dari bentuk hurufnya. Adapun pada hasil

penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 15 anak. Ke

15 anak tersebut sudah mampu untuk menunjuk huruf dari nama

kelompoknya tanpa diberikan ciri huruf oleh guru. Sedangkan pada

hasil penilaian Berkembang Sangat Baik terdapat 8 anak. Hal ini

ditunjukan dengan anak mampu mengingatkan anggota lainnya

perihal nama dari kelompoknya.


87

24%
28%

48%

BB MB BSH BSB

Diagram 4.1
Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol huruf pada
Kegiatan Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan pertama

pada kemampuan menunjuk simbol huruf dituangkan dalam

bentuk grafik maka dapat terlihat bahwa anak dengan hasil

penilaian Masih Berkembang (MB) sebanyak 24%, anak dengan

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) mendominasi

sebanyak 48%, dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat

Baik (BSB) memiliki prosentasi yang sama dengan jumlah

penilaian untuk anak masih berkembang, yakni 28%.

Pada kemampuan mencocokan huruf pada gambar melalui

kegiatan menyusun huruf, sebanyak 3 anak yang memiliki

kemampuan Belum Berkembang (BB). Ini terlihat dari anak yang

tidak terlibat dalam kegiatan menyusun huruf. Pada hasil penilaian

Masih Berkembang (MB), terdapat 5 anak. Hal ini terlihat pada

saat kegiatan menyusun huruf, dimana anak masih bertanya dan

dibantu oleh temannya untuk memastikan jika huruf yang akan ia

susun sudah tepat penempatannya.


88

Pada hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

terdapat 14 anak. Anak-anak tersebut sudah mampu untuk memilih

dan menyusun huruf secara mandiri. Adapun hasil penilaian anak

dengan kemampuan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 7

anak. Kemampuan ini terlihat dari anak sudah bisa memberikan

arahan terhadap teman lain untuk menyusun huruf yang tepat.

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan pertama

pada kemampuan mencocokan huruf dengan gambar melalui

kegiatan menyusun huruf nama bunga yang terdapat pada Puzzle

yang sudah disusun oleh setiap kelompok dituangkan dalam bentuk

grafik maka dapat terlihat bahwa anak dengan hasil penilaian

Belum Berkembang (BB) sebanyak 11%, anak dengan hasil

penilaian Masih Berkembang (MB) sebanyak 17%, anak dengan

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 48%,

dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB)

sebanyak 24%.

11%
24%
17%

48%

BB MB BSH BSB

Diagram 4.2
Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Menyusun Huruf dari Nama Bunga pada Gambar Puzzle
89

Hasil ini menandakan bahwa masih ada kemungkinan

peningkatan pada anak dengan kemampuan Berkembang Sesuai

Harapan dan Berkembang Sangat Baik jika guru merancang

kegiatan yang tepat, sehingga dapat memberikan peningkatan

kemampuan anak dalam menunjukan simbol huruf dan

kemampuan mencocokan huruf dengan gambar.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, kegiatan awal masih sama dengan

pertemuan pertama. Yang membedakan adalah pada kegiatan inti,

dimana guru mengajak anak-anak untuk menjadi detektif tanaman

yang ada di sekolah. Kegiatan ini dimulai setelah anak-anak

melaksanakan snack time, yaitu pukul 09.00 WIB. Diawal

kegiatan, anak-anak diinstruksikan untuk berkelompok sesuai

dengan kelompok yang sudah dibuat pada pertemuan pertama.

Setelah itu, guru menunjukan beberapa tanaman hias yang

ada di sekolah melalui gambar yang sudah disiapkan dan di tempel

di papan tulis. Diantaranya anturium hijau, anturium merah, pucuk

merah, lidah mertua, kuping gajah, dan tanduk rusa. Setelah itu,

guru menjelaskan tentang proses fotosintesis melalui video

percobaan fotosintesis sederhana pada daun dengan bantuan

alkohol dan cairan iodium (Betadin). Selanjutnya, guru

menunjukan kertas bertuliskan nama-nama tanaman yang sudah


90

ditunjukan dan menempelkannya pada masing-masing gambar

tanaman yang sudah ditempel di papan tulis.

Gambar 4.11
Kegiatan Detektif Tanaman Hias di Taman Sekolah

Setelah menunjukan gambar tanaman yang ada di sekolah

dan tulisan dari namanya, anak-anak diberikan worksheet yang

memiliki 6 kolom, yang masing-masing kolom betuliskan sebuah

huruf, yaitu huruf b, d, m, n, p, q dan 6 potong gambar. Dimana

pada masing-masing potongan gambar tersebut pun bertuliskan

sebuah huruf, yakni huruf b, d, m, n, p, q pada bagian belakang

gambarnya. Setelah itu anak diminta secara berkelompok untuk

menempel masing-masing gambar sesuai dengan huruf yang

tertulis.

Kemudian, pada salah satu potongan gambar ada kode

berupa angka. Kode angka ini merupakan kode dari potongan

huruf-huruf dari nama tanaman hias yang terdapat pada potongan

gambar yang sudah ditempel pada worksheet oleh masing-masing

kelompok. Potongan huruf yang sudah didapat oleh setiap


91

kelompok harus disusun. Setiap kelompok diperbolehkan untuk

melihat gambar dan tulisan yang sudah ditempel di papan tulis

untuk menemukan gambar dan susunan tulisan nama tanaman yang

tepat.

Gambar 4.12
Diskusi macam-macam tanaman hias yang ada di sekolah

Setelah melakukan proyek berkelompok, anak-anak

diberikan tugas individu mewarnai gambar tanaman kuping gajah

dengan teknik mengarsir. Setelah menyelesaikan mewarnai

gambar kuping gajah dengan teknik mengarsir, anak-anak diajak

berkeliling taman sekolah untuk bersama-sama melihat dan

mengamati bentuk asli dari tanaman hias yang dijadikan materi ajar

pada pertemuan kedua.

Gambar 4.13
Menyusun huruf dari nama tanaman hias pada
kegiatan Detektif Tanaman
92

Gambar 4.14
Mengarsir tanaman hias pada kegiatan Detektif Tanaman

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan kedua terkait

dengan kemampuan mengenal huruf pada anak kelompok B

dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut ini:

Tabel 4. 6
Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal)
pada Kegiatan Detektif Tanaman
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - 5 Anak 16 Anak 8 Anak
untuk menyebutkan (Al, (Dafa, (Dika,
menunjukan huruf pada Queen, Deqia, Shaka,
bentuk bentuk kolom Hafidz, Fahry, Fino,
simbol huruf worksheet dan Gibran, Azwa, Kanya,
(Pra menulis) pada potongan Arkana) Azalea, Abang
gambar Krisnha, Al,
tanaman hias Aqiela, Kakang
Arka, ,
93

Maleeka, Anaya,
Aska, Arsa)
Alvin,
Arkan,
Beryl,
Azfar,
Inaya,
Fatih)
2) Kemampuan Anak dapat - 8 Anak 13 Anak 8 Anak
untuk menyusun (Queen, ( Fahry, (Dika,
mencocokan huruf sesuai Gibran, Azalea, Shaka,
huruf dengan dengan Krisnha, Aqiela, Dafa
gambar potongan Deqia, Arka, Fino,
gambar Azwa, Maleeka, Kanya,
tanaman Hafidz, Aska, Abang
berhuruf yang Arkana, Alvin, Al,
telah disusun Al) Arkan, Kakang
Beryl, ,
Azfar, Anaya)
Inaya,
Fatih,
Arsa)

Dilihat dari data diatas, maka dapat diketahui bahwa pada

kemampuan menunjukan bentuk-bentuk simbol huruf (pra

menulis), terdapat 5 anak yang memperoleh hasil penilaian Masih

Berkembang (MB). Hal ini terlihat pada saat anak-anak masih

perlu dibimbing oleh temannya pada saat menyusun gambar sesuai

huruf yang tertulis. Adapun pada hasil penilaian Berkembang


94

Sesuai Harapan (BSH) terdapat 16 anak, dimana anak-anak ini

sudah mampu menyusun huruf sesuai dengan tulisan yang tertera

pada kolom worksheet dan potongan gambar tanaman secara

mandiri. Sedangkan pada hasil penilaian Berkembang Sangat Baik

terdapat 8 anak. Hal ini ditunjukan dengan anak mampu

mengarahkan teman-temannya dalam pembagian tugas pada saat

proyek menempel gambar sesuai dengan huruf yang tertulis pada

kolom worksheet dan potongan gambar tanaman.

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan kedua

pada kemampuan menunjukan bentuk-bentuk simbol huruf

dituangkan dalam bentuk grafik maka dapat terlihat bahwa anak

dengan hasil penilaian Masih Berkembang (MB) sebanyak 17%,

anak dengan hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

sebanyak 55%, dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat

Baik (BSB) sebanyak 28%.

17%
28%

55%

BB MB BSH BSB

Diagram 4.3
Penilaian Kemampuan Menunjukkan Simbol-simbol Huruf
pada Kolom Worksheet dan Potongan Gambar Tanaman
95

Pada kemampuan mencocokan huruf dengan gambar,

terdapat 8 anak yang memperoleh hasil penilaian Masih

Berkembang (MB). Hal ini terlihat pada saat anak-anak masih

perlu dibimbing oleh temannya pada saat menyusun huruf dari

nama gambar tanaman yang sudah disusun.

Adapun pada hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) terdapat 13 anak, dimana anak-anak ini sudah mampu

menyusun huruf secara mandiri sesuai dengan tulisan nama

tanaman yang tertera pada papan tulis. Kemudian, untuk hasil

penilaian Berkembang Sangat Baik terdapat 8 anak. Hal ini

ditunjukan dengan anak mampu mengarahkan teman-temannya

untuk fokus dalam menyelesaikan tugas proyek secara bersama-

sama.

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan kedua

pada kemampuan mencocokan huruf dan gambar dituangkan

dalam bentuk grafik maka dapat terlihat bahwa anak dengan hasil

penilaian Masih Berkembang (MB) sebanyak 28%, anak dengan

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 45%,

dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB)

sebanyak 28%.
96

28% 28%

44%

BB MB BSH BSB

Diagram 4.4
Penilaian Kemampuan Mencocokan Susunan Huruf
dengan Potongan Gambar yang sudah disusun

Berdasarkan tabel dan diagram kemampuan menunjukan

simbol-simbol huruf dan kemampuan mencocokan huruf dan

gambar pada pertemuan kedua, maka dapat dilihat bahwa pada

pertemuan kedua terjadi peningkatan kemampuan mengenal huruf.

Peningkatan dapat dilihat dari jumlah hasil penilaian pada

kemampuan menunjukan simbol-simbol huruf yang pada

pertemuan pertama untuk penilaian Masih Berkembang ada 7

orang dengan prosentase 24%, pada pertemuan kedua menjadi

hanya 5 orang dengan prosentase 17%. Kemudian pada penilaian

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terjadi peningkatan dibanding

pertemuan pertama, yakni dari 14 orang anak dengan hasil

penilaian BSH (48%), meningkat menjadi 16 orang anak (55%).

Sedangkan untuk perkembangan kemampuan mencocokan

huruf dan gambar terjadi peningkatan kemampuan anak pada

semua kategori penilaian. Yakni dari hasil penilaian Belum

Berkembang (BB) pada pertemuan pertama sebanyak 3 orang

(11%), berkurang menjadi tidak ada anak yang memiliki hasil


97

penilaian Belum Berkembang, dan ini menandakan terjadi

peningkatan kemampuan. Kemudian untuk hasil penilaian Masih

Berkembang terjadi peningkatan jumlah dari asalnya berjumlah 5

orang (17%), menjadi 8 orang (28%). Untuk penilaian Berkembang

Sesuai Harapan (BSH) terjadi pengurangan jumlah dari asalnya

pada pertemuan pertama 14 orang (48%), menjadi 13 orang (44%).

Dan terjadi peningkatan jumlah untuk penilaian Berkembang

Sangat Baik (BSB) yakni dari asalnya 7 orang (24%), bertambah 1

orang menjadi 8 orang (28%).

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga sama-sama diawali dengan rangkaian

kegiatan seperti pada pertemuan sebelumnya mulai dari kegiatan

awal sebelum memasuki kelas hingga kegiatan pembuka saat baru

memasuki kelas. Sub tema yang digunakan pada pertemuan ketiga

ialah tanaman obat. Untuk kegiatan pertama, guru melakukan tanya

jawab dan diskusi tentang kegunaan dan manfaat beberapa

tanaman obat, seperti kunyit, jahe, daun sirih, lidah buaya, pandan

dan seledri. Guru menunjukan salah satu kegunaan daun pandan

dan kunyit, yaitu sebagai pewarna makanan alami dan

mempersilahkan anak-anak untuk mencium bau dari kedua

tanaman obat tersebut.


