Di Buat Oleh :
Nama : vyen innayah kendra
Kelas : XII MIPA 2
Guru pembimbing :
Fedriani andi asra,S.sn
Pentingnya memahami masalah manajemen pergelaran tari ini sama pentingnya dengan ketika seniman
mempersiapkan karya seni tari yang berkualitas. Apalagi di zaman modern ini, seniman konvensional
harus mampu bergelut dengan manajemen yang efektif agar dapat tetap eksisi di zaman yang serba cepat
ini.
Dalam persoalan manajemen juga terdapat berbagai tahapan yang mampu membantu seniman untuk
memublikasikan karyanya pada apresiator dengan efektif dan efisien sehingga dapat berdampak
maksimal. Beberapa tahapan tersebut meliputi tahapan perencanaan, pengawasan, pengorganisasian,
hingga pada tahapan pemasaran karya tari yang dibuat seniman sesuai dengan fungsi pergelaran yang
dilaksanakan.
Lalu sebetulnya implementasi manajemen pada pergelaran tari itu seperti apa? Pada dasarnya, penerapan
prinsip manajemen dalam seni tari lebih banyak diterapkan pada suatu kegiatan pergelaran tari yang
memiliki nilai komersial atau ditiketkan. Konsep ini diterapkan untuk menekan biaya proses produksi
agar tidak rugi secara pembiayaan dan pengeluaran.
Dalam hal ini konsep pengeluaran dan pemasukan menjadi pertimbangan penting agar proses produksi
dapat terpenuhi dengan baik dan maksimal. Untuk mencapai itu semua diperlukan suatu persiapan dan
konsep manajemen yang baik agar pergelaran tari yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sesuai
tujuan yang diharapkan.
Untuk memahami pengertian manajemen pergelaran tari, ada baiknya kita memahami pengertian dari
manajemen itu sendiri.
Bengkel Tari AyuBulan, yang dipimpin oleh maestro tari Bulantrisna Djelantik dan didukung oleh Bakti
Budaya Djarum Foundation sukses menggelar pagelaran tari “Kemilau Legong”, pada hari Minggu 30
November 2014, di Goethe-Institut, Jakarta. Menampilkan beberapa jenis tari Legong kuno yang telah
langka, pagelaran ini juga menandai perjalanan 20 tahun Bengkel Tari AyuBulan.
“Legong adalah puisi tari yang berakar tarian kuno Gambuh dan tarian sakral Sanghyang. Ia telah
menjelma menjadi salah satu tari klasik khas Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang kompleks
penuh getaran, bergantian lentur dan patah, halus dan kuat, dan terikat dalam bingkai aturan (pakem)
dengan landasan struktur tabuh palegongan yang dinamis,” ungkap Bulantrisna Djelantik.
Melalui pagelaran ini Bengkel Tari AyuBulan ingin kembali memperkenalkan keragaman dan keunikan
Tari Legong pada masyarakat luas, khususnya pada generasi muda, sebagai cara untuk menumbuhkan
rasa cinta, apresiasi, dan bisikan untuk semakin giat melestarikan pusaka budaya bangsa.
Dalam persembahan karya di peringatan dua dasawarsa berwujud “Kemilau Legong” ini, tujuan akhir
Bengkel Tari AyuBulan adalah ikut berperan menyumbangkan butiran manik-manik dalam untaian seni
pertunjukan Nusantara yang beraneka warna, untuk terus membangun jati diri kita sebagai bangsa
Indonesia yang mencintai budayanya.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk
terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai
budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa
adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.