Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku Asli : Fiqh Al Lahwi wa At Tarwih

Judul Buku Terjemahan : Fiqih Hiburan


Penulis : DR. Yusuf Al-Qardhawi
Penerjemah : Dimas Hakamsyah, Lc
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Tahun Terbit : 2005
Tebal : 240 halaman

Bab I Hiburan dan Permainan dengan Humor dan Canda Tawa

Agama dan Canda Tawa

Didalam bab ini diawali dengan sebuah pertanyaan : “Bolehkah seorang muslim tertawa, bersukaria,
melempar humor dan gurauan baik lewat kata-kata maupun gerakan yang dapat membuat orang
orang disekitar tertawa ?

Hal ini dikarenakan dibenak sebagian orang beranggapan bahwa agama mengharamkan canda tawa,
humor dan senda gurau. Agama seolah olah selalu mewajibkan keseriusan dalam segala hal. Mereka
yang berpandangan demikian biasanya berpijak pada dua argumen.

Pertama : pembawaan beberapa orang yang taat dan kuat keberagamannya. Kalangan ini sering
memajang wajah serius, bermuka masam, mengerutkan kening, berkata ketus, dan kurang ramah
dalam berinteraksi.

Kedua : adanya dalil dalil yang pernah mereka baca atau yang mereka dengar dari pada dai dan
kemudian dimaknai bahwa islam tidak menyukai taqwa dan sanda gurau. Misalnya hadits

“ janganlah kamu banyak tertawa karena banyak tertawa akan mematikan hati nurani”

“ kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang bercerita yang hanya membuat orang-orang tertawa,
lalu ia berbohong. Kecelakaan besarlah baginya, kecelakaan besarlah baginya”.

Dan firman Allah SWT dalam surat Al Qashash ayat 76

“ Janganlah kamu terlalu gembira, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu gembira”
Dan dari kajian yang dibahas oleh syeikh yusuf qaradhawi berpandangan bahwa pandangan diatas
adalah sebagai bentuk distorsi terhadap islam yang selalu menawarkan , moderatisme dalam segala
hal. Oleh karena itu dari pena nya mengharapkan adanya klarifikasi terkait humor dan canda tawa
sesuai dengan syariat dan dengan dalil dalil yang kuat.

Manusia adalah Mahluk yang Humoris

Tertawa adalah salah satu ciri khas manusia, sementara binatang tidak bisa tertawa, sebab tertawa
adalah reaksi yang timbul dari peristiwa yang diucap, didengar sehingga membuat tertawa.

Oleh karena itu ada diktum yang mengatakan “ Manusia adalah mahluk yang tertawa (humoris). Dan
pembenaran logis dari diktum ini “ jika saya tertawa maka saya adalah manusia”.

Sebagai agama fitrah manusia, rasanya tidak terbayangkan jika islam menghalangi kebutuhan
manusia akan cabda tawa dan sanda gurau. Justru islam mendukung segala sesuatu yang membuat
orang ceria dan bahagia.

Kebutuhan Manusia Akan Hiburan

Kebutuhan manusia akan hiburan merupakan kebutuhan yang tersurat dalam fitrah mereka. Yusuf
qaradhawi ingin menjawab sebuah pertanyaan orang-orang yang menentang permainan membuat
terlena dan sebab tercela maka imam al ghazali menyatakan, nyanyian adalah hiburan dan
permainan, tetapi kehidupan dunia adalah sebuah hibuan dan permainan.

Ada permainan yang sangat parah pada jaman rasulullah yaitu permainan orang-orang habasyah,
namun ditemukan sebuah hadis yang memperbolehkan permainanya. Disini yusuf qaradhawi
menekankan hiburan dan permainan adalah sebagai sarana penyegaran hati, pelepasan beban
fikiran, hiburan juga sebagai obat hati dari penyakit kelelahan.

Hiburan dan permainan itu diperbolehkan namun tidak boleh berlebihan, sebagaiman obat juga
tidak boleh overdosis.

Penjelasan lebih lanjut dari imam al ghazali, dalam mengharamkan hiburan dan permainan sebagian
orang menggunakan firman Allah dalam surah luqman “dan diantara manusia ada yang
mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah di olok-olok, mereka akan mendapatkan azab yang
menghinakan.”

Penggunaan dalil seperti ini tidak tepat, karena ayat tersebut tidak mencela dzat hiburan dan
permainan, tetapi Tetapi ketika kita menggunakan kata-kata yang akan menyesatkan orang dari jalan
Allah serta menjadikan jalan Allah diperolok olokan.

Sanggahan yusuf qaradhawi selaras dengan kandungan al qur’an yang menyandingkan permainan
dengan perniagaan sebagai aktivitas yang dihalalkan. Firman Allah dalam Q.S Al Jumu’ah:

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar danmenuju kepadanya dan
mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkotbah), katakanlah, yang disisi Allah lebih baik dari
pada permainan dan perniagaan dan Allah adalah sebaik-baik rezeki”.

