Laporan Toserba Kds Bondowoso
Laporan Toserba Kds Bondowoso
TENTANG
PERSETUJUAN TEKNIS PENANGANAN DAMPAK LALU LINTAS
BANGKITAN TINGGI PEMBANGUNAN TOSERBA KARUNIA DAMAI SELALU
BONDOWOSO DI JL. MASTRIP (RUAS JALAN PROVINSI NOMOR 35.056.12.K),
DESA KEMBANG, KECAMATAN BONDOWOSO, KABUPATEN BONDOWOSO
Ditetapkan di : SURABAYA
Pada tanggal : 18 JULI 2023
KEPALA DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2023
22 Hydrant 3 (tiga)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang kepada:
Nama Pelaku Usaha : CV KARUNIA DAMAI SELALU
NPWP : 93.198.215.1-656.000
Alamat Kantor : Jalan Mastrip, Desa Kembang Kecamatan dan Kabupaten Bondowoso,
Desa/Kelurahan Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Provinsi
Jawa Timur
No. Telepon : 088801410427
Email : toserbabondowoso@gmail.com
Status Penanaman Modal : PMDN
Kode Klasifikasi Baku Lapangan : 47191
Usaha Indonesia (KBLI)
Judul KBLI : Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang Yang Utamanya Bukan
Makanan, Minuman Atau Tembakau Di Toserba (Department Store)
Skala Usaha : Usaha Menengah
Lokasi Usaha
a. Alamat : Jl. Mastrip RT.025/RW.009 Kembang Bondowoso
b. Kawasan :-
c. Desa/Kelurahan : Kembang
d. Kecamatan : Bondowoso
e. Kabupaten/Kota : Kabupaten Bondowoso
f. Provinsi : Jawa Timur
g. Koordinat Geografis yang dimohon : Lihat lampiran
Luas tanah yang dimohon : 29.406,82 M²
Dinyatakan disetujui.
Dengan ketentuan:
1. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diterbitkan secara otomatis berdasarkan Pasal 181 Ayat
(1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko.
2. Setelah memperoleh Persetujuan ini, pelaku usaha dapat mengajukan permohonan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko.
3. Pemegang Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang hanya dapat melakukan permohonan Perizinan
Berusaha sesuai dengan lokasi yang disetujui.
4. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang merupakan dasar untuk mengurus perizinan selanjutnya
pada instansi yang berwenang.
5. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang ini berlaku pada tanggal diterbitkan dan berlaku selama 3
(tiga) tahun sejak diterbitkan.
6. Dalam hal telah dilakukan pemutakhiran, masa berlaku Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
mengikuti jangka waktu penguasaan atas tanah yang telah diperoleh.
7. Dalam hal pemohon Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha telah
memperoleh tanah untuk kegiatan berusahanya, masa berlaku Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang mengikuti jangka waktu penguasaan atas tanah yang telah diperoleh oleh pemohon serta sesuai dengan
luas tanah yang diperoleh dan disetujui dalam Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
8. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang akan dibatalkan beserta perizinan berusaha yang terbit
sebagai akibat Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang ini, apabila:
a. Pemohon memberikan data-data yang tidak benar dan atau memberikan keterangan palsu.
b. Pemohon tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang ini.
c. Terjadi permasalahan atau sengketa hukum yang berkaitan dengan status bukti kepemilikan hak atas tanah
yang didasarkan pada putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
d. Kegiatan menimbulkan dampak kerawanan sosial, gangguan keamanan, kerusakan lingkungan dan/atau
gangguan terhadap fungsi obyek vital nasional.
9. Terhadap kegiatan usaha ini akan dilakukan pengawasan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Pemegang Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang wajib mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
LAMPIRAN
PERSETUJUAN KESESUAIAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG
UNTUK KEGIATAN BERUSAHA
NOMOR : 15032310213511002
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada:
NIB ini berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia selama menjalankan kegiatan usaha dan berlaku sebagai hak akses
kepabeanan, pendaftaran kepesertaan jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta bukti pemenuhan
laporan pertama Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (WLKP).
Menteri Investasi/
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal,
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab
Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE-BSSN.
4. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab
Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE-BSSN.
4. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
1. Dokumen ini diterbitkan sistem OSS berdasarkan data dari Pelaku Usaha, tersimpan dalam sistem OSS, yang menjadi tanggung jawab
Pelaku Usaha.
2. Dalam hal terjadi kekeliruan isi dokumen ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
3. Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE-BSSN.
4. Data lengkap Perizinan Berusaha dapat diperoleh melalui sistem OSS menggunakan hak akses.
GAMBAR TATA LETAK BANGUNAN (SITE PLAN)
FOTO KONDISI LOKASI PEMBANGUNAN
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Gambar 2.2. (Lanjutan) Foto Udara (Drone) Kondisi Eksisting Toserba KDS
Bondowoso
Kata Pengantar
Pihak Pembangun, dalam hal ini CV Karunia Damai Selalu berencana membangun Toserba
KDS Bondowoso di Ruas Jalan Mastrip, Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso,
Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya Pembangunan Toserba KDS Bondowoso, akan
terjadi tarikan dan bangkitan lalu lintas, yang pada akhirnya akan berpotensi menimbulkan
permasalahan lalu lintas. Maka sebagai upaya untuk merencanakan manajemen dan
rekayasa lalu lintas di dalam dan di luar kawasan, maka disusun Studi Analisis Dampak Lalu
Lintas (Andalalin).
Buku Laporan Dokumen Studi Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Pembangunan
Toserba KDS Bondowoso ini meliputi pendahuluan, perencanaan dan metodologi analisis
dampak lalu lintas, analisis kondisi saat ini, analisis bangkitan/tarikan lalu lintas dan
angkutan jalan, simulasi kinerja lalu lintas terhadap analisis dampak lalu lintas, rekomendasi
dan rencana implementasi penanganan dampak lalu lintas, rincian dan tanggung jawab.
Sedangkan gambar manajemen dan rekayasa lalu lintas di dalam maupun di luar kawasan
dituangkan pada Buku Album Gambar secara terpisah, namun satu kesatuan dengan buku
laporan dokumen ini.
Semoga Studi Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) ini bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan. Masukan dan kritikan dari pembaca terhadap laporan ini sangat
diharapkan guna penyusunan laporan selanjutnya. Terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu pelaksanaan pekerjaan Studi Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin)
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso ini.
Penyusun
i
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Daftar Isi
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
ii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
iii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
LAMPIRAN
iv
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Kriteria Ukuran Minimal Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) ............ I-8
Tabel 2.1. Rincian Luas Lantai Bangunan Toserba KDS Bondowoso ...................... II-5
Tabel 2.2. Rincian Luas Lantai Bangunan Efektif Toserba KDS Bondowoso ............ II-6
Tabel 2.3. Rincian Waktu Pembangunan Toserba KDS Bondowoso ........................ II-6
Tabel 2.4. Jadwal Pelaksanaan (Time Line) Pembangunan Toserba KDS ............... II-7
Tabel 2.5. Klasifikasi Model Pemilihan Rute ............................................................. II-18
Tabel 2.6. Lebar Jalur Lalu Lintas ............................................................................. II-24
Tabel 2.7. Tabel Kelas Hambatan Samping ............................................................. II-25
Tabel 2.8. Faktor Satuan Mobil Penumpang ............................................................. II-33
Tabel 2.9. Kelas Hambatan Samping (SFC) Jalan Luar Kota ................................... II-33
Tabel 2.10. Kapasitas Dasar (Co) Jalan Luar Kota ..................................................... II-34
Tabel 2.11. Faktor Penyesuaian terhadap Lebar Lajur ............................................... II-35
Tabel 2.12. Faktor Penyesuaian terhadap Pemisahan Arah (FCSP) .......................... II-35
Tabel 2.13. Faktor Penyesuaian terhadap Hambatan Samping (FCSF) Jalan Luar
Kota ......................................................................................................... II-36
Tabel 2.14. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2
UD) .......................................................................................................... II-37
Tabel 2.15. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Empat Lajur Dua Arah Terbagi dan
Tak Terbagi (4/2D dan 4/2 UD) ................................................................ II-37
Tabel 2.16. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Enam Lajur Dua Arah Terbagi (6/2D) . II-38
Tabel 2.17. Penyesuaian Kapasitas terhadap Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan
Samping, dan Kendaraan Tak Bermotor ................................................. II-39
Tabel 2.18. Batas nilai variasi dalam data empiris untuk variabel-variabel masukan
(berdasarkan perhitungan dalam kendaraan). ......................................... II-42
Tabel 2.19. Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas .......................... II-43
Tabel 2.20. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan (Level of Service LOS) Berdasarkan
Nilai Kecepatan (V) .................................................................................. II-50
Tabel 2.21. Karakteristik Tingkat Pelayanan (Level of Service LOS) di
Persimpangan Jalan ........................................................................................ II-51
Tabel 3.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2022 ... III-2
Tabel 3.2. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Bondowoso
(km), 2021 ........................................................................................................... III-5
v
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 3.3. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Ahmad Yani (2 Arah) Tahun 2023
(kend/jam) ........................................................................................................... III-10
Tabel 3.4. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1) (2 Arah) Tahun
2023 (kend/jam) ................................................................................................. III -11
Tabel 3.5. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) (2 Arah) Tahun
2023 (kend/jam) ................................................................................................. III -12
Tabel 3.6. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Rengganis (2 Arah) Tahun 2023
(kend/jam) ........................................................................................................... III -13
Tabel 3.7. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sentawi (2 Arah) Tahun 2023
(kend/jam) .......................................................................................................... III -14
Tabel 3.8. Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Brigpol Sudarlan (2 Arah) Tahun 2023
(kend/jam) ........................................................................................................... III -15
Tabel 3.9. Analisis Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan untuk Periode Jam Puncak
kKondisi Eksisting (Tahun 2023) ....................................................................... III -16
Tabel 3.10. Analisis Kinerja Lalu Lintas Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl. Mastrip - Jl.
Rengganis untuk Periode Jam Puncak pada Kondisi Eksisting (Tahun
2023) ................................................................................................................... III -18
Tabel 3.11. Analisis Kinerja Lalu Lintas Simpang 3 Bundaram Jl. Ahmad Yani - Jl.
Ahmad Yani - Jl. Mastrip – Jl. Sentawi untuk Periode Jam Puncak pada
Kondisi Eksisting (Tahun 2023).......................................................................... III -20
Tabel 3.12. Analisis Kinerja Lalu Lintas Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl. Mastrip - Jl.
Brigpol Sudarlan untuk Periode Jam Puncak pada Kondisi Eksisting (Tahun
2023) ................................................................................................................... III -22
Tabel 3.13. Perkiraan Jumlah Kendaraan yang Masuk ke Bondowoso Citi Mall Periode
Jam Puncak Tahun 2023 ................................................................................... III -24
Tabel 3.14. Fasilitas Penyeberangan Berdasarkan PV2 ..................................................... III-27
Tabel 3.15. Volume Pejalan Kaki yang Menyeberang ........................................................ III-27
Tabel 4.1. Luas Lantai Bangunan Bondowoso Citi Mall ........................................... IV-2
Tabel 4.2. Luas Lantai Bangunan Efektif Bondowoso Citi Mall ................................ IV-3
Tabel 4.3. Jumlah Kendaraan Keluar Masuk Bondowoso Citi Mall .......................... IV-5
Tabel 4.4. Jumlah Kendaraan Keluar Masuk Bondowoso Citi Mall .......................... IV-5
Tabel 4.5. Faktor Pembanding Berdasarkan Luas Lantai Bangunan Efektif ............ IV-5
Tabel 4.6. Rekapitulasi Bangkitan dan Tarikan Lalu Lintas pada Masa Operasional IV-6
Tabel 4.7. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bondowoso ......................... IV-6
Tabel 4.8. Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Ringan (LV) ........................................ IV-7
vi
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 4.9. Prediksi Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Ringan (LV) .......................... IV-7
Tabel 4.10. Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Berat (HV) .......................................... IV-8
Tabel 4.11. Prediksi Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Berat (HV) ............................ IV-8
Tabel 4.12. Jumlah Pertumbuhan Sepeda Motor ....................................................... IV-9
Tabel 4.13. Prediksi Jumlah Pertumbuhan Sepeda Motor (MC) ................................ IV-9
Tabel 4.14. Rekapitulasi Pertumbuhan Lalu Lintas .................................................... IV-10
Tabel 4.15. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2023 (Eksisting) ............................ IV-13
Tabel 4.16. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2024 (Masa Konstruksi Tahap 1) .. IV-14
Tabel 4.17. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2025 (Masa Konstruksi Tahap 2
dan Masa Operasional Tahap 1) ............................................................. IV-14
Tabel 4.18. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2026 (Masa Operasional Tahap
2) .............................................................................................................. IV-15
Tabel 4.19. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2031 (Evaluasi 5 Tahun) ............... IV-15
Tabel 5.1. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2024 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ..... V-2
Tabel 5.2. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2025 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-3
Tabel 5.3. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2026 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-4
Tabel 5.4. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2031 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........ V-5
Tabel 5.5. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Sebelum Pembangunan Tahun 2024 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-6
Tabel 5.6. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Sebelum Pembangunan Tahun 2025 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-7
Tabel 5.7. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Sebelum Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-8
Tabel 5.8. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Sebelum Pembangunan Tahun 2031 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-9
vii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 5.9. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Sebelum Pembangunan Tahun 2024 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-10
Tabel 5.10. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Sebelum Pembangunan Tahun 2025 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-11
Tabel 5.11. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Sebelum Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-12
Tabel 5.12. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Sebelum Pembangunan Tahun 2031 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-13
Tabel 5.13. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Sebelum Pembangunan Tahun 2024
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-14
Tabel 5.14. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Sebelum Pembangunan Tahun 2025
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-15
Tabel 5.15. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Sebelum Pembangunan Tahun 2026
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-16
Tabel 5.16. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Sebelum Pembangunan Tahun 2031
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-17
Tabel 5.17. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Saat Pembangunan
Tahun 2024 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-18
Tabel 5.18. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Saat Pembangunan
Tahun 2025 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-19
Tabel 5.19. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Saat Pembangunan
Tahun 2026 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-20
Tabel 5.20. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Saat Pembangunan Tahun 2024 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-21
viii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 5.21. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Saat Pembangunan Tahun 2025 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-22
Tabel 5.22. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Saat Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-23
Tabel 5.23. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Saat Pembangunan Tahun 2024 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-24
Tabel 5.24. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Saat Pembangunan Tahun 2025 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-25
Tabel 5.25. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Saat Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-26
Tabel 5.26. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Saat Pembangunan Tahun 2024 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-27
Tabel 5.27. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Saat Pembangunan Tahun 2025 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-28
Tabel 5.28. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Saat Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-29
Tabel 5.29. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Setelah Pembangunan
Tahun 2026 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-30
Tabel 5.30. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Setelah Pembangunan
Tahun 2031 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....... V-31
Tabel 5.31. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Setelah Pembangunan Tahun 2026 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-32
Tabel 5.32. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Setelah Pembangunan Tahun 2031 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-33
ix
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 5.33. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Setelah Pembangunan Tahun 2031 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-34
Tabel 5.34. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
– Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Setelah Pembangunan Tahun 2031 Tanpa
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ....................................... V-35
Tabel 5.35. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Setelah Pembangunan Tahun 2026
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-36
Tabel 5.36. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan Setelah Pembangunan Tahun 2031
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing) ........................... V-37
Tabel 6.1. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Pada Periode Jam
Puncak Setelah Pembangunan Tahun 2026 Dengan Manajemen Lalu
Lintas (do something) .............................................................................. VI-1
Tabel 6.2. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Pada Periode Jam
Puncak Setelah Pembangunan Tahun 2031 Dengan Manajemen Lalu
Lintas (do something) .............................................................................. VI-2
Tabel 6.3. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Pada Periode Jam Puncak Setelah
Pembangunan Tahun 2026 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do
something) ............................................................................................... VI-3
Tabel 6.4. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis Pada Periode Jam Puncak Setelah
Pembangunan Tahun 2031 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do
something) ............................................................................................... VI-4
Tabel 6.5. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
- Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Pada Periode Jam Puncak Setelah
Pembangunan Tahun 2026 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do
something) ............................................................................................... VI-5
Tabel 6.6. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani
- Jl. Mastrip – Jl. Sentawi Pada Periode Jam Puncak Setelah
Pembangunan Tahun 2031 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do
something) ............................................................................................... VI-6
x
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 6.7. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Mastrip – Jl.
Brigpol Sudarlan Pada Periode Jam Puncak Setelah Pembangunan
Tahun 2026 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do something) ................. VI-7
Tabel 6.8. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Simpang 3 Bundaran Jl. Mastrip – Jl.
