Disusun oleh :
Alfi Rochmawati
NIM 23.0604.0005
2023
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. PENGERTIAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias,
makan, dan BAB/BAK (toileting) (Erita et al., 2019).
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian,
makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk et al., 2018).
Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami
kelainan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinganan pasien untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas serta penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa (Susanti et al., 2017).
Jadi, Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri meliputi mandi, berpakaian, berhias, makan,
toileting.
B. KLASIFIKASI
Jenis jenis defisit perawatan diri terdiri dari (Saputra, 2017):
1. Kurang perawatan diri : Mandi atau kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan.
C. RENTANG RESPON
Adapun rentang respon defisit perawatan diri menurut Dermawan dalam
(Saputra, 2017) sebagai berikut :
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Depkes (2018) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Data Subyektif :
a. Klien mengatakan tidak mau mandi karena air dingin dan tidak ada alat
mandi.
b. Klien mengatakan mau di suapi saat makan.
c. Klien mengatakan tidak mau berpakaian atau berhias.
d. Klien mengatakan tidak tau membersihkan kelamin setelah BAB/BAK.
2. Data Obyektif :
a. Rambut acak-acakan, pakaian kotor atau tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, tidak bercukur dan tidak berdandan.
b. Makan.
Mengalami ketidakmampuan:
1) Menelan makan.
2) Mempersiapkan makan.
3) Menangani perkakas.
4) Mengunyah makan.
5) Menggunakan alat makan.
c. Mandi/hygiene
Mengalami ketidakmampuan:
1) Membersihkan badan.
2) Mendapatkan alat mandi.
3) Mengeringkan tubuh.
4) Mendapatkan air.
5) Masuk dan keluar kamar mandi.
d. Berpakaian/berhias
Mengalami ketidakmampuan:
1) Mengenakan pakaian.
2) Bersisir.
3) Mengancingkan baju.
4) Memakai celana.
5) Memakai bedak.
e. BAB/BAK (toileting)
Mengalami ketidakmampuan:
1) Mendapatkan jamban dan kamar mandi.
2) Membersihkan diri setelah BAB/BAK.
3) Menyiram toilet dan kamar mandi.
E. ETIOLOGI
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri,
dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2018).
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2018) Penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisikdan penurunan kesadaran
mengatakan bahwa penyebab kurang perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa adalah penurunan proses pikir yang ditandai dengan gejala:
a. Tidak konsetrasi
b. Interaksi kurang
c. Kegiatan kurang
d. Malas, tidak ada inisiatif.
e. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2018) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Faktor Lainnya
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
F. AKIBAT/ DAMPAK
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri
seperti pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi
isolasi sosial dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam
melakukan perawatan terhadap tubuhnya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
G. MACAM- MACAM DEFISIT PERAWATAN DIRI
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala
menurut Nanda (2014) meliputi:
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan
diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien
dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien
dalam mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan,
menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan
dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke
mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau
menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
H. PSIKOPATOLOGI
Isolasi sosial
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Perawatan Diri: kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
J. PENATALAKSANAAN
Tindakan mandiri keperawatan pada pasien dengan deficit perawatan diri
yaitu:
Defisit TUM : a.
Ekspresi Wajah bersahabat. a. Bina a. Hubungan
Perawatan Klien mampu b.
Ada kontak mata. hubungan saling percaya
Diri : menjaga c.
Menunjukkan rasa senang. saling merupakan
d.
Mau berjabat tangan. percaya. landasan
Berpakaia kebersihan diri
e.
Mau menjawab salam. b. Jelaskan utama untuk
n, Mandi. secara mandiri. f.
Pasien mau duduk pentingnya hubungan
berdampingan. kebersihan selanjutnya.
TUK 1 : g. Klien mampu menyebutkan: diri. b.Meningkatkan
a. Klien dapat 1) Penyebab tidak merawat c. Jelaskan pengetahuan
membina diri. cara kliententang
hubungan saling 2) Manfaat menjaga menjaga tanda-tanda
percaya. perawatan diri. kebersihan perawatan diri
b. Klien mampu 3) Tanda tanda bersih dan diri. yang baik.
menjelaskan rapi. c. Klien dapat
pentingnya 4) Gangguan yg di alami jika menjaga
perawatan diri. perawatan diri tidak di kebersihan
perhatikan. dirinya secara
5) Cara menjaga kebersihan mandiri.
diri.