Diakhir pemaparannya imam al ghazali mengatakan, nyanyian dan hiburan tidak diharamkan serta
juga terdapat dalam sahih al bukhori dan muslim, dan hadis hadis tersebut mendapatkan
keringanan.

1. Diperbolehkan permainan, tanpa menutup nutupi orang Habasyah dalam menari dan menari.
2. Dilakukannya permainan itu dimesjid.
3. Sabda nabi “ ayo orang orang Habasyah, kalian bisa” yang menunjukkan perintah dan dukungan
kepada mereka.
4. Teguran beliau terhadap abu bakar dan umar yang hendak mencegah hiburan orang habasyah,
sembari menyampaikan alasan bahwa saat itu hari lebaran.
5. Kehadiran Rasulullah untuk menonton dan mendengarkan hiburan hiburan tersebut, sembari
menemani aisyah. Dalil ini menjelaskan bahwa demi membahagiakan hati perempuan dan anak
akan untuk menonton suatu permainan.
6. Adanya keringanan untuk bernyayidan memukul rebana yang dilakukan oleh hamba sahaya dan
perempuan dirumah aisyah.
“pemaparan Imam AL Ghazali dalam Ktab As Sima’ ”.

Sosok-sosok sahabat yang humoris

Sahabat-sahabat yang memiliki nilai humoris yang tinggi diantaranya : Nu’aiman bin Umar AL
Anshari RA, banyak cerita ganjil dan menggelitik tentang sahabat ini, beliau termasuk yang mengikuti
ba’iat aqabah yang terakhir, terjun dalam perang badar, uhud, khondaq dan beliau termasuk
kalangan anshar yang pertama-tama memeluk islam. Zubair bin abu bakar menceritakan kisah
menggelitik “Setiap kali ada pedagang yang dari madinah, AN Nu’aiman pasti membeli barang dari
mereka, suatu saat ia mengambil makanan dari seseorang pedagang dan menghadiahkan kepada
rasulullah. Dan ketika pedagang tadi menagih bayaran kana Nu’aiman membawanya kepada
rasulullah sembari menjelaskan kepada nabi, bahwa pedagang ini menagih bayaran makan yang ia
berikan tadi.” Dan nabi bertanya “ bukankah engkau menghadiahkannya kepadaku?” Nu’aiaman
menjawab “ Tapi belum saya bayar, tetapi saya ingin sekali menghadiahkan kepada anda”. Rasulullah
pun tertawa dan membayar makanan tadi kepada pedagang.

Batasan Batasan Syar’i dalam Canda Tawa

Canda tawa pada dasarnya diperbolehkan namun terdapat rambu dan syarat yang harus
diperhatikan yaitu diantaranya:

1. Tidak boleh menguanakan kebohongan dan membuat-buat dalam mecandai orang lain.
Sabda rasulullah “ kecelakaan besarlah bagi orang yang bercerita hanya membuat orang-orang
tertawa, lalu ia berbohong kecelakaan besarlah bagi meraka, kecelakaan besarlah baginya”.
Sebab sekalipun Rasulullah sering bersanda gurau namun tidak bohong.
2. Candaan yang dilakukan tidak boleh mengandung unsur penghinaan ataupun pelecehan
terhadap orang lain. Kecuali, kalau yang bersangkutan mengizinkan dan rela.
Firman Allah dalam Q.S Al Hujarat ayat 11 “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum memperolok-olok kaum yang lain boleh jadi mereka yang diperolok olok lebih baik dari
yang mengolok-olok..........,
3. Jangan sampai mengagetkan atau menimbulkan ketakutan bagi muslim yang lain.
Sabda rasulullah “ tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang
lain. “ Tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk mengagetkan seorang muslim” dan hadis yang
lain “Janganlah sekali-kali diantara kalian mengambil barang saudaranya secara bercanda
ataupun sungguh-sungguh”
4. Tidak boleh bercanda dalam kondisi serius atau tertawa dalam keadaan duka. Sebab segala
sesuatu ada waktunya dan setiap ucapan ada tempatnya. Dan cerminan kebijaksanaan
seseorang adalah bila ia mampu meltakan segala sesuatu dengan tepat.
Hadis rasulullah “ada tiga perkara yang bila diucapkan serius serius ia berarti serius, dan jika
diucapkan dengan bercanda ia tetap berarti serius, yaitu : Nikah, Talak dan pembebasan budak”.
Sebagaimana Allah mencela orang tertawa ketika mendengarkan al quran, padahal akan lebih
pantas menangis. Q.S An Najm 59-61 “ Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan
ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menagis? Sedangkan kamu melengahkannya.
Dan hadis “ janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati
nurani” jadi yang dilarang disini adalah tawa yang terlalu banyak dan yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai