Anda di halaman 1dari 6

BRICS sebagai aliansi ekonomi negara Global South: bertolak

belakang dengan prinsip non-alignment Indonesia?

Dina anggraeni - 2101113931

Dunia terbagi menjadi dua sisi antara negara Global South dan negara Global North.
Istilah tersebut tidak semata-mata bersifat geografis melainkan istilah yang mengkategorikan
negara berdasarkan tingkat pendapatan, kepadatan populasi, kualitas infrastruktur dan
performa politic maupun budaya. Global North menjadi konotasi bagi wilayah negara-negara
yang dikategorikan sebagai negara maju, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Australia, serta
beberapa negara maju di Asia1. Sedangkan Global South, istilah yang diberikan kepada negara-
negara berkembang dimana masih banyak terjadi ketidakstabilan ekonomi, politik ataupun
sosial budaya. Global North identik dengan hegemoni negara barat, terutama dalam bidang
ekonomi menjadikan negara utara cenderung dominan berperan sebagai Subyek. Sebaliknya,
sebagai negara berkembang, negara selatan cenderung menjadi obyek dari kepentingan-
kepentigan barat. Perang Vietnam merupakan salah satu bukti dominasi global north atas
global south. Meski demikian, di antara keduanya sering menunjukkan gesekkan pandangan
dalam merespon isu-isu internasional. Contohnya, di saat Amerika Serikat menggencarkan
kecaman terhadap Rusia, negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin justru menolak
berdiri dengan NATO2. Hingga saat ini, Global South semakin menunjukkan upaya untuk lepas
dari kepentingan Barat.

BRICS merupakan bentuk konkret dari The Rise of Global South. Organisasi antar-
pemerintah yang menggabungkan Brazil, Russia, India, China, dan South Africa ini pertama
dibentuk pada tahun 2010. Pembentukan organisasi berbasis ekonomi ini juga terinspirasi dari
sebuah riset ekonom, Jim O’neill, pada 2001 yang melihat adanya potensi tinggi negara-negara
berkembang tersebut. Potensi BRICS salah satunya terletak pada fakta bahwa 42% populasi
dunia tinggal di ke lima negara BRICS, dengan 87% berada di India dan China3. Tingginya
populasi sama artinya dengan luasnya pasar. Produk Domestik Bruto (GDP) organisasi negara
Globak South ini juga mencapai 23%. Negara-negara BRICS telah berusaha meningkatkan

1
Katie Nelson dan Lara Braff, CHAPTER 15: THE GLOBAL NORTH: INTRODUCING THE REGION, Milne Library,
https://milnepublishing.geneseo.edu/genderedlives/chapter/chapter-15-the-global-north-introducing-the-
region/
2
The Conversation, The Global South is on the rise – but what exactly is the Global South?,
https://theconversation.com/the-global-south-is-on-the-rise-but-what-exactly-is-the-global-south-207959
3
UNCTAD, BRICS Investment Report, https://unctad.org/publication/brics-investment-report
koordinasi diplomatis, mereformasi lembaga keuangan global, dan pada akhirnya berfungsi
sebagai penyeimbang terhadap hegemoni Barat. Strategi yang dilakukan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut yaitu dengan membentuk New Development Bank dan BRICS
Contingent Reserve Arrangement. BRICS NDB memainkan peranan penting dalam upaya
negara BRICS meninggalkan dolar sebagai alat transaksi4.

Langkah-langkah yang diambil BRICS semakin menunjukkan kebangkitan Negara


Selatan dan memancing berbagai asumsi akan seperti apa ekonomi dunia dan bagaimana reaksi
yang akan dilakukan barat. Terlebih ketika banyak negara selatan lain yang mulai menunjukkan
ketertarikan untuk tergabung dengan BRICS. Namun ketertarikan tersebut tidak ditunjukkan
oleh Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara berkembang yang sangat besar di Asia serta
memiliki populasi yang cukup tinggi. Dengan ukurannya sebagai ekonomi terbesar ke-16 di
dunia, Indonesia lebih dari memenuhi syarat untuk bergabung dengan kelompok tersebut.