Brigpol Sudarlan Pada Periode Jam Puncak Setelah Pembangunan
Tahun 2031 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do something) ................. VI-8
Tabel 6.9. Standar Perencanaan Radius Jalan Perkotaan ....................................... VI-9
Tabel 6.10. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan .................................. VI-10
Tabel 6.11. Korelasi Kecepatan Kendaraan Terhadap Ukuran Tinggi Minimal
Huruf, Angka dan Simbol Pada Rambu Peringatan.................................. VI-11
Tabel 6.12. Korelasi Kecepatan Kendaraan Terhadap Ukuran Tinggi Minimal
Huruf, Angka dan Simbol Pada Rambu Peringatan ................................. VI-14
Tabel 6.13. Korelasi Kecepatan Kendaraan Terhadap Ukuran Tinggi Minimal
Huruf, Angka dan Simbol Pada Rambu Peringatan ................................. VI-16
Tabel 6.14. Jumlah Kebutuhan Rambu Pada Masa Konstruksi Tahap 1 ................... VI-19
Tabel 6.15. Jumlah Kebutuhan Rambu Pada Masa Konstruksi Tahap 2 ................... VI-20
Tabel 6.16. Lama Waktu Parkir Sesuai Dengan Maksud Perjalanan ......................... VI-27
Tabel 6.17. Penentuan Satuan Ruang Parkir ............................................................. VI-230
Tabel 6.18. Koefisien Kebutuhan SRP ....................................................................... VI-30
Tabel 6.19. Analisa Kebutuhan Ruang Parkir Bondowoso Citi Mall ........................... VI-31
Tabel 6.20. Rkapitulasi Kebutuhan Ruang Parkir Toserba KDS Bondowoso ............. VI-31
Tabel 6.21. Jumlah Kebutuhan Perlengkapan Operasional ....................................... VI-37
Tabel 7.1. Tanggung Jawab Terhadap Dampak Lalu Lintas .................................... VII-1
Tabel 7.2. Pembagian Tanggung Jawab Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan
Penanganan Dampak Lalu Lintas Pembangunan .................................... VII-3
Tabel 7.3. Matrik Mitigasi Dampak Masa Konstruksi dan Masa Operasional ............ VII-4
Tabel 7.4. Matrik Mitigasi Dampak Masa Operasional ............................................. VII-5
xi
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Peta Google Lokasi Toserba KDS Bondowoso ......................................... II-2
Gambar 2.2. Foto Udara (Drone) Kondisi Eksisting Toserba KDS Bondowoso ............ II-3
Gambar 2.3. Cakupan Wilayah Kajian Ruas Jalan ......................................................... II-9
Gambar 2.4. Cakupan Wilayah Kajian Persimpangan ................................................... II-8
Gambar 2.5. Hubungan Transportasi-Perubahan Tata Guna Lahan ............................. II-10
Gambar 2.6. Skema Model Perencanaan Transportasi 4 Tahap .................................... II-11
Gambar 2.7. Metoda Mendapatkan Matriks Asal – Tujuan (MAT) .................................. II-13
Gambar 2.8. Penampang Melintang Jalan...................................................................... II-25
Gambar 2.9. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................... II-51
Gambar 3.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bondowoso (Km2)
Tahun 2022 ............................................................................................... III-2
Gambar 3.2. Jumlah Pemduduk Tahun 2022 Menurut Kelompok Umur ....................... III-4
Gambar 3.3. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan (Km) Tahun 2018 .......................... III-5
Gambar 3.4. Potongan Melintang Ruas Jalan Amad Yani (Nomor Ruas 215.12.K) ..... III-6
Gambar 3.5. Potongan Melintang Ruas Jalan Mastrip (Nomor Ruas 215.13.K) (Segmen III-6
Gambar 3.6. Potongan Melintang Ruas Jalan Mastrip (Nomor Ruas 215.13.K)
(Segmen 2) ................................................................................................ III-7
Gambar 3.7. Potongan Melintang Ruas Jalan Rengganis .............................................. III-7
Gambar 3.8. Potongan Melintang Ruas Jalan Sentawi ................................................. III-8
Gambar 3.9. Potongan Melintang Ruas Jalan Brigpol Sudarlan ..................................... III-8
Gambar 3.10. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Ahmad Yani (2 Arah) Tahun
2023 (kend/jam) ......................................................................................... III-11
Gambar 3.11. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1) (2
Arah) Tahun 2023 (kend/jam)..................................................................... III-12
Gambar 3.12. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) (2
Arah) Tahun 2023 (kend/jam) .................................................................... III-3
Gambar 3.13. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) (2
Arah) Tahun 2023 (kend/jam) .................................................................... III-14
Gambar 3.14. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sentawi (2 Arah) Tahun
2023 (kend/jam) ......................................................................................... III-15
Gambar 3.15. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Brigpol Sudarlan (2 Arah)
Tahun 2023 (kend/jam) ............................................................................. III-16
xii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Gambar 3.16. Flow Diagram Volume Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Rengganis (Tahun 2023) (kend/jam) .................................... III-19
Gambar 3.17. Flow Diagram Volume Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Ahmad Yani - Jl. Mastrip – Jl. Sentawi (Tahun 2023) (kend/jam) ............. III-21
Gambar 3.18. Flow Diagram Volume Lalu Lintas pada Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl.
Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan (Tahun 2023) (kend/jam) ........................... III-23
Gambar 4.1. Peta Lokasi Bondowoso Citi Mall .............................................................. IV-3
Gambar 4.2. Foto Kondisi di Dalam Area Bondowoso Citi Mall ..................................... IV-4
Gambar 4.3. Foto Kondisi Pintu Masuk Bondowoso Citi Mall ........................................ IV-4
Gambar 4.4. Diagram Perbangingan Jenis Kendaraan Keluar Masuk ........................... IV-6
Gambar 4.5. Grafik Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Ringan (LV) ............................... IV-7
Gambar 4.6. Grafik Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Berat (HV) ................................. IV-8
Gambar 4.7. Grafik Pertumbuhan Jumlah Sepeda Motor (MC) ..................................... IV-9
Gambar 4.8. Estimasi Pembebanan Perjalanan (Trip Assignment) dari Tarikan
Bangkitan Perjalanan Masa Operasional KDS Bondowoso ...................... IV-11
Gambar 4.9. Lokasi Persebaran Asal Tujuan Kendaraan ............................................... IV-13
Gambar 4.10. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Ahmad Yani ........... IV-15
Gambar 4.11. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1) IV-16
Gambar 4.12. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) IV-16
Gambar 4.13. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Rengganis .............. IV-16
Gambar 4.14. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Sentawi .................. IV-16
Gambar 4.15. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Brigpol Sudarlan .... IV-17
Gambar 6.1. Contoh Rambu Peringatan ........................................................................ Vi-12
Gambar 6.2. Ukuran Daun Rambu Peringatan Standar .............................................. Vi-12
Gambar 6.3. Contoh Rambu Larangan ........................................................................... Vi-13
Gambar 6.4. Penempatan Rambu Larangan di Awal Bagian Jalan ............................... Vi-13
Gambar 6.5. Penempatan Rambu nomer 1e, 4a, 4b ..................................................... Vi-13
Gambar 6.6. Penempatan Rambu nomer 11a, 11b, 11c ............................................... Vi-14
Gambar 6.7. Penempatan Rambu Larangan secara Berulang ...................................... Vi-14
Gambar 6.8. Ukuran Daun Rambu Larangan Standar (Sumber PM 13, 2014) ............. Vi-15
Gambar 6.9. Contoh Rambu Petunjuk ........................................................................... Vi-15
Gambar 6.10. Contoh Penempatan Rambu Petunjuk 1d dengan jarak tertentu .............. Vi-16
Gambar 6.11. Ukuran Daun Rambu Petunjuk Pendahulu Lokasi (Sumber PM 13,
2014) ......................................................................................................... Vi-17
Gambar 6.12. Bentuk dan Ukuran Marka Zebra Cross, (Sumber: PM 67 Tahun 2018) ... Vi-18
xiii
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Gambar 6.13. Rambu Sementara pada Masa Konstruksi Tahap 1 ................................. VI-20
Gambar 6.14. Rambu Sementara pada Masa Konstruksi Tahap 2 ................................. VI-21
Gambar 6.15. Ilustrasi Washing Bay ................................................................................ VI-22
Gambar 6.16. Perlengkapan Petugas Keamanan ........................................................... VI-23
Gambar 6.17. Penyediaan Fasilitas Parkir Kendaraan .................................................... Vi-32
Gambar 6.18. Rencana Pintu Masuk dan Pintu Keluar di Jalan Mastrip ......................... Vi-33
Gambar 6.19. Rencana Pintu Keluar Khusus Sepeda Motor di Jalan Rengganis ........... VI-34
Gambar 6.20. Pengaturan Sirkulasi Kendaraan .............................................................. Vi-35
Gambar 6.21. Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki di dalam Kawasan .............................. Vi-36
Gambar 6.22. Penyediaan Fasilitas Rambu dan Marka di Dalam Kawasan .................... Vi-37
xiv
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Persetujuan Analisis Dampak Lalu Lintas
Lampiran 2. Surat Pernyataan Kesanggupan
Lampiran 3. Berita Acara Sidang
Lampiran 4. Surat Permohonan Persetujuan Andalalin
Lampiran 5. Sertifikat Tanah
Lampiran 6. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Untuk Kegiatan
Berusaha (PKKPR)
Lampiran 7. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Nomor Induk Berusaha (NIB)
Lampiran 8. Akta Perusahaan
Lampiran 9. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon
Lampiran 10. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemohon
Lampiran 11. Gambar Tata Letak bangunan (Siteplan)
Lampiran 12. Foto Kondisi Saat Ini
xv
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Bab 1
Pendahuluan
Dampak lalu lintas yang ditimbulkan akibat kendaraan yang masuk dan keluar di depan
lokasi maupun penambahan volume lalu lintas di sekitar ruas jalan dan persimpangan yang
terdekat akibat tarikan dan bangkitan lalu lintas baru. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka
akan menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.
Menyadari akan permasalahan tersebut, maka pihak Pembangun menunjuk konsultan untuk
menyusun Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin). Penyusunan Dokumen
Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) ini berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 17 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Analisis Dampak Lalu Lintas.
Sedangkan tujuan studi Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Toserba KDS
Bondowoso, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kapasitas jalan, serta tingkat pelayanan pada
jaringan jalan di sekitar lokasi saat ini (eksisting), masa konstruksi, dan masa operasional
Toserba KDS Bondowoso.
Pendahuluan I-1
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
1.3. Lokasi
Lokasi Pembangunan Toserba KDS Bondowoso berada di Ruas Jalan Mastrip, Desa
Kembang, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Akses
menuju lokasi Pembangunan Toserba KDS Bondowoso melalui ruas Jalan Mastrip (Nomor
ruas 35.056.12.K) yang memiliki status kewenangan Jalan Provinsi.
Pendahuluan I-2
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I-3
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I-4
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I-5
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
h) Infrastruktur lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan / atau tarikan Lalu
Lintas.
4) Pusat kegiatan, permukiman, dan infrastrukstur yang wajib dilakukan analisis
dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
digolongkan dalam 3 (tiga) kategori skala dampak bangkitan Lalu Lintas yang
ditimbulkan sebagai berikut:
a) kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang tinggi;
b) kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang sedang; dan
c) kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang rendah.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kategori skala dampak bangkitan Lalu Lintas
untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 4
Hasil analisis dampak Lalu Lintas yang erintegrasi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan dalam rangka
memenuhi Perizinan Berusaha dalam kegiatan pendirian bangunan.
Pasal 5
1) Pembangun atau Pengembang wajib melaksanakan analisis dampak lalu lintas
sesuai dengan skala dampak bangkitan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (4) untuk kegiatan yang diajukan oleh Pembangun atau
Pengembang.
2) Analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk kegiatan dengan bangkitan lalu lintas yang tinggi, Pembangun atau
Pengembang diwajibkan untuk menyampaikan dokumen analisis dampak lalu
lintas yang disusun oleh tenaga ahli yang memiliki Sertifikasi Kompetensi
penyusun analisis dampak lalu lintas.
b) Untuk kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang sedang, Pembangun atau
Pengembang diwajibkan untuk menyampaikan rekomendasi teknis
penanganan dampak Lalu Lintas yang disusun oleh tenaga ahli yang memiliki
Sertifikat Kompetensi penyusun analisis dampak Lalu Lintas; atau
c) Untuk kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang rendah, Pengembangan
atau pembangun diwajibkan untuk:
Pendahuluan I-6
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I-7
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Tabel 1.1 Kriteria Ukuran Minimal Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin)
Jenis Rencana Kategori Bangkitan
No Ukuran Minimal
Pembangunan Lalu Lintas
1. Pusat Kegiatan
a. Kegiatan Di atas 3 000 m² luas Bangkitan Tinggi
Perdagangan dan lantai bangunan (Dokumen Andalalin)
Perbelanjaan Bangkitan Sedang
1 001 m² s.d 3000 m² luas
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
500 m² s.d 1000 m² luas Bangkitan Rendah
lantai bangunan (Standar Teknis)
b. Kegiatan Perkantoran Di atas 10.000 m² luas Bangkitan Tinggi
lantai bangunan (Dokumen Andalalin)
4001 m² s.d 10.000 m² luas Bangkitan Sedang
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
1000 m² s.d 4000 m² luas Bangkitan Rendah
lantai bangunan (Standar Teknis)
c. Kegiatan Industri dan Pergudangan
1) Industri Di atas 10.000 m² luas Bangkitan Tinggi
lantai bangunan (Dokumen Andalalin)
5001 m² s.d 10.000 m² luas Bangkitan Sedang
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
2500 m² s.d 5000 m² luas Bangkitan Rendah
lantai bangunan (Standar Teknis)
2) Pergudangan Di atas 500.000 m² luas Bangkitan Tinggi
lantai bangunan (Dokumen Andalalin)
170.001 m² s.d 500.000 m² Bangkitan Sedang
luas lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
40.000 m² s.d 170.000 m² Bangkitan Rendah
luas lantai bangunan (Standar Teknis)
d. Kegiatan Pariwisata
1) Kawasan Pariwisata Wajib Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
2) Tempat Wisata Di atas 10,0 hektar luas Bangkitan Tinggi
lahan (Dokumen Andalalin)
5,0 s.d. 10,0 hektar luas Bangkitan Sedang
lahan (Rekomendasi Teknis)
1,0 s.d. 5,0 hektar luas Bangkitan Rendah
lahan (Standar Teknis)
e. Fasilitas Pendidikan
Sekolah / Universitas Di atas 1500 siswa Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
500 s.d. 1500 siswa Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
f. Fasilitas Pelayanan Umum
Pendahuluan I-8
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I-9
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I - 10
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I - 11
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I - 12
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I - 13
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Analisis
Dampak Lalu Lintas.
Pendahuluan I - 14
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Pendahuluan I - 15
Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso CV. Karunia Damai Selalu
di Desa Kembang, Kec. Bondowoso, Kab. Bondowoso, Jawa Timur
di Ruas Jalan Mastrip
Bab 2
Perencanaan dan
Metodologi
Gambar 2.2. Foto Udara (Drone) Kondisi Eksisting Toserba KDS Bondowoso
Gambar 2.2. (Lanjutan) Foto Udara (Drone) Kondisi Eksisting Toserba KDS
Bondowoso
B Lantai 1
1 Lift 2 12.18 0.04%
2 Musholla dan Toilet 61.41 0.20%
3 Kantor SM 111.75 0.36%
4 Tangga Kanan Atas 21.03 0.07%
5 Lift 1 12.18 0.04%
6 Lobby Atas 476.35 1.55%
7 Supermarket 3266.45 10.66%
8 Toilet 51.00 0.17%
9 Teras 140.00 0.46%
10 Hall Utama 1432.00 4.67%
11 Rental Area 739.18 2.41%
12 Food Area 405.40 1.32%
13 Tangga (Atas Teras Sampng) 37.40 0.12%
14 Teras Samping + Food 141.50 0.46%
15 Teras Depan dan Tangga 149.50 0.49%
16 Teras Depan 182.69 0.60%
17 Ramp In 58.25 0.19%
18 Ramp Out 48.71 0.16%
Jumlah 7346.98 23.97%
C Lantai 1 Gudang
1 Tangga 26.00 0.08%
2 Lift 3 12.70 0.04%
3 Tangga dan Toilet 35.48 0.12%
4 Teras 89.21 0.29%
5 Gudang Supermarket 2741.61 8.94%
Jumlah 2905.00 9.48%
D Lantai 2 Fashion
1 Lift 2 12.18 0.04%
2 Musholla dan Toilet 61.41 0.20%
3 Kantor SM 111.75 0.36%
4 Tangga Kanan Atas 21.03 0.07%
5 Lift 1 12.18 0.04%
6 Lobby Atas 656.29 2.14%
7 Gudang Kecil 1 181.21 0.59%
8 Gudang Kecil 2 82.02 0.27%
9 Gudang Kecil 3 146.18 0.48%
Luas
No. Bangunan Prosentase
(m2)
10 Tangga 37.40 0.12%
11 Void 576.08 1.88%
12 Tangga Bawah 30.71 0.10%
13 Fashion Cafe 181.23 0.59%
14 Fashion 4741.33 15.47%
Jumlah 6851.00 22.35%
Tabel 2.2. Rincian Luas Lantai Bangunan Efektif Toserba KDS Bondowoso
Luas
No. Bangunan Prosentase
(m2)
A Lantai 1
1 Lobby Atas 476,35 4,00%
2 Supermarket 3266,45 27,45%
3 Hall Utama 1432,00 12,04%
4 Rental Area 739,18 6,21%
5 Food Area 405,40 3,41%
Jumlah 6319,38 53,11%
B Lantai 2 Fashion
1 Lobby Atas 656,29 5,52%
2 Fashion Cafe 181,23 1,52%
3 Fashion 4741,33 39,85%
Jumlah 5578,85 46,89%
Jumlah (A+B) 11.898,23 100,00%
Sumber: CV. Karunia Damai Selalu, Tahun 2023
Tabel 2.4. Jadwal Pelaksanaan (Time Line) Pembangunan Toserba KDS Bondowoso
Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Tahun 2026
No Uraian Pekerjaan
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Masa Konstruksi Tahap 1
- Gedung Toserba 2 Lantai
- Gudang 2 Lantai
2 Masa Operasional Tahap 1
- Gedung Toserba Lantai ke-2
- Gedung Toserba Lantai ke-1
- Gudang 2 Lantai
3 Masa Konstruksi Tahap 2
- Foodcourt
4 Masa Operasional Tahap 2
- Foodcourt
Sumber: CV. Karunia Damai Selalu, Tahun 2023
Jl. Santawi
Jl. Brigpol Sudarlan
Jl. Mastrip (Segmen 1)
Lokasi Toserba
KDS Bondowoso
Jl. Rengganis
Lokasi Toserba
KDS Bondowoso
2.3. Teoritis
Interaksi Transportasi-Penggunaan Lahan
Transportasi jika ditinjau dari terminologinya adalah sistem pergerakan manusia dan barang
antara suatu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan. Pergerakan yang
dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana atau moda untuk suatu
keperluan tertentu. Secara singkat, sistem transportasi terdiri dari prasarana, sarana, dan
sistem pelayanan serta interaksi penggunaan lahan (land use) yang memungkinkan adanya
pergerakan ke seluruh wilayah sehingga tercapai tujuan pergerakan secara aman, cepat,
lancar, nyaman, dan ekonomis. Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land
development) saling kait mengkait. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan
adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan,
tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus
menguntungkan. Seringkali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Hal inilah yang
menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan
di atas.
Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya.
Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem
transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau
aktivitas Pengembangan. Hubungan antara fasilitas transportasi dengan pengembangan
lahan secara skematik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Hubungan ini memperlihatkan bahwa setiap upaya peningkatan fasilitas transportasi akan
berdampak terhadap perubahan tata guna lahan apabila tidak ada upaya pengendalian.
Pengendalian ini sangat penting agar upaya peningkatan fasilitas transportasi dapat
bermanfaat dan berdayaguna seoptimal mungkin. Aksesibilitas memegang peran penting
bagi para pengembang lahan. Seringkali justru para pengembang lahan yang menciptakan
aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud.
Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tata guna lahan akan sulit dilakukan mengingat
sifat manusia dan kota yang dinamis. Untuk ini suatu keseimbangan antara perubahan tata
guna lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan.
Beberapa hal yang mempengaruhi perubahan lahan antara lain sebagai berikut:
Kebijaksanaan pemerintah baik tingkat nasional maupun daerah
Perubahan pendapatan keluarga
Perubahan preferensi keluarga dan keinginan-keinginan individual
G-MS G G G
MS
D D D-MS D
MS
A A A A
dirasakan sangat berguna karena MAT sangat sering dipakai dalam berbagai kajian
transportasi. Contohnya MAT dapat digunakan untuk :
Permodelan kebutuhan akan transportasi untuk daerah pedalaman atau antar kota;
Permodelan kebutuhan akan transportasi untuk daerah perkotaan
Permodelan dan perancangan manajemen lalulintas baik di daerah perkotaan maupun
antar kota
Permodelan kebutuhan akan transportasi di daerah yang ketersediaan datanya tidak
begitu mendukung baik dari sisi kuantitas maupun kualitas (misalnya di negara sedang
berkembang); dan
Perbaikan data MAT pada masa lalu dan pemeriksaan MAT yang dihasilkan oleh
Metode lainnya.
Metode untuk mendapatkan MAT dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu
Metode konvensional dan Metode tidak konvensional (Tamin,1985;1986;1988abc).
Pengelompokan digambarkan berupa diagram seperti terlihat pada gambar berikut.
Wawancara Di Tepi
Jalan
Wawancara Di Rumah
Metode Menggunakan
Bendera
Metode Metode Foto Udara
Metode Mengikuti Mobil
Langsung
MetodeAnalogi
Metode
Seragam
Konvensional Rata-rata
Fratar
Detroit
Furness
Metode Tidak
Metode
Langsung
MAT
Metode Konvensional
Banyak penanganan permasalahan transportasi yang memerlukan identifikasi pola
pergerakan yang dapat dinyatakan dalam bentuk MAT. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika
sampai saat ini telah berkembang beberapa Metode untuk mendapatkan MAT. Berikut ini
dijelaskan secara singkat beberapa Metode konvensional yang lebih ditekankan pada
masing-masing kelebihan dan kekurangannya.
Metode konvensional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama, (Tamin, 1988abc)
yaitu Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung. Keduanya dijelaskan secara rinci,
tetapi yang akan lebih ditekankan hanya beberapa Metode yang secara khusus
dikembangkan untuk mendapatkan MAT.
Metode Langsung
Pendekatan ini sudah digunakan sejak lama sehingga dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang timbul yang berkaitan dengan penggunaannya. Pendekatan ini sangat
tergantung dari hasil pengumpulan data survei lapangan. Proses wawancara dapat
mengganggu pengguna jalan dan menimbulkan tundaan lalu lintas. Kendala waktu dan biaya
juga membatasi jumlah wawancara sehingga galat timbul jika sampel tidak bisa mencapai
100%. Selain itu, pemilihan Metode survei pengumpulan data juga sangat tergantung dari
ketersediaan surveior. Dengan demikian, galat teknis dan galat yang timbul akibat faktor
manusia sering terjadi, misalnya galat mencatat dan menafsirkan. Oleh sebab itu,
permasalahan utama pendekatan ini adalah dibutuhkannya sumber daya manusia yang
besar, misalnya pewawancara untuk pengumpulan data yang selanjutnya digunakan untuk
proses kodifikasi, penyortiran, dan akhirnya untuk proses analisis. Beberapa teknik yang
tersedia sampai saat ini diterangkan sebagai berikut (Willumsen, 1978a;1981ab;1982).
a. Wawancara di tepi jalan. Survei ini biasanya dilakukan pada lokasi inlet dan outlet dari
daerah kajian yang mempunyai batas wilayah tertentu. Untuk kasus transportasi barang
antarkota, survei ini sangat berguna. Data dikumpulkan dengan mewawancarai
pengendara di jalan. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai zona asal dan tujuan
pergerakan, jenis barang yang diangkut, beban muatan, dan lain-lain. Survei lainnya
kadang-kadang menanyakan hal yang bersangkutan dengan jenis kendaraan, misalnya
jenis kendaraan dan kapasitas angkutannya. Lokasi wawancara harus diatur agar semua
lalu lintas antar zona bisa didapatkan. Ini membutuhkan pendefinisian yang baik tentang
sistem zona dan jaringan di daerah kajian. Lalu lintas yang masuk dan keluar dari daerah
kajian juga harus disurvei. Jumlah wawancara pada setiap lokasi ditentukan berdasarkan
jumlah sampel yang diambil. Untuk mendapatkan gambaran mengenai besarnya sampel,
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan Metode langsung pada umumnya mahal, terutama
dalam hal kebutuhan akan sumber daya manusia, waktu proses yang lama, serta hasil
akhirnya hanya berlaku untuk selang waktu yang pendek saja. Tambahan lain, Metode
survei di tepi jalan membutuhkan koordinasi yang baik dengan pengguna jalan dan tentu hal
ini menyebabkan gangguan dan tundaan bagi pengguna jalan tersebut. Semua Metode pada
umumnya menghasilkan persentase sampel lebih kecil dari 100% sehingga hasil akhirnya
hanya merupakan perkiraan dari MAT yang diinginkan. Untuk survei foto udara, meskipun
persentase sampel 100% bisa dicapai, pertanyaan berikutnya adalah seberapa tinggi
ketepatan MAT yang dihasilkan dengan MAT yang sebenarnya terjadi dalam daerah kajian
tersebut. Oleh sebab itu, semua kekurangan itu menyebabkan semakin banyaknya kendala
dan semakin jarangnya penggunaan pendekatan Metode langsung ini.
1. Metode analogi – dalam hal ini suatu nilai tingkat pertumbuhan digunakan pada
pergerakan pada saat sekarang untuk mendapatkan pergerakan pada masa mendatang.
2. Metode sintetis – dalam hal ini harus dilakukan usaha untuk memodel hubungan atau
kaitan yang terjadi antarpola pergerakan. Setelah permodelan hubungan atau kaitan
tersebut didapat, kemudian diproyeksikan untuk mendapatkan pola pergerakan pada
masa mendatang.
Tujuan pergerakan contohnya, pegerakan ketempat kerja di negara maju biasanya lebih
mudah dengan memakai angkutan umum karena ketepatan waktu dan tingkat
pelayanannya sangat baik dan ongkosnya lebih murah dibandingtkan dengan mobil akan
tetapi, hal yang sebaiknya terjadi di negara sedang berkembang; orang masih tetap
menggunakan mobil pribadi ke tempat kerja, meskipun lebih mahal, karena ketepatan
waktu, kenyamanan, dan lain-lainnya tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.
Waktu terjadinya pergerakan kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita
pasti membutuhkan kendaraan pribadi karena pada saat ini angkutan umum
tidak/jarang beroperasi
Jarak perjalanan semakin jauh perjalanan, kita semakin cenderung memilih
angkutan umum dibandingkan dengan pribadi. Contohnya, bepergian dari Jakarta
ke Surabaya ; meskipun mempunyai mobil pribadi, kita cenderung menggunakan
angkutan umum (pesawat, kereta api, atau bus) karena jaraknya yang sangat jauh.
3 . Ciri fasilitas moda transportasi. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.
Pertama faktor kuantitatif seperti:
Waktu perjalanan; waktu menunggu di pemberhentian bus, waktu berjalan kaki di
pemberhentian bus, waktu selama bergerak, dan lain-lain;
Biayatransportasi (tarif, biayabahanbakar, dan lain-lain);
Ketersediaan ruang dan tarif parkir
Faktor kedua bersifat kuantitatif yang cukup sukar menghitungnya, meliputi kenyamanan
dan keamanan, keandalan dan keteraturan, dan lain-lain.
4 . Ciri kota atau zona. Beberapa ciri yang mempengaruhi moda adalah jarak dari pusat
kota dan kepadatan penduduk.
Model pemilihan moda yang baik harus memprtimbangkan semua faktor tersebut mudah
dilihat bagaimana konsep biaya gabungan dapat digunakan untuk menyatakan beberapa
faktor kuantitatif.
Dari semua model pemilihan moda, pemilihan peubah yang digunakan sangat tergantung
pada:
(a ) orang yang memilih moda tersebut,
(b ) tujuan pergerakan, dan
(c ) jenis model yang digunakan.
Model pemilihan moda dapat dianggap sebagai model agregat yang digunakan informasii
yang berbasis zona serta dapat dianggap sebagai madel tidak agregat jika dipakai data
berbasis data dan atau individu.
Pada tahap pembebanan rute, beberapa prinsip digunakan untuk membebankan Matriks
Asal Tujuan pada jaringan jalan yang akhirnya menghasilkan informasi arus lalu lintas pada
setiap ruas jalan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan rute pada saat
kita melakukan perjalanan. Beberapa diantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan
bakar dan lainnya), kemacetan dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya
(jalan tol, arteri), pemandangan, kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasaan.
Tidaklah praktis memodel semua faktor sehingga harus digunakan beberapa asumsi atau
pendekatan. Klasifikasi model pemilihan rute berdasarkan asumsi yang
melatarbelakanginya.
Tabel 2.5. Klasifikasi Model Pemilihan Rute
Dalam program SATURN fungsi biaya arus pada suatu ruas tertentu digambarkan
melalui persamaan universal yang dapat mengakomodasi semua jenis fungsi biaya arus.
Kriteria Konvergensi
Terdapat tiga tipe dasar kriteria konvergensi pada prosedur pembebanan batasan
kapasitas, yaitu:
(a ) Dengan melihat perbedaan antara arus atau biaya ruas pada setiap pengulangan
yang berturutan. Dengan perbedaan ini dapat dilihat apakah proses pengulangan
selanjutnya akan menghasilkan perubahan yang berarti bagi arus atau biaya
tersebut. Jika tidak, konvergensi dianggap sudah tercapai.
(b ) Dengan mengukur perbedaan antara asumsi hubungan biaya−arus pada saat
awal pembebanan dengan hubungan biaya−arus pada saat akhir pembebanan.
(c ) Melihat potensi perbaikan yang dihasilkan apabila dilakukan proses pengulangan
berikutnya.
Jaringan Jalan
Ketentuan mengenai jalan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan dan Undang-undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Disebutkan dalam UU No.38/2004 bahwa, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat
dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperlukan bagi lalu lintas.
Fungsi Jalan
Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, fungsi jalan dibedakan menjadi:
jalan arteri,
jalan kolektor,
jalan lokal,
jalan lingkungan.
Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota jenjang ke dua atau
menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota jenjang ke tiga. Ciri-ciri jalan kolektor
primer, yaitu:
a. Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
b. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Pembatasan jumlah jalan masuk.
d. Tidak terputus walaupun memasuki kota.
Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau menghubungkan
kota jenjang ke dua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ke tiga dengan kota
jenjang ke tiga, kota jenjang ke tiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ke
tigadengan persil, atau kota di bawah jenjang ke tiga sampai persil. Ciri-ciri jalan lokal
primer, yaitu:
a. Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6 (enam) meter.
b. Tidak terputus walaupun memasuki desa.
c. Perjalanan jarak dekat.
d. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor sekunder, dan lokal
sekunder, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder ke
satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke
satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke
dua.
2. Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder
ke dua atau menghubungkan kawasan sekunder ke dua kawasan sekunder ke tiga.
3. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder ke dua dengan perumahan, kawasan sekunder ke
tiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Ciri-ciri jalan arteri sekunder, yaitu:
a. Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
b. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
Ciri-ciri jalan kolektor sekunder, yaitu:
a. Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
Ciri-ciri jalan lokal sekunder, yaitu:
a. Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 (lima) meter.
b. Persyaratan teknik di atas diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau
lebih.
c. Jalan lokal sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 3,5 (tiga setengah)
meter.
Yang dimaksud dengan kecepatan rencana (design speed) adalah kecepatan kendaraan
yang dapat dicapai bila berjalan tanpa gangguan dan aman. Jalan dengan kecepatan
rencana paling rendah 60 (enam puluh) km/jam adalah jalan yang didesain dengan
persyaratan-persyaratan geometrik yang diperhitungkan terhadap kecepatan minimum 60
(enam puluh) km/jam, sehingga pada volume jam perencanaan (design hourly volume)
kendaraan bermotor dapat menggunakan kecepatan 60 (enam puluh) km/jam dengan aman.
Persyaratan kecepatan rencana diambil angka paling rendah dengan maksud untuk
memberikan kebebasan bagi perencana jalan dalam menetapkan kecepatan rencana yang
paling tepat, disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sama atau lebih besar mencapai
kapasitas jalan yang paling tinggi. Meskipun batas paling tinggi tidak disebutkan, namun
penetapan rencana tinggi tidak dianjurkan terutama bila akan mengakibatkan peningkatan
biaya Pengembangan jalan secara berlebihan.
Volume lalu-lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada
suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu. Volume lalu lintas rata-rata adalah
jumlah kendaraan rata-rata dihitung menurut satu satuan waktu tertentu. Kapasitas jalan
adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati suatu penampang tertentu pada
suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu pada keadaan jalan dan lalu lintas
dengan tingkat kepadatan yang ditetapkan. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata adalah kepadatan lalu lintas yang tidak menimbulkan kelambatan, gangguan ataupun
pembatasan bagi kebebasan gerakan pengemudi pada keadaan lalu lintas dengan tingkat
kepadatan yang ditetapkan.
Geometrik Jalan
Bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), dan ruang
pengawasan jalan (ruwasja). Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu, di luar ruang manfaat jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan sejalur tanah
tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan pembina jalan.
Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan. Ruang tersebut hanya
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
Lebar Jalur
Lebar lajur pada badan jalan mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan pengemudi.
Untuk kelancaran drainase, kemiringan jalan (superelevasi) normal adalah 3%.
Tabel 2.6. Lebar Lajur Lalu Lintas Minimum
Lebar Lajur Lalu Lintas
VD (Km/Jam)
Minimum (m)
Kecepatan tinggi: VD ≥ 80 3,60
Kecepatan sedang : 40 ≤ VD < 80 3,50
Kecepatan rendah : VD < 40 2,75
Sumber: Pedoman Desain Geometrik Jalan, 2021
Hambatan Samping
Banyaknya kegiatan di samping jalan sering menimbulkan konflik terhadap arus lalu lintas.
Hambatan samping yang terbukti mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan luar kota yaitu:
Pejalan kaki.
Kendaraan lambat (sepeda, becak, pedati, dan sejenisnya).
Pemberhentian angkutan umum dan kendaraan lain.
Kendaraan yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan.
Kelas hambatan samping dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.7. Tabel Kelas Hambatan Samping
Kelas hambatan Kode Frekuensi
Kondisi
samping berbobot kejadian
Sangat rendah VL < 50 Perdesaan, pertanian, belum
Rendah L 50 – 150 berkembang.
Sedang M 150 – 250 Perdesaan, bangunan/kegiatan sisi jalan.
Tinggi H 250 – 350 Kampung, kegiatan permukiman.
Sangat tinggi VH > 350 Kampung, kegiatan perdagangan.
Hampir perkotaan, banyak perdagangan.
Sumber: MKJI 1997
Selain itu, manajemen lalu lintas merupakan upaya pengelolaan dan pengendalian arus lalu
lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada. Hal ini menyangkut
kondisi arus lalu lintas dan juga sarana penunjangnya baik pada saat eksisting maupun
rencana. Tujuan manajemen lalu lintas yaitu:
1. Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan
tingkat aksesibilitas yang tinggi dengan menyeimbangkan permintaan dengan sarana
penunjang yang tersedia.
2. Meningkatkan tingkat keselamatan demi pengguna yang dapat diterima oleh semua
pihak.
3. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut
berada.
Sedangkan sasaran manajemen lalu lintas yaitu:
1. Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan pemisahan terhadap tipe,
kecepatan, dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan gangguan terhadap
lalu lintas.
2. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi
volume lalu lintas pada suatu ruas jalan.
3. Melakukan optimalisasi ruas jalan dengan menentukan fungsi jalan dan kontrol terhadap
aktivitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan tersebut harus dikontrol.
Kegiatan perencanaan sebagaimana dimaksud di atas meliputi invetarisasi dan evaluasi
tingkat pelayanan, penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan, penetapan pemecahan
permasalahan lalu lintas dan penyusunan rencana dan progam pelaksanaan
perwujudannya. Tujuan dilakukannya inventarisasi dalam ketentuan tersebut adalah untuk
mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, sedangkan tingkat
pelayanan merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu
lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. Dalam menentukan
tingkat pelayanan yang diinginkan, dilakukan antara lain dengan memperhatikan:
1. Rencana umum jaringan transportasi jalan;
2. Peranan, kapasitas dan karakteristk jalan;
3. Kelas jalan;
4. Karakteristik lalu lintas;
5. Aspek lingkungan; dan
6. Aspek sosial dan ekonomi.
Kegiatan pengaturan lalu lintas sebagai mana dimaksud meliputi kegiatan penetapan
kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. Adapun yang termasuk
dalam pengertian penetapan kebijakan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain penetapan
sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan
penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
Strategi-strategi dan teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen lalu lintas adalah
sebagai berikut :
1. Manajemen kapasitas
Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas membuat penggunaan kapasitas dan
ruas jalan seefektif mungkin sehingga pergerakan lalu lintas yang lancar merupakan
persyaratan utama. Teknik – teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen kapasitas ini
adalah:
a. Perbaikan persimpangan untuk menyakinkan penggunaaan kotrol dan geometrik
secara optimum;
b. Manajemen ruas jalan dengan melakukan pemisahan tipe kendaraan, kontrol on-
street parking (tempat,waktu) dan pelebaran jalan; dan
c. Area trafic control, batasan tempat membelok, sistem jalan satu arah dan koordinasi
lampu lalu lintas.
2. Manajemen prioritas
Terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan dalam manajemen prioritas, terutama
adalah prioritas bagi kendaraan penumpang umum yang menggunakan angkutan massal
karena kendaraan tersebut bergerak dengan jumlah penumpang yang banyak dengan
demikian efesiensi penggunaan ruas jalan dapat dicapai teknik yang dapat dilakukan
antara lain dengan penggunaan:
a. Jalan khusus bus;
b. Prioritas persimpangan;
c. Jalur bus;
d. Jalur khusus sepeda; dan
e. Prioritas bagi angkutan barang.
3. Manajemen demand (permintaan)
Dalam strategi ini yang dapat dilakukan adalah:
a. Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan tujuan untuk memindakan kendaraan
dari daerah macet ke daerah tidak macet;
b. Merubah moda perjalanan dari angkutan pribadi ke angkutan umum pada jam sibuk
yang berarti penyediaan prioritas bagi angkutan umum; dan
c. Kontrol terhadap penggunaan tata guna lahan.
Beberapa upaya dalam melakukan manajemen lalu lintas, yaitu:
Kinerja Jalan
Ada dua karakteristik arus lalu lintas yaitu karakteristik primer dan sekunder. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik primer
Karakteristik primer arus lalu lintas adalah volume, kecepatan dan kepadatan:
a. Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetap pada jalan dalam
satuan waktu. Volume biasanya dihitung dalam kendaraan/hari atau kendaraan/jam.
Volume dapat juga dinyatakan dalam periode waktu yang lain;
b. Kecepatan adalah perubahan jarak dibagi dengan waktu. Kecepatan dapat diukur
sebagai kecepatan titik, kecepatan perjalanan, kecepatan ruang dan kecepatan
gerak. Kelambatan merupakan waktu yang hilang pada saat kendaraan berhenti,
atau tidak dapat berjalan sesuai dengan kecepatan yang diinginkan karena adanya
sistem pengendali atau kemacetan lalu lintas; dan
c. Kepadatan adalah rata-rata jumlah kendaraan per satuan panjang jalan dengan
persamaan:
n
k
l
Dengan:
k = kepadatan lalu lintas (kendaraan/km)
n = jumlah kendaraan pada lintasan l (kendaraan)
l = panjang lintasan (km)
Dalam arus lalu lintas, ke tiga karakteristik ini akan terus bervariasi, karena jarak antara
kendaraan yang acak.
2. Karakteristik sekunder
Karakteristik sekunder yang terpenting adalah jarak-antara (headway). Ada dua
parameter dari jarak-antara, yaitu:
a. Waktu-antara kendaraan, adalah waktu yang diperlukan antara satu kendaraan
dengan kendaraan berikutnya untuk melalui satu titik tertentu yang tetap. Waktu-
antara kendaraan rata-rata = 1/volume
b. Jarak-antara kendaraan, adalah jarak antara bagian depan satu kendaraan dengan
bagian depan kendaraan berikutnya. Jarak-antara kendaraan rata-rata = 1/kepadatan
Besarnya jarak-antara menentukan kapan seorang pengemudi harus mengerem dan
kapan dia dapat mempercepat kendaraan. Jarak-antara dimana kendaraan yang berada
di depan mempengaruhi pengemudi yang di belakangnya disebut jarak-antara yang
mengganggu (interference headway). Studi yang pernah dilakukan menunjukkan jarak-
antara yang mengganggu berkisar 6 – 9 detik.
2. Variasi jam-an: Volume jam sibuk biasanya terjadi di jalan perkotaan pada saat orang
melakukan perjalanan ke dan dari tempat kerja atau sekolah. Volume jam sibuk pada
jalan antar kota lebih sulit untuk diperkirakan.
3. Variasi arah: Volume arus lalu lintas dalam satu hari pada masing-masing arah biasanya
sama besar, tetapi pada waktu-waktu tertentu di jam sibuk banyak orang akan
melakukan perjalanan dalam satu arah.
4. Distribusi lajur: bila dua atau lebih lajur lalu lintas disediakan pada arah yang sama,
maka distribusi kendaraan pada masing-masing lajur tersebut akan tergantung dari
volume, kecepatan dan proporsi dari kendaraan yang bergerak lambat.
Klasifikasi Kendaraan
Jenis kendaraan adalah faktor penting dalam mendesain jalan. Survei terklasifikasi ini dapat
dikombinasikan ke dalam kategori kelas kendaraan yang lebih diinginkan. Kombinasi tipikal
adalah:
1. Berat kendaraan, terutama beban sumbu. Hal ini berhubungan dengan desain konstruksi
perkerasan dan penanganan jalan.Pembagiannya berdasarkan atas kendaraan ringan,
sedang dan berat.
2. Dimensi kendaraan untuk menentukan lebar lajur dan radius belokan.
3. Karakteristik kecepatan kendaraan, percepatan dan pengereman untuk menentukan
kapasitas jalan. Pembagiannya berdasarkan atas kendaraan tidak bermotor, bermotor
kecil, sedang dan besar.
4. Penggunaan kendaraan. Pengklasifikasiannya adalah angkutan pribadi, angkutan umum
dan angkutan barang.
Keterangan:
LV = light vehicle (kendaraan kecil)
HV = heavy vehicle (kendaraan besar)
MC = motor cycle (sepeda motor)
UM = unmotorized vehicle (kendaraan tidak bermotor)
Kapasitas (Capacity, C)
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat
dipertahankan per satuan jam dalam kondisi tertentu. Kecepatan ini dianalisis dengan
menggunakan rumus:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Dimana :
C : Kapasitas sesungguhnya (smp / jam).
Co : Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu (ideal) (smp / jam).
FCw : Faktor penyesuaian lebar jalan.
FCSP : Faktor penyesuaian pemisahan arah.
FCSF : Faktor penyesuaian hambatan samping.
Kapasitas Dasar ( Co )
Harga kapasitas dasar tergantung pada tipe jalan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.10. Kapasitas Dasar (Co) Jalan Luar Kota
Kapasitas dasar
Tipejalan Catatan
(smp / jam)
Empat lajur terbagi (4/2 D) Per lajur
- Datar 1900
- Bukit 1850
- Gunung 1800
Empat lajur tak terbagi (4/2 UD). Per lajur
- Datar
- Bukit 1700
- Gunung 1650
Dua lajur tak terbagi (2/2 UD). 1600
- Datar Total 2 arah
- Bukit 3100
- Gunung 3000
2900
Sumber: MKJI 1997
Faktor penyesuaian kapasitas terhadap lebar lajur sebagaimana terlihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.13. Faktor Penyesuaian terhadap Hambatan Samping (FCSF) Jalan Luar Kota
Faktor Penyesuaian
Kelas Hambatan Lebar Bahu Efektif Rata-rata Ws
Tipe jalan
Samping (SFC) (m)
≤ 0.5 1.0 1.5 ≥ 2.0
Empat lajur terbagi (4/2 D) Sangat rendah 0.99 1.00 1.01 1.03
atau jalan satu arah. Rendah 0.96 0.97 0.99 1.01
Sedang 0.93 0.95 0.96 0.99
Tinggi 0.90 0.92 0.95 0.97
Sangat tinggi 0.88 0.90 0.93 0.96
Empat lajur tak terbagi Sangat rendah 0.97 0.99 1.01 1.02
(4/2 UD). Rendah 0.93 0.95 0.97 1.00
Dua lajur tak terbagi (2/2 Sedang 0.88 0.91 0.94 0.98
UD). Tinggi 0.84 0.87 0.91 0.95
Sangat tinggi 0.80 0.83 0.88 0.93
Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.14. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD)
Emp
Arus Total
Tipe Alinyemen MC
(kend/jam) MHV LB LT
<6m 6– 8 m >8 m
Datar 0 1.2 1.2 1.8 0.8 0.6 0.4
800 1.8 1.8 2.7 1.2 0.9 0.6
1350 1.5 1.6 2.5 0.9 0.7 0.5
≥1900 1.3 1.5 2.5 0.6 0.5 0.4
Bukit 0 1.8 1.6 5.2 0.7 0.5 0.3
650 2.4 2.5 5.0 1.0 0.8 0.5
1100 2.0 2.0 4.0 0.8 0.6 0.4
≥1600 1.7 1.7 3.2 0.5 0.4 0.3
Gunung 0 3.5 2.5 6.0 0.6 0.4 0.2
450 3.0 3.2 5.5 0.9 0.7 0.4
900 2.5 2.5 5.0 0.7 0.5 0.3
≥1350 1.9 2.2 4.0 0.5 0.4 0.3
Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.15. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Empat Lajur Dua Arah Terbagi dan Tak
Terbagi (4/2D dan 4/2 UD)
Tipe Alinyemen Arus Total Arus Total Emp
(kend/jam) (kend/jam) MHV LB LT MC
Jalan Terbagi Jalan Tak
Terbagi
Datar 0 0 1.2 1.2 1.6 0.5
1000 1700 1.4 1.4 2.0 0.6
1800 3250 1.6 1.7 2.5 0.8
≥2150 ≥3950 1.3 1.5 2.0 0.5
Bukit 0 0 1.8 1.6 4.8 0.4
750 1350 2.0 2.0 4.6 0.5
1400 2500 2.2 2.3 4.3 0.7
≥1750 ≥3150 1.8 1.9 3.5 0.4
Gunung 0 0 3.2 2.2 5.5 0.3
550 1000 2.9 2.6 5.1 0.4
1100 2000 2.6 2.9 4.8 0.6
≥1500 ≥2700 2.0 2.4 3.8 0.3
Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.16. Nilai EMP untuk Jalan Luar Kota Enam Lajur Dua Arah Terbagi (6/2D)
Tipe Alinyemen Arus Total Emp
(kend/jam) MHV LB LT MC
per Arah
Datar 0 1.2 1.2 1.6 0.5
1500 1.4 1.4 2.0 0.6
2750 1.6 1.7 2.5 0.8
≥3250 1.3 1.5 2.0 0.5
Bukit 0 1.8 1.6 4.8 0.4
1100 2.0 2.0 4.6 0.5
2100 2.2 2.3 4.3 0.7
≥2650 1.8 1.9 3.5 0.4
Gunung 0 3.2 2.2 5.5 0.3
800 2.9 2.6 5.1 0.4
1700 2.6 2.9 4.8 0.6
≥2300 2.0 2.4 3.8 0.3
Kecepatan (Velocity, V)
Kecepatan didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan sepanjang
segmen jalan, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
V = L / TT
Dimana :
V : Kecepatan rata-rata (km / jam).
L : Panjang segmen jalan (km).
FT : Waktu tempuh rata-rata (jam).
Dimana :
We : lebar efektif pendekat (m)
So : arus jenuh dasar (smp/jam)
Fcs : koreksi terhadap ukuran kota.
Fsf : koreksi terhadap hambatan samping.
Fg : koreksi terhadap kelandaian.
Fp : koreksi terhadap jarak parkir.
Frt : koreksi terhadap jumlah arus belok kanan.
Flt : koreksi terhadap jumlah arus belok kiri.
jumlah tundaan yang terjadi per smp adalah penjumlahan dari DT dan DG dalam satuan
detik.
Metode ini menganggap bahwa simpang jalan berpotongan tegak lurus dan terletak pada
alinyemen datar dan berlaku untuk derajat kejenuhan kurang dari 0,8 - 0,9. Pada kebutuhan
lalu lintas yang lebih tinggi perilaku lalu-lintas menjadi lebih agresif dan ada resiko tinggi
bahwa simpang tersebut akan terhalang oleh para pengemudi yang berebut ruang terbatas
pada daerah konflik. Metode ini diturunkan dari lokasi-lokasi, yang mempunyai perilaku lalu-
lintas Indonesia yang diamati pada simpang tak bersinyal. Apabila perilaku ini berubah,
misalnya karena pemasangan dan pelaksanaan rambu lalu-lintas BERHENTI atau BERI
JALAN pada simpang tak bersinyal, atau melalui penegakan aturan hak jalan lebih dulu dari
kiri (undang-undang lalu-lintas yang ada), maka Metode ini akan menjadi kurang sesuai.
Metode ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya
akibat kondisi geometrik, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.
a) Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar
(C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut.
C= Co × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI
Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan menggunakan
model tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.19. Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas
Dalam beberapa manual dari Barat sudut pada simpang miring mempunyai pengaruh pada
kapasitas. Manual Indonesia tidak berdasarkan Metode "pengambilan celah", dan tidak ada
perbedaan yang jelas antara jalan utama dan jalan minor. Karena manual juga tidak
memungkinkan perhitungan kapasitas pendekat melainkan kapasitas simpang, maka sudut
belok pendekat tidak dipergunakan.
b) Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang, (DS), dihitung sebagai berikut:
DS = Qsmp / C
di mana:
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut:
Qsmp = Qkend × Fsmp
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut:
Fsmp = (empLV×LV%+empHV×HV%+empMC×MC%)/100
dimana empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC% adalah emp dan
komposisi lalu lintas untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda
motor
C = Kapasitas (smp/jam)
c) Tundaan
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :
1) TUNDAAN LALU-LINTAS (DT) akibat interaksi lalu-lintas dengan gerakan yang lain dalam
simpang.
2) TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan percepatan kendaraan yang
terganggu dan tak-terganggu.
Tundaan lalu-lintas seluruh simpang (DT), jalan minor (DTMI) dan jalan utama (DTMA),
ditentukan dari kurva tundaan empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel bebas.
Tundaan meningkat secara berarti dengan arus total, sesuai dengan arus jalan utama dan
jalan minor dan dengan derajat kejenuhan. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada
perilaku 'pengambilan-celah' pada arus yang tinggi. Ini berarti model barat yaitu lalu-lintas
jalan utama berperilaku berhenti / memberi jalan, tidak dapat diterapkan (di Indonesia). Arus
keluar stabil maksimum pada kondisi tertentu yang ditentukan sebelumnya, sangat sukar
ditentukan, karena variasi perilaku dan arus keluar sangat beragam. Karena itu kapasitas
ditentukan sebagai arus total simpang dimana tundaan lalu lintas rata-rata melebihi 15
detik/smp, yang dipilih pada tingkat dengan probabilitas berarti untuk titik belok berdasarkan
hasil pengukuran lapangan; (nilai 15 detik/smp ditentukan sebelummya). Nilai tundaan yang
didapat dengan cara ini dapat digunakan bersama dengan nilai tundaan dan waktu tempuh
dengan cara dari fasilitas lalu-lintas lain dalam manual ini, untuk mendapatkan waktu tempuh
sepanjang rute jaringan jika tundaan geometrik di koreksi dengan kecepatan ruas
sesungguhnya.
d) Peluang antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat kejenuhan secara empiris.
Panjang antrian (QL) dapat dihitung dengan rumus :
NQmax x 20
QL =
Wmasuk
dimana :
c = waktu siklus (detik)
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
Jumlah kendaraan henti (Nsv) masing-masing pendekat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Nsv = Q x NS (smp/jam)
Angka henti (NSTOT) untuk seluruh simpang dapat dihitung dengan rumus
NSTOT =
Nsv
QTOT
Tundaan
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT), tundaan akibat pengaruh timbal
balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada simpang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
NQ1 x3600
DT = c x A x
C
dimana :
DT = tundaaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
c = waktu siklus yang disesuaikan (detik)
0,5 x (1 GR )
A =
(1 GR DS )
GR = rasio hijau
DS = derajat kejenuhan
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
DI =
(Q.Dj)
QTOT
Kecepatan lalu lintas dapat diukur sebagai:
1) kecepatan setempat (spot speed):
Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan sesaat di lokasi tertentu pada
suatu ruas jalan. Terdapat 2 (dua) jenis kecepatan rata-rata setempat (mean spot
speed), yaitu:
a) kecepatan rata-rata waktu (time mean speed) yang merupakan rata-rata
aritmatik kecepatan kendaraan yang melintasi suatu titik selama rentang waktu
tertentu;
b) kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) yang merupakan rata-rata
aritmatik kecepatan kendaraan yang berada pada rentang jarak tertentu pada
waktu tertentu.
1) kecepatan tempuh (travel speed):
Kecepatan tempuh (travel speed) merupakan kecepatan rata-rata (km/jam) arus
lalu-lintas dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang
melalui segmen jalan. Waktu tempuh rata-rata yang digunakan kendaraan
menempuh segmen jalan dengan panjang tertentu, termasuk semua tundaan waktu
berhenti (detik) atau jam. Waktu tempuh tidak termasuk berhenti untuk istirahat dan
perbaikan kendaraan.
2) kecepatan arus bebas (free flow speed) :
Kecepatan arus bebas (free flow speed) merupakan kecepatan rata- rata teoritis
(km/jam) lalu-lintas pada kerapatan = 0, yaitu tidak ada kendaraan yang lewat.
Kecepatan arus bebas (free flow speed) juga diartikan sebagai kecepatan (km/jam)
kendaraan yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana
pengendara merasakan perjalanan yang nyaman, dalam kondisi geometrik,
lingkungan dan pengaturan lalu-lintas yang ada, pada segmen jalan dimana tidak
ada kendaraan yang lain).
Tundaan diperhitungkan pada simpang yang dilengkapi APILL dan simpang yang
tidak dilengkapi APILL (simpang prioritas).
1) Tundaan pada simpang ber APILL.
Tundaan lalu lintas pada simpang ber APILL meliputi:
a) tundaan lalu lintas (delay traffic) merupakan waktu menunggu yang disebabkan
interaksi lalu-lintas dengan gerakan lalu-lintas yang bertentangan;
b) tundaan geometrik (delay geometric) merupakan waktu menunggu yang
disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok di
simpangan dan/atau yang terhenti oleh lampu merah.
2) Tundaan pada simpang yang tidak dilengkapi dengan APILL (simpang prioritas).
Tundaan lalu lintas pada simpang yang tidak dilengkapi dengan APILL (simpang
prioritas) meliputi:
a) tundaan lalu lintas (delay traffic) merupakan waktu menunggu yang disebabkan
interaksi lalu-lintas dengan lalu lintas yang berkonflik.
Tundaan lalu lintas terdiri dari tundaan lalu-lintas jalan-utama yaitu tundaan lalu-
lintas rata-rata semua kendaraan bermotor yang masuk persimpangan dari jalan-
utama, serta tundaan lalu- lintas jalan minor yaitu tundaan lalu-lintas rata-rata
semua kendaraan bermotor yang masuk persimpangan dari jalan minor.
b) tundaan geometrik (delay geometric) merupakan waktu menunggu yang
disebabkan oleh perlambatan dan percepatan lalu-lintas yang terganggu dan yang
tidak terganggu
6) alat pengaman pemakai jalan, terdiri atas pagar pengaman, cermin tikungan,
tanda patok tikungan (delineator), pulau-pulau lalu lintas dan pita penggaduh;
7) fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan
maupun di luar badan jalan meliputi jalur khusus angkutan umum, jalur/lajur sepeda
motor, jalur/lajur kendaraan tidak bermotor, parkir pada badan jalan, dan fasilitas
perpindahan moda dalam rangka integrasi pelayanan intra dan antar moda;
dan/atau
8) fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi
trotoar, lajur sepeda, tempat penyeberangan Pejalan Kaki, Halte dan/atau fasilitas
khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Kinerja perlengkapan jalan meliputi:
a) keberadaan (ada/tidak ada);
b) lokasi (tepat/tidak tepat);
c) kondisi (baik/rusak);
d) fungsi (berguna/tidak berguna)
Tingkat pelayanan ditetapkan oleh Direktur Jenderal, Gubernur, Bupati dan Walikota sesuai
kewenangan.
Tabel 2.20. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan (Level of Service LOS) Berdasarkan Nilai
Kecepatan (V)
Tabel 2.21. Karakteristik Tingkat Pelayanan (Level of Service LOS) di Persimpangan Jalan
2.4. Metodologi
Kerangka Alur Berpikir
Kerangka alur pikir berfungsisebagai Metode untuk mencapai tujuan dan ruang lingkup
pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja atau Term of Reference. Secara sederhana
kerangka alur pikir dituangkan dalam bentuk diagram alir (flow chart) seperti disajikan pada
gambar di bawah.
Penelitian terhadap kinerja lalu lintas sekitar kawasan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang topik dan
dilakukan studi kepustakaan sebagai bahan teori dan model yang akan digunakan dalam
analisis dan penyusunan dokumen.
2. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer, meliputi:
- Inventarisasi geometric jalan
- Volume lalu lintas
- Kecepatan lalu lintas
- Tarikan perjalanan
Data sekunder, meliputi:
- Rencana Pembangunan Toserba KDS Bondowoso.
3. Analisis
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja lalu lintas pada kondisi
eksisting dan beroperasi sebagai berikut:
- Tingkat pelayanan lalu lintas di ruas jalan.
- Tingkat pelayanan lalu lintas di persimpangan.
4. Skenario
Skenario akan dilakukan pada saat masa konstruksi, dan masa operasional Toserba
KDS Bondowoso.
5. Manajemen dan rekayasa lalu lintas
Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan sebagai upaya mempertahankan terlebih
lagi memperbaiki tingkat pelayanan lalu lintas.
2. Survei instansional
a. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Dishub Kabupaten Bondowoso
Tujuan : untuk memperoleh data trayek angkutan umum, dan rencana
kebijakan lalu lintas.
Metode : dengan melalui surat permohonan data.
b. Perusahaan CV. Karunia Damai Selalu
Tujuan : untuk memperoleh data, time line dan gambar rencana.
Metode : dengan melalui koordinasi dan rapat internal.
Bab 3
Analisis Kondisi
Saat Ini
Wilayah Kabupaten Bondowoso sebelah barat dan utara berbatasan dengan Kabupaten
Situbondo, disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember.
Luas wilayah Kab. Bondowoso mencapai 1.518,774 km2 yang terbagi menjadi 23 Kecamatan, 209
desa dan 10 Kelurahan. Ketinggian dari permukaan laut rata-rata mencapai ± 347 meter diatas
permukaan laut. Wilayah tertinggi ± 1.130 meter dan terendah ± 54 meter. Kondisi dataran di Kab.
Bondowoso terdiri dari pegunungan dan perbukitan seluas 44,4%, dataran tinggi 24,9 % dan
dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah secara keseluruhan.
Pegunungan yang ada di Kabupaten Bondowoso adalah Pegunungan Ijen yang terletak di bagian
timur dan Pegunungan Argopuro di sebelah barat. Sementara itu ada sekitar 35 sungai yang
mengaliri Kabupaten Bondowoso antara lain yaitu Sungai Deluang, Sungai Sampeyan Baru,
Sungai Mrawan, Sungai Tlaga, Sungai Wonoboyo, dll.
Gambar 3.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bondowoso (Km2) Tahun 2022
Tabel 3.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2022
SP2020 mencakup seluruh penduduk yang tinggal di wilayah teritorial Indonesia, mencakup
Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang telah menetap atau
berencana menetap di wilayah Indonesia selama minimal satu tahun. WNI yang dicakup juga
termasuk mereka yang berada di luar negeri, yaitu Anggota Korps Diplomatik Republik Indonesia
beserta keluarganya di luar negeri dan Anggota TNI/POLRI beserta keluarganya yang sedang
melakukan misi perdamaian di luar negeri. Dalam publikasi ini, data yang disajikan merupakan
hasil SP2020 (September) dan hasil proyeksi penduduk interim 2020-2023 (pertengahan
tahun/Juni).
Penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia,
mencakup Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang telah menetap
selama satu tahun atau lebih atau berencana menetap di wilayah Indonesia selama minimal satu
tahun. Pada sensus sebelumnya referensi waktu dalam konsep kependudukan adalah enam
bulan. Perubahan ini didasari oleh UU No.24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU No.23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pada Pasal 15.
Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan rata-rata tingkat pertambahan
penduduk dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk
dasar. Metode penghitungan laju pertumbuhan penduduk yang digunakan oleh BPS adalah
metode geometrik.
Kepadatan penduduk adalah ukuran persebaran penduduk yang menunjukkan jumlah penduduk
per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan
banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.
Sarana produksi pelayanan Pos tidak mengalami perubahan jumlah dibanding tahun 2019 yaitu
Kantor Pos 1 unit dan Pos Pembantu sebanyak 13 unit. Layanan Pos yang dikirim dan diterima
oleh Kantor Pos Bondowoso terbanyak adalah Pos Kilat dan Pos Paket Dalam Negeri Kilat. Nilai
transaksi pengiriman pos paket yang dikirim mengalami sedikit penurunan. Hal ini menunjukkan
bahwa layanan pengiriman barang melalui kantor pos masih diminati di tengah persaingan.
Gambar 3.3. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Bondowoso
(km), 2021
Tabel 3.2 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan (km) Tahun 2019-2021
Kondisi perkerasan di sekitar lokasi studi cukup baik akan tetapi ada beberapa bagian jalan yang
perlu perbaikan dan pemeliharaan.
Tempat Parkir
Lahan untuk parkir kendaraan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perencanaan
suatu kota. Lahan parkir tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi penggunaan pada kawasan-
kawasan yang mempunyai beragam kegiatan yang ditempatkan dalam lahan parkir kendaraan.
Penyediaan fasilitas parkir yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya konflik pada ruas jalan di
sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah yang timbul pada fasilitas parkir adalah jika kebutuhan untuk
parkir tidak sesuai atau melebihi kapasitas parkir yang tersedia, sehingga kendaraan yang tidak
tertampung pada tempat parkir akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan
tersebut.
Parkir di tepi jalan adalah parkir yang mengambil tempat di sepanjang jalan yaitu memanfaatkan
badan jalan, dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir jenis ini adalah
baik bagi pengunjung yang ingin dekat dengan tujuan. Namun dampak parkir tepi jalan ini akan
mengurangi kapasitas jalan sehingga akan mengurangi kinerja pelayanan lalu lintas dan
mengurangi kecepatan arus lalu lintas.
Tabel 3.3 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Jl. Ahmad Yani (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 1203 356 7 0 1566 666
07.00-08.00 1818 385 12 0 2215 855
08.00-09.00 1272 316 12 0 1600 650
09.00-10.00 1088 262 6 0 1356 542
10.00-11.00 1053 249 4 0 1306 517
11.00-12.00 1336 264 10 0 1610 611
12.00-13.00 1259 208 11 0 1478 537
13.00-14.00 1068 290 4 1 1362 562
14.00-15.00 957 227 20 0 1204 492
15.00-16.00 1274 274 18 0 1566 616
16.00-17.00 1619 425 10 0 2054 843
17.00-18.00 1759 565 10 0 2334 1018
18.00-19.00 1365 194 6 0 1565 543
19.00-20.00 653 128 9 0 790 303
20.00-21.00 318 119 1 0 438 200
21.00-22.00 226 49 0 0 275 106
Jumlah kendaraan dua arah 22719 9060
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
Gambar 3.10. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Jl. Ahmad Yani (2 Arah) (kend/jam)
Tabel 3.4 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1) (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 1018 318 7 0 1343 582
07.00-08.00 1709 374 10 0 2093 814
08.00-09.00 1267 312 12 0 1591 644
09.00-10.00 854 243 7 0 1104 466
10.00-11.00 917 243 5 0 1165 479
11.00-12.00 1051 245 9 0 1305 519
12.00-13.00 1022 191 12 0 1225 462
13.00-14.00 937 288 4 1 1229 527
14.00-15.00 1005 242 15 0 1262 513
15.00-16.00 1248 247 22 0 1517 588
16.00-17.00 1387 413 6 0 1806 768
17.00-18.00 1625 531 8 0 2164 948
18.00-19.00 1147 196 6 0 1349 491
19.00-20.00 548 107 9 0 664 256
20.00-21.00 329 115 1 0 445 199
21.00-22.00 238 71 0 0 309 131
Jumlah kendaraan dua arah 20571 8384
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
Gambar 3.11. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1) (2 Arah)
(kend/jam)
Tabel 3.5 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 1136 273 12 0 1421 573
07.00-08.00 1584 371 14 0 1969 785
08.00-09.00 928 267 2 0 1197 502
09.00-10.00 808 223 4 0 1035 430
10.00-11.00 877 297 4 0 1178 521
11.00-12.00 1281 379 6 0 1666 707
12.00-13.00 905 295 6 0 1206 529
13.00-14.00 1100 232 25 0 1357 540
14.00-15.00 1436 312 3 0 1751 675
15.00-16.00 1231 355 2 0 1588 665
16.00-17.00 2048 402 3 0 2453 918
17.00-18.00 1573 316 1 0 1890 711
18.00-19.00 881 170 1 0 1052 392
19.00-20.00 521 217 2 0 740 350
20.00-21.00 377 96 1 0 474 192
21.00-22.00 332 69 0 0 401 152
Jumlah kendaraan dua arah 21378 8640
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
Gambar 3.12. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2) (2 Arah)
(kend/jam)
Tabel 3.6 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Rengganis (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 110 23 0 0 133 51
07.00-08.00 73 10 0 0 83 28
08.00-09.00 158 11 0 0 169 51
09.00-10.00 49 6 0 0 55 18
10.00-11.00 49 5 0 0 54 17
11.00-12.00 55 16 0 0 71 30
12.00-13.00 57 9 0 0 66 23
13.00-14.00 47 12 0 0 59 24
14.00-15.00 54 13 0 0 67 27
15.00-16.00 67 7 0 0 74 24
16.00-17.00 73 13 0 0 86 31
17.00-18.00 97 23 0 0 120 47
18.00-19.00 42 10 0 0 52 21
19.00-20.00 16 4 0 0 20 8
20.00-21.00 19 4 0 0 23 9
21.00-22.00 7 0 0 0 7 2
Jumlah kendaraan dua arah 1139 409
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
Gambar 3.13. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Rengganis (2 Arah) (kend/jam)
Tabel 3.7 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Santawi (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 509 100 4 0 613 232
07.00-08.00 449 77 2 0 528 192
08.00-09.00 579 96 0 0 675 241
09.00-10.00 462 99 7 0 568 224
10.00-11.00 466 100 1 0 567 218
11.00-12.00 523 85 1 0 609 217
12.00-13.00 563 89 5 0 657 236
13.00-14.00 525 92 0 0 617 223
14.00-15.00 524 97 17 0 638 250
15.00-16.00 678 87 18 0 783 280
16.00-17.00 834 138 6 0 978 354
17.00-18.00 908 176 2 0 1086 406
18.00-19.00 702 96 4 0 802 277
19.00-20.00 293 73 4 0 370 151
20.00-21.00 149 34 0 0 183 71
21.00-22.00 72 48 0 0 120 66
Jumlah kendaraan dua arah 9794 3638
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
Gambar 3.14. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Santawi (2 Arah) (kend/jam)
Tabel 3.8 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Brigpol Sudarlan (2 Arah) (kend/jam)
Jam MC LV HV UM kend/jam smp/jam
06.00-07.00 138 16 1 0 155 52
07.00-08.00 141 4 0 0 145 39
08.00-09.00 75 9 5 0 89 34
09.00-10.00 65 5 0 0 70 21
10.00-11.00 87 23 0 0 110 45
11.00-12.00 164 27 1 0 192 69
12.00-13.00 89 1 0 0 90 23
13.00-14.00 62 21 1 0 84 38
14.00-15.00 65 6 1 0 72 24
15.00-16.00 52 6 0 0 58 19
16.00-17.00 115 19 0 0 134 48
17.00-18.00 188 20 0 0 208 67
18.00-19.00 101 10 0 0 111 35
19.00-20.00 57 6 0 0 63 20
20.00-21.00 34 15 0 0 49 24
21.00-22.00 54 1 0 0 55 15
Jumlah kendaraan dua arah 1685 572
Sumber: Hasil Survei, Tahun 2023
120
JUMLAH KENDARAAN
100
80
60
40
20
0
00. 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00- 00-
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 00.
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
Timur ke Barat 88 41 49 31 57 111 30 22 25 15 31 101 40 29 21 19 0 0 0 0 0 0 0 0
Barat ke Timur 67 104 40 39 53 81 60 62 47 43 103107 71 34 28 36 0 0 0 0 0 0 0 0
WAKTU
Gambar 3.15. Grafik Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Brigpol Sudarlan (2 Arah) (kend/jam)
Tabel 3.9 Analisis Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan untuk Periode Jam Puncak kKondisi
Eksisting (Tahun 2023)
Gambar 3.16. Flow Diagram Volume Lalu Lintas Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl. Mastrip – Jl. Rengganis pada Kondisi Eksisting (Tahun
2023) (kend/jam)
Gambar 3.17. Flow Diagram Volume Lalu Lintas Simpang 3 Bundaran Jl. Ahmad Yani - Jl. Mastrip – Jl. Santawi pada Kondisi Eksisting
(Tahun 2023) (kend/jam)
Gambar 3.18. Flow Diagram Volume Lalu Lintas Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl. Mastrip – Jl. Brigpol Sudarlan pada Kondisi Eksisting
(Tahun 2023) (kend/jam)
Tabel 3.13 Perkiraan Jumlah Kendaraan yang Masuk ke Bondowoso Citi Mall Periode
Jam Puncak Tahun 2023
Operasional Operasional
Jenis Kendaraan
Tahp 1 Tahp 12
Motor 237 501
Mobil 41 86
Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2023
Berikut ini hasil perhitungan potensi antrian menggunakan simulasi Single Channel. Jumlah
gardu otomatis masing-masing 1 unit untuk kendaraan sepeda motor dan mobil. Waktu
Pelayanan Rata-rata untuk sepeda motor = 8 detik = 0,133 menit, sedangkan untuk Waktu
Pelayanan Rata-rata untuk sepeda motor = 12 detik = 0,20 menit.
Tingkat kedatangan kendaraan per jamnya (λ):
λ motor = 237
λ mobil = 41
Tingkat kemampuan (rata-rata) untuk melayani setiap kedatangan kendaraan disebut juga
sebagai kemampuan pelayanan. Tingkat pelayanan (µ) per jam puncak pada pintu masuk
Toserba KDS Bondowoso dicari dengan menggunakan persamaan :
P motor = λ
μ
= 237
450
= 0,5267
= 52,67 % (dibulatkan)
P mobil = λ
μ
= 41
400
= 0,1025
= 10,25 % (dibulatkan)
= 0.5860
= < 1 kendaraan (dibulatkan)
2 .
Lq mobil = = =
.
= 0,0117
= < 1 kendaraan (dibulatkan)
P mobil = λ
μ
= 86
400
= 0,215
= 21,5 % (dibulatkan)
= 10,93
= 11 kendaraan (dibulatkan)
2 .
Lq mobil = = =
.
= 0,05888
= < 1 kendaraan (dibulatkan)
Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat ditarik kesimpulan pada kondisi normal
panjang antrian untuk gardu otomatis masuk Toserba KDS Bondowoso adalah < 1
kendaraan mobil atau tidak terjadi antrian, dan sekitar 11 kendaraan motor atau sepanjang ±
22 meter antrian. Artinya perlu dilakunan manajemen lalu lintas berupa penempatan portal
gate parkir motor harus berjarak 22 meter dari ruas Jalan Mastrip agar tidak menimbulkan
permasalahan lalu lintas.
Dimana :
P = Arus lalu lintas penyebrang jalan yang menyebrang jalur lalu lintas sepanjang 100
meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam
V = Arus lalu lintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam
Berdasarkan hasil survei pejalan kaki yang menyeberang di sekitar lokasi Pembangunan
Toserba KDS Bondowoso, didapat hasil pada Jalan Mastrip yang tertinggi pada jam 17.00-
18.00 dengan jumlah 8 pejalan kaki/jam. Volume aarus lalu lintas kendaraan dari Jalan
Mastrip yang tertinggi pada tabel analisa kinerja ruas jalan eksisting yaitu 971 smp/jam
Terlihat dari data dan perhitungan di atas bahwa di depan lokasi Pembangunan Toserba
KDS Bondowoso direkomendasikan untuk pemasangan fasilitas pejalan kaki berupa zebra
cross dengan lapak tunggu. Diperkirakan setelah Pembangunan Toserba KDS Bondowoso
akan lebih banyak pejalan kaki yang menyeberang, sehingga disarankan untuk menyediakan
fasilitas pejalan kaki berupa pelican cross. Hal ini juga dapat mengantisipasi kondisi peak
season seperti sebelum hari raya idul fitri, tahun baru, dll.
Berdasarkan hasil survei di lokasi didapat jumlah penumpang untuk MPU yaitu 13 orang
dengan kapasitas mobil penumpang 15 orang, sedangkan untuk bis penumpang yaitu 25
orang dengan kapasitas 38 orang. Maka nilai Load Factor (Lf) dapat dihitung sebagai
berikut:
𝐿𝑓 93%
𝐿𝑓 x 100%
𝐿𝑓 66%
Berdasarkan hasil survei lalu lintas, dapat dilihat bahwa jumlah angkutan umum yang
melintasi ruas jalan di depan lokasi Toserba KDS Bondowoso yaitu hanya mobil penumpang
sejumlah 2 kendaraan per jam dan bus penumpang sejumlah 2 kendaraan per jam. Dari data
tersebut dapat dihitung faktor pelayanan sebagai berikut.
Frekuensi Pelayanan
Dengan :
f = frekuensi (jumlah kendaraan per menit)
N = jumlah kendaraan (buah)
𝑓 0,03 (kend/menit)
𝑓 0,03 (kend/menit)
Bab 4
Analisis
Bangkitan/Tarikan Lalu
Lintas dan Angkutan
Jalan
C Lahan Terbuka
1 Area Penghijauan 2556 9,83%
2 Area Terbuka Lainnya 2303,32 8,86%
Jumlah 4.859,32
Jumlah (A+B+C) 25.992,00 100,00%
Sumber : Dokumen Andalalin Citi Mall Bondowoso
Lokasi Bondowoso
Citi Mall
Jumlah 316 279 1986 1723 2302 2002 4304 1311 1143 2454
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2023
Berdasarkan hasil perhitungan diambil jumlah kendaraan terbesar yaitu pada kondisi keluar
pukul 05.00-06.00 sejumlah 551 sepeda motor dan 95 mobil. Selanjutnya hasil di atas akan
dikalikan faktor pembanding luas lantai bangunan efektif, sebagai berikut
Selanjutnya akan dihitung jumlah bangkitan dan tarikan lalu lintas pada masa operasional
tahap operasional, sebagai berikut
Berdasarkan hasil perhitungan didapat jumlah tarikan dan bangkitan lalun lintas Tahap
Operasional Toserba KDS Bondowoso sejumlah 346 smp/jam.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Bangkitan dan Tarikan Lalu Lintas pada Masa Operasional
Sepeda Mobil
No. Bangunan
Motor penumpang
1 Bondowoso Citi Mall 95 551
2 Toserba KDS (Tahap Operasional) 86 502
Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2023
18.000
16.000
Jumlah Kendaraan (LV)
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000 LV
4.000
2.000
0
2017 2018 2019 2020
Tahun
Dari hasil analisa, untuk selanjutnya dapat diketahui prediksi jumlah volume kendaraan
seperti pada tabel berikut ini.
4.900
Jumlah Kendaraan (LB)
4.800
4.700
4.600
4.500 HV
4.400
4.300
2017 2018 2019 2020
Tahun
Dari hasil analisa, untuk selanjutnya dapat diketahui prediksi jumlah volume kendaraan
seperti pada tabel berikut ini.
124.000
122.000
Jumlah Kendaraan (LT)
120.000
118.000
116.000
114.000 MC
112.000
110.000
108.000
2015 2016 2017 2018
Tahun
Dari hasil analisa, untuk selanjutnya dapat diketahui prediksi jumlah volume kendaraan
seperti pada tabel berikut ini.
-
1
32 LV + 182 MC
34 LV + 197 MC
5 LV + 30 MC
Lokasi
Toserba KDS 86 LV + 501 MC
6
86 LV + 501 MC
3 MC
Jl. Rengganis
4
Jl. Mastrip Segmen 2
1 LV + 5 MC
49 LV + 284 MC
48 LV + 282 MC
Pembagian zona rencana untuk kondisi saat adanya Pembangunan Toserba KDS
Bondowoso meliputi:
Zona 1 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan melewati ruas Jalan Ahmad Yani menuju arah utara dengan tata guna
lahan berupa kawasan komersil dan permukiman.
Zona 2 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan melewati ruas Jalan Santawi menuju arah timur dengan tata guna
lahan berupa permukiman.
Zona 3 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan melewati ruas Jalan Brigpol Sudarlan menuju arah barat dengan tata
guna lahan berupa permukiman.
Zona 4 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan melewati ruas Jalan Rengganis menuju arah barat dengan tata guna
lahan berupa permukiman.
Zona 5 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan melewati ruas Jalan Mastrip menuju arah selatan dengan tata guna
lahan berupa komersil dan permukiman.
Zona 6 adalah pergerakan lalu lintas asal dan tujuan dari dan ke wilayah-wilayah yang
berkemungkinan menuju ke Toserba KDS Bondowoso.
Adapun sebaran perjalanan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini :
ZONA 1
ZONA 3
ZONA 2
ZONA 6
ZONA 4 ZONA 5
Tabel 4.16. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2024 (Masa Konstruksi Tahap 1)
VOLUME KENDARAAN (SMP/JAM) 2024 K1
TUJUAN
ZONA
Jln. Ahmad Jln. Brigpol Jln. Rengganis TOSERBA KDS
O/D Jln. Sentawi (2) Jln. Mastrip (5) TOTAL
Yani (1) Sudarian (3) (4) (6)
Tabel 4.17. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2024 (Masa Konstruksi Tahap 2 dan
Masa Operasional Tahap 1)
VOLUME KENDARAAN (SMP/JAM) 2025 K2+OP1
TUJUAN
ZONA
Jln. Ahmad Jln. Brigpol Jln. Rengganis TOSERBA KDS
O/D Jln. Sentawi (2) Jln. Mastrip (5) TOTAL
Yani (1) Sudarian (3) (4) (6)
Tabel 4.18. Distribusi Volume Kendaraan Tahun 2026 (Masa Operasional Tahap 2)
VOLUME KENDARAAN (SMP/JAM) 2026 K3+OP2
TUJUAN
ZONA
Jln. Ahmad Jln. Brigpol Jln. Rengganis TOSERBA KDS
O/D Jln. Sentawi (2) Jln. Mastrip (5) TOTAL
Yani (1) Sudarian (3) (4) (6)
Gambar 4.10. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Ahmad Yani
Gambar 4.11. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Mastrip (Segmen 1)
Gambar 4.12. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Mastrip (Segmen 2)
Gambar 4.15. Diagram Persentase Pemilihan Moda di Ruas Jalan Brigpol Sudarlan
Bab 5
Simulasi Kinerja
Lalu Lintas
Pendekatan makro dimulai dengan penaksiran intensitas tata guna lahan Industri yang
didapatkan dari pihak Pembangun. Dari data tersebut selanjutnya diestimasi bangkitan
perjalanan, distribusi perjalanan dan pembebanan lalu lintas baik pada jalan-jalan di sekitar
lokasi maupun pada akses keluar-masuk lokasi.
Pembebanan perjalanan di sekitar lokasi ditambahkan dengan lalu lintas dasar (base-traffic)
tahun rencana Masa Operasional pada masa Evaluasi 5 Tahun pada Tahun 2031 untuk
mendapatkan beban yang nyata pada daerah pengaruh dengan dibangunnya Industri kertas.
Simulasi kinerja lalu lintas diperlukan untuk memprediksi kondisi lalu lintas jika terjadi
perubahan volume maupun pengaturan lalu lintas di suatu jaringan jalan. Hasil simulasi
kinerja lalu lintas sebelum pembangunan, saat pembangunan, setelah pembangunan, dan
evaluasi 5 tahun dijelaskan pada sub bab berikut ini.
Tabel 5.1. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2024 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Tabel 5.2. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2026 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Tabel 5.3. Simulasi Kinerja Lalu Lintas pada Ruas Jalan Sebelum Pembangunan
Tahun 2031 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Tabel 5.16. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Saat Pembangunan Tahun 2024
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Masa Konstruksi 2024
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 876 2566 0.34 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 674 2566 0.26 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1132 2566 0.44 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 891 2610 0.34 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 587 2610 0.22 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1057 2610 0.41 B
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 943 2920 0.32 B
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 856 2920 0.29 B
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1119 2920 0.38 B
Utara - Selatan
Timur - Barat
Puncak Pagi 53 2830 0.02 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
lajur, 2 arah Timur - Barat
4 Jl. Rengganis Puncak Siang 45 2830 0.02 A
tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 63 2830 0.02 A
Barat - Timur
Barat - Timur
Puncak Pagi 281 2364 0.12 A
2/2 UD (2 Timur - Barat
lajur, 2 arah Barat - Timur
5 Jl. Santawi Puncak Siang 291 2364 0.12 A
tidak Timur - Barat
terbagi) Barat - Timur
Puncak Sore 440 2364 0.19 A
Timur - Barat
Timur - Barat
Puncak Pagi 77 1855 0.04 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
Jl. Brigpol lajur, 2 arah Timur - Barat
6 Puncak Siang 122 1855 0.07 A
Sudarlan tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 144 1855 0.08 A
Barat - Timur
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2023
Tabel 5.17. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Saat Pembangunan Tahun 2025
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Masa Konstruksi dan Operasional 2025
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 991 2566 0.39 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 780 2566 0.30 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1260 2566 0.49 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1014 2610 0.39 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 696 2610 0.27 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1190 2610 0.46 C
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 1130 2920 0.39 B
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 1043 2920 0.36 B
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1314 2920 0.45 C
Utara - Selatan
Timur - Barat
Puncak Pagi 58 2830 0.02 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
lajur, 2 arah Timur - Barat
4 Jl. Rengganis Puncak Siang 51 2830 0.02 A
tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 68 2830 0.02 A
Barat - Timur
Barat - Timur
Puncak Pagi 300 2364 0.13 A
2/2 UD (2 Timur - Barat
lajur, 2 arah Barat - Timur
5 Jl. Santawi Puncak Siang 309 2364 0.13 A
tidak Timur - Barat
terbagi) Barat - Timur
Puncak Sore 466 2364 0.20 A
Timur - Barat
Timur - Barat
Puncak Pagi 67 1855 0.04 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
Jl. Brigpol lajur, 2 arah Timur - Barat
6 Puncak Siang 102 1855 0.05 A
Sudarlan tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 121 1855 0.07 A
Barat - Timur
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2023
Tabel 5.18. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Saat Pembangunan Tahun 2026
Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Masa Konstruksi dan Operasional 2026
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1111 2566 0.43 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 890 2566 0.35 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1393 2566 0.54 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1144 2610 0.44 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 812 2610 0.31 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1331 2610 0.51 C
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 1167 2920 0.40 B
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 1079 2920 0.37 B
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1358 2920 0.47 C
Utara - Selatan
Timur - Barat
Puncak Pagi 58 2830 0.02 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
lajur, 2 arah Timur - Barat
4 Jl. Rengganis Puncak Siang 52 2830 0.02 A
tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 69 2830 0.02 A
Barat - Timur
Barat - Timur
Puncak Pagi 320 2364 0.14 A
2/2 UD (2 Timur - Barat
lajur, 2 arah Barat - Timur
5 Jl. Santawi Puncak Siang 329 2364 0.14 A
tidak Timur - Barat
terbagi) Barat - Timur
Puncak Sore 493 2364 0.21 B
Timur - Barat
Timur - Barat
Puncak Pagi 70 1855 0.04 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
Jl. Brigpol lajur, 2 arah Timur - Barat
6 Puncak Siang 108 1855 0.06 A
Sudarlan tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 128 1855 0.07 A
Barat - Timur
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2023
Tabel 5.29. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Setelah Pembangunan Tahun
2031 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Evaluasi 5 Tahun 2031
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1271 2566 0.50 C
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 1003 2566 0.39 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1612 2566 0.63 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1303 2610 0.50 C
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 911 2610 0.35 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1537 2610 0.59 C
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 1468 2920 0.50 C
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 1376 2920 0.47 C
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1687 2920 0.58 C
Utara - Selatan
Timur - Barat
Puncak Pagi 68 2830 0.02 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
lajur, 2 arah Timur - Barat
4 Jl. Rengganis Puncak Siang 62 2830 0.02 A
tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 79 2830 0.03 A
Barat - Timur
Barat - Timur
Puncak Pagi 359 2364 0.15 A
2/2 UD (2 Timur - Barat
lajur, 2 arah Barat - Timur
5 Jl. Santawi Puncak Siang 370 2364 0.16 A
tidak Timur - Barat
terbagi) Barat - Timur