98

Gambar 4.15
Diskusi macam-macam tanaman obat

Pada kegiatan ketiga, anak-anak sudah mulai antusias

memperhatikan pada saat guru menunjukan beberapa gambar

tanaman obat dan tulisannya. Beberapa anak juga terlihat ingin

maju ke depan kelas untuk menempel tulisan dari nama tanaman

obat yang ditempel di papan tulis. Kegiatan selanjutnya adalah

proyek menempel gambar tanaman obat dan nama tulisan yang

tepat dengan petunjuk pengerjaan yaitu huruf awalan yang tertera

pada setiap kolom yang terdapat pada worksheet.

Anak-anak tidak diperkenankan untuk melihat contoh

gambar tanaman dan tulisan nama tanaman pada papan tulis,

sehingga pada kegiatan ini komunikasi antar anggota kelompok

begitu terlihat. Pada pertemuan ketiga ini pun sudah tidak ada anak

yang diam. Semua anak pada setiap kelompok sudah memiliki

bagian masing-masing dalam pengerjaan proyek bersama, seperti

bagian memberi lem, bagian menggunting, dan bagian menyusun


99

gambar dan tulisan sesuai dengan huruf awalan dari nama tanaman-

tanaman obat.

Gambar 4.16
Proyek menempelkan gambar dan tulisan tanaman obat

Setelah kegiatan mengerjakan proyek menempel gambar

dan tulisan tanaman obat selesai, anak-anak diberikan tugas

individu. Adapun tugasnya yaitu mewarnai gambar tanaman kunyit

dengan pewarna alami yang sudah dibuat.

Gambar 4.17
Kegiatan proyek menempel dan menggunting
gambar dan nama tanaman obat
100

Gambar 4. 18
Mewarnai gambar kunyit dengan pewarna alami

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan ketiga terkait

dengan kemajuan kemampuan mengenal huruf pada anak

kelompok B dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut

ini:

Tabel 4. 7
Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan awal)
pada Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan Nama
Tanaman Obat
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - 4 Anak 16 Anak 9 Anak
untuk menyebutkan (Al, ( Deqia, (Dika,
menunjukan huruf awalan Queen, Fahry, Dafa,
bentuk bentuk dari nama Hafidz, Azwa, Shaka,
simbol huruf tanaman obat Arkana) Azalea, Fino,
(Pra menulis) yang terdapat Krisnha, Kanya,
pada worksheet Gibran, Abang
101

Aqiela, Al,
Arka, Kakang,
Maleeka, Anaya,
Aska, Arsa)
Alvin,
Arkan,
Beryl,
Azfar,
Inaya,
Fatih)
2) Kemampuan Anak dapat - 6 Anak 15 Anak 8 Anak
untuk mencocokan (Queen, ( Fahry, (Dika,
mencocokan huruf awalan Deqia, Gibran, Shaka,
huruf dengan dari tanaman Azwa, Krisnha, Dafa
gambar obat dengan Hafidz, Azalea, Fino,
tulisan lengkap Arkana, Aqiela, Kanya,
dari nama Al) Arka, Abang
tanaman Maleeka, Al,
obatnya dan Aska, Kakang,
menempelkan Alvin, Anaya)
gambar Arkan,
tanaman obat Beryl,
yang tepat Azfar,
sesuai dengan Inaya,
namanya Fatih,
Arsa)

Dilihat dari data diatas, maka dapat diketahui bahwa pada

kemampuan menunjukan bentuk-bentuk simbol huruf (pra menulis)

pada pertemuan ketiga mengalami pengurangan jumlah pada hasil


102

penilaian Masih Berkembang (MB), yakni dari asalnya 5 orang

anak untuk penilaian kemampuan yang masih berkembang pada

pertemuan kedua, menjadi 4 orang anak. Kemudian untuk jumlah

penilaian Berkembang Sesuai Harapan masih sama dengan

pertemuan kedua, yakni 16 orang. Sedangkan untuk jumlah

penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB) mengalami penambahan

1 orang anak, menjadi 9 orang anak yang mendapatkan penilaian

kemampuan Berkembang Sangat Baik (BSB).

14%
31%

55%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 5
Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf pada
Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan Nama Tanaman
Obat

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan ketiga

pada kemampuan menunjuk simbol huruf dituangkan dalam

bentuk grafik maka dapat terlihat bahwa anak dengan hasil

penilaian Mulai Berkembang (MB) sebanyak 14%, anak dengan

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 55%,

dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB)

sebanyak 31%.
103

Pada kemampuan mencocokan huruf dengan gambar

dipertemuan ketiga, terdapat 6 anak yang memperoleh hasil

penilaian Mulai Berkembang (MB). Hal ini terlihat pada saat anak

hanya mampu menyebutkan beberapa huruf awalan dari nama-

nama tanaman obat yang terdapat pada worksheet. Adapun pada

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 15

anak, dimana anak-anak ini sudah mampu untuk menyebutkan

seluruh awalan huruf dari nama tanaman obat yang terdapat pada

worksheet. Kemudian, untuk hasil penilaian Berkembang Sangat

Baik (BSB) terdapat 8 anak. Hal ini ditunjukan dengan anak sudah

mampu membantu teman-teman kelompoknya dalam

menempelkan tulisan nama dari gambar tanaman obat pada

worksheet.

21%
28%

51%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 6
Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar
pada Kegiatan Menempel dan Menggunting Gambar dan
Nama Tanaman Obat

Adapun jika data yang diperoleh dari pertemuan ketiga

pada kemampuan mencocokan huruf dengan gambar disajikan

dalam bentuk diagram, maka dapat terlihat bahwa anak dengan


104

hasil penilaian Mulai Berkembang (MB) sebanyak 21%, anak

dengan hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

sebanyak 51%, dan anak dengan penilaian Berkembang Sangat

Baik (BSB) sebanyak 28%.

Berdasarkan data dari tabel dan diagram kemampuan

menunjukan simbol-simbol huruf, juga table dan diagram

kemampuan mencocokan huruf dan gambar pada pertemuan

ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada

kedua kemampuan tersebut. Peningkatan pada kemampuan anak

ini dipengaruhi dengan semakin terjalinnya komunikasi dan

kerjasama antara anak yang kemampuan mengenal hurufnya sudah

berkembang sangat baik dengan anak yang kemampuan mengenal

hurufnya mulai berkembang.

Selain itu, bentuk kegiatan proyek yang hampir sama

dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya membuat anak-anak

tidak kesulitan dalam memahami aturan penyelesaian tugas.

Dimana, hal ini juga berpengaruh pada meningkatnya antusias

siswa terhadap kegiatan proyek yang dikerjakan secara bersama-

sama.

4) Pertemuan Keempat

Pada pertemuan keempat, sub tema yang digunakan masih

sama dengan pertemuan ketiga, yakni Tanaman Obat. Adapun


105

materi kegiatannya adalah mengidentifikasi bentuk, warna dan bau

dari macam-macam tanaman obat, seperti kunyit, jahe, lidah buaya,

daun sirih, seledri, dan daun pandan. Setelah itu, anak-anak diminta

berkelompok kembali sesuai dengan kelompok pada pertemuan

pembelajaran proyek sebelumnya.

Gambar 4.19
Penjelasan aturan pengerjaan proyek mengidentifikasi
tanaman obat

Pada kegiatan awal, setiap kelompok diminta untuk

mengidentifiasi ciri-ciri dari tanaman obat yang sudah disediakan

dengan cara melihat, meraba, dan mencium baunya. Setelah itu,

setiap kelompok diminta untuk mengingat hasil identifikasi

terhadap tanaman obat yang sudah dilakukan. Selanjutnya pada

setiap kelompok, guru memberikan worksheet berkolom yang

bergambar tanaman obat dan bertuliskan huruf awalan dari

masing-masing tanaman obat yang sudah diidentifikasi untuk

ditempelkan tulisan lengkap dari nama setiap tanaman obat

tersebut.
106

Gambar 4. 20
Proyek mengidentifikasi tanaman obat

Setelah menempelkan nama dari setiap tanaman obat

berdasarkan huruf awalannya, guru memberikan potongan kecil

dari setiap tanaman obat yang sudah diidentifikasi kepada masing-

masing kelompok untuk ditempel pada kotak kolom bergambar

tanaman obat yang terdapat pada worksheet yang diberikan guru.

Anggota kelompok berdiskusi dengan cara mengingat ciri-ciri dari

setiap tanaman obat untuk memastikan jika potongan tanaman obat

yang diberikan oleh guru diletakan pada kolom yang tepat.

Setelah menyelesaikan tugas proyek menempel tanaman

obat pada kolom yang sesuai dengan hasil identifikasi, guru

selanjutnya memberikan kegiatan individu berupa kegiatan

mencap menggunakan daun sirih dan cat air. Pada kegiatan

mencap, anak-anak diberikan arahan dalam memberikan cat pada

tulang daun sirih, dan teknik saat meletakan bagian daun yang

sudah diberi cat pada lembar kertas HVS agar hasil cap daun

terlihat bagus.
107

Gambar 4. 21
Hasil proyek mengidentifikasi tanaman obat dan mencap dengan
daun sirih

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan keempat terkait

dengan kemajuan kemampuan mengenal huruf pada anak

kelompok B dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut

ini:

Tabel 4. 8
Data Penilaian Kemampuan Mengenal huruf (Keaksaraan Awal)
pada Kegiatan Mengidentifikasi Tanaman Obat
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - 2 Anak 16 Anak 11 Anak
untuk menyebutka (Al, ( Deqia, (Dika,
menunjukan n huruf Hafidz) Fahry, Dafa,
bentuk bentuk awalan dari Azwa, Shaka,
simbol huruf nama Krisnha, Fino,
(Pra menulis) tanaman Gibran, Kanya,
obat yang Aqiela, Abang
terdapat Arka, Al,
pada Maleeka, Kakang,
worksheet Aska, Anaya,
108

pada Alvin, Arsa,


kegiatan Arkan, Azfar,
mengidentif Beryl, Azalea)
ikasi Inaya,
tanaman Fatih,
obat Queen,
Arkana)
2) Kemampuan Anak dapat - 2 Anak 15 Anak 12 Anak
untuk menempelk (Arkan ( Gibran, (Dika,
mencocokan an potongan a, Al) Krisnha, Shaka,
huruf dengan tanaman Aqiela, Dafa
gambar obat yang Arka, Fino,
sesuai Aska, Kanya,
dengan Queen, Abang
tulisan dari Deqia, Al,
nama Azwa, Kakang,
tanaman Hafidz, Anaya,
obatnya Alvin, Fahry,
Arkan, Azalea,
Beryl, Arsa,
Azfar, Maleeka)
Inaya,
Fatih)

Adapun jika kedua hasil ini disajikan dalam bentuk grafik,

maka dapat dilihat sebagaimana tabel kemampuan mengenal huruf

di bawah ini:
109

7%

38%

55%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 7
Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf
pada Kegiatan Mengindentifikasi Tanaman Obat

7%

42%
51%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 8
Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar
pada Kegiatan Mengidentifikasi Tanaman Obat

Berdasarkan tabel dan diagram kemampuan mengenal

huruf untuk penyajian data pada pertemuan keempat, maka dapat

terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang memperoleh

hasil penilaian Mulai Berkembang (MB) dan kenaikan pada jumlah

siswa yang memperoleh nilai kemampuan Berkembang Sangat

Baik (BSB) di pertemuan keempat, jika dibandingkan dengan

pertemuan ketiga. Yakni pada kemampuan menunjukan simbol-

simbol huruf untuk anak yang memperoleh hasil Mulai

Berkembang (MB) terjadi pengurangan 2 orang anak jika


110

dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, menjadi tersisa 2

orang anak dengan persentase 7% pada pertemuan keempat.

Untuk anak yang memperoleh hasil penilaian kemampuan

Berkembang Sangat Baik (BSB) bertambah 2 orang, menjadi 11

anak dengan persentase 38% pada pertemuan keempat ini.

Sedangkan pada penilaian kemampuan mencocokan huruf dengan

gambar, terjadi pengurangan 4 orang anak pada jumlah anak

dengan hasil penilaian Mulai Berkembang (MB) dipertemuan

sebelumnya, yakni menjadi tersisa 2 orang anak dengan persentase

7% di pertemuan keempat. Untuk jumlah anak dengan hasil

penilaian kemampuan Berkembang Sangat Baik (BSB) bertamban

4 orang anak, menjadi 12 orang anak yang memperoleh penilaian

Berkembang Sangat Baik (BSB) dengan persentase 42% pada

pertemuan keempat.