DAFTAR PUSTAKA
PERTEMUAN KE: 1
I. KONDISI PASIEN
a. DS: Klien mengatakan tidak mau mandi
b. DO: Klien tampak kotor, terlihat menggaruk badan, bau badan dan
rambut tidak terawat.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN: Defisit Perawatan Diri: Mandi
III. TUJUAN
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan mandiri.
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab klien tidak merawat diri.
c. Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan/kerugian merawat
diri.
d. Mengajarkan kepada klien cara merawat diri yang baik dan benar.
e. Memberikan kesempatan pada klien untuk mempraktekkan cara
merawat diri yang baik dan benar.
f. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
V. STRATEGI PELAKSANAAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bapak, perkenalkan saya Perawat Alfi Rochmawati,
saya biasanya dipanggil Alfi, saya yang hari ini bertugas pada pagi
hari ini dari jam 07.00-14.00 WIB, nama Bapak siapa?, senang
dipanggil siapa?”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Apakah Bapak sudah mandi
hari ini?
3. Kontrak
“Bagaimana kalau kita akan berbincang-bincang tentang apa yang
membuat Bapak tidak bisa merawat diri yaitu mandi, Apakah Bapak
bersedia? Mau berapa lama kita akan berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit, dimana kita akan berbincang-bincang?
Bagaimana kalau disini saja? Baiklah Bapak.
B. FASE KERJA
“Baiklah Bapak, sekarang coba ceritakan kepada saya apa yang
membuat Bapak tidak mau mandi hari ini? Baiklah, menurut Bapak
mandi itu penting tidak? Coba Bapak jelaskan menurut Ibu mandi
itu apa? Iya benar sekali. Coba Bapak sebutkan bagaimana cara
mandi yang benar? Alat-alat seperti apakah yang harus disiapkan
saat mandi? Coba Bapak sebutkan kerugian jika kita tidak mandi?
Kalau kita mandi bagaimana keuntungannya? Baiklah Bapak, hari
ini, saya ingin belajar bersama Bapak bagaimana cara mandi yang
baik dan benar, apakah Bapak bersedia? Cara mandi yang baik
adalah pertama Bapak harus ada alat-alat mandi seperti sabun,
shampo, handuk dan gayung. Kalau alatnya sudah ada Bapak bisa
mulai mandi didalam kamar mandi, lepaskan pakaian kotor basasi
badan dengan air lalu usapi sabun keseluruh tubuh, jangan lupa
shampo di usap ke rambut sambil di garuk-garuk/dipijat lalu boleh
di bilas lagi dengan air sampai bersih. Setelah itu keringkan badan
dengan handuk yang bersih dan ganti pakaian yang bersih ya.
Setelah itu Bapak boleh meninggalkan kamar mandi. Mudahkan
Bapak ? Coba sekarang Bapak jelaskan cara-cara yang telah saya
bicarakan tadi? Bagus sekali Bapak, Bapak dapat
mempraktekkannya. Nanti di bangsal Bapak boleh latihan dan
ingat harus mandi seperti yang telah kita pelajari hari ini ya Bapak?
Bagaimana kalau kita masukkan ini kedalam jadwal kegiatan
harian Bapak? Apakah Bapak sudah tau cara mengisinya? Baiklah
Bapak, apabila Bapak melakukan kegiatan secara mandiri Bapak
bisa mencentang pada huruf “M”, apabila Bapak melakukan
tindakan dengan bantuan maka Bapak bisa mencentang di huruf
“B”, dan apabila Bapak tidak melakukannya maka Bapak bisa
mencentang pada huruf “T”.Apakah Bapak bisa mengerti? “
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
a. DS: Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-
bincang tentang cara mandi yang baik dan benar?
b. DO: Coba Bapak ulangi lagi apa yang kita pelajari tadi?
Bagus sekali Bapak.”
2. Rencana tindak lanjut
“Jangan lupa ya Bapak, kegiatan ini dilakukan setiap hari dan
jangan lupa juga memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
yang sudah kita buat.”
3. Kontrak.
“Bagaimana kalau besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang-
bincang tentang cara berkenalan dengan dua orang, apakah Bapak
bersedia? Maunya jam berapa? Berapa lama kita akan berbincang-
bincang? Dimana kita akan berbincang-bincang? Baiklah Bapak,
sampai jumpa besok. Terimakasih.