Puncak Sore 572 2364 0.24 B
Timur - Barat
Timur - Barat
Puncak Pagi 67 1855 0.04 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
Jl. Brigpol lajur, 2 arah Timur - Barat
6 Puncak Siang 102 1855 0.05 A
Sudarlan tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 121 1855 0.07 A
Barat - Timur
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2023
Tabel 5.30. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Simpang 3 Bersinyal (APILL) Jl. Mastrip – Jl. Rengganis Setelah Pembangunan Tahun
2026 Tanpa Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (do nothing)
Tundaan Rata-rata Tundaan
Tundaan Peluang
Arah Kode Periode Volume Kapasitas Simpang / Tingkat
No Nama Persimpangan Pendekat DS = V/C DS Geometrik Antrian
Pendekat Pendekat Jam Sibuk (smp/jam) (smp/jam) D Total Jl.Utama Jl.Simpang Weaving Pelayanan
(det/smp) (QP)
(DTi) (DTMA ) (DTMI ) (det/smp)
Utara LT Jl. Mastrip (belok kiri) 0 2130 0.00
Utara ST Jl. Mastrip (lurus) 784 2130 0.37
Utara RT Jl. Mastrip (belok kanan) 14 2130 0.01
Selatan LT Jl. Mastrip (belok kiri) 6 2130 0.00
Puncak
Selatan ST Jl. Mastrip (lurus) 1020 2130 0.48 0.87 10.70 7.78 10.76 3.88 14.59 31-60 % B
Pagi
Selatan RT Jl. Mastrip (belok kanan) 0 2130 0.00
Barat LT Jl. Rengganis (belok kiri) 28 2130 0.01
Barat ST Jl. Rengganis (lurus) 0 2130 0.00
Barat RT Jl. Rengganis (belok kanan) 8 2130 0.00
Utara LT Jl. Mastrip (belok kiri) 0 2084 0.00
Utara ST Jl. Mastrip (lurus) 711 2084 0.34
Utara RT Jl. Mastrip (belok kanan) 12 2084 0.01
Simpang 3 Bersinyal Selatan LT Jl. Mastrip (belok kiri) 9 2084 0.00
Puncak
1 (APILL) Jl. Mastrip - Jl. Selatan ST Jl. Mastrip (lurus) 596 2084 0.29 0.65 6.70 5.00 6.73 3.68 10.38 17-36 % B
Siang
Rengganis Selatan RT Jl. Mastrip (belok kanan) 0 2084 0.00
Barat LT Jl. Rengganis (belok kiri) 6 2084 0.00
Barat ST Jl. Rengganis (lurus) 0 2084 0.00
Barat RT Jl. Rengganis (belok kanan) 17 2084 0.01
Utara LT Jl. Mastrip (belok kiri) 0 2089 0.00
Utara ST Jl. Mastrip (lurus) 1148 2089 0.55
Utara RT Jl. Mastrip (belok kanan) 36 2089 0.02
Selatan LT Jl. Mastrip (belok kiri) 13 2089 0.01
Puncak
Selatan ST Jl. Mastrip (lurus) 961 2089 0.46 1.04 17.11 11.75 17.15 4.04 21.15 44-87 % C
Sore
Selatan RT Jl. Mastrip (belok kanan) 0 2089 0.00
Barat LT Jl. Rengganis (belok kiri) 11 2089 0.01
Barat ST Jl. Rengganis (lurus) 0 2089 0.00
Barat RT Jl. Rengganis (belok kanan) 5 2089 0.00
Bab 6
Rekomendasi dan
Rencana Implementasi
Penanganan Dampak
Lalu Lintas
Tabel. 6.1. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Pada Periode Jam Puncak
Setelah Pembangunan Tahun 2026 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do something)
Masa Operasional 2026 Rekayasa
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1101 2586 0.43 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 880 2586 0.34 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1383 2586 0.53 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1133 2630 0.43 B
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 801 2630 0.30 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1320 2630 0.50 C
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 1292 2940 0.44 B
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 1206 2940 0.41 B
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1485 2940 0.51 C
Utara - Selatan
2/2 UD (2 Timur - Barat
Puncak Pagi 60 2850 0.02 A
4 Jl. Rengganis lajur, 2 arah Barat - Timur
tidak Puncak Siang Timur - Barat 54 2850 0.02 A
Tabel. 6.2. Simulasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Pada Periode Jam Puncak
Setelah Pembangunan Tahun 2031 Dengan Manajemen Lalu Lintas (do something)
Evaluasi 5 Tahun 2031 Rekayasa
Tipe Ruas Periode Jam Arah
No Nama Ruas Volume Kapasitas Derajat Tingkat
Jalan Sibuk Pergerakan
(smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1271 2586 0.49 C
4/2 UD (4 Selatan - Utara
lajur, 2 arah Utara - Selatan
1 Jl. Ahmad Yani Puncak Siang 1003 2586 0.39 B
tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1612 2586 0.62 C
Selatan - Utara
Utara - Selatan
Puncak Pagi 1303 2630 0.50 C
4/2 UD (4 Selatan - Utara
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Utara - Selatan
2 Puncak Siang 911 2630 0.35 B
(Segmen 1) tidak Selatan - Utara
terbagi) Utara - Selatan
Puncak Sore 1537 2630 0.58 C
Selatan - Utara
Selatan - Utara
Puncak Pagi 1468 2940 0.50 C
2/2 UD (2 Utara - Selatan
Jl. Mastrip lajur, 2 arah Selatan - Utara
3 Puncak Siang 1376 2940 0.47 C
(Segmen 2) tidak Utara - Selatan
terbagi) Selatan - Utara
Puncak Sore 1687 2940 0.57 C
Utara - Selatan
Timur - Barat
Puncak Pagi 68 2850 0.02 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
lajur, 2 arah Timur - Barat
4 Jl. Rengganis Puncak Siang 62 2850 0.02 A
tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 79 2850 0.03 A
Barat - Timur
Barat - Timur
Puncak Pagi 359 2384 0.15 A
2/2 UD (2 Timur - Barat
lajur, 2 arah Barat - Timur
5 Jl. Sentawi Puncak Siang 370 2384 0.16 A
tidak Timur - Barat
terbagi) Barat - Timur
Puncak Sore 572 2384 0.24 B
Timur - Barat
Timur - Barat
Puncak Pagi 67 1875 0.04 A
2/2 UD (2 Barat - Timur
Jl. Brigpol lajur, 2 arah Timur - Barat
6 Puncak Siang 102 1875 0.05 A
Sudarlan tidak Barat - Timur
terbagi) Timur - Barat
Puncak Sore 121 1875 0.06 A
Barat - Timur
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2023
1. Rambu Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan bahaya atau tempat
bahaya di bagian jalan didepannya. Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya
pada jarak 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jaan yang disebabkan oleh faktor
geografis, geometris, permukaan jalan dan kecepatan rencana jalan. Adapun warna dasar
rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam. Berikut ini
beberapa contoh rambu peringatan, yaitu :
Apabila tingkat pelayanan dari ruas dan persimpangan yang dikaji buruk perlu dilakukan
peningkatan kapasitas jalan dengan cara pelebaran jalan, sehingga dapat mengurangi
kemacetan pada ruas dan persimpangan di sekitar lokasi toserba.
Tabel di bawah menunjukkan korelasi antara kecepatan kendaraan terhadap ukuran tinggi
minimal huruf, simbol, dan angka pada rambu menurut PM 13 tahun 2014
Tabel. 6.11. Korelasi Kecepatan Kendaraan Terhadap Ukuran Tinggi Minimal Huruf,
Angka dan Simbol Pada Rambu Peringatan
Kecepatan Kendaraan (km/jam) Tinggi Minimal Huruf, Angka dan
Simbol (mm)
10 30
20 60
30 90
40 120
50 150
Gambar berikut ini menunjukkan peraturan ukuran rambu peringatan standar yang
diigunakan pada rambu peringatan, diantaranya :
1. Peringatan perubahan kondisi alinyemen horizontal;
2. Peringatan perubahan kondisi alinyemen vertikal;
3. Peringatan kondisi jalan yang berbahaya;
4. Peringatan pengaturan lalu lintas;
5. Peringatan lalu lintas kendaraan bermotor;
6. Peringatan selain lalu lintas kendaraan bermotor;
7. Peringatan kawasan rawan bencana;
2. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh
pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai.
Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan berwarna hitam atau
merah. Berikut ini beberapa contoh rambu larangan, yaitu :
Untuk penempatan rambu larangan, aturan teknis nya disampaikan sebagai berikut:
1. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada awal bagian jalan dimulainya rambu
larangan.
2. Lampiran I Tabel 2A nomer 1e, 4a dan 4b ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya
rambu larangan sedangkan nomor 11a, 11b dan 11c ditempatkan pada bagian jalan
berakhirnya rambu larangan.
3. Rambu larangan Tabel 2A nomor 4a dan 4b yang ditempatkan secara berulang dengan
jarak lebih dari 15 meter, dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang menyatakan jarak
tertentu.
Kecepatan Kendaraan (km/jam) Tinggi Minimal Huruf, Angka dan Simbol (mm)
50 150
60 180
70 210
80 240
90 270
100 300
>100 >300
Sumber: PM Nomor 13 tahun 2014
Gambar berikut menunjukkan peraturan ukuran daun rambu larangan standar yang
digunakan pada Rambu Larangan: 1. Larangan masuk bagi kendaraan bermotor jenis
tertentu; 2. Larangan masuk bagi kendaraan tidak bermotor jenis tertentu; 3. Larangan parkir
dan berhenti; 4. Larangan pergerakan lalu lintas tertentu nomor 4a sampai 4f.
Tabel. 6.13. Korelasi Kecepatan Kendaraan Terhadap Ukuran Tinggi Minimal Huruf,
Angka dan Simbol Pada Rambu Peringatan
Tinggi Minimal Huruf, Angka dan
Kecepatan Kendaraan (km/jam)
Simbol (mm)
10 30
20 60
Gambar di bawah ini menunjukkan peraturan ukuran daun rambu larangan standar yang
digunakan pada Rambu Petunjuk Pendahulu Lokasi
sesuai dengan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: marka membujur,
marka melintang, marka serong, marka lambang dan marka lainnya. Marka jalan pada
dasarnya berwarna putih. Gambar berikut menunjukkan bentuk dan ukuran marka zebra
cross (Penyebrangan Untuk Pejalan Kaki) menurut PM 67 tahun 2018 yang akan menjadi
acuan dalam rekomendasi perbaikan zebra cross.
Masa Konstruksi
Berikut ini adalah manajemen dan rekayasa lalu lintas yang akan dilakukan ketika masa
konstruksi Pembangunan Toserba KDS Bondowoso.
1. Pola Pergerakan Kendaraan Angkutan Barang Pengangkut Bahan Material
Pola pergerakan kendaraan angkutan barang pengangkut bahan material berdasarkan
lokasi quarry menuju lokasi konstruksi Pembangunan.
2. Jenis Kendaraan Angkutan Barang Yang Digunakan
Jenis kendaraan angkutan barang adalah dump truck dan truk trailer. Kendaraan
tersebut hasus melintasi jalan yang sesuai dengan kelas jalan dan peruntukannya
3. Jadwal Kedatangan dan Keberangkatan Kendaraan Angkutan Barang
Jadwal kedatangan dan keberangkatan kendaraan angkutan barang akan
memperhatikan kondisi volume lalu lintas pada jam puncak di sekitar lokasi. Untuk
menghindari kemacetan atau gangguan lalu lintas pada ruas jalan, disarankan agar
dilakukan pengangkutan diluar jam puncak lalu lintas (selain pukul 07.00 – 09.00 WIB,
12.00 – 14.00 WIB dan 17.00 – 19.00 WIB).
4. Rambu Sementara
Kebutuhan jumlah rambu pada masa konstruksi beserta letak dan jumlah, dapat dilihat
pada gambar dan tabel di bawah ini.
Gambar Teknis
4 Lampu Rottary 2 (dua)
Halaman II - 02
Gambar Teknis
4 Lampu Rottary 2 (dua)
Halaman III - 02
d. Tinggi muatan tidak melebihi tinggi bak muatan tertutup diukur dari permukaan
tanah paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7
(satu koma tujuh) kali lebar kendaraan bermotor;
e. Tata cara penempatan dan pengikatan muatan barang di mobil barang harus
disusun dengan baik sehingga beban terdistribusi secara proporsional dan harus
sesuai dengan sifat dan karakteristik barang serta diikat dengan kuat.
6. Pembersihan Kendaraan Angkutan Barang
Setiap kendaraan sebelum keluar dari dalam lahan pada masa konstruksi harus
dilakukan pembersihan kendaraan, terutama ban kendaraan. Tindakan ini untuk
mencegah agar kendaraan tetap bersih dan sisa material bangunan atau tanah, tidak
mengotori jalan. Sisa material bangunan atau tanah ini akan mengganggu kelancaran
lalu lintas, dan berpotensi terjadi kecelakaan lalu lintas, terutama pada musim hujan.
Salah satu upaya pembersihan atau pencucian kendaraan tersebut dilakukan dengan
washing bay. Selain melakukan pencucian kendaraan, akan dilakukan juga penyiraman
lahan di sekitar lokasi proyek, untuk mengurangi polusi debu.
8. Dampak Pergerakan Kendaraan Angkutan Barang pada Akses Keluar Masuk Area
Konstruksi
Dampak pergerakan kendaraan angkutan barang di sekitar lokasi pembangunan yaitu di
akses keluar masuk lokasi. Perhitungan simulasi kinerja lalu lintas di simpang dapat
dilihat pada bab 5. Sedangkan dampak pergerakan kendaraan di akses keluar masuk
lokasi akan dilakukan pengaturan oleh petugas.
9. Melaksanakan perbaikan jalan apabila terdapat kerusakan jalan yang diakibatkan pada
saat proses pembangunan.
10. Menyediakan kantin khusus untuk karyawan sehingga tidak tumbuh Pedagang Kaki
Lima (PKL) disekitar persil.
11. Berkoordinasi dengan Kepolisian dan Dinas Perhubungan mengenai rencana kerja pada
masa pembangunan.
12. Sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak pembangunan, sehingga
tidak terdapat komplain dari masyarakat yang berdampak pada gangguan lalu
lintas di jalan.
Masa Operasional
Pengaturan parkir internal kawasan diperlukan untuk memfasilitasi karyawan Toserba KDS
Bondowoso yang menggunakan kendaraan. Perhitungan dilakukan dalam satuan kendaraan
per hari. Hal ini dilakukan karena karakteristik penggunaan parkir kawasan Toserba KDS
Bondowoso adalah menggunakan ruang parkir selama jam kerja.
Berdasarkan hasil analisa kondisi lalu lintas yang telah diuraikan sebelumnya, maka solusi
pengaturan lalu lintas yang diusulkan sehubungan dengan Pembangun Toserba KDS
Bondowoso adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan pintu masuk dan pintu keluar kendaraan dengan lebar akses pintu masuk
8,0 meter berada di Jalan Kedungsari, sedangkan pintu keluar 6,0 meter di Jalan
ungsari.
2. Penempatan petugas pengatur lalu lintas sehingga tidak menimbulkan antrian panjang
di luar persil.
3. Melarang kendaraan berhenti di sekitar pintu masuk dan pintu keluar lokasi serta
menempatkan rambu larangan berhenti.
4. Menyediakan jalur pejalan kaki di dalam kawasan dengan mengecat marka jalur
pejalan ka.
5. Menyediakan lahan parkir atau kapasitas parkir khususnya bagi kendaraan sepeda
motor, mobil.
6. Pengaturan sirkulasi kendaraan di dalam kawasan.
Toserba KDS menyediakan lahan untuk parkir kendaraan yang cukup untuk pengunjung
dengan luas di dalam area Toserba baik itu kendaraan roda 4 atau roda 2, (lebih jelasnya
bisa dilihat di album gambar).
jumlah kendaraan yang ada tersebut dijumlahkan dalam harga akumulasi yang telah dibuat,
dengan rumus :
Akumulasi parkir = Ei - Ex + X (2)
Keterangan :
X = Jumlah kendaraan yang ada sebelumnya
Dari hasil yang diperoleh dibuat grafik yang menunjukan persentase kendaraan dalam kurva
akumulasi karakteristik.
3. Durasi parkir (Lama Waktu Parkir)
Durasi Parkir, rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam satuan menit
atau jam). Atau informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengetahui lama suatu kendaraan
parkir. Informasi ini diketahui dengan cara mengamati waktu kendaraan tersebut masuk dan
waktu kendaraan tersebut keluar.
Durasi parkir = Ex waktu – En waktu (3)
Keterangan :
Ex waktu = Saat kendaraan keluar dari lokasi parkir
En waktu = Saat kendaraan masukdari lokasi parkir
Rata-rata lamanya parkir (D) adalah waktu rata-rata yang digunakan oleh setiap kendaraan
pada fasilitas parkir. Menurut waktu yang digunakan untuk parkir, maka parkir dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Parkir Waktu Singkat (Short Parkers)
yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir kurang dari 1 jam dan untuk
keperluan berdagang (Busines Trip).
Parkir waktu sedang (Middle Parkers)
yaitu pemarkir yang menggunakan antara 1 – 4 jam dan untuk keperluan berbelanja
Parkir waktu Lama (Long Parkers)
yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih dari 4 jam, biasanya untuk
keperluan bekerja. Persamaan yang dapat dipakai (OP Penlender, 1976) untuk
mencari rata-rata lamanya parkir (D) adalah :
4. Kapasitas Parkir
Kapasitas ruang parkir merupakan kemampuan maksimum ruang tersebut dalam
menampung kendaraan, dalam hal ini adalah volume kendaraan pemakai fasilitas parkir
tersebut. Kendaraan pemakai fasilitas parkir ditinjau dari prosesnya yaitu datang, berdiam
diri (parkir), dan pergi meninggalkan fasilitas parkir. Tinjauan dari kejadian-kejadian diatas
akan memberikan besaran kapasitas dari fasilitas parkir. Hal ini disebabkan karena dari
masing-masing proses mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga proses-proses
tersebut tidak memberikan suatu besaran kapasitas yang sama. Disamping itu bahwa proses
yang satu sangat berpengaruh terhadap proses yang lainya. Volume di ruang parkir akan
sangat tergantung dari volume kendaraan yang datang dan pergi. Rumus yang digunakan
untuk menyatakan kapasitas parkir adalah:
Dimana:
KP = Kapasitas parkir (kendaraan/jam)
S = Jumlah petak parkir (banyaknya petak)
Keterangan :
Ps : Daya tampung kendaraan yang dapat diparkir (kendaraan)
S : Jumlah petak parkir yang tersedia di lokasi penelitian
Ts : Lama periode analisis/waktu survai (jam)
D : Waktu rata – rata lama parkir (jam/kend)
f : Faktor pengurangan akibat pergantian parkir, nilai antara 0,85 s/d 0,95.