Sedangkan pada hasil penilain kemampuan Berkembang

Sesuai Harapan (BSH) untuk kemampuan mengenal huruf

dipertemuan keempat ini, jumlahnya masih sama dengan

pertemuan ketiga. Yakni 16 anak dengan persentase 55% untuk

anak dengan kemampuan menunjuk simbol-simbol huruf dan 15

orang dengan persentase 51% untuk anak yang memiliki

kemampuan mencocokan huruf dengan gambar pada pertemuan

keempat ini.
111

Hasil pertemuan keempat ini menunjukan jika kemampuan

anak dalam mengenal huruf lebih cepat berkembang pada saat anak

terstimulus dengan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok.

Selain itu, antusiasme anak terhadap kegiatan pembelajaran

menjadikan anak lebih fokus untuk menyelesaikan tugas.

Kemudian rasa percaya diri yang terbangun setelah anak-anak

mampu menyelesaikan setiap pekerjaan dalam kegiatan proyek

sebelumnya, membuat anak-anak tidak mudah menyerah dalam

menyelesaian tugas proyek sesuai dengan arahan guru.

5) Pertemuan Kelima

Pada pertemuan kelima, sub tema yang digunakan adalah

Tanaman Buah-buahan. Dengan materi kegiatan tentang buah-

buahan yang berukuran besar dan kecil. Pada kegiatan pertama,

guru melakukan diskusi dan tanya jawab tentang manfaat buah-

buahan dan makanan atau minuman olahan seperti salad buah, jus

kemasan, asinan dan manisan. Selanjutnya, guru menunjukan

berbagai macam bentuk buah-buahan dan tulisan dari nama buah-

buahan tersebut melalui gambar dan mengelompokannya pada

papan tulis berdasarkan ukuran besar atau kecil.


112

Gambar 4. 22
Diskusi mengelompokan gambar buah-buahan sesuai ukuran

Setelah mengelompokan gambar buah-buahan pada papan

tulis, anak-anak diminta berkumpul dengan kelompoknya masing-

masing untuk mengerjakan tugas proyek pada pertemuan kelima.

Adapun tugasnya dikerjakan pada worksheet bergambar

berbagai macam buah-buahan yang berbeda ukuran. Cara

pengerjaannya adalah anak-anak diminta untuk menandai buah-

buahan yang berukuran besar dengan lingkaran dan buah yang

berukuran kecil dengan segi empat. Adapun tugas lainnya adalah

setiap kelompok diinstruksikan untuk menempel tulisan dari nama

buah-buahan yang terdapat pada worksheet. Setelah itu, guru

memberikan tugas mewarnai gambar aneka macam buah-buahan

untuk diwarnai secara individu dengan teknik mewarnai gradasi.


113

Gambar 4.23
Kegiatan menandai gambar buah-buahan berdasarkan
ukuran

Gambar 4.24
Kegiatan mewarnai gambar buah-buahan dengan teknik
mewarnai gradasi

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan kelima terkait

dengan kemajuan kemampuan mengenal huruf pada anak

kelompok B dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut

ini:
114

Tabel 4. 9
Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan
Awal) pada Kegiatan Menandai Gambar Buah-buahan
berdasarkan Ukuran
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - 2 Anak 15 Anak 12 Anak
untuk menyebutka (Al, ( Fahry, (Dika,
menunjukan n huruf Hafidz) Azwa, Dafa,
bentuk bentuk awalan dari Krisnha, Shaka,
simbol huruf nama buah- Gibran, Fino,
(Pra menulis) buahan Aqiela, Kanya,
yang Arka, Abang
terdapat Maleeka, Al,
pada Aska, Kakang,
worksheet Alvin, Anaya,
di kegiatan Arkan, Arsa,
menandai Beryl, Azfar,
gambar Inaya, Azalea,
buah- Fatih, Deqia)
buahan Queen,
sesuai Arkana)
ukuran
besar kecil
2) Kemampuan Anak dapat - 1 Anak 16 Anak 12 Anak
untuk menempelk (Al) ( Gibran, (Dika,
mencocokan an potongan Aqiela, Shaka,
nama Arka, Dafa
115

huruf dengan tanaman Aska, Fino,


gambar pada Queen, Kanya,
gambar Azwa, Abang Al
buah- Hafidz, Beryl,
buahan Alvin, Kakang,
yang sesuai Arkan, Anaya,
Azfar, Azalea,
Inaya, Arsa,
Fatih, Maleeka)
Arkana,
Deqia,
Krisnha,
Fahry)

Adapun jika kedua hasil ini disajikan dalam bentuk

diagram, maka dapat dilihat sebagaimana diagram berikut ini:

7%

42%

51%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 9
Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol huruf pada
Kegiatan Menandai Gambar Buah-buahan berdasarkan Ukuran
116

3%

42%

55%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 10
Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dengan Gambar pada
Kegiatan Menandai Gambar Buah-buahan berdasarkan ukuran

Berdasarkan tabel dan diagram untuk kemampuan

mengenal huruf anak pada pertemuan kelima diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa terjadi penurunan pada jumlah anak dengan

hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan

peningkatan jumlah anak dengan penilaian Berkembang Sangat

Baik (BSB) pada penilaian kemampuan anak menunjukan simbol-

simbol huruf. Dimana, pada pertemuan sebelumnya, jumlah hasil

penilaian kemampuan anak yang Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) pada pertemuan keempat adalah 16 anak dengan persentase

55%, menurun menjadi 15 anak dengan persentase 51% pada

pertemuan kelima.

Kemudian untuk hasil penilaian anak yang Berkembang

Sangat Baik (BSB), jumlahnya bertambah 1 orang jika

dibandingkan pertemuan keempat, yakni menjadi 12 orang dengan


117

persentase 42% pada pertemuan kelima. Untuk jumlah hasil

penilaian anak yang Mulai Berkembang (MB) masih sama dengan

pertemuan sebelumnya, yakni 2 orang dengan persentase 7% pada

pertemuan kelima.

Sedangkan pada kemampuan anak dalam mencocokan

huruf dengan gambar terjadi penurunan 1 orang pada jumlah hasil

penilaian Mulai Berkembang (MB), yakni menjadi 1 orang dengan

persentase 3% pada pertemuan kelima. Untuk jumlah penilaian

anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terjadi kenaikan 1

orang, menjadi 16 orang dengan persentase 55% pada pertemuan

kelima. Sedangkan pada jumlah hasil penilaian Berkembang

Sangat Baik (BSB) masih sama dengan pertemuan sebelumnya,

yakni 12 orang anak dengan persentase 42%.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa adanya peningkatan pada kemampuan anak mengenal

huruf. Peningkatan kemampuan ini terlihat dari kondisi pada saat

pembelajaran berlangsung. Dimana, setiap anggota kelompok lebih

kondusif pada saat bekerjasama dan tenang saat pengerjaan tugas

proyek bersama. Mereka terlihat melakukan kegiatan yang sudah

dibagi-bagi. Ada yang bertugas menggunting nama tulisan buah-

buahan, memberi tanda persegi empat dan lingkaran pada gambar

buah-buahan yang terdapat pada worksheet, untuk selanjutnya

berdiskusi menempelkan tulisan dari nama buah-buahan yang ada


118

pada worksheet yang telah mereka kerjakan. Selain itu,

pengalaman anak-anak dalam melihat huruf yang sama disetiap

pertemuan, membantu anak dalam mengingat huruf. Selain itu,

dalam pencocokan gambar buah-buahan dan tulisan dari nama

gambar buah-buahan yang ada pada worksheet, anak-anak mulai

menemukan cara dalam penyelesaiannya. Yakni dengan

menyamakan antara gambar buah-buahan dan tulisan nama buah-

buahan yang terdapat di papan tulis.

6) Pertemuan Keenam

Pada pertemuan keenam, masih dengan sub tema yang

sama dengan pertemuan kelima, yakni tanaman buah-buahan. Pada

kegiatan ini, guru membuat kegiatan proyek membuat salad buah

dari buah apel, pir, dan buah naga. Sebelum kegiatan membuat

salad buah, guru menjelaskan tentang macam-macam jenis dari

buah apel. Kemudian anak-anak menonton video tentang proses

oksidasi yang membuat daging buah apel bisa berubah warna

menjadi kecoklatan saat kulit buahnya dikupas dan cara

memperlambat proses oksidasi pada potongan apel.

Gambar 4. 25
Membandingkan tekstur kulit buah apel dan buah naga
119

Selanjutnya guru menunjukan huruf penyusun dari tulisan nama

buah apel, buah pir, dan buah naga. Setelah itu, guru menginstruksikan

anak untuk berbaris berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah

dibuat pada pertemuan sebelumnya. Kemudian anak-anak secara

berkelompok dan bergiliran menyebutkan huruf awalan dari buah-

buahan yang ditunjuk oleh guru dan menunjukan tulisan lengkap dari

nama buah yang ditunjuk tersebut.

Diawal kegiatan membuat salad, anak-anak harus memotong

buah apel terlebih dahulu menjadi potongan kecil. Kemudian, masing-

masing anak memasukan potongan buah kedalam mangkuk sambil

berhitung. Setelah semua buah dimasukan ke dalam mangkuk, anak-anak

menata posisi potongan buah sesuai dengan kreativitas anak-anak.

Setelah itu anak-anak secara bergiliran menuangkan yoghurt pada

potongan buah yang sudah ditata kedalam mangkuk.

Gambar 4. 26
Proses memotong buah apel dan berhitung saat
mengambil potongan
120

Gambar 4.27
Berbagi salad buah yang telah dibuat kepada guru-guru

Adapun data yang diperoleh dari pertemuan keempat terkait

dengan kemajuan kemampuan mengenal huruf pada anak

kelompok B dituangkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut

ini:

Tabel 4. 10
Data Penilaian Kemampuan Mengenal Huruf (Keaksaraan Awal)
pada Kegiatan Membuat Salad Buah
No Aspek yang Indikator Penilaian
diteliti
1. a. Mengenal BB MB BSH BSB
Keaksaraan
Awal
1) Kemampuan Anak dapat - - 15 Anak 14 Anak
untuk menyebutkan ( Fahry, (Dika,
menunjukan huruf awalan Azwa, Dafa,
bentuk bentuk dari tulisan Krisnha, Shaka,
simbol huruf nama buah- Gibran, Fino,
(Pra menulis) buahan yang Aqiela, Kanya,
Arka, Abang
121

ditunjuk oleh Maleeka, Al,


guru Aska, Kakang,
Alvin, Anaya,
Arkan, Arsa,
Beryl, Azfar,
Inaya, Azalea,
Fatih, Deqia)
Queen,
Arkana,
Al,
Hafidz)
2) Kemampuan Anak dapat - - 17 Anak 12 Anak
untuk menunjukan ( Gibran, (Dika,
mencocokan tulisan dari Aqiela, Shaka,
huruf dengan nama buah Arka, Dafa
gambar yang ditunjuk Aska, Fino,
oleh guru Queen, Kanya,
Azwa, Abang Al
Hafidz, Beryl,
Alvin, Kakang,
Arkan, Anaya,
Azfar, Azalea,
Inaya, Arsa,
Fatih, Maleeka)
Arkana,
Deqia,
Krisnha,
Fahry,
Al)
122

Adapun jika hasil pada tabel diatas disajikan dalam bentuk

grafik, maka dapat dilihat sebagaimana grafik di bawah ini:

48% 52%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 11
Penilaian Kemampuan Menunjukan Simbol-simbol Huruf
pada Kegiatan Proyek Membuat Salad Buah

42%
58%

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 12
Penilaian Kemampuan Mencocokan Huruf dan Gambar pada
Kegiatan Proyek Membuat Salad Buah

Berdasarkan tabel dan diagram kemampuan mengenal

huruf anak pada pertemuan keenam diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa terjadi kenaikan pada jumlah anak dengan hasil

penilaian kemampuan yang Berkembang Sangat Baik (BSB) dan


123

sudah tidak ada lagi anak yang mendapatkan penilaian kemampuan

Mulai Berkembang (MB) pada kemampuan anak menunjukan

simbol-simbol huruf di pertemuan keenam. Dimana, pada

pertemuan sebelumnya, jumlah hasil penilaian kemampuan anak

yang Berkembang Sangat Baik (BSB) adalah 12 anak dengan

persentase 42%, naik menjadi 14 anak dengan persentase 48% pada

pertemuan kelima. Sedangkan untuk jumlah anak dengan hasil

penilaian kemampuan Berkembang Sesuai Harapan (BSH) masih

sama dengan pertemuan sebelumnya, yakni 15 orang anak dengan

persentase 52% pada pertemuan keenam.

Sedangkan data hasil penilaian untuk kemampuan anak

dalam mencocokan tulisan dengan gambar terjadi kenaikan 2 orang

pada jumlah hasil penilaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH),

yakni menjadi 17 orang dengan persentase 58% pada pertemuan

keenam. Untuk jumlah anak yang mendapat hasil penilaian

Berkembang Sangat Baik (BSB) masih sama dengan pertemuan

sebelumnya, yakni berjumlah 12 orang dengan persentse 42%.

Pada pertemuan keenam ini, sudah tidak ada lagi anak yang

mendapatkan hasil penilaian kemampuan Mulai Berkembang

(MB).

Adapun hasil penilaian kemampuan mengenal huruf anak

pada pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek


124

berbasis STEAM dari pertemuan pertama hingga pertemuan

keenam, tertuang dalam dalam diagram sebagaimana berikut ini:

16 16 16
16 15 15
14 14
14
12
12 11
10 9
8 8
8 7

6 5
4
4 2 2
2 0 0 0 0 0 0 0
0

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 13
Penilaian kemampuan menunjuk simbol-simbol huruf pada
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

18 17
16
16 15 15
14
14 13
12 12 12
12
10 8
8 8
8 7
6
6 5

4 3
2
2 1
0 0 0 0 0 0
0
PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN
1 2 3 4 5 6

BB MB BSH BSB

Diagram 4. 14
Penilaian kemampuan mencocokan huruf dengan gambar pada
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM
125

Kedua diagram diatas (diagram 4.13 dan diagram 4.14)

menjelaskan tentang pemerolehan data terkait kemajuan

kemampuan mengenal huruf anak setelah diterapkannya

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM. Dari diagram diatas dijelaskan pada pertemuan pertama

terlihat bahwa terdapat anak dengan hasil penilaian Belum

Berkembang (BB) hal ini menandakan adanya anak yang belum

tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran proyek.

Pada pertemuan kedua, semua anak sudah mulai tertarik

melakukan kegiatan proyek yang diberikan guru secara

berkelompok, walaupun beberapa anak dalam mengikuti kegiatan

proyek yang dilakukan secara berkelompok masih harus dibantu

teman kelompoknya. Mulai terbangunnya ketertarikan anak dalam

mengikuti kegiatan proyek menjadi awal terjadinya penurunan

pada jumlah siswa dengan penilaian kemampuan Belum

Berkembang (BB) dan mulai terlihat peningkatan jumlah anak

dengan penilaian kemampuan Mulai Berkembang (MB).

Pada pertemuan ketiga hingga pertemuan kelima, terlihat

bahwa adanya penurunan pada jumlah siswa dengan hasil penilaian

Mulai Berkembang (MB) dan dibarengi dengan meningkatnya

jumlah siswa dengan penilaian Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) dan Berkembang Sangat Baik (BSB). Penilaian

Berkembang Sesuai Harapan menandakan bahwa siswa sudah


126

dapat mengikuti pembelajaran proyek tanpa diingatkan lagi oleh

teman kelompoknya dan mencapai indikator-indikator kemampuan

mengenal huruf yang sudah ditentukan.

Sedangkan, anak dengan penilaian kemampuan

Berkembang Sangat Baik menandakan jika anak tersebut selain

dapat mengikuti pembelajaran yang diberikan dengan baik, anak

tersebut juga dapat membantu teman kelompoknya. Dengan begitu

ia tak hanya berhasil mencapai indikator kemampuan yang telah

ditentukan, tetapi juga dapat mengarahkan, membimbing, dan

memberikan pengetahuan juga pemahaman terhadap teman

kelompoknya.

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan fakta-fakta

lapangan melalui observasi dan wawancara serta studi

dokumentasi yang ditujukan pada subjek penelitian yang telah

ditentukan sebelumnya yakni guru dan siswa kelompok B kelas

Dzulhijjah RA At-Taqwa Cerdas Nurani. Mulai dari dokumen

perencanaan pembelajaran, guru menyiapkan perencanaan

sebelum pelaksanaan pembelajaran dikelas sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif mencapai tujuan

pembelajaran dan efisien dalam penggunaan waktu. Perencanaan

yang dibuat pun memuat indikator berkenaan dengan pembelajaran

pengenalan huruf serta standar PAUD yang berlaku sebagaimana

tercantum dalam kurikulum. Perencanaan dibuat dengan mengacu


127

pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)

dengan kegiatan yang dibuat berdasarkan pada perkembangan

kemampuan anak yang sesuai dengan rentang usia.

Adapun dalam penerapan pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak usia dini

kelompok B di RA At- Taqwa Cerdas Nurani, guru menyiapkan

berbagai keperluan kelas dengan baik. Pertama-tama guru

menyiapkan alat dan bahan serta media yang diperlukan kemudian

menaruhnya dikelas. Setelah persiapan alat dan bahan guru

kemudian menyambut anak yang datang.

Saat masuk pada kegiatan inti, guru menerangkan terlebih

dahulu teknis kegiatan mulai dari aturan bermain hingga

penyampaian materi yang berkenaan dengan pembelajaran

pengenalan huruf yang dituangkan dalam bentuk kegiatan proyek.

Setelah itu, guru melakukan pengelompokan anak berdasarkan

daftar kelompok yang sudah dibuat dengan menggabungkan antara

anak yang belum bisa mengingat seluruh bentuk huruf abjad

dengan anak yang sudah mampu membaca suatu kata.

Cara guru dalam menyampaikan materi sangatlah

menentukan sejauh mana pemahaman anak terhadap pembelajaran

tersebut. Ibu ODR selaku Guru kelompok B kelas Dzulhijjah

memiliki kompetensi yang baik dalam menyampaikan

pembelajaran setiap harinya di kelas. Hal ini dapat terlihat ketika


128

peneliti mengobservasi kegiatan guru selama di kelas. Melalui

arahan Ibu ODR anak-anak dapat kondusif saat mendengarkan

arahan yang disampaikan. Saat pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berlangsung, guru ODR dibantu juga oleh

2 guru pendamping. Dimana, 1 orang guru pendamping dari kelas

Dzulhijjah 1 dan 2 orang guru pendamping kelas Dzulhijjah 2.

Saat pembelajaran dimulai, anak lebih antusias mengikuti

kegiatan saat guru mulai menunjukan benda-benda konkrit

berkenaan dengan materi yang sedang disampaikan dan saat guru

meminta anak untuk maju ke depan kelas pada saat tanya jawab

dan menempelkan huruf atau kata yang berkaitan dengan tanaman

yang sedang dibahas.

Anak mulai mengalami kemajuan pada kemampuan

mengenal huruf pada saat pembelajaran sudah masuk pada

kegiatan proyek. Dimana pada saat kegiatan proyek, anak-anak

saling berkomunikasi dan bekerjasama dalam penyelesaian tugas

proyek, termasuk dalam hal ini menyebutkan huruf-huruf yang

terdapat pada setiap kegiatan proyek berbasis STEAM, seperti

kegiatan menyusun huruf, menempel kata, mencocokan huruf

awalan dengan tulisan lengkap dari nama-nama berbagai macam

tanaman, juga kegiatan mencocokan tulisan dengan gambar

tanaman yang menjadi materi pembelajaran.


129

Rasa senang yang muncul sebab anak mampu

menyelesaikan setiap tugas proyek bersama teman-temannya akan

membentuk anak yang lebih percaya diri pada kemampuannya

sehingga terdorong untuk juga bisa membantu orang lain. Selain

itu, pengalaman terhadap kegiatan pembelajaran yang memiliki

aturan, ragam kegiatan, dan bentuk tugas yang hampir sama, akan

membuat anak lebih cepat dan terampil dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran atau menyelesaikan tugas yang diberikan.

Hal inipun berlaku dalam pembelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM, dimana pengulangan

materi yang memunculkan huruf-huruf pada setiap pertemuan,

mendorong anak untuk terus melakukan recalling simbol-simbol

huruf yang anak lihat pada setiap pertemuan. Sehingga, ini

menjadikan pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM bisa menstimulus kemampuan mengenal

huruf anak sehingga mengalami perkembangan secara signifikan.

2. Kendala-kendala yang Dialami Siswa Kelompok B Selama Pembelajaran

Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

Dalam pelaksanaan pembelajaran pengenalan huruf melalui

metode proyek berbasis STEAM, kendala yang dialami anak diawal

pelaksanaan pembelajaran adalah anak masih terlihat belum terbiasa

bekerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas kelompok. Keinginan

untuk menyelesaikan proyek sendiri terlihat dari anak-anak yang masih


130

saling berebut untuk menyelesaikan tugas proyek yang diberikan

terutama pada kegiatan proyek yang mengharuskan semua anggota

kelompok bekerjasama dalam menyusun huruf dari nama tanaman yang

didapatkan setiap kelompok.

Alhasil, beberapa anak yang merasa tidak bisa mengerjakan

karena belum mengetahui beberapa simbol huruf dan tidak diberi

kesempatan oleh teman kelompoknya yang lain untuk terlibat dalam

pengerjaan proyek menyusun huruf menjadi kurang termotivasi untuk

ikut dalam kegiatan pembelajaran hingga akhir. Hal ini tentunya menjadi

tanggungjawab guru sebagai pendidik dalam membangun suasana

pembelajaran sehingga tidak ada anak yang merasa tidak dilibatkan

dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Selain kendala masih belum terbiasanya anak-anak bekerjasama

dalam mengerjakan tugas proyek, kendala lain yang dialami anak-anak

saat pembelajaran adalah pemahaman anak akan aturan yang diberikan

dalam pengerjaan proyek, terutama bagi anak-anak yang memiliki daya

konsentrasi yang pendek dan mudah teralihkan. Sehingga ini yang

membuat beberapa anak yang seharusnya ikut bergabung dalam suatu

kelompok untuk mengerjakan proyek bersama anggota kelompoknya

lebih memilih menyibukan diri dengan kegiatan lain atau hanya sebatas

memperhatikan teman yang lain mengerjakan proyek yang sudah

diberikan oleh guru.


131

3. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Guru Selama Pembelajaran

Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

Beberapa kesulitan yang dialami guru saat penerapan

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

adalah perancangan kegiatan pembelajaran yang menyatukan seluruh

aspek pembelajaran pada STEAM untuk dipadukan menjadi kegiatan

yang saling terkait. Kemudian, pengkondisian saat pengelompokan anak-

anak di hari pertama saat melaksanakan pembelajaran melalui metode

proyek berbasis STEAM yang diharuskan untuk bekerjasama selama

mengikuti kegiatan pembelajaran proyek.

Dalam pelaksanaan proyek, guru harus memastikan jika semua

anak mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir bersama kelompoknya.

Hal ini yang menjadikan tidak hanya anak-anak saja yang harus

mengetahui anggota kelompoknya, tetapi juga guru sebagai penilai pun

harus mengingat anggota setiap kelompok. Setiap materi yang termuat

dalam pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak-anak. Hal

itu karena materi untuk proyek berbasis STEAM yang diberikan harus

sesuai dengan tahapan perkembangan anak sehingga anak mudah

memahami materi STEAM yang ingin disampaikan guru, disamping

materi untuk pengenalan huruf bagi anak kelompok B.

Kendala selanjutnya, karena tidak setiap anak terbiasa untuk

bekerja dalam kelompok, maka guru harus memastikan jika anak-anak


132

yang memiliki jiwa kepemimpinan yang dominan untuk meengajak

teman anggotanya bekerjasama bersamanya untuk menyelesaikan

pekerjaan proyek STEAM bersama. Adapun kendala lainnya yang

dihadapi guru adalah ketika anak-anak tidak mau melaksanakan kegiatan

belajar karena bahan ajar yang digunakan.

Seperti pada kegiatan mewarnai menggunakan pewarna alami

kunyit dan daun pandan. Dimana beberapa anak merasa tidak nyaman

dengan baunya dan takut jika pewarna alami yang digunakan terkena

tangan dan sulit dibersihkan. Dalam hal ini, guru mencoba untuk

memberikan kepercayaan bahwa pewarna yang digunakan dapat

dibersihkan dengan mudah. Selain itu, guru pun mempersilahkan anak

untuk mau mencoba dulu mewarnai sedikit bagian pada gambar, yang

akhirnya membuat anak-anak mau menyelesaikan kegiatan mewarnainya

hingga tuntas.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Skenario dan Implementasi Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui

Metode Proyek Berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini Kelompok B

Dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran, perencanaan

pembelajaran merupakan hal utama yang harus dilakukan guru sebelum

melaksanakan pembelajaran di kelas. Dimana, perencanaan menjadikan

suatu kegiatan pembelajaran lebih terarah dan efektif dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana menurut Limbong, dkk

(2019), ragam kegiatan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan


133

pembelajaran meliputi penataan lingkungan main seperti menata

lingkungan main sesuai usia kelompok, pijakan awal main seperti

pemberian motivasi melalui pembacaan buku cerita atau melalui media

audio visual, pijakan saat main seperti keleluasaan guru dalam memberi

dorongan, bantuan dan motivasi saat kegiatan berlangsung, dan pijakan

setelah main (recalling) dalam upaya mengingat kembali pengalaman

bermain yang sudah dilalui anak.