Melihat tujuan yang ingin dicapai oleh BRICS dan latar belakang Indonesia, banyak
argumen bermuncula bahwa Indonesia sebaiknya bergabung dengan BRICS. Terdapat banyak
keuntungan yang dapat diraih Indonesia jika memutuskan untuk bergabung, diantaranya:

 Kemudahan akses modal


Kehadiran New Development Bank di bawah BRICS diyakini akan
memudahkan proses peminjaman modal untuk pembangunan nasional, seperti
proyek infrastruktur jalan, pelayanan publik yang lebih baik, dan proyek jalur
kereta.
 Segi Diplomatis
Jika Indonesia memulai keanggotan di BRICS, langkah ini akan meningkatkan
posisi Indonesia di panggung global. Secara geopolitis, Indonesia akan
mendapatkan suara lebih kuat dalam menyinggung isu-isu internasional, mulai
dari kebijakan perdagangan hingga negosiasi perubahan iklim.
 Keuntungan ekonomi
Melalui strategi dedolarisasi, ketergantungan Indonesia terhadap dolar akan
semakin berkurang. BRICS memperkenalkan currency exchange dimana
negara anggota dalam menggunakan mata uang masing-masing dalam
bertransaksi antar negara anggota.

4
CNN Indonesia, 2023, Putin Girang Negara BRICS Makin Campakkan Dolar: Tinggal 28,7 Persen,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230823112245-78-989423/putin-girang-negara-brics-makin-
campakkan-dolar-tinggal-287-persen
 Pengembangan teknologi dan skill
Selain currency exchange, negara anggota BRICS juga akan mendapat
kesempatan untuk melakukan Technology Transfer dan Skill Development.
Pada akhirnya kedua hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi
pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

Terlepas dari banyak keuntungan yang dijanjikan, tidak bergabungnya Indonesia ke


BRICS salah satunya dikarenakan oleh prinsip non-alignment. BRICS adalah koalisi negara
selatan untuk menangkal dan mengurangi ketergantungan terhadap negara barat. Meskipun
Indonesia adalah negara selatan, Indonesia tetap memiliki hubungan diplomatis yang cukup
stabil dengan negara-negara barat. Berikut adalah beberapa kemungkinan buruk yang akan
terjadi jika Indonesia berdiri di dalam BRICS:

 Potensi distorsi hubungan diplomatis


Negara-negara BRICS memiliki permasalahan internal dan eksternal tersendiri.
Misalnya. Rusia dan China yang menjadi negara paling vokal dalam upayanya
untuk meninggalkan ketergantungan terhadap negara Barat. Terutama Amerika
Serikat. Sedangkan Indonesia memiliki hubungan diplomatis yang sangat
signifikan dengan Amerika Serikat. Sehingga jika Indonesia bergabung, akan
sangat beresiko bagi stabilitas hubungan diplomatis yang di dasarkan pada
prinsip non-alignment. Selain itu, negara-negara BRICS banyak dikritik terkait
tingkat pelanggaran HAM, sedangkan Indonesia merupakan negara yang terus
berusaha menegakkan HAM.
 Sistem collective decision making
BRICS menerapkan prinsip konsensus dalam mencapai keputusan ekonomi dan
politisnya. Jika Indonesia tergabung, secara otomatis Indonesia harus
menyesuaikan tujuan politis domestiknya dengan tujuan aliansi yang diikuti.
Tentu saja hal tersebut sangat kecil kemungkinan terjadi.
 Potensi instabilitas politik regional
Di tingkat regional, Indonesia tergabung dengan 10 negara Asia Tenggara
dalam kerangka ASEAN. Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, komitmen
Indonesia terhadap ASEAN akan dipertanyakan. ASEAN sendiri berperan
signifikan dalam mengarahkan kebijakan luar negeri Indonesia.
Masih banyak gangguan-gangguan lain yang mungkin dihadapi Indonesia jika BRICS menjadi
wadah yang diikuti secara resmi.

Berdasarkan pertimbangan positif negatif yang akan muncul terkait masuknya Indonesia
kekeanggotan BRICS, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk beberapa tahun kedepan,
tidak ada bayangan Indonesia bergabung dengan aliansi ekonomi negara berkembang tersebut.