6. Indeks parkir
Indeks Parkir (IP), ukuran untuk menyatakan penggunaan panjang jalan dan dinyatakan
dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir atau persentase dari
akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang
tersedia dikalikan 100%.
Indeks parkir (IP) = (Akumulasi Parkir x 100%) / Ruang Parkir Tersedia
Sebagai pedoman besaran nilai IP adalah :
Nilai IP > 1 artinya kebutuhan parkir melebihi daya tampung / jumlah petak parkir.
Nilai IP < 1 artinya kebutuhan parkir di bawah daya tampung / jumlah petak parkir.
Nilai IP = 1 artinya kebutuhan parkir seimbang dengan daya tampung / jumlah petak
parkir.
7. Turn over parking (Pergantian Parkir)
Turn over parking, tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi volume
parkir dengan jumlah ruang-ruang parkir untuk suatu periode tertentu atau diperoleh dari
jumlah kendaraan yang telah memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi
dengan ruang parkir yang tersedia
Turnover = Qp / Petak Parkir Tersedia
• QpΣ kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu, semisal dari jam 07:00 s/d 19:00
Rumus yang digunakan untuk menyatakan pergantian parkir adalah sebagai berikut
(OPPenlander, 1995) :
Dimana :
PTO = tingkat pergantian parkir (kendaraan/petak/jam)
Nt = jumlah kendaraan parkir (kendaraan)
S = jumlah petak parkir (petak parkir)
Ts = lamanya periode Survay (jam)
8. Rata – rata Durasi Parkir
Rata-rata Durasi Parkir, nilai rata-rata lama waktu parkir dari semua kendaraan.
D = (d1 + d2 + … + dn) / n
d1 ... dn durasi kendaraan ke 1 s/d ke n
n jumlah kendaraan yang parkir
9. Jumlah Ruang Parkir (Kebutuhan Ruang Parkir)
Analisis Kebutuhan Ruang Parkir adalah jumlah tempat yang dibutuhkan untuk menampung
kendaraan yang membutuhkan parkir berdasarkan fasilitas dan fungsi dari sebuah tata guna
lahan. Untuk mengetahui kebutuhan parkir pada suatu kawasan yang di studi. Adapun
analisis kebutuhan parkir ini dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
Rumus yang di gunakan:
Z = ( Qp x D ) / T
Z = Ruang parkir yang dibutuhkan
Qp=Σ kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu, semisal dari jam 07:00 s/d19:00
D = rata-rata durasi parkir (jam)
T = lamanya periode pengamatan (jam)
10. Satuan Ruang Parkir (SRP)
Ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda
motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu untuk hal-hal tertentu bila sebelum
penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang. (KD.No.272/HK.105/DRJD/96)
-
Tabel. 6.18. Koefisien Kebutuhan SRP
Volume Parkir
Volume parkir merupakan jumlah kendaraan yang parkir pada lokasi studi selama periode
waktu tertentu, dalam hal ini perhitungan dikelompokkan pada setiap 1 jam. Dengan
mengetahui volume kendaraan parkir dari suatu fasilitas parkir, maka dapat ditentukan
besarnya ruang parkir yang dibutuhkan agar dapat menampung volume kendaraan parkir
yang terjadi tersebut. Semakin besar volume kendaraan maka kebutuhan ruang parkirnya
akan semakin meningkat pula.
Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir menggambarkan banyaknya kendaraan yang masuk melakukan parkir
pada periode tertentu dimana akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang berada
ditempat parkir setiap waktu dengan rentang waktu tertentu. Akumulasi Parkir sangat
dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang keluar masuk area parkir pada periode waktu
tertentu. Apabila kendaraan yang masuk area parkir makin banyak sementara yang keluar
sedikit, maka nilai akumulasinya akan besar
Selanjutnya dilakukan analisis data hasil survey untuk mendapatkan volume parkir dan
akumulasi maksimum kendaraan pada lokasi studi selama 9 jam pengamatan seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini:
Fak t or
K ebut uhan K ebut uhan K ebut uhan
Dduras i P ark ir Kapas itas Ins uf is iens i P ark ing S upply Luas Lahan P er
Ruang P ark ir Ruang P ark ir Luas Lahan
J enis (D) (KP )= S/ D (f )= 0. 85 s / d (P s )= S *Ts *f / D Ruang Park ir
(Z)= Nt *D/Ts (S )= Nt *D/ (Ts *f ) P ark ir
Kendaraan 0.95
(jam/ k end) (k end/ jam) (k endaraan) (SRP ) (S RP ) (m²) (m²)
(7) (8) = (4) / (7) 9 (10)=(4)*(3)*(9)/(7) (11)=(1)*(7)/(3) (12)=(1)*(7)/((3)*(9)) (13) (14)=(2)*(4)*(13)
Roda 2 (MC) 3.00 59.33 0.90 747.60 426 473 1.5 395
6.1.7 Penyediaan Akses Keluar dan Akses Masuk untuk Orang, Kendaraan Pribadi
dan Kendaraan Barang
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso perlu mempertimbangkan sirkulasi pejalan kaki
baik pada daerah eskternal maupun internal. Pada kawasan eksternal, pejalan kaki
memerlukan beberapa fasilitas baik untuk kegiatan bersilang maupun vertikal. Jalur pejalan
kaki (pedestrian line) menurut Peraturan Presiden No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana
Jalan Bag. VII pasal 39 adalah termasuk fasilitas pendukung yaitu fasilitas yang disediakan
untuk mendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik yang berada di badan jalan
maupun yang berada di luar badan jalan, dalam rangka keselamatan, keamanan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas serta memberikan kemudahan bagi pemakai jalan.
Saat ini terdapat dua akses keluar/masuk lokasi Toserba KDS Bondowoso melalui ruas jalan
Mastrip.
Pada masa operasional lebar pintu keluar/masuk kendaraan untuk kendaraan pengunjung
dan karyawan dari Jalan Mastrp yaitu 8,00 meter dengan radius tikung 10,00 meter. Pintu
keluar menuju Jalan Mastrip yaitu 6,00 meter dengan radius tikung 10,00 meter. Pintu
keluar menuju Jalan Rengganis khusus sepeda motor yaitu 8,00 meter dengan radius tikung
5,00 meter. Pintu keluar masuk dapat dilalui kendaraan sepeda motor, kendaraan ringan,
truk barang, serta pejalan kaki.
Gambar 6.18. Rencana Pintu Masuk dan Pintu Keluar di Jalan Mastrip
Gambar 6.19. Rencana Pintu Keluar Khusus Sepeda Motor di Jalan Rengganis
6.1.8 Penataan Sirkulasi Lalu Lintas di Dalam Kawasan Internal dan Eksternal
Rencana pembangunan Toserba KDS Bondowoso yang berada di Jl. Mastrip akan
menimbulkan bangkitan dan tarikan perjalanan (induced traffic). Dampak yang ditimbulkan
dari beroperasinya Toserba KDS Bondowoso meliputi perubahan karakteristik arus lalu lintas
pada di Jl. Mastrip dan sekitarnya. Pengaturan lalu lintas eksternal pada ruas-ruas jalan di
sekitar lokasi Toserba dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dan keselamatan lalu lintas
kendaraan keluar masuk maupun lalu lintas menerus. Pengaturan lalu lintas keluar/masuk
Toserba KDS Bondowoso dapat dilihat pada gambar berikut.
Visualisasi Jumlah
No Jenis Rambu/Perlengkapan Jalan Halaman
Rambu (unit)
Visualisasi Jumlah
No Jenis Rambu/Perlengkapan Jalan Halaman
Rambu (unit)
Rambu Peringatan
(Ditegaskan Penjelasan Jenis
1 (satu) Gambar Teknis
19 Peringatan Dengan Menggunakan
Halaman II - 06
Papan Tambahan)
Visualisasi Jumlah
No Jenis Rambu/Perlengkapan Jalan Halaman
Rambu (unit)
Gambar Teknis
26 Hydrant 3 (tiga)
Halaman II - 06
Gambar Teknis
27 CCTV 21 (dua puluh satu)
Halaman II - 06
Gambar Teknis
28 Cermin Tikung 2 (dua)
Halaman II - 06
Gambar Teknis
29 Traffic Cone 16 (enam Belas)
Halaman II - 06
Berdasarkan jumlah rambu di atas dapat diketahui bahwa rambu dan perlengkapan lalu
lintas yang dibutuhkan sebanyak 80 rambu, 2 alat pemberi isyarat lalu lintas, 3 hydrant, 2
cermin tikung, 16 traffic cone, 30 alat pemadam api ringan, dan 21 CCTV.
Bab 7
Rincian Tanggung
Jawab
7.2 Rencana Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Dampak Lalu Lintas
Kegiatan rencana pemantauan dan evaluasi dampak Pemerintah dan Pembangunan
Toserba KDS Bondowoso di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur meliputi:
Komponen lingkungan
Jenis dampak
Sumber dampak
Tolak ukur dampak
Tujuan pemantauan
Rencana pemantauan dan evaluasi
Tanggung jawab
Rencana pemantauan dan evaluasi dampak Pembangunan Toserba KDS Bondowoso di
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.2. Pembagian Tanggung Jawab Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Dampak Lalu Lintas Pembangunan
Waktu
Komponen Jenis Dampak Usulan Rekomendasi Periode Lokasi Wewenang Pembiayaan dan Pelaksana
Pelaksanaan
Kemacetan Lalu Pengaturan interval Tahun 2023-
Lalu Lintas Masa Konstruksi di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu
Lintas kendaraan material 2026
Pemasangan rambu-rambu
Kemacetan Lalu Tahun 2023-
Lalu Lintas portable sejumlah 6 unit dan Masa Konstruksi di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu
Lintas 2026
lampu rotary sejumlah 2 unit
Penempatan pengatur
Kemacetan Lalu Tahun 2023-
Lalu Lintas kendaraan konstruksi keluar - Masa Konstruksi di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu
Lintas 2026
masuk lokasi
Penyediaan fasilitas parkir
Kemacetan Lalu kendaraan sejumlah 755
Lalu Lintas Masa Operasional di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu Tahun 2024
Lintas SRP motor, 307 SRP, 4 SRP
truk
Penyediaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) sejumlah
Lalu Lintas Bahaya Kebakaran Masa Operasional di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu Tahun 2024
30 unit dan Hydrant sejumlah
3 unit
Berkoordinasi dengan Satlantas Polres Bondowoso
Kemacetan Lalu
Lalu Lintas Kepolisian dan Dinas Masa Operasional di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu dan Dinas Perhubungan Tahun 2024
Lintas
Perhubungan Kabupaten Bondowoso
Memperkeras bahu jalan di
Kemacetan Lalu
Lalu Lintas sepanjang jalan sesuai lebar Masa Operasional di depan lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu Tahun 2024
Lintas
depan lokasi
Sirkulasi di Dalam Pemasangan rambu di dalam
Lalu Lintas Masa Operasional di dalam lokasi CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu Tahun 2024
Kawasan lokasi
di depan pintu keluar
Lalu Lintas Kecelakaan Pemasangan cermin tikung Masa Operasional CV. Karunia Damai Selalu CV. Karunia Damai Selalu Tahun 2024
masuk lokasi
Kemacetan Lalu Perbaikan perkerasan Jalan di Ruas Jalan Dinas Pekerjaan Umum Bina Dinas Pekerjaan Umum Bina
Lalu Lintas Masa Operasional Tahun 2024
Lintas Provinsi Provinsi Marga Prov. Jatim Marga Prov. Jatim
Kemacetan Lalu Perbaikan perkerasan Jalan di Ruas jalan Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum dan
Lalu Lintas Masa Operasional Tahun 2024
Lintas Kabupaten kabupaten Tata Ruang Kab. Bondowoso Tata Ruang Kab. Bondowoso
Kemacetan Lalu Memasang rambu lalu lintas Dinas Perhubungan Provinsi Dinas Perhubungan Provinsi
Lalu Lintas Masa Operasional di Ruas jalan provinsi Tahun 2024
Lintas pada ruas Jalan Provinsi Jawa Timur Jawa Timur
Kemacetan Lalu Memasang rambu lalu lintas di Ruas jalan Dinas Perhubungan Kabupaten Dinas Perhubungan Kabupaten
Lalu Lintas Masa Operasional Tahun 2024
Lintas pada ruas Jalan Kabupaten kabupaten Bondowoso Bondowoso
di Ruas jalan
Dinas Perhubungan Provinsi Dinas Perhubungan Provinsi
Kemacetan Lalu Memasang marka di ruas kabupaten dan
Lalu Lintas Masa Operasional Jawa Timur dan Dinas Jawa Timur dan Dinas Tahun 2024
Lintas jalan dan persimpangan provinsi, serta
Perhubungan Kab. Bondowoso Perhubungan Kab. Bondowoso
persimpangan
Tabel 7.3. Matrik Mitigasi Dampak Masa Konstruksi dan Masa Operasional
No Lokasi Permasalahan Solusi
Sirkulasi kendaraan. Pemasangan rambu petunjuk dan larangan.
Pantauan terhadap kecelakaan lalu lintas, Pemasangan CCTV yang menghadap ke dalam lokasi dan
dan tindakan kriminal. ke arah jalan raya.
3 Dalam dan Luar Kawasan Pantauan terhadap kecelakaan lalu lintas, Pemasangan CCTV yang menghadap ke dalam lokasi dan
dan tindakan kriminal. ke arah jalan raya.
7.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang seperti dijelaskan pada bab sebelumnya maka pada bab ini
dapat ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut, sebagai berikut:
1. Prediksi pada Tahun 2023 tanpa pembangunan kawasan tingkat pelayanan atau Level of
Service (LOS) pada ruas jalan sekitar lokasi pembangunan yang terburuk dengan nilai angka
kejenuhan = 0,42 ruas di Jl. Ahmad Yani. Untuk kinerja simpang yang terburuk ada di
Simpang 3 APILL Jl. Mastrip - Jl. Rengganis masuk kategori B pada jam puncak sore
dengan nilai tundaan rata-rata 11,66 det/smp.
2. Prediksi pada Tahun 2024 saat pembangunan kawasan tingkat pelayanan atau Level of
Service (LOS) pada ruas jalan sekitar lokasi pembangunan yang terburuk dengan nilai angka
kejenuhan = 0,44 ruas di Jl. Ahmad Yani. Untuk kinerja simpang yang terburuk ada di
Simpang 3 APILL Jl. Mastrip - Jl. Rengganis masuk kategori B pada jam puncak sore
dengan nilai tundaan rata-rata 12,43 det/smp.
3. Prediksi pada Tahun 2025 saat pembangunan kawasan tingkat pelayanan atau Level of
Service (LOS) pada ruas jalan sekitar lokasi pembangunan yang terburuk dengan nilai angka
kejenuhan = 0,49 ruas di Jl. Mastrip. Untuk kinerja simpang yang terburuk ada di
Simpang 3 APILL Jl. Mastrip - Jl. Rengganis masuk kategori C pada jam puncak sore
dengan nilai tundaan rata-rata 15,86 det/smp.
4. Prediksi pada Tahun 2026 dengan pembangunan kawasan tingkat pelayanan atau Level of
Service (LOS) pada ruas jalan sekitar lokasi pembangunan yang terburuk dengan nilai angka
kejenuhan = 0,53 ruas di Jl. Ahmad Yani. Untuk kinerja simpang yang terburuk ada di
Simpang 3 APILL Jl. Mastrip - Jl. Rengganis masuk kategori C pada jam puncak pagi
dengan nilai tundaan rata-rata 20,52 det/smp.
5. Prediksi pada Tahun 2031 dengan pembangunan kawasan tingkat pelayanan atau Level of
Service (LOS) pada ruas jalan sekitar lokasi pembangunan yang terburuk dengan nilai angka
kejenuhan = 0,62 ruas di Jl. Ahmad Yani. Untuk kinerja simpang yang terburuk ada di
Simpang 3 APILL Jl. Mastrip - Jl. Rengganis masuk kategori D pada jam puncak pagi
dengan nilai tundaan rata-rata 30,98 det/smp.
7.4 Saran
Dengan mempertimbangkan kondisi kinerja lalu lintas saat ini dan rencana pembangunan serta
Pembangunan Toserba KDS Bondowoso, maka hasil pelaksanaan Studi Analisis Dampak Lalu
Lintas Pembangunan Toserba KDS Bondowoso ini mengemukakan saran sebagai berikut:
1. CV. Karunia Damai Selalu berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa
Timur, Dinas Perhubungan Kabupaten Bondowoso, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Bondowoso, Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Satlantas
Polres Bondowoso dalam masa operasional.
2. Pelaksanaan Sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak pembangunan,
sehingga tidak terdapat komplain dari masyarakat yang berdampak pada gangguan lalu
lintas di jalan.
3. Pelaksanaan pelebaran dan peningkatan geometrik serta perkerasan jalan di sekitar
lokasi.
4. Pelaksanaan perizinan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang ada di sekitar
lokasi.