Dalam perencanaan pembelajaran, guru telah menentukan

indikator dari kemampuan anak yang akan distimulus, materi ajar yang

ingin disampaikan, alat-alat dan bahan yang akan digunakan sebagai

sarana dalam menyampaikan materi ajar, dan evaluasi. Dimana, evaluasi

pembelajaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan terhadap catatan

observasi guru saat anak mengikuti kegiatan belajar dan hasil karya anak-

anak (Lombong, dkk. 2020). Adapun upaya evalusi dimaksudkan sebagai

bahan penilaian apakah pembelajaran yang diterapkan sudah tepat dalam

menstimulus perkembangan anak, pun untuk mengetahui seberapa jauh

perkembangan anak telah tercapai melalui kegiatan pembelajaran yang

diterapkan.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti, RA At-Taqwa Cerdas Nurani senantiasa menyusun perencanaan

pembelajaran sebelum melakukan kegiatan mengajar. Hal ini

dikarenakan perencanaan pembelajaran mempermudah guru dalam

mengajar dan mengetahui ketercapaian perkembangan anak. Hal ini


134

sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan

suatu aktivitas yang prosesnya terdapat kegiatan belajar mengajar yang

melibatkan pendidik dan peserta didik dengan adanya sumber belajar

(Oktavia, 2020). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan sebelum

kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan melibatkan sumber

belajar sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta

didik.

Menurut Moeslicatoen (Dewi, dkk., 2015), ada 3 tahapan dalam

perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode proyek yakni

tahap persiapan yang terdiri dari penentuan tujuan dan tema, penentuan

bahan dan alat apa saja yang akan digunakan, perencanaan

pengelompokan, langkah-langkah pelaksanaan kegiatan. Yang kedua

adalah tahap pelaksanaan yang terdiri dari setting lingkungan belajar

dengan mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam

pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan, penjelasan langkah-

langkah pengerjaan proyek kepada peserta didik, dan pengerjaan proyek.

Dan tahap yang ketiga adalah tahap penilaian yang dapat dilakukan

dengan cara mengevaluasi proses pelaksanaan proyek dan hasil karya

yang dihasilkan anak.

Pada pembelajaran terkait dengan pengenalan huruf untuk anak

usia dini kelompok B melalui Metode Proyek Berbasis STEAM di RA

At-Taqwa Cerdas Nurani, guru memlih beberapa indikator penilaian


135

kemampuan anak terkait kemampuan mengenal huruf anak kelompok B

dengan memperhatikan indikator kemampuan pengenalan huruf yang

tercakup dalam aspek perkembangan dalam mengenal keaksaraan awal

sebagaimana yang terdapat dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014

tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, seperti

kemampuan untuk menunjukkan bentuk-bentuk simbol huruf (Pra

menulis), kemampuan membuat gambar dengan berbagai coretan/tulisan

yang sudah berbentuk huruf/kata, kemampuan menulis huruf dari

namanya sendiri, kemampuan anak menulis huruf dari namanya sendiri

dan kemampuan untuk mencocokan huruf dengan gambar

(Permendikbud, nomor 146 Tahun 2014)

Setelah membuat perencanaan pembelajaran, langkah selanjutnya

adalah menerapkan perencanaan tersebut dalam pembelajaran.

Penerapan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dilakukan

sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran, yakni

terstimulusnya aspek perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan

anak dalam mengenal huruf yang menjadi acuan dalam penentuan

indikator pada lembar penilaian. Adapun perencanaan pembelajaran

yang dibuat sudah seharusnya menjadi acuan dalam pelaksanaan

pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa terlaksana secara efektif dan

kondusif.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,

diketahui bahwa guru Kelompok B kelas Dzulhijjah RA At-Taqwa


136

Cerdas Nurani melaksanakan kegiatan pembelajaran pengenalan huruf

anak usia dini kelompok B melalui metode proyek berbasis STEAM

secara sistematis, berdasarkan pada perencanaan pembelajaran harian

yang telah dibuat. Adapun dalam pelaksanaan, guru didampingi oleh

asisten guru bersama-sama melaksanakan pembelajaran dengan

membawa lembar penilaian yang berisi indikator kemampuan dari aspek

perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan mengenal huruf.

Sehingga, setelah pembelajaran pengenalan huruf dilaksanakan, guru

melakukan pengamatan bersama terhadap kemajuan setiap anak dan

melakukan evaluasi pembelajaran berdasarkan hasil penilaian dari

pembelajaran yang telah dilakukan.

Pembelajaran pengenalan huruf yang dilakukan, dilaksanakan

melalui metode proyek berbasis STEAM. Menurut Yakman (Tritiyatma,

2017), pembelajaran yang dilakukan melalui pendekatan STEAM

merupakan pembelajaran kontekstual dimana siswa diajak memahami

fenomena-fenomena yang terjadi dekat dengan diri anak sehingga

mendorong anak untuk belajar mengeksplorasi semua kemampuan yang

dimilikinya dengan cara masing-masing, dimana ini akan memunculkan

karya berbeda dari setiap individu atau kelompok.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan STEAM yang

dilakukan secara berkelonpok akan mendorong anak untuk belajar secara

aktif, belajar berfikir dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,

bekerjasama, saling membantu dan berkomunikasi antar anggota


137

kelompok. Cara belajar yang aktif seperti ini yang pada akhirnya akan

menjadikan anak saling menstimulus satu sama lain. Selain itu, suatu

kegiatan yang dilakukan secara berkelompok akan memunculkan sikap

tanggungjawab secara personal atau interpersonal terhadap pembelajaran

yang terjadi yang pada akhirnya akan membangun pemahaman terhadap

materi ajar yang sedang dipelajari (Limbong, dkk., 2019)

Pembelajaran yang dilakukan melalui metode proyek berbasis

STEAM sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dewey (Sari dan

Astuti, 2017) tentang pembelajaran bagi anak, yakni Learning by Doing.

Dimana, konsep Learning by doing ini sejalan dengan karakteristik anak

yang aktif dan senang mengeksplor lingkungannya untuk mendapatkan

pengetahuan baru. Teori tersebut sejalan pula dengan teori

kontruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky.

Piaget (Sari dan Astuti, 2017) berpendapat bahwa pengetahuan

anak dibangun atas pengalaman baru yang dialami anak dan kemudian

pengalaman tersebut anak proses sebagai pengetahuan baru yang

kemudian pengetahuan tersebut akan dimodifikasi seiring dengan

pengetahuan-pengetahuan yang anak peroleh setiap ia menemukan

pengalaman baru. Menurut Vygotsky (Sari dan Astuti, 2017),

berdasarkan teori kontruktivisme sosial yang ia kemukakan, pengetahuan

anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau yang dikenal dengan

sebutaan scaffolding dan ZPD (Zone Of Proximal Development).


138

ZPD menitikberatkan bahwa interaksi sosial dapat membantu

perkembangan anak lebih cepat. Sebagai contoh, dalam pembelajaran

pengenalan huruf pada anak kelompok B di RA At-Taqwa Cerdas

Nurani, pembelajaran dilakukan melalui proyek berbasis STEAM yang

dilakukan secara berkelompok. Adapun dalam pengelompokannya, guru

melakukan penggabungan antara anak-anak yang kemampuan mengenal

hurufnya sudah berkembang dengan anak-anak yang kemampuan

mengenal hurufnya masih perlu untuk dikembangkan.

Pelaksanaan pembelajaran pengenalan huruf anak usia dini

kelompok B melalui metode proyek berbasis STEAM terdiri dari

beberapa tahapan. Dimulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, hingga

kegiatan penutup. Kegiatan-kegiatan ini kemudian dipadupadankan

dengan kegiatan pembelajaran di RA at-Taqwa Cerdas Nurani.

a. Kegiatan Pembuka

Pada kegiatan pembuka, anak-anak diajak untuk sholat dhuha,

berdzikir dan berdo’a sebelum belajar. Setelah itu, anak-anak diajak

duduk melingkar untuk hafalan surah pendek, do’a, hadist pendek,

bernyanyi, dan penjelasan tentang tema pembelajaran yang sedang

berlangsung. Diakhir kegiatan pembuka, anak-anak diberikan waktu

untuk memakan snack yang disediakan oleh sekolah sebelum memasuki

kegiatan inti.
139

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menyediakan berbagai aktivitas

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM. Saat kegiatan pembelajaran inti, guru akan memaparkan aturan

bermain terlebih dahulu. Pada kegiatan inti, seluruh aspek perkembangan

anak-anak harus terstimulus melalui rangkaian kegiatan yang telah

dirancang dalam perencanaan pembelajaran.

Adapun aktivitas pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM di RA At-Taqwa Cerdas Nurani disajikan

dalam beberapa bentuk kegiatan berkelompok seperti kegiatan mencari

dan menyusun potongan puzzle bergambar tanaman hias yang telah

ditandai dengan berbagai huruf, menyusun huruf sesuai nama tanaman,

mencocokan simbol huruf awalan yang terdapat pada puzzle dengan

simbol huruf yang terdapat pada worksheet kelompok, menempel gambar

tanaman obat sesuai dengan namanya, dan kegiatan mencocokan nama

macam-macam buah-buahan yang terdapat pada worksheet.

Selain memberikan pengalaman belajar dalam menstimulus

kemampuan mengenal huruf, beberapa pengalaman belajar berkenaan

dengan aspek STEAM yang menjadi acuan pengelolaan lingkungan main

untuk pembelajaran mengenal huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM, maka pengalaman belajar berkenaan dengan STEAM (Science,

Technology, Engineering, Art, Mathematics) sendiri dipaparkan sebagai

berikut:
140

1) Sains

Menurut Imaduddin (2017), sains merujuk pada upaya

dalam mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan

pengamatan dan eksperimen untuk menggmbarkan dan

menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

Sebagaimana yang dilakukan pada pembelajaran pengenalan huruf

melalui proyek berbasis STEAM, unsur sains dalam pembelajaran

dilakukan melalui kegiatan menonton video eksperimen sederhana

dalam pembuktian fotosintesis yang terjadi pada daun, video

pembuatan bibit parfum dari bunga melati yang diproses dengan

alat distilasi sederhana, video proses oksidasi pada buah apel dan

eksperimen untuk memperlambat proses oksidasi pada buah apel.

Selain itu, kegiatan detektif tanaman yang mengharuskan anak

mencari tanaman di taman sekolah yang sesuai dengan gambar

yang diberikan pada setiap kelompok dan kegiatan identifikasi

berbagai macam tanaman obat baik bentuk, bau dan warnanya

untuk menyelesaikan lembar kerja yang diberikan pada setiap

kelompok.

2) Teknologi

Menurut Wahyuningsih (2020), teknologi adalah istilah

lain dari peralatan yang digunakan manusia untuk membantu

memudahkan dalam melakukan suatu aktifitas, baik itu berupa

teknologi sederhana seperti peralatan sekolah (pensil, spidol,


141

krayon) dan perkakas rumah tangga, ataupun teknologi modern

seperti peralatan digital dan mesin-mesin yang canggih. Dalam

kegiatan pembelajaran proyek berbasis STEAM, unsur teknologi

tercermin dari kegiatan yang menggunakan pisau dapur untuk

memotong buah-buahan saat membuat salad buah, belajar

menggunakan ulekan batu dan blender untuk membuat pewarna

alami dari kunyit dan daun pandan, menggunakan gunting dalam

setiap proyek kelompok menyusun gambar dan nama dari berbagai

macam tanaman, mewarnai dengan berbagai alat warna seperti

pensil warna, krayon, dan spidol.

3) Engineering (Teknik)

Unsur engineering atau teknik dalam STEAM merupakan

a way of doing atau cara melakukan sesuatu yang berkaitan dengan

pemecahan masalah, penggunaan variasi bahan, desain dan

menjadikan sesuatu bekerja (Imaduddin, 2017). Dalam

pembelajaran melalui proyek berbasis STEAM unsur teknik

terlihat dari kegiatan mencap tulang daun sirih dengan

menggunaan cat air, kegiatan mewarnai dengan variasi alat

mewarnai dan teknik mewarnai, seperti mewarnai dengan teknik

gradasi menggunakan krayon dan teknik mewarnai arsir dengan

menggunakan spidol.
142

4) Art (Seni)

Menurut Imaduddin (2017), seni sebagai salah satu unsur

yang terdapat dalam STEAM berkaitan erat dengan desain pada

unsur teknik. Seni mendorong anak-anak untuk menyalurkan apa

yang menjadi pikiran dan perasaan anak-anak. Seni menstimulasi

perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan fisik pada anak usia

dini (Wahyuningsih, 2020). Bernyanyi, menari, menggambar,

melukis, dan membuat musik dari instrumen yang dibuat sendiri

adalah beberapa bentuk dari seni yang ditunjukan oleh anak-anak.

Pada pembelajaran proyek berbasis STEAM, unsur seni termuat

dalam kegiatan mewarnai gambar tanaman hias, tanaman obat, dan

buah-buahan yang dengan beberapa teknik mewarnai seperti teknik

gradasi dan arsir.

5) Matematika

Dalam mempelajari sesuatu, anak-anak usia dini belajar

dari lingkungan sekitarnya. Termasuk dalam hal mempelajari

matematika. Pengaturan lingkungan belajar oleh guru akan

membantu anak dalam mengembangkan pengetahuan matematika.

Pengaturan kelas oleh guru dalam membelajarkan anak

matematika dengan hal-hal konkrit akan mendorong anak lebih

banyak belajar dari pengalaman di lingkungan sekitarnya (Michael

dan Wortham, 2007). Beberapa topik dalam matematika yang

umumnya diajarkan seperti klasifikasi, seriasi, perhitungan,


143

pengukuran, geometri, grafik, dan aritmatika (Krogh, S.L dan

Slentz, 2008). Adapun pembelajaran yang berkaitan dengan

matematika dalam pembelajaran proyek berbasis STEAM adalah

pengenalan simbol-simbol angka, mencari simbol angka yang

sama pada potongan puzzle bergambar tanaman, klasifikasi bentuk

buah-buahan sesuai ukuran besar-kecil, dan menghitung potongan

buah apel dan buah naga pada proyek membuat salad buah.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri dari kegiatan recalling atau pengulangan

kembali materi yang sudah disampaikan hari itu. Selain itu, guru

menanyakan pada anak tentang kegaiatan apa saja yang sudah dilakukan.

Kegiatan selanjutnya adalah evaluasi, yakni menanyakan perasaan anak

tentang kegiatan hari itu agar guru dapat mengetahui sejauh mana

pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif dan efisien. Doa sebelum

pulang dan pamit pulang.

2. Kendala-kendala yang Dialami Siswa Kelompok B dalam Pembelajaran

Pengenalan Huruf untuk Anak Usia Dini melalui Metode Proyek

Berbasis STEAM

Menurut Jamaluddin (Manizar, 2015) ada lima elemen belajar

efektif, yakni kemampuan yang mempengaruhi prilaku (aptitude),

ketekunan yang mempengaruhi motivasi (perseverance), kesempatan

belajar yang bisa mempengaruhi kreatifitas (opportunity to learn),

kualitas pembelajaran mempengaruhi kualitas pengajaran atau tingkat


144

kejelasan pembelajaran (quality of instruction), kemampuan memahami

yang bisa mempengaruhi prestasi (ability to understand).

Dalam memahami suatu aturan, anak usia dini memerlukan waktu

dan pengalaman dari kegiatan yang dilakukan secara langsung. Hal ini

dikarenakan, anak belajar melalui apa yang dilihat dan dilakukan. Dalam

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM, anak diajak untuk belajar bekerjasama dalam suatu aturan

pembelajaran. Sehingga kendala yang dialami siswa diawal

pembelajaran ini adalah pemahaman mereka akan tugas dan bagian-

bagian pekerjaan apa yang mesti mereka lakukan dalam kelompoknya,

mengingat anak-anak hanya terbiasa untuk mengerjakan dan

menyelesaikan suatu tugas secara individu. Dimana, pada hari pertama

pembelajaran pengenalan huruf melalui proyek berbasis STEAM, ada

beberapa anak dalam kelompoknya yang terlihat kebingungan dan hanya

memperhatikan teman lain yang bekerja, sebab tugas-tugas yang harus

dikerjakan secara berkelompok, sudah dikerjakan oleh anggota

kelompoknya.

Dalam mengatasi kendala ini, guru memberikan pemahaman

kepada siswa untuk belajar membagi pekerjaan dengan teman yang lain.

Sehingga dikegiatan pembelajaran pengenalan huruf melalui metode

proyek berbasis STEAM selanjutnya, anak-anak yang cepat dalam

memahami aturan main untuk pengerjaan tugas proyek sudah bisa

membagi perkerjaan apa saja yang bisa dilakukan oleh anggota


145

kelompoknya sehingga dapat bekerjasama dalam penyelesaian tugas

kelompok.

3. Respon Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran Pengenalan Huruf Anak

Usia Dini Kelompok B melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menyelenggarakan suatu pembelajaran, yaitu pengaturan suasana yang

nyaman, sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan pengembangan

mental anak, memperhatikan perbedaan bakat serta minat anak, dimana

pembelajaran ini dilaksanakan melalui kegiatan bermain yang

menyenangkan sehingga kreativitas dan kemandirian anak dapat

terstimulus (Dewi, dkk. 2015)

Dalam pelaksanaan pembelajaran pengenalan huruf, respon guru

dan siswa terhadap suatu pembelajaran merupakan aspek penting yang

digunakan dalam melihat apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan

sudah efektif atau tidak. Hal ini mengingat bahwa respon positif terhadap

suatu pembelajaran seperti minat atau ketertarikan terhadap

pembelajaran akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam

tersampaikannya materi pembelajaran.

Hasil pengamatan atas respon guru dan siswa terhadap

pembelajaran pengenalan huruf dapat menjadi bahan evaluasi kegiatan

pembelajaran guna mengetahui tingkat keberhasilan dan kesesuai

pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan dan standar dari program

pembelajaran yang sudah ditentukan sebagai perbaikan dalam


146

pelaksanaan pembelajaran diwaktu yang akan datang. Sebagaimana

menurut Agustina dan Retnowati (Oktavia, 2020), evaluasi dilakukan

memiliki tujuan untuk menggambarkan tingkat keterlaksanaan program

PAUD secara cermat untuk nantinya dilakukan perbaikan. Sehingga

untuk selanjutnya, pembelajaran pengenalan huruf dapat dilaksanakan

dengan lebih menyenangkan.

Respon guru menunjukan ketertarikan terhadap pembelajaran

pengenalan huruf melalui metode proyek berbais STEAM untuk anak

usia dini kelompok B. Dari wawancara dan observasi yang dilakukan,

guru merasa bahwa metode proyek berbasis STEAM yang digunakan

guru dalam memberikan pembelajaran pengenalan huruf menjadikan

anak-anak yang memiliki kecenderungan untuk belajar secara kinestetik,

lebih bisa fokus untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pengenalan

huruf. Selain itu, materi ajar yang disajikan dengan melibatkan aspek

yang terdapat dalam STEAM pada setiap tugas proyek yang diberikan

menjadikan pembelajaran pengenalan huruf yang melibatkan benda-

benda konkrit lebih mudah dalam menarik perhatian anak.

“Awalnya saya berpikir bahwa penmbelajaran pengenalan huruf

melalui metode proyek berbasis STEAM ini akan memakan banyak

waktu dalam pelaksanaannya. Namun ternyata saat

diimplementasikan, apa yang saya pikirkan tidak sepenuhnya benar.

Pada saat awal memang terdapat kendala, karena anak-anak tidak

terbiasa dengan metode proyek yang mengharuskan mereka bekerja


147

secara bersama-sama dengan anak yang lain. Namun kemudian

setelah melalui evaluasi pada setiap pembelajaran yang telah

dilaksanakan, pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek

berbasis STEAM untuk anak usia dini kelompok B ini sangat efektif

untuk diterapkan dalam pembelajaran. Keefektifan ini terlihat dari

anak-anak yang mau untuk terlibat aktif sepenuhnya dalam kegiatan.

Selain itu, dorongan untuk saling mengingatkan dan memotivasi antar

anggota kelompok begitu sangat terlihat pada saat mereka mencoba

untuk menyelesaikan tugas proyek secara bersama-sama.”

Pernyataan Ibu ODR diatas sejalan pernyataan Limbong

(Nurfadillah dan Rakhman, 2020) yang menyatakan jika hasil akhir dari

penerapan metode pembelajaran berbasis STEAM adalah anak-anak

dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran secara langsung,

mendapatkan pengalaman baru, dapat bertahan dalam proses

memecahkan permasalahan, dapat berkolaborasi dan bekerja dengan

kreatifitas.

“Selain respon anak-anak yang begitu antusias untuk terlibat langsung

dalam kegiatan pembelajaran, pemahaman saya terhadap

implementasi pembelajaran yang melibatkan aspek STEAM pun

berkembang. Dimana sebelumnya saya berpikir bahwa pembelajaran

berbasis STEAM hanya bisa diterapkan dengan alat dan bahan

pembelajaran tertentu. Namun, setelah melaksanakan pembelajaran

pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk


148

anak usia dini kelompok B, saya menjadi tahu jika dalam penerapan

pembelajaran yang melibatkan STEAM bisa menggunakan alat atau

bahan pembelajaran apapun, selama itu masih memiliki hubungan

dengan materi ajar terkait tema pembelajaran yang sedang diberikan.”

Dari paparan yang disampaikan oleh ibu ODR tersebut dapat

disimpulkan bahwa guru memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran

pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM untuk anak

usia dini kelompok B. Ini dikarenakan respon positif anak terhadap

pembelajaran dengan memberikan perhatian penuh dan terlibat aktif saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan

yang dapat mempengaruhi kondisi penelitian yang dilakukan. Keterbatasan

tersebut adalah:

1. Peneliti hanya mengamati perkembangan kemampuan mengena; huruf di

lembaga RA At-Taqwa Cerdas Nurani saja dengan keterbatasan waktu.

Peneliti melakukan penelitian hanya sejak pagi hari hingga waktu pulang

anak. Hal ini dikarenakan ketersediaan waktu yang terbatas.

2. Peneliti tidak melakukan pengamatan perkembangan kemampuan

mengenal huruf anak di rumah. Sehingga infromasi atau hasil hanya

diperoleh dari pihak sekolah melalui observasi dan wawancara terhadap

guru kelas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran pengenalan huruf adalah pembelajaran yang bertujuan

untuk menstimulus kemampuan mengenal huruf. Perkembangan

kemampuan mengemal huruf pada anak usia dini, masuk pada ranah

perkembangan bahasa yakni perkembangan keaksaraan awal. Dimana pada

perkembangan keaksaraan awal anak usia dini berdasarkan Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak (STTPA) mencakup beberapa

kemampuan, yakni kemampuan untuk menunjukkan bentuk-bentuk simbol

huruf (Pra menulis), kemampuan membuat gambar dengan berbagai coretan

atau tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata, kemampuan menulis

huruf dari nama sendiri dan kemampuan untuk mencocokan huruf dengan

gambar.

Kemampuan mengenal huruf atau keaksaraan awal merupakan

kemampuan dasar yang hendaknya dimiliki oleh anak usia dini kelompok

B, sebagaimana yang terdapat pada STPPA. Hal ini dikarenakan,

kemampuan ini akan mempermudah proses anak pada saat memahami

materi pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Melalui metode proyek

berbasis STEAM, pembelajaran pengenalan huruf akan lebih menarik bagi

anak. Metode proyek berbasis STEAM sendiri merupakan metode

pembelajaran yang mendorong anak untuk belajar menyelesaikan tugas

secara berkelompok. Selain itu, aspek STEAM yang menjadi dasar dalam

149
150

penentuan kegiatan proyek pun menjadi daya tarik sendiri untuk anak bisa

fokus pada kegiatan pembelajaran sebab STEAM juga merupakan

pendekatan pembelajaran yang mengajak anak belajar secara konkrit dan

belajar berdasarkan pengalaman, sehingga mendorong anak untuk ikut aktif

dalam kegiatan belajar dan mengetahui hal-hal yang anak pelajari sebagai

materi ajar yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibahas di atas dapat

diambil kesimpulan bahwasannya:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa metode

proyek berbasis STEAM memiliki manfaat dan memudahkan anak

dalam menerima materi pembelajaran pengenalan huruf. Sehingga

kemampuan mengenal huruf anak mengalami kemajuan dan

perkembangan yang signifikan, dengan catatan pembelajaran tersebut

dibuat dengan perencanaan yang matang serta sesuai dengan kaidah dan

aturan juga standar yang berlaku.

2. Berdasarkan respon dari Guru beserta peserta didik terhadap

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis STEAM

untuk anak usia dini kelompok B, anak sangat antusias dan tertarik

dengan pembelajaran pengenalan huruf yang dilakukan melalui kegiatan

proyek yang dikerjakan secara berkelompok. Aspek STEAM yang

menjadi dasar bagi kegiatan proyek membuat anak tertarik sebab

keterkaitan dan manfaat dari apa yang dibahas pada materi ajar yang

mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari.


151

3. Kendala-kendala yang dihadapi lebih pada pemahaman anak akan aturan

dalam penyelesaian tugas proyek secara berkelompok membutuhkan

waktu. Dimana anak belum terbiasa untuk berkomunikasi dalam

membangun kerjasama pada pengerjaan tugas proyek secara

berkelompok, sehingga pada awal pertemuan hal ini berpengaruh pada

keterlibatan anak dalam menyelesaikan tugas proyek yang diberikan.

4. Kesulitan guru pada saat pengondisian anak-anak di awal pertemuan

pembelajaran pengenalan huruf melalui metode proyek berbasis

STEAM, menjadikan tidak semua anak aktif berpartisipasi untuk

menyelesaikan tugas secara berkelompok.

B. Saran

Berdasar pada hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti

mengemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut ini:

1. Untuk Guru

Perlu kiranya untuk memberikan pembelajaran pada anak usia

dini dengan menerapkan metode proyek berbasis STEAM sebab menarik

bagi anak serta sesuai dengan karakteristik anak sebagai pembelajar yang

aktif, belajar dari hal yang konkrit dan bermakna, serta melatih anak

untuk bisa membangun komunikasi dan terbiasa bekerjasama, sebab ini

akan berpengaruh pada kemampuan anak dalam beradaptasi dengan

lingkungannya saat ia dewasa.


152

2. Untuk Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dan

acuan untuk penelitiian lanjutan dan dapat dipergunakan untuk

menambah wawasan didalam pembelajaran pengenalan huruf melalui

metode proyek berbasis STEAM.


DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, E. (2020). Pembelajaran Anak Usia Dini. Cimahi: IKIP Siliwangi

Arief, N. (2014). Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf melalui Penggunaan


Media Gambar Siswa RA Tunas Melati Kec. Kelara Kab. Jeneponto. [Skripsi.
UIN Alaudin Makassar. 2014]

Hadinugrahaningsih, T., dkk. (2017). Keteramampilan Abad 21 Dan STEAM


(Science, Technology, Engineering, Art, And Mathematics) Project Dalam
Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Herman., & Rusmayadi. (2018). Pengaruh Metode Proyek Terhadap Kemampuan


Kognitif Anak Di Kelompok B2 TK Aisyiyah Maccini Tengah.
Pembelajaran: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 2(1),
pp. 35-43. Retrieved from:
https://ojs.unm.ac.id/pembelajar/article/view/5430

Imamah, Z., & Muqowim, M. [2020]. Pengembangan Kreativitas dan Berpikir


Kritis pada Anak Usia Dini melalui Metode Pembelajaran berbasis STEAM
and Loose Part. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 15(2), pp.
263-278. Retrieved from:
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/yinyang/article/view/3917

Kemendikbud. TOT Asesor Tahun 2019: Konsep Dasar PAUD [2019]. BAN PAUD
dan PNF. Retrieved September 15, 2020 from:
https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-
center/07.%20Konsep%20Dasar%20PAUD%202019_1557310808.pdf

Krogh, S.L & Slentz, K.L. (2008). The Early Childhood Curriculum. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Edukasia

Lestari, S. A. [2017]. Pengaruh Penggunaan Metode Proyek Terhadap


Pengembangan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak 5-6 Tahun Di
TK Citra Melati Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. [Skripsi.
Universitas Lampung Bandar Lampung. 2017]. Retrieved from:
https://docplayer.info/54333192-Skripsi-oleh-shintia-ayu-lestari.html

Limbong, I., Munawar, M., & Kusumaningtyas, N. (2019). Perencanaan


Pembelajaran PAUD berbasis STEAM. Universitas PGRI: Seminar Nasional
PAUD. Retrieve from:
http://conference.upgris.ac.id/index.php/Snpaud2019/article/view/450

153
154

Linawati, N., & Wahyudi, R. [2018]. Pemanfaatan Puzzle Huruf Dalam


Mendorong Minat Menabung Siswa Taman Kanak-Kanak. Sinta Indonesia.
Retrieved September 15, 2020, from:
https://sinta.ristekbrin.go.id/affiliations/detail?q=Pemanfaatan+Puzzle+Huru
f+Dalam+Mendorong+Minat+Menabung+Siswa+Taman+Kanak-
Kanak&search=1&id=408&view=documents

Masna. (2016). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pengenalan Huruf melalui


Media Kartu Huruf pada kelompok B. Jurnal Warna Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Usia Dini, 1(1), pp. 1-18. Retrieved from:
https://jurnal.fkip-uwgm.ac.id/index.php/warna/article/view/173

Matin, R. H. (2019). Penerapan Media Pembelajaran Pop-Up Book Anak Usia Dini
Pada Kelompok B Untuk Meningkatkan Kemampuan Keaksaraan Awal.
[Skripsi. IKIP Siliwangi. 2019]

Michael, A., & Wortham, S. (2007). Listening Beyond The Self : How organization
create direct involvement. Learning Inquiry, 1(2), pp. 89-97. Retrieved from:
https:// doi.org/10.1007/s11519-007-0016y

Moleong, L. J. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Novitasari, K. (2018). Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Menanamkan Karakter


Tanggung Jawab Pada Anak Kelompok B Di TK Nasima Kota Semarang.
Universitas PGRI Yogyakarta, Pendidikan Anak Usia Dini. Retrieved from:
http://repository.upy.ac.id/1828/

Nuraeni, L. (2016). Pengembangan Kognitif, Kreativitas, dan Bahasa. Cimahi:


IKIP Siliwangi

Nuraeni, L. (2020). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Cimahi: IKIP
Siliwangi

Nuraeni, L., Andrisyah., & Nurunnisa, R. (2020). Efektivitas Program Sekolah


Ramah Anak dalam Meningkatkan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal PendidIkan Anak Usia Dini, 4(1), pp. 20-29. Retrieved from:
https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/204

Nurfadillah, R.R., & Rakhman, A. (2020). Implementasi Metode STEAM Berbasis


Media Film dalam Meningkatkan Aspek Kognitif Pada Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Ceria (Cerdik, Energik, Responsif, Inovatif, Adaptif), 3(4),
pp. 266-273. Retrieved from:
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/ceria/article/view/4178
155

Nurhalimah, V. (2012). Pengaruh Metode Proyek Terhadap kemampuan Kerjasama


Anak Kelompok B di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali Tahun Ajaran
2011/2012. [Skripsi. Universitas Muhammadiyah. 2012]. Retrieved from:
http://eprints.ums.ac.id/19223/17/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Nurhikmayati, I. (2019). Implementasi STEAM Dalam Pembelajaran Matematika.


Jurnal Didactical Mathematics. 1(2), pp. 41-50. Retrieved from:
http://jurnal.unma.ac.id/index.php/dm/article/view/1508

Oktavia, A. [2020]. Pembelajaran Kreativitas Anak Usia Dini melalui Pemanfaatan


Media Audio Visual kelompok A. [Skripsi. IKIP Siliwangi. 2020]

Paramita, V. D. (2018). Jatuh Hati Pada Montessori. Yogyakarta : B First

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor 137, 2014, Tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor 146, 2014, Tentang
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Rahayuningsih, S. S., Soesilo, T. D., & Kurniawan, M. (2019). Peningkatan


Kemampuan Mengenal Huruf Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode
Bermain Dengan Media Kotak Pintar. SCHOLARIA: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. 9(1), pp. 11-18. Retrieved from:
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view/1884

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


CV. Alfabeta

Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS

Sari, A. Y., & Astuti, R. D. (2017). Implementasi Pembelajaran Project Based


Learning Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Motoric. 1(1). pp. 1-13 Retrieved
from: https://jurnal.narotama.ac.id/index.php/paudmotoric/article/view/547

Wahyuningsih, S., dkk. (2020). Efek Metode STEAM pada Kreatifitas Anak Usia
5-6 Tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak usia Dini. 4(1), pp. 295-
301. Retrieved from: https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/305

Wulansuci, G., & Kurniati, E. (2019). Pembelajaran Calistung (Membaca, Menulis,


Berhitung) Dengan Resiko Terjadinya Stress Akademik Pada Anak Usia
Dini. JURNAL TUNAS SILIWANGI. 5(1), pp. 38-44. Retrieved from: http://e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/view/1272
LAMPIRAN

156
157

Lampiran 1. MUATAN MATERI/AJAR TK B (USIA 5-6 TAHUN)


KURIKULUM 2013

MUATAN MATERI/AJAR TK B (USIA 5-6 TAHUN) KURIKULUM 2013


PERTEMUAN MATERI KD (KOMPETENSI DASAR)
1 Anak dapat 3.8 Mengenal lingkungan alam
menemukan dan ( hewan, tanaman, cuaca,
menyusun potongan tanah, air, batu-batuan,dll)
Puzzle bergambar 4.8 Menyajikan berbagai
tanaman hias karyanya dalam bentuk
berdasarkan huruf gambar, bercerita,
yang tertulis di bernyanyi, gerak tubuh, dll
belakang potongan tentang lingkungan alam (
Puzzle dan hewan, tanaman, cuaca,
menyusun huruf tanah air batu –batuan, dll)
sesuai dengan nama
3.12 Mengenal keaksaraan awal
tanaman hias yang melalui bermain
terdapat pada Puzzle
4.12 Menunjukkan kemampuan
yang telah tersusun.
keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
2 Anak mampu 3.8 Mengenal lingkungan alam
menyusun potongan ( hewan, tanaman, cuaca,
Puzzle bergambar tanah, air, batu-batuan,dll)
tanaman hias dengan 4.8 Menyajikan berbagai
cara mencocokan karyanya dalam bentuk
simbol huruf yang gambar, bercerita,
terdapat pada potongan bernyanyi, gerak tubuh, dll
Puzzle dengan simbol tentang lingkungan alam (
huruf yang terdapat hewan, tanaman, cuaca,
pada gambar tabel yang tanah air batu –batuan, dll)
158

sudah disediakan guru


3.12 Mengenal keaksaraan awal
dan menyusun huruf melalui bermain
berdasarkan gambar
Menunjukkan kemampuan
tanaman hias yang 4.12
keaksaraan awal dalam
sudah disusun.
berbagai bentuk karya
3 Anak mampu menempel 3.8 Mengenal lingkungan alam
nama-nama tanaman obat ( hewan, tanaman, cuaca,
berdasarkan huruf awalan tanah, air, batu-batuan,dll)
dari nama taaman obat dan 4.8 Menyajikan berbagai
menempelkan gambar karyanya dalam bentuk
gambar tanaman obat gambar, bercerita,
berdasarkan nama bernyanyi, gerak tubuh, dll
tanaman obat yang tentang lingkungan alam (
ditempelnya. hewan, tanaman, cuaca,
tanah air batu –batuan, dll)

3.12 Mengenal keaksaraan awal


melalui bermain

4.12 Menunjukkan kemampuan


keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
4 Anak mampu 3.8 Mengenal lingkungan alam
menempelkan nama- ( hewan, tanaman, cuaca,
nama tanaman obat tanah, air, batu-batuan,dll)
berdasarkan huruf 4.8 Menyajikan berbagai
awalan dari nama karyanya dalam bentuk
tanaman obat dan gambar, bercerita,
meletakan potongan bernyanyi, gerak tubuh, dll
asli dari tanaman obat tentang lingkungan alam (
sesuai namanya dengan
159

cara mengidentifikasi hewan, tanaman, cuaca,


bentuk dan baunya. tanah air batu –batuan, dll)

Mengenal keaksaraan awal


3.12 melalui bermain

Menunjukkan kemampuan
4.12
keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya

5 Anak mampu 3.8 Mengenal lingkungan alam


menempelkan nama- ( hewan, tanaman, cuaca,
nama tanaman buah tanah, air, batu-batuan,dll)
berdasarkan gambar 4.8 Menyajikan berbagai
tanaman buah yang karyanya dalam bentuk
terdapat pada lembar gambar, bercerita,
kerja dan memberi bernyanyi, gerak tubuh, dll
tanda yang berbeda tentang lingkungan alam (
antara buah-buahan hewan, tanaman, cuaca,
yang ukurannya besar tanah air batu –batuan, dll)
dengan buah-buahan
3.12 Mengenal keaksaraan awal
yang ukurannya kecil. melalui bermain

4.12 Menunjukkan kemampuan


keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
160

6 Anak dapat 3.8 Mengenal lingkungan alam


menyebutkan huruf ( hewan, tanaman, cuaca,
awalan dari tulisan nama tanah, air, batu-batuan,dll)
buah-buahan yang 4.8 Menyajikan berbagai
ditunjuk oleh guru dan karyanya dalam bentuk
menunjukan tulisan dari gambar, bercerita,
nama buah yang ditunjuk bernyanyi, gerak tubuh, dll
oleh guru tentang lingkungan alam (
hewan, tanaman, cuaca,
tanah air batu –batuan, dll)