Membangun Aliansi bukanlah karakter Indonesia. Prinsip non-alignment hingga saat ini
menempatkan Indonesia pada posisi dimana hubungan diplomatis dengan negara manapun bisa
tetap dilakukan kendati ketegangan rivalitas yang mewarnai dinamika hubungan internasional.
Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk kembali menggaungkan isi Spirit Bandung yang
merupakan produk Konferensi Asia-Afrika 1955. Adapun isi dari Spirit Bandung, adalah
sebagai berikut:

1. Menghormati hak asasi manusia yang mendasar dan tujuan serta prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas wilayah semua negara.
3. Pengakuan terhadap kesetaraan semua ras dan kesetaraan semua negara, besar maupun
kecil.
4. Menahan diri dari campur tangan atau interferensi dalam urusan internal negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk membela diri sendiri atau secara kolektif, sesuai
dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
6. Menahan diri dari penggunaan perjanjian pertahanan kolektif untuk melayani
kepentingan khusus dari negara-negara besar, menahan diri dari memberikan tekanan
kepada negara lain.
7. Menahan diri dari tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekuatan terhadap
integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara manapun.
8. Penyelesaian semua sengketa internasional dengan cara damai, seperti negosiasi,
rekonsiliasi, arbitrase, atau penyelesaian melalui pengadilan, serta cara-cara damai lain
yang dipilih oleh pihak-pihak, sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
9. Mendorong kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati keadilan dan kewajiban internasional5.

5
China Daily, The Ten Principles of Bandung, https://www.chinadaily.com.cn/english/doc/2005-
04/23/content_436882.htm
Posisi indonesia dengan non-alignment harus dipertahankan. Bergabung dengan BRICS akan
mengundang respon reaktif dari negara-negara yang saat ini sudah menjalin kerjasama baik
dengan Indonesia. Adapun kehadiran presiden Indonesia di pertemuan BRICS baru-baru ini
merupakan bentuk solidaritas antar negara berkembang. Meski tidak memilih untuk menjadi
anggota secara resmi, Indonesia tetap memiliki kekhawatiran dan tujuan yang sama dengan
BRICS. Melalui penggalan pidato Presiden Jokowi ketika memenuhi undangan BRICS,
presiden mengatakan:

“Negara berkembang harus bersatu untuk memperjuangkan hak-haknya.


Diskriminasi perdagangan harus kita tolak. Hilirisasi industri tidak boleh
dihalangi. Kita semuanya harus terus menyuarakan kerja sama yang setara dan
inklusif BRICS dapat menjadi bagian terdepan untuk memperjuangkan keadilan
pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil”6.

Jika ingin meningkatkan ekonomi, Indonesia tetap dapat melakukannya dengan


menjadi pelopor di organisasi regional, seperti ASEAN. Saat ini ASEAN berada di posisi
dengan ekonomi terbesar ke lima dan eksportir terbesar ke empat di dunia. Tidak hanya itu,
Indonesia juga bisa mempertahankan hubungan bilateral dengan negara mitra dalam
memperjuangkan kepentingan-kepentingan strategis. Hingga saat ini dan beberapa tahun ke
depan, belum ada urgensi untuk Indonesia bergabung dengan BRICS.

6
Presiden RI, Pidato Presiden Republik Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15, 2023
https://www.presidenri.go.id/transkrip/pidato-presiden-republik-indonesia-pada-konferensi-tingkat-tinggi-ktt-
brics-ke-15/
References

braff, l., & nelson, k. (n.d.). THE GLOBAL NORTH: INTRODUCING THE REGION. new york: milne
publishing.

clements, j., martins, j. h., ouyang, y., & sulstarova, a. (2023). BRICS Investment Report. United
Nations Conference on Trade and Development.

Conversation, T. (2023, july 3). Retrieved from https://theconversation.com/the-global-south-is-on-


the-rise-but-what-exactly-is-the-global-south-207959

Indonesia, C. (2023, august 23). Keuangan: CNN Indonesia. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230823112245-78-989423/putin-girang-
negara-brics-makin-campakkan-dolar-tinggal-287-persen

RI, P. (2023, august kamis). Sambutan. Retrieved from


https://www.presidenri.go.id/transkrip/pidato-presiden-republik-indonesia-pada-
konferensi-tingkat-tinggi-ktt-brics-ke-15/

Xinhua. (2005, april 23). China Daily. Retrieved from


https://www.chinadaily.com.cn/english/doc/2005-04/23/content_436882.htm

Anda mungkin juga menyukai