3.12 Mengenal keaksaraan awal


melalui bermain

4.12 Menunjukkan kemampuan


keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
161

Lampiran 2. Kisi-Kisi Penelitian

KISI-KISI PENELITIAN

Pembelajaran Pengenalan Huruf melalui Metode Proyek berbasis STEAM untuk Anak Usia Dini kelompok B

Rumusan Tujuan Pertanyaan Aspek yang diteliti Indikator Sumber Instrumen


Masalah Penelitian penelitian data
1. Bagaimana 2. Mengetahui 1. Bagaimana 1. Perencanaan 1. Guru Guru Observasi,
skenario dan skenario dan skenario dan Pembelajaran membuat studi
implementas implementas implementasi Pengenalan RPPH dokumentas
i i pembelajaran Huruf 2. Guru i dan
pembelajara pembelajara pengenalan kelompok B melakukan wawancara
n pengenalan n pengenalan huruf melalui 2. Pelaksanaan setting kelas
huruf huruf penerapan Pembelajaran 3. Guru
melalui melalui metode Pengenalan menyiapkan
penerapan penerapan proyek Huruf alat dan
metode metode berbasis kelompok B bahan yang
proyek proyek STEAM diperlukan
berbasis berbasis untuk ana usia

161
162

STEAM STEAM dini 4. Ketersediaan


untuk ana untuk ana kelompok B ? alat
usia dini usia dini penunjang
kelompok B kelompok B kegiatan
? pembelajara
n Pengenalan
Huruf
5. Kesesuaian
pelaksanaan
dengan
rencana
pembelajara
n yang sudah
dibuat
3. Bagaimana 5. Memaparkan 2. Bagaimana 1. Respon Guru 1. Antusiasme Guru dan Observasi
respon guru respon guru respon guru 2. Respon Siswa siswa saat siswa dan
dan siswa dan siswa dan siswa pembelajaran kelompo wawancara
terhadap terhadap terhadap dikelas kB
pembelajara pembelajaran pembelajaran

162
163

n pengenalan pengenalan pengenalan 2. Siswa


huruf huruf melalui huruf melalui memahami
melalui penerapan penerapan materi yang
penerapan metode metode disampaikan
metode proyek proyek 3. Siswa merasa
proyek berbasis berbasis senang dengan
berbasis STEAM STEAM pembelajaran
STEAM untuk ana usia untuk ana usia yang diberikan
untuk ana dini dini kelompok 4. Guru dapat
usia dini kelompok B B ? dengan mudah
kelompok B melaksanakan
? pembelajaran
5. Guru terbantu
dengan metode
yang diterapkan
4. Kendala- 3. Menguraikan 3. Kendala- 3. Kendala 1. Siswa kesulitan Siswa Observasi
kendala apa Kendala- kendala apa yang mengikuti kelompo dan studi
saja yang kendala yang saja yang dihadapi pembelajaran kB dokumentas
dialami siswa dialami siswa dialami siswa siswa yang diterapkan i

163
164

kelompok B kelompok B kelompok B kelompo 2. Siswa tidak


selama selama selama kB termotivasi
pembelajaran pembelajaran pembelajaran untuk belajar
pengenalan pengenalan pengenalan 3. Siswa tidak
huruf melalui huruf melalui huruf melalui mau mengikuti
penerapan penerapan penerapan pembelajaran
metode metode metode yang diterapkan
proyek proyek proyek
berbasis berbasis berbasis
STEAM ? STEAM STEAM ?

4. Kesulitan- 4. Menjelaskan 4. Kesulitan- 4. Kesulitan yang 1. Guru Guru Observasi,


kesulitan apa kesulitan- kesulitan apa dihadapi guru memahami wawancara
saja yang kesulitan saja yang penggunaan dan studi
dihadap guru yang dihadapi media dokumentas
selama dihadapi guru selama 2. Guru i
pembelajara guru selama pembelajara kesulitan
n pengenalan pembelajara n pengenalan menciptakan
huruf n pengenalan huruf lingkungan

164
165

melalui huruf melalui belajar yang


penerapan melalui penerapan kondusif
metode penerapan metode 3. Guru dapat
proyek metode proyek mengatasi
berbasis proyek berbasis permasalaha
STEAM ? berbasis STEAM ? n yang
STEAM timbul

165
166

Lampiran 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru

Identitas Responden
Nama : Oktavika Dewi Rukmandari, S.Pd.
Umum : Guru Kelas B
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1 Pendidikan Anak Usia Dini

Pertanyaan Respon/ Jawaban


1. Dengan cara atau metode apa Ibu “kami melakukan kegiatan membaca rutin bergiliran setiap anak tujuannya agar
mengembangkan kemampuan mengenal huruf
anak setiap hari mengenal huruf-huruf namun tentu tidak dipaksakan, selain itu
pada anak?
dikenalkan huruf-huruf dengan beberapa ragam main diantaranya

menggunakan media kartu bergambar, bermain susun kata, bermain sambung

kata dan memberikan label tulisan pada setiap barang dikelas agar anak terbiasa

untuk membacanya.”

166
167

2. Apakah melalui pembelajaran yang diberikan “Sebelum menyesuaikan dengan penggunaan bahan ajar dan ragam main yang
tujuan mengembangkan kemampuan mengenal
beragam, kemampuan anak dalam mengenal huruf lebih lambat dan tentu
huruf anak sudah tercapai?
kemampuan mengenal huruf pada setiap anak berbeda-beda.”

1. Pembelajaran seperti apa yang Ibu terapkan “Biasanya kami menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat seperti kertas,
sebagai pembelajaran pengenalan huruf kepada
lem, gunting, pensil, spidol, crayon dan mainan-mainan yang biasa digunakan
anak?
anak. Melalui prakarya dan media yang sengaja kami siapkan. Prakarya bisa

dengan meniru huruf, menebalkan atau mencari huruf.”

4. Apakah sebelumnya Ibu sudah menggunakan “Untuk pembelajaran yang berbasis STEAM sedang kami coba berikan pada
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode
anak, namun memang belum maksimal karena terkendala oleh sarana belajar.”
proyek berbasis STEAM?
5. Apa kendala yang Ibu hadapi dalam “Sejauh ini kendala yang dihadapi yaitu, pemahaman guru akan metode proyek
menerapkan pembelajaran pengenalan huruf
berbasis STEAM. Kemudian juga pengaruh dari anak-anak yang hampir setahun
melalui metode proyek berbasis STEAM?
hanya belajar dirumah dan kurang dalam menyalurkan energi di luar rumah,

membuat kefokusan anak-anak kurang pada pembelajaran. Selain itu,

pengerjaan tugas proyek yang dikerjakan melalui kerjasama pun menjadi hal

167
168

yang tidak biasa anak lakukan. Sehingga juga butuh waktu dalam penyesuaian

pengerjaan tugas proyek yang diberikan.”

6. Bagaimana respon siswa selama mengikuti “anak-anak lebih senang dan bersemangat karena terjun langsung dan praktek
pembelajaran pengenalan huruf melalui metode
langsung dalam kegiatan pembelajaran, anak juga semakin aktif untuk bertanya
proyek berbasis STEAM?
dan menarik perhatian anak untuk mau belajar menulis huruf.”

168
169

Lampiran 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak Kelompok B Kelas Dzulhijjah

Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak Kelompok B Kelas Dzulhijjah

No. Aspek Yang Indikator Penilaian


Diteliti BB MB BSH BSB
1. a. Mengenal
Keaksaraan
Awal
Kemampuan 1. Anak mampu 5 anak 16 anak 8 anak
untuk menunjukan simbol Al, Hafidz, Gibran, queen, Dika, Shaka,
menunjukkan dari huruf yang Arkana, Dafa, Fahry, Fino, Kanya,
bentuk-bentuk diucapakan oleh Krishna, Azwa, Azalea, Abang Al,
simbol huruf guru. Deqia, Aqiela, Arka, Kakang, Anaya,
(Pra menulis) Maleeka, Aska, Arsa
Alvin, Arkan,
Beryl, Azfar,
Inaya, Fatih,

169
170

2. Anak mampu 7 anak 14 anak 8 anak


menyebut simbol Al, Queen, Dafa, Fahry, Dika, Shaka,
huruf yang ditunjuk Hafidz, Azwa, Azalea, Fino, Kanya,
oleh guru. Gibran, Aqiela, Arka, Abang Al,
Arkana, Maleeka, Aska, Kakang, Anaya,
Krishna, Alvin, Arkan, Arsa
Deqia, Beryl, Azfar,
Inaya, Fatih,
3. Anak mampu 7 anak 13 anak 9 anak
mengetahui simbol Al, Queen, Dafa, Fahry, Dika, Shaka,
huruf yang harus Hafidz, Azwa, Azalea, Fino, Kanya,
ditemukan dalam Gibran, Aqiela, Arka, Abang Al,
potongan Puzzle Arkana, Maleeka, Aska, Kakang, Anaya,
bergambar tanaman Krishna, Deqia Alvin, Arkan, Beryl, Arsa
hias. Azfar, Inaya,
Fatih
4. Anak mampu 21 anak 8 anak
mengetahui anggota Al, Queen, Dika, Shaka,
kelompoknya Hafidz, Gibran, Fino, Kanya,

170
171

berdasarkan huruf Arkana, Abang Al,


yang menjadi ciri Krishna, Deqia, Kakang, Anaya,
kelompoknya. Dafa, Fahry, Arsa
Azwa, Azalea,
Aqiela, Arka,
Maleeka, Aska,
Alvin, Arkan,
Beryl, Azfar,
Inaya, Fatih,
Membuat 1. Anak mampu 6 anak 15 anak 8 anak
gambar dengan menyusun nama Al, Queen, Dafa, Fahry, Dika, Shaka,
berbagai tanaman hias dari Hafidz, Azwa, Gibran, Fino, Kanya,
coretan/tulisan potongan huruf yang Arkana, Azalea, Aqiela, Abang Al,
yang sudah sudah disediakan Krishna, Deqia Arka, Maleeka, Kakang, Anaya,
berbentuk guru. Aska, Alvin, Arsa
huruf/kata Arkan, Beryl,
Azfar, Inaya,
Fatih,

171
172

Menulis huruf 1. Anak mampu 20 anak 9 anak


dari namanya menuliskan namanya Al, Queen, Dika, Shaka,
sendiri sendiri pada lembar Hafidz, Gibran, Fino, Kanya,
kerja mewarnai Arkana, Abang Al,
gambar bunga Krishna, Deqia, Kakang, Anaya,
matahari, mengarsir Dafa, Fahry, Arsa, Maleeka
gambar bunga Azwa, Azalea,
anthurium, mewarnai Aqiela, Arka,
gambar tanaman Aska, Alvin,
kunyit dengan Arkan, Beryl,
pewarna alami, Azfar, Inaya,
mencap dengan daun Fatih,
sirih, dan mewarnai
gambar buah-buahan
dengan teknik
mewarnai gradasi.
Kemampuan 1. Anak mampu 2 anak 19 anak 8 anak
untuk menempelkan nama- Hafidz, Al Queen, Gibran, Dika, Shaka,
mencocokan nama tanaman hias, Arkana, Fino, Kanya,

172
173

huruf dengan tanaman obat, dan Krishna, Deqia, Abang Al,


gambar tanaman buah Dafa, Fahry, Kakang, Anaya,
berdasarkan huruf Azwa, Azalea, Arsa
awalan dari masing- Aqiela, Arka,
masing nama tanaman Maleeka, Aska,
yang terdapat pada Alvin, Arkan,
lembar kerja. Beryl, Azfar,
Inaya, Fatih,
2. Anak mampu 21 anak 8 anak
menempelkan gambar Al, Queen, Dika, Shaka,
macam-macam Hafidz, Gibran, Fino, Kanya,
tanaman dengan Arkana, Abang Al,
tulisan dari nama Krishna, Deqia, Kakang, Anaya,
tanaman tersebut Dafa, Fahry, Arsa
Azwa, Azalea,
Aqiela, Arka,
Maleeka, Aska,
Alvin, Arkan,

173
174

Beryl, Azfar,
Inaya, Fatih,

174
175

Lampiran 5. RPPH Pertemuan Ke-1 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

175
176

Lampiran 6. RPPH Pertemuan Ke-2 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

176
177
Lampiran 7. RPPH Pertemuan Ke-3 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

177
178

Lampiran 8. RPPH Pertemuan Ke-4 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

178
179

Lampiran 9. RPPH Pertemuan Ke-5 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

179
180

Lampiran 10. RPPH Pertemuan Ke-6 Pembelajaran Pengenalan Huruf Melalui Metode Proyek Berbasis STEAM

180
181
Lampiran 11. Surat Keterangan Pengesahan Dosen Pembimbing
181
182
182

Lampiran 12. Surat Keterangan Izin Penelitian


183
184
185

Anda mungkin juga menyukai